Anda di halaman 1dari 15

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013

__________________________________________________________________________________

47

SIGNIFIKANSI PAPAN REKLAME DI PUSAT KOTA SEMARANG

Yulita Titik Sunarimahingsih, Robert Rianto Widjaja, Yustina Trihoni Nalesti Dewi
Fakultas Audiovisual dan Desain, Fakultas Hukum, Universitas Katolik Soegijapranana



ABSTRAK
Reklame merupakan salah satu alat komunikasi visual dalam lingkungan perkotaan dengan
menggunakan tanda-tanda atau signage. Pemasangan reklame selain pada bangunan juga pada
ruang terbuka. Pemasangan reklame pada berbagai lokasi dilakukan oleh berbagai pihak dengan
tujuan mempromosikan sesuatu. Sebuah kota dengan ruang-ruang dan segenap tampilan visualnya
juga merupakan sebuah wahana olah rasa dan pikiran yang memerlukan kepakaran desain dan
kreatifitas, sehingga teori teori tentang estetika dapat diterapkan untuk menghasilkan kesan visual
yang baik. Terutama dalam membagi secara proporsional berbagai kepentingan besar: wajah
bangunan, wajah visual periklanan, lingkungan hijau, aktifitas dan berbagai elemen lain yang turut
andil bagi terciptanya kota yang nyaman dan bermakna bagi warga penghuninya. Dari hal tersebut
di atas, perlu kiranya dikaji signifikansi papan reklame sebagai penelitian awal untuk penyusunan
pedoman penataan reklame: a) Apakah disain papan reklame yang ada di kota Semarang sudah
mengacu pada sistem komunikasi visual; b) Bagaimana eksisting sistem visual di kota Semarang
dengan keberadaan papan reklame; c) Apakah peraturan yang mengatur penataan papan reklame
sudah mendukung terciptakan lingkungan yang lebih baik. Pada penelitian ini digunakan
pendekatan komunikasi visual art dan persepsional dan dianalisis secara kualitatif. Aspek yang
ditelaah mencakup apek: layout, sistem informasi dan efektifitas. Hasil temuan yang diperoleh:
Belum ada kesesuaian antara elemen visual dan elemen teks sebagai pembentuk unity; Jumlah teks
yang relatif banyak, sehingga pesan tidak dapat dipahami dalam waktu yang singkat; kurang
efektif karena selain desain yang kurang tepat, dalam penempatannya tidak memperhitungkan
faktor penghalang dan pesaing sehingga berpotensi menimbulkan kekacauan informasi dan visual
kota

Kata kunci: billboard, signifikansi, layout, efektifitas.

PENDAHULUAN

Papan reklame merupakan salah satu
unsur pembentuk visual kota.
Keberadaannya dapat memberikan
informasi kepada masyarakat dan
sekaligus dapat menunjang unsur
keindahan kota. Namun demikian jika
dalam penataan dan disainnya tidak
memenuhi kaidah informasi, sistem
komunikasi visual dan keindahan kota,
maka keberadaannya justru akan
menjadikan kota secara visual tidak
nyaman lagi. Kota menjadi semrawut dan
terpolusi oleh papan reklame.
Reklame merupakan salah satu alat
komunikasi visual dalam lingkungan
perkotaan dengan menggunakan tanda-
tanda atau signage. Pemasangan reklame,
selain pada bangunan juga pada ruang
terbuka. Pemasangan reklame pada
berbagai lokasi dilakukan oleh berbagai
pihak dengan tujuan mempromosikan
sesuatu. Bentuknya mulai dari papan

