....................................................................................................
Jazaakallah khairan..
LAMPIRAN 8
STRUKTUR KEPENGURUSAN JAMIYYATUL QURRA WAL
HUFFAZH (JQH) MAHAD SUNAN AMPEL AL-ALI UIN MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG PERIODE 2008-2009
PEMBINA
Syamsul Ulum, MA
Syafaat, M.Ag
M. Hasyim, S.Hum
Isyroqun Najah, M.Ag
Ismatud Diniyah, Ah
PELINDUNG
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
KH. Chamzawi, M.HI
Sekretaris I
Mukhlisin
Ketua Umum
Sholihin
Wakil Ketua
Mustaen
Dev. Mudarosah
Putra
Bendahara II
Supardi
Bendahara I
Rifqiyatuz. Z
Sekretaris II
Nur Azizah
Dev.Mudarosah
Putri
Dev. Munaqosyah
Dev. Funun Islamiyah
Dev. Humasy dan
Dakwah
Dev. Inventaris
LAMPIRAN 9.
DENAH KAMPUS UIN MALANG DAN MAHAD SUNAN AMPEL AL-
ALI
ANGGOTA
gerbang
utara
gerbang
selatan
Perpust
akaan
pusat
Fakultas
Saintek
Gedung
rektorat
Fakultas
tarbiyah
Fakultas
ekonomi
Fakultas
psikologi
Gedung
perkulia
han A
Gedung
perkulia
han B
Gedung sport center
Lapangan
olah raga
Gedung
pasca
sarjana
Masjid
akbar
Unit
Ummu
Salama
h
Unit
Fatim
ah
zahro
Unit
Asma
Unit
khodi
jah
Kantin
putri
masuk
keluar
Fakultas
syariah
Taman
kampus
Unit Al-Ghozali
Unit ibn. kholdun
Gedung
Lp3i
Fak.
humbud
Pusat
informasi
Masjid
Parkir
Unit ibn sina
Unit ibn Rusyd
Unit Al-Farabi
Kantin
mahad
putra
Taman
Area mahad
putri
Area
maha
d putra
RD 3,4,5
RD 2
RD 1
Gedung
halaqah
R. tamu
Gerb
ang
barat
LAMPIRAN 10
PETA LOKASI KAMPUS UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
J ln. Soekarno.H
J ln. Sumber sari
J ln. Bendungan Sutami
Kampus
UIN
Malang
Kampus
ITN
Kampus
UNIBRA
Ke
kota
Batu
Ke
arah
Kota
Ke
arjo
sari
LAMPIRAN 11
Foto-foto pelaksanaan hafalan Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Kegiatan Khatm
Al-Quran bil ghaib tiap hari Ahad di Masjid At Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim malang,
diikuti oleh anggota J QH, termasuk Mahasiswa J urusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Aktivitas pentashihan hafalan Al-Quran mahasiswa oleh instruktur hafalan (ustadzah Ismatud
diniyah) di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (rumah dinas no.2)
Wawancara peneliti dengan Instruktur hafalan Al-Quran (Ustadzah Ismatud Diniyah Ah.) tentang
sejarah J QH dan pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang
LAMPIRAN 12
KLIPING TENTANG JQH UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
GEMA Edisi: 36 J uli -Agustus 2008
page 2
57 Penghafal Al-Quran
Meriahkan Temu Wali Maba
Barangkali hati ribuan wali m a h a s i s w a baru yang hadir di aula gedung
Sport Center terharu saat melihat wisudawan/wisudawati tahfizh Al-Quran naik
ke atas panggung. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi disampaikan oleh
Rektor saat memberikan sambutan di depan hadirin Temu Wali. Sungguh suatu
kebanggaan besar bagi UIN Malang, di jaman yang cenderung hedonis ini masih
bisa menghasilkan anak didik yang mampu menjaga Al-Quran, kitab suci dan
pedoman hidup umat Islam.
Pertemuan wali mahasiswa (temu wali) baru memang biasa dilakukan seiring
penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya. Namun, kali ini (23/08) ada yang
berbeda dari temu wali mahasiswa baru tahun sebelumnya. Sebab, sebanyak
57 mahasiswa yang juga mahasantri Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Malang
diwisuda/dikukuhkan bersamaan dengan acara besar itu.
