Anda di halaman 1dari 20

KONVERGENSI MEDIA DALAM RADIO KOMUNITAS

1

(Studi pada Radio Komunitas Angkringan di Timbulharjo, Sewon, Bantul)

Ulil Hakam

Dosen Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta
email: uulwach74@yahoo.co.id
Naskah masuk: 29 April 2011, disetujui: 14 Juni 2011


Abstrak
Penelitian tentang konvergensi media ini berfokus pada radio komunitas,
sebagai bentuk aplikasi teknologi komunikasi di Desa Timbulharjo, Sewon,
Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
Radio Komunitas Angkringan melakukan konvergensi media dengan
penggunaan internet sebagai bentuk terobosan teknologi komunikasi di
desa, yang dianggap mampu dalam mengatasi hambatan yang ada, untuk
menjawab permintaan dari kebutuhan masyarakat akan akses informasi
yang lebih luas serta lebih mudah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konvergensi media terjadi melalui penggunaan internet mampu
dioperasikan, meskipun belum bekerja maksimal.
Kata kunci: radio komunitas, konvergensi media, teknologi komunikasi


MEDIA CONVERGENCE IN COMMUNITY RADIO
(Study on Angkringan Community Radio in Timbulharjo, Sewon, Bantul)

Abstract
This research discusses medium convergence in community radio through
internet usage as a form of application of communication technology in
Timbulharjo Village by Angkringan Community Radio (ACR). The objective
of this research is to explain how the ACR conducts a medium convergence
with internet usage as a form of communication technology breakthrough in
the village. It is considered to be able in overcoming the existing obstacles

1
Tulisan ini semula tesis penulis pada Pasca Sarjana Ilmu Politik Konsentrasi Ilmu
Komunikasi UGM tahun 2009, berjudul KONVERGENSI MEDIA PADA RADIO KOMUNITAS
(Studi Deskriptif Pemanfaatan Internet oleh Radio Komunitas Angkringan di Desa
Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta) dan telah mengalami
perubahan seperlunya guna kepentingan pemuatan pada jurnal ini. Sehubungan dengan
itu kami mengucapkan terima kasih kepada: Dr. Ana Nadya Abrar (Pembimbing dan
Penguji), Prof.Dr. Nunung Prajarto (Penguji), Hermin Indah Wahyuni, Ph.D (Penguji) yang
telah memberikan sumbangan pemikiran, saran, kritik untuk memperkaya tulisan hingga
dapat dimuat pada jurnal edisi ini.

due to the regulation and answering the demand of the communities
necessity on wider and easier information access for the communities in the
village legally and with rights-advantages. The research results show that
medium convergence occurring through internet usage by the ACR is able to
be operated although it has not been working maximally.
Keywords: community radio, medium convergence, communication
Technology


PENDAHULUAN


Latar Belakang
Radio komunitas merupakan media
alternatif bagi warga/komunitas terhadap
pelayanan radio swasta yang kurang
memuaskan, karena hanya mengedepan
kan komersialisasi. Radio komunitas
secara swadaya dikelola, dan didanai oleh
masyarakat/ komunitas, karena manfaat
dan fungsinya ditujukan untuk kemajuan
komunitas.
Saat ini beberapa radio komunitas
selanjutnya ditulis (rakom) semakin
memantapkan perannya dalam proses
pembentukan dan menguatkan potensi
lokal, menyokong ekonomi kerakyatan
dan melestarikan kearifan lokal sekali
gus mendorong terwujudnya aparat
yang bersih dengan melakukan
pemantauan melalui media komunitas
yang ada di desa.
Radio Komunitas Angkringan untuk
selanjutnya ditulis (RKA), berdiri sebagai
bentuk terobosan dari anakanak muda
yang kreatif agar warga Desa Timbul
harjo, Sewon, Bantul memiliki akses infor
masi yang seluasluasnya dan membentuk
masyarakat sadar informasi, baik infor
masi berkenaan dengan permasalahan
warga, informasi pertanian, peternakan,
hiburan maupun informasi mengenai
kebijakan pemerintah. Dengan demikian
RKA mempunyai peranan yang cukup
strategis sebagai sarana informasi dan
komunikasi warga dalam bersosialisasi
dan bermedia di desa tersebut. Seiring
dengan perkembangan teknologi komuni
kasi dan informasi yang pesat dengan
kehadiran internet yang menjelma seba
gai media universal tanpa batasan ruang
dan waktu sekaligus interaktif, secara
tidak disadari menciptakan kebutuhan
baru bagi masyarakat.
Berdasar perkembangan tersebut,
rakom memiliki harapan baru untuk lebih
mengembangkan eksistensi sebagai me
dia komunitas sekaligus memberikan pe
luang terhadap akses masyarakat dalam
memperoleh informasi dengan lebih baik
dan mudah. Hal itu dimungkinkan karena
radio komunitas dapat melakukan
konvergensi atau perkawinan teknologi
antara media radio dan media internet.
RKA merupakan salah satu contoh
rakom yang berhasil melakukan konver
gensi media. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui proses yang telah
dilakukan oleh RKA sehingga berhasil
dalam melakukan konvergensi media.
Bagaimana pun, apa yang telah dicapai
RKA dapat dikatakan sebagai pengalaman

terbaik (best practice) yang dapat diadop
si oleh rakom maupun institusi lain yang
ingin melakukan hal sejenis. Sehubungan
dengan maksud tersebut maka penelitian
tentang bagaimana RKA berhasil melaku
kan konvergensi antara media radio
dengan media internet penting untuk
dilakukan.
Adapun sasaran penelitian ini akan
difokuskan pada aspek konvergensi me
dia. Guna menjawab permasalahan pene
litian maka studi ini akan dilakukan di
RKA Desa Timbulharjo, Kecamatan Se
won, Kabupaten Bantul. Pilihan terhadap
rakom ini didasari oleh observasi awal
bahwa RKA telah mengawali sosialisasi
pada komunitasnya tentang keberadaan
internet di studio Angkringan yang pada
awalnya dapat dimanfaatkan oleh komu
nitas RKA dan pada perkembangannya
memunculkan pemikiran untuk mengem
bangkan internet sebagai sarana komuni
kasi dan informasi dari RKA ke komuni
tasnya.

Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang terse
but maka rumusan permasalahan pene
litian ini adalah bagaimana Radio Komu
nitas Angkringan di Desa Timbulharjo,
Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul
melakukan konvergensi media dengan
pemanfaatan internet?

Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Radio Komunitas
Angkringan di Desa Timbulharjo, Keca
matan Sewon, Kabupaten Bantul melaku
kan konvergensi media dengan peman
faatan internet.


LANDASAN TEORI
Karena fokus permasalahan pada
penelitian ini adalah bagaimana konver
gensi media pada radio komunitas dengan
pemanfaatan internet yang dilakukan
oleh RKA, maka dalam menjelaskan
keterkaitan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari beberapa konsep dasar.
Salah satu kajian dalam komunikasi yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah
konsep media komunitas.

