CIRCULATION
Present by
KELAS TP B 19
OUTLINE
PENDAHULUAN
PENYEBAB LOST
CIRCULATION
PENANGULANGAN
1. PENDAHULUAN
Gambar 1.1.
Partial & total lost
Partial lost adalah bila lumpur yang hilang hanya sebagian
saja, dan masih ada lumpur yang mengalir ke permukaan.
Partial loss juga merupakan hilang lumpur dalam jumlah
yang relatif besar, lebih besar dari 15 bbl/jam atau sekitar
15 – 500 bbl/jam (40 – 1325 lpm). Dapat terjadi umumnya
pada jenis formasi yang terdiri dari pasir porous dan
gravel, serta kadang-kadang terjadi pada batuan yang
mengandung rekahan (natural fracture dan fracture
induced).
Gambar 1.2.
Lost circulation, fracture
2. Penyebab lost circulation
Mud circulating
temperature
Penentuan Tempat Loss 1000
Dep th
• Radioactive Tracer Survey
• Hot Wire Survey 4000
6000
0 10 20 30 40 50 60 70
Temperature
Gambar 2.2.
Penentuan Tempat Loss Circulation
2.1. formasi natural yang dapat
menyebabkan lost
a. Coarse dan Gravel yang mempunyai variasi permeabilitas
Studi menunjukkan bahwa formasi memerlukan permeabilitas (k)
yang tinggi untuk dimasuki lumpur. k yang tinggi dapat terjadi pada
shallow sand dan lapisan gravel.
Gambar 2.3.
Pasir kuarsa dan gravel sebagai zona lost
b. Breksiasi
Terjadi karena adanya earth stress yang menghasilkan rekahan.
Rekahan tersebut dapat menyebabkan lost circulation.
Gambar 2.4.
Pasir kuarsa dan gravel sebagai zona lost
c. Cavernous atau vugular formation
Pada dasarnya terjadi pada formasi limestone. Vugs
dihasilkan oleh aliran yang kontinu dari air alami, yg
menghancurkan bagian matriks batuan menjadi encer dan
larut.
Ketika formasi ini ditembus, lumpur akan hilang ke
formasi dengan cepat. Volume lumpur yg hilang tergantung
pada derajat vug yg saling berhubungan. Sedangkan
cavernous dapat terjadi karena pendinginan magma
d. Cracked dan fracture
Terjadi karena adanya cracked atau fracture ataupun adanya
tekanan hidrostatik lumpur yang terlalu besar.
Selain itu terjadi pada depleted zone. Depleted sand sangat
potensial tejadi nya lost. Biasanya terjadi pada sumur
pengembangan dimana tekanan formasi telah turun akibat sumur-
sumur yang telah ada sudah lam berproduksi.
Gambar 2.5.
Depleted zones
2.2. lost circulation karena tekanan
Gambar 3.2.
Skema kedudukan
penyemenan multi stage
Tahap awal dari penyemenan dengan teknik ini biasanya
dirancang sebagaimana pada penyemenan satu tahap. Semen
dipompa dibawah melewati tubing dan naik melalui annulus.
Tahap selanjutnya semen dipompa melalui suatu special
port yang akan men=mbuka jika tahap pertama selesai.
Gambar 3.3.
Stage collar for multistage cementing
3.6.2. Semen busa
Gambar 3.4.
Tekanan hidrostatik smeen dengan dan tanpa busa
b. Mengatasi hilang sirkulasi
Gambar ini menunjukkan sifat thixotropic ini disebabkan
adanya campuran CASO4 hemihydrate dan CacL2 denga
semen porland.
Gambar 3.5
Sifat thixoropic semen busa
3.6.3. Quick setting cement
metode ini dilakukan dengan memompa campuran air dan udara kdalam
lubang. Jumah air yang dipompa ke dalam ubang dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan. Setelah daerah vugular dlewati, pipa dapat diset atau
aerated water drilling dapat diteruskan.
Gambar 3.6
Aerated drilling
Gambar 3.7
Aerated drilling ploblem
REFERENSI