Anda di halaman 1dari 257

Oskep adalah sebutan di kalanganpremanyang palingmengerikan.

Oskep atauspion ataues-pe, adalah


katalaindari pengkhianat, julukan bagi penjahatyangbekerja sama menjual informasi kepadatikus, alat
negara.Yanggawat tuduhan ini bisa dilontarkan dengan buktiyangsamar penjahat kambuhanyangtak ikut
tertangkap,yangpernah bercakap dengan alat negara,yanglebih berada dari cs-nya. Hukumannya adalah :
lewat. Baik ketika sedang di jalan umum, sedang mandi, atau bahkan ketika dalampenjarapundiuber.
Di daerah Rawa-rawa Budheg, semua nama ini bisa digelarioskep: Babeh Komid, istrinya, Warno
Viktor, Icung, Meong, Polisman, Ida Menor,Jack 303,Belinda Melati IndahaliasUntungbinKartijo, Udin
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Balok, Dakrin,MarkHababe, Kusnen, Novita Anggraeni,MarkMongki, NdilaliasLaskmindra Setiawati,
Joko PaingaliasJabrik, Daeng Taba, Abiyoso Umarsaid,Tuning,RudialiasAndrealiasMustapaaliasIbrahim
alias AbrahamaliasBambang SutantioaliasRachmadialiasAfni.aliasNian ,alias
Oskep merupakannovelArswendoAtmowilotoyangpertama kali ditulis di dalampenjara, ketika diizinkan
mengunakan mesin ketik untuk menyusun pembelaan dalamsidang penga-dilan
Sanksi Pelanggaran Pasal44:Undang-undang Nomor7Tahun1987Tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor6Tahun1982TentangFlakCipta
1.Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumurnkan atau memperbanyak suatu eiptaan atau
memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 7(tujuh) tahun dan/ atau dendapaling
banyak Rp100.000.000,-(seratus juta rupiah).
2.Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu eiptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalamayat(1).dipidana
dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima)tahun dan/atau dendapalingbanyak Rp50.000.000,- (limapuluh
juta rupiah).

OSKEP

Oleh
Arswendo Atmowiloto











PENERBIT
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
PTSUBENTRACITRAPUSTAKA
1994

OSKEP
Olch : Arswendo Atmowiloto SCP13.94
Copyright PTSubentra Citra Pustaka
Jalan Taman Petamburan12,Jakarta10260
Foto : Atok Sugiarto
Rancangan sampul : Dito Sugito
Tata Letak : Karmawan
Diterbitkan pertama kali oleh PenerbitPT Subentra Citra Pustaka
Jakarta1994


Hak cipta dilindungi olch undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
Perpustakaan Nasional: Katalog DalamTerbitan (KDT)
ATMOWI LOTO, Arswendo
OSKEP: Arswendo Atmowiloto
--Jakarta:Subentra Citra Pustaka,1994.
206 hlm. ; 18 cm.
ISBN 979-8615-07-7
979-8615-10-7
1. Fiksi Indonesia 1. Judul.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html


Dicetak oleh PereetakanPT Gemawindu Paneaperkasa
Isi di luar tanggung jawab pereetakan

B
1

ABEHKomid mengibasi bagian atas tubuhnya dengan Iembaran koran harianyangsudah lecek terbaca,
ketika istrinya me-let; kkan cangkir porselen bermotif Cina berwarnamerah mencolok. Cangkir porselen
yangsekali lihat saja terlihat bahwa itu keramik lokalyangdiperdagangkan di pinggir jalan dan
dipromosikan lisan sebagai barang selundupan. Tutupnya sudah tak diketemukan lagi, dan se-bagai
gantinya dipakaikan tutup plastikyangsewarna, lebih menyala. Di dalamcangkir itu ada teh kental, teh
yang palinggelap diban-dingkan semua tehyangdihidangkan di daerah itu. Daerah di wilayahJakartaUtara
yangdikenal dengan nama daerah Rawa-rawa Budheg. Se-buah namayangbisa dilacak bahwa dulunya
bekas daerah rawa-rawa. Sedangkan tambahan katabudhegyangdalambahasa Jawa berarti
tulimengaburkan pengertianyangada. Tapi seperti namalain yangmembuat seseorang me-ngernyitkan
dahi, nama kampung itu tak adayangmempedulikan benar. Bahkan warganya sendiri menyebut sebagai
Kampung Rabu, se-bagaimana mereka biasa menyingkat apa sajayangenak untuk disingkat.
Tak jauh berbeda dengan kampung Warakas, Pela-pela, Permai, daerah permukiman di Rawa-rawa
Budheg terdiri dari bangunansemiperma-nen. Hanya sebagian kecil sajayangseluruhnya dari tembok batu.
Hanya sebagian lebih kecil lagi memiliki halamanyangbisa dinamai taman. Rumahyangdidiami Babeh
Komid tak berbeda denganyang lain.Sebuah rumahyangseparuh berdinding batu tembok, separuhnya lagi
papan kayu, dengan atap rendah, dan gentengnya ber-himpitan dengan rumahyang lain.Sehingga a-ngin
yangmalas, membuat suasana awal Maret terasa lebih kering. Hujan semalamanyangme-nyebabkan
semua tanah seperti lengket di sepatuterutama sendal jepityangmenjadi perleng-kapanutamabisa
dengan cepat mengering dan hanya menyisakan bau asin.
Sore yangmasih terasa suamdan membuat Babeh berkeringat memang bukan saatyangtepat untuk
menikmati teh kentalyangpanas. Akan tetapi, Babeh mengetahui bahwa setelah semua pekerjaan selesai,
istrinya akan mem-buatkan teh kesukaannya, seperti bertahun-tahun sebelumnya. Baru kemudian sekali,
istrinya akan mandi. Di bagian samping, tapi terletak agak ke depan -dan ini nampak janggal- terletak
ba-gianyangdinamai kamar mandi. Bangunan tembok setinggi pundak, terbuka luas atasnya, dengan bak
penampungan setiap pagi, siang dansorehari.
Merekayangmendorong gerobak dengan belasan kaleng bekas berisiairnampak begitu kuat dan
perkasa. Tetesan keringatyangterperas, otot-ototyangmenyembul dan mengkilap, mem-perlihatkan
kesanggupan mengatasi jalan-jalan di kampung. Baikyangsudah halus kena proyek Husni Tamrin,
maupun jalan tanahyangberubah menjadi bedakHat.Guncangan rodayangter-antuk bebatuan, membuat
sebagian isinyaturnpahke kiri kanan, mempertua warna kayu dan besi pada gerobak dorong.
Anak-anak kecilyangkecapekan bermain tapi masih enggan pulang, ibu-ibuyangtak me-ngenakan baju
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dan kainnya disingsalkan di atas pusar, beberapa lelakiyangpulang kerja. bere-but jalan dengan
pendorong gerobak. Babeh bi-asa memperhatikan, sambil berkipas. Caranya mengipas sangat perlahan,
berirama sejalan dengan jalan pikirannya, tidak larut dengan sua-sana sekitar. Kipasan itu baru terhenti
kalau ada anginyangberembus masuk. Bukan karena sebablain.Juga bukan karena masuknya dua lelaki
yangbelummerayakan ulang tahunnyayangke-25. Dua-duanya hampir sama, bajunya sangat bagus dan
satu atau dua nomor di atas ukurannormal,tak bisa menyembunyikan gam-bar tatoyangmenyembul dari
pergelangan ta-ngan ataupundada.Keduanya memakai sepatuyangbagus,jamtangan, dari mulutnya
terciumbau ao. Bau minuman keras ini sangat mudah dikenali karena keras menyengat, apalagi pada
jarak berbicara. Ao, kependekan dari anggur obat atau arak obat, jenis minuman kerasyang palingmudah
diperoleh.Adadi setiap warung, dan harganya relatif terjangkau. Seperti harga bir dengan kadar alkohol
delapan kali lipat. Mereka biasanya membeli tidak dalambotol aslinya, melainkan sudah dituangkan ke
dalamkantung plastik warna gelap, seperti isinyayangsekilas seperti warna kopi.
Dua lelaki itu sudah terbiasa masuk ke ru-mah Babeh, karena salah seorangyangkelihatan lebih muda,
langsung mengambil rokok. Me-mainkan di jari-jarinya bukan karena merasa pintar, melainkan karena
merasa kurang sreg dengan rokok tak bermerek. Rokokyangbisa membuatnya merasa bergengsi tinggi.
Tapi mes-kipun bukan rokokMarlboro,diambil juga, diselipkan di bibir agak ke pinggir, sementara
tangannya menggerayang, mencari-cari korek. Lalu ke saku temannyayangmenepiskan, se-hingga ujung
lengan bajunya tertarik dan keli-hatan jelas tato sisik nagayangsedang ngetop. Dua-duanya bertato sisik
naga-yangsebenar-nya sama juga dengan sisik ikan, akan tetapi membuatyangkedua merasa Iebih
bangga lagi, karena sisiknya ada warna merah.
Yangtatonya tidak berwarna merah, masuk ke dalamkamar Babeh, mencari korek.
"GoawatBeh.Goawat banget," lalu disusul dengan bisikan lirih tapi akan tetap terdengar bahkan dari
ruang dalam. "Warno jadi espe."
Babeh masih berkipas.
Keringatnya masih seperti diperas.
Tak sedikitpungoyangan koran lecek ter-ganggu iramanya. Bukan semata mengenal kata gawat,yang
diucapkan dengan nada tertekan menjadi goawat,yangbisa berarti biasa-biasa. Karena kata itu sudah
menjadi bagian pembuka setiap percakapan. Bahkan dalamucapanyangdibisikkan terakhir,yang
menunjukkan nilai berat, tak akan pernah mengganggu irama kehi-dupan Babeh. Padahalespe adalahcap
yangsangat keras, menindih lengket tak bisa dile-paskan seperti halnya tato.
Espe,kependekan dari spion,yangdalampercakapan tersamar diucapkanoskep adalahcap yangdiberikan
kepada siapa saja dari kalangan premanyangbekerja sama dengantikus. Bekerja sama dengan polisi
dalammemberikan infor-masi mengenai kegiatan para preman. Menjadi mata-mata. Pengkhianat.Capini
demikian keras, karena siapapun yangsecara resmi dianggapespe, akhir dari hidupnya sudah jelas. Pasti
le-wat. Baik ketika masih keluyuran di jalan, atau ketika berada dalamtahanan, ataupun sudah di
lembaga pemasyarakatan. Tak ada tempatyang amanbaginya. Tak ada kesempatan untuk mem-bela diri
sekalipun.
Kalau nama Warno disebut, itu hanya berarti sekian hari dari saat sekarang ini, atau bahkan malamini
juga, benar-benar bakal lewat. Dengan cara apapun.
Kematian, atau luka parah hingga cacat se-umur hidup, bukan sesuatuyangbaru dan me-narik
dibicarakan di Kampung Rabu. Akan tetapi, kematian karena dirinya dicapespe, akan berbekaslamadan
dibicarakan. Terutama sete-lah mayatnya dibawa pulang, tak ada tetangga kiri kananyangakan turut
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
memandikan mayat-nya. Karena takut dianggap cs, dan berkelakuan sama.
"Babeh kenal Warno,kan?" Babeh mengangguk.
"WarnoVictor,bukan Warno Codet,"yangmengajak bicara mencoba lebih meyakinkan lagi. Babeh
memandang, dengan asap rokok tertahan didada,tanpa bersuara.
"Iya,yangbaru pulang dariNK," kata lelakiyanglebih mudayangkeluar dari kamar sambil membawatempe
keripik. Masih dalamplastik,yangdiserobot begitu saja ketika tadi mencari korek api.
"Yeee, bukan Warno itu.
Kamu memangpek-ak. Kalau nggak tahumending diemaja lu. Kijang ajaikutan bicara." Sentakan
kemarahanyangcepat, dan menge- na. Dalamsatu kalimatyangdiucapkan secara berentet itu, terkaman
penilaian bersusun tindih. Teriakanyeeeyangpanjang adalah carayangbiasa dipakai untuk merendahkan
lawan bicara. Apalagi dengan menyebut sebagaip-a, pek-ak,yangberartisarap atau gila atau sangat tolol.
Ditambah dengan menyebutkan sebagai'kijang,berarti lengkaplah sudah posisiyangdiajak bi-cara. Kijang
adalah istilah polisi untuk menyebut tangkapan atau buronan. Dalambahasa perca-kapan mereka, kijang
adalah posisiyang palingtidak penting. Sangat kontras dibandingkan denganpreman,yangdianggap
berpengalaman, dianggap berani.
Yangmenebak Warnoyangbaru pulang dari Nusa Kambangan, terkunci bibirnya. Nampak sekali
menjadi rendah, hina, dan tak berarti. Tangannya gelisah memainkan rokok,yangse-gera dimatikan. Tapi
kemudian dihidupkan lagi dengan korek apiyangdikantungi.
Ketika itulah istri Babeh masuk ke dalamkamar. Sudah dengan baju lengan panjang, rokyangpanjang,
dan rambut digelung rapi. Semua-nya serba rapi, dan ini juga kebiasaanyangber-beda dengan
wanita-wanita tetangganyayangsetiap keluar dari kamar mandi hanya dibungkus dengan handuk, dan
pundak serta punggungnya terbuka lebar, ditambah rambut terurai. Istri Babeh tak pernah begitu, sejak
pertama kali da-tang dan berdiamdi Kampung Rabu. Selalu rapi, tertutup, dan bahkan ketika masuk
kamar ditu-tup dengan baik, dikunci dari dalam, meskipun hanya untuk bersisir dan memakai bedak.
Baru kemudian kalau sudah rapi semuanya, berada dalamruang tamu,yangmenyatu dengan ruang
keluarga. Menuangkan isi cangkir ke cawanyangbelumdisentuh dengan sengaja oleh pandangan mata
Babeh.
Tanpa mempedulikan pembicaraan apa, istri Babeh duduk di samping Babeh, seolah menung-gu sesuatu
yangakan diperintahkan. Meskipun tanpa disuruh, tangannya pasti sudah melap meja, membuang puntung
rokok dari asbak, dan atau mendekatkan sendal suaminyayangter-senggol tak sengaja sehingga letaknya
menjauh atau bertindihan.
