Anda di halaman 1dari 5

Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan

Adilistiono Politeknik Negeri Semarang Abstract: Homeschooling is a system of education or learning which is conducted at home that becomes an interesting topic in the society. A number of mass media, either electronics or printed media have popularized this alternative system of education which is based on the house environment. Homeschooling has been the focus in the last two years since many parents feel that most of learning atmosphere at school (either at public or private school) does not prioritize the student need. Consequently, many students get depressed because of their school and eventually they lose their natural creativity. Key words: homeschooling, alternative education, flexible, conceptual

PENDAHULUAN
Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka, namun, banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama bersekolah. Sebut saja kasus bullying (kenakalan remaja), bentakan dan kekerasan dari guru bahkan pemasungan kreativitas anak. Pengalaman-pengalaman yang kurang berkesan tersebut menimbulkan phobia (ketakutan) terhadap sekolah (school phobia) bagi anak dan orang tua. Belum lagi upaya penyeragaman kemampuan dan ketrampilan semua anak untuk seluruh bidang turut mematikan minat dan bakat anak yang tentunya berbeda-beda, karena setiap anak adalah unik. Lebih jauh lagi, kurikulum yang tertalu padat dan tugas-tugas rumah yang menumpuk membuat kegiatan belajar menjadi suatu beban bagi sebagian anak. Melihat kondisi ini, maka perlu dicarikan solusi alternatif bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sistim pendidikan formal. Kegiatan homeschooling dianggap menjadi salah satu alternatif yang bisa dipilih. Legalitas UU No. 30 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan masyarakat. Homeschooling berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar sekolah, Kementerian Pendidikan Nasional. Homeschooling adalah sistem pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di rumah sebagai sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara at home. Dengan pendidikan at home inilah anak-anak merasa nyaman belajar, karena mereka dapat belajar apapun sesuai keinginannya, kapan saja, dan dimana saja seperti anak berada di rumah. Meski disebut homeschooling, tidak berarti anak akan terus menerus belajar di rumah. Anak-anak dapat belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti at home. Dalam sistem homeschooling, jam pelajaran bersifat fleksibel mulai dari bangun tidur sampai berangkat tidur kembali. Di sekolah ini tidak ada kelas seperti halnya di sekolah formal dan fungsi guru hanya membimbing dan mengarahkan minat anak-anak dalam mata pelajaran yang disukainya, tetapi secara umum sekolah ini menjadikan anak didik sebagai subjek kurikulum, bukan sebagai objek kurikulum. Dengan kata lain, kurikulum itu untuk anak, bukan anak sebagai kurikulum. Misalnya guru mengajak anakanak tidak terlalu banyak belajar dalam ruangan yang serba kaku dan tertutup, namun sesekali mereka juga berkunjung ke berbagai tempat yang bisa menjadi obyek pelajaran seperti sawah, taman burung, kebun binatang, pabrik, media masa cetak dan elektronik yang tujuannya untuk belajar dan menyaksikan langsung obyek mata pelajarannya. 34 Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan (Adilistiono)

Seperti diungkapkan Karl M Bunday dalam Learn in Feedom, dalam homeschooling anakanak dilatih untuk bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri. Seorang anak yang suka belajar matematika, perlu diarahkan agar menguasai pelajaran tersebut sedalam mungkin, kemudian diarahkan mempelajari ilmu-ilmu modern sesuai dengan teori-teori yang dikuasainya. Begitu pula anak-anak yang menyukai seni, olah raga, biologi dan lainlain. Yang dimaksudkan bertanggung jawab di sini adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang akan diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktek belajar keseharian anak-anak. Pada keluarga homeschooling sebagian proses belajar mengajar biasanya memang dipimpin oleh orang tua terutama yang masih berada pada tingkat awal (pra sekolah dan SD). Pada tingkat ini, materi pembelajaran relatif masih sederhana dan dapat diberikan sendiri oleh orang tua dan pada tingkat yang lebih tinggi biasanya anakanak semakin mandiri. Sesuai namanya, proses belajar memang berpusat di rumah namun umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah, tapi para orang tua biasanya menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk melakukan pendidikan dan pengayakan, juga memanfaatkan semua infrastruktur dan sarana yang ada di masyarakat. Sarana yang digunakan untuk proses pembelajaran dapat merupakan sarana gratis atau berbayar. Seperti fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), maupun fasilitas bisnis (mal, pameran, restoran, pabrik, perkebunan).

