Anda di halaman 1dari 22

Sentra Tenun Sukarara, Lombok

Jumat, 15 April 2011 13:24 |


Sentra kerajinan tenun Lombok terletak di Desa Sukarara,
Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah. Dari
Mataram, kita bisa menempuhnya dalam waktu sekitar 30
menit dengan kendaraan pribadi atau taksi. Jangan berharap
pada kendaraan umum. Maklum, kendaraan umum di pulau
ini terbatas, baik dalam jumlah maupun waktu
operasionalnya.

Kita harus menelusuri Jalan Raya Praya, satu-satunya jalan raya besar yang mengarah ke
Sukarara. Sentra tenun ini terletak di dekat pasar dan masjid di Sukarara. Untuk menuju pusat
tenun, kita berbelok dan masuk ke gang yang kondisi jalannya beraspal seadanya. Kira-kira 500
meter dari jalan raya, kita akan menemukan beberapa rumah yang menyediakan tenun. Di sinilah
pusat penjualan berbagai tenun Lombok.

Di barisan paling depan sentra ini ada UD Dharma Setya, salah satu pembuat tenun yang cukup
besar. Produksi tenun Dharma Setya dilakukan di lokasi penjualan dan di rumah penduduk. "Di
sini semacam pooling," kata Robiah, pemilik Dharma Setya.

Masitah, pemilik pusat tenun Tawakal pun melakukan hal yang sama. Perempuan 46 tahun ini
masih menenun di rumahnya. Tapi ia juga mengupah para penduduk Sukarara untuk menenun
kain "Saya menyediakan bahan baku dan meminta dibuatkan motif-motif tertentu," kata Masitah.

Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia
kanak-kanak para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motif yang sederhana.
"Saya dulu 10 tahun sudah bisa menenun," kata Robiah.

Budaya tenun diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah
satu alat untuk menenun kepada anak perempuannya. Tenun menjadi salah satu warisan penting
di Sukarara. "Di desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya di Sukarara," kata
Robiah.

Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga
sekarang ini. "Menurut awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh
menikah," kata Nurdin, salah seorang pemandu di Desa Sukarara.


Kain tenun di Lombok terdiri dari dua jenis, yaitu tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat
dikerjakan oleh para lelaki. Dalam sehari mereka bisa menghasilkan hingga tiga meter kain tenun
ikat. Adapun Para perempuan menenun songket. Dalam sehari, mereka cuma mampu menenun
maksimal 15 cm songket.

Ada aturan uni: perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa
terkena denda. Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku bagi
kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.

Memang aturan ini tampak diskriminatif. Namun, rupanya ada alasan logis yang mendasari
aturan ini. "Kalau perempuan tidak bisa menenun lalu kawin dan punya anak, akan dikasih
makan apa anaknya nanti?" kata Masitah, pemilik toko tenun Tawakal di Desa Sukarara,
kecamatan Jonggot kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Keterampilan menenun menjadi satu pegangan hidup bagi perempuan Sukarara. Jadi aturan ini
memang buat para perempuan itu sendiri agar bisa mandiri dan menghidupi dirinya. Di Sukarara,
pemberdayaan perempuan sudah mulai sejak zaman dulu.

Lombok memiliki dua jenis tenun yaitu songket dan ikat. Tenun songket hanya dibuat oleh para
perempuan dengan alat manual. Tenun ikat dibuat oleh para lelaki dengan Alat Tenun Bukan
Mesin (ATBM). Kain songket biasa digunakan oleh para perempuan. Ciri khasnya, kain songket
ini memiliki sisi depan dan sisi belakang. Songket biasanya menggunakan benang emas sebagai
campuran dari bahan katun yang biasa dipakai.

Pembuatannya pun berbeda. Paling sulit dari pembuatan songket ini terletak pada penentuan
motif. Pengerjaannya yang manual membuat waktu tenun menjadi lama. "Satu songket bisa
selesai dalam satu bulan," kata Masitah. Bahkan ada tenun songket yang baru kelar dalam waktu
dua setengah bulan kalau memang motifnya rumit dan pengerjaannya tidak rutin.

Nurdin mengatakan para perempuan yang bekerja menenun songket dari pukul 08.00 hingga
17.00 biasanya hanya mencatat kemajuan tipis. "Sehari itu mereka bisa menenun minimal 10
sentimeter hingga maksimal 15 sentimeter," kata Nurdin. Panjang rata-rata tenun songket ini
sekitar 12 sentimeter per hari.