"Babehkenal WarnoVictorkanBeh?"
Buktinya banyak Beh. Waktutangkepanyanglalu, dia sendiriyangnggaknembus. Itukanbukti. Ya nggak,
Beh."
"Jelas. Kitaputusin saja."
Lelakiyanglebih muda mencoba menem-patkan dirinya dalamorbitpembicaraan. Mes-kipun hanya
menggarisbawahi saja. Dengan `putusin', berarti ia siap untuk menyelesaikan sampai tuntas. Inilah cara
berada dalamkelom-pok. Tapi ketika mengucapkan itu, pandang-annya tak lepas dari istri Babeh. Di
mata lelaki muda itu, perempuan di samping Babeh inilaindariyang lain.Kulitnya saja kuningIan-sat,seakan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
hanya padanya sinar matahari menjadi ramah. Rambutnya lembut, lebat, dan sedikit berombak, digelung
dengan tarikan kencang sehingga bentuk kepalanya nampak jelas, sehingga dahinyayangmenonjol dengan
sedikit anak rambut di dahi terlihat jelas. Hidungnya mancung nampak anggun di atas bibir tipisyang
menyembunyikan deretan gigi teratur rapi. Di atas itu semua adalah sepasang matayangjer-nih, tajam,
namun sama sekali tak pernah ben-trok. Iniyangluar biasa. Lelaki muda ini merasa bahwa semua wanita
akan tertarik padanya, ataupalingtidak sorot matanya akan bentrok untuk sekiankejap. Iatelah
membuktikan di berbagai tempat, bahkan ketika masih ikut-ikutan di ba-gian artistik produksifilm,tak
sedikityangtergaet dengannya. Termasuk artisyangsedang laris, mengajak minum-minumdan
menye-kapnya selama tiga hari -sebelumpasangan tetapnyadatang. Iamenikmati betul semua
ke-unggulan tubuhyangdimiliki. Mulai dari wajah keras dengan alis tebal, sampai rambut di bagi-an dagu.
Tak adayangmengatakan bahwa diri-nya tidak tampan. Tak adayangmengatakan dirinya bukan potongan
bintangfilm.Tak ada pramuria kelab malamyangtak melirik dan berbisik dan mengusiknya-jikaia datang
ke tempat itu. Bahkan di sekolah menengahpunsiswi-siswi akan membalas sorot matanyayangnakal.
Dengan sedikit mengangkat dua alis matanya, kontak terjadi. Tinggal melanjutkan dengan komunikasi.
Tapi sekarang keunggulan wajah dan tubuh-nya tak mendapat reaksi apapun.
Dingin dan percuma.
Iatahu betul, karena ia mengetahui persis reaksi setiap wanitayangditatapnya. Mengiya langsung dengan
senyuman, atau sebaliknya. Melengos dan pura-pura tak mengenal dengan menjadi sangat ketus sekali.
Baginya itu reaksi dari sikapyangsama. Terkena sentuhannya. Karenayangmendadak memperlihatkan
sikap ketus, akan berubah kalau ia mendekati dan ada kesempatan mengobrol. "Kenapa kamu
kelihat-annya tak mau melihat padaku?" adalah sebuah pembukayangbiasanya ampuh. Karena si wanita
angkuh akan mengerutkan jidat sambil berkata, "Kapan? Saya nggak ingat."Dan yangberikut-nya adalah
percakapan dengan bahanyangsama, tetapi lebih mengasyikkan. Sampai dengan no-mor telepon, dan
lanjutanyangbisa diterka. Se-dikit melambung dalampembicaraan, berkencan, dan ia mulai bosan atau
sudah bertemu denganyanglainnya.
Atau kalau situasinya seperti sekarang ini, biasanya si istri akan menunjukkan kemanjaan pada suaminya.
Atau sebaliknya, menjadi sangat memanjakan suaminya. Kalaupun bukan sua-minya, halyangsama akan
diperlihatkan. Ka-laupun dengan sahabatnya sesama wanita, akan menjadi deras obrolannya, disertai
gerakan ta-ngan ke arah rambut, atau memperlihatkan apayangberlebih: cincinnya,jamtangan, tas, sepatu,
anting, ikat pinggang, kucing, keponakan, tem-pat pesiarnyayangterakhir.
Selalu begitu.
Kecuali sekarang ini. Istri Babeh nampak sangat wajar, biasa-biasa saja,normalgerakan danreaksinya. Ia
benar-benar seperti tak percaya pada dirinya. Sekaligus ingatannya membongkar masa lampau, kira-kira
wanita seperti istri Babeh ini di mana pernah ditemui. Rasanya belumadayangtipenya bisa mirip atau
dimirip-miripkan. Dari sekian banyakyangdikenalinya dengan intim, tak adayangmengingatkan pada istri
Babeh. Kecuali, barangkali saja, pada potret-potret tua, baik dalambungkus jamu, atauyangbiasa dilihat
di majalahyangmenceritakan putri-putri Keraton.
"Lu, jangan sembarang ngomong. Kenal juga kagak. Bagaimana maumutusin?
Ngent... lu!"
Agaknya, temanyangmerasa tatonya agak keren tidak mengizinkan masuk ke dalampem-bicaraan.
Dengan memotong habis segalayangdimiliki.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Iya, Beh. Icung inikijang singkong. Heh, kont... lu gede-gedein nggak bikin orang takut. Tahu nggak?"
Jidat Icung didorong dengan tiga jari. Cu-kup keras, karena kepalanya dan badannya ikut bergoyang.
"Lu anak sund... juga sih.
Baru dua kali dibui, lagaknya sudah begitu. Gue sudah tujuh belas kali. Tanya Babeh kalau nggak
percaya. Kalau lu ngomong gitu, sama juga ngecilin gue. Ngent... sih lu!"
Kali ini disertai dengan tendangan ke arah tulang kering. Icung tak bereaksi. Akan tetapi, darahnya
berdesir lebih cepat, dan dadanya te-rasa nyeri. Inilahyangditakuti. Setiap kali dada-nya berasa nyeri,
setiap kali pula ia membuat keputusan harus melakukan apa, dan setiap kali pula dijalankan. Seperti
ketika bertatapan dengan ibu artisyanglaris, dadanya juga berdesir.Dania tahu apayangingin dilakukan,
dan melaku-kan siang itu juga, ketika seharusnya ia berada di lapangan.
Juga kali ini. Kalimat, "berarti lu ngecilin gue", adalah ungkapan dari sakit hatiyangtak tertahankan.
Dengan demikian Icung dianggap menghina, mengecilkan, dan tak menganggap sama sekali.
"Dua kali lu jugapaling 365."
Icung makin merasakan desiran di dadanya. Di antara para preman,365atau pasal mengenai pencurian
tidak pernah dianggap kelas tinggi. Posisinya jauh berbeda dengan pasal328, yangmenyangkut
pembunuhan. Apayangdidengar Icung tentang lelakiyangmenendang lagi ini me-mang benar. Lelaki di
depannya ini namanya dihubungkan dengan kasus perampokan, pembu-nuhan dan sekaligus perkosaan.
Di seluruh Kam-pung Rabuyangsama tingkatannya dengan dia tak lebih dari dua puluh orang -tidak
termasuk Warnoyangbaru bebas dari Nusa Kambangan.
Babeh tak bereaksi.
Istrinya menuang lagi ke cawanyangbaru saja kosong, karena isinya dihirup nikmat. Sa-ngat nikmat,
meskipun teh panas dan udara panas, membuat kipas jadi lebih lecek di geng-gaman.
Babeh tak bereaksi.
Pertengkaran saling mengecilkan selalu ter-jadi. Sebenarnya bahkan kurang dari itu. Siapa sajayang
menenggak ao, menenggak bek, atau apa sajayangmembuatnya mabuk, bisa mela-kukan apa saja.
Sedikit sentuhan saja, segala kemungkinan bisa terjadi.Dansesungguhnyalah keberanian, kenekatan,
kesempurnaan tindakanyangkemudian terasa mengerikan hanyalah ke-beranian semu. Karena berlindung
di balik kea-daan mabuk. Tak pernah lebih.
Icung sebenarnya tidak termasuk peminum, untuk ukurankelompoknya. Iabelumpernah se-lama
seminggu terus-menerus dalamkeadaanfly,dan mabuk berkesinambungan. Itu sebabnya temannyayang
bertato dengan warna merah bisamerendahkan. Iakalah jauh dibandingkan de-ngan lawan bicaranyayang
bisa bercerita enak-nya penjara Sukamiskin Bandung di mana nasi-nyapunterukur beratnya. Bisa
menceritakan keadaan bui bawah tanah di KalisosokSurabaya,dan terutama diCirebon-yangbagi preman
Jakartamerupakan neraka kecil. Karena selalu dimusuhi oleh sesama tahanan, dikucilkan, dan harus
mengakui takluk sebelumbenar-benar mengakui kalah.
Kelebihan Icungyangtak dimiliki siapapundi Kampung Rabu adalah keberadaannya me-nimbulkan rasa
aman. Tak ada korbantotokan, atau todonganyangmenduga bakal kena totok. Penampilan Icung
sedemikian mempesona, sehingga korban baik lelaki maupun perempuan, sama sekali tak menyangka
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bahwa teman-teman Icung akan bereaksi cepat. Atau juga Icung. Dengan parang, pisau komando, sabit
atau bah-kan pisau dapur, Icung bisa melakukan dalamgerakanyangsama. Mencabut dari balik baju, di
kaki,atau terbungkus koran dan menodongkan tepat di sebelah bawah rahang kiri. Pada saatyangsama
tangan kirinya mempreteli cepat apayangdipakai: kalung,jamtangan, anting, dom-pet, uang, kacamata,
cincin, pulpen, korek api, hanya dalamwaktu kurang dari satu menit bisa berpindah. Apayangdilakukan
berikutnya ada-lah tergantung suasana. Kalau korban melawan, ia tinggal tusukkan, atau menyodet
bagian mana saja. Kalau korban terbengong dipreteli, ia bisa segera menyelip di antaramassa, berbaur
de-ngan kerumunanyangada. Kemudian tinggal menuju salah satu warung atau kios. Melihat ha-sil
buruannya, menyisihkan dan menjual saat itu juga pada warung atau toko di sekitar tempatnya
beroperasi. Semua hasil buruannya bisa diuang-kan dengan kurs sampai dengan harga seper-empat dari
yangresmi. Setelah pembayaran se-lesai bisa dilanjutkan kembali, berada di tempat semula sambil
mengamati sekitar, kalau-kalau ada korban berikutnya. Biasanya selalu ada. Sehingga dalamsehari, ia
bisamutusin tiga atau empat kali. Kecuali hari Rabu, hariyangdiang-gap sepi karena malamharinya ada
penarikan undian SDSB. Bagi kelompok tertentu, itu hari operasi ke penjual kupon, dan menyatroni
secara langsung. Hanya saja akhir-akhir ini kegiatan seperti itu mulai terendus, sehingga tidak aman lagi.
Icung tidak termasukyangmenyatroni pen-jual kupon dan nasabahbank.Dirinya masih kelasmaraton,
kelas jalankaki.Untuk kelas itu bukan hanya memerlukanranmor-kendaraanbermotor-yangbisa disewa
denganplatnomor gampang ditekuk tanpa patah, melainkan harus mempunyai kelompok. Kalau tak
bergabung dalamsuatu kelompok, akibatnya lebih parah. Karena kelompokyangmenguasai teritorial
tertentu akan melibasnya habis. Karena kelom-pokyangmenguasai barang tertentu-jamta-ngan merek
Rolex-merasa dicampuri urus-annya. Itu seperti juga mengundang perang di dalamrumah. Sebelumalat
mengetahui, pim-pinan kelompok tertentu sudah bisa menyele-saikan secara tuntas. Icung mengetahui
bahwa kelompokyangmenguasai secara teritorial dan kelompokyangmenguasai jenis barang saling
pengertian. Bukan dalamartian berbagi hasil, melainkan saling mendiamkan saja. Aturan pokoknya,
selama tidak keterlaluan. Seberapa jauh ukuran menjadi keterlaluan atau masih da-lambatas wajar, tak
pernah ada.
Sebenarnya Icung sudah didekati salah satu kelompok, dan mengajaknya sebagaipenerjun. Bahkan
seorangpilotpengendara motor, yang palingbeken saat itu dengan senang hati meng-ajaknya untuk
menjajal. Ini semua karena faktor wajahnyayangtampan, dan kemungkinan kor-ban tidak curiga sama
sekali. Faktor ini sangat menentukan dalamoperasi. Semakin tidak ter-duga, semakin besar
kemungkinan untuk sukses. Dalamwaktu kurang dari tiga menit sudah bisa kabur.Danseorangpilot yang
baik tak akan me-ninggalkan kawan meskipun sudah dikepungmassa. Hanya dengan menyabet kiri
kanan tak menentu,massayangbagaimanapun buasnya akan mundur. Dengan mengeraskan bunyigasdan
menerjang maju,massaakan tersibak dengan sendirinya.