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

48

tanda, umbul-umbul, logo, dan simbul-
simbul lainnya yang menunjukkan
kepemilikan, status, kelompok persatuan,
barang dan jasa, sopan-santun. Sistem
penataan tidak mengacu pada kaidah-
kaidah sistem komunikasi visual dan
tatanan visual. Peraturan tidak didasarkan
pada sumber-sumber visual di lapangan.
Hal-hal tersebut memicu pada
kesemrawutan visual kota.
Keberadaan papan-papan reklame
tanpa penataan yang konseptual
merupakan bumerang bagi kualitas visual
kota. Di satu sisi, kehadirannya memberi
akses kepada informasi bagi masyarakat
luas kota serta memberi kontribusi positif
bagi pendapatan asli daerah, namun pada
sisi lain keberadaannya di ruang kota
sering cenderung menghalangi pandangan
ke arah elemen-elemen kota yang justru
menarik dinikmati seperti arsitektur
bangunan, unsur lanskap kota, dan
sebagainya. Akibat hal tersebut adalah
merosotnya kualitas visual kota karena
ruang kota dilanda polusi papan reklame
yang berlebihan. Salah satu aspek penting
yang menentukan kualitas desain urban
adalah kualitas visualnya. Artinya, kota itu
harus memiliki keindahan, baik yang
bersifat alami maupun buatan, memiliki
jati diri yang kuat, informatif dan tidak
membingungkan. Kualitas visual ini
dibentuk oleh komposisi urban desain dari
elemen-elemen ruang kota seperti
arsitektur bangunan serta konservasi
bangunan tuanya, estetika taman kota dan
arsitektur
Sebuah kota adalah media komunikasi
visual yang menyajikan berbagai rupa
bentuk bangunan dan elemen
pendukungnya, maka dapat dimengerti
kalau sebuah kota berperanan sangat besar
dalam membangun keindahan, baik
melalui tampilan visual maupun kekayaan
pengalaman yang terselip disetiap sudut
ruang-ruangnya. Masyarakat yang
melayangkan kepekaan inderawinya setiap
hari pada obyek-obyek yang ada di sudut-
sudut kota akan membangun persepsi
keindahannya masing-masing.Melalui
kegiatan-kegiatan khas mereka, mereka
membangun pengalaman-pengalaman
estetis. Sebuah kota adalah milik
warganya, sekaligus cerminan
masyarakatnya. Kita wajib mengupayakan
agar tampilan kota tetap indah di mata
masyarakatnya dan jangan sampai
meluntur dan kehilangan nilai estetisnya.
Sebuah kota dengan ruang-ruang dan
segenap tampilan visualnya juga
merupakan sebuah wahana olah rasa dan
pikiran yang memerlukan kepakaran
desain dan kreatifitas, sehingga teori teori
tentang estetika dapat diterapkan untuk
menghasilkan kesan visual yang baik.
Terutama dalam membagi secara
proporsional berbagai kepentingan besar:
wajah bangunan, wajah visual periklanan,
lingkungan hijau, aktifitas dan berbagai
elemen lagi yang turut andil bagi
terciptanya kota yang nyaman dan
bermakna bagi warga penghuninya.

PERMASALAHAN

Dari hal tersebut diatas, perlu kiranya
dikaji signifikansi papan reklame sebagai
penelitian awal untuk penyusunan
pedoman penataan reklame:
a. Apakah disain papan reklame yang ada
di kota Semarang sudah mengacu pada
sistem komunikasi visual;
b. Bagaimana eksisting sistem visual di
kota Semarang dengan keberadaan
papan reklame;
c. Apakah peraturan tetang papan reklame
yang ada sudah mendukung untuk
pengelolaan sistem visual kota.
Signifikansi papan reklame yang ada
di pusat kota Semarang yang akan dikaji
mencakup:
layout desain, meliputi sekuens,
penekanan /emphasis, kesimbangan,
dan unity
sistem informasi meliputi hirarki teks,
ilustrasi, pemaknaan
efektifitas meliputi visibilitas,
penampilan dan lokasi.

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

49

Kualitas visual
peraturan tentang pengelolaan papan
reklame di Semarang

Aspek-aspek di atas akan didekati melalui
pendekatan komunikasi visual art maupun
persepsional.

LAY OUT DESAIN

Secara umum, layout dibagi menjadi
3, yaitu:
a. Elemen teks
Elemen teks adalah serangkaian huruf
yang ditata dalam sebuah layout. Peran
huruf tersebut bisa sebagai kata,
ataupun kalimat. Secara spesifik, huruf
dapat berperan sebagai: judul, deck,
byline, bodytext, subjudul, pull quotes,
caption, callouts, kickers, initial caps,
indent, lead line, spasi, header &
footer, runing head, catatan kaki,
nomor halaman, jumps, signature,
nameplate, masthead.
b. Elemen Visual
Termasuk di dalam kolompok elemen
visual adalah semua elemen bukan teks
yang kelihatan dalam suatu layout.
Adakalanya sebuah layout hanya
menggunakan teks tanpa elemen visual,
namun ada juga yang sebaliknya,
menggunakan elemen visual tanpa
menggunakan teks. Elemen visual
dalam layout dapat berupa foto,
artworks, infographics, garis, kotak,
inzet, poin.

c. I nvisible Elements
Elemen ini merupakan fondasi atau
kerangka yang berfungsi sebagai acuan
penempatan semua elemen dalam
layout. Secara umum elemen ini berupa
margin dan grid. Peranannya sebagai
acuan/kerangka, menyebabkan elemen
ini menjadi salah satu faktor penting
penentu unity (kesatuan) pada
keseluruhan layout/komposisi.