Biasanya para perempuan menenun songket dengan lebar 60 sentimeter dan panjang empat
meter. Setelah selesai, songket itu akan dipotong dan disambungkan sehingga menjadi kain
dengan panjang 2 meter dan lebar 120 sentimeter. "Ciri khas lainnya adalah sambungan di
tengah untuk menyatukan dua kain itu," imbuh Nurdin. Penyambungan kain itu tentu saja
dilakukan oleh penjahit yang terampil agar motif dua belahan kain ini bisa menyatu sempurna.
"Satu keluarga biasanya memiliki empat atau lima motif yang khas," kata Nurdin.

Adapun tenun ikat memiliki waktu produksi yang lebih singkat. Satu hari, penenun ikat bisa
menyelesaikan hingga panjang 3 meter tenun ikat per hari dengan ATBM. Tenun ikat memiliki
motif bolak-balik sehingga tidak dibedakan antara bagian depan dan bagian belakang.

Tenun ikat hanya menggunakan bahan dari kain katun saja. Proses awalnya dimulai dari
pemintalan benang. Setelah benang dipintal, benang-benang itu digambar motif dengan pensil.
Motif tersebut lalu diikat dengan tali rafia untuk kemudian dicelupkan pada pewarna untuk
dasarnya.


Sulit dan lamanya waktu pembuatan songket membuat harga kain tenun ini lebih mahal
dibandingkan dengan kain ikat. Harga satu songket paling tinggi mencapai Rp 5 juta per lembar.
Kebanyakan pembeli merupakan pembeli ritel. Dulu memang ada pembeli besar. Namun, kini,
pembeli besar jarang datang.

Para penenun menggunakan berbagai pewarna untuk mewarnai benang tenun. Tenun lombok
biasanya memiliki warna-warna alam seperti hitam dan cokelat. Warna-warna alam ini berasal
dari pewarna alami.

Para penenun menggunakan serat pohon mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk
warna cokelat muda, biji asam untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat
tua. Selain itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk
bahan warna alami ungu.

Namun, para perajin juga menggunakan pewarna kimia untuk warna-warna lain seperti merah
muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang sulit didapat dari pewarna alam.

Warna alam biasanya dipakai untuk tenun ikat. Sedangkan songket memiliki warna yang lebih
cerah dengan aksen emas. Kain tenun ikat memiliki lebar 105 sentimeter. Panjangnya bisa
mencapai 100 meter. "Kain ini dijual dalam bentuk meteran," imbuh Nurdin.

Kain ikat biasanya dipakai untuk bahan selimut, seprai, atau bahan pakaian. Harga tenun ikat ini
mulai dari Rp 100.000 per meter untuk tenun ikat katun dengan warna kimia. Adapun harga
tenun ikat dengan pewarna alam harganya bisa mencapai Rp 150.000 per meter.

Adapun harga jual tenun songket Lombok bervariasi mulai dari angka Rp 200.000 hingga Rp 5
juta per lembar berukuran lebar 120 cm dan panjang 2 meter.

Selain tenun, Lombok pun memiliki kain lain yang muncul belakangan. Namanya batik lombok.
Batik lombok lebih terkenal dengan nama batik sasambo. Nama itu merupakan kependekan dari
Sasak, Sumbawa, dan Mbojo.

Pembuatan batik ini melewati dua kali pengerjaan. Pertama, para pekerja menenun kain polos
putih, lalu kain dibatik dengan canting. Sasambo memiliki motif khas. Misalnya gambar rumah
adat dan lumbung, serta tokek. "Tokek merupakan hewan keberuntungan di Lombok," kata
Nurdin.

Harga jual batik sasambo mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta untuk kain ukuran 1,2 x 3
meter. Namun, penjualan Sasambo sangat jarang di Sukarara. Para pengunjung biasanya mencari
tenun yang memang sudah tenar di desa ini.

Robiah, pemilik Dharma Setya, mengatakan, pengunjung yang datang ke sentra tenun ini sulit
dihitung. Memang ada saja rombongan turis lokal dan asing yang datang ke sentra ini.
"Pengunjung yang datang belum tentu membeli," kata Robiah.

Robiah mengatakan, sebelum tahun 1998, pengunjung asing sering datang ketika musim libur.
"Kalau sekarang tidak ada musimnya, jarang ada yang datang," imbuh Robiah. Ia mengatakan
pembeli asing hanya datang satu atau dua rombongan per harinya. Pembeli besar pun makin sepi.

Pengunjung lokal lebih banyak di sentra ini. KONTAN mengamati, pengunjung sentra ini
memang tak pernah sepi, dari pagi hingga sore hari. "Kadang sehari satu rombongan bisa beli
semua, tapi pernah juga satu rombongan tidak ada yang beli songket," imbuh Nurdin. Minimal,
lima songket bisa laku setiap hari dengan harga rata-rata Rp 500.000.