Pemilihan peranpilotataudriveratau pe-ngendararntr, tidak sesederhana menentukanpenerjun. Karena
seorang tukangtotok maraton bisa saja diajak karena apayangdilakukan tak jauh berbeda. Apakah
dengan berjalankakiatau turun darimotor.Sedangkan seorangpilotditun-tut syarat lebih banyak.Yang
pertama, tentu saja bisa mengendaraimotor.Ini saja sudah meru-pakan seleksi ketat. Lalu harus
mengetahui ja-lan-jalan diJakarta,dalampengertian jalan ma-na harus dipotong dan jalan manayangrelatif
lebih aman untuk melawan arus pada satu ju-rusan.Dansyaratyang palingmenonjol tentu saja ketenangan
dan kesetiaan. Ketenangan saat kawannya beroperasi, ketenangan saat melarikan temanyangmungkin
kena sabetan clurit atau peluru, dan kesetiaan menunggu. Dalamkeadaan bagaimanapun terjepitnya,
seorangpilotharus tetap menunggu sampai penerjun berada dalamgendongannya.Yangterakhir ini,
meskipun be-lumdibuktikan, beberapabapak-bapakan me-milikipiling.Bapak-bapakan, pimpinan suatu
kelompok, selalu diakuifeelingnya dalamme-nentukan rekrutmen anggota. Sebab di sinilah nasib seluruh
kelompok dipertaruhkan. Seorang anggota baru, kalau sudah diakui dan dipilih masuk, dengan sendirinya
memiliki hak-hak is-timewa. Hak diajak melakukan operasi, dan kalau terbukti bisa diandalkan akan
selalu diajak. Hak untuk menikmati hasil. Meskipun hanya du-duk-duduk di markas, kalau adabasilpasti
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
ke-bagian. Apalagi kalaumeledak, hasilnya be-sar dan di luar dugaan.Palingkering akan diser-takan
untukhepi-hepi. Inilah saat seluruh ang-gota kelompok menikmati hari-hariyangindah secara
bersama-sama. Makan di restoranyangmenurut ukuran merekapalingmahal, pergi ke Ancol, nontonfilm
beramai-ramai, sampai ke-mudianniup atau minumbersama, dan atau sam-bil berjudi. Pada saat
happy-happy, mereka sama sekali tak bekerja walaupun di jalan menemukan kemungkinan untuk itu.
Kebersamaan menyatu secara luar biasa, karena duityangdibagi itu bisa terus berbagi dalamsuatu
permainan judi,yangsatu membayari makanyang lain,atau usul ting-gal di sebuahhotelber-ac.
Tawaran kelompok mtr jauh lebih bergengsi dibandingkan dengan premanmaraton.
Terlalu sederhana dan terlalu kecil risikonya, kecuali tentu saja kalau sedangapes. Motorter-jatuh atau
terlalu mabuk. "Tetapi dalamhidup, pasti ada apesnya. Tinggal kapan jatuhnya me-nimpa kita saja."
Kalimat penghiburyangse-kaligus juga kekuatan itu mengiringi setiap kali ditangkapmassa, dikeroyok dan
dibawa ke kan-tor polisi terdekat. Icung mengalami di masa awalkariernya. Iabegitu gugup sehingga
barangyangsudah diambil masih diminta lagi. "Serah-kan semuanya atau mati kamu." Barang sudah di
tangannya tapi ia masih menodongkan terus, dan beberapa orangmeringkusnya. Iadibawa ke kantor
polisi dan merasa tulang hidung,kaki,dan telinganya tak bisa bereaksi. Betul-betulapes. Iadiajukan ke
pengadilan, dan keberuntungan berpihak padanya. Korbanyangmenjadi saksi dalampersidangan ternyata
tidak mengenali. Tidak yakin bahwayangdidakwa itu peno-dongnya.Bb,barang bukti, tidak ada. Entah di
mana. Hakimmemutuskan sesuai dengan masa tahanannyayangtiga setengah bulan. Namun juga dalam
waktu sependek itu, Icung sudah mentato tubuhnya, sudah mengenal banyak, ter-masuk salah satunya
mengenali dengan baik polisi wanitayangbertugas disana. Bahkan sem-pat dua kali mengirimi makanan
dan pakaian kerumah tahanan ketika Icung dipindahkan.
Masuk buiyangkedua, ia sempat berkenalan dengan Meong,yangketika bertemu lagi di luar, mengajak
mampir ke Kampung Rabu. Di situlah Icung berkenalan denganyang lain, yangseba-gian sudah dikenal,
sebagian lagi belum, dan mengetahui bahwa sebagian terbesaryangper-nah diomongkan Meong di dalam
bui, tak ada kebenarannya sama sekali. Meong mengatakan bahwa seluruh Kampung Rabu
mengenalnya, ternyata tidakbegitu. Iapernah mengatakan be-kerja di sebuah pabrik dan dengan
nongkrong saja mendapatkan seratus dua puluhlimaribu sehari, ternyata pabriknya tidak ada.
Pacar-pacaryangmengkhianati dan tak mau besuk bakal dilibas satu demi satu, ternyata tak dilakukan.
Bahkan lokalisasi tempat pelacuran di dekat setasiun kereta api saja, tak segera dikenalnya. Juga
germo-germoyangdikatakan suka mem-berikan minuman, kain sarung dan meyediakan'barangbaru' untuk
diresmikan -dan tak akan dipekerjakan sebelumditiduri- tak adayangmengenalnya. Bahkan ketika ia
mengatakan dirinya bernama Meong,yangdiajak bicara tidak menunjukkan mengenal nama besarnya.
"Yeee, sayakanabang-abangandi Rabu Indah ini."
Meong masih membanggakan diri dengan menyebut sebagai abang-abangan, atau abang, atau pelindung.
Artinya, jika paramoler-para pelacur- terkena urusan, Meong-lahyangmenghadapi. Baik perlakuan
kasar dari premanlain,atau berurusan dengan germo, atau pacar tetapaliaslangganan, atau juga dari
pemuda.Yangterakhir ini untuk menyebut pegawai DKIyangmengadakan kontrol.
"Abang-abangan apa.Ra ngandel," jawab pembantu tua di rumah itu tanpa menoleh se-dikitpun.
"Abang-abangan kokngomonge Rabu Indah. Kalau pengalaman ya ngomongRI."
Meong benar-benar tewas.
Wajahnya pias. Seorang mbok-mbokyangbekerja sebagai pembantu,yangmencuci pakai-an,
menyediakanairdalamember,menjatuhkan dengan omongan Jawayangberkerak.Danapayangdikatakan
teramat telak.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Daerah pelacuran, baikyangresmi maupunyangbelumatauyangsudah dibubarkan, selalu mendapat nama
tambahan Indah di belakangnya. Kalau terletak di daerah Pejompongan, nama daerah pelacuran itu
menjadi Pejompongan Indah. Demikian juga pada wilayahlain.Akan tetapi, jarang sekali menyebutkan
secara leng-kap. Cukup denganPI, HI,Halimun Indah, atauRI.Bahkan kalau nama itu kurang
menyenang-kan untuk telingayangwaras, tidak dipersoal-kan benar. Seperti juga kenyataannya bahwa
lo-kalisasi itu sebenarnya sudah tidak masuk ke-lurahan Rabu, namanya tetap saja Rabu Indah. Bahwa
nama Rabu sendiri sudah suatu sing-katan, juga tak dipersoalkan siapa-siapa.
Meong benar-benarkacau. Iamelarikan diri ke mabuk berat, tiga hari berturut-turut hanya mengulang
kalimatyangsama. "Cung, Meong mohon, jangan ceritakan sama siapa-siapa ya? Ya? Ya? Ya?" Icung
menjawab menyanggupi dua puluh kali di hari pertama, dan esoknya serta esoknya lagi hanya menjawab
dengan angguk-an malas.
Anggukanyangbeberapa kali itu tetap sama ketika Meong mengubah dangan pertanyaan:
"Lu nggaknganggep gue kecilkancung?
Nggakkan?
Nggak ya?
Bener Cung?
Bener ya Cung?"
Untung Meong berada dalamkeadaan 'tan-pa beda' -istilah keadaan mabukyangtak bisa membedakan
cantik atau gembrot, menarik atau menyebalkan dalammemilih pasangan tidur-dan tak tahu Icung
mengangguk untuk perta-nyaan mana dan menggeleng untuk apa.
Namun sebenarnya Icung tak merasaterpengaruh. Iamerasa senang bisa dekat dengan Meong.Ada
sesuatuyangsangat menarik dan membuatnya merasa menemukan sesuatu pada diri Meong. Sesuatuyang
tidak dimiliki, yaitu perasaan memiliki kakak dan adik sekaligus. Ini lebih berpengaruh pada dirinya, dan
bukan ke-tika berada sama-sama dalambui. Memang, di bui Meong serasa hidup, bisa berjaya. Meong
sangat ditakuti, sangat disegani dan benar-be-nar pantas mendapatkan julukanbrengos.
Pe-muka-pemuka blok, para napi atau tahananyangdiserahi menjadi pengawas dan bertanggung jawab
blok di mana ia tinggal,yangjumlahnya lebih dari30orang itu mengenal dan selalu me-nyediakan rokok,
kopi, mi, atau apayangdimin-ta. Meong bisa berkeliaran -padajamterten-tu- sementarayanglainnya sudah
harus berada dalamselnya masing-masing. Di kamarnya ada tiga buahradio,empat celana jins, dan selalu
saja adayangdatang untuk memberikan sesuatu padanya jika dikunjungi keluarganya. Meong juga ramah,
membagikan rokok, kopi, sabun, minyak tanah, keperluan apayangdiminta oleh siapa saja bisa
disediakan. Kalau adayangmeng-ancamsiapa, siapapun yangmengancambiasa-nya bisa diselesaikan
cukup dengan satu kali-mat: "Diaadik-adikan gue, jangancolek."
"Ngent... Lu, pergi sono dah," kata Meong kesal ketika tahu Icung dilamar bergabung. Kesal karena
dirinya tak pernah ditawari selama ini.
"Ntar-ntaraja..."
"Ntar-ntar nanti terlantar.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Udah, janganbelagu. Hati lu, gue juga tahu. Ngent... lu."
Dulu, pertama kali mendengar cara Meong mengucapkan kata-kata tambahan sebagai pe-nekanan apa
yangdikatakan, Icung merasa se-nang. Katayangbegitu keras, menyakitkan, sembarangan, tapi akrab dan
tak bergetah.Yangdimaki tidak merasa sakit hati, sementarayangmengucapkan jauh lebih tinggi.
Namun Icung tak menipudin,bahwa ke-sannya pertama kali jumpa dengan Meong tak berubah banyak.
Hati kecilnya mengatakan bahwa ia bisa akrab dengan Meong. Nyatanya begitu. Icung tidak sakit hati
sewaktu di dalambui ia dikatakan sebagai piaraan Meong. Icung tak membantah terang-terangan atau
sembunyi-sembunyian. Tak bereaksi sedikitpun.Itulahyangmembuat Meong pernah merangkulnya,
menangis, padahal tidak dalamkeadaanbeler.
"Kau nahuin, tapi kamu nggak ngecilin aku.
Kau baik sekali, Cung.
Aku bilang kali ini,kalang tanah. Kalau sam-pai darahmu mengalir, darahku mengalir juga. Kalau ada
yangmencolek kamu, akuyangakan mati lebih dulu.Yaosu. Sumpah. Kalang tanah."
Dengan carayangluar biasa, Meong melin-dungi Icung. Kalau ia dapat sebungkus rokok upeti -ini
termasuk istimewa karena biasa-nya hanya dua batang, pastiIan-sung diserahkanIcung. "Simpan dulu,
tangki kitapol, nggak mbrebetlagi."
labenar-benar merasa sangat terjamin. Se-cara fisik, dari terkaman napiyang lainmaupun dalamsoal
makanan.Tangki pol, betul-betulfulltank"Jakarta Bali",istilah sepotongyangmeng-gambarkan bis antar
kotayangbensinnya pe-nuh sehingga bisa menempuh jarakJakarta Balitanpa henti.
Icung senang, akrab dan seperti pernah di-rasakan ia menemukan seorang kakak,yangmelindungi,yang
menunjukkan arah, tapi juga sekaligus seorang adikyangmempunyai cacatyangdikatakan kepada kakak
yangdihormati.
Kalau ada perasaanlaindariyangdialami selama ini bagi Icung adalah merasa tidak enak dikecilkan di
depan istri Babeh. Sesuatuyangbelumpernah dirasakan sebelumnya. Icung menduga-duga sendiri kenapa
sekarang ini pera-saannya tersinggung.
Aih, pandangan matayangbulat, teduh, dan juga tak membalas perhatian sama sekali. Babeh tak
bereaksi.
Tetap berkipas dengankoran lecek.
Juga ketika di ruangan itu secara tiba-tiba muncul seorang lelakiyangbertelanjangdada,tanpa memakai
alas kaki.Dari dadanyayangterbuka terlihat jelas bekas codetan, bekas ope-rasi, serta tato bergambar
wanita telanjang se-dang meneteskanairmata. Tulisanyangjelas segera terbaca adalahfree-york, seakan
mau menegaskan asalnya dari kawasan Tanjung Priok.
Lelaki itu dikenal sebagai WarnoVictor.
2
W
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html

ARNOViktor adalah namayangcukup dikenal di Kampung Rabu, segera berbeda dengan nama Warno
yang lain,atau Viktoryang lain.Nama sebenarnya,yangsesuai denganktp, takadayangtahu, karena Warno
Viktor sendiri tidak pernah menunjukkan memiliki kartu tanda penduduk. Dalamhi-dupnya boleh
dikatakan ia tak pernah mem-pergunakan ktp. Tak adayangmenanyakan, seperti juga tak adayang
merasa perlu mena-nyakan kenapa nama Viktor ditaruh di belakang nama Warno, atau kenapa nama
Viktor dipilih. Seperti juga ketika memakai nama SlametbinSumaryani. Beragamnya nama, sama dengan
beragamnya jawaban kalau ditanya tempat dan tanggal lahir. Tempat lahir, ia bisa menjelaskan dari
Kulon, meskipun tak bisa bahasa Sunda - kemudian ia mengaku bahwa waktu kecil su-dahdiajak pindah
pamannya keSumatra.Me-ngaku asliJakarta,SurabayaatauMedan. Tang-gal lahir iapalingsenang mengaku
1Januari atau17Agustus, sedangkan tahun kelahirannya bisa dipilih lagi. Kalau nantinya ingin berada diLP
TangerangLama,ia akan mengaku umurnya masih di bawah21tahun. Semua terjadi dengan sendirinya,
dan soal tanggal atau tempat lahir dipilihnyayangmemudahkan daya ingatnya ka-lau diprosesverbaloleh
polisi. Soalnya kalau lupa menjawab atau keliru, bisa berarti dang-ding-dung,aliaspukulan atau tendangan
atau keplokan di tubuh atau kepala.Yangjuga sama mudahnya adalah mengatakan alamatnya num-pang
di rumah kawan, di Kampung RabuGang VII,dekat perempatan, sebelah bengkel mobil. Warno Viktor
sering berada disitumemang, sebuah mesjidyangnyaman untuk berteduh ka-la panas.