Elemen visual dalam layout papan
reklame di pusat kota Semarang pada
umumnya berupa teks dan foto. Ada
kecenderungan elemen teks terlalu banyak,
sehingga informasi kurang dapat didapat
oleh pengamat.


















Pada dasarnya kesempatan
mendapatkan informasi oleh pengamat
yang nota bene adalah pengendara
kendaraan dalam kota dengan kecepatan
antara 20 km/jam sampai dengan 30
km/jam adalah kurang dari lima detik.
Dengan demikian, papan reklame hanya
dilihat secara sepintas. Dari penelitian
dengan pendekatan quasi eksperiment
terhadap 47 responden, pengamat hanya
mampu mengingat maksimal 5 kata dalam
5 detik. Rata-rata adalah 3 kata (82,97%),
dan beberapa 2 kata dan 4 kata.
Kehadiran elemen visual bukan teks
mampu membantu memberikan informasi
namun sifatnya sangat global tidak detail.
Hanya informasi pemasang iklan seperti
misalnya Air Asia, Bank BTN, dsb, namun
informasi detail tidak dapat tertangkap/
dibaca.
Dilihat dari invisible element, papan
reklame di sekitar Simpang lima, Jl
Pandanaran, Gajahmada, Pemuda, A Yani
dan Pahlawan, banyak ditentukan oleh
layout yang mempunyai kesesuaian

Gambar 1 Gambar 2

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

50

anatara teks dan ilustrasi, serta urutan yang
jelas. Hal ini terlihat dari hasil kuestioner
terhadap 47 responden, dengan disajikan
70 macam gambar papan reklame, mereka
cenderung memilih desain yang
mempunyai kesesuaian antara teks dan
ilustrasi/foto yang sesuai sebagai billboard
yang informatif. (gambar 3 dan 4).
Bilboard dengan Teks yang tumpang
tindih, dengan banyak modifikasi bentuk
huruf/tipografi lebih dinilai
membingungkan.( gambar 5).






























Susunan atau urutan huruf juga
berpotensi untuk menyesatkan. Serperti
pada gambar 6, sebagian besar responden
menuliskan informasi yang diterima adalah
orang bejo minum aromaterapi, padahal
maksud dari pemasang iklan adalah orang
bejo minum bintang tujuh untuk masuk
angin yang dilengkapi dengan
aromaterapi
Prinsip Layout, menurut Surianto
(2008) ada beberapa prinsip layout yang
harus diperhatikan dalam desain grafis,
yaitu:
a. Urutan (sequence)
Urutan pesan yang ditangkap oleh mata
pengamat (target audience) berbeda-
beda menyesuaikan kebiasaan yang
berlaku pada masyarakat. Pada
masyarakat yang menggunakan bahasa
dan tulisan latin, orang membaca dari
kanan ke kiri dan dari atas ke bawah.
Sedangkan pada masyarakat yang
menggunakan bahasa non latin ada
yang memulai urutan membacanya dari
kiri ke kanan. Namun secara umum,
masyarakat di dunia membaca dari atas
ke bawah. Kebiasaan ini sangat
mempengaruhi penataan layout pada
desain grafis. Tanpa urutan yang jelas
informasi juga menjadi mempunyai
pengertian ganda, seperti pada papan
reklame pada gambar 7.










Gambar 7. 2 kemungkinan dibaca
bonus isi pulsa 50% ayo isi pulsa
fleximu dihari libur dan weekend atau
ayo isi pulsa fleximu bonus isi pulsa
50% di hari libur dan weekend

b. Penekanan (emphasis)
Upaya memberikan penekanan dapat
dicapai dengan beberapa cara:
Memberikan ukuran yang jauh lebih
besar daripada elemen-elemen layout
lainnya pada halaman tersebut.
Warna yang kontras/berbeda dengan
latar belakang dan elemen lainnya.




Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6


SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

51

Meletakan penekanan pada posisi
strategis, misalnya pada posisi kiri
atas , karena kebanyakan orang
melayangkan pandangannya pertama
kali pada posisi tersebut.
Menggunaikan bentuk atau style
yang berbeda dengan sekitarnya.
c. Keseimbangan (balance)
Komposisi yang seimbang akan
memberikan kenyamanan bagi
pengamat. Melalui keseimbangan,
komunikasi visual akan lebih mudah
tersampaikan. Keseimbangan berprinsip
pada pembagian berat yang merata pada
suatu bidang layout., terdapat dua
macam keseimbangan dalam layout:
yaitu keseimbangan simetris (symetrical
balance/formal balance) dan
keseimbangan asimetris (assymetrical
balance/informal balance).






























