Anda di halaman 1dari 9

1

Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya


Menurut Manual Pemeliharaan Jalan no : 03/MN/B/1983 dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Binamarga, kerusakan jalan terutama pada perkerasan lentur dapat dibedakan atas 6
jenis yang akan dijelaskan secara bertahap berikut jenis-jenisnya:
Retak (cracking)
Distorsi (distortion)
Cacat Permukaan (disintegration)
Pengausan (polished aggregate)
Kegemukan (bleeding / flushing)
Penurunan pada bekas penanaman utilitas

1. Retak / Cracking
Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :
a). Retak Halus (hair cracking)
ciri-ciri Lebar celah 3mm. Penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik,
tanah dasar / bagian perkerasan dibawah lapis permukaan yang kurang stabil. akibat
retak halus ini air dapat meresap kedalam lapis permukaan. Sehingga untuk
pemeliharaan dapat digunakan lapis latasir, buras. Dalam tahap perbaikan, sebaiknya
dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut retak rambut
dapat berkembang menjadi retak buaya.

Gambar 1. Jalan Retak Halus
b) Retak Kulit Buaya (alligator crack)
ciri-ciri utama dari retak kulit buaya adalah dengan adanya celah dengan lebar
3mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai
kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik,
pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan
kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).
Daerah retak kulit buaya yang luas, biasanya disebabkan oleh repetisi beban lalu
lintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.

2
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
Untuk sementara untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun
lataston.
Jika celah 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit
buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara
dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan
bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikandrainase disekitarnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalu lintas harus diperbaiki dengan memberi
lapis tambahan.

Gambar 2. Jalan Retak Kulit Buaya
c) Retak Pinggir (edge crack)
Retak pinggir, retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke
bahu dan terletak dekat bahu, disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah
samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya
settlement dibawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan
dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir.
Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan
drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan
mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.
Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar dengan disertai lubang-lubang.

Gambar 3. Jalan Retak Pinggir

3
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
d) Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)
Retak sambungan bahu perkerasan, retak memanjang, umumnya terjadi pada
sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan kondisi drainase
dibawah bahu jalan lebih buruk daripada dibawah perkerasan, terjadinya settlement di
bahu jalan, penyusutan material bahu / perkerasan jala, atau akibat lintasan truk /
kendaraan berat di bahu jalan.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan capuran aspal cair dan pasir.
e) Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
Retak ini merupakan retak yang terjadi secara memanjang yang pada dua sambungan
lalu lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan dua lajur lalu lintas.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir ke
dalam celah-celah yang terjadi.

Gambar 4. Retak Sambungan Jalan
f) Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)
Retak jenis ini terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan
pelebaran secara memanjang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di
bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh tidak
baiknya ikatan antar sambungan.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan
pasir.

Gambar 5. Retak Sambungan Pelebaran Jalan

4
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
g) Retak Refleksi (reflection crack)
Ciri-ciri Retak Refleksi dapat terjadi secara memanjang, melintang, diagonal, atau
membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan
retakan di bawahnya. Retak ini dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak
diperbaiki dengan baik sebelum pekerjaan overlay, dapat pula terjadi jika terjadi
gerakan vertical atau horizontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat perubahan
kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.
Untuk retak memanjanag, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan dengan
mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentuk
kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan
yang sesuai

Gambar 6. Jalan Retak Refleksi

h) Retak Susut (shrinkage crack)
Retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam.
Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai
aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan
tanah dasar.
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir, dan dilapis dengan burtu.
i) Retak Selip (slippage crack)
Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi disebabkan
oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dandan lapis di bawahnya.
Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda
non adhesive lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di
antara kedua lapisan. Retak selip dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam
campuran lapisan permukaan atau kurang baiknya pemadatan lapis permukaan.
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.


5
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnya tanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Untuk dkerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis
diantaranya:
a) Alur (ruts)
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Disebabkan oleh lapis perkerasan yang
kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban
lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula
menimbulkan deformasi plastis.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

Gambar 7. Jalan Rusak Alur
b) Keriting (corrugation)
Dapat terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu
tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan
licin, aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga dapat terjadi
jika lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.
Jenis kerusakan Keriting dapat diperbaiki dengan cara :
Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis
pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.
Bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm, lapis tersebut diangkat dan diberi
lapisan baru.

Gambar 8. Jalan Rusak Keriting

6
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
c) Sungkur (shoving)
Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti,
kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa
retak. Penyebab kerusakan sama dengan keriting.
Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.

Gambar 9. Jalan Rusak sungkur
d) Amblas (grade depression)
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang. Amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan,
pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah
dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:
Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan yang sesuai
dengan lapen, lataston, laston.
Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblasdibongkar dan dilapis kembali
dengan lapis yang sesuai

Gambar 10. Jalan Amblas




7
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
e) Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat
adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.
Perbaikan dilakuan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi & mekanis
dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:
a) Lubang (potholes)
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari
kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampai ke
dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
y Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
y Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
y Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk
dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali
dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar
sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

gambar 11. rusak jalan berbentuk lubang



8
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
b) Pelepasan butir (raveling)
Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama
dengan lubang
Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami
pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan

gambar 12. pelepasan butiran batu

c) Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)
Disebabkabn oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya,
atau terlalu tipisnya lapis permukaan.
Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis
dengan buras.

gambar 13. pengelupsan lapisan permukaan







9
Eka Wijaya (03071001061) Teknik Sipil Universitas Sriwijaya
4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap
roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin. Dapat diatasi dengan
latasir, buras, latasbum.

gambar 14. pengausan permukaan perkersan

5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)
Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda, dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu
banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan menaburkan
agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi lapisan
penutup.

gamabr 5. kegemukan permukaan perkerasan

6. PENURUNAN PADA BEKAS PENANAMAN UTILITAS (UTILITY CUT
DEPRESTION)
Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki
dengan dibongkar kembali, dan diganti dengan lapis yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai