Bayu Raka Janasri Catur Cahyo Nugroho Danang Ibnu Pratomo Dimas Irfana Dwian Drajat Kusuma Firyal Athif Adandi Huda Ahmad K. I Kadek Gerardave Mannoga H. Muhammad A. Oktory Muhammad Fadel Partomuan Manullang Satya Bagoes W Septian Dwi Saputra Zulzaman Garuda
EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION BERDASARKAN ANALISIS DENSITAS LUMPUR PADA SUMUR DL-P4 LAPANGAN KAWENGAN PERTAMINA-III CEPU
OUTLINE
PENDAHULUAN TUJUAN TEORI DASAR
PENDAHULUAN
Lost circulation adalah masuknya sebagian atau seluruh lumpur pemboran kedalam formasi yang sedang dibor, sehingga sirkulasi lumpur pemboran menjadi tidak sempurna. Sumur DL-P4 terletak di lapangan Kawengan yang merupakan daerah dengan banyak patahan antiklinal yang memanjang dan asimetris terbentang dari arah barat laut menuju tenggara dan terletak kira-kira 22 km sebelah timur laut Cepu. Dibawah pengelolaan Pertamina UEP III Cirebon lapangan produksi Cepu Jawa Tengah.
TUJUAN
Mengevaluasi sebab terjadinya Lost Circulation pada sumur DL-P4 serta bagaiman teknik atau cara yang digunakan untuk mengatasi dilapangan, serta kemungkinan teknik atau cara lainnya yang lebih efektif dan efisien dilakukan dilapangan.
Problema yang timbul dalam operasi pemboran di sumur DLP4, adalah terjadinya problem lost circulation pada formasi Ngrayong (dalam sumur DL-P4) terjadi delapan kali saat menembus formasi. Problem tersebut sering terjadi dilapangan Kawengan.
TEORI DASAR
Lost circulation adalah masuknya sebagian atau seluruh lumpur pemboran dalam sirkulasinya dalam formasi yang sedang dibor, sehingga sirkulasi lumpur pemboran menjadi tidak sempurna. Lost circulation terjadi karena tekanan hidrostatis lumpur lebih besar dari tekanan formasi yang dibor. Kerugian : hilangnya lumpur di dalam lubang bor yang dapat menyebabkan terjadinya semburan liar dari formasi lain yang bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor (cutting) untuk sampel log, bahaya terjepitnya pipa bor, kehilangan waktu dan biaya serta kerusakan formasi.
dilakukan
untuk
menurunkan densitas (berat jenis) lumpur, menurunkan gel strength, dan menurunkan tekanan pemompaan yang mengakibatkan berkurangnya inpact force di bit.
Safety factor
Gf
: 8%
: 0,410 psi/ft
Ditanya : Hitung berat lumpur yang digunakan pada interval selanjutnya untuk mengatasi lost tersebut?
Perhitungan : Pf1 = 0,410 x 1148,35 = 470,82 psi Pf2 = 0,410 x 1876,78 = 769,48 psi
Jadi, untuk mengatasi lost circulation, pada interval kedalamn selanjutnya, densitas lumpur yang digunakan harus dikurangi menjadi 8,515 ppg. Sedangkan untuk mengetahui apakah besar tekan hidrostatis lumpur melebihi tekanan rekah formasi dapat diketahui dengan melakukan perhitungan sebagai berikut. Diketahui dari data : Mw = 9,163 ppg
Jawab : Tekanan formasi mulai rekah : Pfr = Mw x D x 0,052 + Ppermukaaan Pfr = 9,163 ppg x 3149,76 ft x 0,052 + 700 psi Pfr = 2200,79 psi
Jadi, pada kedalaman 1148,35 ft tekanan rekah formasinya adalah 803,85 psi. sehingga pada kedalaman tersebut tekanan hidrostatis kita harus sedikit lebih kecil agar tidak terjadi lost circulation.
Gradien formasi rekah : Gfr = MWmaks x 0,052 Gfr = 13,44 ppg x 0,052 Gfr = 0,7 psi/ft Sehingga, pada kedalaman 1148,35 ft : Pfr = Gfr x D Pfr = 0,7 psi/ft x 1148,35 ft Pfr = 803,85 psi
KESIMPULAN
1. Densitas merupakan salah satu parameter penting dalam proses terjadinya lost circulation, dimana besarnya harga densitas berbanding lurus dengan tekanan hidrostatis lumpur pemboran. 2. Tekanan hidrostatis lumpur pemboran harus lebih besar sedikit dari tekanan formasiuntuk mencegah terjadinya kick. Akan tetapi jika tekanan hidrostatis jauh lebih besar dari tekanan formasi, maka akan menyebabkan terjadinya lost circulation. 3. Dalam analisis densitas, cara penanggulangan lost circulation dilapangan adalah dengan mengurangi densitas lumpur pemboran.
4. Untuk menjaga agar siirkulasi lumpur tetap stabil, maka tekanan hidrostatis lumpur tidak boleh melebihi tekanan rekah formasi dimana harganya berbanding lurus dengan gradient rekah formasi kali kedalaman.
5. Gradien rekah formasi sendiri sebanding dengan berat maksimum lumpur pemboran yang digunakan. Jika berat maksimum lumpur besar, maka gradien rekah formasi juga besar sehingga tekanan rekah formasi juga besar.
REFERENSI