Keseimbangan simetris, memberikan

fokus dan pusat perhatian pada layout

d. Kesatuan (unity)
Sebuah layout harus memiliki efek yang
kuat bagi pengamat dan memiliki
kesatuan. Kesatuan tercipta melalui
keterkaitan antar elemen dalam
komposisi dan keterkaitan itu sendiri
tercipta karena adanya kesatuan tema
dan makna.(fisik dan non fisik). Untuk
itu dalam sebuah layout aspek
komposisi selalu dikaitkan dengan tema
dan makna, sehingga makna pesan yang
akan disampaikan dapat terwujud.

David Dabner, (2003) di dalam salah
satu bab dari bukunya: Design and Layout:
Understanding and Using Graphic,
membahas tentang penganalisaan
informasi yang terdiri dari:

Hirarki teks, yaitu pemilihan bentuk
huruf (tipografi) yang tepat untuk
memikat perhatian pengamat. Selain
bentuk huruf, dimensi dan perletakan
huruf juga sangat menentukan
keberhasilan komunikasi.

















ilustrasi dan diagram.
Gambar 9. Keseimbangan asimetris
Sumber: Surianto (2008)
Gambar 8. Keseimbangan simetris
Sumber: Surianto (2008)



Gambar 10.
Penggunaan huruf yang berbeda dalam layout
secara hirarki akan membentuk urutan
pengamatan bagi target audience.

Sumber : Dabner ,2003


SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

52

Serupa dengan Rustan (2008), Dabner
juga menyoroti pentingnya elemen
visual dalam layout. Secara khusus
Dabner menyebutnya ilustrasi dan
diagram, dan membedakannya dengan
visual fotografi. Bagi Dabner, ilustrasiI
dan diagram akan memberikan visual
analisa yang lebih dinamik dan
imajinatif daripada foto.

Hirarki teks dan ilustrasi sangat
berpengaruh pada pemaknaan dari pesan
yang disampaikan. Berikut contoh
keterkaitan antara hirarki teks dan ilustrasi
dalam memberikan pemaknaan pada
penggal Jalan A. Yani

Tabel 1. Sistem informasi di penggal jalan A Yani
Billboard Hirarki Teks Ilustrasi Pemaknaan

Teks sderhana ,
ada penekanan
Ilustrasi menarik dan
mendukung makna
pesan
Makna pesan perlu
penafsiran tetapi mudah
dipahami

Informasi teks
jelas, pemilihan
tipografi kurang
menarik
Ilustrasi kurang
mendukung
Jumlah kata cukup
banyak, makna pesan
lama untuk dapat
dipahami

Teks jelas, tapi
kecil
Ilustrasi mampu
memberi pemaknaan
Makna dapat ditangkap
dengan baik/ cepat

Teks jelas, ada
penekanan, dan
pemilihan
tipografi
menarik
Tanpa ilustrasi gambar Makna dengan cepat
dapat dipahami

Teks jelas,
tersstruktur
dengan baik
Tanpa ilustrasi gambar,
hanya simbol
Makna dengan cepat
dipahami karena lay out
terstruktur dengan baik

Teks jelas,
hanya agak
kurang besar
Ilustrasi unik dan
menarik, serta memberi
pesan khusus
Makna mudah dipahami

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

53


Teks jelas dan
menarik
Ilustrasi unik dan
menarik, mendukung isi
teks
Makna cepat dan
mudah dipahami

Teks jelas dan
menarik
Ilustrasi unik dan
menarik, mendukung isi
teks
Makna dengan cepat
dapat dipahami
Teks jelas dan
ada penekanan
pada teks
Ilustrasi cukup
mendukung pesan
Makna dengan mudah
dapat dipahami

Teks jelas dan
simple
Ilustrasi mendukung,
hanya pemilihan warna
monoton, sehingga
kurang menarik
Makna mudah dipahami