Media komunitas
Saat ini media hanya mementing
kan keuntungan ekonomi tanpa memikir
kan kepentingan masyarakat. Dalam
perkembangannya masyarakat membu
tuhkan media alternatif yang memerhati
kan kehidupan mereka, untuk itu dibu
tuhkan sebuah media yang berasal dari,
untuk dan bagi mereka. Hal ini merujuk
pada media komunitas dalam konteks
radio komunitas bahwa semangat pendi
riannya adalah kerja sama (Masduki,
2003: 87).
Secara umum karakteristik dari
media komunitas menurut Jankowski et
all (2002:8), sebagai berikut.
1. Obyektif dalam menyampaikan berita
dan informasi yang relevan.
2. Kepemilikan dan kontrol dilakukan
oleh komunitas setempat, pemerintah
lokal, dan komunitas yang berbasis
organisasi.
3. Isi/content berorientasi lokal dan
produksi sendiri;

4. Produksi media: melibatkan non
profesional dan volunteer/ sukarela,
5. Distribusi: melalui udara; infrastruk
tur televisi kabel; atau jaringan
elektronik lainnya;
6. Audiens: lokasinya dalam lingkungan
yang relatif kecil, dalam lingkup
geografis meskipun secarapisik
audiensnya menyebar.
7. Pembiayaan/financing: tidak komer
sial, meskipun dana dapat diperoleh
dari kerjasama dengan sponsor, iklan,
dan subsidi pemerintah

Ada berbagai pandangan yang
berkaitan dengan media komunitas, teta
pi penekanannya pada radio komunitas.
1. Lembaga penyiaran komunitas meru
pakan lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum Indonesia,
didirikan oleh komunitas tertentu,
bersifat independen dan tidak komer
sial, dengan daya pancar rendah, luas
jangkauan wilayah terbatas serta
untuk melayani kepentingan komuni
tasnya, (Pasal 21 UU Penyiaran 2002).
2. Menurut Fraser dan Estrada (2001:
29) terdapat perbedaaan antara lem
baga penyiaran publik, komersial, dan
komunitas. Lembaga penyiaran ko
mersial memerlakukan pendengarnya
sebagai obyek, sedangkan radio ko
munitas memperlakukan pendengar
nya sebagai subyek dan pesertanya
terlibat dalam penyelenggaraannya.
3. Menurut Ghazali (2002) dalam Rach
miatie (2007: 42) media komunitas
merupakan lembaga penyiaran yang
didirikan untuk melayani komunitas
tertentu, baik dalam konteks suatu
batasan geografis maupun dalam kon
teks rasa identitas atau minat yang
sama.

Karakter Media Komunitas/Radio
Komunitas
Dari batasan baik ilmu komunikasi,
maupun rumusan AMARC, media komu
nitas/radio komunitas adalah:
a. Piranti politik; yang mengejawantah
kan hakhak sipil & politik warga
negara warga negaraVoice of the
voiceless; the mouthpiece of the
oppressed people; creating consensus;
broadening democracy.
b. Piranti pemberdayaan masyarakat
miskin; informasi yang berada pada
kalangan akar rumput perdesaan
maupun perkotaan to build commu-
nity life; essetial tool for development.
c. Piranti kultural; incorporate new for-
mat, other sound, type music, & voices;
to-seekout differences; to disseminate
culture by giving artist broader expres-
sion-within their listening audience.
Berdasarkan observasi AMARC:
media komunitas secara faktual, pada
intinya untuk membangun negara di
seluruh dunia, keberadaannya seringkali
dipilih untuk komunikasi berita dan
informasi. (Howley, 2005: 14). Sejumlah
unsur utama yang membentuk media
komunitas, yaitu :
1. Kehadirannya dalam suatu komunitas
tertentu
2. Mewakili kepentingan dari suatu ke
lompok masyarakat tertentu (apakah
agenda budaya, politik atau lainnya)

3. Tingkat partisipasi dari anggota komu
nitas yang tinggi dalam pengelolaan
radio komunitas
4. Keberadaannya bersama dengan me
dia mainstream lain (Haryanto dkk,
2009: 6)
Di Indonesia keberadaan media
komunitas diatur dengan tegas dalam
UU Penyiaran No 32 Tahun 2002. Pada
Pasal 13 ayat (1) dan (2). Pasal ayat (1)
menyebutkan bahwa jasa penyiaran ter
diri atas: jasa penyiaran radio dan jasa
penyiaran televise. Kemudian ayat (2)
menyatakan bahwa jasa penyiaran seba
gaimana dimaksud dalam ayat (1) dise
lenggarakan oleh: Lembaga Penyiaran
Publik; Lembaga Penyiaran Swasta; lem
baga Penyiaran Komunitas; dan Lembaga
Penyiaran Berlangganan.
Adapun aturan yang diacu saat ini
mengenai telekomunikasi adalah UU 36
Tahun 1999. Dalam Undangundang itu
tersurat bahwa yang dapat membangun
infrastruktur telekomunikasi hanya ope
rator telekomunikasi yang memeroleh
izin dari pemerintah. Namun, konvergen
si pada rakom dengan memanfaatkan
internet dalam upaya menyediakan akses
informasi kepada masyarakat untuk men
dapatkan kesempatan memeroleh infor
masi seluasluasnya di desa, memanfaat
kan celah dari Pasal 30 dari UU 36/1999,
seperti tertulis :
Dalam hal penyelenggara jaringan
telekomunikasi belum dapat menye
diakan akses di daerah tertentu, maka
penyelenggara telekomunikasi khusus
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat 3 huruf (a), dapat meyelenggarakan
jaringan telekomunikasi dan atau jasa
telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat 1 huruf (a) dan (b)
setelah mendapat izin menteri.
Intinya jika penyelenggara jaringan
telekomunikasi, seperti: Indosat, XL, Tel
komsel dan peyelenggara jasa telekomu
nikasi seperti: Speedy, TelkomNet, dan
IndosatNet belum dapat memberikan
akses internet kecepatan tinggi yang
murah di daerah tertentu, maka masya
rakat dapat menyelenggarakan jaringan
telekomunikasi khusus, yang dinamai
oleh rakyat Indonesia sebagai RT/RW
net.
Dasar hukum lain adalah Kepmen
Kominfo No. 2 Tahun 2005 tentang
frekuensi 2,4Ghz. Kepmen ini pada
intinya: (1) membebaskan izin frekuensi
bagi penggunaan frekuensi 2,4Ghz, (2)
membatasi daya pancar maksimum
100mW atau 20 dBm, dan (3) membatasi
pancaran dari antena sebesar 36 dBm
(Purbo, 2007: 34).
Dengan adanya aturan ini, maka
konvergensi yang dilakukan dengan
pemanfaatan internet di rakom dapat
dilakukan untuk memperbesar peran
rakom bagi warga perdesaan dalam mem
peroleh informasi seluasluasnya, dengan
menggabungkan media radio dan inter
net (radio online, buletin online) dalam
website (http:\\www.angkringan. web.id).
Juga membangun jaringan internet
nirkabel sejalan dengan KUSIR
ANGKRINGAN (Komputer Untuk Sistem
Informasi Rakyat) dan tidak bertentangan
dengan regulasi yang ada di Indonesia,
karena hingga saat ini belum ada regulasi

