Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis Dan Pemindah Tenaga Antara Yang Diajar Dengan Menggunakan Team Games Tournament Dan Ceramah Siswa Kelas XI SMKN 1 Kediri
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
237 tayangan141 halaman
Team Games Tournament dan Ceramah
Judul Asli
Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis dan Pemindah Tenaga Antara yang Diajar dengan Menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah Siswa Kelas XI SMKN 1 Kediri
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
237 tayangan141 halaman
Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis Dan Pemindah Tenaga Antara Yang Diajar Dengan Menggunakan Team Games Tournament Dan Ceramah Siswa Kelas XI SMKN 1 Kediri
MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI OLEH MOCH. BUCHORI HASYIM 100513402080 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JULI 2014 STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI OLEH MOCH. BUCHORI HASYIM 100513402080 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JULI 2014 STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI OLEH MOCH. BUCHORI HASYIM 100513402080 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JULI 2014 STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Oleh Moch. Buchori Hasyim NIM 100513402080 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JULI 2014 LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi oleh Moch. Buchori Hasyim ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Malang, 24 Juni 2014 Pembimbing I Dr. Syarif Suhartadi, M. Pd NIP 19641122 198812 1 001 Malang, 24 Juni 2014 Pembimbing II Drs. Partono, M.Pd NIP 19610529 198601 1 001 LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN Skripsi oleh Moch. Buchori Hasyim ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 1 Juli 2014 Dewan Penguji Dr. Syarif Suhartadi, M. Pd., Ketua NIP 19641122 198812 1 001 Drs. Partono, M.Pd., Anggota NIP 19610529 198601 1 001 Dr. Tuwoso, M.P., Anggota NIP 19600305 198812 1 001 Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknik Mesin Dekan Fakultas Teknik Prof. Dr. Mardji, M.Kes. Dr. Waras, M.Pd. NIP 19590203 198403 1 001 NIP 19601121 198601 1 001 i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Moch. Buchori Hasyim NIM : 100513402080 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas/Program : Teknik/S 1 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar tulisan saya, bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Malang, Juli 2014 Yang membuat pernyataan Moch. Buchori Hasyim NIM 100513402080 ii ABSTRAK Hasyim, Moch. Buchori. 2014. Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis Dan Pemindah Tenaga Antara Yang Diajar Dengan Menggunakan Team Games Tournamen Dan Ceramah Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kediri. Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd, (II) Drs. Partono, M.Pd. Kata Kunci: Team Games Tournament, Hasil Belajar, Chasis dan Pemindah Tenaga Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di SMK Negeri 1 Kediri diketahui terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran, bahwa dalam proses pembelajaran guru cenderung lebih aktif dan siswa pasif. Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut seorang guru diharapkan mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran yang merangsang siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. salah satu metode pembelajaran yang bisa dijadikan alternatif adalah Team Games Tournament. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Team Games Tournament, (2) mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Ceramah dan (3) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Team Games Tournament dan metode Ceramah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest and posttest group dengan dua kelompok subyek penelitian yang memiliki kemampuan sama (homogen), diajar oleh guru dan metode yang sama. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Kediri. Sampel penelitian yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI TKR 1 yang mendapat perlakuan metode pembelajaran Ceramah dan XI TKR 2 yang mendapat perlakuan metode pembelajaran Team Games Tournament. Penilaian kemampuan akhir siswa menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya. Analisa data yang digunakan adalah Independent sampel t-test. Sebelum dilakukan uji beda dengan uji t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen sebesar 80,00. Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 73,83. Hasil uji t menunjukkan bahwa (Sig) < 0,05 (0,001 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan p < 0,05 yang berarti Ho ditolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar melalui metode pembelajaran Team Games Tournament dan melalui metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas XI SMKN 1 Kediri. Dari deskripsi umum hasil penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournamen dan siswa yang diajar menggunakan metode Pembelajaran Ceramah pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri. iii ABSTRACT Hasyim, Moch. Buchori. 2014. Study On Differencess of Chassis and Power Train Result Between Team Games Tournament and Lecture Methods For Class XI Students at SMK Negeri 1 Kediri. Thesis, Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering, State University of Malang. Supervisors: (I) Dr. Syarif Suhartadi, M.Pd, (II) Drs. Partono, M.Pd. Key words : Team Games Tournament, The result of study, Chassis and Power Train. Based on the result of interview with the lesson subject teacher in SMK Negeri 1 Kediri know there were come problems in the learning procces, the teacher was active and the student were passive there. In effort to solve that problems a teacher has to can apply kind of learning methood is Games Tournament Team. The purposes of this research were: 1) To understand the result of study of students that teached by Games Tournament Team. 2) To know the result of study of students that teached by lecture. 3) To know differencess between the result of study of students that teached by Games Tournament Team and lecture. This research was experimance research with pretest and pointest group design were two groups of research subject with the same ability (homogen), teached by the same teacher and method. The research location was in the SMK Negeri 1 Kediri. There were two research sample from two classis, XI TKR 1 class that treat by lecture methood and XI TKR 2 class that treat by Games Tournament Team. To score the final abilities of the students by multiplied choices test that which has been validated and tested reliability. The data analysis that used was Independent sample t-test. Before examined the different test with t-test first tested the prerequisite analysis that included tests of normality and homogeneity tests.The hypotesis test obtained on significance level 5%. The result of the study showed that the score average for the experimance class was 80,00. Score average for pointest class control was 73,83. The result of t-test showed that (sig) < 0,05 (0,001 < 0,05). That result showed p < 0,005 means that Ho was rejected. It showed that there was significant difference between students who teached by Team Games Tournament and Lecture methods for Chasis and Power Train subject at XI grade students of SMK Negeri 1 Kediri. This research concluded that there was difference result of the study between students who teached by Team Games Tournament and Lecture methods and students who teached by lecture methood at IX grade students of SMKN 1 Kediri. iv KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis dan Pemindah Tenaga Antara Yang Diajar Dengan Menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Kediri. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Waras, M. Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. 2. Prof. Dr. Mardji, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Malang. 3. Drs. Paryono, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi S1 PTO Universitas Negeri Malang. 4. Dr. Syarif Suhartadi, M. Pd selaku pembimbing I, yang telah meluangkan waktu memberikan pemikiran dan pengarahan dengan sabar dan teliti selama penyusunan, mulai awal hingga akhir. 5. Drs. Partono, M. Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,tenaga, dan pikiran untuk membimbing penyusunan skripsi ini dengan sabar dan teliti, mulai awal hingga akhir. 6. Dr. Tuwoso, M.P selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Teknik Mesin Universitas Malang, yang telah memberikan bekal ilmu. v 8. Drs. Wina Dwi Kuncoro P, selaku guru kelas XI SMKN 1 Kediri, yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam pengumpulan data sekaligus menjadi mitra peneliti dalam melaksanakan penelitian. 9. Bapak Afandi dan Ibunda Nurmarhaeni serta keluargaku tercinta yang dengan tulus memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta memberikan motivasi dari awal mengikuti kuliah sampai dengan penyusunan tugas akhir skripsi ini. 10. Puja Gesang Christina S.Pd yang selalu senantiasa memberikan semangat, saran, masukan, doa dan bersedia menjadi sandaran keluh kesahku. 11. Anindya Novi Chrishanti yang selalu memberikan bantuan, saran, masukan dan doa dalam penyusunan skripsi ini. 12. Rekan-rekan seperjuangan skripsi B2, KKN Tegalweru, PPL SMK Muhammadiyah 1 Malang. 13. Rekan-rekan seperjuangan kontrakan Poharin E 51 Joko, Nanang, Lutfi, Aji, Ian, Dinel, Iswanto dan Dimas yang selalu memberikan bantuan, saran, masukan dan doa dalam penyusunan skripsi ini. Semoga seluruh pihak yang telah membantu penulis, senantiasa mendapatkan yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya penulis di masa mendatang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Malang, Juli 2013 Penulis vi DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ i ABSTRAK......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6 E. Hipotesis Penelitian ................................................................ 7 F. Definisi Operasional ............................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ........................................................ 8 B. Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament.............. 11 1. Konsep Metode Pembelajaran Team Games Tournament 11 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Team Games Tournament........................................................... 13 C. Metode Pembelajaran Ceramah.............................................. 14 1. Proses Pembelajaran Ceramah.......................................... 15 2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Ceramah............................................................................ 17 D. Hasil Belajar ........................................................................... 19 E. Mata Pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga ........................ 32 F. Hasil Belajar Chasis dan Pemindah Tenaga ........................... 35 G. Penerapan Metode Team Games Tournament Pada Mata Pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga ................................. 35 H. Kerangka Berfikir ................................................................... 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian.............................................................. 42 B. Subjek Penelitian .................................................................... 43 C. Instrumen Penelitian ............................................................... 44 D. Pengumpulan Data.................................................................. 49 E. Analisis Data........................................................................... 50 vii BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Statistik Hasil Belajar ............................................. 52 1. Deskriptif Statistik Kondisi Awal (Pretest) Kelompok Team Games Tournament dan Kelompok Ceramah.................... 52 2. Deskriptif Statistik Kondisi Akhir (Posttest) Kelompok Team Games Tournament dan Kelompok Ceramah.................... 54 B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis................................... 55 1. Uji Normalitas ................................................................. 56 2. Uji Homogenitas.............................................................. 56 3. Uji Hipotesis .................................................................... 57 BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Siswa Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Team Games Tournament....................................................... 60 B. Hasil Belajar Siswa Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah.................................................................................. 62 C. Perbedaan Tes Hasil Belajar Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah.......... 64 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................. 67 B. Saran ....................................................................................... 68 DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 71 RIWAYAT HIDUP........................................................................................... 126 viii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Langkah-Langkah dalam Metode Pembelajaran Ceramah ........................... 16 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Team Games Tournament dengan Kelompok Belajar Ceramah......................................................................... 18 3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................... 43 3.2 Uji Homogenitas Sampel .............................................................................. 44 3.3 Uji Validitas Instrumen Pertemuan Pertama................................................. 46 3.4 Uji Validitas Instrumen Pertemuan Kedua ................................................... 47 3.5 Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Pertama............................................. 48 3.6 Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Kedua................................................ 48 4.1 Nilai Pretest .................................................................................................. 53 4.2 Nilai Posttest ................................................................................................. 54 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebaran Data............................................................... 56 4.4 Hasil Uji Homogenitas Sebaran Data ........................................................... 57 4.5 Hasil Uji t ...................................................................................................... 58 ix DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Perbandingan Nilai Pretest ......................................................................... 41 4.1 Perbandingan Nilai Pretest ......................................................................... 53 4.2 Perbandingan Nilai Posttest ........................................................................ 54 4.3 Perbandingan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar............................................... 59 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Surat Tugas Pembimbing............................................................................. 71 2 Kartu Konsultasi Skripsi .............................................................................. 72 3 Surat Tugas dan Berita Acara Seminar Hasil Skripsi .................................. 74 4 Surat Tugas Ujian Skripsi ............................................................................ 77 5 Surat Permohonan Izin Penelitian................................................................ 78 6 Surat Rekomendasi Penelitian ..................................................................... 79 7 Surat Izin Penelitian..................................................................................... 80 8 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ......................................... 81 9 Hasil Wawancara Dengan Guru Mata Pelajaran.......................................... 84 10 Panduan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Team Games Tournament .... 85 11 Panduan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Ceramah................................ 89 12 Daftar Nilai UTS.......................................................................................... 93 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen.............................. 95 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol..................................... 102 15 Data Skor Validasi Instrumen...................................................................... 109 16 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ................................................................................ 110 17 Soal Evaluasi................................................................................................ 111 18 Lembar Jawaban Evaluasi............................................................................ 119 19 Daftar Nilai .................................................................................................. 121 20 Tabel Uji Normalitas, Homogenitas, dan Kesamaan Rata-Rata Hasil Belajar (Pretest)........................................................................................................ 123 21 Identitas Proposal Skripsi ............................................................................ 124 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, persaingan di dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut disebabkan karena tingkat tingginya angka tenaga kerja serta terbatasnya lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, untuk menyikapi hal tersebut, maka mutlak dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk bersaing. Salah satu wa- hana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Bagi peranannya dimasa yang akan datang salah satu lembaga yang berfungsi menyiapkan peserta didik untuk masuk dunia kerja adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Salah satu upaya untuk membangun SDM, yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta 2 keterampilan untuk hidup mandiri dan siap bekerja sesuai dengan bidangnya serta menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Permen Diknas No. 23 Tahun 2006). Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan siswa yang bersifat kompleks sehingga menghasilkan suatu perubahan sikap dan menambah pengetahuan. Menurut sobur (2009:221) belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dan perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang baik maupun tingkah laku yang buruk. Belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan media, namun tingkat penyerapan hasil belajar bervariasi tergantung dari cara penyampaian guru dan tingkat kemampuan seorang siswa dalam menyerap ilmu yang telah disampaikan oleh guru serta dari pengalaman nyata yang mereka peroleh. Dilihat dari segi prosesnya, setiap kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, dilakukan penyusunan program pembelajaran yang meliputi penentuan tujuan, materi, kegiatan belajar mengajar, media dan evaluasi. Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengimplementasian rencana pembelajaran yang meliputi beberapa aspek yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan, di dalamnya juga termasuk metode penyampaian materi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Guna mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang diharapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan cara memperhatikan pola belajar siswa, menguasai materi pembelajaran, memilih metode, dan model pembelajaran yang efektif, efisien. Model pembelajaran merupakan bagian 3 penting dalam upaya memaksimalkan pencapaian hasil belajar. Dengan adanya model pembelajaran yang tepat, proses pembelajaran dapat memperoleh hasil yang maksimal dan mencapai tujuan pembelajaran serta hasil belajar yang optimal. Salah satu teori pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi proses pembelajaran adalah teori pembelajaran konstruktivistik. Konstruktivistik adalah landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui proses berpikirnya. Dalam teori konstruktivisme bahwa dalam proses pembelajaran, si pembelajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Untuk itu pembelajaran harus lebih diarahkan pada pengalaman konkrit yang kemudian dijadikan sebagai ide untuk mengembangkan konsep baru. Maka dalam proses pembelajaran tidak terfokus pada pendidik namun pada peserta didik. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik (Depari 2011:165) Pada umumnya proses pembelajaran di lembaga pendidikan (khususnya Sekolah Menengah Kejuruan) selama ini banyak mengarahkan pada pola pembelajaran konvensional dimana guru yang menguasai kelas dan memberikan ceramah. Guru akan menjadi aktif dan siswa pasif. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di SMKN 1 Kediri, dimana sebagian besar guru masih menerapkan metode pembelajaran ceramah konvensional. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga didapat banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses 4 belajar mengajar. Diantaranya adalah dalam kegiatan belajar sebagian siswa masih sering berbicara sendiri dengan teman sebangkunya saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Setiap guru bertanya dijawab dengan serempak, hal ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Apabila dilakukan kegiatan diskusi hanya sebagian kecil saja yang dapat aktif berdiskusi, siswa lainnya hanya ikut-ikutan saja sebagaai pelengkap dan masih banyak siswa yang mengerjakan kegiatan sendiri di luar forum seperti bercanda. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. KKM yang ditetapkan adalah 7.50 namun masih banyak siswa yang belum mencapai nilai tersebut. Presentase siswa yang belum mencapai nilai yang telah ditetapkan sebagai KKM adalah sebesar 40% sedangkan yang telah mencapai KKM atau diatasnya sebesar 60%. Hal ini dirasa kurang memuaskan oleh guru mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan sehingga pembelajaran lebih variatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama yang dibangun oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Depari (2011:162) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat berkolaborasi dengan teman, lingkungan, guru dan semua pihak yang terkait dalam proses pembelajaran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang diperoleh dari guru secara bersama- 5 sama sehingga diharapkan setiap siswa akan siap dalam kegiatan pembelajaran dan merangsang siswa untuk belajar. Agar pelaksanaan pembelajaran mencapai tujuan yang maksimal, maka perlu dilaksanakan metode-metode pembelajaran yang efektif, efisien dan lebih bersifat konstruktivistik guna mencapai tujuan tersebut. Salah satu metode pembelajaran konstruktivistik adalah Team Games Tournament. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul Studi Tentang Perbedaan Hasil Belajar Chasis dan Pemindah Tenaga Antara yang Diajar dengan Menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah Siswa Kelas XI SMKN 1 Kediri B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas yang diajar menggunakan Team Games Tournament pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas yang diajar menggunakan Ceramah pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga antara yang diajar dengan menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri? 6 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas yang diajar dengan Team Games Tournament siswa kelas XI SMKN 1 Kediri. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas yang diajar dengan Ceramah siswa kelas XI SMKN 1 Kediri. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga antara yang diajar dengan menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri. D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi berbagai pihak, antara lain adalah : 1. Guru, dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya penerapan pembelajaran kooperatif model Team Games Tournament untuk memaksimalkan hasil belajar mata pelajaran produktif. 2. Sekolah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan strategi pembelajaran mata diklat yang lain. 3. Siswa, dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar yang dicapai. 4. Mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan belajar dan bahan rujukan saat menempuh mata kuliah belajar dan pembelajaran. 7 5. Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian mengenai model pembelajaran Team Games Tournament 6. Universitas Negeri Malang, dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk mengembangkan keilmuan dan pendidikan, khususnya untuk jurusan Teknik Mesin. 7. Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan terutama ilmu-ilmu mengenai kependidikan sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga antara yang diajar dengan menggunakan Team Games Tournament dan Ceramah pada siswa kelas XI SMKN 1 Kediri F. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan batasan-batasan istilah yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Berikut definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini. 1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa yang diukur dalam bentuk nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament dan pembelajaran dengan metode Ceramah. Nilai diperoleh dari hasil post test. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Jauhar (2011:52) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok atau sebagai suatu motif bekerja sama, dimana setiap individu dihadapkan pada proporsi dan opsi yang mesti diikuti, memilih sikap bekerja sama, berkompetisi atau individual (Slavin, 1983). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dengan cara berkelompok dimana setiap individu dituntut untuk bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Slavin (dalam Isjoni (2010:22-23), pembelajaran kooperatif memiliki tiga karakteristik. 1. Penghargaan kelompok Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan 9 individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. 2. Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Keunggulan pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa. Belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu lebih diorientasikan pada kegagalan orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan menurut Ibrahim dalam Jauhar (2011:55) yaitu: 1. Hasil belajar akademik Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat 10 meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, dan kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengarahkan siswa ke keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang terampil dalam berinteraksi terhadap lingkungan sosialnya. Agar tujuan yang tercapai maksimal maka usaha yang harus dilakukan adalah dengan mengefektifkan pembelajaran. Saling ketergantungan yang positif (positive interpendence) dapat terjadi dengan adanya kerjasama siswa dalam memecahkan suatu permasalahan bersama. Tanggung jawab individu (individual accountability) berkembang karena tiap siswa dituntut untuk saling menyumbangkan pikiran dalam kelompoknya. Slavin dalam Jauhar (2011:53) mengemukakan pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi 11 tugas-tugas yang telah direncanakan untuk pembelajaran. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok ialah mencapai ketuntasan. Keterampilan interpersonal (interpersonal skills) berkembang melalui komunikasi antar siswa dalam kelompok, karena itu kepercayaan (trust) antar anggota juga turut berkembang disamping kepemimpinan (leadership) dan pembuatan keputusan (decision making). Anggota kelompok harus memecahkan permasalahan bersama karena nilai kelompok menjadi ukuran dalam pembelajaran kooperatif. B. Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament 1. Konsep Metode Pembelajaran Team Games Tournament Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Team Games tournament. Pembelajaran kooperatif model Team Games Tournament merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan karena melibatkan seluruh peserta didik tanpa memperhatikan perbedaan status, melibatkan peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Jauhar (2011:63) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen utama dalam TGT yaitu: 1) penyajian kelas, 2) kelompok, 3) game, 4) turnamen, 5) penghargaan kelompok. 12 a. Penyajian kelas. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar- benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Kelompok. Dalam kelompok ini bisanya terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya dipilih secara heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi dari kelompok ini adalah untuk lebih mendalami materi yang diberikan bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. c. Game. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau kuis yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang telah didapat oleh siswa dari penyajian kelompok dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan memperoleh skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. d. Turnamen. Turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melaksanakan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar 13 kerja yang diberikan. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. e. Penghargaan kelompok. Selanjutnya guru mengumumkan kelompok yang menjadi pemenang, masing-masing tim akan memperoleh hadiah apabila skor rata-rata telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Team Games Tournament Di dalam pemanfaatan atau penggunaannya, metode pembelajaran Team Games Tournament juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut (Fariadi, 2011): a. Kelebihan metode pembelajaran Team Games Tournament 1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. 2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu. 3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. 4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. 5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. 6. Motivasi belajar lebih tinggi. 7. Hasil belajar lebih baik. 8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 14 b. Kelemahan metode pembelajaran Team Games Tournament 1. Bagi guru, akan mempersulit pengelompokan siswa yang memiliki kemampuan heterogen dari segi akademis, kesulitan ini dapat teratasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. 2. Bagi siswa yang berkemampuan tinggi akan kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya, kelemahan ini dapat teratasi jika guru membimbing dengan baik siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. C. Metode Pembelajaran Ceramah Pembelajaran Ceramah adalah metode pembelajaran yang diterapkan secara reguler dalam pembelajaran sehari-hari. Pembelajaran yang diterapkan secara reguler dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dimulai dengan ceramah, dilanjutkan dengan penjelasan materi pelajaran oleh guru, tanya jawab atau diskusi, latihan soal, pemberian tugas, dan diakhiri dengan evaluasi. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara berulang-ulang pada setiap memasuki materi pelajaran baru. Cara ini ditempuh oleh guru secara terus-menerus sampai materi yang terdapat dalam kurikulum selesai diajarkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan baik dari guru maupun siswa. Guru merasa belum puas apabila dalam proses pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian pula dengan siswa, mereka akan belajar jika ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah sehingga timbul persepsi bahwa jika guru melakukan ceramah berarti ada proses belajar, sedangkan jika tidak ada ceramah maka tidak ada belajar. 15 Harsono, dkk (2009:71) menjelaskan metode mengajar ceramah ini tergolong metode konvensional karena persiapannya paling sederhana dan mudah, fleksibel tanpa memerlukan persiapan khusus. Metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswa. Dalam kegiatan ini, informasi yang diberikan sering kabur dan samar- samar bagi pendengar. Bahkan kemungkinan besar jika pendengar ditanya kembali mengenai pelajaran yang telah disampaikan tidak tahu apa-apa. Jadi, sebaiknya dalam metode ini guru menggunakan alat bantu seperti gambar, dan audio-visual lainnya (Kamsinah, 2008:109). Bertolak dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut metode ceramah adalah suatu metode yang cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan cara penuturan dan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa guna memberi segala ilmu pengetahuan yang dimilikinya. 1. Proses Pembelajaran Ceramah Metode pembelajaran Ceramah merupakan metode yang masih banyak digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran Ceramah adalah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sebagaimana yang selama ini dilakukan. Selama ini pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan buku rujukan tertentu atau textbook oriented. Tiap topik kajian dapat terlaksana dalam satu kali tiap tatap muka dan ada yang perlu beberapa kali tatap muka sehingga pada akhirnya proses pembelajaran semua materi telah disampaikan kepada siswa. Selama ini pembelajaran Ceramah didominasi oleh guru atau penyampaian secara langsung dan jarang melibatkan peran aktif siswa. 16 Kenyataan menunjukkan bahwa sekalipun banyak kekurangan, hingga kini metode ini tetap digunakan. Ini berarti tidak selamanya metode ini jelek. Namun, yang penting adalah penerapan metode ceramah lebih efektif dan bervariasi. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang dapat ditempuh yaitu: a) Guru harus benar-benar menunjukkan pengawasan baik terhadap materi pelajaran yang akan disajikan. b) Penggunaan metode ceramah hendaknya dikombinasikan dengan metode- metode lain seperti demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Hal ini dapat membuat siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. c) Menggunakan media yang jelas dan menarik seperti papan tulis, bagan, dan LCD. d) Menerangkan petunjuk-petunjuk dalam ceramah seperti adanya persepsi yang memadai, memotivasi belajar siswa, mengorelasikan bahan yang sedang dibahas dengan kejadian sehari-hari, masalah, dan kenyataan lain seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Dalam menerapkan metode ceramah yang baik, terdapat beberapa langkah yang perlu ditempuh, selengkapnya akan dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran Ceramah NO Tahap Kegiatan 1. Tahap persiapan Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa belajar melalui metode ceramah. Tentukan dan kuasai pokok-pokok materi atau garis besar materi yang akan disampaikan. Sebaiknya pokok-pokok materi ditulis dalam alat bantu pembelajaran seperti papan tulis, papan planel, atau LCD 2. Pelaksanaan Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Mengemukakan garis besar atau pokok-poko materi yang akan dibahas. 17 Menggali pengetahuan siswa dengan memancing pengalaman siswa yang relevan dengan teori yang akan dibahas. 3. Menyajikan materi baru Perhatian siswa agar tetap terarah selama penyajian materi berlangsung. Menyajikan materi secara sistematis, agar siswa mudah menerima dan mengikuti Rangsanglah agar siswa aktif dengan memberikan kesempatan berpikir, bertanya, berdiskusi kecil, dan mengerjakan soal latihan. Berikan balikan kepada siswa. Guru harus memotivasi siswa belajar dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 4. Penutup Menarik kesimpulan yang dilakukan guru atau siswa. Memberikan kesempatan siswa untuk menanggapi kembali pelajaran yang telah disampaikan guru dengan cara menghubungkan dengan topik lain. Memberi siswa soal aplikasi atau tugas tertentu yang merupakan rangsangan agar siswa belajar. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana tujuan instruksional telah tercapai Adaptasi dari Wiyono (2011:16) 2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Ceramah Kelebihan dan kekurangan metode belajar Ceramah diantaranya sebagai berikut : a. Kelebihan metode belajar Ceramah 1. Menghemat waktu dan biaya karena cukup dengan alat-alat pembelajaran yang sederhana dan siswa dapat mempelajari materi yang cukup banyak. 2. Dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi pelajaran yang cukup banyak daapat diringkas atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu singkat. 3. Dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur materi mana yang akan disajikan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 18 4. Guru dapat mengontrol keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru. 5. Pengorganisasian kelas lebih mudah, karena tidak memerlukan setting kelas yang beragam dan persiapan-persiapan rumit. b. Kelemahan metode belajar Ceramah 1. Materi yang dikuasai siswa sangat bergantung pada pengetahuan dan pengalaman guru. 2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat menimbulkan verbalisme. 3. Ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan jika guru kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik. 4. Sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa telah memahami apa yang disampaikan oleh guru. Walaupun sudah diberi kesempatan untuk bertanya, namun tidak jarang tidak seorang pun siswa yang bertanya. Hal ini tidak menjamin bahwa seluruh siswa telah memahami materi yang disampaikan. 3. Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Team Games Tournament dengan Kelompok Belajar Ceramah Kelompok Belajar TGT Kelompok Belajar Ceramah Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya murid yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi-materi pelajaran tiap kelompok, dan kelompok diberikan umpan balik tentang hasil belajar pada anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng keberhasilan 19 memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. pemborong. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing- masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok yang sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok-kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan antar pribadi yang saling menghargai. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. Sumber: Nurhadi dkk (2004:62-63) D. Hasil Belajar Hasil belajar berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sampai saat ini hasil belajar masih menjadi indikator mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tidak mengehrankan apabila hasil belajar yang baik merupakan harapan semua pihak yang terkait dalam bidang pendidikan. Menurut Hamalik (2013:36) belajar merupakan suatu proses, dimana proses tersebut berupa kegiatan dan bukan suatu 20 hasil atau tujuan serta lebih luas lagi belajar bukan hanya mengingat namun juga mengalami sehingga diperoleh perubahan perilaku. Maisaroh & Rostrieningsih (2010:162) memaparkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses belajar mengajar, dan hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik yang penilaiannya melalui tes. Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan kecakapan dan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Hamalik (2013: 159) mengungkapkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah seluruh kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dimyati dan Mudjiono (1994: 186-187) menyatakan bahwa kegiatan evaluasi hasil belajar memiliki berbagai tujuan, yaitu untuk diagnostik dan perkembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk penempatan. Hasil belajar yang dimaksud dalam hal ini tentunya kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh pada hasil belajar adalah motivasi yang dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, dalam hal ini perilaku siswa untuk belajar. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. 21 Faktor ini besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Menurut Sobur (2009: 244), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor endogen yang berada dalam diri individu, dan faktor eksogen yang berada di luar diri individu. Selain kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional. Selain itu terdapat pula faktor lain yang turut menentukan hasil belajar siswa yaitu faktor pendekatan pembelajaran. Ini berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Tipe hasil belajar yang dimaksud perlu nampak dalam perumusan tujuan pembelajaran, sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses pembelajaran. Dari berbagai pendapat yang ada dapat diklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yaitu: 1) Memandang belajar sebagai proses Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang timbul dari dalam diri siswa sehingga mengakibatkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam upaya meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Dalam hal ini, belajar merupakan perilaku mengembangkan diri melalui proses penyesuaian tingkah laku. Sudjana dalam Abdul Majid (2013:33) berpendapat bahwa penyesuaian 22 tingkah laku dapat terwujud melalui kegiatan belajar, bukan karena akibat langsung dari pertumbuhan seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Hamalik (2003:11) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan bahkan berlangsung seumur hidup, baik secara formal, maupun non formal. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar sebagai proses dapat dikatakan sebagai kegiatan siswa yang dilakukan dengan sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupannya dan berlangsung secara berkesinambungan bahkan seumur hidup baik secara formal maupun non formal. 2) Memandang belajar sebagai hasil Dalam kegiatan belajar penting untuk diketahui hasil yang dicapai guna mengetahui pencapaian proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Belajar sebagai hasil merupakan akibat berlangsungnya proses belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Majid (2013:36) yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran sebagai hasil dan proses merupakan akibat berlangsungnya pembelajaran. 3) Memandang belajar sebagai fungsi. Kegiatan pembelajaran sebagai hasil dan proses merupakan akibat berlangsungnya fungsi pembelajaran. Majid (2013:36) mengungkapkan bahwa fungsi pembelajaran merupakan upaya mendorong, mengajak, membimbing, dan melatih yang dilakukan oleh tenaga pendidik sebagai upaya agar peserta didik melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan 23 fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik (Depari 2011:165). Kehadiran pendidik dalam hal ini memang sangat penting dalam proses belajar dan mengajar. Guru akan menjadi aktor penentu keberhasilan siswa dalam mengadopsi dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kehidupan. Hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan kecakapan dan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada beberapa ahli yang mempelajari ketiga ranah tersebut. Salah seorang ahli tersebut adalah Benjamin Bloom. 1. Ranah Kognitif Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan dan Retno (Tanpa Tahun:26-28) menjabarkan hasil belajar yang berhubungan dengan ranah kognitif sebagai berikut: a. Mengingat (Remembering) Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. 24 b. Memahami (Understanding) Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. c. Menerapkan (Applying) Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan. 25 Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang berkelanjutan, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. d. Menganalisis (Analizing) Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap- tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar 26 mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. e. Mengevaluasi (Evaluating) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang 27 merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. f. Menciptakan (Creating) Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti 28 mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi. Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologis kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: a) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran; b) Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri. Perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan 29 ditampilkan. Dengan demikian perbuatan atau tindakan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan. 2. Ranah Afektif Hasil belajar afektif ditunjukkan oleh perilaku-perilaku yang mengindikasikan sikap kesadaran, minat, perhatian, fokus, dan tanggung jawab. Kemampuan untuk merespons dan mendengarkan selama berinteraksi dengan orang lain. Sobur (2009: 363) mengungkapkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi 4 faktor, yaitu; (1) adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan- tanggapan tipe yang sama, (2) pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda, (3) pengalaman (buruk atau baik) yang pernah dialami, dan (4) hasil peniruan terhadap sikap pihak lain. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Karenanya, hal ini juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. Krathwohl dalam Miftahul Huda (2013:165-166) membagi ranah afektif menjadi lima level, yaitu: a. Menerima (Receiving) Pada level ini, siswa terlebih dahulu menyadari apa yang disajikan dan selalu ingin mencatat dan mengingatnya. Pada level ini, guru bertindak sebagai presenter dan penyedia stimulus atau rangsangan. b. Merespons (Responding) Setelah menerima stimulus atau rangsangan, selanjutnya siswa mulai meresponsnya untuk memperoleh penemuan baru. Pada level ini, siswa mencari 30 aktivitas-aktivitas belajar dengan rasa puas karena telah berhasil berpartisipasi di dalamnya. c. Menghargai (Valuing) Para siswa membuat keputusan tentang nilai dan komitmennya untuk dan terlibat dalam nilai tersebut. Mereka membuat pilihan dan ketika sudah menerima suatu nilai, berusaha untuk mengajak orang lain untuk menuju nilai yang dipilihnya. d. Mengatur (Organizing) Langkah selanjutnya mengharuskan siswa untuk mengorganisasi nilai-nilai dan mengkonstruksi suatu sistem yang dapat mengatur serangkaian sikap, kepercayaan dan nilai-nilai dengan menghubungkannya antarsatu sama lain. e. Berkarakter dengan Nilai (Characterising by a Value) Pada level ini siswa sudah mulai berusaha menginternalisasikan dan mengorganisasi nilai-nilai ke dalam suatu sistem dan dapat menerapkan nilai-nilai tersebut sebagai filsafat hidupnya untuk menghadapi berbagai macam situasi nyata. 3. Ranah Psikomotor Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Menurut Simpson dalam Miftahul Huda (2013:167) ranah psikomotor mencakup gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan skil-skil motorik. 31 Simpson dalam Huda (2013:168) membagi ranah psikomotor ini menjadi tujuh kategori utama, yaitu: a. Persepsi (Perception) Ini merupakan kemampuan menggunakan isyarat-isyarat sensorik untuk memandu aktifitas motorik. Persepsi mencakup mulai dari stimulasi sensorik, melalui seleksi isyarat hingga penerjemahan. b. Keteraturan (Set) Kemampuan ini mencerminkan kesiapan dalam bertindak. Mencakup faktor-faktor mental, fisik, dan emosional. Tiga rangkaian ini merupakan bawaan yang sejak awal memungkinkan seseorang mampu merespons situasi yang berbeda-beda. Kemampuan ini sering pula disebut dengan mindset. c. Respons Terbimbing (Guided Response) Respons semacam ini biasanya menjadi tahap awal dalam mempelajari skil yang kompleks. Respon terbimbing pastilah melibatkan imitasi dan trial and error. Untuk mencapai kelayanan performa yang memadai, siswa harus melakukan praktik secara terus-menerus. d. Mekanisme (Mechanism) Tahap ini merupakan tahap pertengahan dalam mempelajari skil yang lebih kompleks. Respon yang dipelajari sudah mulai menjadi semacam kebiasaan dan gerakan-gerakan tersebut sudah bisa ditunjukkan dengan kepercayaan diri yang penuh. e. Respons Cepat (Complex Overt Response) Pada tahap ini siswa menunjukkan performa motorik yang sudah skillful yang melibatkan pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan diindikasikan oleh 32 kecepatan, akurasi, performa sistematis, tanpa terlalu banyak banyak menghabiskan energi. Kategori ini menunjukkan kemampuan siswa yang sudah profesional tanpa keragu-raguan. f. Adaptasi (Adaptation) Tahap ini menunjukkan skil-skil yang sudah berkembang dengan baik, dan individu sudah bisa memodifikasi pola-pola gerakannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu yang berbeda. g. Inisiasi (Origination) Mereka yang sampai pada tahap ini sudah mampu untuk menciptakan pola gerakan-gerakan yang baru untuk menyesuaikannya dengan situasi atau problem tertentu. Ini juga mencakup hasil-hasil pembelajaran yang menekankan pada kreativitas berbasis skil-skil tingkat tinggi. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Pembelajaran psikomotor akan lebih efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan.. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. E. Mata Pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga Program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMKN 1 Kediri berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2008 dan Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 mempunyai tujuan untuk membekali peserta 33 didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: perawatan dan perbaikan motor otomotif, perawatan dan perbaikan sistem kelistrikan otomotif, perawatan dan perbaikan chasis dan suspensi otomotif, perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga. Mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga terdiri dari beberapa standar kompetensi diantaranya adalah: 1. Memperbaiki unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian. Dalam standar kompetensi ini terdapat beberapa kompetensi dasar, yaitu: (a) Memelihara/servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian, (b) Memperbaiki sistem kopling dan komponennya, (c) Mengoverhaul sistem kopling dan komponennya. 2. Memelihara unit final drive/gardan. Dalam standar kompetensi ini terdapat beberapa kompetensi dasar, yaitu: (a) Mengidentifikasi unit final drive; penggerak roda depan, belakang dan Four Wheel drive, (b) Memelihara unit final drive penggerak roda depan, (c) Memelihara unit final drive penggerak roda belakang, (d) Memelihara unit final drive penggerak empat roda. 3. Memperbaiki sistem rem. Dalam standar kompetensi ini terdapat beberapa kompetensi dasar, yaitu: (a) Memelihara sistem rem dan komponennya, (b) Memperbaiki sistem rem dan komponennya, (c) Melakukan overhaul sistem rem. 4. Memperbaiki sistem suspensi. Dalam standar kompetensi ini terdapat beberapa kompetensi dasar, yaitu: (a) Memeriksa sistem suspensi dan komponen- komponenya, (b) Merawat sistem suspensi dan komponen-komponennya, (c) Memperbaiki sistem suspensi dan komponen-komponennya. 34 Penelitian ini membahas sebuah standar kompetensi program keahlian Teknik Kendaraan Ringan yaitu kompetensi memperbaiki sitem rem. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan peneliti yang tidak dapat melakukan penelitian terhadap semua kompetensi. Kompetensi tersebut merupakan kompetensi dasar yang diberikan kepada siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Kediri. Pada mata pelajaran ini banyak terdapat tugas praktik yang menuntut siswa untuk berpikir kritis. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi ketika siswa belajar dalam kelompok daripada bekerja secara individual. Berdasarkan ranah pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dijelaskan bahwa setiap ranah pembelajaran pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga memiliki indikator di setiap ranahnya. Aspek kognitif menuntut siswa untuk memahami materi yang berupa teoritis secara utuh baik teori dasar maupun fungsi setiap komponen. Aspek afektif meliputi karakter siswa dalam sosial dan berinteraksi dalam kelompok maupun dengan pendidik. Aspek psikomotor meliputi ketrampilan siswa dalam praktikum. Dilihat dari karakteristik mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga penulis berasumsi bahwa metode pembelajaran Team Games Tournament cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran tersebut, karena metode pembelajaran Team Games Tournament menuntut siswa untuk bekerja dalam kelompok dimana dalam kelompok tersebut ada tanggung jawab bersama, proses diskusi, saling bertukar pendapat, menghargai pendapat sehingga akan terjalin hubungan positif. 35 F. Hasil Belajar Chasis dan Pemindah Tenaga Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah siswa mengalami proses belajar. Dalam peelitian ini peneliti akan membahas mengenai hasil belajar mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga kelas XI SMKN 1 Kediri. Menurut observasi awal yang dilakukan peneliti, hasil belajar mata pelajaran Chasis dan Pemindah tenaga kelas XI SMKN 1 Kediri dirasa kurang memuaskan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu dalam proses belajar mengajar sebagian siswa masih sering berbicara sendiri dengan teman sebangku dan kurang memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Apabila dilakukan kegiatan diskusi hanya beberapa siswa saja yag mengikuti dengan seksama, yang lain hanya sebagai pelengkap saja. Ketika guru melontarkan pertanyaan, siswa menjawab secara serentak, hal ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri pada siswa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yakni 7.50. presentase siswa yang belum mencapai KKM adalah sebesar 40% sedangkan untuk yang telah mencapai atau diatas KKM adalah sebesar 60%. G. Penerapan Metode Team Games Tournament Pada Mata Pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dilakukan dengan metode kooperatif tipe Team Games Tournament. Metode Team Games 36 Tournament memungkinkan siswa belajar lebih rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Slavin dalam Huda (2013:197) metode Team Games Tournament berhasil meningkatkan keterampilan-keterampilan dasar, pencapaian, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain. Dengan penerapan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya, diharapkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin banyak. Unsur permainan yang terkandung dalam metode pembelajaran Team Games tournament dapat merangsang siswa untuk belajar lebih giat, unsur kelompok dalam pembelajaran Team Games Tournament diharapkan mampu melibatkan seluruh siswa untuk aktif belajar sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal. Metode pembelajaran Team Games Tournament memiliki 5 komponen utama, yaitu: (1) penyajian kelas, (2) kelompok, (3) Game, (4) Tournamen, dan (5) Penghargaan kelompok. Pada tahap penyajian kelas, guru menjelaskan materi tentang memperbaiki sistem rem. Pada tahap ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa dalam kerja kelompok dan pada saat melakukan permainan akademik karena skor individu juga akan menentukan skor kelompok. Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 6-7 orang yang memiliki kemampuan heterogen. Dengan adanya keberagaman kemampuan dalam satu kelompok akan memotivasi siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini diperkuat oleh pendapat Depari (2011:162) Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,diharapkan dapat 37 memotivasi siswa untuk saling membantuantar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yangberkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Langkah selanjutnya adalah memberikan tugas untuk dikerjakan secara berkelompok oleh siswa. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, apabila terdapat salah seorang anggota kelompok yang belum mengerti, maka tugas anggota kelompok lain untuk menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka guru akan memberikan permainan akademik. Dalam permainanakademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana disetiap mejaturnamen terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Lalu permainan dimulai dengan kartu soal dan siswa memilih kartu soal dan mencoba menjawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kartu soal tersebut. Setiap jawaban yang benar akan diberi skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok. Kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Setiap kelompok berlomba-lomba untuk meraih skor yang tertinggi dalam permainan ini. Pemberian penghargaan didasarkan atas perolehan skor yang tertinggi yang didapat oleh kelompok tersebut. Pembelajaran yang seperti ini akan menuntut siswa untuk lebih aktif, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Disamping itu guru juga harus lebih kreatif sehingga proses belajar mengajar tidak membosankan. 38 H. Kerangka Berfikir Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Tujuan dalam belajar itu sendiri salah satunya adalah agar mendapat hasil belajar yang baik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hamalik (2013:36-37) yang mengartikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal (faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri), misalnya kondisi kesehatan siswa, tingkat intelegensi, bakat, kemauan, daya ingat, dan lain-lain. Selanjutnya faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa), misalnya lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah yang meliputi guru, metode pembelajaran, sarana-prasarana, dan kurikulum. Proses pembelajaran memerlukan peran aktif dari siswa. Pembelajaran yang cocok membantu siswa menjadi mandiri, sehingga guru tidak berperan utama dalam pembelajaran. Metode pembelajaran erat kaitannya dengan proses pendekatan pembelajaran. Penggunaan metode mengajar yang berbeda dapat menunjukkan hasil belajar yang berbeda. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik masing-masing, baik kelebihan maupun kekurangan. Setiap metode mengajar tidak dapat saling berdiri sendiri, metode-metode tersebut akan saling bervariasi dengan metode yang lain karena kelemahan metode yang satu dapat ditutupi oleh metode yang lain. Metode pembelajaran Ceramah masih umum digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini lebih menitikberatkan pada peran serta guru sebagai 39 sumber belajar. Dengan keadaan seperti ini akan membentuk kepribadian siswa yang lebih pasif sehingga akan mempengaruhi dalam hasil belajar. Metode ini menempatkan guru pada pusat perhatian. Gurulah yang lebih banyak berbicara sedangkan murid hanya mendengarkan atau mencatat hal-hal yang dianggap penting. Penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan keinginan dan keadaan belajar siswa dalam kelas akan mempengaruhi hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerjasama antar personal. Dalam pembelajaran Team Games Tournament aktivitas belajar dengan permainan yang telah dirancang, memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok. Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi soal-soal kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompok. Apabila ada dari salah satu anggota kelompok yang kurang paham dengan latihan soal yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana disetiap meja 40 turnamen terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan wakil dari kelompok masing-masing. Lalu permainan dimulai dengan kartu soal dan siswa memilih kartu soal dan mencoba menjawab sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kartu soal tersebut. Setiap jawaban yang benar akan diberi skor. Setiap kelompok berlomba-lomba untuk meraih skor yang tertinggi dalam permainan ini. Pemberian penghargaan didasarkan atas perolehan skor yang tertinggi yang didapat oleh kelompok tersebut. Dengan adanya unsur permainan dan turnamen memungkinkan hasil belajar pada aspek pemahaman konsep dan aktifitas siswa yang dikenai metode pembelajaran Team Games Tournament lebih baik dari pada siswa yang dikenai pembelajaran Ceramah. Melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament diharapkan dapat memberikan cara dan suasana baru yang menarik dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Perlu dilakukannya penerapan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien guna mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Kediri selama ini, maka secara sederhana dapat digambarkan dalam kerangka berfikir penelitian di halaman 41 berikut ini: 41 Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Proses Belajar Mengajar Metode Team Games Tournament Metode Ceramah Perbedaan hasil belajar berdasarkan : Nilai akhir post test (evaluasi) 1. Presentasi Kelas 2. Diskusi 3. Game 4. Tournamen 5. penghargaan Hasil belajar 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Penugasan Hasil belajar 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2012:114) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen semu adalah metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design. Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Variabel dari luar yang dimaksud ialah IQ, pengalaman siswa, peran guru, gaya belajar siswa, gaya mengajar guru, serta kondisi psikologis siswa saat pembelajaran atau tes berlangsung. Subyek dari penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan menggunakan metode pembelajaran Ceramah. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 di halaman 43 berikut ini: 43 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian A O 1 X 1 O 2 B O 3 X 2 O 4 Sumber: Arikunto (2010:124) Keterangan: A : Kelompok eksperimen (dengan model pembelajaran TGT) B : Kelompok kontrol (dengan metode pembelajaran ceramah) X 1 : Model pembelajaran Team Games Tournament X 2 : Model pembelajaran Ceramah O 1 = O 3 : Hasil nilai prettest O 2 = O 4 : Hasil nilai posttest Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini mengukur apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Team Games Tournament dan siswa yang diajar menggunakan metode Ceramah dalam proses pembelajarannya. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Kediri semester genap tahun ajaran 2013-2014 pada kompetensi dasar memperbaiki sistem rem. Teknik pemilihan subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana subjek yang dipilih adalah dua kelas dengan nilai rata-rata hasil UTS yang hampir sama dan karakter kelas yang hampir sama yaitu kelas XI TKR 1 dengan rata-rata 69,8 dan XI TKR 2 dengan nilai rata-rata 70,6. Selain itu kedua kelas tersebut juga diajar oleh guru yang sama dengan menggunakan metode pembelajaran yang sama. Dikarenakan kedua kelas homogen, maka penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilakukan secara langsung. Hal ini diperkuat dengan uji homogenitas dengan bantuan SPSS 16.0 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,422 44 lebih besar dari taraf signifikansi yakni 0,05. Dengan hasil tersebut, maka dapat diakatan bahwa kedua kelas merupakan kelas yang homogen. Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampel Test of Homogeneity of Variances nilai_tengah_semester Levene Statistic df1 df2 Sig. .653 1 58 .422 C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Arikunto (2010:266) tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. 1. Instrumen yang Digunakan Instrumen yang digunakan pada proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah instrumen dengan bentuk tes. Tes yang digunakan adalah bentuk tes tertulis yaitu tes objektif dengan bentuk tes pilihan ganda (multiple choice). Instrumen ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan penguasaan konsep materi pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Pembuatan instrumen tes dikembangkan dari kisi-kisi soal tes yang telah dibuat oleh peneliti. 2. Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka imstrumen tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan instrumen tes dikatakan baik jika instrumen tersebut memenuhi kriteria valid, reliabel, dan tingkat kesukaran yang cukup. Sebelum dilakukan uji validitas, 45 terlebih dahulu instrumen penelitian berupa tes ini dikonsultasikan kepada ahli pendidikan dan ahli bidang studi. Dalam hal ini ahli pendidikan adalah dosen pembimbing yang terdiri dari 2 orang sedangkan ahli bidang studi adalah guru SMK mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Uji coba instrumen yang dilakukan meliputi: a. Validitas Uji validitas tes dimaksudkan untuk menentukan ketepatan atau kesahihan tes. Uji validitas yang dipakai adalah uji validitas butir soal. Dalam menguji validitas butir soal, dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. hasil tes tersebut dicari validitas butir soal dengan cara mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total. Soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Mencari validitas butir soal akan dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Pengujian validitas ini menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika sig. (2-tailed) >0,05, maka soal dinyatakan tidak valid. Jika sig. (2-tailed) <0,05, maka soal dinyatakan valid. Jenis instrumen soal pilihan ganda yang dibuat untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pertemuan pertama. Soal dikatakan valid apabila nilai signifikansi < 0,05. Hasil uji coba instrumen pengumpul data yang di uji cobakan kepada 15 orang siswa diluar sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 di halaman 46 berikut ini; 46 Tabel 3.3 Uji Validitas Instrumen Pertemuan Pertama No butir soal Taraf signifikansi Nilai signifikansi Keterangan 1 0,050 0,021 Valid 2 0,050 0,021 Valid 3 0,050 0,006 Valid 4 0,050 0,039 Valid 5 0,050 0,006 Valid 6 0,050 0,005 Valid 7 0,050 0,018 Valid 8 0,050 0,065 Tidak Valid 9 0,050 0,003 Valid 10 0,050 0,443 Tidak Valid 11 0,050 0,021 Valid 12 0,050 0,001 Valid 13 0,050 0,201 Tidak Valid 14 0,050 0,003 Valid 15 0,050 0,021 Valid 16 0,050 0,005 Valid 17 0,050 0,015 Valid 18 0,050 0,006 Valid 19 0,050 0,006 Valid 20 0,050 0,012 Tidak Valid 21 0,050 0,006 Valid 22 0,050 0,000 Valid 23 0,050 0,021 Valid 24 0,050 0,006 Valid 25 0,050 0,035 Valid Dari data diatas dapat diketahui dari 25 soal yang di uji cobakan, terdapat 4 soal yang tidak valid karena nilai signifikansinya lebih besar dari taraf signifikansi. Soal yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 8,10,13 dan 20. Soal yang tidak valid akan dibuang. Jenis instrumen soal pilihan ganda yang dibuat untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pertemuan kedua. Soal dikatakan valid apabila nilai signifikansi < 0,05. Hasil uji coba instrumen pengumpul data yang di uji cobakan kepada 15 orang siswa diluar sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di halaman 47 berikut ini; 47 Tabel 3.4 Uji Validitas Instrumen Penelitian Pertemuan Kedua No butir soal Taraf signifikansi Nilai signifikansi Keterangan 1 0,050 0,002 Valid 2 0,050 0,015 Valid 3 0,050 0,007 Valid 4 0,050 0,018 Valid 5 0,050 0,001 Valid 6 0,050 0,689 Tidak Valid 7 0,050 0,048 Valid 8 0,050 0,001 Valid 9 0,050 0,047 Valid 10 0,050 0,002 Valid 11 0,050 0,002 Valid 12 0,050 0,684 Tidak Valid 13 0,050 0,121 Tidak Valid 14 0,050 0,049 Valid 15 0,050 0,049 Valid 16 0,050 0,006 Tidak Valid 17 0,050 0,030 Valid 18 0,050 0,002 Valid 19 0,050 0,000 Valid 20 0,050 0,028 Valid 21 0,050 0,010 Valid 22 0,050 0,000 Valid 23 0,050 0,049 Valid 24 0,050 0,097 Tidak Valid 25 0,050 0,010 Valid Dari data diatas dapat diketahui dari 25 soal yang di uji cobakan, terdapat 5 soal yang tidak valid karena nilai signifikansinya lebih besar dari taraf signifikansi. Soal yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 6,12,13,16,24. Soal yang tidak valid akan dibuang. b. Reliabilitas Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat digunakan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda. Namun, tetap menunjukkan hasil yang relatif konsisten. Instrumen yang reliabel menunjukkan bahwa instrumen tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, 48 sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya hasilnya. Untuk mengetahui tes instrumen ini reliabel atau tidak, maka dilakukan uji statistik rumus Cronbachs Alpha menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Suatu tes dikatakan reliabel apabila r hitung > r tabel , dan suatu tes dikatakan tidak reliabel apabila r hitung < r tabel . Tabel 3.5 Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Pertama Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .936 21 Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas pada tabel 3.5 diketahui bahwa nilai Cronbachs Alpha adalah 0,936 dengan r tabel = 0,514. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes yang di uji cobakan adalah reliabel terbukti dengan r hitung > r tabel yaitu 0,936>0,514. Reliabilitas Instrumen Pertemuan ke 2 Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Kedua Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .932 20 Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas pada tabel 3.6 diketahui bahwa nilai Cronbachs Alpha adalah 0,932 dengan r tabel = 0,514. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes yang di uji cobakan adalah reliabel terbukti dengan r hitung > r tabel yaitu 0,932>0,514. 49 D. Pengumpulan Data Data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut: a. Sebelum eksperimen, terlebih dahulu dilakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran. b. Menentukan kelas sampel yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Menyusun perangkat pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah. d. Saat eksperimen, menerapkan model pembelajaran Team Games Tournament pada kelas eksperimen dan model pembelajaran Ceramah pada kelas kontrol. e. Setelah eksperimen, dilakukan post-test untuk mengukur kemampuan akhir siswa dalam penguasaan konsep materi pelajaran yang telah diberikan, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada penelitian ini, disadari bahwa masih terdapat adanya ancaman dari variabel eksternal terkait pelaksanaan eksperimen penelitian. Ancaman ancaman dari variabel eksternal antara lain sebagai berikut: 1. History, yaitu pengaruh kondisi lingkungan luar dalam hal ini pengalaman belajar siswa selama berlangsungnya penelitian. 2. Selection, kekeliruan dalam proses seleksi partisipan. 3. Human Error, kesalahan yang dibuat oleh manusia dalam hal ini peneliti ketika melaksanakan penelitian 4. Mortality, perubahan jumlah suatu kelompok karena siswa mengundurkan diri atau berhalangan hadir ketika dilaksanakan penelitian. 50 Langkah-langkah yang dilakukan untuk meminimalisir dan mengatasi ancaman variabel eksternal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian adalah dengan melaksanakan penelitian dengan benar-benar mengontrol ketat variabel eksternal, terutama kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan peneliti ketika melaksanakan penelitian dan juga menerapkan teori yang sesuai mengenai langkah-langkah metode pembelajaran yang diterapkan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi ancaman variabel eksternal diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebelum menentukan partisipan dalam hal ini subjek penelitian, peneliti harus mencari tahu mengenai kemampuan akademik siswa. Kemampuan akademik siswa harus sama. 2. Memberi pelatihan terlebih dahulu kepada guru sebelum guru menerapkan metode pembelajaran pada subjek penelitian. E. Analisis Data Analisis data sangat berguna untuk mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan penelitian. Untuk pelaksanaan analisis data secara lebih konkrit, peneliti menganalisa data didapat dari teknik pengumpulan data dan kemudian dianalisis. Adapun teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Sebelum dilakukan uji hipotesis pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila menggunakan analisis parametrik, maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsinya seperti homogenitas untuk uji 51 perbedaan (komparatif). Selain Homogenitas asumsi lain yang perlu dilakukan adalah uji normalitas. Adapun uji homogenitas dan uji normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. 2. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan langkah atau prosedur untuk menentukan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara yang diajar dengan menggunakan metode Team Games Tournament dan metode Ceramah. Uji hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00 for windows dengan perumusan hipotesis nol dan hipotesis kerjanya adalah sebagai berikut. Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dengan model pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. H1 = Terdapat perbedaan kemampuan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dengan model pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Ho diterima : bila sig. (2-tailed) > 0,05 Ho ditolak : bila sig. (2-tailed) < 0,05 52 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan tentang deskripsi data penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis. Dalam deskripsi data ini akan dipaparkan mengenai hasil belajar siswa ( pretest dan post test) dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan metode pembelajaran Team Games Tournament dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan metode pembelajaran Ceramah. Tujuan dilakukannya deskripsi hasil belajar ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari masing-masing kelompok. A. Deskripsi Statistik Hasil Belajar 1. Deskriptif Statistik Kondisi Awal (pretest) Kelompok Team Games Tournament dan Kelompok Ceramah Deskriptif statistik ini digunakan untuk menghitung skor tertinggi, skor terendah, rentang nilai , dan rata-rata (mean) kondisi awal (Pretest) hasil belajar pada masing-masing kelompok. Untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa setelah dilaksanakan pretest dapat dilihat pada tabel 4.1 di halaman 53 berikut ini: 53 Tabel 4.1 Nilai Pretest No. Statistik Deskriptif Kelompok TGT Kelompok Ceramah 1 Banyaknya siswa 30 30 2 Skor tertinggi 70 65 3 Skor terendah 42,5 45 4 Rentang 27,5 20 5 Mean 59,41 58,25 Perbandingan nilai pretest antara kelompok Team Games Tournament dan kelompok Ceramah dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini: Gambar 4.1. Perbandingan Nilai Pretest Dari tabel 4.1 dan gambar 1 diatas diketahui hasil terendah dan tertinggi nilai kemampuan awal dari masing-masing kelompok. Hasil terendah nilai pretest dari kelompok Team Games Tournament adalah 42,5 dan kelompok Ceramah sebesar 45. Hasil tertinggi nilai kemampuan awal dari kelompok Team Games Tournament sebesar 70 dan hasil tertinggi nilai hasil belajar kelompok Ceramah adalah 65. Rentang nilai pada kelas eksperimen sebesar 27,5 dan kelas kontrol sebesar 20. Rata-rata nilai kemampuan awal kelompok Team Games Tournament sebesar 59,41 dan kelompok Ceramah sebesar 58,25. Berdasarkan uji kesamaan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Grafik Nilai Pretest N i l a i Siswa 54 rata-rata yang dilakukan terhadap nilai pretest kelompok Team Games Tournamen dan kelompok ceramah diperoleh nilai sebesar 0,451 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20. 2. Deskriptif Statistik Kondisi Akhir (posttest) Kelompok Team Games Tournament dan Kelompok Ceramah Hasil belajar siswa setelah dilakukan posttest dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Nilai Posttest No. Statistik Deskriptif Kelompok TGT Kelompok Ceramah 1 Banyaknya siswa 30 30 2 Skor tertinggi 95 82,5 3 Skor terendah 70 57,5 4 Rentan 25 25 5 Mean 80,00 73,83 6 Persentase ketuntasan 76,67% 53,33% Perbandingan nilai posttest antara kelompok Team Games Tournament dan kelompok Ceramah dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: Gambar 4.2. Perbandingan Nilai Posttest 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Grafik Nilai Posttest N i l a i Siswa 55 Dari tabel 4.2 dan gambar 2 diatas diketahui hasil terendah dan tertinggi nilai hasil belajar dari masing-masing kelompok. Hasil terendah nilai posttest dari kelompok Team Games Tournament sebesar 70 dan kelompok Ceramah sebesar 57,5. Hasil tertinggi nilai posttest dari kelompok Team Games Tournament sebesar 95 dan hasil tertinggi nilai hasil belajar kelompok Ceramah sebesar 82,5. Rentang nilai pada kelas eksperimen sebesar 25 dan kelas kontrol sebesar 25. Rata-rata nilai posttest kelompok Team Games Tournament sebesar 80,00 dan kelompok Ceramah sebesar 73,83. Kriteria ketuntasan yang ditentukan adalah 7,50. Presentase ketuntasan kelas eksperimen sebesar 76,67%dan kelas kontrol sebesar 53,33%. B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Analisis dilakukan dengan uji statistik uji t untuk hasil belajar mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Uji t ini bertujuan untuk mengetahui taraf signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji t ini dilakukan pada data skor perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelaran Team Games Tournament dan Ceramah. Sebelum dilakukan uji data dengan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi untuk (1) uji normalitas data dan (2) uji homogenitas antar kelompok. Kedua uji ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. 56 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau abnormal. Hasil uji normalitas data kemampuan akhir ditunjukkan pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Posttest One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen Kontrol N 30 30 Normal Parameters a Mean 80.000 74.3333 Std. Deviation 7.0405 5.97889 Most Extreme Differences Absolute .133 .135 Positive .133 .087 Negative -.128 -.135 Kolmogorov-Smirnov Z .730 .740 Asymp. Sig. (2-tailed) .660 .644 a. Test distribution is Normal. Dalam uji normalitas yang menggunakan Kolmogorov-Smirnov, data dikatakan berdistribusi normal apabila hasil hitung lebih besar dari taraf kepercayaan (p > 0,05). Pada penelitian ini digunakan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen angka signifikansi sebesar 0,660 dan pada kelompok kontrol angka signifikasi sebesar 0,644. Nilai hitung uji normalitas dari masing-masing kelompok menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian data posttest dari kedua kelompok dapat dikatakan berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan varian dari kedua kelompok data, yaitu nilai posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas ditunjukkan pada tabel 4.4 di halaman 57 berikut ini: 57 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Sebaran Data Posttest Test of Homogeneity of Variances Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig. .679 1 58 .413 Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan hasil uji homogenitas varian antar kelompok. Dalam uji homogenitas ini data dapat dinyatakan homogen atau sama jika Sig > dan sebaliknya jika Sig < maka data dinyatakan tidak sama. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa 0,413 > 0,05, maka Sig > yang berarti Ho diterima. Dengan demikian data berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama atau homogen. Karena uji asumsi normalitas dan homogenitas di atas sudah terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji t. 3. Uji Hipotesis Tahap berikutnya setelah data skor perbedaan hasil belajar siswa yang telah memenuhi uji asumsi normalitas dan homogenitas adalah uji t. Uji t betujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji t ini dilakukan pada data skor perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Team Games Tournament dan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah. Uji t ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji t ini dilakukan pada data skor perbedaan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kontrol menghasilkan angka seperti pada tabel 4.5 di halaman 58 berikut ini: 58 Tabel 4.5 Hasil Uji t Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- taile d) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed .679 .413 3.360 58 .001 5.6667 1.6864 2.2910 9.0423 Equal variances not assumed 3.360 56.517 .001 5.6667 1.6864 2.2891 9.0442 Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%). Kriteria yang digunakan dalam pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ho ditolak jika Sig < dan Ho diterima jika Sig > . Dari hasil analisis di atas dapat dijelaskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat pada perbedaan rata-rata nilai hasil belajar dengan menggunakan gambar 3 di halaman 59 berikut ini: 59 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Berdasarkan nilai hitung yang diperoleh pada tabel 4.5 diatas sebesar 0,001 < 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Kelas Eksperimen Rata-Rata Nilai Hasil Belajar 59 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Berdasarkan nilai hitung yang diperoleh pada tabel 4.5 diatas sebesar 0,001 < 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Rata-Rata Nilai Hasil Belajar 59 Gambar 4.3. Perbandingan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Berdasarkan nilai hitung yang diperoleh pada tabel 4.5 diatas sebesar 0,001 < 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Rata-Rata Nilai Hasil Belajar 60 BAB V PEMBAHASAN Pembahasan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV akan dikemukakan dalam bab ini. Pembahasan mencakup pada hasil tes hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah serta perbedaan tes hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah. Dalam bab ini secara berturut-turut akan dipaparkan beberapa pembahasan (1) Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode Team Games Tournament. (2)Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah. (3) Perbedaan tes hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah. A. Hasil Belajar Siswa Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Team Games Tournament Penggunaan suatu metode pembelajaran dalam suatu materi pelajaran perlu diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Salah satu metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Team Games Tournament. Sebelum diterapkan metode pembelajaran Team Games Tournament pada kelas eksperimen dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal. Dan 61 untuk mengetahui kemampuan akhir setelah diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament menggunakan posttest. Pada penelitian ini, untuk mengetahui hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes kemampuan akhir yang berbentuk soal pilihan ganda. Berdasarkan tabel 4.2 diketahui nilai posttest pada kelompok eksperimen. Nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 70 dengan rentang nilai mencapai angka sebesar 25. Kriteria ketuntasan mata pelajaran (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah sebesar 7,50 dan presentase ketuntasan mencapai 76,67% dengan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 23 siswa. Untuk rata- rata nilai posttest sebesar 80,00. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa ini disebabkan oleh proses belajar pada metode pembelajaran Team Games Tournament menekankan kepada ketergantungan antar anggota kelompok yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk saling membantu sehingga ada interaksi atau timbal balik antar sesama anggota kelompok. Apabila salah seorang dari anggota kelompok mengalami kesulitan ketika bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas- tugas yang diberikan oleh guru, teman satu kelompok berkewajiban untuk membantu memecahkan kesulitan tersebut sebelum akhirnya menanyakan kepada guru. Adanya unsur permainan dalam metode pembelajaran Team Games Tournament dapat memicu semangat para siswa untuk belajar. Menurut Depari (2011:162-163) kerja kelompok dalam metode pembelajaran Team Games Tournament akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif itu menyenangkan. 62 B. Hasil Belajar Siswa Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah Hasil belajar siswa merupakan cerminan kemampuan siswa dalam suatu kompetensi dasar. Penerapan metode pembelajaran yang berbeda juga akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar berfungsi sebagai indikator tentang perubahan tingkah laku yang telah dicapai siswa setelah menjalani proses pembelajaran. salah satu metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Ceramah. Sama halnya dengan kelas eksperimen yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament pada kelas kontrol yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah ini siswa diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diajar dengan menggunakan metode Ceramah. Kemudian untuk mengetahui hasil akhir yang diperoleh setelah pembelajaran menggunakan posttest. Pada penelitian ini, untuk mengetahui hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes kemampuan akhir yang berbentuk soal pilihan ganda. Berdasarkan tabel 4.2 diketahui nilai posttest pada kelompok kontrol. Nilai tertinggi sebesar 82,5 dan nilai terendah sebesar 57,5 dengan rentang nilai mencapai angka sebesar 25. Kriteria ketuntasan mata pelajaran (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah sebesar 7,50 dan presentase ketuntasan mencapai 53,33% dengan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 16 siswa. Untuk rata- rata nilai posttest sebesar 73,83. Hasil belajar yang diperoleh siswa ini dikarenakan pada proses pembelajaran Ceramah guru memimpin, mengatur dan mentransfer ilmu 63 pengetahuannya kepada siswa. Harsono (2009:77) menuturkan bahwa metode ceramah adalah metode pengajaran yang konvensional dimana guru hanya bercerita sesuai dengan yang ada di dalam buku. Bisa juga menggunakan alat bantu seperti papan tulis, kapur tulis dan lain-lain. Proses belajar mengajar pembelajaran sebagian besar adalah mendengar, membaca, mencatat, mengingat dan menghafal teori yang diajarkan oleh guru. Sumber belajar pada metode pembelajaran Ceramah adalah informasi yang diperoleh dari penjelasan guru dan buku. Selain itu guru juga menugaskan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan soal-soal latihan secara berkelompok. Informasi yang diterima oleh siswa juga bergantung kepada kemampuan siswa dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru. Kenyataan menunjukkan bahwa sekalipun banyak kekurangan, hingga kini metode ini tetap digunakan. Ini berarti tidak selamanya metode ini jelek. Namun, yang penting adalah penerapan metode Ceramah lebih efektif dan bervariasi. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang dapat ditempuh yaitu: a) Guru harus benar-benar menunjukkan pengawasan baik terhadap materi pelajaran yang akan disajikan. b) Penggunaan metode ceramah hendaknya dikombinasikan dengan metode- metode lain seperti demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Hal ini dapat membuat siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. c) Menggunakan media yang jelas dan menarik seperti papan tulis, bagan, dan LCD. d) Menerangkan petunjuk-petunjuk dalam ceramah seperti adanya persepsi yang memadai, memotivasi belajar siswa, mengorelasikan bahan yang sedang 64 dibahas dengan kejadian sehari-hari, masalah, dan kenyataan lain seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. C. Perbedaan Tes Hasil Belajar Diajar Menggunakan Metode Pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah Berdasarkan uji t pada skor perbedaan hasil belajar menunjukkan bahwa dari hasil perlakuan yang diberikan kepada dua kelompok pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelompok siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran Ceramah. Kelompok siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament menunjukkan hasil yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar melalui pembelajaran Ceramah. Berdasarkan nilai hitung yang diperoleh pada tabel 4.5 pada bab IV sebesar 0,001 < 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas XI antara kelompok yang menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dengan metode pembelajaran Ceramah pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. Apabila dilihat dari segi persentase ketuntasan antara kelompok pembelajaran Team Games Tournament dan Ceramah, kelompok pembelajaran Team games Tournament lebih unggul dibandingkan dengan kelompok Ceramah. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase kelompok pembelajaran Team games Tournament sebesar 76,67%atau sebanyak 23 siswa dari 30 siswa dan kelompok pembelajaran Ceramah sebesar 53,33% atau sebanyak 16 siswa dari 30 siswa. 65 Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran Team Games Tournament dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran Ceramah menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh metode pembelajaran, walaupun diberi materi pelajaran dan soal-soal tes yang setara serta memiliki fasilitas yang setara. Adanya perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar melalui pembelajaran Team Games Tournament dengan siswa yang diajar melalui pembelajaran Ceramah disebabkan oleh beberapa faktor. Setelah melaksanakan penelitian beberapa kemungkinan penyebabnya dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran Team Games Tournament menekankan pada siswa untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Kedua, siswa dapat mengemukakan gagasan-gagasan dan berdiskusi/bertanya kepada teman apabila mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi. Ketiga, meningkatnya kerja sama dan keterampilan berkomunikasi sesama siswa. Hal ini terlihat pada saat siswa belajar, berdiskusi dan memainkan permainan akademik. Dimana pada saat berdiskusi terjadi proses saling tukar pendapat. Slavin dalam Huda (2013:197) menuturkan bahwa Team Games Tournament berhasil meningkatkan keterampilan-keterampilan dasar, pencapaian akademik, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda. Disisi lain, pada metode pemebelajaran Ceramah guru cenderung lebih dominan di depan kelas, memimpin dan mengatur jalannya pembelajaran serta mentransfer pengetahuannya kepada siswa. Proses belajar siswa sebagian besar adalah mendengar, membaca, mencatat, mengingat dan menghafal teori yang diajarkan oleh guru. Hal ini dapat mengakibatkan siswa bosan, hilang konsentrasi 66 dan lain-lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Siswa tidak diharuskan untuk memahami secara mendalam substansi materi yang diajarkan. Tidak adanya pemahaman terhadap konsep materi yang diajarkan memungkinkan siswa mudah melupakan materi yang telah diajarkan. Kamsinah (2008:109) menuturkan bahwa metode Ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada siswa. Dalam kegiatan ini, informasi yang diberikan sering kabur dan samar-samar bagi pendengar. Bahkan kemungkinan besar jika pendengar ditanya kembali mengenai pelajaran yang telah disampaikan tidak tahu apa-apa. Jadi, sebaiknya dalam metode ini guru menggunakan alat bantu seperti gambar, dan audio-visual lainnya. Sedangkan Majid (2013:197) menuturkan bahwa metode Ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan, sering terjadi walaupun fisik siswa berada di dalam kelas namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran. Meskipun dalam pelaksanaannya peneliti sudah mengontrol secara ketat variabel kontrol yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, namun tidak menutup kemungkinan variabel kontrol tersebut terkontrol secara ketat. Hal ini menyebabkan kelemahan pada penelitian ini sehingga diharapkan dapat diperbaiki untuk penelitian selanjutnya yang sejenis. Kelemahan dalam penelitian ini diantaranya adalah: (1) tidak dilaksanakan briefing pada guru sebelum dilaksanakan penerapan metode pembelajaran Team Games Tournament, (2) guru pada kelas Team Games Tournament dan kelas Ceramah merupakan orang yang sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan hasil penelitian menjadi bias karena bisa saja guru melakukan kesalahan dalam penerapan metode pembelajaran. 67 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran Team Games Tournament lebih efektif pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga. 2. Penerapan metode pembelajaran Konvensional menunjukkan hasil yang baik, namun tidak sebaik hasil yang ditunjukkan melalui pembelajaran Team Games Tournament. 3. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Kediri. Hal ini ditunjukkan melalui hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai sebesar 80, dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 76,67%. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai sebesar 73,83, dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 53,33%. 68 B. Saran 1. Bagi guru a. Guru di sekolah khususnya guru mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga agar memahami lebih mendalam tentang metode pembelajaran Team Games Tournament yang mampu memberi hasil belajar yang lebih tinggi pada siswa. b. Guru di sekolah khususnya guru mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga hendaknya menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament dalam proses belajar mengajar di sekolah. 2. Bagi sekolah a. Sekolah hendaknya mensosialisasikan metode pembelajaran Team games Tournament kepada guru-guru sehingga dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap metode pembelajaran Team Games Tournament. b. Sekolah hendaknya mengarahkan guru untuk menggunakan metode pembelajaran Team Games Tournament sebagai alternatif proses pembelajaran di sekolah. 3. Bagi peneliti Bagi peneliti lain hendaknya melaksanakan penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran yang baru untuk lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 69 DAFTAR RUJUKAN Alex, Sobur. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Banuarli, Alfian. 2012. Perbedaan Hasil Belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dan Konvensional dalam Mata Pelajaran Dasar Otomotif Sepeda Motor Pada Siswa Kelas X Jurusan Sepeda Motor di SMK Muhammadiyah 1 Bambanglipuro. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Depari, Ganti. 2011. Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament Dan Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Elektronika Digital. Invotec, 7 (2): 161-174. Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendreral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fariadi, Ridha. 2011. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT. (Online). (http://pakjalpidie.blogspot.com/2013/04/kelemahan-dan- kelebihan-model.html) diakses Selasa, 11 Februari 2014. Gunawan, Imam & Retno, Anggraini. Tanpa tahun. Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Madiun: IKIP PGRI. Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harsono, Beni., Soesanto, & Samsudi. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah Konvensional Dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi Pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan Dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal PTM, 9 (2): 71-79. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran . Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran. Lentera Pendidikan, 11 (1): 101-114. Maisaroh & Rostrieningsih. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quis Team 70 Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 8 (2) : 157-172. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nilasari, Ayunda Putri. 2012. Efektifitas Metode Kooperatif Team Games Tournament Berbantu Papan Scrambel di Banding Metode Konvensional Tehadap Hasil Belajar Akuntansi Kompetensi Dasar Jurnal Umum Perusahaan Dagang Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 4 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press). Oktaviani, Melina. 2013. Perbandingan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dan Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Wiyono, Arif Hadi.2011. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Learning Cycle dan Metode Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) Kelas X Program Keahlian Teknik Permesinan SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Menteri. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tim UM. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi kelima. Malang: Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi Bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2009. Bandung: Citra Umbara. 71 Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing 72 Lampiran 2. Kartu Konsultasi Skripsi 73 74 Lampiran 3. Surat Tugas dan Berita Acara Seminar Hasil Skripsi 75 76 77 Lampiran 4. Surat Tugas Ujian Skripsi 78 Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian 79 Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian 80 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian 81 Lampiran 8. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian 82 83 84 Lampiran 9: Hasil Wawancara Dengan Guru Mata Pelajaran Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bernama bapak Drs. Wina Dwi K.P 1. Bagaimana cara bapak mengajar pelajaran produktif (teori pengantar praktek) selama ini? Jawab: biasanya saya mengajar dengan menerangkan materi di depan kelas kepada siswa lalu memberi latihan soal. 2. Apakah saat bapak menerangkan materi pelajaran, siswa memperhatikan dengan seksama? Jawab : saat saya menerangkan, siswa yang pintar biasanya memperhatikan. Namun ada beberapa siswa yang terkadang kurang memperhatikan dengan seksama. 3. Bagaimana kondisi kelas saat bapak mengajar dengan metode ceramah? Jawab : masih terdapat siswa yang ngobrol sendiri dengan teman sebangku, apabila ditanya kadangkala dijawab secara serempak, ketika diskusi hanya sebagian kecil saja yang aktif sedangkan lainnya hanya ikut- ikutan saja. 4. Bagaimana peran siswa saat bapak menggunakan metode ceramah? Jawab : peran siswa menjadi pasif, hanya mendengar dan memperhatikan apa yang saya ajarkan serta mengerjakan latihan soal saja. 5. Apakah bapak pernah menggunakan metode pembelajaran yang lain selain metode ceramah? Jawab : selama ini saya hanya menggunakan metode ceramah dan beberapa kali pernah menggunakan diskusi. 6. Bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa selama ini? Jawab : hasil ulangan yang dicapai siswa masih kurang memuaskan karena masih banyak yang di bawah KKM yaitu 75 dan harus remidi. 7. Apakah usaha yang sudah dilakukan bapak dalam memperbaiki hasil belajar siswa? Jawab : hanya member remidi dan latihan soal saja. 85 Lampiran 10: Panduan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Team Games Tournament Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan cara kerja rem tromol dan rem cakram 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen rem tromol dan rem cakram 3. Siswa dapat menjelaskan model-model rem tromol dan rem cakram 4. Siswa dapat mengidentifikasi kerusakan pada rem tromol dan rem cakram 5. Siswa dapat menjelaskan penyetelan gap (celah) pada rem tromol dan rem cakram 6. Siswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram 7. Pelaksanaan metode pembelajaran Team Game Tournament berikut untuk mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga dengan standar kompetensi memperbaiki sistem rem 8. Waktu pelaksanaan 4x45 menit Materi Pelajaran : 1. Prinsip kerja rem 2. Komponen-komponen sistem rem 3. Perawatan sistem rem 4. Kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram Pertemuan ke : 1 PETUNJUK PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT Kegiatan Guru Kegiatan Siswa PERSIAPAN Langkah waktu waktu 1. Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali KBM 5 menit Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 5 menit 2. Guru melakukan presensi kepada siswa dan menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan 5 menit Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru 5 menit 3. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 10 menit 4. Guru memberikan motivasi kepada siswa 5 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 5 menit PELAKSAAN 1. Guru menyampaikan materi pelajaran 20 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 20 menit 2. Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil 5 menit Siswa membentuk kelompok sesuai arahan guru 5 menit 3. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memahami materi, apabila ada yang perlu ditanyakan, kewajiban teman 30 menit 86 sekelompoknya untuk menjelaskan 4. Guru memberi tahu peraturan permainan. 5 menit Siswa tetap berkumpul dengan kelompoknya. 5 menit 5. Guru memberikan kartu soal pada setiap meja. Guru mengawasi kegiatan siswa. Game akademik berakhir apabila waktu atau kartu soal habis. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara berkelompok. Kelompok yang telah selesai mengerjakan soal mengacungkan jari apabila terdapat lebih dari satu kelompok yang mengacungkan jari, maka guru berhak menentukan kelompok mana yang berhak mengemukakan jawabannya. Kelompok yang menjawab benar mendapat skor 20 dan berhak memilih kartu soal berikutnya dan yang salah tidak mendapat skor. Game selesai apabila kartu soal habis atau waktu yang ditentukan telah habis. 40 menit PENUTUP 1. Guru memberikan soal evaluasi pada siswa Mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru 40 menit 2. Guru menyimpulkan materi pelajaran 10 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 menit 3. Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 5 menit Peraturan Game Akademik 1. Game terdiri dari soal-soal yang sesuai dengan materi yang disajikan. 2. Game dimainkan oleh seluruh kelompok. 3. Pertanyaan pertama dipilih oleh guru. 4. Guru membacakan pertanyaan dalam kartu soal yang terpilih. 5. Kelompok yang telah memperoleh jawaban dari soal yang dibacakan, mengacungkan jari apabila terdapat lebih dari satu kelompok yang mengacungkan jari, maka guru berhak menentukan kelompok mana yang berhak mengemukakan jawabannya. 6. Apabila jawaban benar, kelompok memperoleh point 20 dan berhak memilih kartu soal berikutnya. 7. Apabila jawaban salah, kelompok tidak terkena pengurangan skor dan kesempatan menjawab dilempar ke kelompok lain. 8. Apabila dalam kesempatan kedua, kelompok yang ditunjuk guru tidak berhasil menyelesaikan soal, maka kesempatan memilih soal diserahkan kepada guru. 9. Game selesai apabila kartu soal habis atau waktu yang ditentukan telah habis. 10. Kelompok dengan skor tertinggi akan memperoleh penghargaan. 87 Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan fungsi booster rem 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen booster rem 3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja booster rem 4. Siswa dapat menjelaskan master silinder rem 5. Siswa dapat menjelaskan prinsip kerja pedal rem 6. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan pedal rem 7. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem 8. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis minyak rem 9. Siswa dapat menjelaskan cara penanganan minyak rem 10. Siswa dapat menjelaskan fungsi katup proportioning 11. Siswa dapat menjelaskan cara kerja katup proportioning 12. Pelaksanaan metode pembelajaran Team Game Tournament berikut untuk mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga dengan standar kompetensi memperbaiki sistem rem 13. Waktu pelaksanaan 4x45 menit Materi Pelajaran : 1. Booster rem 2. Master silinder rem 3. Pedal rem 4. Minyak rem 5. Proportioning valve 6. Perbaikan sistem rem Pertemuan ke : 2 PETUNJUK PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT Kegiatan Guru Kegiatan Siswa PERSIAPAN Langkah waktu waktu 1. Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali KBM 5 menit Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 5 menit 2. Guru melakukan presensi kepada siswa dan menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan 5 menit Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru 5 menit 3. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 10 menit 4. Guru memberikan motivasi kepada siswa 5 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 5 menit PELAKSAAN 1. Guru menyampaikan materi pelajaran 20 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 20 menit 2. Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil 5 menit Siswa membentuk kelompok sesuai arahan guru 5 menit 88 3. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memahami materi, apabila ada yang perlu ditanyakan, kewajiban teman sekelompoknya untuk menjelaskan 20 menit 4. Guru menunjuk kelompok untuk menentukan wakilnya dalam permainan akademik. 5 menit Perwakilan dari kelompok menempati posisi masing-masing. 5 menit 5. Guru memberikan kartu soal pada setiap meja Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara individu, setiap soal diberi waktu 4 menit 40 menit 6. Guru menyuruh siswa untuk menukar lembar jawaban dengan teman satu meja setiap waktu yang diberikan untuk satu soal habis. Game akademik berakhir apabila waktu atau kartu soal habis. Siswa menukar lembar jawaban dan mencocokkan dengan kunci jawaban. Siswa yang menjawab benar mendapat skor 20 dan berhak memilih kartu soal berikutnya dan yang salah tidak mendapat skor. Game selesai apabila kartu soal habis atau waktu yang ditentukan telah habis. 10 menit PENUTUP 1. Guru memberikan soal evaluasi pada siswa Mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru 40 menit 2. Guru menyimpulkan materi pelajaran 10 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 menit 3. Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 5 menit Peraturan Tournamen 1. Siswa ditempatkan dalam beberapa meja tournamen. Setiap meja terdiri dari 5 siswa berkemampuan homogen yang merupakan wakil dari masing-masing kelompok. 2. Setiap kelompok mengirimkan wakil-wakil mereka di setiap meja tournament. 3. Meja 1 terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, meja 2 terdiri dari siswa dengan kemampuan dibawahnya, dan seterusnya. 4. Tiap meja tournamen terdapat kartu soal untuk dikerjakan oleh siswa secara individu dalam waktu yang bersamaan. Waktu untuk mengerjakan satu soal adalah 4 menit. 5. Setelah waktu habis, siswa menukar lembar jawaban dengan teman satu meja dan mengoreksi dengan kunci jawaban dengan acuan pada kunci jawaban yang telah disediakan. 6. Setiap jawaban benar diberi skor 20, dan salah diberi skor 0. 7. Skor yang diperoleh siswa dibagi dengan jumlah kelompok mereka. 8. Siswa dengan skor tertinggi akan memperoleh penghargaan yang ditujukan untuk kelompoknya. 9. Anggota kelompok yang tidak mewakili kelompoknya dalam tournamen, wajib mengerjakan soal-soal yang telah dibacakan dalam game untuk dikerjakan secara kelompok dan dikumpulkan sebagai laporan kelompok. 89 Lampiran 11: Panduan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Ceramah Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan cara kerja rem tromol dan rem cakram 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen rem tromol dan rem cakram 3. Siswa dapat menjelaskan model-model rem tromol dan rem cakram 4. Siswa dapat mengidentifikasi kerusakan pada rem tromol dan rem cakram 5. Siswa dapat menjelaskan penyetelan gap (celah) pada rem tromol dan rem cakram 6. Siswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram 7. Pelaksanaan metode pembelajaran Ceramah berikut untuk mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga dengan standar kompetensi memperbaiki sistem rem 8. Waktu pelaksanaan 4x45 menit Materi Pelajaran : 1. Prinsip kerja rem 2. Komponen-komponen sistem rem 3. Perawatan sistem rem 4. Kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram Pertemuan ke : 1 PETUNJUK PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN CERAMAH Kegiatan Guru Kegiatan Siswa PERSIAPAN Langkah waktu waktu 1. Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali KBM 5 menit Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 5 menit 2. Guru melakukan presensi kepada siswa dan menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan 5 menit Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru 5 menit 3. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 10 menit 4. Guru memberikan motivasi kepada siswa 5 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 5 menit PELAKSANAAN 1. Guru menyampaikan materi pelajaran 40 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 40 menit 2. Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil 5 menit Siswa membentuk kelompok sesuai arahan guru 5 menit 3. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memahami materi. 20 menit 4. Memberikan lembar kerja siswa Mengerjakan lembar kerja siswa secara kelompok 30menit 90 5. Membahas lembar kerja siswa yang telah dikerjakan 15 menit Bersama-sama dengan guru membahas hasil pekerjaan lembar kerja siswa 15 menit PENUTUP 1. Memberikan soal evaluasi pada siswa Mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru 30 menit 2. Guru menyimpulkan materi pelajaran 10 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 menit 3. Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 5 menit 91 Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan fungsi booster rem 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen booster rem 3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja booster rem 4. Siswa dapat menjelaskan master silinder rem 5. Siswa dapat menjelaskan prinsip kerja pedal rem 6. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan pedal rem 7. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem 8. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis minyak rem 9. Siswa dapat menjelaskan cara penanganan minyak rem 10. Siswa dapat menjelaskan fungsi katup proportioning 11. Siswa dapat menjelaskan cara kerja katup proportioning 12. Pelaksanaan metode pembelajaran Team Game Tournament berikut untuk mata pelajaran Chasis dan Pemindah Tenaga dengan standar kompetensi memperbaiki sistem rem 13. Waktu pelaksanaan 4x45 menit Materi Pelajaran : 1. Booster rem 2. Master silinder rem 3. Pedal rem 4. Minyak rem 5. Proportioning valve 6. Perbaikan sistem rem Pertemuan ke : 2 PETUNJUK PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN CERAMAH Kegiatan Guru Kegiatan Siswa PERSIAPAN Langkah waktu waktu 1. Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali KBM 5 menit Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 5 menit 2. Guru melakukan presensi kepada siswa dan menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan 5 menit Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru 5 menit 3. Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 10 menit 11 Guru memberikan motivasi kepada siswa 5 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 5 menit PELAKSANAAN 1. Guru menyampaikan materi pelajaran 40 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 40 menit 2. Guru mengarahkan siswa untuk 5 menit Siswa membentuk kelompok sesuai 5 menit 92 membentuk kelompok kecil arahan guru 3. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk memahami materi. 20 menit 21 Memberikan lembar kerja siswa Mengerjakan lembar kerja siswa secara kelompok 30 menit 31 Membahas lembar kerja siswa yang telah dikerjakan 15 menit Bersama-sama dengan guru membahas hasil pekerjaan lembar kerja siswa 15 menit PENUTUP 1. Memberikan soal evaluasi pada siswa Mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru 30 menit 31 Guru menyimpulkan materi pelajaran 10 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru 10 menit 11 Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 5 menit 93 Lampiran 12: Daftar Nilai UTS 94 95 Lampiran 13: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Teori) Kelas Eksperimen A. Identitas Sekolah : SMKN 1 Kediri Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Kelas/Semester : XI/Genap Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem rem Kompetensi Dasar : Memelihara sistem rem dan komponennya Indikator : Menjelaskan Cara kerja rem tromol : Menjelaskan Komponen rem tromol : Menjelaskan Jenis rem tromol : Menjelaskan Cara kerja rem cakram : Menjelaskan Komponen rem cakram : Menjelaskan Jenis rem cakram : Menjelaskan Pembuangan udara palsu pada sistem rem hidrolik : Menjelaskan Penyetelan jarak bebas sepatu rem tromol : Menjelaskan Kelebihan dan kelemahan rem tromol dan rem cakram Pertemuan Ke : 1 Alokasi Waktu : 4x45 menit B. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan cara kerja rem tromol dan rem cakram 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen rem tromol dan rem cakram 3. Siswa dapat menjelaskan model-model rem tromol dan rem cakram 4. Siswa dapat mengidentifikasi kerusakan pada rem tromol dan rem cakram 5. Siswa dapat menjelaskan penyetelan gap (celah) pada rem tromol dan rem cakram 6. Siswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram C. Materi 1. Prinsip kerja rem 2. Komponen-komponen sistem rem 3. Perawatan sistem rem 4. Kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram D. Metode Pembelajaran : Team Games Tournament 96 E. Kegiatan Pembelajaran : Kegiatan Aktivitas guru Aktivitas siswa Waktu Pendahuluan Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali kegiatan KBM Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 10 menit Dilanjutkan dengan melakukan presensi kepada siswa Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 15 menit Guru memberikan motivasi di awal kegiatan KBM Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan inti Guru memberi penjelasan kepada siswa mengenai beberapa aspek, yaitu: prinsip kerja sistem rem, fungsi komponen sistem rem, perawatan sistem rem. Siswa mendengarkan penjelasan guru 20 menit Guru mengatur dan memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan Team Games Tournament Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dan melaksanakan kegiatan Team Games Tournament sesuai dengan arahan dan petunjuk guru 80 menit Penutup Memberikan evaluasi pada siswa Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 40 menit Guru menyimpulkan materi pelajaran dan mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 15 menit F. Sumber/Alat/Bahan 1. Sumber belajar: New Step 1 Toyota Perawatan Sistem Rem (Modul SMK) 97 2. Alat: LCD proyektor Laptop Papan tulis Guru Bidang Studi Moch. Buchori Hasyim NIM. 100513402080 98 LEMBAR KERJA SISWA 1. Apa fungsi rem? 2. Syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi oleh kanvas rem? 3. Sebutkan langkah-langkah untuk membuang udara palsu dalam sistem rem! 4. Ada berapa macam tipe rem tromol? Sebutkan! 5. Ada berapa macam tipe rem cakram? Sebutkan! 6. sebutkan masing-masing komponen yang diberi tanda panah Kunci Jawaban 1. Untuk mengurangi dan menghentikan laju kendaraan, serta memarkir kendaraan. 2. Tahan panas, tahan aus dan mempunyai koefisien gesek yang tinggi. 3. a. isi tangki cadangan minyak rem dengan minyak rem b. pasang selang plastic pada nepel pembuangan udara silinder roda, masukkan ujung lain dari selang plastic kedalam botol atau sejenisnya. c. pompa pedal rem beberapa kali sampai keras dan tahan pedal rem. d. kendorkan nepel pembuangan udara sampai minyak rem keluar. Kencangkan kembali nepel pembuangan udara. Lakukan beberapa kali sampai minyak yang keluar tidak mengandung gelembung udara. e. lakukan prosedur diatas pada setiap roda. 4. Ada 6. Leading and trailing, two leading, dual two leading, uni servo, duo servo, anchor pin. 5. Ada 2. Single piston dan double piston. 6. a. pedal rem e. rem cakram b. rem tromol c. tuas rem parkir d. booster rem A E D C B 99 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Teori) Kelas Eksperimen A. Identitas Sekolah : SMKN 1 Kediri Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Kelas/Semester : XI/Genap Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem rem Kompetensi Dasar : Memperbaiki sistem rem Indikator : Menjelaskan fungsi booster rem : Mengidentifikasi komponen booster rem : Menjelaskan cara kerja booster rem : Menjelaskan master silinder rem : Menjelaskan prinsip kerja pedal rem : Menjelaskan cara penyetelan pedal rem : Menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem : Menjelaskan jenis-jenis minyak rem : Menjelaskan cara penanganan minyak rem : Menjelaskan fungsi katup proportioning : Menjelaskan cara kerja katup proportioning Pertemuan Ke : 2 Alokasi Waktu : 4x45 menit B. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan fungsi booster rem 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen booster rem 3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja booster rem 4. Siswa dapat menjelaskan master silinder rem 5. Siswa dapat menjelaskan prinsip kerja pedal rem 6. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan pedal rem 7. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem 8. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis minyak rem 9. Siswa dapat menjelaskan cara penanganan minyak rem 10. Siswa dapat menjelaskan fungsi katup proportioning 11. Siswa dapat menjelaskan cara kerja katup proportioning C. Materi 1. Booster rem 2. Master silinder rem 3. Pedal rem 4. Minyak rem 5. Proportioning valve 6. Perbaikan sistem rem D. Metode Pembelajaran : Team Games Tournament 100 E. Kegiatan Pembelajaran : Kegiatan Aktivitas guru Aktivitas siswa Waktu Pendahuluan Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali kegiatan KBM Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 10 menit Dilanjutkan dengan melakukan presensi kepada siswa Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 15 menit Guru memberikan motivasi di awal kegiatan KBM Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan inti Guru memberi penjelasan kepada siswa mengenai beberapa aspek, yaitu: fungsi booster rem, fungsi komponen booster rem, master silinder rem, cara penyetelan tinggi dan jarak bebas pedal rem, jenis- jenis minyak rem dan penanganannya, fungsi proportioning valve dan cara kerja proportioning valve Siswa mendengarkan penjelasan guru 20 menit Guru mengatur dan memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan Team Games Tournament Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dan melaksanakan kegiatan Team Games Tournament sesuai dengan arahan dan petunjuk guru 80 menit Penutup Memberikan evaluasi pada siswa Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 40 menit Guru menyimpulkan materi pelajaran dan mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 15 menit F. Sumber/Alat/Bahan 1. Sumber belajar: New Step 1 Toyota Perbaikan Sistem Rem (Modul SMK) 101 2. Alat: LCD proyektor Laptop Papan tulis Guru Bidang Studi Moch. Buchori Hasyim NIM. 100513402080 LEMBAR KERJA SISWA 1. Apa akibatnya apabila jarak bebas pedal rem kurang? 2. Apa fungsi dari booster rem? 3. Apa fungsi dari master silinder rem? 4. Apa akibatnya apabila celah antara tromol dan kanvas terlalu besar dan terlalu kecil? 5. Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi oleh kanvas rem? 6. Sebutkan kemungkinan penyebab daya pengereman berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali saat pedal rem diinjak! Kunci Jawaban 1. Jarak pengereman menjadi pendek 2. Untuk melipat gandakan daya penekanan pedal, sehingga daya pengereman lebih besar. 3. Merubah gerak pedal rem ke dalam tekanan hidraulis dan meneruskannya ke semua silinder roda. 4. Celah yang besar menyebabkan kelambatan pada pengereman. Celah yang kecil menyebabkan rem akan terseret dan menyebabkan keausan pada tromol dan kanvas. 5. Tahan panas, tahan aus dan mempunyai koefisien gesek yang tinggi. 6. Pipa saluran rusak/bocor, sistem rem kemasukan udara, sepatu rem aus, seal silinder master bocor, minyak rem habis. 102 Lampiran 14: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Teori) Kelas Kontrol A. Identitas Sekolah : SMKN 1 Kediri Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Kelas/Semester : XI/Genap Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem rem Kompetensi Dasar : Memelihara sistem rem dan komponennya Indikator : Menjelaskan Cara kerja rem tromol : Menjelaskan Komponen rem tromol : Menjelaskan Jenis rem tromol : Menjelaskan Cara kerja rem cakram : Menjelaskan Komponen rem cakram : Menjelaskan Jenis rem cakram : Menjelaskan Pembuangan udara palsu pada sistem rem hidrolik : Menjelaskan Penyetelan jarak bebas sepatu rem tromol : Menjelaskan Kelebihan dan kelemahan rem tromol dan rem cakram Pertemuan Ke : 1 Alokasi Waktu : 4x45 menit B. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan cara kerja rem tromol dan rem cakram 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen rem tromol dan rem cakram 3. Siswa dapat menjelaskan model-model rem tromol dan rem cakram 4. Siswa dapat mengidentifikasi kerusakan pada rem tromol dan rem cakram 5. Siswa dapat menjelaskan penyetelan gap (celah) pada rem tromol dan rem cakram 6. Siswa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram C. Materi 1. Prinsip kerja rem 2. Komponen-komponen sistem rem 3. Perawatan sistem rem 4. Kelebihan dan kekurangan rem tromol dan rem cakram D. Metode Pembelajaran : Ceramah Diskusi Tanya jawab Mencatat 103 E. Kegiatan Pembelajaran : Kegiatan Aktivitas guru Aktivitas siswa Waktu Pendahuluan Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali kegiatan KBM Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 10 menit Dilanjutkan dengan melakukan presensi kepada siswa Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 20 menit Guru memberikan motivasi di awal kegiatan KBM Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan inti Guru memberi penjelasan kepada siswa mengenai beberapa aspek, yaitu: prinsip kerja sistem rem, fungsi komponen sistem rem, perawatan sistem rem. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat 40 menit Guru membagikan LKS Siswa mengerjakan LKS secara kelompok dilanjutkan dengan membahas LKS secara bersama-sama 70 menit Penutup Memberikan evaluasi pada siswa Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 30 menit Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 10 menit 104 F. Sumber/Alat/Bahan 1. Sumber belajar: New Step 1 Toyota Perawatan Sistem Rem (Modul SMK) 2. Alat: LCD proyektor Laptop Papan tulis Guru Bidang Studi Moch. Buchori Hasyim NIM. 100513402080 105 LEMBAR KERJA SISWA 1. Apa fungsi rem? 2. Syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi oleh kanvas rem? 3. Sebutkan langkah-langkah untuk membuang udara palsu dalam sistem rem! 4. Ada berapa macam tipe rem tromol? Sebutkan! 5. Ada berapa macam tipe rem cakram? Sebutkan! 6. sebutkan masing-masing komponen yang diberi tanda panah Kunci Jawaban 1. Untuk mengurangi dan menghentikan laju kendaraan, serta memarkir kendaraan. 2. Tahan panas, tahan aus dan mempunyai koefisien gesek yang tinggi. 3. a. isi tangki cadangan minyak rem dengan minyak rem b. pasang selang plastic pada nepel pembuangan udara silinder roda, masukkan ujung lain dari selang plastic kedalam botol atau sejenisnya. c. pompa pedal rem beberapa kali sampai keras dan tahan pedal rem. d. kendorkan nepel pembuangan udara sampai minyak rem keluar. Kencangkan kembali nepel pembuangan udara. Lakukan beberapa kali sampai minyak yang keluar tidak mengandung gelembung udara. e. lakukan prosedur diatas pada setiap roda. 4. Ada 6. Leading and trailing, two leading, dual two leading, uni servo, duo servo, anchor pin. 5. Ada 2. Single piston dan double piston. 6. a. pedal rem e. rem cakram b. rem tromol c. tuas rem parkir d. booster rem A E D C B 106 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Teori) Kelas Kontrol A. Identitas Sekolah : SMKN 1 Kediri Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Kelas/Semester : XI/Genap Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem rem Kompetensi Dasar : Memperbaiki sistem rem Indikator : Menjelaskan fungsi booster rem : Mengidentifikasi komponen booster rem : Menjelaskan cara kerja booster rem : Menjelaskan master silinder rem : Menjelaskan prinsip kerja pedal rem : Menjelaskan cara penyetelan pedal rem : Menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem : Menjelaskan jenis-jenis minyak rem : Menjelaskan cara penanganan minyak rem : Menjelaskan fungsi katup proportioning : Menjelaskan cara kerja katup proportioning Pertemuan Ke : 2 Alokasi Waktu : 4x45 menit B. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan fungsi booster rem 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen booster rem 3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja booster rem 4. Siswa dapat menjelaskan master silinder rem 5. Siswa dapat menjelaskan prinsip kerja pedal rem 6. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan pedal rem 7. Siswa dapat menjelaskan cara penyetelan gerak bebas pedal rem 8. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis minyak rem 9. Siswa dapat menjelaskan cara penanganan minyak rem 10. Siswa dapat menjelaskan fungsi katup proportioning 11. Siswa dapat menjelaskan cara kerja katup proportioning C. Materi 1. Booster rem 2. Master silinder rem 3. Pedal rem 4. Minyak rem 5. Proportioning valve 6. Perbaikan sistem rem 107 D. Metode Pembelajaran : Ceramah Mencatat Diskusi Tanya jawab E. Kegiatan Pembelajaran : Kegiatan Aktivitas guru Aktivitas siswa Waktu Pendahuluan Guru mengawali dengan mengkondisikan situasi kelas yang tenang kemudian memimpin doa untuk mengawali kegiatan KBM Sikap tenang dan mengikuti arahan guru untuk berdoa 10 menit Dilanjutkan dengan melakukan presensi kepada siswa Siswa menunjukkan kehadiran dengan menjawab panggilan guru Guru memberikan beberapa pertanyaan mengenai sistem rem Siswa menjawab pertanyaan guru 20 menit Guru memberikan motivasi di awal kegiatan KBM Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan inti Guru memberi penjelasan kepada siswa mengenai beberapa aspek, yaitu: fungsi booster rem, fungsi komponen booster rem, master silinder rem, cara penyetelan tinggi dan jarak bebas pedal rem, jenis-jenis minyak rem dan penanganannya, fungsi proportioning valve dan cara kerja proportioning valve Siswa mendengarkan penjelasan guru 40 menit Guru membagikan LKS Siswa mengerjakan LKS secara kelompok, dilanjutkan dengan membahas LKS secara bersama-sama 70 Penutup Memberikan evaluasi pada siswa Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru 30 menit Guru mempersilahkan siswa untuk memberi masukan terhadap penerapan metode pembelajaran yang diterapkan Siswa memberikan masukan tentang penerapan metode pembelajaran 10 menit 108 F. Sumber/Alat/Bahan 1. Sumber belajar: New Step 1 Toyota Perbaikan Sistem Rem (Modul SMK) 2. Alat: LCD proyektor Laptop Papan tulis Guru Bidang Studi Moch. Buchori Hasyim NIM. 100513402080 LEMBAR KERJA SISWA 1. Apa akibatnya apabila jarak bebas pedal rem kurang? 2. Apa fungsi dari booster rem? 3. Apa fungsi dari master silinder rem? 4. Apa akibatnya apabila celah antara tromol dan kanvas terlalu besar dan terlalu kecil? 5. Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi oleh kanvas rem? 6. Sebutkan kemungkinan penyebab daya pengereman berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali saat pedal rem diinjak! Kunci Jawaban 1. Jarak pengereman menjadi pendek 2. Untuk melipat gandakan daya penekanan pedal, sehingga daya pengereman lebih besar. 3. Merubah gerak pedal rem ke dalam tekanan hidraulis dan meneruskannya ke semua silinder roda. 4. Celah yang besar menyebabkan kelambatan pada pengereman. Celah yang kecil menyebabkan rem akan terseret dan menyebabkan keausan pada tromol dan kanvas. 5. Tahan panas, tahan aus dan mempunyai koefisien gesek yang tinggi. 6. Pipa saluran rusak/bocor, sistem rem kemasukan udara, sepatu rem aus, seal silinder master bocor, minyak rem habis. 109 Lampiran 15: Data Skor Validasi Instrumen Pertemuan 1 Skor Validasi Pertemuan 2 Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total M. ERFAN ZAKKY IRAWAN 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 M.ASROFI 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 MAULANA BAYU SUGARA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 22 MAULANA RIZWAN 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22 MOCH FAJAR F 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 MOCH FARID FAUZIN 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 MOCHAMAD HANIF A 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 22 MOCHAMMAD AFFAN Z 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 MOCHAMMAD BAGUS K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 MOCHAMMAD FIRDAUS 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 11 MOH HANDOYO 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 11 MOH SALIM FIKRI 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 MOH SHOLEHUDIN 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21 MOHAMMAD AGUNG P 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 MOHAMMAD FATHUL M 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total MOHAMMAD FATHUL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 MOHAMMAD FIKRI J 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 MUHAMAD IBNU HABIB 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 22 MUHAMAD KAHAR 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 19 MUHAMMAD ABDUL A 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21 MUHAMMAD AKBAR R 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 MUHAMMAD SAFRIZAL 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22 MUHAMMAD SULTON F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 23 MUKHAMAD EKO W 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 NANANG WIJIANTO 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 13 NIKO WAHYU M 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 11 NOVAN GRAFIKA PU 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 11 PANJI ASMORO 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21 RAHMAD ZANUAR 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 RANGGA BAHTIAR 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 15 110 Lampiran 16: Kisi-Kisi Soal Evaluasi No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Jenis Soal Nomor Soal 1. 