EFEKTIVITAS DESAIN

Menurut Surianto (2008), Dabner (2003),
Mahardika (2011), dan lainnya,
Efektivitas sebuah bilboard dipengaruhi
oleh:
a. Visibilitas, artinya bahwa sebuah iklan
harus dikaitkan dengan visi atau tujuan
kepada siapa pesan akan disampaikan,
serta makna apa yang terkandung
didalamnya dan mudah untuk
dicerna/dibaca. Dalam hal ini, ketepatan
dalam membuat layout, ilustrasi, serta
penekanan (emphasis) memegang peran
penting.
b. Waktu, artinya pesan yang
disampaikan akan dibaca oleh target
audience dalam waktu yang sangat
singkat, karena pada umumnya target
audience bilboard adalah pengendara
kendaraan. Aspek yang berperan adalah
ukuran huruf dan hirarki teks.
c. Tampilan. Tampilan yang menarik dan
unik perlu diperhatikan dalam desain
bilboard, karena waktu penyampaian
yang sangat singkat. Penampilan yang
tidak rumit dan bersifat eye catching
perlu diperhatikan. Dengan demikian,
pemilihan elemen visual dalam layout
yang tepat menjadi penting.
d. Lokasi, pemilihan lokasi yang eksklusif
dan tidak berdesak-desakan dengan
Billboard yang lainnya atau menempel
pada suatu bangunan tertentu penting
untuk dipertimbangkan.


SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

54

Efektifitas informasi sangat ditentukan
oleh visibilatas artinya visi yang ingin
disampaikan dan kesempatan untuk
menangkap informasi harus singkat dan
jelas. Pemilihan jumlah teks, ukuran dan
bentuk sangat menentukan visibilitas.
Lokasi penempatan dikaitkan dengan
lingkungan , unsur penghalang dan
pesaing juga sangat menentukan efektifitas
di samping penampilan. Untuk penggal
jalan Pahlawan, unsur pesaing tidak begitu
menjadi masalah, karena perletakan
bilboard yang cukup teratur dan relatif
tidak banyak. Untuk masalah penghalang
dan tampilan masih ada beberapa masalah














Efetifitas informasi untuk papan reklame /
bilboard Nissin cukup efektif, karena
posisi iklan tersebut yang relatif sejajar
dengan pengamat, serta tampilan yang
simple sehingga visi iklan ter sampaikan
dengan baik (gambar 12).














Gambar 13, menunjukkan bilboard yang
cukup efektif karena posisi perletakannya
yang relatif bebas gangguan, hanya dilihat
dari tampilan komposisi warna dan
ilustrasi yang kurang menarik.
Unsur penghalang tidak hanya ada
pada elemen yang bersifat menutupi
seperti pohon tiang dan lainnya, namun
penghalang juga dapat berupa jalan
persimpangan. Seperti pada gambar 14,
baliho terhalang oleh pohon atau obyek
yag lain, namun demikian, karena layout,
yang ada tidak mendukung, walaupun
pengamat dari jauh sudah melihat, namun
informasi tidak dapat terlihat dengan jelas.
Setelah sudah dekat dengan obyek, dan
informasi dapat dilihat dengan jelas,
namun demikian konsentrasi pengamat
akan tertuju pada lalu lintas di
persimpangan, dengan demikian obyek
akan terlewatkan
















Pada pertemuan arus lalu lintas,
perhatian pengendara tertuju pada
kepadatan lalu lintas, sehingga keberadaan
billboard tidak menjadi perhatian utam.
Posisi billboard yang cukup tinggi tidak
efektif untuk dilihat. Billboard yang terlalu
menarik perhatian dan ramai justru akan
menjadi kendala bagi pengendara
kendaraan. Sebagai pertemuan arus lalu
lintas, seputar simpang lima kurang layak
untuk lokasi billboard, karena kurang
efektif

Gambar 11
Sumber: dokumen pribadi

Gambar 12
Sumber: dokumen pribadi


Gambar 13
Sumber: dokumen pribadi

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

55








































KUALITAS VISUAL

Kualitas Visual merupakan salah satu
unsur yang cukup penting dalam
membentuk image kota. Kualitas visual
kota yang baik, akan memberikan kepuasan
estetika bagi penghuninya. Dapat
dikatakan, bahwa kekacauan visual kota
juga akan menambah beban stress pada
penghuninya. Billboard di usat kota,
sebagai salah satu elemen visual kota, juga
berpotensi menjadikan atau menambah
kekacauan visual kota, jika tidak diatur
dengan benar.
Dalam penelitian ini, banyak
dijumpai, disamping fungsinya sebagai
penyampai informasi, desain dan
perletakan billboard di pusat kota
Semarang berpotensi menimbulkan
kekacauan visual. Kekacauan visual ini
berakibat pada menurunnya kualitas visual
ruang luar kota.






















