kerugian psikologis atau emosional ( Dorland, 2002 : 2111 )
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001 : 2476 )
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tumpul Biasanya disebabkan karena benturan, pukulan Faktor lainnya seperti jatuh dan trauma secara mendadak Hasil dari crush injury dan trauma deselerasi mengenai organ padat (karena perdarahan) atau usus (karena perforasi dan peritonitis) Limfe dan hati adalah organ yang paling sering dilibatkan
2. Trauma tajam Biasanya disebabkan karena tusukan, tikaman atau tembakan senapan. Mungkin dihubungkan dengan dada, diafragma dan cedera pada system retroperitoneal. Hati dan usus kecil adalah organ yang paling tersering mengalami kerusakan. Luka tusukan mungkin akan menenbus dinding peritoneum dan seringkali merusak secara konservatif, bagaimanapun luka akibat tembakan senapan selalu membutuhkan pembedahan dan penyelidikan lebih awal untuk mengendalikan cedera intraperitoneal. Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Laserasi, memar, ekimosis Hipotensi Tidak adanya bising usus, Hemoperitoneum Mual dan muntah Adanya tanda Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), Nyeri, Pendarahan, Penurunan kesadaran, Sesak Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent. Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan retroperitoneal . Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT Pemberian obat analgetik sesuai indikasi Pemberian O2 sesuai indikasi Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan
Trauma penetrasi : Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi tersebut di atas Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN 1. Data subyektif
Riwayat penyakit sekarang : a) Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik ( cedera pada hati) b) Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ), tanda Kehr (nyeri pada kuadran kiri atas yang menjalar ke bahu kiri) pada cedera limfa c) Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin asimptomatik kecuali terdapat peritonitis, tanda mungkin tidak ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera pancreas d) Nyeri pada abdomen ,mual dan muntah pada cedera usus e) Mekanisme cedera trauma tumpul atau tajam.
Riwayat medis : a) Kecenderungan terjadi pendarahan b) Alergi c) Penyakit liver / hepatomegali pada cedera hati
2. Data objektif
Data Primer A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas B : Breathing (pernapasan) : Ada dispneu, penggunaan otot bantu napas dan napas cuping hidung. C : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , adanya tanda Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), tanda Cullen, tanda Grey-Turner, tanda Coopernail, tanda balance.,takikardi,diaforesis D : Disability (ketidakmampuan ) : Nyeri, penurunan kesadaran, tanda Kehr
Data sekunder E : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah abdomen tergantung dari tempat trauma F : Five intervension / vital sign : Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung, pulse oksimetri, catat hasil lab abnormal
Data sekunder
H : Head to toe : Inspeksi : - Adanya ekimosis - Adanya hematom
Auskultasi : Menurun/tidak adanya suara bising usus
Palpasi : - Pembengkakan pada abdomen - Adanya spasme pada abdomen - Adanya masa pada abdomen - Nyeri tekan
Perkusi : - Suara dullness
I : Inspeksi posterior surface : Dikaji jika ada yang mengalami cedera pada bagian punggung (spinal)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri yang dialami pasien terkontrol
Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang Pasien tampak rileks TTV dalam batas normal (TD 140-90/90-60 mmHg, nadi 60- 100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, suhu 36, 5 37, 5 0 C) Pasien dapat menggunakan teknik non-analgetik untuk menangani nyeri.
Mandiri : Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, qualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi. Rasional: Mempengaruhi pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi. Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, perubahan tanda- tanda vital. Rasional: Petunjuk non-verbal dari nyeri atau ketidaknyaman memerlukan intervensi. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, masase. Rasional: Tindakan alternative untuk mengontrol nyeri Ajarkan menggunakan teknik non-analgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, akupresure) Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping. Berikan lingkungan yang nyaman Rasional: Menurunkan stimulus nyeri.
Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi : relaksan otot, misalnya : dantren; analgesik Rasional: Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot.