Anda di halaman 1dari 12

Perpajakan Page 1

MODUL 11
REKONSILIASI FISKAL


I. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.)
yang menjelaskan secara umum sebagai berikut :
1. LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL.
2. Beda Tetap / Beda Waktu.
3. KREDIT PAJAK TAHUN BERJALAN.
II. Setelah memahami materi perkuliahan tersebut diatas, diharapkan mahasiswa dapat
menyelesaikan tugas- tugas sebagai berikut :
1. Merekonsiliasi Laporan Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal
dapat menimbulkan koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Jelaskan kedua
jenis koreksi fiskal tersebut dan berikan contoh masing- masing.
2. Akibat koreksi fiskal dari Laporan Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan
fiskal menyebabkan perbedaan antara laba komersial dengan laba fiskal. Perbedaan
tersebut dikelompokkan menjadi : beda tetap ( permanent differences ) dan beda
waktu ( time differences ). Jelaskan pengertian kedua jenis perbedaan tersebut dan
berikan contoh masing- masing.
3. Pada akhir tahun pajak, SPT Tahunan akan timbul :
a. PPh Kurang Bayar ( PPh Pasal 29 )
b. PPh Lebih Bayar ( PPh Pasal 28A )
c. PPh Nihil.
Jelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi !
4. Menurut anda apakah boleh jika laba yang dilaporkan ke Kantor Pajak berbeda
dengan laba yang dilaporkan ke pemegang saham. Jelaskan !
5. Apabila laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal, apakah perlu melakukan
pembukuan ganda ? Jelaskan upaya yang harus anda lakukan agar perbedaan laba
tersebut dapat difahami oleh pemegang saham maupun fiskus !

Soal :
Laporan Rugi-Laba PT Poki-Poki untuk periode tahun 2008 sebagai berikut :
( dalam rupiah )
Pejualan : 7.800.000.000
HPP: (4.210.000.000)
Perpajakan Page 2

Penghasilan Bruto Usaha : 3.590.000.000
Biaya Operasional
Beban Pemasaran :
a. Gaji dan komisi salesman 475.000.000
b. Gaji dan upah bagian penjualan 275.000.000
c. Beban angkut penjualan 200.000.000
d. Beban promosi 180.000.000.
e. Beban cadangan piut tak tertagih 250.000.000
f. Beban kirim pos, telp, dan teleks 120.000.000
g. Depresiasi kendaraan 120.000.000
1.620.000.000
Beban administrasi dan Umum :
a. Gaji dan kesejahteraan pegawai 450.000.000
b. Beban premi asuransi 130.000.000
c. Beban konsultan 150.000.000
d. Beban supplies kantor 170.000.000
e. Depresiasi bangunan kantor 50.000.000
f. Depresiasi mebel dan alat kantor 150.000.000
1.100.000.000
Total Beban Usaha : 2.720.000.000
Laba / rugi Usaha : 870.000.000

Pendapatan dari luar usaha :
a. Pendapatan sewa tanah ( setelah PPh ) 125.000.000
b. Pendapatan bunga bank / jasa giro ( setelah PPh ) 75.000.000
c. Penghasilan dari sewa kendaraan ( setelah PPh ) 9.700.000
Jumlah 209.700.000
Beban dari luar usaha :
Perpajakan Page 3

a. Beban bunga 50.000.000
b. Rugi selisih kurs 15.000.000
c. Denda PPh 10.000.000
Jumlah ( 75.000.000 )
Laba Bersih 1.004.700.000

Keterangan Tambahan :
1. Daftar aset tetap :

2. Dalam beban pomosi terdapat beban- beban :
Bantuan untuk Panitia HUT RI Rp. 5.000.000 dan beban entertainment ( tanpa
daftar nominal ) Rp. 10.000.000.
3. Dalam beban gaji dan kesejahteraan pegawai kantor terdapat beban- beban
sebagai berikut :
a. Tunjangan transportasi Rp. 40.000.000,-



NO


Jenis aset

Harga
Perolehan


Perole
han

Penystn.
KomersiaG
aris Lurus


Penyst
n.
Fiskal
Saldo
Menur
un

1.

Bangunan Kantor

1.250.000.000

Jan.
2006

25 tahun

20
tahun

2.