Pertanyaan rutinlainadalah beberapa kali masukpenjara. Iatak ingat persis, sekitar sem-bilan kali atau
tiga belas kali,yangjelas kurang dari dua puluh kali. Perasaannya mengatakan begitu.Yangjelas diingat
adalahlimakali Le-baran di dalam, danlimakali pula merasakan Tahun Baru di dalam. Warno Viktor ingat
karena di dalamada pesta, ada makan, ada panggung, ada kemeriahan sesaat. Tapi itu juga tak berarti
banyak, karena ia bisa selalu menjawab bahwa ia baru masuk sekali ini. Kalaupun polisiyangmemeriksa
sudah dikenal, ia tak ditanyai ma-cam-macam, mereka sendiriyangmenulis sekali atau tiga kali. Tak
pernah ada surat-surat atau dokumentasiyangmemperkuat berapa kali ia ditahan, karena surat-surat itu
tak pernah bisa ditemukan. Meskipun ia ditanyai, dipotret sambil memegangi nama dan pasalyang
dilanggar pa-da papan liitambertuliskan kapur, catatan itu hilang entah di mana. Mungkin malah tak
per-nah dicetak. Juga sidik jariyangdibuat sampai sepuluh jarinya berlepotan tinta tak menun-jukkan
jejaknya. Semudah menghapus dengan kertas buramyangada, tak ada bekas. Kalaupun ketahuan
ternyata pernah masuk,palingcuma dang-ding-dung.Adayangringan, pukulan sayang seperti digetok pakai
sepatu, daun teli-nganya dijepret pakaistaples,ditendang, disabet dengan rotan atau pegangan kayuyang
somplak. Darah mengucur, ia berteriak-teriak minta am-pun, dan sebelumseminggu bekasnyapunsusah
dicari untuk diceritakan.
Yangmembuatnya sulit mengelak adalah tatoyangmenempelkulitnya. Iaselalu lepas baju, lepas celana,
hanya mengenakan celana dalamsaja.
"Ini tato dibuat di luar, Pak."
Dang-ding-dung.
"Goblok lu. Sayakantahu tato mesin atau tato tangan. Tintanya jugalain."
Plok. Dang-ding-dung.
"Ya, Pak. Ampun, Pak. Di buat di dalam, Pak."
Dang-ding.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Lalu disambung dengan nasihat panjang, pendek, menggemaskan, menyudutkan,yangdijawabi dengan
banyak anggukan atau diammendengarkan. Dengan wajah permohonan, penampilan tak berdaya sama
sekali, penyesalan seumur hidup,clang-cling-clungtak akan ber-ulang, ataupalingberhenti pada dang-ding,
atau malah dang saja. Satu plok.
Waktu ditangkap juga mempengaruhi bunyiclang-ding-clung.Warno Viktor ingat betul, kare-na itulah
pertama kalinya ia menggunakan na-ma Warno Viktor. Saat itu hari Kamis, di mana hari Jumat
merupakan hari libur nasional. Berarti hari Sabtunya adalah hari kejepit. Banyak petugas piketyangmalas
mengaplus. Lebih ce-laka lagi, saat itu ia dibawa ke PoldaMetroJaya -karena ia tangkapan'laki-laki
susah', untuk menyebutLaksus- menjelangpukul enamsore.Warno Viktor merasa naasnya bertumpuk.
Bukan soal apa, aplusan petugas piket biasanya pukul delapan malam. Jika ia diserahkan duajam
se-belumpergantian piket jaga, petugaslamamalas membuat prosesverbal.Karena makan waktu hampir
duajam.Pastilah diserahkan kepada petugasyangbaru,yangmengganti aplus. Petu-gas baru biasanya juga
uring-uringan, karena baru masuk sudah ada pekerjaan menunggu. Si-al lebih dalam, karena esok hari
libur nasionalyangberarti banyakyanglebih malas. Ini arti-nya, ia diserahkan hari Kamis malam, dan baru
diperiksa hari Senin. Berarti juga selama Kamis malam, hari Jumat, Sabtu, Minggu, sampai Senin masih
berada di lantai ruang kerja. Belumdiproses dan dimasukkan ke dalamsel. Kalau petugasnya tak mau
repot, tangan Warno Viktor akan diborgol dikaitkan dengan kursi. Rasanya akan kencingpunsusah,
karena minta izin, diantarkan dan bisaclang-ding-clung.Tidur juga tidak bisa nyenyak karena meskipun
sambil du-duk, selagi lelap bisa-bisa kena gajul sepatu keras.
"Tidur saja. Mau mengumpulkan tenaga buat lari ya?"
Tidak menjawab.
Dang-ding-dung.
"Tidak, Pak."
"Pasti iya. Begitu saja nggak mau ngaku."
Dang-ding-dung.
Sempurnalah kesialan Warno Viktor saat itu, karena ada delapan kijang, tangkapanlain.Ini juga tidak
biasa, karena biasanya malamMing-gu atau hari Minggu lebih ramai. Hari Kamis boleh dikatakan sepi.
Kecuali sekarang ini, se-pertiyangdidengar anggota Sabharayangingin mengadakan tangkapan banyak,
karena ada teguran dari atasan bahwa selama ini tak per-nah ada pekerjaan. Ini disadari karena hanya
dirinyalah tangkapan dari Laksus, dan terutama sekali rambutnya dibotaki sepertiga.
"Pemeriksaan mahal," kata temanyangdi sebelahnya.
Itu artinya keras dengan banyak dang-ding-
dung,yangbisa-bisa patah tulang kering. Atau bisa juga ke blok "berjalan dengan pantat", karena tak
kuat berdiri.
"Manayangpiket cuma seorang.Tikus klimis lagi."
Itu artinya polisi baru. Polisi disebut dengan tikus, dan klimis artinya belumtumbuh kumis. Masih ijo.
Yangbegini, biasanya masih nafsu untuk dang-ding-dung, masih bersemangat de-ngan gairah penuh untuk
mengadu kekuatan. Mungkin penyaluran kekesalan selama masa pendidikanyangtertekan, makin mencari
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
namaagarditakuti.
Warno Viktor mengenal betul, karena meski-pun ia "anak Utara", lebih sering beroperasi di wilayah
Pusat, dan Iangganan tangkapan Laksus untuk diserahkan ke Polda. Piket Panah3.0.,biasanya terdiri dari
dua anggota. Mereka inilahyangbertugas menerima kijang, membuat prosesverbal,membuatkan selembar
kertas merah untuk menahan selama20hari. Meskipun ada petugaslain, yangpiket ruang atau piketbb,
ba-rang bukti, tak akan menggubris. Bahkan kalau ia tertangkap mencuri sekalipun, belumtentu
diserahkan keunitpencurian. Tetap diproses oleh petugas Piket Panah3.0.
"Iniabal-abal semua."
"Bakalankuruuus, Nyong!"
Warno Viktor maklum, dan siap-siap me-nenggakbkyangmasih bisa diselamatkan dalamlipatan celana.
Kalau bisa beler, dang-ding-dungnya tak akan terasa.
Abal-abaladalah sebutan untuk kelompok teri, kelompokcecere,yangtak ada apa-apanya. Dari sisi
petugas, mereka ini adalah kelompok `anak hilang',yangtak akan dijenguk atau di-usahakan untuk keluar
oleh keluarganya dengan tebusan. Kelasyangmereka curi juga sejenistape,radio,pesawat teve, atau
kalaupunnotok, bbnya juga sudah tak ada. Didesak dengan per-tanyaan ke mana barangnyayang lain,
selalu akan dijawab sudah dijual, danyangpenting duitnya sudah habis buat minum-minumataumain
cewek. Sehingga diperaspuntak akan mengalirkan lembaran biru ribuan. Mereka, kaumabal-abal ini juga
bukanbumperatau adayangdiangkataliasdilindungi, sehingga hidup-nya terjamin dari luar. Kalaupun
diusut-usut terus ke mana barang dijual,agarbisa dikem-bangkan dengan kasus480 yangmelibatkan as-
bakatau penadahyangbiasanya banyak duit, jugasusah.Asbak mereka sembarangan, dan kalau dilacak
hanya akan menghabiskan ong-kos saja. Itu berarti mereka bakalan kuruuus,aliassengsara. Sedangkan
sebutan Nyong hanya memudahkan saling memanggil saja, tak peduli dariAmbonatau Ambarawa. Nama
panggilan itu lebih aman, karena kalau menyebut nama sepertimengembet namalain yangbisa dikenali
apalagi saat beroperasi.
Yang palingenak kalau ditangkap, dikum-pulkan bersamayangterlibat kasus303.Kasus perjudian selalu
lebih mewah, lebihglamor.Ka-renayangditangkap adalah merekayangberani pasang badan, meskipun di
situmengaku cu-kong atau direktur pemilik atau penyewa ruang. Mereka ini meskipun sebenarnya kelas
abal-abal, tapi `uang jaminannya' selalu ada. Sehingga baru dalampemeriksaannya saja, rokoknya
sebung-kus, dan makannya dapat nasi bungkus dari warungPadang. Lebih dari semua itu suasana
pemeriksaan juga lancar, diiringi tawa sahabatlama yang lamatidak bertemu.
"Kok bisa masuk. Memang kenapa?" "Tahu, Pak. Kata Pak Edi hari Sabtu ada razia."
"Lu sih peryaca Edi. Diakannggak diunitJudi &Susila lagi.Eh,manaAHong?"Tapi malamitu tak ada
kasus303.Tak mem-buka ke arah480.Semuanya, sekilas seperti363, 365,atau kena undang-undang
darurat seperti dirinya,yangtertangkap basah karena memba-wa senjata tajam.
Warno Viktor tambah dag-dig-dug, ketika po-lisiyangberpakaian preman itu memandang ke arahnya.
Wajahnya masih muda, masih segar, lebih sering mengelus rambutnyayangkelihatan berkeringat,
bersamaan dengan tarikan napasyangdalam.
Yangbegini biasanya termasukkiller,dan sukayanganeh-aneh. Mempraktekkan apayangselama ini
didengar dari polisiyanglebih ber-pengalaman. Misalnya menyuruh menangkap cicak, dan harus ditelan
hidup-hidup. Terus te-rang ini membuat keder. Bukan karena jijik, karena kalau tak mau mengaku bisa
menelanyanglebih menjijikkan yaitu kotoran temannya, atau ulat buluyangmasih hidup. Menelan cicak
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
hidup membuat ngeri, karena menurutyangmengalami, ekornyayangmasih bergerak-ge-rak tetap hidup di
dalamperut, dan katanya lagi kalau menyenggol saraf menyebabkan ke-lumpuhan. Warno Viktor tak
tahu persis bagai-mana prosesnya tapi percaya saja, karena banyakyangmenjadi lumpuh selama dalam
tahanan. Terbanyak, malah.
Polisi muda itu membuat catatan di buku pi-ket, dengan penggaris dari pegangan kursiyangbenjol-benjol
dan masih terciumbau darah. Baru memeriksa lp, laporan polisi, satu demi satu, memandangiyang
berderet di kakinya.
"Siapayangnamanya Warno Viktor?" "Saya, Pak."
"Apa?""U, u, u."
"Barusekali ini?"
Warno Viktor merasa dilucuti dengan per-tanyaanyangsebenarnya selalu menjadi jawab-annya. Tapi
karena sudah terbiasa berdusta, ia mengangguk saja.
"Siapayangnamanya Evi MulyanialiasJa-brik?"
"Saya Pak," jawab Jabrik.
"Susahyacannamalain?
Siapa UdinbinUdinbinUdin?Oh,kamu? Ini siapa, Laksono Tjun? Siapa HendrikThomasRegen?Oh,rada
mirip. Kamu siapa? Nyong-nyong Bego? Siapayangberi nama itu? Orang-tuamu? Bukan? Ooo? Kamu
Soleh SiregaraliasSutunaliasJulung-julung? Nggak bisa bahasa Batak? Tahu nggak kalau Siregar itu nama
marga Batak? Kok diamsaja..."
Dang-ding-dung.
Tidak! Tak ada itu. Tidak juga suara mening-gi, hanya nadanya terkesan berat.
"Kita bermalamdi sini sama-sama. Saya tahu kalian bajingan busuk, tengik... karena kalian ingin
diperlakukan sebagai manusia, bersikaplah sebagai manusia.
Cerita saja apayangkalian lakukan.
Jangan coba lari kalau saya ketiduran. Jangan coba sembunyikan sesuatu. Kecuali kalau cara ituyang
kalian kehendaki. Memukul kalian juga bikin tangan sakit. Makanya saya tak mau risi-ko. Saya dor saja.
Kalian tak adayangmengurus. Ktp tak punya, ditangkap tak adayangmencari, maudelapan-enam dengan
saya, duit kalian juga cekak.
Sini kamu, Warno Viktor. Anak mana kamu? Betawi asli?Palembang? Arek ya? Jangan semua
diangguki.
Duduk.
Polisi pemeriksa itu menghidupkanht,sese-kali menjawab telepon, dan merokok. Sepatunya dilepas, tapi
tidak untuk memukul. Tangannya keras tulangnya, tapi ditekuk-tekuk sendiri, punggungnya bersandar
lemas.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Di tengah suaraht yangselalu grak-grek, udarayanggerah dan suasana lengang sebuah kantoryangsepi,
Warno malah tenangsekali. Iamenceritakan rumusanyangsudah dihafal di kepala. Tak punya pekerjaan,
diusir-usir, lalu tiba-tiba ada teman menawari memegang pisau dan iabawa. Iatak mengenal pisau siapa,
untuk apa, dan akhirnya tertangkap, melanggar pasal Undang-undang Darurat.
"Apakah saudara akan di dampingi pembe-la dalampemeriksaan ini?" "Tidak, Pak."
"Apakah saudara mengerti kenapa diperiksa? Coba ceritakan dari awal sebabnya saudara sampai
diperiksa."
Dikejar pertanyaan sejenis, Warno Viktor jadi bercerita, apaadanya. Iaanak nomor empat, ayahnya
seorang pelaut, beristridua. Iamencu-ri sepeda teman sekolahnya semasaSD,dan se-peda itu dijual.
Caranya memperhatikan sepedayangbagus, lalu ketika pelajaran, pura-pura ken-cing, membawa pergi
sepedayangdiincarclandititipkan di rumah temannya. Esoknya dijual. Duitnya dipakai buat nonton, beli
minuman, dan pil bk.Gelek, ia tak mengenal. Mencuri sepedayangkedua juga aman. Hasilnya dipakai
untukngewek dan minum.Yangketiga, dengan carayangsama, sebuah sepedamini.Kali ini ketika kembali
ke sekolah langsung dipanggil IbuGuru. Yangmengatakanagarmengaku saja, karena adayangmelihatnya
menaiki sepeda, dan kembali ke kelas jalankaki.
"Sumpah mati tidakBu.Saya tidak mencu-ri.
Iaberkeras terus, meskipun darahnya berde-bar kencang sekali. Sampai di rumah ia tetap bertahan dan
bersumpah. Tapi di rumahnya, IbuGuru yanglembut berubah galak.
"Kamu kalau tidak mengaku saya bawa ke polisi. Ibu tega membawa kesana. Tapi kalau kamu bilang,
Ibuyangakan menebus dan me-ngembalikannya."
Akhirnya mengaku. Karena takut polisi! Ta-kut sekali. Bukan karena IbuGuruitu lembut atau garang.
Yangterbayang di matanya adalah polisi sepertiyangdiceritakan teman-temannyayanglebih gede.
"Di mana uangnya?"
"Habis, Pak," jawabnya ketika ayahnya me-nanyakan. Padahal masih ada. Dengan uang itu ia bisa
mentraktir minumteman-temannya. Ka-rena dengan demikian ia mulai diajak mencegat di jalanan.
Merampas.lasenang sekali, namun salah satu korban mencari-cari terus. Sehingga ia berdiamdi dalam
kamarnya terus-menerus. Ayahnyayangjarang datang dan jarang pulang rupanya mengetahui dan
memarahi serta me-nasihati.
"Dankemudian kamu mulai mencuri barang di rumahmu sendiri. Kemudian diusir. Mulai sa-at itu
sempurnalah sudah bekal kamu menjadi preman."
"Yangsaya ceritakan ini betul-betul, Pak. Sumpah."
"Nama saya Polisman. Lisman.
Saya tahu itu betul, karena semua preman di Rabu, di Warakas, di Permai, Perempatan, ber-awal dan
berakhir disitu.
Begitu mulai diusir dari rumah, jadilah. Mu-la-mula ditebus waktu di sini, lalu dilupakan. Tapi kalau tak
diusir kalian juga bakalberak di dalamrumah.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Apakah kamu diusir seketika ketika mencu-ri barang di rumahmu sendirijangkrik, atau...""Bukan radio,
Pak Lisman. Mesin obras. Ibu saya menjahit."
"Iyalah, apa sajayangada.
Yangsaya tanyakan, kamu Iangsung diusir atau pakai berantemdengan saudara lebih dulu." "Kok Pak
Lisman tahu saya berantemde-ngan adik saya?"
"Adik perempuan?"
"Bapakkenal dengan ayah saya? Ibu saya? Ibu tiri saya?"
Ya, Viktor ingat. Nama Lisman. Sederhana.Jamtangannya merek polisi, bukan merek ter-kenal.
Rokoknya juga bukanMarlboro.Korek apinyayangtiga ratus rupiah. Tubuhnya juga tidak bau minyak
wangi.
Sampai dini hari Polisman mengetik dengan cepat, memeriksa, dan menandatangani satupersatu. Istirahat
sholat Subuh sebentar, dengan ketenanganyangmembuat Viktor berdebar.Adakesempatan untuk lari.
Teman-temannya juga saling lirik. Ketahuan banget mereka bisa mo-los dari jendelayangkacanya sudah
tidak ada. Sepotong kayuyangdipalang terlalu mudah untuk ditabrak. Pada Subuh begini tak akan
menarik perhatian banyak orang.Danlebih dari semua alasan itu, mereka telah memperoleh istirahat
cukup kenyang. Sejaksoretadi, mereka bisa bergiliran tidur, mengembalikan kekuatan. Sesuatuyang
sangat luks, dan menurut Warno Viktor hanya dilakukan oleh polisiyangbelumberpengalaman. Biasanya
polisi pemeriksa tak akan pernah memberi kesempatan untuk istira-hat sedikitpun.Kalau tidak disuruh
jump-scout,push up,ya disepaki.
Tekek dapur,penilaian Warno Viktor dan kawan-kawan. Tekek adalah sebutan untuk ting-katanyang
masih bloon. Kalau tiga saja lolos, entah pangkat apayangtersisa pada Lismanyangsatu ini.
Apalagi sholatnya kelihatan khusyuk. Benar-benar kesempatan langka! "Adayangmau sholat?
Kalian tadi mengaku beragamaIslam. Dandi sini biasanya kalian jadi ingat kepada Tuhan. Kalau adayang
mau sholat, bisa pakai kain sa-rung saya. Di mana mengambilairwudhu, ka-lian sudah tahu."
Ini bukan gila namanya. Gila-gilaan.
Tapi tak adayanglan , malamitu. Padahal mereka semua, sembilan orang, boleh tetap me-makai baju
dan celana, sehingga kalau lari tak segera dikenali. Mereka malah diajak nonton televisi, dan di tengah
malam, diberi roti bakaryangdibagi-bagi.
"Makan saja daripada basi. Itu jatah buat anggotayangtak datang malamini. Anggap saja rezeki kalian."
Semuanya mengucapkan terima kasih secara serentak.
"Kamu asli Kampung Rabu?" "Ya, Pak."
"Yangbener?"
"Tadinya di Tanti... Tanah Tinggi, di Senen Pak. Istri saya dari Rabu Pak. Ida, kakaknya Udin Bego."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Saya nggak nanya.
Saya nggak kenal. Kalau Joni Kulup,LaoSeng, Beni Gaok, baru boleh diceritakan. Kalian ini jadi
preman tanggung.Susahkan? Bisanya cuma bikin susah.Ngebola, njambret, korbannya ibu-ibuyangke
pasar. Merampok penumpang oplet. Duitnya tak seberapa. Mereka lebih butuh dari kalian. Padahal...
nanti bisa jadi328,pem-bunuhan. Di sini juga nyusahin kita-kita. Nggak ada hasilnya mengurus kalian,
selain tambah dosa."
Setelah menunggu dan tak ada kalimat lan-jutan, Warno Viktor memberanikan diri bertanya.
"Apa istri Bapak sedang mengandung?" Polisman tersenyum.
"Kok Bapak tidak dang-ding-dung."
"Lagimales.Sayang sama tangan.
Lagian nggak ada hasilnya.Palingkamu bawa apa? BK? Berapa butir? Itu akibatnya su-dah lebih berat
dari sayamaintangan.
Eh,siapa lagiyangasalnya dari Utara?" Tak adayangmenjawab.
"Takut bonyok kalau ngaku anak Utara? Ja-ngan malu-maluin."
Diamlagi. Polisman membaringkan tubuh-nya di meja panjang, mencari-cari buku piket untuk ganjalan
kepala.
Ruangan sunyi. Kursi-kursiyangkusam, me-sin tikyangtak ada pita, asbak penuh abu rokok, tikus belang
berjalan perlahan, suara dari pe-sawat televisiyangtak digubris,ht yangsudah dimatikan.
Suara percakapanyangmakin perlahan. "Warno Viktor, kenal sama Pak Kusuma-yudha?"
"Tidak, Pak."
"Ah, kalau begitu bohong! Kamu bukan dari Rabu."
"Betul, Pak.
Sumpah saya disanaterus, Pak. Rumah sa-ya... "
"... Pak Komid. Kenal?"
Warno Viktor hampir berdiri dari lantai.
"Oh,Babeh? Babeh Komid? Ya kenal sekali.
Semua juga mengenal Babeh ...Yangistrinya dari Jawa dan ayu sekali?"
"Hush.""Maaf."
"Salamdari saya. Kalau kamu bebas, dan belummati."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Cuma itu.
Sampai ia dibenamkan di blok, karena esok harinya Polisman itu berusaha menghubungi Satserse untuk
menandatangani penahanan,agartak lebih dari24 jam.Cuma itu, tetapi Warno Viktor ingat terus. Ini
pertama kalinya ia aman tentramtanpa senggolan di kantor polisi. Itu sebabnya kemudian, disempatkan
menemui Babeh, dan menceritakan kembali pengala-mannya. Tentu saja ditambahi bahwa malamitu
bukan roti bakar, melainkan nasisate.Bukanairputih dalamplastik, tapi dibagi bir dalamkaleng.
Bukan hanya diajak bicara, tapi ia juga diberi uang tapi ditolak.
"Apa karena kenal sama Babeh?" "Siapa dia?"
Warno Viktor menceritakan kembali ciri-cirinya. Bagian ini sampai merek rokok, merekjamtangan, tak
diubah. Diceritakan apa adanya.
"Babeh tak kenal?" Babeh menggeleng pelan.
Warno Viktor mengulang lagi nama Polis-man. Menambahi bahwa Polisman mengenal nama Babehyang
panjang dan aneh, mengenal istri Babehyangayu sekali, mengetahui bau-bau Keraton, dan tentu pujian
selangit.
"Mungkin dia ngeper sama anak Utara ya Beh. Kalau tidak, pasti sudahclang-ding-clung.Tapi ada sifat
baik. Saya nggak keberatan misal-nya dia tidur sama Ida,gratis punsaya rela, Beh. Betul.
Coba semua polisi seperti dia, wuaaah, ke-luar masuk bui juga nggak terasa."Yang palingmembuat
Warno Viktor betul-betul merasa berterima kasih sampai langit ke-tujuh adalah bahwa dalam
pemeriksaan, ia hanya dikenai pasal undang-undang darurat. Tak dika-itkan dengan bk, tak dikaitkan
dengan usahanya menodong, tak dikaitkan dengan perkelahianyangterjadi. Keciiil!
Pada istrinya Warno Viktor juga mencerita-kan halyangsama. Ida Menor, terkesima juga. Tubuhnya
yangsintal, padat, dengan buahdadadan pantatyanggede, seperti ikut tergerak. Ram-butnyayangditata
modelpramugari -salah satu cita-citanyayangnyaris teraih, dibetulkan, se-perti kalau setiap kali ia tertarik
pada sesuatu.
Ida bangga pada suaminya, karena suaminya selalu membanggakan. Suaminya iniyangmen-ceritakan
bahwa dirinya lebih dahsyat kalaumaindi atas, tekukannya bisa mematahkan, dan ba-nyak cukongyang
membawa ke Puncak, baik ketika masih bekerja disteambath maupun ketika terusir darisana. Ida selalu
membangga-kan diri bahwa ia sudah mengenal semua jenis lelaki, semua jenis adeganyangdilihatnya di
video,dan di atas semua itu, tubuhnya masih tetap sintal, montok, seksi. Apalagi kalau mema-kai rokmini,
atau gaunyangmemperlihatkan punggung. Ooo, semua bakalan putus.
"Bagaimana bisa ketemu dia?"
Warno Viktor juga tak tahu bagaimana. Ida ingin tahu, karena inilah untuk pertama kalinya suaminya
menyebut nama seseorang dengan nada kekaguman. Biasanya, suaminya meng-anggap lelaki tak ada
yangbisa mengalahkan-nya, dalamhal apapun.
Jauh dalamhatiWarno Viktor,iaingin mem-balas kebaikan polisiyangsatu itu. Tak adayang lain. Dankalau
ia menyebutkan nama istrinya, karena itulah miliknyayangterbaik. Karena se-lama ini, Ida adalahyang
utama. Sewaktu ma-sih di steambath, ia bisa pulang pagi dengan membawa uang empat ratus riburupiah.
Iaper-nah mendengar sendiri dari tetamu -ketika ia menjemput, bahwa servis Ida Menor tak ada duanya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Bahwa Ida Menor akan pusing kalau dalamsehari hanya melakukan tiga kali. Bah-wa Ida Menor
menjawab semua keliaranyangingin dilakukan para suamiyangtak berani mengatakan kepada istrinya.
Kalau adayangmengurangi penilaian, itu bukan bentuk tato di sekitar puting kiriyangditulisi GIA, Garuda
In-donesia Airways,melainkan karena rambutnya tak tumbuh lebat. Diusahakan bagaimanapun, tetap
saja samar-samar seperti bulu kelelawar.
Namun, hal itu juga tak mengurangi benar.
Ida biasa membawa rambut palsu,yangditem-pel.Dantak lepas ketikamain.Rambut palsu itu diperoleh
dari langganannyayangpulang dari luar negeri.DanWarno Viktor sering mema-sangnya. dengan hati-hati,
agarbisa persis mele-kat ketika Ida Menor mengambil posisi seperti mau melahirkan.
Iaingin segera membalas kebaikan hati, de-ngan carayangsempurna.
Namun belumkesampaian. Karena sejak dari pemeriksaan itu, perjalanan hidupnyalainke-tika di
pengadilan. Ituyangmembuatnya kenacapespe. Antaralainkarena Polisman, karena istrinya, karena nasib,
karena rambut palsu.
3
SELAMAberada dalamtahanan, Warno Viktor memberitahu Ida, bahwa ia tak usahdibesuk, takusah
diapa-apain. "Ituhanya merupakan pemborosan belaka." Karena Ida akan jual murah hanya untuk
kemudahan-kemu-dahanyangtak dibutuhkan Warno Viktor. Hanya saja ketika Ida mengusulkan akan
menemui Pak Jaksa, Warno Viktorjadiragu.
"Jaksanyakansama."
"Yangdulu juga?"
"Iya."
"Kok kamu tahu?"
"Dia sudah datang ke rumah, memberitahu."
"Sudahmain?"
Ida murung. "Lu jangan macem-macemlah. Ayamsaja lebihlama,pakai kejar-kejaran segala. Terus
terang saya geli melihatnya, dan senang suaranyayangngos-ngos tapi nggak ada apa- apanya. Dia marah
kalau saya tertawa ceki-kikan."
Warno Viktor merasa kurang enak, karena di antara pengunjung, Ida nampakpalingmen-colok,
suaranya keras, dan betul-betul menik-mati menjadi pusat perhatian.