Masitah, pemilik toko tenun Tawakal mengamini hal itu. Pengunjung di sentra tenun bagian
belakang terhitung sepi. Ia pernah mendapat pembeli grosir yang memborong semua tenun di
tokonya. Pembeli ini datang dari Bali yang kemudian menjual tenun di Pulau Dewata itu. "Dia
sudah dua kali datang, tapi sampai sekarang belum datang lagi," kata Masitah. Sekali borong,
Masitah bisa mendapatkan puluhan juta dari si pembeli. Tentu saja, ia menjual dengan harga
grosir.

Namun, pembeli borongan seperti itu jarang ada. "Kalau barang di mereka sudah habis, baru
mereka datang lagi," imbuhnya. Tak cuma pembeli yang datang kadang-kadang, pasokan tenun
dari para penenun di desa Sukarara pun tidak tentu. Selain karena pembuatannya lama, para
perempuan di Sukarara hanya menenun kala senggang.


Para perempuan di Sukarara, Jonggot, Lombok Tengah tidak hanya bekerja sebagai penenun.
Mereka pun kadang menjadi buruh tani ketika musim panen dan musim tanam tiba. Ketika itulah
para perempuan lebih memilih menjadi buruh tani karena upahnya lebih tinggi dan cepat.

Hampir seluruh penduduk Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah,
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki mata pencaharian sebagai petani. Para perempuan pun
kadang-kadang turun tangan ke sawah menjadi buruh tani, terutama ketika musim panen dan
musim tanam tiba.

Mereka lebih memilih menjadi buruh tani dibanding menenun karena mendapatkan penghasilan
lebih. Para perempuan mendapat penghasilan mulai dari Rp 100.000 untuk satu produk songket
seharga Rp 200.000. Padahal, pengerjaan satu sarung songket memakan waktu satu hingga 1,5
bulan.

Sementara upah menjadi buruh tani bisa Rp 15.000 per hari. Upah ini belum termasuk makan
siang yang disediakan pemilik sawah. "Jadi pas panen mereka lebih memilih meninggalkan
tenunan," kata Masitah, pemilik toko tenun Tawakal.

Masitah tidak bisa memaksa para perempuan untuk mengerjakan tenun di musim panen atau
musim tanam. Jadi, ia hanya mengandalkan stok tenun di masa panen.

Begitu pula Robiah, pemilik Dharma Setya. Ia mengandalkan stok barang untuk penjualan
sehari-hari. Di tokonya memang ada banyak stok dan pilihan aneka tenun. Lagi pula, jarang ada
pembeli yang memesan motif tertentu, kecuali pembeli yang mencari tenun untuk kebutuhan
seragam. "Kebanyakan pembeli memilih stok yang sudah ada," kata Robiah.

Di toko Robiah ada juga beberapa penenun yang tetap menenun meski musim panen. "Ada
beberapa juga yang sedang tidak masuk karena sedang panen," kata Nurdin.

Mereka memang karyawan Dharma Setya. Ada sekitar 20 orang karyawan yang menenun,
membatik, dan memandu para pengunjung di Dharma Setya. Ada pula karyawan yang membuat
mebel berbahan mahoni.
Mebel khas Lombok ini memiliki khas motif cukli. Cukli merupakan motif bentuk segitiga kecil
yang dicungkil dan ditutup kembali dengan potongan kerang. Ada juga produk berupa tokek
kayu. Tokek kayu biasanya terdapat di rumah-rumah di Lombok sebagai hiasan dinding.

Kebanyakan penenun merupakan perempuan dewasa. Sedangkan pembatik sasambo di Dharma
Setya biasanya perempuan muda.

Selain masalah sumber daya manusia, masalah lain yang harus dihadapi para pengusaha tenun
Sukarara adalah adanya produk buatan pabrik yang beredar di pasar. "Kami hanya menjual di
sini dan tidak menjual ke pasar di luar Sukarara," kata Nurdin. Ia mengatakan banyak tenun
tiruan yang beredar yang bukan produk tenun dari Sukarara.

Untuk mempertahankan keberadaan tenun Sukarara, Dharma Setya pun sekalian menjadi
semacam koperasi buat para penenun. Karena Sukarara merupakan satu-satunya tempat
pembuatan tenun, Dinas Koperasi dan UKM NTB pun turun tangan membina para penenun dan
pengusaha tenun desa ini.

Sumber :
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1302163638/64244/Sentra-tenun-Sukarara-Wajib-
hanya-untuk-kaum-perempuan-1
..:: KEMBALI ::..