Mebel dan alat
kantor

750.000.000

Jan.
2006

5 tahun

8
tahun

3.

Kendaraan

600.000.000

Juni
2007

5 tahun

8
tahun
Perpajakan Page 4

b. Beban makan kantor Rp. 60.000.000,-
c. Pengobatan ditanggung perusahaan Rp. 20.000.000,-
d. Tunjangan PPh Pasal 21 Rp. 20.000.000,-
4. PPh Pasal 25 yang telah dibayar untuk tahun 2008 adalah Rp. 120.000.000,-
Pertanyaan :
Buatlah rekonsiliasi fiskal tahun 2008 untuk PT Poki- Poki.

III. PEMBAHASAN MATERI :
A. LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
1. Laporan Keuangan Komersial, ialah laporan yang disusun dengan prinsip
akuntansi bersifat netral atau tidak memihak. Agar hasil usaha dapat diketahui,
setiap kurun waktu tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan.
Laporan Keuangan adalah tahap aklhir dalam akuntansi yang harus memenuhi
syarat yaitu relevan, dapat diuji, dapat dibandingkan, dapat dipercaya, lengkap
penyampaiannya tepat waktu, akurat dan obyektif.
2. Masa Akuntansi, ialah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar
untuk menghitung posisi keuangan suatu perusahaan. Jadi Laporan Keuangan yang
terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba, disusun setiap kurun waktu
tertentu, misalnya tiap kuartal, semester atau tahunan. Masa akuntansi umumnya
ditetapkan berdasarkan tahun kalender atau tahun takwim.
Dalam perpajakan dikenal juga masa akuntansi yang disebut dengan istilah tahun
pajak, yaitu jangka waktu yang diperlukan sebagai dasar untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang.
3. Konsep taat asas atau konsistensi dalam akuntansi sangat diperlukan.
Perubahan prosedur pencatatan atau perhitungan dalam akuntansi akan
mempengaruhi isi Laporan Keuangan Konsep taat asas dalam akuntansi adalah
fleksibel, yaitu perubahan prosedur atau metode akuntansi diperkenankan, asalkan
pengaruhnya dikemukakan dalam laporan. Hal ini brbeda dengan konsep taat asas
yang dipakai dalam perpajakan, adalah konsep taat asas yang tidak fleksibel.
4. Apabila laporan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan
mengindahkan semua peraturan perpajakan, maka laporan ini dinamakan Laporan
Keuangan Fiskal. Dalam perpajakan ditentukan bahwa Wajib Pajak Dalam Negeri
diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT ) yang dilampiri
dengan Laporan Keuangan. Di dalam undang undang tidak terdapat keterangan
Perpajakan Page 5

yang jelas tentang jenis laporan yang harus disampaikan, apakah Laporan
Keuangan Fiskal atau Komersial dan apakah laporan yang telah diaudit atau belum
diaudit. Untuk menghindari keragu- raguan berikut ini dikutip Pasal 4 Undang
Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang
Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :

Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.
(2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh
pengurus atau direksi.
(3) Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat
kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
(4) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
(4a) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah laporan
keuangan dari masing-masing Wajib Pajak.
(4b) Dalam hal laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4a)
diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak
jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7) huruf b.
(5) Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Kutipan tersebut dapat ditafsirkan bahwa Laporan Keuangan yang
dimaksud adalah laporan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan
Laporan Keuangan yang disampaikan dapat menunjukkan keterangan yang
cukup untuk penghitungan penghasilan kena pajak. Namun demikian belum ada
ketentuan fiskus yang mengharuskan Wajib Pajak untuk menyampaikan Laporan
Keuangan Fiskal dengan format tertentu, oleh karena itu Laporan Keuangan
Fiskal dapat disusun dengan cara melakukan rekonsilisasi Laporan Keuangan
Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. Dengan demikian perusahaan
Perpajakan Page 6

tidak perlu mempunyai sistem akuntansi khusus untuk keperluan perpajakan.
Dengan satu sistem akuntansi dan data keuangan dapat disusun berbagai jenis
Laporan Keuangan.
5. Definisi Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal.
Rekonsiliasi ( koreksi ) Fiskal, adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto / laba yang
sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan perbedaan antara akuntansi dengan
fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / permanen ( permanent
difference ) dan beda waktu / sementara ( timing difference ).