Para hafizh yang di wisuda kali ini tidak ujuk ujuk begitu saja. Tetapi telah
mengikuti ujian tahfizhul Quran. Ujian untuk calon wisuda penghafal Al-Quran itu
sudah dilaksanakan tanggal 14-29 J uni yang lalu. Ini jadi menarik karena kali
pertama dilakukan di J amiyyatul Qurra wal Huffadz (J QH) UIN Malang.
Selama ini, para hafizh dan hafizhah tidak mendapatkan penghargaan atau
apresiasi secara simbolik dari civitas akademik. Untuk itulah Munjiyat, ketua
J QH, mengusahakan agar para penghafal Al-Quran selalu mendapatkan
penghargaan simbolik dari kampus. Sehingga bisa menjadi motivasi bagi para
mahasiswa lain, baik yang sudah hafal atau masih akan menghafal Al-Quran.
Solihin, ketua pelaksanaan Ujian dan Wisuda mengungkapkan bahwa untuk
anggota yang diuji disyaratkan menghafal secara lengkap di depan dewan
penguji. Mereka yang berhasil menempuh ujian akan mendapat syahadah dari
Rektor UIN Malang dan Dewan Pengasuh Mahad AlAly.
Sebagaimana disampaikan Rektor UIN Malang dalam sambutannya, prestasi
mahasiswa tahfizh ini patut diacungi jempol. Sebab, menghafal Al-Quran bukan
hal yang mudah. Perlu ketekunan dan upaya penjagaan secara maksimal,
apalagi, untuk kalangan mahasiswa, yang notabene memiliki kegiatan sangat
padat dan dituntut belajar setiap saat, terangnya bangga. Menurutnya para ma-
hasiswa penghafal Al-Quran ini tidak pernah berbuat ulah saat kuliah. Mereka
semua adalah mahasiswa yang patut dicontoh dan diteladani. Sebab, selain me-
reka adalah orang-orang yang pandai dan cerdas, mereka juga telah mengha-
rumkan nama kampus dan tidak pernah mengacaukan kampus. Mahasiswa
semacam ini jauh lebih dibutuhkan banyak orang daripada mereka yang tidak
menghafal, tapi suka membuat kekacauan di kampus, tambahnya. (aj/hef).
Taaruf Qurani Khidmat Sekaligus Menyenangkan
Sabtu, 13 Desember 2008 13:41
J QH memang tak kenal lelah
mensosialisasikan Al-Quran di kampus ini.
Berbagai kegiatan dilakukan agar anggota
J QH terus aktif. Tengok saja kegiatan
Taaruf Qurani (1-2/11) yang diadakan di
gedung halaqoh. Baburrahman, ketua
panitia, mengaku kegiatan Taaruf Qurani
ketiga ini berlangsung khidmat sekaligus menyenangkan.
Taaruf Qurani yang bertema Potensi Autentik ke-Al-Quranan ini diikuti oleh
120 anggota baru. J umlah ini, menurut Baburrahman, sangat di luar dugaan.
Alhamdulillah, banyak yang gabung ke J QH, tutur mahasiswa semester II
jurusan ekonomi tersebut.Menurut keterangan Baburrahman, acara Taaruf
Qurani ini terdiri dari dua macam, yaitu acara formal dan out-bond. Dalam sesi
formal, didatangkan empat pembicara, antara lain Syamsul Ulum, Dosen
Tarbiyyah, dengan tema Menghafal Al-Quran, Agus Mulyono, Dosen Saintek,
dengan tema Al-Quran dan Sains, M. Hasyim, Dosen PKPBA, dengan tema
Sejarah J QH, dan Syafaat, Dosen PKPBA, dengan tema Motivasi Menghafal Al-
Quran. Sedangkan acara out-bond diadakan pada pagi hari di hari kedua,
tepatnya di halaman Gedung Al-Ghozali. Semuanya semangat, semuanya
khidmat! Aku Mustain, sekretaris umum J QH.
Selain itu, untuk menutup acara, digelar juga pentas seni. Para peserta
ternyata banyak yang memiliki bakat seni, terbukti dengan tampilan-tampilan
kreatif mereka. Ada pertunjukan parade nyanyian, musik, yale-yale berirama,
sampai pada pantomim. Pentas seninya sangat menghibur para peserta, terang
Mustain lagi.