Sentra Indrustri Gerabah Banyumulek
Kabupaten Lombok Barat - Nusa Tenggara Barat - Indonesia

Foto 1 dari 1
Gerabah Banyumulek
y
y
y
y
y
y
Gerabah Banyumulek
Rating : 2.8 (15 pemilih)
A. Selayang Pandang
Kalau Anda mengenal sentra indrustri kerajinan seni gerabah di Desa Kasongan,
Yogyakarta, maka di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, juga ada sentra
industri serupa tepatnya di Desa Banyumulek, yakni Sentra Industri Gerabah Banyumulek.
Sentra kerajinan ini sudah cukup terkenal di Pulau Lombok dan pulau sekitarnya, serta telah
dijadikan desa wisata andalan yang menjadi tujuan wisatawan saat mencari
cenderamata/suvenir yang akan dibawa pulang ke wilayah/negeri asalnya.
Kawasan Banyumulekyang dalam bahasa Sasak berarti air jernihmemang dikenal
sebagai wilayah dengan kualitas tanah lempung nomor satu di Pulau Lombok. Maka tidak
aneh, jika pengrajin gerabah banyak muncul di desa ini, dan akhirnya ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat sebagai sentra industri gerabah unggulan Nusa Tenggara
Barat.
Menurut cerita yang beredar secara turun-temurun mengenai Desa Banyumulek,
perempuan di desa ini digambarkan sebagai pembuat gerabah selao atau gentong yang
sangat ulung, sedangkan para lelaki dewasanya kemudian menjajakan gentong tersebut
dengan cara memikulnya keliling kampung. Namun, sejak pariwisata Lombok mulai
berkembang (1990-an), gambaran tentang Desa Banyumulek pun mulai berubah. Tak ada
lagi lelaki yang memikul gerabah keliling kampung, karena telah muncul art shop-art shop
yang khusus menjual produk-produk kerajinan gerabah mereka. Sejak tahun-tahun
tersebut, kerajinan gerabah Banyumulek pun mulai bervariasi dan tidak hanya membuat
kerajinan gentong saja, melainkan telah mulai memproduksi jenis gerabah lain, seperti
anglo, wajan, periuk, kendi, dan masih banyak lainnya.
Cerita lain yang menggambarkan kedekatan masyarakat Lombok dengan gerabah dilukiskan
secara apik dalam cerita rakyat (legenda) tentang Dewi Anjani. Menurut legenda tersebut,
Dewi Anjani mengirimkan seekor burung pembawa pesan (Manuk Bre) untuk menolong
sepasang manusia yang kebingungan menanak beras hasil panen pertama mereka. Melalui
burung tersebut, Dewi Anjani lalu mengajari manusia mengolah tanah gunung menjadi
periuk. Mungkin, cerita ini sedikit menggambarkan bagaimana masyarakat Lombok dari
dulu memang telah dekat dan menggeluti kerajinan gerabah.
Perkembangan industri gerabah di Desa Banyumulek berkembang pesat, salah satunya,
karena kehadiran sebuah lembaga pendamping bernama Lombok Pottery Center Indonesia-
New Zealand, dengan programnya Lombok Craft Project. Lembaga yang didirikan atas
inisiatif seniman Selandia Baru ini mulai membina dan membantu pengrajin gerabah pada
tahun 1988. Lembaga yang mendapat suntikan dana dari Pemerintah Selandia Baru ini tidak
hanya membantu para pengrajin dalam mengembangkan usaha gerabahnya, melainkan
juga menfasilitasi terbentuknya asosiasi pengarajin dan koperasi gerabah, serta jaringan
pemasaran ke wilayah-wilayah Indonesia dan mancanegara.
Lombok Pottery Center sebenarnya tidak hanya membina para pengrajin gerabah di
Desa Banyumulek saja, melainkan juga ikut membantu para pengrajin gerabah desa lain
yang ada di Pulau Lombok, seperti Desa Panunjak (Kabupaten Lombok Tengah) dan Desa
Masbagik (Kabupaten Lombok Timur). Namun, di antara desa-desa ini, Banyumulek
memang lebih terkenal. Setelah berkembang pesat, bersama-sama dengan desa-desa
gerabah lainnya, produk kerajinan gerabah Desa Banyumulek mulai merambah pasar
internasional. Tidak kurang dari 28 negara tujuan pasaran industri gerabah Lombok, seperti
Amerika, Italia, Belanda, Selandia Baru, Australia, Yunani, Polandia, Norwegia, India, dan
lainnya. Tahun 2002, nilai ekspor gerabah Lombok tercatat sekitar 1,116 juta dollar AS.