Keberadaan bangunan dalam ruang
kota juga dapat berfungsi sebagai sculpture
ruang (gambar 17), seperti halnya
bangunan hotel shantika, harusnya mampu
membentuk focal point, namun karena
tertutup billboard, peran bangunan sebagai
sclupture kota dan focal point terganggu.
Urban visual kota dibentuk oleh
elemen-elemen bangunan, jalan, perabot
jalan, dan signage, dalam tatanan, elemen-
elemen tersebut membentuk kualitas kota.
Pada gambar 18, tatanan urban visual kota
didominansi oleh billboard yang beraneka
ragam dan saling berebut perhatian,
akibatnya terajdi kekacauan pada wajah
kota.

Gambar 14
Posisi bilboard yang cukup tinggi
menyebabkan billbord tidak dilihat pada
saat dimana sebenarnya informasi
billboar sudah jelas. Posisinya yang
berada pada tikungan menyebabkan
konsentrasi pengamat lebih pada jalan

Gambar 15
Jumlah billboard yang terlalu banyak
juga menjadikan billboard tidak efektif
karena saling berebut perhatian satu
dengan yang lain, karena terlalu banyak
pesaing. Kondisi seperti ini
menyebabkan justru orang tidak akan
memperhatikan billboard karena adanya
kejenuhan visual dan informasi


Gambar16

Bangunan sebagai salah satu elemen
pelingkup ruang luar kota, juga berperan
sebagai pembentuk kulaitas ruang. Pada
gambar di atas. Estetika bangunan
tertutup billboard, sehingga peran fasade
bangunan sebagai elemen pembentuk
kota hilang.


SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

56













Gambar 17













Gambar 18













Gambar 19

Sedangkan kualitas Urban Scape dibentuk
oleh tatanan dari elemen fasade bangunan,
pepohonan dan street furniture.
Keberadaan billboard pada gambar 19,
merusak kualitas urban scape yang ada.

















Gambar 20

Dalam tatanan ruang kota, signage
diperlukan untuk memberikan panduan
kepada penghuni dan membentuk
legibilitas ruang. Keberadaan signage
sebaiknya jelas dan tidak terganggu oleh
obyek yang lain. Pada gambar 20, signage
yang ada berbaur dengan billboard dan
saling berebut perhatian. Kondisi ini cukup
mengganggu bagi pengendara yang
membutuhkan suatu panduan.












Gambar 21

Pada gambar 21 dan 22, kualitas
fasade bangunan sebagai salah satu elemen
pembentuk kualitas ruang luar kota
tertutupi oleh billboard yang terpasang
secara tidak teratur. Pada dasarnya, desain
dan perletakan billboard pada bangunan
dapat diatur sedemikian rupa sehingga
membentuk kesatuan tatanan yang baik.






SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

57

Hal ini tidak dilakukan pada kawasan
seputar simpang lima











Gambar 22
Gambar 22




























































Keberadaan papan reklame, yang
tidak tepat kadang dapat mengganggu
sistem pemandangan kota. Seperti pada
contoh gambar 25 dan 26 di bawah, papan
reklame mengganggu kelompok pohon
yang beerfungsi sebagai oase kota, dan
skyline kawasan








Gb. 25






Gambar 26


Gambar 23
Bukit pada gambar di atas berpotensi
sebagai focal point yang cukup
berpotensi, namun keberadaan
billboard diatas berpotensi
mengganggu kulaitas sistem
pemandangan yang ada

Gambar 24
Pepohonan disepanjang jalan pemuda,
merupakan bingkai alami yang mampu
menutupi kekurangan fasade bangunan
(menambah kualitas visual fasade
bangunan), sekaligus mampu membuat
bingkai vista pada jalan tersebut,
keberadaan billboard dan baliho yang
kurang terpadu mengakibatkan kualitas
tersebut menurun



SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

58

KAJIAN PERATURAN

Reklame seharusnya sudah menjadi
unsur pengaturan dalam tingkat Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK).
Wilayah peruntukannya (kawasan /zoning)
dalam tingkat Rencana Tata Ruang Kota
(RTRK). Lebih mendetail masalah
reklame merupakan bagian yang
dipertimbangkan dalam Pola Rancang dan
Rekayasa Kota (Urban design Pattern dan
Urban Structure) yang biasanya tertuang
dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL). Dalam peraturan
tersebut maka penanganan reklame perlu
memperhatikan: a) standar estetika
lingkungan penataan reklame, sehingga
dapat mendukung keindahan lingkungan;
b) kejenuhan reklame atau jumlah reklame
yang terpasang di suatu kawasan tertentu
sehingga pemasangan reklame di kawasan
tersebut harus dibatasi; c) pentingnya
keputusan mengenai pelarangan
pemasangan reklame pada kawasan bebas
reklame atau kawasan terbatas reklame; d)
pentingnya sistem control dari yang
berwenang untuk upaya pemantauan atas
reklame (ilegal); e) pentingnya ketepatan
disain dan ukuran reklame yang terpasang
dengan disain dan ukuran reklame yang
diusulkan.
Dasar pertimbangan media reklame
secara sosiologis ditentukan dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat,
pemerintah daerah dan pihak pengusaha
(biro iklan) agar dapat menempatkan
media reklame sesuai dengan fungsinya
sebagai media informasi sekaligus sebagai
komponen kota yang berpengaruh pada
keindahan kota. Disamping itu, elemen-
elemen teknis yang perlu diatur dalam
penataan media reklame mencakup
konstruksi, bentuk dan ukuran,
jumlah,penempatan, orientasi serta
pencahayaan media reklame.
Namun pengaturan berkaitan dengan
reklame dalam Perda Pajak Reklame lebih
banyak menyangkut pendapatan daerah,
kurang memperhatikan unsur estetika dan
keindahan kota. Demikian juga dengan
surat keputusan Wali Kota Semarang No.
188.3/142 tentang penyelenggaraan
reklame. Dalam surat keputusan ini
ditegaskan bahwa sub dinas PAD adalah
instansi yang di tunjuk sebagai pemproses
ijin reklame tetap, insidentil dan penerima
pembayaran dari penyelenggara reklame
yang selanjutnya di setor ke kas daerah.
Tujuan pengaturan ini untuk
memperbaharui ketentuan tarif dari ijin
pemasangan reklame yang dirasa tidak
sesuai lagi dengan kondisi saat ini.
Untuk itu pengaturan masalah reklame
yang lebih berperspektif estetika akan
bergantung pada Peraturan tentang
penyelenggaraan reklame. Raperda
Penyelenggaraan Reklame dalam waktu
dekat akan dibahas oleh panitia khusus
(Pansus) yang telah dibentuk DPRD Kota
Semarang. Sebelum dilakukan
pembahasan, banyak masukan dari
berbagai kalangan, terutama lembaga
swadaya masyarakat (LSM) yang sangat
berharap white zone Tugu Muda tetap
dipertahankan dan tidak diganti.
Sedangkan titik-titik reklame di shelter
Simpanglima harus ditolak.
Sementara peraturan yang berlaku
mengenai penyelenggaraan reklame adalah
Perda Nomor 8 tahun 2006. Perda ini
dibentuk sebagai perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun
2003 dalam rangka untuk lebih
meningkatkan pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan reklame sebagai upaya
melindungi kepentingan dan ketertiban
umum, lebih meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat secara transparan,
terbuka dan adil serta dalam upaya
meningkatkan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah dari sektor reklame.
Dalam hal perencanaan dan penataan,
kegiatan harus meliputi pendataan,
pemetaan, penataan dan penetapan titik
reklame, yang harus memperhatikan
estetika, keselamatan, keserasian bangunan
dan lingkungan sesuai dengan rencana

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

59

kota, sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Jadi
dengan demikian secara tegas pemasangan
reklame harus memperhatikan estetika
terhadap sarana dan prasarana kota, yang
harus dirinci menjadi titik-titik reklame
dan dinyatakan dalam Tata Letak Reklame
(TLR), yang ditetapkan oleh Walikota dan
dapat ditinjau kembali paling singkat 1
(satu) tahun. Pemanfaatan titik reklame
dilaksanakan dengan cara Penawaran
Lelang Terbuka Sewa Lahan dan jangka
waktu pemanfaatan titik reklame
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan didpat
beberapa temuan, yaitu:
a. Dari Sisi layout:
sebagian besar layout pada billboard
mempunyai alur sesuai dengan
budaya berbahasa latin (dari kiri
kekanan dan atas ke bawah.
Ada keseimbangan antara tipografi
sebagai penekan utama dan gambar
sebagai penekan utama informasi
Sebagian besar billboard yang ada
belum ada kesesuaian elemen visual
dan elemen teks, sebagai unsur
unity. Unsur unity banyak dijumpai
melalui warna yang dominan
Sebagian besar menggunakan
keseimbangan asimetris
b. Dari Sistem Informasi:
Hiraki teks mengikuti layout, namun
penekanan dan pemilihan teks
kebanyakan masih kurang. Jumlah
teks yang relatif banyak, sehingga
pesan tidak dapat dipahami dalam
waktu yang singkat
Ilustrasi lebih dominan dengan
fotografi dan kurang sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan
c. Dari Efektifitas penyampaian pesan:
sebagian besar bilboard tidak efektif,
hal ini disebabkan karena:
Penggunaan teks yang terlalu
banyak.
Ketinggian billboard yang relatif
tinggi sehingga billboar hanya dapat
dilihat dari jarak jauh
Penikmat billboard adalah mereka
yang berkendaraan dengan kecepatan
yang relatif cepat, sehingga billboard
hanya dilihat sepintas
Banyak yang tidak
memperhitungkan faktor penghalang
dan pesaing sehingga berpotensi
menimbulkan kekacauan informasi
dan visual kota