Baburrahman mengaku, bahwa selama ia jadi mahasiswa UIN malang, maka
ia akan berupaya keras untuk mensosialisasikan Al-Quran. Melalui J QH,
diharapkan mahasiswa UIN Malang mampu menjadi mahasiswa yang qurani.
Belajar Al-Quran tidak terbatas tempat, lanjutnya. Di manapun, kapanpun, dan
sampai kapanpun, Al-Quran harus terus dipelajari. Al-Quran itu multidisiplin
ilmu, sayang kalau tidak dipelajari, kata Baburrahman serius. (hef)
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=347:taaru
f&catid=27:gema-edisi-37
JQH:Isi Liburan dengan Karantina Tahfizh
J umat, 20 Maret 2009 08:52
GEMA-Liburan semester gasal selama bulan
Februari ini disambut positif oleh pengurus
J QH (J amiyatul Qurro wal Huffadz). Mereka
mengadakan kegiatan karantina Tahfizh
selama liburan (2-22/2). Kegiatan tersebut
mewajibkan peserta untuk tinggal di mahad
selama liburan dan tidak diperkenankan
pulang ke rumah.
Tujuan karantina tahfidz sendiri adalah untuk memberikan sarana bagi para
hafidz untuk menambah setoran bagi pemula ataupun memperlancar hafalan
bagi yang sudah selesai, tutur Zakiyah Umami, salah satu teamwork yang juga
pengurus J QH tersebut.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang Imam Suprayogo(2/2) itu diikuti sekitar 60 peserta putra dan putri.
Saya sangat memuliakan orang yang hafal al-Quran, karena saya bisa
mengembangkan UIN sampai sebesar ini karena terinspirasi dari Al-Quran, kata
dosen asal Trenggalek dalam sambutannya.
KH. Chamzawi yang juga berkesempatan memberikan sambutan dalam
pembukaan tersebut juga mengungkapkan kebanggaannya pada antusiasme
peserta yang mengikuti kegiatan karantina tahfizh Al-Quran tersebut. Andai
saya mempunyai banyak jempol pasti sudah saya acungkan semuanya, namun
karena saya hanya punya empat maka keempat jempol saya saya acungkan
buat kalian semua, gurau dewan pengasuh MSAA mengungkapkan
kebanggaannya.
Acara tersebut memang patut mendapat apresiasi. Di saat para mahasiswa
lain menikmati liburan di rumah, para peserta karantina sangat antusias
mengikuti setiap kegiatan yang diprogramkan seperti shalat tahajud setiap
malam, mengaji/menghafal al-Quran empat kali sehari, serta fasohah & tajwid
yang diadakan tiap J umat.
Khairunnisa, salah satu peserta karantina mengungkapkan kesannya
mengikuti kegiatan tersebut, Saya sangat senang dengan kegitan ini karena
membuat liburan saya lebih bermanfaat dengan memperdalam ilmu al-Quran,
tutur mahasiswi jurusan Fisika asal Bima tersebut sambil tersenyum. (ct)
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=801:jqh&catid=29
:gema-edisi-39
Senin, 04 Mei 2009 07:56
Wisuda dan Hafal Al-Quran
Tiga kali berturut-turut wisuda di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dirasakan ada
yang istimewa. Mereka yang mendapatkan prestasi
akademik unggul ternyata beberapa di antaranya
adalah hafal Al-Quran genap tiga puluh juz.
Prestasi akademik unggul pada wisuda tiga
semester yang lalu, diraih oleh mahasiswa jurusan
fisika, kemudian dua semester lalu, diraih mahasiswa
matematika dan psikologi dan pada wisuda hari Sabtu
tanggal 2 Mei 2009 yang lalu diraih oleh mahasiswa fakultas Syariah. Semua
lulusan terbaik tersebut hafal Al-Quran 30 juz. Selain itu, sekalipun tidak
termasuk berprestasi akademik unggul, pada wisuda terakhir ini, masih ada tiga
mahasiswa yang hafal Al-Quran, dua di antaranya adalah lulus jurusan Bahasa
dan Sastra Arab, sedang seorang lagi jurusan matematika.
Untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang hafal Al-Quran 30 juz
itu, maka mereka diberikan peluang untuk meneruskan studi lanjut di program S2
dengan biaya dari kampus. Tiga penghafal Al-Quran 30 juz, diberi peluang
masuk pascasarjana kampus ini. Sedang seorang lagi dari jurusan matematika,
dipersilahkan mencari sendiri perguruan tinggi yang diminati, karena UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang belum menyelenggarakan program itu.
Terus terang, saya pernah beranggapan salah terhadap para penghafal Al-
Quran ini. Saya mengira bahwa mahasiswa penghafal Al-Quran akan tidak bisa
maksimal mengikuti kuliah bidang studi pilihannya. Saya menganggap menghafal
Al-Quran dan sekaligus belajar bidang ilmu yang geluti tidak akan berhasil
kedua-duanya. Sekalipun saya tidak pernah berkomentar secara terbuka tentang
itu, tetapi pandangan saya mengatakan demikian. Pikiran saya mengatakan
bahwa bagaimana seseorang pada saat yang sama memikul beban sedemikian
berat. Pandangan pesimis itu, saya dasarkan pada kenyataan bahwa mahasiswa
yang mengambil kuliah dengan bobot 24 sks saja sudah dirasa terlalu berat.
Sehingga, tidak semua mahasiswa sanggup menjalaninya dengan baik. Pikiran
saya mengatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas tertentu, dan jika
seseorang menanggung beban melebihi kapasitasnya, maka tidak akan mampu
dan jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil maksimal.
Pandangan saya itu ternyata sangat keliru. Setelah saya amati dalam waktu
lama, ternyata mahasiswa yang menghafal al Quran, prestasi akademik mereka
tidak kalah bilamana dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikuti kegiatan
itu. Para mahasiswa penghafal Al-Quran yang tergabung dalam organisasi J QH
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ternyata memiliki banyak keunggulan. Melalui
organisasi itu mereka dibimbing oleh para seniornya dan juga beberapa dosen
pembimbing yang kebetulan juga hafizh. Mahasiswa yang masuk dalam
organisasi ini, justru menyandang banyak kelebihan, misalnya, dalam hal
kegiatan spiritual mereka lebih aktif berjamaah di masjid, dalam hal sosial
tampak hubungan mereka dengan para dosen dan penampilan sebagai
mahasiswa lebih mencerminkan sebagai mahasiswa muslim.
Atas dasar penglihatan saya seperti itulah kemudian, sebagai pimpinan
kampus, tergerak untuk memberikan penghargaan kepada mereka itu.
Penghargaan yang selama ini bisa saya berikan ialah mereka yang hafal Al-
Quran minimal 10 juz saya bebaskan dari seluruh biaya pendidikan di kampus
ini. J umlah mereka yang masuk kategori ini cukup banyak. Namun demikian,
ternyata tidak semua dari mereka yang hafal Al-Quran itu mau menerimanya.
Ada beberapa mahasiswa penghafal Al-Quran yang tidak diijinkan oleh orang
tuanya menerima pembebasan biaya pendidikan itu, dengan alasan khawatir
mengganggu keikhlasannya, yakni menghafal Al-Quran hanya agar
mendapatkan penghargaan dari kampus.
Melihat kenyataan bahwa semakin lama ternyata prestasi akademik para
penghafal Al-Quran justru lebih baik, beberapa mahasiswa fisika, matematika,
psikologi, syariah, tarbiyah, bahasa dan sastra dan lain-lain, maka saya
menyimpulan sementara bahwa antara kekuatan fisik seseorang tidak sama
dengan kekuatan nalar atau otak mereka. Kekuatan fisik hanya bisa bertahan
pada usia tertentu dan juga memiliki kemampuan menanggung beban tertentu
pula. J ika hal itu ditambah, maka tidak akan mampu lagi. Ada batas-batas
maksimal yang mampu dilakukan. Seseorang yang memiliki kemampuan
memikul beban maksimal 60 kg misalnya, ia tidak akan mampu jika beban itu
ditambah 10 kg lagi.