yang mengaturnya. Sedangkan berkaitan
dengan komunitas (community) dalam
suatu radio komunitas, di dalam PP No
51 (3) disebutkan bahwa : Komunitas
adalah sekumpulan orang yang
bertempat tinggal atau berdomisili dan
berinteraksi di wilayah tertentu.
Adanya komunitas di manapun
berada dalam satu lingkungan tertentu
menunjukkan bahwa komunitas adalah
masyarakat masa depan yang selalu
bergerak, menyesuaikan terhadap keber
adaan dan keinginan dari komunitas
tersebut. Dalam khasanah ilmu sosial
terminologi komunitas merujuk penger
tian nilainilai bersama, normanorma
dan simbolsimbol yang memberi iden
titas atau perasaan kekitaan (sense of we-
ness atau we-feeling) (Keliat, 2004: 4).
Dalam kehidupannya komunitas
akan membutuhkan informasi, maka per
lu membangun masyarakat yang mampu
menguasai dan mengelola informasi.
Kenyataan ini mendorong banyak pihak
yang berkaitan untuk mencari instru
men teknologi komunikasi baru yang
murah, tetapi memberi peluang kepada
masyarakat lokal untuk tampil di
dalamnya. Lahirlah kemudian apa yang
disebut sebagai radio komunitas, sebuah
media perjuangan hak masyarakat
untuk menentukan sendiri informasi
apa yang dibutuhkan dan diinginkannya.
Dalam konteks penyelenggaraan
penyiaran di Indonesia, dijelaskan
bahwa Lembaga Penyiaran Komunitas
diarahkan pada arti yang berhubungan
dengan batasan geografis. Perizinannya
diberikan oleh pemerintah dalam hierarki
teritorialnya berada di tingkat paling
bawah pada tingkat desa, dan ketentuan
ini terlihat pada pasal 4 ayat (2) PP 51
yang berbunyi,
Lembaga Penyiaran Komunitas
didirikan dengan persetujuan tertulis dari
paling sedikit 51% (lima puluh satu per
seratus) dari jumlah penduduk dewasa
atau paling sedikit 250 (dua ratus lima
puluh) orang dewasa dan dikuatkan
dengan persetujuan aparat pemerintah
setingkat kepala desa/lurah setempat.
Masyarakat desa memiliki corak
yang bercirikan adanya iklim pagu
yuban, cenderung statis, dan homogen.
Nilai dasar yang hendak dikembangkan
dalam pemerintahan desa adalah parti
sipasi dalam penyelenggaraan pemerin
tahan. Keterlibatan pemerintah desa dan
warga, menunjukkan hubungan tersebut
membutuhkan adanya sarana yang
mampu menjembatani komunikasi antara
keduanya.
Dalam konteks Indonesia, peran
media massa untuk mendukung pemerin
tah masih sangat sentral karena meng
ingat lemahnya civil society, maka peran
media massa sangat dibutuhkan, dan
justru menjadi faktor determinan. Per
soalannya media massa mana yang dapat
diharapkan menjadi tumpuan untuk
menggerakkan warga terhadap program
program yang ditujukan kepada
masyarakat.
Persoalannya media komunitas apa
yang dipilih, pilihan yang tepat adalah
media radio. Di negara berkembang, ha
nya radio yang dapat disebut massa.
Tidak ada media lain yang dapat men

capai demikian banyak orang secara
efisien untuk tujuan informasi, pendidik
an, kebudayaan dan hiburan. Radio dapat
dipakai dengan mudah dan ekonomis,
mencapai daerah yang jauh. (Bride et
all, 1983: 102). Pada konteks ini lebih
dikenal dengan sebutan rakom. Berdasar
kan pandangan di atas seperti halnya di
Indonesia, rakom menjadi alternatif untuk
berkomunikasi terutama di perdesaan.
Penggunaan rakom adalah suatu
piranti komunikasi yang baru dan meru
pakan sesuatu yang potensial dalam
mensukseskan pembangunan desakota
dan merupakan sebuah strategi untuk
membantu warga menempatkan komuni
tas pada posisi yang lebih baik dalam
menerapkan proyek pembangunan, mem
bantu mata pencahariannya dan mem
berdayakan warga untuk memperbaiki
kehidupannya, memberikan dasar kepada
komunitas untuk berdiskusi dan
membicarakan strategi pembangunan
juga pemerintah lokal untuk menginfor
masikan kepada warga mengenai pro
gramprogram baru dalam konteks lokal
(Miglioretto, 2007: 5).

Teknologi Komunikasi
Dalam kehidupan seharihari kita
menggunakan teknologi informasi seperti
telepon, radio, televisi, dan mengakses
internet. Pada momen inilah kita memer
lukan pengetahuan dan wawasan
teknologi dalam konteks teknologi
komunikasi., Menurut Rogers teknologi
komunikasi juga diartikan sebagai per
alatan perangkat keras dalam sebuah
struktur organisasi yang mengandung
nilainilai sosial, yang memungkinkan
individu mengumpulkan, memroses dan
saling tukar informasi dengan individu
lain (Rogers, 1986: 2).
Berbagai perangkat modern terse
but dapat dikenali dari sejumlah ciri
yang dimilikinya. Rogers (1986: 7)
menyebutkan tiga ciri teknologi komuni
kasi modern yang dapat dengan mudah
ditemui pada semua perangkat komuni
kasi berteknologi maju, diantaranya
adalah :
a. Interactivity
Adalah dimilikinya kemampuan sistem
komunikasi baru untuk berinteraksi
dengan penggunanya.
b. Demassification
Demasifikasi adalah kemampuan me
dia berteknologi komunikasi modern
untuk menjangkau khalayak dalam
jumlah banyak, pada area yang luas
secara individual.
c. Asynchronous
Media baru memiliki kemampuan
asynchronous, yaitu kemampuan men
ciptakan komunikasi, secara tidak
sinkron, seperti voice mailbox, sms
atau e mail.
Kemampuan tersebut dimiliki oleh
seperangkat komputer yang terhubung
dengan jaringan yang disebut internet.
Berkaitan berkaitan dengan penelitian ini
yang difokuskan pada pemanfaatan kom
puter sebagai salah satu bentuk teknologi
komunikasi dalam bentuk internet
sebagai media baru yang dimanfaatkan
oleh rakom.