Kesimpulan yang dapat diambil:
a. Billboard kurang sesuai untuk
pengendara kendaraan, dan lebih tepat
untuk pejalan kaki, karena informasi
lebih tersampaikan
b. Karena hanya dilihat sepintas, desain
bentuk lebih cocok dari pada teks
c. Untuk meningkatkan efektifitas,
diperlukan pengaturan billboard baik
dari segi desain maupun penempatan.
d. Bilboard yang ada di pusat kota
Semarang, saat ini lebih banyak
bersifat waste, karena informasi
tidak dapat tersampaikan dengan baik,
dan cenderung berpotensi
menimbulkan kekacauan visual kota




SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

60

DAFTAR PUSTAKA

Murtomo, B Adji, 2007, Penataan Papan Reklame Pada Penggal Jalan Hayam Wuruk
Semarang, Journal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman ENCLOSURE volume 6 No.1.
Maret 2007

Danisworo, Mohammad, 2005, Inovasi Media Ruang Luar dalam Urban Desain, makalah
Kuliah Umum di DKV Petra Surabaya

Fred N. Kerlinger (diterjemahkan Landung R. Simatupang), 2003, Asas-asas Penelitian
Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Hardjati, Susi, 2008, Implementasi Kebijakan Konsep dan Tipologi Reklame di Kawasan
Jalan- Sulawesi Kertajaya Manyar Kertoarjo Sura-baya, Jurnal Rekayasa Perencanaan,
Vol.4, No. 3, Juni 2008

http://semarangkota.go.id/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=1932&Itemid
=1

IGN Made Mahardika, 2011, Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Promosi Anantara
Seminyak Resort & SPA Di Seminyak Kuta, Tugas Akhir, DKV, ISI Denpasar

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN
DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME,
Pasal 1 butir

Minai, AT, 1984, Arhitecture as Environment Comunication, Mouton, Berlin

Nurmalasari, Shofiyah, 2008, Hubungan Media Ruang Luar (Menggu-nakan Pencahayaan
Buatan) dengan Kualitas Visual Koridor di Malam Hari Menurut Persepsi Masyarakat,
Thesis S-2 Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP

Pramono, Eddy Djoko, 2006, Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Reklame dan Aspek
Legal Hukumnya di Jalan Slamet Riyadi Di Kota Surakarta, Thesis S-2 Program Studi
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP

Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, 1993, Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, Cetakan
Ketiga, dalam dekavetiga Petra

Rustan, Surianto, 2008, Layout, dasar dan penerapannya, Gramedia, Jakarta

Sanyoto, sadjiman Ebdi, 2009, Nirmana, dasar-dasar seni dan Desain, Jalasutra, Yogyakarta
Sony Kartika, Dharsono, Nanang Ganda Perwira ,2004, Pengantar Estetika, Rekayasa sains,
Bandung

Shirvani, Hamid, 1984, The Urban Design Process, Van Nostran Reinhold Company, New
York

Smardon, RC, 1986, Foundation for Visual Project Analysis, John Wiley &son, New York

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013
__________________________________________________________________________________

61


Sony Kartika, Dharsono, Nanang Ganda Perwira, 2004, Pengantar Estetika, Rekayasa sains,
Bandung

Sudikno Mertokusumo, 1985, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta

Sunarimahingsih, 1995, Sistem Visual di Kawasan Pusat Kota Lama Studi Kasus Pusat Kota
Lama Semarang, Tesis S-2, UGM Yogyakarata

Anda mungkin juga menyukai