Dua perempuan Banyumulek Membuat Gerabah
Sumber Foto : http://www.flickr.com/photos/tanenhaus
Untuk pasaran Indonesia, hasil kerajinan Gerabah Banyumulek sebagaian besar dipasarkan
di Bali, yang bersaing ketat dengan gerabah Pleret (Purwakarta/Jawa Barat) dan Gerabah
Kasongan (Yogyakarta). Sedangkan di Luar Negeri, pasaran gerabah Banyumulek bersaing
ketat dengan gerabah Thailand. Namun, di antara gerabah-gerabah tersebut, gerabah
Banyumulek mempunyai keunggulan tersendiri, yakni kandungan pasir kuarsa yang cukup
tinggi, koalin yang bagus, dan juga dilengkapi dengan sertifikat tidak beracun, sehingga
aman sebagai tempat menyajikan makanan.
Namun, kejayaan industri kerajinan gerabah Banyumulek juga sempat terpuruk. Peristiwa
Bom Bali di Kuta pada tanggal 12 Oktober 2002 menyebabkan pasaran industri kerajinan
gerabah Banyumulek menjadi surut, bahkan lumpuh sama sekali. Menurut survei yang
dilakukan oleh Univeritas Mataram di Kota Lombok menyebutkan, akibat peristiwa
peledakan Bom Bali, penjualan hasil industri yang berhubungan dengan pariwisata menurun
hingga 50 persen, tak terkecuali industri gerabah Banyumulek. Padahal, sebelum peristiwa
ledakan bom tersebut, industri kerajian Gerabah Banyumulek dan desa-desa gerabah
lainnya di Pulau Lombok menyuplai 75 persen produknya ke Bali, sementara 25 persen
lainnya dijual di Lombok dan untuk keperluan ekspor.
Setelah kondisi pariwisata Bali dan Lombok mulai membaik, kini industri kerajinan
Banyumulek mulai bergeliat dan berkembang pelan-pelan. Untuk mendukung
berkembangnya kerajinan gerabah Banyumulek pasca-ledakan Bom Bali, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Nusa Tenggara Barat mulai merencanakan
langkah-langkah, seperti mengikuti pameran hasil kerajinan tangan di dalam maupun luar
negeri dan mendaftarkan hak paten produk gerabah Lombok, tak terkecuali gerabah
Banyumulek.
B. Keistimewaan
Berkunjung ke Desa Banyumulek mungkin dapat menjadi alternatif tersendiri bagi para
pecinta hasil kerajinan tangan, khususnya gerabah. Saat memasuki desa, wisatawan akan
disambut sebuah gapura rangka besi bertuliskan Sentra Industri Gerabah
Banyumulek. Setelah masuk, di sepanjang jalan desa yang terletak sekitar 14 kilometer
bagian selatan Kota Mataram ini (Ibu Kota Nusa Tenggara Barat), wisatawan segera akan
melihat deretan art shop di depan rumah-rumah warga. Deretan art shop ini menjajakan
beraneka kerajinan gerabah seperti selao (gentong), dumang (anglo), kekete atau sigon
(wajan), kemek (periuk), ceret, tong sampah, guci, dan masih banyak lagi. Selain kerajinan
yang bersifat fungsional, seperi periuk dan gentong, produk kerajinan gerabah Banyumulek
juga menyediakan hasil kerajinan untuk dekorasi ruangan, seperti asbak, vas bunga,
patung, mangkuk, lampu tembok, dan hiasan dinding.
Harga kerajinan gerabah di Banyumulek bervariasi tergantung model gerabah dan tingkat
kesulitan membuatnya, yakni antara Rp 5.000 hingga Rp 500.000. Sebagai contoh, lampu
hias dijual seharga Rp 55.000, ceret atau teko Rp 12.500, pot bunga Rp 5.00020.000,
tong sampah mewah Rp 40.000, gentong besar Rp 75.000, aneka guci Rp 50.000, mangkuk
buah motif primitif Rp 40.000, satu tea-set motif kulit telur Rp 60.000, dan berbagai hiasan
dinding yang harganya mulai Rp 30.000 hingga Rp 300.000 (Desember 2008).
Selain itu, ada juga gerabah yang dibuat dari kulit telur ayam. Harga gerabah jenis ini lebih
mahal, berkisar antara Rp 200.000Rp 300.000 per buah. Lainnya adalah hiasan dinding
kaligrafi Arab bertuliskan Allah dan Muhammad yang juga menggunakan kulit telur, pasir
putih, dan kulit kayu, seharga Rp 30.000 per pasang. Ada juga asbak rokok dalam berbagai
bentuk seharga Rp 5.00010.000 (Desember 2008).
Yang menarik dari kerajinan gerabah Banyumulek adalah cara pembuatannya yang masih
tetap mempertahankan teknik pembakaran tradisional, yakni dengan menggunakan jerami
dan kayu bakar. Teknik pembakaran ini sering dikenal dengan nama tenunuq lendang atau
pembakaran gerabah di tengah kebun. Karena pembakaran dilakukan secara terbuka (di
luar ruangan), teknik ini konon memiliki keuntungan, yakni gerabah dapat dikeluarkan
secara lebih leluasa, untuk diwarnai atau ditambahi dengan hiasan dan ukiran. Namun,
meskipun begitu, gerabah dengan teknik pembakaran seperti ini biasanya lebih rapuh.