Internet sebagai media baru
Beberapa ahli komunikasi mengata
kan bahwa arti media baru serta konsep
yang ditunjukkannya tidak hanya
mengacu pada media interaktif, tetapi
juga merujuk pada semua media.Me
nurut (Rice et all, 1984: 55), media
baru yang dibentuk oleh komputer
adalah media dalam pengertian yang
sangat luas, yaitu bukan media massa,
seperti surat kabar, radio, televisi, film.
Pengertian ini secara implisit
menyebutkan bahwa media baru tersebut
terbentuk karena komputer dan wujud
nya berbeda dengan media massa. Di sini
komputer sangat penting bagi media
baru, komputer merupakan unsur
esensial bagi media baru. Maka media
baru tidak mungkin lahir tanpa komputer
(Abrar, 2003: 37)
Lalu apa yang dimaksud dengan
komputer? Pengertian komputer dalam
konteks media baru ini mengacu pada
pendapat Paulsell (1990:204). Menurut
nya komputer adalah aplikasi medium
komunikasi elektronik yang bisa mening
katkan kemampuan manusia dalam
berkomunikasi.
Ciri utama dari media baru yang
membuatnya berbeda dengan media
lama, yaitu: (1) desentralisasi, artinya
pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi
sepenuhnya berada di tangan pemasok
komunikasi/komunikator; (2) ber
kemampuan tinggi, artinya pengantaraan
melalui kabel dan satelit; (3) komunikasi
timbal balik (interaktif), artinya komu
nikan/ penerima dapat memilih dan
menjawab kembali, dan (4) fleksibilitas,
artinya kelenturan bentuk, isi dan peng
gunaan (Riswandhi, 2009).
Kehadiran internet memunculkan
manifestasi baru, menjadi bagian dari
perkembangan teknologi berbasis kom
puter berjaringan, dan memunculkan apa
yang disebut cyberspace, virtual world,
network society, dan information
superhighway yang digunakan dalam
kaitannya dengan media baru. Layanan
yang diberikan oleh internet saat ini
sangat beragam dan terus diinovasi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
seperti e-mail, file transfer protocol (FTP)
dan world wide web (WWW), e-commerce,
e-goverment, e-fax, e-office, e-cash, e-
banking, SMS, MMS.
Saat ini hampir seluruh media
massa dunia menggunakan jaringan
internet untuk mengakses data pemberi
taan secara online, termasuk membuka
edisi media online, seperti radio online,
majalah online, TV online.
Internet merupakan jaringan elek
tronik dari jaringan yang meng
hubungkan orang dengan informasi
melalui komputer, terus meningkat
melalui teknologi media digital lain,
memungkinkan terjadinya komunikasi
antar pribadi dan pertukaran informasi
(DiMaggio dkk, 2001: 36).
Berkaitan dengan pemanfaatan
internet sebagai teknologi komunikasi,
muncul pertanyaan bagaimana internet
diaplikasikan pada RKA dalam upaya
meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat melalui penyampaian infor
masi yang menurut Thompson et all
(1991: 193) dilakukan dengan meng



ukur intensitas pemanfaatan, frekuensi
pemanfaatan dan. jumlah program terap
an/ perangkat lunak yang digunakan.
Banyak kegunaan yang meng
untungkan diperoleh dari internet dalam
semua bidang. Beberapa manfaat dari
pemanfaatan internet, seperti: komuni
kasi interaktif, akses ke pakar, akses ke
perpustakaan, membantu penelitian dan
pengembangan ilmu Pengetahuan, pertu
karan data dan kolaborasi.
Oleh karena itu, diperlukan kesa
maan pemahaman yang baik mengenai
internet sebagai media baru antara
pengelola rakom dan masyarakat per
desaan. Kesamaan pemahaman tersebut
adalah bahwa sebuah media harus senan
tiasa beradaptasi dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat. Seperti halnya
konvergensi media yang dilakukan oleh
rakom.
menyatukan isi multimedia termasuk di
dalamnya komputer dan internet.
Definisi ini didasarkan pada model
(gambar 1) sebagai pertemuan/inter-
section dari isi termasuk didalamnya
banyak platform dengan menggunakan
komputer dan internet. Pengertian dan
makna yang muncul didalamnya adalah
kombinasi dari teks, audio dan video,
sebagai pusatnya....
Digitasi dan teknologi konvergen
mengandung arti bahwa batasan dari
platform media sangatlah mudah untuk
dilewati. Isi dapat lebih mudah berbagi
dengan pembuat berita pada televisi,
radio dan web (Erdal, 2007: 58).
There is a need, as Sonia Livingstone
has noted, to ask whats new for the
society about the new media? rather that
simply what are the new media?
(Livingstone 199:60). Wecan define new

Gambar 1 Convergence Definition Model










sumber: Media Organisasi And Convergence p.5

Konvergensi Media
Konvergensi adalah istilah yang
sukar digunakan pada banyak konteks
dan seringkali mendua dalam definisinya.
Menurut Borders (2006: 4) konvergensi
sebagai bidang yang memungkinkan
adanya kerjasama yang terjadi antara
media cetak dan penyiaran untuk
media as those forms that combine the
three Cs : Computing and Information
Technology(IT), Communications Net-
works, and Digitised Media and Infor-
mation Content (Miles,1997; Rice, 1999;
Barr; 2000), arising out of another process
beginning with a C that of convergence
Flew (2004: 3)
Volume 13, No. 1, Juni 2011

Gambar 2 Three Cs Of Convergent Media


sumber : Trevor Barr 2000 newmwdia.com


Di dalam konvergensi, sesungguh
nya digitalisasi merupakan kunci pokok
dari konvergensi media. Adanya media
digital memungkinkan media konven
sional untuk mulai menyesuaikan dalam
arti melakukan perubahan. Internet
merupakan salah satu capaian di bidang
telekomunikasi. Pembaca hanya meng
klik informasi yang diinginkan dan da
pat menikmati info tersebut dalam bentuk
audio, visual, audio visual maupun data.
Banyak media konvensional mela
kukan konvergensi media karena berita
yang disajikannya berbentuk audio dan
visual, bukan lagi dalam bentuk data saja.
Lagi pula penyajian datanya sekarang
menggunakan internet, tidak lagi meng
gunakan media cetak maupun digital dan
tidak secara masif.
Pemanfaatan media baru (internet)
dan kemudian melakukan konvergensi
media seperti yang dilakukan oleh RKA
memberikan suatu cara mengelola, mem
berikan dan memeroleh informasi yang
berbeda dari hanya sekedar mendengar,
tetapi lebih dari itu karena sifatnya yang
interaktif.
Penelitian yang dilakukan ini, dipi
cu oleh penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Pertama, penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati Yunita (2003),
menyatakan bahwa Radio Komunitas
mampu memberdayakan masyarakat
desa dengan pemanfaatan media radio
sebagai media komunikasi yang memiliki
banyak kelebihan, yaitu lebih merakyat,
murah dan mudah didapat dalam
kehidupan seharihari.
Dengan hadirnya radio komunitas
seiring dengan munculnya UU No. 32 Ta
hun 2002 tentang Penyiaran sebagai
kelanjutan dari reformasi memberikan
manfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini,
masyarakat menjadi terbuka dan bebas
untuk menyalurkan aspirasi dan ber
diskusi yang berhubungan dengan faktor
Volume 13, No. 1, Juni 2011

sosial, ekonomi dan politik dalam tataran
wilayah di desa Timbulharjo, Sewon,
Bantul, sekaligus mendapatkan informasi
yang disiarkan oleh Radio Komunitas.
Penelitian kedua dilakukan oleh
Ambar Sari Dewi, dkk (2008), pada pene
litian ini lebih melihat pada upaya yang
dilakukan oleh RKA. Usaha yang dila
kukan untuk mengatasi kesenjangan
teknologi di desa, diupayakan dengan
melakukan pemerataan koneksi internet
warga melalui apa yang disebut Kusir
Angkringan, yaitu pendistribusian inter
net kepada warga/komunitas melalui
teknologi nirkabel dengan antena wajan-
bolic sebagai penerima sinyal, koneksi
jaringan internet ini merupakan modifi
kasi dari RT/Rwnet. Dari Penelitian
tersebut menyatakan bahwa penerapan
berbagai macam teknologi baru pada
RKA diupayakan untuk memberdaya
kan warga/komunitas.
Dari 2 (dua) penelitian tersebut
memberikan dorongan perlunya melan
jutkan dan melengkapi penelitian sebe
lumnya. Dengan lebih melihat pada fakta
yang terjadi di RKA FM dalam melakukan
konvergensi media melalui pemanfaatan
internet dan media website sebagai upaya
menyediakan sarana informasi dan komu
nikasi yang mudah dan murah kepada
masyarakat di desa untuk memberikan
akses informasi seluasluasnya meng
ingat keterbatasan rakom sebagai media
informasi bagi warga di desa Timbul
harjo yang dirasakan kurang maksimal.