ALASAN PERLUNYA HOMESCHOOLING


Sebagai pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan anak-anak yang nantinya akan berperan sebagai generasi penerus bangsa, home schooling perlu diberikan karena: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Fondasi agama dan berbasis nilai Pencapaian akademik Gaya belajar Pelayanan/perhatian individual dan fleksibilitas Pertimbangan terhadap lingkungan belajar Ketidak sesuaian dengan pendidikan yang ada.

Di Indonesia, ada beberapa alasan masyarakat untuk memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu: 1. 2. 3. 4. Menyediakan pendidikan atau keagamaan Memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik Menyediakan waktu belajar yang fleksibel Memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat 5. Menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying) dan pelecehan 6. Memberikan ketrampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olah raga dan sejenisnya 7. Memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.

LANDASAN HUKUM PENYELENGGARAAN HOMESCHOOLING


Dalam sistem pendidikan nasional, penyelenggaraan homeschooling didasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20/2003). Pasal 1 Ayat 1. Bunyi undang-undang tersebut adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Volume 10 Nomor 1, April 2010 35

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

KLASIFIKASI HOMESCHOOLING
Ada beberapa klasifikasi homeschooling, yaitu: 1. Homeschooling Tunggal. Dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karana hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan. 2. Homeschooling Majemuk. Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan. 3. Homeschooling Komunitas. Gabungan beberapa homeschooling yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50. Alasan memilih komunitas homeschooling antara lain: 1. Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia dan pencapaian hasil belajar. 2. Tersedia fasilitas pembelajaran yang lebih baik misalnya: bengkel kerja, laboratorium alam, perpustakaan, laboratorium IPA/Bahasa, auditorium, fasilitas olah raga dan kesenian. 3. Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan. 4. Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggungjawab untuk saling mengajar sesuai keahlian masing-masing. 5. Sesuai untuk anak di atas 10 tahun. 6. Menggabungkan keluarga tinggal berjauhan melalui internet dan alat informasi lainnya untuk tolak banding (benchmarking) termasuk untuk standarisasi.

MANFAAT HOMESCHOOLING
1. Anak-anak menjadi subyek belajar. Melalui homeschooling, anak-anak benar-benar diberi peluang untuk menentukan materi-materi yang dipelajarinya. Anak-anak menjadi subyek dalam kegiatan belajar, belajar yang diselenggarakan anak pun dapat berlangsung secara nyaman dan menyenangkan. Homeschooling dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan anak yang semula menjadi obyek belajar ke subyek belajar. 2. Obyek yang dipelajari sangat luas dan nyata. Homeschooling akan membawa anakanak untuk belajar di dunia nyata, di alam yang sangat terbuka. Obyek yang dipelajari anak bisa sangat luas, seluas langit dan bumi yang dapat membebaskan anak untuk belajar apa saja sesuai minat dan hal-hal yang disukainya. 3. Ajang menanamkan cinta belajar. Memberikan keleluasaan belajar di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja yang dapat menyadarkan kepada orang tua bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja termasuk di rumah. Untuk menanamkan rasa cinta belajar kepada anak sejak dini, hanya orang tualah yang mungkin paling layak untuk mewujudkannya. 4. Memberikan kemudahan belajar karena fleksibel. Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas, jadi tidak boleh kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Apabila disusun dalam kurikulum yang baku, maka homeschooling justru akan kehilangan makna utamanya. 36 Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan (Adilistiono)

5. Mendukung belajar secara konstektual. Homeschooling sangat memungkinkan untuk menampung sekaligus mendukung kegiatan belajar yang kontekstual di mana masingmasing berada didalam konteks yang beragam misalnya konteks lingkungan tempat tinggal, keluarga, teman-teman, sekolah, pekerjaan, kebijakan politik dan ekosistem bumi.

KEKUATAN DAN KELEMAHAN HOMESCHOOLING


Sebagai sebuah pendidikan alternatif homeschooling juga mempunyai beberapa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan homeschooling adalah: 1. Lebih mendirikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara klasikal. 2. Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi, rata-rata atau bahkan terendah. 3. Terlindungi dari tawuran, kenakalan, pergaulan menyimpang, dan konsumerisme. Kelemahan homeschooling adalah: 1. Anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. 2. Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya. 3. Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu. 4. Apabila anak hanya belajar di homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga ia kurang siap untuk menghadapi berbagai kesalahan atau ketidak pastian.