Membakar Gerabah
Sumber Foto: http://www.thingsasian.com
Keunikan dan daya tarik lainnya dari hasil kerajinan gerabah Banyumulek adalah hiasan
atau anyaman yang terbuat dari sejenis kayu rotan sebagai penghias gerabah-gerabah
tersebut. Anyam-anyaman ini disebut anyaman Ketak Lombok. Ketak adalah sejenis pohon
mirip rotan yang bisa dipakai untuk membuat anyaman. Selain itu, gerabah Banyumulek
biasanya juga dihiasi dengan pasir putih yang ditempelkan dengan bentuk dan motif
tertentu, sehingga membentuk hiasan yang apik dan menarik. Jika berminat, wisatawan
juga dapat menyaksikan secara langsung pembuatan gerabah-gerabah cantik tersebut.
Perlu diketahui, kebanyakan para pengrajin gerabah di Banyumulek adalah wanita,
terutama ibu-ibu. Mungkin ada semancam kepercayaan di masyarakat Banyumulek, bahwa
wanita bisa lebih teliti dan detail, sehingga sangat memengaruhi hasil akhir pembuatan
gerabah tersebut.
Dari sekian jenis gerabah yang dihasilkan di Banyumulek, ada salah satu model gerabah
yang punya keunikan tersendiri dan tidak ditemui di sentra industri kerajinan gerabah lain,
yakni Kendi Maling. Kendi adalah semacam alat minum seperti teko yang dibuat dari tanah
liat. Kendi Maling ini memang sekilas sama dengan kendi-kendi lain, yakni sama-sama
sebagai tempat untuk minum, namun kalau diamati lebih jeli, Kendi Maling memiliki
perbedaan, yakni adanya lubang di bagian bawah kendi, tempat untuk mengisi air.
Singkatnya, kalau kendi-kendi pada umumnya diisi air melalui lubang di bagian atas, maka
Kendi Maling diisi air melalui lubang di bagian bawah. Uniknya, jika kendi tersebut diisi air
kemudian dibalik dalam posisi berdiri, maka air tersebut tak akan tumpah.
Konon, nama Kendi Maling sangat terkait dengan cerita yang beredar di masyarakat
Lombok. Cerita itu mengatakan bahwa jika ada maling atau pencuri masuk dan mencuri di
daerah Lombok pasti pencuri itu tidak bisa keluar dari daerah tersebut, dan akhirnya dapat
ditangkap. Mungkin cerita inilah yang menjadi muasal nama Kendi Maling.

Salah satu model Ceret Maling
Sumber Foto: http://www.wisatanet.com
Kalau mencermati secara detail hasil kerajinan gerabah di Banyumulek, wisatawan dapat
melihat ragam hias gerabah di desa ini kebanyakan menggunakan motif tanaman, yang
berbeda dengan ragam hias gerabah desa lainnya di Lombok, misalnya kerajinan dari Desa
Panunjak (Lombok Tengah) dan Desa Masbagik (Lombok Timur) yang bercirikan motif
binatang laut dan motif orang. Motif-motif pada gerabah di Lombok ini biasanya masih
memadukan ciri budaya masyarakat Sasak dalam hiasan gerabahnya.
C. Lokasi
Desa Banyumulek berada di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat, Indonesia. Desa ini terletak sekitar 14 kilometer bagian selatan Kota Mataram, Ibu
Kota Nusa Tenggara Barat.
D. Akses
Akses menuju Desa banyumulek cukup mudah, karena telah ada pelabuhan dan bandara di
Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, bagi wisatawan yang berasal dari luar kota. Apabila
bertolak dari Pulau Bali, wisatawan dapat berangkat dengan menggunakan pesawat terbang
dari Bandara Ngurah Rai Denpasar menuju Bandara Selaparang di Mataram (Ibu Kota NTB),
yang hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit saja. Selain dari Bali, wisatawan juga
dapat menempuh perjalanan udara dari kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Bali, dan Yogyakarta. Dengan menggunakan pesawat terbang dari salah satu
kota tersebut, wisatawan akan sampai ke Bandara Selaparang, Mataram. Desa Banyumulek
berjarak sekitar 14 kilometer dari Kota Mataram. Dari Kota Mataram, Wisatawan dapat
menggunakan taksi atau kendaraan umum lain menuju Desa Banyumulek dengan waktu
tempuh sekitar satu jam.
Selain dari Bandara Ngurah Rai (Bali), wisatawan juga dapat berangkat dari Pelabuhan
Padang Bay di Bali menggunakan kapal feri menuju Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok.
Dalam perjalanan, wisatawan akan dimanjakan dengan panorama alam yang indah dan
juga munculnya ikan lumba-lumba yang saling berkejaran mengikuti kapal. Perjalanan
Padang BayLembar dengan kapal feri memakan waktu sekitar 4 jam. Setelah sampai di
Pelabuhan Lembar, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke Kota Mataram. Dari Kota
Mataram, dapat langsung menuju Desa Banyumulek.
E. Harga Tiket
Wisatawan yang berkunjung ke Senta Industri Gerabah di Desa Banyumulek tidak dikenai
biaya masuk.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di Desa Banyumulek terdapat masjid, mushola, warung makan, dan tempat parkir yang
memadai.
(Diolah dari berbagai sumber/Irfan Afifi/wm/45/12-08)
Sumber Foto Utama: http://www.indonesiatravelinfo.com

kain tenun sasak (Sukarara,Lombok)
Feb 26, '09 8:37 PM
untuk semuanya

Tayangan slide
salah satu penghasil kain tenun di Lombok (desa Sukarara )

kain tenun atau dikenal dengan kain songket adalah ciri khas dari Pulau Lombok. Kain songket
merupakan kain tenunan yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan
menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi, terkadang juga ada yang
dihiasi dengan manik-manik, kerang atau uang logam. Sekarang ini pusat pengrajin kain songket adalah
desa Sukarara, disinilah jika ingin membeli kain tenun tradisional khas Lombok, serta melihat bagaimana
para penenun melakukan pekerjaannya. Lokasinya terletak 25 km dengan kendaraan dari kota Mataram.
Desa ini sangat menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari masyarakat di desa ini telah
menenun. Ciri khas tenunan dari desa Sukarara ini adalah tenunan memakai benang emas, desa ini telah
dikenal menjadi salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh para tamu nusantara maupun
mancanegara. Di sepanjang jalan desa ini banyak toko-toko yang menjual kain tenun dari desa setempat
maupun dari desa sekitarnya. Para wanita di desa dengan pakaian adat sasak selalu siap
mendemontrasikan ketrampilan mereka. Namun selain kain songket yang dikenal saat ini ternyata
banyak para wanita yang masih melakukan kegiatan menenun ini dengan cara tradisional, klasik alias
cara jaman dulu kala, disamping untuk menjaga adat istiadat juga sebagai daya tarik wisata. Pembuatan
kain tenun cara klasik atau tradisional ini adalah dari mempersiapkan pembuatan benang serta
pembuatan zat warna. Pembuatan benang secara tradisional dengan menggunakan pemberat yang
diputar2 dengan jari2 tangan, pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu atau
terakota. Bahan membuat benang selain kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem dsb.
Pembuatan zat warnanya terdiri dari dua warna biru dan merah. Warna biru didapatkan dari indigo atau
Mirinda Citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada pewarna dari tumbuhan lain seperti kesumba (sono
keling), yang pasti jaduull banget deeehh...tapi asyik!!
Mengenai motif kain songket ini macam2, ada yang motif ayam, trus ada lagi motif kembang delapan,
motif kembang empat dan masih sangat banyak lagi motif2 lainnya, apalagi semakin ke pedesaan bagian
dalam akan semakin banyak motif2 dengan pengertian masing2, maksudnya setiap motif mempunyai
arti dan maknanya sendiri2. Na kalo temen2 sekarang lebih menyukai motif cecak (baca juga Kain
Songket Sasak) karena masyarakat Lombok mempercayai binatang tersebut bisa membawa
keberuntungan (katanyaaa...)











tenun sasak 5.jpg










tenun sasak
1 Komentar



The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.






tenun sasak










tenun sasak 3.jpg
1 Komentar









tenun sasak










The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
tenun sasak










tenun sasak










tenun sasak 1.jpg










tenun sasak 2.jpg




The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.






tenun sasak 6.jpg










tenun sasak 4.jpg










tenun sasak 10.jpg










The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
tenun sasak.jpg










tenun sasak 8.jpg










tenun sasak 7.jpg










tenun sasak 9.jpg




The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.






tenun sasak 11.jpg










tenun 1.jpg










tempat pembuatan tenun










The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
menenun.jpg










tenun.jp
TENUNAN BAYAN, Tenun Warisan Pulau Lombok
Kain tenun Lombok sangat terkenal akan kekhasan dan keunikan motif tradisionalnya. Popularitasnya kini semakin
meningkat terutama di dunia mode dan fashion tanah air maupun manca Negara.