"Hakimnya?"
"Cewek."
"Ya nggak apa."
"Nggakbisa. Iamaunya sama suaminya. Waktunya nggak cukup kalau diajaklesbong."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Inilah enaknya mempunyai istriyangadu-hai,yangmencintai suami,yangbangga pada tubuhnya, dan selalu
bersedia beramal lebih pa-da sesama. Makanya ketika sidang pengadilan, Warno Viktor merasa tenang,
dan siap. Pasalyangdikenakan hanya uud, seperti juga anak pelajaryangtertangkap bawacutteratau pisau
untuk praktek di sekolah.Paling bantertiga atau empat bulan. Hitung-hitung selesai dalamta-hanan.
Hanya saja Warno Viktor hampir mem-buat kesalahanfatalketika dalampersidangan, Ibu Hakim
menggertak keras.
"Kenapa kamu melototi saya? Mau meng-ancamya?"
Warno Viktor kemekmek. Cepat-cepat me-nunduk, malu.
"lya?"
"Bukan,BuHakim. Saya bukan mengancam. Saya kayanya pernah melihatBuHakim."
"Ya, memang. Saya pernah mengadili kamu di sini jugakan? Kamu memang kambuhan."
Warno Viktor makin tak berani memandang. Kalau disebut sebagai kambuhan, residivis, pre-man,
berartihukumannya bisa ditambah satu bulan dariyangbiasanya. Apalagi Pak Jaksa ti-dak diberi
tambahan duit. Meskipun menurut Ida, dialahyangmembayar sewa kamar. Ida lagi kosong. Stok sama
sekali belumada. Baru se-lesai mens.
"Bukan,BuHakim.
Saya jadi tukang parkir, waktuBuHakimmengira saya sedangmengkilik mobilBuHa-kim. Saya
ditangkap, tapi lalu dilepas lagi. Saya ingat karenaBuHakimpakai antingyangsama."
WajahBuHakimberubah keras. Kaku. Ke-dua tanganyanghampir memegangi telinga urung. Pandangan
matanya menyorot tajam. Warno Viktor makin tak bisa menahan keri-ngatnya. Suaranya tersedu.
"MaafBuHakim, saya bukan mengan-cam..."
Palu hakimjatuh. Tok-tok-tok. Dua bulan sembilan hari. Berarti bebas, selesai sidang. Warno Viktor
sama sekali tak menyangka. Juga jaksa tak menyangka. Di dalamperjalanan sel bawah gedung
pengadilan untuk menunggu, perutnya ditonjok keras oleh Pak Jaksa.
"Babi,lu. Ngomong sama saya nggak pu-nya dana, nggak tahunyamainlangsung. Siapangebekingin lu.
Ingat, kalau ketemu lagi, gue ce-kik lu."
Pukulan ke ulu hati itu menyakitkan. Tapi Warno Viktor tahu bagaimana merasakan lebih sakitlagi. Ia
menekuk tubuhnya, menjatuhkan diri di lantai.
"Ah, sok. Pura-pura."
Tendangan ke samping telinganya lebih me-nyakitkan lagi. Berdenging keras sekali, seakan genderang
pecah. Tapi Warno Viktor tahu baga-imana merasakan lebih sakitlagi. Iamenahan rasa sakit, tidak
bereaksi. Napasnya ditahan. Tubuhnya kejang.
Keributan terjadi karena adayangmeru-bung, adayangmemotret.Adayangmengusung.Dantentu saja ada
yangterus-menerus memaki-maki. Warno Viktor nekat menahan napas, dan meskipun mata terpejam
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bisa merasakan betapa Pak Jaksa menjadi sangat gusar, bingung, dong-kol, geramdanyangjelas juga
sangat sibuk. Ka-rena hari itu juga dipaksa-paksa segera siuman, diobati, diberi makan, minum, rokok,
dansoreharinya sudah dijemput polisi lagi, berdasarkan ip bahwa Warno Viktor melakukan perbuatan
yangtidak menyenangkan. Ditambah lagi meng-hina, melawan petugasyangsedang menjalan-kan tugas
yangsah. Antaralainmengeluarkan kata-kata penghinaan, menyebut jaksa goblok, jaksa bego, jaksa itu
singkatan menginjak dan memaksa.Adatiga saksiyangmendengar.Adasemacamrekrontruksi bahwa
Warno Viktor me-ngeluarkan kata-kata kotor sambil menuding, dan ketika didekati Pak Jaksa malah
menampar wajah. Pak Jaksa berkelit, dan Warno Viktor terpeleset, lalu ditolong. Di kantor polisi
dang-ding-dung termasuk kenceng, karena ia melawan petugas. Beberapa kali kenabon,dan ketika di
pengadilan, Pak Jaksa duduk sebagai saksi, juga saksi-saksilain,dan Warno Viktor kena tiga ta-hun.
Kalau ketika ia pura-pura pingsan dan hari-hari sesudahnya, puluhan wartawan menulis beritanya, kali ini
tak ada sama sekali. Sampai selesaisidang. Iaturun kembali seperti dulu, dan Pak Jaksa mendekati.
"Saya sudah berlaku baik. Kalau tidak, kamu kena empat tahun. Tahu? Tahu, pasal154?"
"Tahu, Pak."
"Lu bukannya minta maaf, malah sok.
Aku ada teman di kepolisian. Aku cari se-muanya. Kalau perlu em-a-pe dari sini. Kalau nanti kurang
dari sepuluh tahun semuanya, ja-ngan panggil nama saya."
"Saya minta maaf, Pak."
"Ah, nggak usah.
Kamu sudah bikin repot aku!"
Selama dalampenjara, Warno Viktor me-mang dipanggil beberapa kali.Adayangmem-besuk, dari
kepolisian. Menanyakan kasus-kasuslain,dan beberapa kali mengadakan prosesver-baljuga. Ini berarti
bakal adamap,masih ada perkara.Aliassetiap kali selesai menjalani masa hukuman, sudah ditunggu di luar
pintu penja-ra. Untuk diangkut ke kepolisian, dan akhirnya dilanjutkan ke pengadilan. Begitu
terus-menerus.
Benar kalau dikatakan, semuanya bisa ber-jumlah sepuluh tahun. Kalau satu perkara saja dua tahun,
atau kemudian kurang sedikit,limaperkara saja sudah sepuluh tahun. Untuk men-jumlahkan menjadilima
perkara, sesungguhnya sangat sederhana. Terlalu banyakyangdilaku-kan.Danterlalu banyak srang-srang
dari kam-pung Rabuyangakan mengaku seperkara de-ngannya. Baik kasus pengersyskan, pensdsng-an,
bajing lsncat, ataupunpembunuhan. Iamengenal begitu banyak teman,clanjuga tahu bahwa kalau ia berada
dalampssisi temannyayangditekan, akan mudahmembeet, mengembet namayangdisodorkan.
Yangtak terduga sedikitpunbagi Warno Viktor adalah bahwa kini namanya berkibar. Warno Viktor
benar-benar naik daun, mendaki sampai puncak ketenaranyangtak dimiliki brengos manapun
sebelumnya. Namanya lang-sung mengatasi preman-premanyangsepuluh kali masuk penjara, atau kelas
pembunuhan berdarah dingin sekalipun.
Warno Viktor sampai geleng-geleng kepala, karena jumlah perkarayangdituduhkan kepa-danya, lebih
dariyangdiperkirakan. Selainlimakasus -semuanya pensdsngan, ia juga dilibat-kan dalamkelompokyang
selama ini berspe-rasi untuk nasabahbank.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Ya nggak mungkin, Pak," kata Warno Viktor ketika diperiksa di ruang pertemuan ruang ta-hanan pada
pslisiyangmenghapus keringatnya bukan karena udara panas. "Bapak lebih tahu bahwa saya bukan kelas
nasabah."
"Tapi lapsran Akimkamu ikutan."
"Akimyangmana saya tak kenal."
"Bener?"
"Demi Tuhan, Pak. Mana mungkin saya ma-suk ke wilayahlainbegitu saja? Menurut Ba-pak sendiri
bagaimana?"
Polisi itu menunjukkansuratketerangan bermaterai, pengakuan Akimbahwa Warns Viktor ikut menjadi
pengawas dalamperampskan nasabahbankdi Jalan Sudirmanyangmeng-gemparkan.Suratketeranganyang
lain,Warns Viktor juga ikutan dalamperampasan taksiyangksrbannya terkena dua belas tusukan.
"Sebenarnya ada apa Pak, ksk sampai se-begini."
"Ituyangsaya ingin tahu.
Perintah dari kaunit saya untuk mengurusi ini. Memeriksa kamu."
Baru kemudian sekali, Warns Viktor bisa memperkirakan bahwa semua itu berawal dare Ida. Bukan
ssal duityangtak diberikan, bukan ssal pembayaran uang kamar, melainkan Ida Mensr menyebarkan
kabar di antara selama jaksa, atau kenalannya bahwa Pak Jaksayanggemuk itu menggelikan. Dua hari
menyekap dia. tapi sekali saja tak sempurna. Kerjanya cuma main-main, melihat, berusaha, tapi gagal,
ber-cerita ke sana-kemari, minumobat, nontonvideo,bawa majalah dan buku setumpuk, tapi tetap saja
macet.
Kabar itulahyangmembuat Pak Jaksa ma-rah besar.Danbahkan Ida juga pernah diperiksa dengan
tuduhan mencoba menyuap. Di luar dugaan Ida malah tertawa keras sekali, senang sekali.
"Asyik juga tuh. Selama ini saya dikenakan soal mabuk, ssal minuman keras, teler berat. Csba saja,
akan saya ceritakan semuanya."
Ida sendiri malah menanyakan ke kantor polisi, kenapa ia tak diperiksa lagi. Lalu, ia men-ceritakan
semuanya kepada suaminya. Bahwa ia bertemu dengan Pak Jaksayangkatanya akan membunuhnya.
"Saya bilang saja. Membunuh?
Berdiri saja susah, bagaimana bisa membu-nuh?"
Sebenarnya Warno Viktor khawatir juga. Ka-rena itu bisa saja terjadi. Tapi nyatanya tidak ter-jadi,
karena ia mendengar juga dari istrinya bahwa Pak Jaksa sakit berat danmasukrumah sakit. Malah berniat
bunuh diri. (Bagian ini War-no Viktor lupa, apakah tambahan sendiri darinya, atau dari istrinya, atau
kenyataannya begitu.)
Saat itu pula Ida mengatakan bahwa mensnya terlambat, dan kata dskter, ia positif.
Berarti Ida akan melahirkan, saat Warno Vik-torberadadi dalam. Akan tetapi, ia juga tak pe-duli benar,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tak menjadi soal benar. Karena dulu juga pernah begitu.Danpenyelesaiannya selalu melegakan. Bayiyang
dilahirkan banyak dipe-rebutkan, banyak peminat dan imbalannya sa-ngat besar. Bayinya memang
menarik, berhidung mancung seperti ibunya, sehat, msntok dan sejak ia memeriksakan kandunganpun
sudah banyak peminatnya.
Merekayangmengangkat anak tak adayangmenanyakan bahwa darahnya sudah mengan-dung minuman
keras, atau asap ganja, atau se-jenisnyayangselalu ditakut-takutkan padanya. Nyatanya tidak berlaku
semua kekhawatiran itu.
Sebelumempat puluh hari melahirkan, Ida bisa bekerja kembali. Dibar.Tidak sebagai kar-yawati tetap.
Hanya nongkrsng-nongkrsng, kalau-kalau ada peminat, atau diminati. Kalau adayangmengajak mabuk,
dan menemani dan mabuk bersama. Saat itu malah menyenangkan, karena pada tamunya ia bisa
menggoda bahwa itu adalah anak mereka berdua.
"Feelingsaya bilang begitu. Sebagai ibukansaya merasakan manayangjadi dan tidak."
Makin terbengong tamunya, makin besar hadiahyangdiberikan, dan ada dua kemung-kinan. Bakal makin
sayang, atau diam-diammeninggalkan. Bagi Ida juga sama saja. Kalau adayangpergi, pasti adayang
datang. Kalau adayangsayang, pasti adayangbenci. Di rumah, ia juga adayangmembenci, dan adayang
menya-yangi.Yangterakhir ini dilakukan oleh Udin Bego secara diam-diam. Atau dalamhati. So-alnya
mereka berdua jarang bertemu. Atau tak pernah bertemu. Meskipun sama-sama tinggal di Kampung
Rabu. Selain pernah dilahirkan oleh ibuyangsama, mereka tak pernah punya urusan. Dalampembicaraan,
atau dalammimpi.
Dalammabuk berat, sepertiyangselalu diala-mi, Ida suka mikir, suka teringat.
Ketika itu ia merasa memiliki keluarga.
Yangtak pernah diingat adalah suaminya. Warns Viktor, baginya sudah selesai. Lelakiyangtak pernah
cemburu, lelakiyangbaik, mau saja disuruh membeli gelek,yangmau dikencingi, mau memijati di tengah
malam, mau memasang rambut palsu, mau membuat tato, mau menga-takan teman-temanyangseksnya
hebat, mau mencuci celana dalam, dan mau mendengarkan ceritanya. Itulah alasannya ketika ia masih
da-lamkondisiyang top,ia mau didekati Warno Viktor. Terutama juga karena Warno Viktor mau
mengawininya.
"Akukanbelumpernah kawin. Ingin me-rasai."
Warno Viktor mau.Danketika semua tamu-nya datang sebagai undangan, Ida merasa puas, puaaas
sekali.
"Kamu baik.Dansuatu ketika kebaikanmu itu akan dibalas Tuhan."
Itu benar-benar terjadi.Dantak terbayangkan sebelumnya, justru ketika berada dalampenjara, ketika ia
tak melakukan apa-apa tapi dibuktikan menghina alat negara.
Adalah Warno Viktoryangberani meneriak-kankata-kata keras, menuding, dan mencoba menyerang
jaksa. Adalah Warno Viktoryangberani menyuarakan semua kejengkelan, den-dam, rasa memusuhi para
narapidana.Danada-lah Warno Viktoryangbakal diembat denganlimaperkara. Di antara sesama napi,
Warno Vik-torpalingbergengsi. Iabegitu dihormati, baik oleh napiyangsudah tiga dimensi-yang
ber-pengalaman dalamtiga zaman dengan wajah baru. Bahkan pegawaipunkelihatannya segan padanya.