1.Memperbaiki Sistem Rem 1. Memelihara sistem rem dan komponennya Pertemuan I Pilihan Ganda 1. Cara kerja rem tromol dan rem cakram 1,7,8,13,18,1 9,20 2. Komponen rem tromol dan rem cakram 2,3,5,10,11,1 7 3. Jenis rem tromol dan rem cakram 4,6,12, 4. Pembuangan udara palsu 15,16 5. Penyetelan jarak bebas sepatu rem tromol 9 6. Kelebihan dan kelemahan rem tromol dan rem cakram 14 2. Memperbaiki sistem rem dan komponennya Pertemuan II Pilihan Ganda 1. Pedal rem 1,2,3,4,17 2. Master silinder rem 19,20 3. Fungsi booster rem 5,7 4. Komponen booster rem 8,9,10,18 5. Cara kerja booster rem 6,7,13 6. Minyak rem 14,15,16, 7. Katup proporsioning 11,12,13,17 111 Lampiran 17: Soal Evaluasi LEMBAR EVALUASI PEMBELAJARAN TEORI (Pertemuan ke I) Materi Kompetensi : Memelihara Sistem Rem dan Komponennya Pilihlah jawaban yang paling benar dari soal dibawah ini! 1. Pada rem tromol, sepatu rem akan bergerak keluar menekan tromol apabila ada tekanan dari... a. Roda d. Silinder roda b. Backing plate e. Pegas penahan sepatu rem c. Pegas pengembali 2. Komponen pada rem tromol berikut ini yang berfungi menahan sepatu rem agar tetap pada dudukannya adalah... a. Silinder roda d. Pegas penahan b. Sepatu rem e. Pegas pengembali c. Napple 3. Dibawah ini merupakan komponen rem tromol Bagian yang ditunjukkan oleh nomor 1 dan 6 berturut- turut adalah.. a. Return spring dan Adjusting tube b. Brake shoe dan Wheel cylinder c. Return spring dan Wheel cylinder d. Drum dan Wheel cylinder e. Adjusting tube dan Drum 4. Gambar dibawah merupakan tipe rem tromol jenis... a. Uni servo b. Duo servo c. Leading trailing d. Dual two leading e. Two leading 5. Komponen pada rem tromol yang berfungi untuk mengembalikan sepatu rem pada posisi semula setelah terjadi pengereman adalah... a. Silinder roda d. Pelat penahan b. Pegas pengembali e. Backing plate c. Pegas penahan 6. Berikut ini adalah tipe rem tromol jenis... a. Single action two leading b. Double action two leading c. Uni servo d. Duo servo e. Leading trailing 112 7. Pada jenis rem tromol yang ditunjukan pada soal no. 6 maka pernyataan yang benar adalah... a. Pada saat kendaraan maju, salah satu sepatu rem menjadi leading dan sepatu rem yang lain menjadi trailing. b. Pada saat kendaraan maju, kedua sepatu rem menjadi leading. c. Pada saat kendaraan maju, kedua sepatu rem menjadi trailing. d. Pada saat kendaraan mundur,kedua sepatu rem menjadi leading. e. Pada saat kendaraan mundur, kedua sepatu rem yang lain menjadi trailing. 8. Pernyataan yang benar mengenai jenis rem tromol dibawah ini adalah... a. Daya pengereman sama besar baik kendaraan maju maupun mundur b. Pada saat kendaraan bergerak maju, tekanan pengereman tinggi. c. Kanvas rem sekunder akan cepat aus. d. Pada saat kendaraan bergerak maju kedua sepatu rem menjadi trailing shoe e. Pada saat kendaraan bergerak maju sepatu rem primer menjadi leading shoe dan sepatu rem sekunder menjadi trailing shoe 9. Pada penyetelan manual celah antara sepatu rem dengan tromol, komponen yang di stel adalah... a. Silinder roda d. Pegas pengembali b. Sekrup penyetel sepatu e. Plat penahan c. Pegas penahan 10. Berikut ini yang bukan merupakan syarat kanvas rem yang baik adalah... a. Tahan panas d. Koefisien gesek besar b. Tahan aus e. Tidak cepat habis c. Permukaan kasar 11. Komponen pada rem cakram yang berfungsi untuk mendeteksi keausan pad dengan mengeluarkan bunyi adalah... a. Sil piston d. Pad wear indicator b. Hold spring e. Piston c. Backing plate 12. Tipe rem cakram dengan kaliper yang tetap (tidak dapat bergerak) adalah rem cakram jenis... a. Single piston d. Fixed caliper b. Semi floating e. Single caliper c. Floating caliper 13. Pada rem cakram gaya gesek yang dimanfaatkan untuk pengereman didapatkan dari... a. Gesekan piringan dengan pad d. Gesekan pad dengan silinder b. Gesekan piringan dengan kaliper e. Gesekan silinder dengan kaliper c. Gesekan pad dengan kaliper 14. Berikut ini merupakan kekurangan rem cakram dibandingkan dengan rem tromol... a. Lebih sulit dalam perawatan dan pembersihan b. Proses pendinginan lebih lama c. Jika terendam oleh air, maka air akan sulit keluar dari rem 113 d. Konstruksi lebih besar e. Self energizzing efect kecil 15. Mengapa udara palsu pada sistem rem hidrolis harus dihilangkan... a. Karena udara palsu mendinginkan cairan rem b. Karena udara dapat mengurangi kepakeman rem c. Karena udara dapat mengurangi volume cairan rem d. Karena udara dapat menguap pada suhu yang tinggi e. Karena udara dapat mengakibatkan suhu tinggi 16. Berikut ini merupakan langkah pembuangan udara palsu pada sistem rem hidrolis... 1. Lakukan secara berulang kali sampai cairan rem yang keluar pada selang plastik tidak terdapat udara, tambahkan cairan rem pada reservoir apabila kurang. 2. Periksa dan bersihkan kotoran yang melekat pada backing plate sehingga nipel (katup buang) terlihat jelas 3. Tekan pedal rem berulang kali sehingga tekanannya menjadi keras dan tahan, kemudian katup buang dibuka sehingga keluar gelembung udara lalu keraskan katup buang 4. Sambung selang plastik ke nipel dan masukkan ke dalam kaleng bening yang sudah terisi minyak rem Urutan yang benar adalah... a. 1-2-3-4 d. 1-3-4-2 b. 4-1-3-2 e. 2-4-3-1 c. 2-3-4-1 17. Berikut ini yang bukan merupakan tujuan dibuatnya pringingan rem cakram berlubang adalah... a. Agar pendinginan sempurna d. Agar udara dapat mengalir dengan baik b. Mencegah fading e. Mencegah korosi c. Agar pad rem lebih awet 18. Pada rem tromol, gaya pengereman diperoleh dari... a. Gesekan sepatu rem dan silinder roda d. Gesekan silinder roda dan tromol b. Gesekan sepatu rem dan tromol e. Gesekan silinder roda dan piston c. Gesekan sepatu rem dan roda 19. Menurut mekanisme kerjanya rem kaki dibedakan menjadi... a. 2 d. 5 b. 3 e. 6 c. 4 20. Agar diperoleh pengereman, maka piringan rem cakram harus dihimpit oleh... a. Pad d. Master silinder b. Caliper e. Nepel c. Piston 114 Kunci Jawaban Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Materi Kompetensi : Memperbaiki Sistem Rem 1. D 11. D 2. D 12. D 3. C 13. A 4. A 14. E 5. B 15. B 6. A 16. E 7. A 17. E 8. B 18. B 9. B 19. A 10. C 20. A 115 LEMBAR EVALUASI PEMBELAJARAN TEORI (Peretemuan ke II) Materi Kompetensi : Memeperbaiki Sistem Rem Pilihlah jawaban yang paling benar dari soal dibawah ini! 1. Salah satu fungsi penyetelan tinggi pedal rem adalah... a. Menjamin sistem rem belum berfungsi ketika pedal rem belum diinjak b. Untuk memberikan jarak yang cukup pada pedal dalam meakukan pengereman c. Meringankan tenaga injakan pedal d. Menjaga agar tidak terjadi kebocoran pada seal piston master silinder e. Meringankan kerja dari booster rem 2. Fungsi penyetelan jarak bebas pedal rem adalah... a. Unntuk menambah tenaga injakan pedal b. Menghindari agar injakan pedal tidak terlalu keras c. Agar pedal dalam posisi bebas sebelum ditekan d. Agar pedal pada posisi ergonomis e. Menghindari keausan pada pedal 3. Berapa tinggi pedal terhadap lantai a. 150,5-160,5 mm d. 144,5-154,5 mm b. 154,7-164,7 mm e. 135,7-145,7 mm c. 164,7-174,7 mm 4. Gangguan yang menyebabkan hambatan pada semua roda adalah... a. Tidak adanya gerak bebas pada pedal rem d. Kanvas rem aus b. Silinder roda macet e. Bantalan roda pecah c. Pegas pengembali rusak 5. Booster rem merupakan komponen dalam sistem rem yang berfungsi untuk... a. Menjamin sistem rem mempunyai tekanan pengereman yang sama tiap rodanya b. Menjaga tekanan rem pada roda belakang c. Mengalirkan minyak rem ke silinder roda d. Meringankan tenaga pengemudi saat menekan pedal rem e. Menambah umur komponen master silinder 6. Tenaga booster rem didapat dengan memanfaatkan... a. Tekanan dari master silinder d. Tekanan dari silinder roda b. Tekanan dari proportioning valve e. Kevakuman dari exhaust manifold c. Kevakuman di intake manifold 7. Jika booster rem tidak berfungsi (rusak) maka sistem rem hidrolik... a. Tidak berfungsi d. Berfungsi sebagian b. Berfungsi normal e. Tidak ada jawaban yang benar c. Berfungsi namun rem berat 8. Berikut ini yang bukan merupakan komponen booster rem adalah... a. Push rod d. Control valve b. Diafragma e. Compensating port c. Pegas diafragma 9. Bagian booster rem yang langsung berhubungan degan intake manifold adalah... a. Variable pressure chamber d. Constant pressure chamber b. Diafragma e. Reaction mechanism 116 c. Power piston 10. Komponen booster rem yang berfungsi membuka dan menutup saluran antara constant pressure chamber dengan variable pressure chamber adalah... a. Control valve d. Reaction mechanism b. Air valve e. Push rod c. Power piston 11. Proportioning valve adalah komponen sistem rem yang terletak pada saluran... a. Roda depan d. Roda kiri b. Roda belakang e. Semua roda c. Roda kanan 12. Proportioning valve berfungsi untuk... a. Membatasi daya pengereman pada roda depan b. Melakukan pengereman terhadap tromol c. Untuk membantu booster rem dalam pengereman d. Membatasi daya pengereman pada roda belakang e. Merubah gerak pedal rem ke dalam tekanan hidraulis 13. Untuk mengatur tekanan fluida ke roda belakang sesuai beban kendaraan dan memberikan tekanan maksimum ke roda belakang saat rem roda depan terjadi kebocoran adalah fungsi dari... a. Load sensing proportioning valve d. Air valve b. Reaction mechanism e. Return spring c. Vacum valve 14. Berikut ini yang bukan syarat-syarat minyak rem adalah... a. Tidak menimbulkan korosi b. Mempunyai daya lumas c. Tidak melelehkan atau mengembangkan karet d. Mempunyai titik beku tinggi dan titik didih rendah e. Tidak mengandung endapan 15. Jenis minyak rem dibawah ini adalah... a. SAE 70 d. DOT 3 b. Dextron e. ATF c. NHCL 16. Berikut ini yang bukan merupakan tindakan penanganan minyak rem yang benar adalah... a. Jangan mencampur minyak rem b. Jangan tercemar oleh air c. Jangan tercemar dengan oli atau pembersih oli d. Simpan minyak rem ditempat yang sesuai e. Gunakan untuk membantu menghilangkan cat 17. Berapakah jarak bebas pedal rem... a. 3 - 6 mm d. 3 4 mm b. 3 5 mm e. 3 8 mm c. 3 7 mm 18. Bagian depan dan bagian belakang booster rem dibatasi oleh... a. Body booster d. Membran b. Piston e. Reaction mechanism c. Control valve 117 19. Fungsi dari master silinder adalah... a. Merubah gerak pedal rem ke dalam tekanan hidrolis b. Melipat gandakan daya pengereman c. Sebagai penampung minyak rem d. Melakukan pengereman pada tromol e. Membantu booster rem meringankan pengereman 20. Minyak rem keluar dari master silinder menuju ke pipa rem melalui... a. Compensating port b. Piston seal c. Outlet valve d. Inlet port e. Bleeder hole 118 Kunci Jawaban Mata Pelajaran : Chasis dan Pemindah Tenaga Materi Kompetensi : Memperbaiki Sistem Rem 11. B 11. B 12. C 12. D 13. B 13. A 14. A 14. C 15. D 15. D 16. C 16. E 17. C 17. A 18. E 18. D 19. D 19. A 20. A 20. C 119 Lampiran 18: Lembar Jawaban Evaluasi Lembar Jawaban Soal Evaluasi 1 Nama : Kelas : No Absen : 1. A B C D E 11. A B C D E 2. A B C D E 12. A B C D E 3. A B C D E 13. A B C D E 4. A B C D E 14. A B C D E 5. A B C D E 15. A B C D E 6. A B C D E 16. A B C D E 7. A B C D E 17. A B C D E 8. A B C D E 18. A B C D E 9. A B C D E 19. A B C D E 10. A B C D E 20. A B C D E 120 Lembar Jawaban Soal Evaluasi 2 Nama : Kelas : No Absen : 1. A B C D E 11. A B C D E 2. A B C D E 12. A B C D E 3. A B C D E 13. A B C D E 4. A B C D E 14. A B C D E 5. A B C D E 15. A B C D E 6. A B C D E 16. A B C D E 7. A B C D E 17. A B C D E 8. A B C D E 18. A B C D E 9. A B C D E 19. A B C D E 10. A B C D E 20. A B C D E 121 Lampiran 19: Daftar Nilai Daftar Nilai Kelas Eksperimen No. Nama Siswa Pretest 1 Posttest 1 Pretest 2 Posttest 2 1. DEDDY TRIANTONO 50 85 65 95 2. DEFVA BUDYARSON 60 70 65 85 3. DENY PRASETYO 65 80 60 90 4. DEVEGA LUTVEN AGUSTA 65 70 55 90 5. DHIMAS WAHYU GUDTAMA 55 90 65 70 6. DODY SUPRAYITNO 40 80 45 80 7. DONY KURNIAWAN ZHAIN ARIF 70 85 60 85 8. DWI ARI CHANDRA PURNAMA 70 70 55 80 9. DWI FATTUDIN 65 85 55 75 10. EDWIN REZHA ANGGARA 50 70 50 100 11. FAHIM RIDWAN 55 60 65 85 12. FAISAL TRI MAHARDIKA 65 85 65 85 13. FAJAR ARI WIBOWO 60 80 60 80 14. FARID KRISTANTO 45 85 65 70 15. FATKUR RIDHO TOLABI 55 90 75 100 16. FERENT ALBIRAFAH REZA 50 85 55 85 17. FRANSISCO YOGIE PRATAMA 55 60 45 90 18. FREDY SETIAWAN 75 70 45 70 19. GALIH PRASETIO 55 75 65 80 20. HANGGA PRATAMA 70 90 70 80 21. HARI SURYA PRASTYA 55 65 75 75 22. HELDY ARIANTO 65 80 65 95 23. HIBRAN FIKRI ALAZIZI 55 70 50 70 24. HUDHA ADI PRASETYA 70 90 70 95 25. IMAM SAFII 60 75 60 80 26. IMAM SUBEKTI 75 75 50 80 27. JENIO AKBAR IMANA 65 70 55 75 28. KHAMA ARWA PRASETYA 60 80 55 60 29. LAMBANG DWI PRASETYO 45 75 45 70 30. LAMBANG PERMONO 70 85 60 95 31. LUCKY DWIKI SAPUTRA 60 90 45 90 Minimum 40 60 45 60 Maksimum 75 90 75 100 Rata-Rata 59,84 78,06 58,54 82,58 122 Daftar Nilai Kelas Kontrol No. Nama Siswa Pretest 1 Posttest 1 Pretest 2 Posttest 2 1. ABID QUDSI MUIS 55 70 60 60 2. ACHMAD BAIDOWI 50 75 45 70 3. ADHE JOAN SAPUTRA 60 75 60 70 4. AFIYALDO REYNALDI 45 75 45 65 5. AFTA MA'ARIF 60 75 60 85 6. AGUNG PRASETYO BUDI 55 70 55 95 7. AGUNG SUPRA SETYO 55 65 70 75 8. AHMAD BUDI SETIAWAN 70 85 60 75 9. AHMAD FERY GHOZALI 45 55 70 80 10. AHMAD HAFIZD JULFIQOR 60 60 60 95 11. ALBERD APRINO PUTRA 60 65 70 75 12. ALDINO RIZAL ILHAM 70 85 55 75 13. ALDO FERDIANSYAH 70 85 50 80 14. ANANG SAIKHODIN 45 55 70 65 15. ANDRE PURNOMO 65 80 65 70 16. ANTON WIBISONO 60 75 50 60 17. ARDI WICAKSONO 50 80 65 85 18. ARIEF RAHMAD WIDODO 65 80 65 75 19. AYYUB SYAHARUDIN 65 75 55 75 20. BAGUS CHANDRA PRADIESTA 55 70 45 85 21. BAGUS SETYAWAN 65 60 45 90 22. BAGUS TRILAKSONO 75 85 50 75 23. BAMBANG WAHYUDI 55 70 55 85 24. BATARA KRISTIAWAN 65 80 65 80 25. BAYU SETIA KUMALA 55 70 65 75 26. BEMBY AFRIZAL ADITYA 45 80 65 65 27. CHAMZAH FREDY P 65 65 45 60 28. DANANG ADHITYA PRATAMA 70 80 50 80 29. DANI JULIAN 50 65 75 80 30. DANI YULAS PUTRA 45 55 55 60 Minimum 45 55 45 60 Maksimum 75 85 75 95 Rata-Rata 58,33 72,17 58,17 75,50 123 Lampiran 20: Tabel Uji Normalitas, Homogenitas, dan Kesamaan Rata-Rata Hasil Belajar (Pretest) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Eksperimen Kontrol N 30 30 Normal Parameters a Mean 59.417 58.2500 Std. Deviation 6.5549 5.29924 Most Extreme Differences Absolute .235 .163 Positive .131 .101 Negative -.235 -.163 Kolmogorov-Smirnov Z 1.290 .891 Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .405 a. Test distribution is Normal. Test of Homogeneity of Variances Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig. .396 1 58 .532 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed .396 .532 .758 58 .451 1.1667 1.5389 -1.9138 4.2472 Equal variances not assumed .758 55.561 .452 1.1667 1.5389 -1.9167 4.2500 124 Lampiran 21: Identitas Proposal Skripsi 125 126 RIWAYAT HIDUP Moch. Buchori Hasyim dilahirkan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggal 5 Desember 1991 tepatnya di desa Nambaan kecamatan Ngasem. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan bapak Afandi dan Ibu Nurmarhaeni. Memulai tingkat pendidikannya di TK Dharma Wanita 1 Nambaan pada tahun 1996. Kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Nambaan I (1998-2004). Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gampengrejo (sekarang SMP Negeri 1 Ngasem) (2004-2007) dan selanjutnya melanjutkan pendidikannya di SMK Negeri 1 Kediri (2007-2010) dengan mengambil jurusan Mekanik Otomotif. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Malang, Jurusan Teknik Mesin dan mengambil Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif. Pada tahun 2014 penulis menyelesaikan studinya dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI. E-mail : mochbuchorihasyim@yahoo.com No. HandPhone : 085236282146/085749830165 126 RIWAYAT HIDUP Moch. Buchori Hasyim dilahirkan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggal 5 Desember 1991 tepatnya di desa Nambaan kecamatan Ngasem. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan bapak Afandi dan Ibu Nurmarhaeni. Memulai tingkat pendidikannya di TK Dharma Wanita 1 Nambaan pada tahun 1996. Kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Nambaan I (1998-2004). Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gampengrejo (sekarang SMP Negeri 1 Ngasem) (2004-2007) dan selanjutnya melanjutkan pendidikannya di SMK Negeri 1 Kediri (2007-2010) dengan mengambil jurusan Mekanik Otomotif. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Malang, Jurusan Teknik Mesin dan mengambil Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif. Pada tahun 2014 penulis menyelesaikan studinya dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI. E-mail : mochbuchorihasyim@yahoo.com No. HandPhone : 085236282146/085749830165 126 RIWAYAT HIDUP Moch. Buchori Hasyim dilahirkan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggal 5 Desember 1991 tepatnya di desa Nambaan kecamatan Ngasem. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasangan bapak Afandi dan Ibu Nurmarhaeni. Memulai tingkat pendidikannya di TK Dharma Wanita 1 Nambaan pada tahun 1996. Kemudian menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Nambaan I (1998-2004). Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Gampengrejo (sekarang SMP Negeri 1 Ngasem) (2004-2007) dan selanjutnya melanjutkan pendidikannya di SMK Negeri 1 Kediri (2007-2010) dengan mengambil jurusan Mekanik Otomotif. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Malang, Jurusan Teknik Mesin dan mengambil Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif. Pada tahun 2014 penulis menyelesaikan studinya dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 KEDIRI. E-mail : mochbuchorihasyim@yahoo.com No. HandPhone : 085236282146/085749830165
Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi Dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworejo
Penggunaan Modul Bergambar Pada Mata Kuliah Aplikasi Komputer Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Prodi S1 Teknik Sipil Semester Genap