Hal itu berbeda dengan kemampuan nalar atau otak. Beban itu bisa
ditambah, dan ternyata penambahan beban tersebut tidak akan selalu
menganggu kemampuan ciptaan Allah yang sangat berharga, berupa otak itu.
Bahkan sebaliknya, jika beban itu semakin sedikit, maka kemampuan otak tidak
bertambah lebih baik. Para pemikir karena beban tugasnya sehari-hari, ternyata
tidak kelihatan capek dan bahkan kemampuan otaknya jika selalu digunakan
akan semakin kuat. Berbeda dengan orang yang tidak pernah berpikir, karena
tidak mendapatkan tantangan apa-apa, maka pikiran mereka tidak tampak
tangkas jika suatu ketika menghadapi persoalan. Berangkat dari kenyataan itu
sekalipun masih terbatas dan perlu penelitian lanjut, melakukan pembatasan
beban belajar terhadap siswa/mahasiswa tidak selalu tepat. Orang-orang
tertentu, tatkala diberi beban lebih banyak, justru tampak lebih cepat
perkembangan pikirannya dan begitu juga sebaliknya.
Kembali pada kegiatan menghafal Al-Quran. Saya pernah melihat kegiatan
menghafal Al-Quran, yang diikuti oleh sejumlah besar anak di Iran. Tidak kurang
dari 300 an lembaga pendidikan tempat penghafal Al-Quran di Iran. Masing-
masing diikuti oleh ratusan anak. Anak-anak pada umur 4 tahun biasa dikirim
oleh orang tua mereka ke lembaga pendidikan penghafal Al-Quran itu. Melalui
lembaga ini kemudian banyak sekali anak-anak Iran yang baru berumur 7, 8 atau
9 tahun sudah hafal Al-Quran 30 juz. Dahulu ketika guru mengaji saya
menceritakan bahwa Imam al-Ghazali dan juga Imam Syafii baru berusia 7 tahun
sudah hafal Al-Quran, saya merasa terheran-heran. Akan tetapi, setelah saya
datang sendiri ke Thus, tempat kelahiran Imam al-Ghazali pengarang kitab ihya
Ulumuddin, ternyata di sana memang banyak anak-anak seusia itu sudah hafal
Al-Quran 30 juz. Sehingga sesungguhnya, prestasi Imam al Ghazali itu di tempat
kelahirannya, yakni di Thus sampai saat inipun bukan merupakan hal aneh.
Banyak sekali anak-anak di sana yang umurnya belum genap 10 tahun sudah
hafal Al-Quran secara lengkap.
Anak-anak Iran yang hafal Al-Quran tersebut, sesuai dengan perkembangan
umurnya memasuki lembaga pendidikan pada umumnya di negeri itu. Pada usia
perguruan tinggi, mereka masuk menjadi mahasiswa, mengambil program studi
yang mereka minati, seperti kedokteran, teknik, ekonomi, psikologi, fisika, kimia,
biologi dan seterusnya. Dengan demikian, banyak sekali mahasiswa kedokteran,
fisika, kimia, biologi dan seterusnya hafal Al-Quran. Dan ternyata dengan hafal
Al-Quran itu tidak menjadikan prestasi akademik mereka tertinggal dari
mahasiswa lain yang tidak hafal kitab suci itu. Hal yang sama terjadi di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, sekalipun mahasiswa di kampus
ini jumlah penghafal Al-Quran belum sebanyak di Iran, tidak sedikit yang prestasi
akademiknya justru lebih unggul.
Melihat kenyataan tersebut, maka dalam rangka melahirkan generasai
unggul di masa depan, saya berpendapat bahwa, setidak-tidaknya di kampus-
kampus perguruan tinggi Islam, para mahasiswanya seharusnya didorong
melakukan kegiatan menghafal Al-Quran. Tidak perlu lagi dikhawatirkan bahwa
para penghafal Al-Quran akan lemah prestasi akademiknya. Pada
kenyataannya, dalam banyak kasus ternyata para penghafal Al-Quran justru
memiliki keunggulan, baik dalam kehidupan intelektual, sosial maupun
spiritualnya. Calon pemimpin umat seperti inilah sesungguhnya yang diperlukan
di masa depan. Wallahu alam.
http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=908:0405-
2009&catid=25:artikel-rektor