B. BEDA TETAP DAN BEDA WAKTU .
a. Beda Tetap / Permanen :
Beda Tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan
biaya menurut akuntansi dan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan
biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut
fiskal, atau sebaliknya. Beda tetap mengakibatkan laba / rugi menurut
akuntansi ( pre tax income ) berbeda secara tetap dengan Laba Kena Pajak
menurut fiskal ( taxable income ).
Beda Tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan
hal- hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ( Pasal 4 ayat (2) UU PPh ).
2. Penghasilan yang bukan obyek pajak ( Pasal 4 ayat (3) UU PPh ).
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha,
yaitu mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan serta
pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau jumlahnya
melebihi kewajaran ( Pasal 9 ayat (1) UU PPh ).

b. Beda Waktu / Sementara :
Sesuai namanya, beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi
dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya, secara keseluruhan beban
atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi
berbeda alokasi setiap tahunnya.
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara
Perpajakan Page 7

pajak dengan akuntansi dalam hal :
1) Akrual dan realisasi.
2) Penyusutan dan amortisasi.
3) Penilaian persediaan.
4) Kompensasi kerugian fiskal.

c. Koreksi Positif dan Negatif dari Rekonsiliasi Fiskal.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak yang pembukuannya
menggunakan pendekatan akuntansi komersial, yang bertujuan
mempermudah mengisi SPT Tahunan PPh dan menyusun Laporan
Keuangan Fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT
Tahunan PPh.
Koreksi fiskal dapat berupa koreksi positif dan negatif.

Koreksi positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah sebagai
akibat adanya :
1Beban yang tidak diakui oleh pajak ( non deductible expense ).
2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.
3 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.
4. Penyesuaian fiskal posotif lainnya.

Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan fiskal berkurang sebagai akibat
adanya :
1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak.
2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.
3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal.
4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal.
5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.
6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.
Perpajakan Page 8


d. CONTOH SOAL :
PT Fast meminta bantuan anda menyusun rekonsiliasi fiskal berdasarkan data
Laporan Keuangan tahun 2008 sebagai berikut (dalam rupiah) :
Pejualan : 1.250.000.000
HPP: (500.000.000)
Penghasiln Bruto Usaha : 750.000.000
Biaya Operasional
a. Gaji : 55.000.000
b. Tunjangan Transport Karyawan : 45.000.000
c. Biaya makan kantor : 6.000.000
d. Biaya pengobatan ditanggung perusahaan : 20.000.000
e. Biaya training karyawa : 15.000.000
f. Biaya seragam satpam : 12.000.000
g. Biaya sanksi administrasi pajak : 10.000.000
h. Biaya pengangkutan : 4.500.000
i. Biaya bunga pinjaman : 7.000.000
j. Cadanganpenghapusan piutang : 5.000.000
k. Biaya jamuan tamu tanpa daftar nominatif : 10.000.000
l. Biaya listrik dan telepon kantor : 24.000.000
m. PBB dan Bea Meterai : 3.000.000
n. Penyusutan aset tetap : 40.000.000
o. Preni asuransi kebakaran pabrik : 10.000.000
p. Bantuan untuk panitia HUT RI : 5.000.000
Tota Biaya Operasional : 271.500.000
Laba Usaha : 478.500.000


Perpajakan Page 9

Pendapatan Lain- lain :
a. Dividen dari PT Jaya ( setelah PPh ) : 85.000.000
( % kepemilikan 20% )
b. Sewa kendaraan box kepada Fa. Maju ( setelah PPh ) : 9.700.000
c. Keuntungan selisih kurs : 5.000.000
d. Penerimaan pengembalian PBB yang telah
dibebankan : 5.000.000
e. Jasa giro Bank Mandiri ( sebelum PPh ) : 2.000.000
Total Pendapatan Lain- lain : 106.700.000
Laba Usaha Sebelum PPh : 585.200.000

Keterangan Tambahan :

Jenis aset

Tahun beli
Harga beli
( dalam Rp )
Nilai residu
( dalam
Rp.)
Bangunan
permanen
06 07 - 2006 400.000.000 50.000.000
Kelompok I 10 12 - 2007 60.000.000 10.000.000

Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus.
Pertanyaan :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Fast.
2. Berapa penghasilan neto fiskal perusahaan.