Boleh dikatakan keselamatan dan ke-hidupan pribadinya menjadi sangat terjamin. Tanpa meminta, tanpa
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
berkata sekalipun, bung-kusan rokok, mi, kspi, gula, celana, kaos, sepatu, sabun mandi, sikat gigi, semua
tersedia dalampersediaanyangberlimpah. Berlimpah dalampengertian lebih dariyangbisa dihabiskan hari
ini. Sesama napi akan memberikan apa saja padanya jika dibesuk.Parapreman berkelas, pembunuhyang
terlibat dengan korban pslisi atau tentara sekalipun, agakmiringdengan Warno Viktor.
Parapemukablok,voorman, juga mengakui keunggulannya. Jagoanyangbegitu keras, te-lengas dalam
memimpin napi dalambloknya, menganggap Warno Viktor sebagai bapak-ba-pakan.
Warno Viktor menikmati dua tahunyangmelambung-lambungkan namanya. Merasakan betul
kelebihan-kelebihanyanglebih dari kehi-dupan di luar. Sesama napi atau tahananyangberasal dari Utara,
mencari perlindungan kepa-danya. Merekayangbertato Free-york, boleh dikatakan secara otomatis
menjadikakitanganyangsiap dipeloridijadikan apa saja akan di-lakukan. Seperti juga peloryang
mengikuti ke mana laras dibidikkan.
Hanya kemudian berubah drastis.
Sangat cepat sekali. Itu terjadi ketika Warno Viktor dihadapkan ke pengadilan, beberapa kali, ternyata
diputus bebas. Tiga persidanganyangmelibatkan namanya berakhir dengan sama. Be-bas dari tuntutan.
Tak terbukti.
Sejak itulah nama Warno Viktor meroket ja-tuh. Tenggelam, nyungsep ke dalamgot.Karena hanya espe,
hanya spion, hanya oskepyangbi-sa lolos dari hukuman ketika sudah berada di pengadilan.
Itulahyangmenyebabkan setiap kali berada dalamtahanan, WarnoViktorlangsungberada dalamblok
isolasi. Blokyangdiamankan, seperti berada dalamsel terus-menerus. Tudingan itu makin beralasan,
karena dalambeberapa kaligep, penangkapan, Warno Viktor bisa lolos. Ka-laupun sampai di
kepolisian, bisa lepas kembali sebelum20hari masa penahanan pertama.
Bersamaan dengan itu, daftar nama korbanyangdiespei Warno Viktor makin banyak.JungKeong, Slamet
Bego, TiongSun,Yuliani Bre-wok, Sumang, Kus Codet, Roki Codet, sertaJackSam-kong-sam, bandar
judipalingbeken.
Bukan, bukan bandar judi.JackSam-kong--samdialek Hokkian untuk tiga-nol-tiga, pasal mengenai
perjudianadalahtokohyangselama ini dikenal sebagaibumperterbaik. Dialahyangselalu berperan sebagai
pemasang badanyangbisa dipercaya. Prestasi sangat lumayan karena anak buahnya cukup banyak. Baik
ketika mele-wati bandar-bandar judi saingan, atau bahkan tikus-tikus alatyangdianggapnya bertingkah.
JackSam-kong-sampernah bersumpah. "Sa-ya akan melewatkan Warno Viktor. Akan saya makan
lidahnya. Akan saya awetkan mayatnya. Sumpah kalang tanah, kalau akhir tahun ini tak bisa melewatkan
dia, jangan panggil nama saya lagi. Demi Tuhan, matilah saya, anak dan istri saya, bersama dengan
tenggelamnya matahari kalau saya tak melaksanakan niat saya.
Saya kuliti Warno Viktor. Sayaairkeras sisa kepalanya.
Benar. Sumpah.Yaosu.
Kalang tanah."
Jackmembuat tanda silang di tanah, men-ciumtangannya, dan meludah ke tanah.
Puih.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Cub.
Jackmelaksanakan niatnya. Menurut cerita, ia sengaja masuk ke dalamtahanan, dan minta dikirimke
tempat di mana Warno Viktor ditahan. Dengan demikian bisa leluasa melaksanakan rencananya. Tak jadi
soal walaupun Warno Viktor berada di blokisolasi. Iabisa membayar sa-lah seorang untuk ikutan
menjaditampingdapur, tenaga penamping bagian dapur,yangme-ngirimmakanan. Saat itu pintu selnya
dibuka, dan tusukan tepat di leher akan melampiaskan dendamnya.
Untuk mencari siapayangbakal melakukan, tak terlalu sulit. Di dalampenjara ada ribuan orangyangmau
menusuk, atau membunuh, hanya dengan ratusan ribu rupiahyangdibayar belakangan. Baik mereka ingin
duitnya, atau ingin menaikkan gengsinya, ataupun karena tak tahu apayangharus dilakukan. Terutama
bagi napi dengan hukumanlama, yangkini baru menjalani di bawah dua tahun. Kebiasaannya singit,
gerakannya kelotokan, seperti cengkerik di dalamkandangnyayangsempit. Apa juga bakal diendus.
Lebih mudah dari semua itu, kawan-kawanJungKeong, terutama TiongSuncukup banyak. Untuk
membalaskan dendam, mereka akan merasa melakukan misi suciyangdibenarkan sleh kelompoknya.
Jacksampai perlu mengatur, siapayangharus melakukan karena peminatnya terlalu banyak. Menurut
cerita,Jackdiingatkan juga bahwa ia sudah bersumpah kalang tanah akan menguliti sendiri. Bukan melalui
tangan oranglain.
Jackbangkit hargadirinya. Iaakan melaku-kan sendiri. Secara jantan akan menyatroni Warns Viktor.
Kalau perlu bawa pengawal, dari petugas. Akan dihabisi disitu. Dansisa hukuman Warno Viktor akan
diambil, ditambah hukuman pembunuhan.
Tekadnya sudah bulat.
Namun malamnya, ia kena razia. Di kamar-nya ditemukan pisau panjang. Pisauyangdita-namdi dalam
tanah oleh para pendahulu, peng-huni sebelumnya, ditemukan di bawah kasur.Jackmerasa dilempari
kotsran persis di wajah-nya. Bagaimana mungkin rencanayangbegitu matang, jebsl karena adaespeyang
berkhianatI
Tubuhnya hancur kena sabetan kabel, kaki-nya tak bisa digerakkan, kukukakiadayanglepas, ketika ia
dibawa ke sel isolasi. Sakit hati-nya lebih berat lagi, karena adayangmengata-kan, bahwaJacksengaja
mengespei dirinya sen-diri. Sengaja melapor,agarditangkap, karena sebenarnya ia takut pada Warno
Viktor.
Itu tak masuk akal.
Itu akan diubah dengan bukti. Sama-sama di blok isolasi, ia akan mempunyai kesempatan membata
Warno Viktor!
Saatnya pasti ada.
Sepuluh hari setelahJackSam-kong-samsembuh olehairbui, hatinya lebih sakit. Ternyata Warno Viktor
sudah tidak ada dalamsel. Sudahlamacuma namanya sajayangtercantumdisitu.
Kalau bukan espe, apa lagi namanya?
Untuk pertama kalinyaJackmenghitung hari, dan menunggu kesempatan akan melibas habis.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Sumpah.Yaosu.
Cuh!

4
S


EWAKTUWarno Viktor melintas ma-suk, tubuhnya hampir bertabrakan de-ngan Belinda Melati Indah.
Lelakiyangberga-ya genit, dengan alis mata tertata rapi, memakaialasriasan wajahyangbelum
disempurnakan serta rambutyangdiikat dengan saputangan warna-warni, menjerit sambil menyebutkan
na-ma kemaluan laki-laki sampai tigakali. Iamera-sa keki diperlakukan kasar oleh Warno Viktor.Dan
kalau tadinya tak tahu mau ke mana, se-karang jadi berbelok. Masuk ke dalamrumah Babeh
Komid.Langsung saja ikut nimbrung, tanpa mem-pedulikan sekitar, jidat Warno didorong keras sekali.
"Eee, Warno homo, kalau jalan ngeliat-ngeli-at yah? Lu tahu nggak tadi nyenggol gue sam-pai gue
hampir jatuh ke dalamgot.Untung saja Tuhan masih melindungi, kalau nggak gue su-dah di rumah sakit,
masuk ICCU. Tahu nggak, monyong!"
"Iya."
"Nah, gitu sportif dong, minta maaf.
Kalau sudah gitu, gue bisa berbesar hati. Ngent.... lu," di tengah ucapannya, Belinda Melati Indah
menutup mulutnya, memandang dengan rasa bersalah dan malu-malu pada istri Babeh.
"Oi, maaf sekali ya Ibu. Belinda Melati Indah suka emosi. Sumpah, sudah janji nggak ngo-mongyang
begituan lagi.
Ei, Ibu dengar nggak kemaren ada perlom-baan sanggul indah di Kantor Walikota? Idiiih, norak semua.
Masakyangmenang si MeriemKodok,yangkakinyakayakkodok. Masak dia menang juara harapan tiga,
kannggak adil. Padahal waktu pertandingan voli saja nggak dipilih. Gila kali jurinya.
Entahlah dunia persilatan sekarang ini. Su-dah kacau balau semuanya.Adakondektur bisa jadi
peragawati, ada hansip bisa jadi tukang pi-jat. Ouiii..."
Teriakan panjang, melengking. Tangannya mengikuti gerak bicaranya, menyenggol kiri kanan.Dan
mendadak berhenti pada Icung,yangmasih menatap istri Babeh.
"Eh,kamu kunyuk agak ganteng. Ngapain ngelamun? Lu anak baru ya? Belumpernah co-bain Belinda
kan? Biar waria begini, gue nggak kalah sama wanita. Waria juga bisa memanjakan pria. Tanya deh
sama semua lelaki di sini -ke-cuali Babeh, bagaimana servis maut Belinda. Barang kamu ditato nggak?"
Icung merasa sedikit jengah, karena bau mu-lut Belinda sangit seperti asap sampahyangtak terbakar
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
sempurna. Meongyangsegera bereaksi dan menepis pembicaraan.
"Sudah, ia adik gue. Lu jangan macem-macemdulu."
"Meong impoten.Diemlu. Orangkayaklu bakalan masuk neraka sampai dua turunan lebih. Punya barang
nggak digunakan. Itu kena mur-ka Tuhan. Ei,kayakgue ini kalau hidup. Ase bisa, dese mampu. Gue tahu
biar gue dibilang bencong kaleng-yanggedombrangan dan ba-nyak bicara, tapi gue bisa cerita semua
jenis co-wok di Rabu sini. Asal kamu tahu saja di zaman top-topnya, cuma ada dua wariayangbeken.
Vero Cablak sama gue. Lukantahu sendirikanVero Cablak cuma menang ditoketsaja. Iapakaibackless...
oiu, memang goawat sekali. Malam-malam, semua terkesima. Goawat. Apalagi se-telah pakai dukun dari
Kulon. Memang kaliber benar-benar tu dukun. Mobil-mobil di Taman Lawang kalau melihat dia
muter-muter terus,kayakgasing. Goawat.
Tapikangue duluanyangmundur dariTL.Bukan karena gue nggak laku disana, gue mesti tahu diri. Guekan
sudah tiga dimensi.Yangkenagep tekek Polda juga gue duluan. Selalu gue duluan. Gue sudah dua kali
masuk penjara, eh masuk asrama, Vero baru sekali.
Nyatanya sekarang apa?
Mana kalian dengar nama Vero Cablak? Nggak lagi. Dia jadi ngamen di jalanan pakai gendang kayu.
Gue gini-gini masih laris, masih dipakai, anak sekolah masih mengidolai gue. Oom-oomada yang mau,
bahkan orang Jepang ada yang menyangka gadis. Masih perawan lagi. Ouieee, gawat, benar-benar
gawat darurat. Apa-lagi kalau gue rajin minumpil KB, oui, tetek gue bakalan montok, kenyal. Lihat
nih..."
Belinda Melati Indah, menarik turun kaos sweater tebal yang dikenakan, memperlihatkan buah dadanya
yang memang lebih numbuh dibandingkan dengan lelaki. Di sebelah kanan ada tato kecil bergambar
bunga. Jelas bukan bu-nga Melati.
"Pegang!" perintahnya keras sambil mem-bawa tangan Icung ke dadanya, dan mengucak keras.
"Masih kencengkan? Keraskan? Gue sendiri suka nafsu kalau pegang. Ouiiieee, entahlah du-nia
persilatan ini..."
Belinda Melati Indah meremmelek, mata-nya setengah tertutup ketika bibirnya monyong ke depan dan
berkumik-kumik. Tubuhnya ber-getar, pundaknya seperti mengeluarkan tenaga listrik yang
memancar-mancar.
Belinda termasuk wargalama. Iamengontrak di gang Dua Puluh Dua, sebelah pangkalan mi-nyak. Di
antara dua belas waria yang tinggal kontrak di situ, Belinda termasuk yang lumayanpopuler. Iasering ikut
kerja bakti, membentuk grup voli, ikut aktif setiap pesta 17 Agustus atau-pun ulang tahunkotaJakarta.
Perawakannya memang tinggi, dengan rambut yang kelewat ikal bikinan. Alisnya, seperti dikatakan
sendiri, sangat bagus. Kalau ia punya duit cita-citanya bukan operasi kelamin, melainkan jadi producer
filmsekaligus memiliki salon kecantikan yang jumlahnya banyak.
"Kenapa ogah operasi kelamin?
Ketahuilah Cik, di dunia ini yang sudah ope-rasi kelamin, menyesal. Karena biar bagaimana itu milik
kita. Kalau hilang, kita sendiri sedih. Soalnya nggak bisa dipasang kembali."