METODOLOGI
Penelitian tentang konvergensi
media pada RKA melalui pemanfaatan
internet adalah suatu fenomena. Peneli
tian ini hanya menggambarkan keadaan
atau fenomena sosial tertentu dan
merupakan jenis penelitian deskriptif
dengan RKA sebagai unit analisis dan
bersifat kualitatif.
Penelitian ini terbatas pada peng
ungkapan fakta yang didapat dari penga
matan langsung di lapangan sesuai
dengan realita yang ada/ obyektif,
mengenai keadaan sebenarnya dari
obyek yang diselidiki. Peneliti hanya
membuat kategori pelaku, mengamati
gejala dan mencatatnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan RKA
melakukan konvergensi media dengan
memanfaatkan internet dalam rangka
menyediakan akses informasi kepada
warga/komunitas di desa Timbulharjo.
Kegiatan pengumpulan data dilaku
kan dengan pengamatan langsung ke
lokasi penelitian, yaitu RKA dan segala
kegiatan yang dilaksanakan berkaitan
konvergensi media dengan pemanfaatan
internet. Wawancara dilakukan menggu
nakan interview guide sebagai acuan
terarah yang ditujukan kepada informan
utama, yaitu pengelola RKA untuk
mengetahui latar belakang/ sejarah RKA,
pemanfaatan internet di RKA, kegiatan
siaran RKA dan informan lain.
Pemilihan informan didasarkan
pada pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki sesuai dengan permasalahan
penelitian, kemudian dipilih informan
yang dianggap mengetahui permasalahan
penelitian ini, untuk memberikan infor
masi yang baik dan akurat. Namun, dalam
Volume 13, No. 1, Juni 2011

perjalanannya informan yang ditentu
kan/utama dapat menunjukkan informan
lain yang dianggapnya lebih mengetahui
permasalahan penelitian dan memung
kinkan untuk mengganti informan sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan
peneliti dalam memperoleh data. Pene
liti juga melakukan penelaahan doku
men tertulis maupun dari situssitus
internet yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
Penyajian data dilakukan setelah
semua data terkumpul kemudian disaji
kan dalam bentuk cerita. Analisis data
dilakukan dalam suatu proses, yang
berarti pelaksanaannya dilakukan sejak
pengumpulan data dan dikerjakan
secara intensif. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini meng
gunakan analisis data interaktif yang
mempunyai 3 komponen, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan yang dilakukan secara jalin
menjalin pada saat, sebelum dan sesu
dah pengumpulan data.

PEMBAHASAN
Konvergensi Media: membangun
jaringan informasi baru
Fenomena yang muncul saat ini
adalah adanya kesenjangan teknologi
antara masyarakat di perkotaan dengan
masyarakat perdesaan sehingga dirasa
kan keterbatasan dalam memperoleh
akses informasi dan komunikasi yang
lebih luas. Kesenjangan akses komunikasi
dan informasi tidak saja dialami oleh
warga masyarakat atau komunitas ter
tentu, tetapi bisa juga dialami oleh kelem
bagaan organisasi media komunikasi itu
sendiri dalam pendayagunaan fasilitas
yang dimiliki. Perkembangan media baru
(internet) telah menumbuhkan pemikiran
baru bagi para pengelola media konven
sional, termasuk pengelola RKA untuk
melakukan konvergensi media internet
sebagai salah satu alat komunikasi yang
lebih optimal dengan para komunitasnya.
Demikian pula dengan RKA, ber
kaitan dengan regulasi yang mengatur
lembaga penyiaran ini. Terbatasnya
radius siaran Lembaga Penyiaran Komu
nitas dibatasi maksimum 2,5 km (dua
setengah kilometer) dari lokasi peman
car atau dengan ERP (effective radiated
power) maksimum 50 (lima puluh) watt,
tidak memungkinkan bagi sebuah rakom
untuk menginformasikan masalah lokal
kepada warganya dengan maksimal, dan
juga tuntutan warga untuk mendapatkan
informasi dan komunikasi yang lebih luas.
Hal ini dirasakan menghambat peran
RKA sebagai satusatunya media komu
nikasi dan informasi bagi warga/
komunitas di desa Timbulharjo.
Fenomena kesenjangan tersebut,
akhirnya dapat teratasi dengan hadirnya
internet yang memungkinkan untuk
pengembangan akses komunikasi dan
informasi, karena dapat menembus ruang
dan waktu. Itu sebabnya, sejak tahun
2005 RKA mengawali menggunakan
internet, untuk kebutuhan akses internet
yang dikelola oleh SIAR setelah RKA
tergabung dengan SIAR (siar.or.id), dan
juga adanya bantuan peralatan yang
diberikan oleh KOMINFO pada tahun
2007 untuk mendukung penyediaan
Volume 13, No. 1, Juni 2011

sarana TIK di perdesaan.
Pada tahap awal sosialisasi peng
gunaan internet di RKA, warga yang akan
berlangganan internet melalui Angkring
an hanya menyediakan USB wifi atau
radio wireless LAN yang diperkuat
dengan antena wajanbolic. RKA meng
gunakan server 500 Gb sebagai admin
server yang diletakan di studio RKA, dan
berlangganan Speedy office unlimited
dari Telkom.
Dalam perkembangannya, seiring
dengan kemajuan teknologi komunikasi
memunculkan pemikiran untuk membuat
website (angkringan.web.id) dan sekali
gus mendistribusikan koneksi internet
berteknologi nirkabel dengan peralatan
yang murah dan mudah, yaitu meman
faatkan komputer warga yang ada dan
menggunakan wajan (wajanbolic) sebagai
penerimanya atau koneksi internet nirka
bel dengan wajanbolic yang menggunakan
dan memodifikasi konsep RT/RWnet.
Mereka memberi nama KUSIR
ANGKRINGAN (Komputer Untuk Sistem
Informasi Rakyat).
Dalam penerapan dan menin
daklanjuti gagasan di atas, RKA mencoba
menyesuaikan dengan kondisi internal
RKA dan komunitasnya maka diupayakan
suatu terobosan teknologi dengan mene
rapkan konvergensi. Konvergensi yang
dilakukan dengan segala keterbatasan
sebagai sebuah rakom yang memiliki
prinsip murah, mudah dan tepat guna.
Kru Angkringan sangat fleksibel dalam
memilih teknologi. Prinsip utama yang
dipegang adalah bagaimana pesan/
content bisa sampai kepada khalayak.
Hal ini dilakukan dalam rangka
menunjang konvergensi baik teknologi
internet maupun media dengan meng
gabungkan Radio dan Internet (Radio
online, Buletin online) yang berada di
dalam website Angkringan (angkringan.
web.id). Perubahan tersebut muncul
seiring dengan lahirnya mekanisme baru
dalam berkomunikasi yang ditandai
dengan penggunaan multimedia dimana
teks, suara, gambar dapat diakses
sekaligus ke dalam seperangkat media
elektronik yang telah dilengkapi dengan
jaringan internet berkabel dan nirkabel.