Di tempat asalanya, Pulau Lombok, kain tenun ini sangatlah mudah ditemukan di berbagai tempat, apalagi di
kawasan wisata seperti Senggigi, Sukarare dan di Air Terjun Sendang Gila-Senaru.

Kain-kain yang diproduksi juga bervariasi ragam dan jenisnya, dari yang berbentuk songket, tenun ikat, maupun
londong abang (kain merah), di mana tiap jenis kain kadang memiliki nilai dan simbol sosial tertentu bagi lapisan dan
golongan masyarakat di Lombok.
Bahkan ada beberapa jenis kain tenun dengan corak tertentu yang wajib dimiliki oleh warga masyarakat adat, karena
biasanya kain tenunan seperti Londong abang, digunakan ketika menghadiri acara ritual adat seperti maulidan,
lebaran dan ngaji makam.

Desa Bayan merupakan penghasil kain tenun terbesar di daerah Lombok. Beragam corak kain tenun khas Lombok ini
banyak diproduksi oleh komunitas penenun di Bayan, yang saat ini telah menjadi salah satu desa wisata di Pulau
Lombok. Kekhasan dan keunikan kain tenun dari Bayan menjadi sangat tinggi karena proses pembuatannya masih
sangat tradisional dengan menggunakan peralatan kayu dan bambu yang dioperasikan secara manual atau dengan
tangan. Waktu pengerjaannya bisa sampai dua minggu. Dalam proses ini walau mungkin sama dengan yang
terdapat di tempat-tempat lain, namun yang membedakan antara tenunan Bayan dengan tenunan luar Bayan adalah
The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image
may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may
have to delete the image and then insert it again.
setiap corak yang dibuat menggambarkan pemakainya berasal dari gubuq atau kampung tertentu di Kecamatan
Bayan.

Tenunan Bayan dibuat bukan hanya memperhatikan coraknya saja, akan tetapi kekontrasan warna juga disesuaikan
dengan warna kulit pemakainya. Untuk mendapatkan kain tenun Bayan sebaiknya memesan terlebih dahulu.
Penenun biasanya mencocokkan corak maupun kekontrasan warnanya dengan keinginan si pemesan. Pemesan kain
tenun dijamin puas akan hasil pesanan lainnya ini.

Selain corak, cara memakai pakaian adat komunitas Bayan juga bisa dikatakan unik, karena lengkap dengan
kombinasi kain yang harus digunakan mulai dari Jong (penutup kepala), Lipaq (Kemben penutup dada), Poleng (kain
yang dipaki paling bawah), dan yang terakhir Sampur yang berguna sebagai penutup lengan kiri, keseluruhan pakain
adat ini mulai dari Jong hingga yang terakhir Sapur digunkan khusus untuk kaum perempuan. Sedangkan khusus
untuk laki-laki, terdiri dari Sapuk (pengikat kepala), kemudian yang kedua Dodot Rejasa (kain yang digunakan
sebagai penutup lengan kiri) biasanya kainnya berwarna hitam dengan corak putih, serta yang terakhir adalah
Londong Abang (yang digunakan sebagai kain paling bawah). Semua warna dan corak kain yang digunakan memilki
makna sesuai dengan ritual adat yang sedang di ikuti atau berlangsung. Satu contoh ketika ritual adat yang di ikuti
adalah ritual adat gawe Urip (gawe hidup) biasanya menggunakan corak yang berwarna-warni (poleng), sedangkan
untuk ritual adat gawe Pati (gawe mati) biasanya menggunakan warna merah atau abang yang dikombinasikan
dengan warna hitam dan biasanya disebut Londong Abang dan Rejasa.

Tapi yang paling penting disini adalah Jong Bayan yang digunakan sebagai penutup kepala, karena merupakan ciri
khas cara berpakaian masyarakat komunitas adat Bayan sekaligus sebagai ikon yang secara langsung mewakili
makna dari seluruh pakaian adat yang digunanakan ketika melakukan ritual adat.

Kekhasan dan keunikan Tenun Lombok dari daerah Bayan dapat menambah keragaman bahan tradisional Indonesia
yang dapat kita gunakan dalam berbusana agar dapat tampil semakin trendy tanpa meninggalkan identitas
bangsa. Justru corak dan motif etnik yang dihasilkan diharapkan dapat menimbulkan dan meningkatkan rasa
kebanggaan terhadap kekayaan budaya bangsa sendiri serta memajukan dunia fesyen tanah air.
Sumber : www.tenun.net

Anda mungkin juga menyukai