PERSYARATAN DAN SARAN KEBERHASILAN HOMESCHOOLING


Agar homeschooling dapat dilaksanakan dengan baik dan anak merasa nyaman dalam belajar, ada beberapa persyaratan keberhasilan penyelenggaraan homeschooling, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kemauan dan tekad yang bulat. Disiplin belajar-pembelajaran yang dipegang teguh. Ketersediaan waktu yang cukup. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran. Kemampuan orang tua mengelola kegiatan. Ketersediaan sumber belajar. Dipenuhi standar yang ditentukan (ijazah kesetaraan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional). 8. Ditegakkannya ketentuan hukum (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengakomodasikan homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran di bawah Direktorat Kesetaraan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Kementerian Pendidikan Nasional). 9. Diselenggarakannya program sosialisasi agar anak-anak tidak tersaingi dari lingkungan masyarakat dan teman sebaya. 10. Dijalinnya kerja sama dengan lembaga pendidikan formal dan nonformal setempat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan multi makna. 11. Terjalin komunikasi yang baik antar penyelenggara homeschooling. 12. Tersedianya perangkat penilaian belajar yang inovatif (misalnya dalam bentuk portofolio dan kolokium). 37

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Volume 10 Nomor 1, April 2010

Untuk itu, demi kesuksesan program pendidikan ini, disarankan adanya kerjasama guru, orang tua dan peserta didik, dapat dibangunnya serta ditumbuhkembangkannya semua potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal dan alami dan diberikannya kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya. Kiranya semakin kuat pula keyakinan kita bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu alternatif pendidikan di masa depan serta akan semakin mempercepat tercapainya masyarakat belajar yang merupakan salah satu ciri masyarakat madani.

KESIMPULAN
Homeschooling merupakan salah satu alternatif pendidikan di masa depan serta akan semakin mempercepat tercapainya masyarakat belajar yang merupakan salah satu ciri masyarakat madani. Selama ini pendidikan di Indonesia masih saja mengejar tingkat kuantitas dengan menerapkan standar kelulusan nasional (Ujian Nasional) hanya dengan melihat beberapa nilai mata pelajaran tanpa melihat keunggulan dan prestasi siswa lainnnya yang bersifat non akademik dimana pendidikan hanya cenderung mengejar dan menghabiskan materi kurikulum mata pelajaran saja seakan-akan peserta didik dicekoki makanan tanpa memperhatikan kemampuan daya serap kecerdasan anak. Potret pendidikan Indonesia seakan-akan hanya ingin mencetak siswa-siswa yang diharapkan sama dengan robot yang terkesan hanya mencari angka-angka nilai akademik. Para siswa hanya dibebani soal-soal materi saja secara membabi buta yaitu menghabiskan kurikulum dari pemerintah. Model pendekatan yang seperti ini sungguh bertentangan dengan konsep pendidikan yang mengedepankan unsur humanistik.

DAFTAR BACAAN
Bittner, T. L. 2004. Homeschooling: Take a Deep Breath-You Can Do This! Denver: Mapletree Publishing Company. DePorter, B., dan M. Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Dobson, L. 2005. Tamasya Belajar: Panduan Merancang Program Bersekolah di Rumah untuk Anak Usia Dini. Bandung: MLC. Griffith, M. 2006. Belajar Tanpa Sekolah: Bagaimana Memanfaatkan Seluruh Dunia sebagai Ruang Kelas Anak Anda. Bandung: Nuansa. Layne, M. 2005. Ibuku Guruku: Belajar di Rumah dalam Balutan Kearifan dan Kehangatan. Bandung: MLC. Linsenbach, S. 2003. The Everything Homeschooling Book: Take Charge of Your Childs Education. Avon: Adams Media Corporation. Mulyadi, S. 2007. Homeschooling Keluarga Kak Seto: Mudah, Murah, Meriah dan Direstui Pemerintah. Bandung: Kaifa. Mustika. 2007. Homeschooling, Sebuah Alternatif. mustikadh.multiply.com. Sumardiono. 2007. Apa itu Homeschooling. www.sumardiono.com Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

38

Homeschooling sebagai Alternatif Pendidikan (Adilistiono)

Anda mungkin juga menyukai