dan
SCIENCE FOR ALL
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
yang dibimbing oleh Drs. Pudyo Susanto, M.Pd.
Oleh
MERRY CHRISTIANI
130351603600
Kls A / Off A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk mengatasi berbagai konflik horizontal, pendidikan berperan
membentuk
pandangan
siswa
mengenai
kehidupan
dan
meningkatkan
dan
menghargai
perbedaan
menjadi
amat
langka.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa pengertian pembelajaran multibudaya ?
2) Apa pengertian, penyebab, dan karakteristik autis ?
3) Bagaimana perlakuan terhadap anak autis ?
4) Bagaimana pendekatan pembelajaran bagi anak autis ?
5) Bagaimana model pelayanan pendidikan bagi anak autis ?
6) Bagaimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis ?
7) Bagaimana hambatan proses belajar mengajar dan solusinya ?
1.3.Tujuan
1) Mengetahui pengertian pembelajaran multibudaya
2) Mengetahui pengertian, penyebab, dan karakteristik autis
3) Mengetahui perlakuan terhadap anak autis
4) Mengetahui pendekatan pembelajaran bagi anak autis
5) Mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak autis
6) Mengetahui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis
7) Mengetahui hambatan proses belajar mengajar dan solusinya
BAB II
ISI
Kelas berisi siswa yang beragam etnis, bahasa, sosial, gender, maupun
kepandaian
Kesadaran bahwa di benua lain (selain Eropa) ada metode Ilmiah lain dan
temuan Sains lainnya
Pendidikan Sains masa kini adalah Science Teaching for All Children
Cooperative learning
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari keragaman budaya yang dimiliki
oleh peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat, yaitu keragaman
dalam hal bahasa, etnis, cara hidup, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat. Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan,
karena:
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
sosiologi,
antropologi,
biologi,
psikologi,
komunikasi.
Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih
tinggi dibanding populasi keluarga normal.
Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obatobatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna,
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut
tanpa mengerti artinya
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara
(kurang verbal) sampai usia dewasa
2. Interaksi sosial:
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
3. Gangguan sensoris:
4. Pola bermain:
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya
diputar-putar
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
6. Emosi:
Hiu emper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya
Di SMP Laboratorium ini, apabila siswa autis tidak terkontrol dan sangat
mengganggu proses belajar siswa reguler lainnya dapat dilakukan beberapa cara,
antara lain:
a. Menempatkan siswa autis ke dalam sebuah ruangan tersendiri hingga dia
tenang.
b. Memindahkan siswa autis ke ruang khusus anak autis. Di sana siswa
ditenangkan oleh shadow masing-masing.
c. Disarankan oleh guru untuk pulang lebih awal bila benar-benar di luar
kendali dan sangat mengganggu proses belajar-mengajar.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan
pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi anak autistik.
Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program
pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan
tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah
dan lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya, terapi perilaku dan pendidikan bagi
anak autistik harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral
(menyeluruh dan terpadu).
2. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya
harus berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan
dan ketidakmampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing
individu.
3. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan pendekatan
dan program individual. Sedangkan metode yang digunakan merupakan
perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan
kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak.
Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang memberikan
gambaran kongkrit tentang sesuatu, sehingga anak dapat menangkap pesan,
informasi dan pengertian tentang sesuatu tersebut.
4. Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses
pembelajaran dan membantu pembentukan konsep pengertian secara kongkrit
bagi anak autistik. Pola pikir anak autistik pada umumnya adalah pola pikir
kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus kongkrit. Beberapa
anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka dilatih dengan
sarana belajar yang kongkrit
5. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu
dilakukan adanya evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan pengajaran bagi
anak autistik evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
1) Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada saat proses
kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku
menyimpang atau pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal
ini dilakukan oleh pembimbing dengan cara memberi hadiah atau demonstrasi
secara visual dan kongkrit. Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana progres
yang dicapai anak dapat diketahui dengan cara adanya catatan khusus/ buku
penghubung.
2) Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau
permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah.
Evaluasi bulanan ini dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan
perkembangan anak antara guru dan orang tua anak autistik guna mendapatkan
pemecahan masalah (solusi dan pemecahan masalah), antara lain dengan mencari
penyebab dan latar belakang munculnya masalah serta pemecahan masalah
macam apa yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang menjadi contoh kasus.
Hal ini dapat dilakukan oleh guru dan orang tua dengan mengadakan diskusi
bersama atau case conference.
3) Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai
tolok ukur keberhasilan program secara menyeluruh. Apabila tujuan program
pendidikan dan pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka
kelanjutan program dan kesinambungan program ditingkatkan dengan bertolak
dari kemampuan akhir yang dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum
dapat terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan program (remedial) atau
meninjau ulang apa yang menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian program.
Memberikan Reinforcement.
Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
2. Masalah Emosi
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya;
menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk,
destruktif, tantrum. Cara mengatasinya :
1. Berusaha
mencari
dan
menemukan
penyebabnya
dengan
sebentar
kemudian
kegiatan
dilanjutkan
kembali,
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan
Orang Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti
informasi baru dari informasi internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap
muka dengan tokoh yang berkaitan dalam pendidikan untuk anak autistik atau
anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan untuk
kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran siswa,
- Kartu-kartu PECS, Compics, Flashcard, dlsb,
- Pegs, balok kayu, puzzle dan mainan edukatif lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Pembelajaran multibudaya adalah usaha untuk menjadikan siswa belajar
aktif dan efektif belajar dimana siswa itu sendiri berasal dari berbagai budaya
yang berbeda.
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan, karena;
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan hakikat pendidikan
adalah;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
2. proses pendidikan menumbuhkembangkan eksistensi manusia;
3. proses pendidikan muwujudkan eksistensi manusia;
4. proses pendidikan berlangsung dalam masyarakat membudaya;
5. proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan
ruang.
Autistik
adalah
suatu
gangguan
perkembangan
yang
kompleks
DAFTAR PUSTAKA
2011.
Pembelajaran
Multikultural,
(online),
(http://rofi11.blogspot.com/2011/06/pembelajaran-multikultural.html),
diakses 8 Desember 2014.
Syamsudin, Amir. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Berita Negara Republik
Indonesia.
LAMPIRAN
SMP Laboratorium UM