Gambar 3. Diagram Strategi Konvergensi AngkringaNet
Volume 13, No. 1, Juni 2011


Gambar.4. Tampilan halaman depan http://angkringan.web.id saat ini

Sumber: angkringan.web.id

Konvergensi ini menurut pengelola
RKA memungkinkan untuk menembus
batas dari segi teresterial/radius jang
kauan frekuensi dari sebuah radio
komunitas secara maksimal. Keinginan
pengelola untuk terus berusaha menye
diakan akses informasi kepada
warga/komunitas dengan sebaikbaiknya
menjadi pemicu bagi pemanfaatan
konvergensi ini baik dari segi teknologi
maupun media. Motif pengembangan
konvergensi pada RKA ini semata untuk
memenuhi kebutuhan akses bagi warga
komunitas di desa Timbulharjo dalam
mengakses dan memperoleh informasi
secara mudah dan luas, serta bagi lem
baga berpedoman tidak melanggar regu
lasi yang berlaku.
Bentuk dari konvergensi yang dila
kukan oleh RKA yang pertama, melakukan
perkawinan media yang telah ada
sebelumnya (radio dan buletin) dengan
internet dalam bentuk website
(http:\\angkringan.web.id).
Dalam pembuatan website ini Ang
kringan dibantu oleh seorang relawan
yang menguasai teknologi dalam
membangun sebuah website. Namun,
dalam pelaksanaan selanjutnya terken
dala oleh SDM dan hingga saat ini website
tersebut belum maksimal pengelolaannya.
Agar website Angkringan dapat di
akses, Angkringan berlangganan domain
pada pandi (Pandi.co.id) yang berbayar
Rp.75.000,/tahun. Content website terse
but rencananya adalah mengenai potensi
lokal desa Timbulharjo secara keseluruh
an, sekaligus merupakan media promosi
desa, tetapi saat ini belum dapat
maksimal dimanfaatkan. Kedua, mendis
tribusi jaringan internet ke warga yang
disebut oleh pengelola dan warga dengan
istilah KUSIR-Angkringan (Komputer
Untuk Sistem Informasi Rakyat) adalah
jaringan internet antar warga di desa
Timbulharjo dengan teknologi jaringan
Volume 13, No. 1, Juni 2011

komputer nirkabel memanfaatkan tekno
logi wajanbolic, yaitu koneksi internet
dalam sebuah wilayah kecil dengan
teknologi nirkabel atau internet dengan
penerima antena wajanbolic.

Pemanfaatan Internet Bagi Pengguna
Di Desa Timbulharjo, warga meng
hendaki adanya koneksi internet desa.
Keterbukaan yang tumbuh pada masyara
kat desa Timbulharjo ternyata tidak
hanya berkutat di masalah lokalitas di
desa, tetapi juga pada teknologi yang ada
saat ini di mana internet mampu menarik
keingintahuan mereka. Hal ini dicerna
oleh pengelola Radio Komunitas
Angkringan dengan memberikan media
baru bagi mereka, yaitu internet, yang
telah ada di Stasiun radio sejak tahun
2005. Radio ini telah bergabung dengan
SIAR (http://www.siar.co.id). Dalam
perkembangannya internet ternyata men
dapat respon positif dari warga. Warga
memanfaatkan internet untuk mencari
informasi keseharian, (bahanbahan
untuk sekolah dan pekerjaan), chatting
dan browsing saja. Pemanfaatan internet
oleh pengelola Angkringan adalah untuk
mengunduh berita dari SIAR dan Combine
untuk materi siarannya. Pada perkem
bangannya melalui website yang ada
(angkringan.web.id) menjadi salah satu
media yang memadukan radio dan
bulletin dari RKA kepada komunitasnya
tidak hanya komunitas lokal, tetapi dapat
diakses secara global, Namun, dalam
perkembangannya pengelolaan website
(angkringan.web.id) dan juga koneksi
internet (kusir angkringan) belum dapat
dilakukan dengan baik oleh manajemen
RKA karena keterbatasan SDM, dan dana.
Pemanfaatan internet bagi bebe
rapa petani untuk memeroleh informasi
mengenai pertanian, bagi beberapa pe
ternak untuk kepentingan pengembangan
peternakannya, bagi perajin memudah
kan pemasaran dalam mendapatkan
buyer baik dari manca maupun domestik,
bagi pengusaha jasa percetakan memu
dahkan dalam penyampaian desain dan
pemasaran melalui iklan yang dibuatnya
dan lain sebagainya tergantung pada ke
butuhan warga dan juga pemerintah desa.

Internet Bagi Warga dan Pemerintah
Desa
Akses informasi saat ini sudah men
jadi suatu kebutuhan bagi masyarakat
tidak hanya di kota namun juga di desa.
Adanya warnet yang mulai merambah
pedesaan membuka kesempatan bagi
masyarakat di desa untuk mencoba
teknologi ini.
Semenjak RKA melakukan konver
gensi dengan memanfaatkan internet,
beberapa warga yang telah terpasang
internet dapat megakses website ang
kringan merasakan keuntungannya. Bebe
rapa warga yang tergabung dalam Kope
rasi Perajin dan Pengusaha Percetakan
merasa lebih mudah mendapatkan order
melalui internet yang dikoneksikan dari
RKA melalui teknologi nirkabel dengan
wajanbolic sebagai penerimanya.
Tersambungnya koneksi internet di
pemerintah desa menjadikan harapan
bagi terselenggaranya pemerintahan desa
yang demokratis, transparan dan
Volume 13, No. 1, Juni 2011

akuntabel dalam arti pengembangan
pemerintahan berbasis e-government.
Namun, pada kenyataannya pemerintah
desa setempat masih enggan dan malas
untuk memanfaatkan internet dalam
mendukung pekerjaan rutin seharihari.
Adanya Internet sebagai teknologi
komunikasi baru di desa belum dapat
maksimal dimanfaatkan dalam beberapa
kegiatan seperti disebutkan di atas, baru
sebagian dari sejumlah besar warga
Timbulharjo yang mampu mengguna
kannya. Upaya memberikan solusi
pemerataan informasi dan komunikasi di
desa yang dilakukan oleh RKA patut
dihargai, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah keberlangsungan dan keberlan
jutan program internet di desa dan kon
vergensi media yang telah dilakukannya
memerlukan energi ekstra dalam arti
menyangkut pegelolaan, pelatihan dan
kerjasama yang baik antara RKA, warga
dan juga pemerintah desa.