JAWAB :
PT Fast
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( dalam ribuan rupiah )
Perpajakan Page 10


Keterangan


Mnrt
Aktns
Koreksi fiskal

Mnrt
fiskal

Kete
rang
an

Postif

Negtf

Penjualan / Peredaran
-/- HPP
Pengh Bruto Ush
Biaya Usaha :
-Gaji
-Tunjangan transpt Kary.
-By. Makan kantor
-ByPengobtn.dtng.Persh.
-By training karywn
-By sragam Satpam
-Sanksi adm Pajak
-By Pengangkutn
-By Bunga Pinjaman
-Cad Penghpsn Piut
-By Jamuan tamu tanpa
Daftar nominatif
-By Listrik & Telp Kantr
-PBB & Bea Met
-Penyst Aset Tetap
-Premi ass Kebakr Pabrk
-Sumbangan HUT RI

Total Biaya Ush
Pengh Neto dari Ush
+/+Pengh dari Luar Ush
- Dividen dari PT Jaya
- Trima ewa kendraan
Box dari Fa Maju
- Keuntungn Sel Kurs.
- Pen Pengmblian PBB yg
telah dibebankan
- Jasa giro Bank Mandiri
Total Pngh Luar Ush

1.250.000
(500.000)
750.000

55.000
45.000
6.000
20.000
15.000
12.000
10.000
4.500
7.000
5.000

10.000
24.000
3.000
40.000
10.000
5.000

(271.500)
478.500

85.000

9.700
5.000
5.000

2.000

106.700

--
--
--

--
--
--
20.000
--
--
10.000
--
--
5.000

10.000
--
--
5.000
--
5.000

(55.000)
55.000

15.000

300
--
--

--

15.300

--
--
--

--
--
--
--
--
--
--
--
--
--

--
--
--
--
--
--

--
--

--

--
--
--

2.000

2.000

1.250.000
(500.000)
750.000

55.000
45.000
6.000
0
15.000
12.000
0
4.500
7.000
0

0
24.000
3.000
35.000
10.000
0

(216.500)
533.500

100.000

10.000
5.000
5.000

0

120.000








A

B



C

D


E

F




G

H



I


Perpajakan Page 11


-/- By dari Luar Ush

Laba Bersih sbl Pajak


--


585.200



--



70.300

--


2.000

--


653.500


Keterangan :
A : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
B : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
C : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
D : SE Dirjen Pajak No. 27 /PJ.42/ 1986.
E : Pasal 11 UU PPh.
F : Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
G : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
H : Pasal 4 ayat (1) UU PPh.
I : Pasal 4 ayat (2) UU PPh.
Penghasilan neto fiskal perusahaan adalah Rp. 653.500.000,-
- Atas koreksi fiskal yang dilakukan, perusahaan tidak perlu membuat jurnal.
- PPh terutang dihitung dengan mengalikan tarif PPh Pasal 17 terhadap Penghasilan
Kena Pajak. Sebelum dikalikan tarif PPh, Penghasilan Kena Pajak terlebih dahulu
dibulatkan ribuan kebawah.

C. KREDIT PAJAK TAHUN BERJALAN.
Kredit pajak tahun berjalan terdiri atas :
1. Kredit pajak dalam negeri.
Untuk WP Orang Pribadi, kredit pajak dalam negeri dapat terdiri atas PPh yang
dipotong / dipungut pihak lain, meliputi PPh Pasal 21, 22, 23. Seangkan untuk WP
Badan, kredit pajak dalam negeinya dapat terdiri atas PPh Pasal 22 atau 23.
2. Kredit Pajak Luar Negeri.
Perpajakan Page 12

Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar newgeri dapat
dikreditkan di Indonesia ( PPh Pasal 24 ). Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di
tahun pajak digabungkannya penghasilan tersebut. Namun kerugian di luar negeri
tidak boleh digabungkan.
3. PPh yang dibayar sendiri.
Pembayaran pajak yang dilakukan oleh WP sendiri berupa angsuran PPh Pasal 25
yang dibayar setiap bulan ataupun fiskal luar negeri.

-------------------------

Anda mungkin juga menyukai