Problematika Pemanfaatan Internet
Pada RK A
Kemampuan ekonomi masyarakat
desa untuk mengakses informasi masih
menjadi salah satu alasan mengapa media
baru ini masih dianggap elit. Mereka lebih
memilih untuk memenuhi kebutuhan
pokok dari pada sekedar untuk mencari
informasi. Apalagi jaringan internet ke
rumahrumah masih terbatas, dan belum
tersambung secara keseluruhan karena
sangat tergantung pada kebutuhan dan
kondisi ekonomi mereka.
Sejalan dengan perkembangan
Angkringan sebagai media komunitas di
desa yang selalu berusaha memberikan
yang terbaik bagi desanya dalam me
meroleh dan mendapatkan informasi
yang mampu memberdayakan warga desa
akan selalu berkaitan dengan masalah
masalah baik yang menghambat dan yang
mendorong bagi perkembangan media
Komunitas Angkringan (radio, buletin dan
internet (website).
a. Faktor Pendukung
1. Lokasi/tempat (disediakan pemdes)
2. Fasilitas (listrik dan pemancar berasal
dari bantuan)
3. Dukungan (CRI, SIAR, KOMINFO, dan
media komunitas lain)
b. Faktor Penghambat
1. SDM (tidak terlatih, Volunteer/
sukarela)
2. Dana (swadaya, bantuan warga,
sponsor, dan hibah)
Sedangkan kendala yang dihadapi
oleh Angkringan permasalahan internal
dan eksternal, yaitu :
Internal
1. SDM. Awak/kru yang dimiliki oleh
Angkringan terdiri dari berbagai
profesi dan berlatar belakang berbeda
dan sifatnya sukarela
2. Pendanaan. Masalah dana bagi radio
komunitas diperoleh dari swadaya,
bantuan warga, sponsor dan hibah
Eksternal
1. Ekonomi. Warga berpikiran lebih
mementingkan untuk kebutuhan
seharihari dari pada menggunakan
media yang ada, apalagi ber
langganan internet di Angkringan.
2. Respon warga. Sebagian besar masya
rakat di desa masih enggan untuk
Volume 13, No. 1, Juni 2011

menggunakan komputer dan meng
akses internet disebabkan takut akan
dampak buruknya ataupun karena
ketidaktahuan.
3. Alam. Berkenaan dengan kondisi
wilayah di desa Timbulharjo yang
banyak pepohonan dan lokasi yang
berjauhan menjadi satu penyebab
untuk pemasangan jaringan internet
nirkabel. Di samping juga adanya
kekhawatiran yang muncul sebagai
akibat masuknya internet di desa
bagai pedang bermata dua yang
mempunyai 2 sisi yang baik dan
buruk sebagai bentuk sebab dan
akibat dari suatu hal yang baru.

Beberapa problematika di atas akan
memberikan pemikiran tersendiri bagi
RKA bagaimana dan langkah langkah apa
yang akan ditempuhnya bagi pemecahan
permasalahan tersebut dan perkembang
an ke depan sebagai satusatunya media
informasi bagi warga/komunitas di Desa
Timbulharjo.

Prospek Pengembangan
Adanya Buletin, Radio dan Internet
dengan website (www. angkringan,
web.id) semakin mengukuhkan Angkring
an sebagai saluran informasi bagi warga
Desa Timbulharjo, dan membentuk
masyarakat yang sadar informasi.
Beberapa upaya yang telah dan
akan dilakukan oleh Pengelola Angkring
an dalam peningkatan dan pengembang
an pelayanan RKA misalnya, melakukan
pembenahan secara internal kepengurus
annya, melakukan sosialisasi pemasang
an internet, merencanakan pelatihan
mengenai internet, warga juga mulai di
perkenalkan dengan penggunaan software
bebas (opensource) dengan alasan keman
dirian, legalitas dan keamanan, mela
kukan koordinasi dengan Karang Taruna.
Kedepan Angkringan juga mendo
rong komunitasnya untuk lebih meng
optimalkan pemanfaatan internet bagi
pemenuhan keperluan mereka dan
memberikan dorongan untuk berusaha
aktif memanfaatkan internet dengan
memberikan kontribusi berupa informasi
yang bermuatan potensi lokal di daerah
mereka melalui website angkringan.
Bagi eksistensi lembaga RKA ke
depan perlu adanya evaluasi terhadap
kinerja manajemen pengelolaan RKA yang
berorietasi pada prinsipprinsip mana
jemen yang sehat dan professional agar
eksistensi RKA sebagai media komunikasi
informasi warga di desa Timbulharjo
dapat berjalan sebagai mana yang
diharapkan.

PENUTUP
Keberadaan RKA sebagai salah satu
saluran informasi warga desa Timbul
harjo mampu mendorong partisipasi
warga. RKA berperan sebagai suatu
jalinan informasi dan komunikasi yang
efektif bagi komunitasnya serta mampu
memberdayakan masyarakat. Namun,
kemampuan RKA belum maksimal karena
regulasi yang membatasinya, yaitu pada
batasan frekuensi yang hanya mempunyai
jangkauan 2,5 kilometer dan berkekuatan
50 watt sehingga belum menjangkau
wilayah desa Timbulharjo secara keselu
Volume 13, No. 1, Juni 2011

ruhan. Kenyataanya warga Timbulharjo
tidak hanya membutuhkan informasi dari
lingkungan komunitas, tetapi juga infor
masi dari luar.
Terobosan yang dilakukan oleh RKA
dalam rangka menyediakan akses infor
masi yang terjangkau oleh warga/ko
munitas dengan pemanfaatan rakom
sebagai media perantara antara high
technology (internet, komputer) dan low
technology (radio) menjadikannya mudah
diterima oleh masyarakat. Kebutuhan
warga terhadap berbagai informasi dari
berbagai sumber informasi coba dikem
bangkan oleh RKA sebagai upaya pembe
rdayaan masyarakat. Inilah poin penting
konvergensi baik teknologi maupun
media yang dilakukan. Adanya teknologi
komunikasi komputer sebagai penanda
media baru dengan masuknya internet di
RKA mendorong pengelola membuat
website angkringan (http://www.ang
kringan.web.id), dan mendistribusikan
jaringan internet ke warga, yang mereka
sebut KUSIR ANGKRINGAN.
Konvergensi baik teknologi maupun
media yang dilakukan di RKA pada Kenya
taanya belum dapat dikelola dengan baik
dan maksimal karena kemampuan SDM
yang dimiliki RKA terbatas. Saat ini
pemanfaatan internet baru dapat dirasa
kan bagi sebagian warga. Warga
pengguna menyatakan bahwa konver
gensi tersebut memberikan nilai positif
bagi pengembangan usaha berkaitan
dengan efisiensi waktu dan tenaga, hingga
promosi desa, menambah pengetahuan
mereka, di samping memberikan harapan
terwujudnya pemerintah desa yang
bersih.
Diakui bahwa keberadaan RKA
dalam melakukan konvergensi memang
menghadapi banyak keterbatasan. Ada
nya hambatan yang berasal dari eksternal
maupun internal RKA, seperti faktor SDM,
jaringan yang masih belum merata di
seluruh desa, masalah alam dan
keterbatasan dana. Usaha pengembang
kan teknologi komunikasi tepat guna yang
dilakukan RKA sangat memerlukan
dukungan dari warga/komunitas dan
semua komponen yang ada, karena
keberadaan mereka dihidupi dan hidup
untuk warga/komunitasnya, dengan
semangat kebersamaan dan dorongan
dari masyarakat dan pemerintah desa.
Perpaduan ini yang akan terus menjadi
semangat bagi keberadaan dan pengem
bangan Angkringan sebagai satusatunya
saluran informasi bagi warga di Desa
Timbulharjo, Sewon, Bantul, DIY .

DAFTAR PUSTAKA


Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi
Komunikasi Perspektif Ilmu Komu-
nikasi. cetakan pertama, Yogyakarta:
Lesfi
Bride Mac, Sean. 1983. Aneka Suara Satu
dunia. ed Terjemahan, Mervyn
jones, John Crombie, Gilles Philbert,
Djamaludin Hadis: Jakarta: PN Balai
Pustaka UNESCO
DiMaggio, Paul, Hargittai, Eszter, Neuman,
W.Russell, and Robinson, John P.
2001.Social Implications Of The
Internet, annual review of Sociology,
27 pp. 30736.
Volume 13, No. 1, Juni 2011

Erdal, John Ivar. 2007. Researching Media
Convergence and Crossmedia News
Production Mapping the Field:
Nordicom Review 28 (2007) 2, pp.
5161 Researcher, Department of
Media and Communication, Uni
versity of Oslo,
Fraser, Chon dan Sofia Restrepo Estrada,
2001. Buku Panduan Radio
Komunitas.
Penterjemah: Tim Jaring line, Jakarta:
Penyunting Tim Komunikasi
UNESCO
Borders, Lawson Gracia. 2006. Media
Organizations and Convergence:
Case Studies of Media Convergence
Pioneers. Mahwah, New Jersey,
London: Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers
Howley, Kevin. 2005. Community Media:
People, Place, and Communication
Technologie. UK: Cambridge Univer
sity Press
Haryanto, Ignatius dan Juventius Judi
Ramdojo. 2009. Dinamika Radio
Komunitas: Jakarta: LSPP
Jankowski Nicholas W, Ole Prehn. 2002.
Community Media in the Informa-
tion- AgePerpectives and Prospects:
Cresskill New jersey: Hampton
Press INC.
Jankowski Nick, Ole Prehn, and James
Stappers, The peoples Voice: Local
Radio and Television in Europe:
London, Paris, Roma: John Libbey
Keliat, Makmur 2004 Pembangunan
Komunitas ASEAN
Masduki.2003. Radio Siaran dan Demokra-
si. cetakan pertama. Yogya: Jendela.
Paulsel, Karen. 1990. Computers and
Communication. Dalam John
Downing, Ali Mohammadi dan anne
belle SrebernyMohammadi, eds,
Questioning Media: A Critical Intro
duction. Newbury Park, London,
New Delhi: Sage Publications.
Purbo, W Onno. 2007. Panduan praktis
RT/RW-net dan Antena WajanBolic.
Info Komputer. Jakarta: Prima Info
Sarana Media kelompok Gramedia.
Rachmiatie, Atie. 2007. Radio Komunitas
Eskalasi Demokratisasi Komunikasi.
Cet Pertama. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Rahmawati, Yunita. 2003. Radio Komu-
nitas Sebagai Media Pemberdayaan
Masyara kat Desa, Solo: UNS.
Rice, Ronald E dan Williams, Frederick.
1984. Theories Old and New: The
Study of New Media. Dalam Ronald
E. Rice & Associates. The New Media.
Beverly Hills, New Delhi. London:
Sage Publications
Rogers, Everett M, 1991, Komunikasi dan
Pembangunan Perspektif kritis,
LP3ES, Jakarta.
UndangUndang Republik Indonesia No
32 tahun 2002 Tentang Penyiaran.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2005 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lemba
ga Penyiaran Komunitas.

Situs :
Angkringan:sistem-informasi-desa-dengan
-internet-wajanbolic-di-radio-komu-
nitas-angkringan terarsip di http:
//angkringan. web.id /index.php/
Volume 13, No. 1, Juni 2011

seputartimbulharjo/65sistem
informasidesadenganinternet
wajanbolicdiradiokomunitas
angkringan, diakses 27 Pebruari
2009 11:04
Dewi, Sari Ambar, Nasir Akhmad, Amrun
Muhammad. AngkringaNet: Menga-
winkan Radio Komunitas dengan
Teknologi Internet Nir-Kabel meng-
gunakan Open Source Software.
Terarsip di http://angkringan.
web.id/2008/04/ kusir_ angkring an_
wosoc 2008.pdf diakses 30
Desember 2008
Johnson, Kirsten. 2005. User Partici-
pation in a Converged Media World: A
Model of Media Convergence:
Drexel Research Day (pdf) terarsip di
http://dspace.library. drexel.
edu/bitstream/1860/531/1/Kirst
en_diakses 4 Agustus 2009
Keane, Lynn Bacon. 2002. User Partici-
pation in a Converged Media World: A
Model of Media Convergence
Information Technology, Learning,
and Performance Journal, Vol. 20,
Keliat, Makmur 2004 Pembangunan
Komunitas ASEAN terarsip
http://www.ui.edu.pembangnan_komunit
as_asean.pdf diakses 4 Agustus
2009
Miglioretto, Bianca. 2007 (Draft) Many
Voice Our Voice Guide to esta-
blishing community radios in Lao PDR:
A Publication of Khoun Radio Support
Project terarsip di http://
www.isiswomen.org/downloads/C
R_Guide4Laos4Web.pdf
Genie.pdf Ebook DownloadInmagic_
genie_product_brief.pdfSearch inmagic
genie Genieprovides only
nesalinitysolutions.pdfSearch geni e
provides online salinity solutions www.pdf
searchengine.com/genie pdf.html diakses 3
Agustus 2009
Sistem informasi desa dengan Internet
Wajanbolic di Radio Komunitas
Angkringan terarsip di http://
angkringan.web.id/index.php/sep
utartimbulharjo/65sistem
informasidesadengan internet
wajanbolicdiradiokomunitas
angkringan, di akses 26 juni 2009
Masyarakat Pers dan Penyiaran Indone-
sia. Terarsip di http://www.bsd. just.
another blog .com, diakses 13
Juli 2009
Makalah/Artikel :
Andrian Indro Y, 2008. Konvergensi
media dan regulasi (Unpublished)
Nasir Ahmad, 2000. Mengelola Radio
Komunitas, Yogyakarta (Unpu
blished)
Kedaulatan Rakyat , ed.27 Juni 2009
Riswandhi, 2009. Modul (4): Komunikasi
Massa: Media Komunikasi Massa, Pusat
Pengembangan Bahan Ajar UMB


Buletin :
Buletin Panduan Seminar dan Lokakarya
Ikatan Sarjana Komunikasi, 2008,
Depkominfo dan ISKI, 2008
Buletin KUSIRANGKRINGAN bekerja
sama dengan Combine Resources
Institution, 2008
Buletin Warga Timbulharjo, Angkringan ed
5, 2009

Anda mungkin juga menyukai