Yang paling membuatnya bahagia, kalau pu-nya jerawat.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tingkahnya paling membuat anak-anak ke-cil bahagia bila mengintip Belinda. Dialah satu-satunya yang
bila mandi, pintu kamar mandinya ditutup dengan handuk, tak berbeda dengan wa-nita yang lain. Mereka
yang mengintip biasanya nangkring di pohon. Dan kalau yang ngintip makin banyak, Belinda
memperlihatkan atrak-sinya. Kemaluannya dijepit paha, setelah di ta-rik ke belakang, sehingga yang
terlihat hanya-lah rambutnya saja. Lalu dengan bergoyang-goyang, meneriakkan idiiih malu, Belinda
me-nyirami dengan air. Kalau perlu ia menguber sampai di jalanan. Tetap dengan mengepit ke-maluannya
tapi bisa berlari kencang sekali.
"Habis kita kesel, deh. Masak orang lagi mens diintip. Kitanyakanmalu.Dankamu tahu sendiri Cik,
bagaimana perasaan kita. Seenggak-enggaknya kitakanwanita."
Lawan bicaranya, jika sesama wanita selalu dipanggil Cik. Pokok pembicaraan selalu soalyanggoawat.
Tetangga sekitar hafal dengan ting-kah Belinda.
Hanya istri Babehyangsempat kaget ketika malam-malamBelinda datang dan menangis se-sengrukan
lamasekali.
"Aduuuh Cik,eh, Bu,saya baru saja kegu-guran. Tapi tak adayangmau memaklumi. Di-sangkanya saya
main-main. Padahal betul-betul baru keguguran. Anak pertama. Laki-laki. Gan-teng seperti bapaknya.
Aduuuh Cik,eh...Bu,goawat sekali. Bagaimana sakitnya hati, bisa dibayangkan kalau kita keguguran dan
dianggap becanda? Seenggak-enggaknya kitakanwanita, halus perasaannya. Tolonglah saya..."
Belinda menangis makin kencang, melilit-lilit, menggeliat, dan istri Babeh nampak kikuk. Untung Babeh
memandangi, dantanpadiminta Belinda keluar dari kamar.
"Ouieeee... sungguh tak ada perasaan dunia ini!
Kejam! Sungguh kejam.
Goawaaat!"
Pak RT sendiri pernah kemakan ulah Belin-da.lamendapat laporan bahwa selama ini Be-linda
menyembunyikan cowok di dalamkamar-nya dan tidak melapor atau memberikan'uangtamu.' Di daerah
Kampung Rabu satu-satunya cara adalah menangkap basah. Tanpa begitu, tak pernah ada pengakuan.
Disiapkan suatu pe-rangkap. Pak RT, sekretaris RT, bendahara RT, serta dua orang Pembantu Umum
bersiaga di dekat rumah Belinda. Seperti biasanya, sekitar pukul dua dinihari, Belinda pulang. Dengan
dan-dananyangsangat menor, mulut bau minuman keras, jalan sempoyongan sambil menjinjing sepatu hak
tinggi, diiringi nyanyian, sampai di depan pintu. Seperti biasanya Belinda menengok kiri kanan lebih dulu.
"Pah... Papah..."
Tak ada sahutan dari dalam.
"Pah... Mamah pulang nih..."
Agaklamadiam.
Baru kemudian sekali terdengar suara berat, mengantuk sebagai jawaban ogah-ogahan.
"Hmmm..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Cepet dong, Pah. Ih, Papah molor terus
ya
Jawaban suara malas, baru kemudian seperti ada suara kunci dibuka, pintu berkeriut, teriakan kaget,
suara ciumanyangdemontratif, omelan Belinda berkepanjangan mengeluh soal lama-nya membuka pintu,
soal ada razia, soal menolak diajakmain,sampai pintu tertutup kembali.
"Kunci dong Pah nanti diintip orang kalaumain.
EnakkanPahmainpagi begini? Sebagai istri, seenggak-enggaknya saya tahu kebutuhan le-laki... Paaah..."
Pak RT, Sekretaris, Bendahara, Pembantu Umumyangsudah bau minyak tanah tubuh dan kain
sarungnya, menerobos masuk ke dalamru-mah. Pintu dari kayu papan kelas dua langsung terbuka,
berikut selotanyangmasih tergantung. Kelimanya terlalu memenuhi ruanganyangha-nya satu-satunya, serta
kamar tidur. Dilongok di bawah kolong dengan senter perlengkapan ron-da malampuntak adayangbisa
dilihat, selain kardus dan plastik-plastik dari berbagai toko pakaian. Dinding rumah penuh dengan
tem-pelan kalender, dari berbagai perusahaan,yangdijejer penuh, karena lebih diperlukan gambar-nya
dibandingkan angka dan nama hari.
"Eiii, kont... kont... kont... gede,eh,ada apa Pak RT?"
"Mana cowok kamu?"
"Pah... keluar dong Pah, ada tamu nih..."
Terdengar jawaban dengan suara berat.
"Adaapa Mami Belinda Melati Indah?"
Pak RT tak bisa tertawa, meskipun cara Be-linda mengeluarkan suara bariton dari tenggo-rokannya
begitupas.Hanya lehernya menjadi sedikit tegang.
"Keluar dong Pah... Ini Mamah jadi tergang-gu eksperimen, besokkanujian biologi... mana kampus
jauh... Pah... Pah... temani Pak RT dong Pah..."
Belinda mengelus pipi Pak RTyangmundur selangkah, diikuti oleh Sekretaris, Bendahara, dan dua
Pembantu Umum. Mereka meninggal-kan rumah kontrakyangmirip kamar, dan ma-sih terdengar suara
Belinda mendayu sebagai ilustrasi dan jawaban Papahyangmesra.
Belindayangbisa memancing tawa di pang-gung pertunjukan kampung, bisa merias pengan-tin
betul-betulan, adalah Belindayanggemulai dan menyelipkan pisau komando dalamtas kerasyangjuga
berisi bedak, sisir serta tisu. Belinda bisa lembut ketika merayu dan kalau melihat pe-luang bisa menekan
habis pelanggannya, min-ta bayaran seratus kali, kalau tidak ada tawar-menawar lebih dulu. Kalau ada
tawar-menawar dan kelihatan peminatnya memakaikim, emas, atau barang berhargalain,Belinda bisa
menb ubah gerakannya sebagai penotokyanglihai. Menancapkan di leher, dan mempreteli, untuk
kemudianturun dari mobil dan mejeng lagi. Kalau kemudian terjadi keributan, sangat mu-dah baginya
berkelit. Bahwa sebenarnya mereka meributkan bayaran. Pastilah peminatnya nggak berani menanggung
malu untuk dilaporkan ke polisi. Seperti teman wariayang lain,Belinda menganggap pekerjaan seperti ini
jauh lebih menyenangkan, menghasilkan, dan menggairah-kan -bisa dijadikan bahan omonganyang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
mengasyikkan. Menyenangkan melihat korban ketakutan, kaget dan terpeot-peot wajahnya.
Menghasilkan lebih dari sekadar lembaranyangcuma satu,yangdipersiapkan dulu, karena takut kelihatan
punya duit banyak. Tamu-tamu sudah tahu tarip dan jarang memberitip. Danini lagi termasuk pekerjaan
yangaman, tanpa gangguan.
Kecualiapesbanget.
Yaitu ketika ia keliru menotok seorang tamu. Ternyata kalung emasnya palsu. Ia jadi berang dan
menusuk. Korbannya meringis meminta ampun dan diludahi -kalau saat itu bisa pasti dikencingi sekalian.
Tapi tak sampai sepuluh menit, korban su-dah kembali dengan teman-temannya satu mo-bil penuh.
Ternyata tamunya tekek. Habislah Belinda kena gulung. Rambutnya digunduli, tu-buhnya ditelanjangi,
disunduti rokok, kena setroom, dan harus mengaku bahwa korbannya bukan polisi. Di persidangan,
Belinda memper-tahankan diri bahwa ia membawa senjata kare-na untuk mempertahankandiri. Ia
berdalih bahwayangsebenarnya si polisi minta gratisan dan ditolak, lalu memenjarakan dirinya.
Belinda sempat membuat hakimyangnam-pak mengantuk terus, menegakkan kepalanya sejenak.
Merasa mendapat angin Belinda ber-cerita panjang lebar. Bahwa sebenarnya ia tak biasa mangkal disitu,
karena ia termasuk waria berkelas jauh di atas kelas kaleng. Bahwa ia bi-asa mejeng di daerah
perkantoran. Iamejeng di halte sehingga disangka pegawai atau karyawatibank.Adajugayangmenyangka
mahasiswi. De-nganmodalbahasa Inggrisyangmenurutnya lumayan, ia biasa diajak turis asing. Tak sedikit
yangingin mengikatnya secara tetap, tetapi ia selalu menolak.
"Saya mencintai kebebasan."
"Jadi namamu siapa?"
"Belinda Melati Indah
"Alias?"
"UntungbinKartijo."
Hakimyangnampaknya malas itu memerik-sa sekilas pada berkas, melihat kiri kanan, men-dengarkan,
masih dengan terkantuk.Danketika mengetokkan palunya, giliran Belindayangbengong. Tak adayang
menyangka terkena20bulan potongan masa tahanan. Seumur-umur ka-susyangdialamipaling bantertujuh
bulan. Itu sudahpalingmahal, dan biasanya terjadi di wilayah Barat dan Utara. Kok di Pusat bisa
se-begitu. Jaksanya hanya menuntut sepuluh bu-lan karena memang adafeelingsebelumnya.
Belinda tak bisa apa-apa selain menyum-pahi sehari tujuh kaliagarPak Hakimdisambar geledek.
"Biar nggak lagi musimhujan kalau disam-ber geledek bakal kejadian juga. Bagi Tuhan tak adayang
mustahil."
Entah sumpahnya terlaksana atau tidak, Belinda Melati IndahaliasUntungbinKartijo tak tahu.Danjuga tak
mengingat. Karena da-lamtahanan ia bisa menikmati keistimewaan-nya sebagai waria. Kelasnya
berbeda. Iabisa langsung masuk blok isolasi atau pengasingan.Agartidak digangguyang lain.Akan tetapi,
jus-tru di situlah Belinda menemukan kembali ke-primadonaannya, dengan banyaknya perhatian tertuju
padanya. Memang duityangditerimanya tak seberapa, tetapi tahu sendiri, harga-harga da-lambui
memang sebegitu. Sebungkus rokokpulljadilah. Kurang-kurang dari itu juga bakal di-terima.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Lebih dari napi dan atau tahananyang lain,Belinda tak mendapat halangan penyaluran seks. Tak
mengenal istirahat alamiah. Segala waktu, selama ia mau, jadilah. Pelanggannya bisa terdiri dari
pencuri-pencuri kecil, atau tingkat atas. Lagi pula kepandaiannya memotong rambut, meng-hitamkan
rambut, rawat muka, merupakan pem-balutyangtak terlalu mengundang kecurigaan. Kamarnya dihiasi
lengkap dengan alat-alat untuk merawat rambut. Mulai dari sampo, lipatan plas-tik kecil-kecil untuk
membuat keriting, jenislo-tionbarang tiga biji, sisir dalamdua jenis, danyangtak boleh dimiliki sembarang
penghunilainyaitu gunting kecil dan kaca. Dua bendayangterakhir ini kalau kedapatan dalamsuatu razia
bisalainakibatnya. Tapi ia bisa menyimpan dan kadang memamerkan, sebagai keunggulan. Ka-lau
dibandingkan penghunilain,mungkin ku-rang bisa leluasa ke blokyang lain.Akan tetapi, itu tak perlu benar,
karenayangdari bloklain yangakan berusaha keras masuk ke dalamnya. Kalau dipikir-pikir kembali,
suasana dalamru-mah tahanan ataupun lembaga pemasyarakat-anbanyak menguntungkan baginya. Dari
segi materiil, ia tak kekurangan. Bahkan termasuk berlebihan. Pergaulan luar biasa luas.Danmes-kipun
terbatas sebagai ` janji bui" atau "merah-merah jambu"-merah belumtentumanis- te-linganyabanyak
mendengar angin surga. Me-rekayangtergolong kakap berjanji ini itu kalau sudah di luar nanti.
Kehidupanyangberlebihan berakhir drastis ketika ada operan sekaligus tujuh waria. Sejak itu matilah
Belinda, karena pasarannya menda-dak surut, habis. Merekayangtadinya mencu-ri-curi pandang
padanya,yangtak dijawab tegurannya, sekarang diajak ngomongpunbu-ang muka. Makin sakit hati
Belinda manakala mereka bertujuh saling berbicara.Adayangmengatakan menerima lembaran Kartini. Itu
sama juga gila. Mana adayangmau membayar sebesar harga di luar.
Rokok mereka tak pernah putus. Mie selalu ada. Bahkan mereka mulai merencanakan tak mau lagi
menerima dan makan nasidis jatah cadongan.
"Eiii, gila apa makan nasidiskayakBelinda. Najis, Cik."
Belinda benar-benar taktahan. Iaberniat bu-nuh diri. Dengan gunting kecil, dengan kacayangdilepaskan
bingkainya. Bisa memutuskan urat nadi atau menggorek lehernya.
Tapi sayang juga. Kalau ia mati,banda nyajatuh ke tangan tujuh wariayang lain.Makinbangkitdan kumat
rasa dendamnya. Mendengar suaraVeronicaChandrayanialiasNgadino, Be-linda masuk kamarnya. Di
sanaada tiga orangyangmemandang heran padanya.
"Vero, jangan banyak bacot lu.
Sekarang lu sedot barang gua, sampai berdiri, sampai puas."
Belinda menurunkan celananya."Sarap kamu, Cik."
"Memang gua sarap. Gua mau tahu rasanya disedot sampai habis. Gua mau tahu mandi kucing,kayakapa
enaknya. Selama ini gua me-luluyangbikin orang mandi kucing hingga li-dah gua mencong. Sekarang
kamu lakukan."
Belinda mengangsurkan barangnya. KetikaVeronicabereaksi, kepalanya dijedorkan ke din-ding. Keras.
Vero meringis, menjerit, menyebut alat kelamin. Kedua temannya kena bentak ketika bergerak.
"Lu jangan ke mana-mana. Liat. Ini pelajaran."
Tak adayanggawat bagi sesama waria da-lamsoal membenci selain kepada kaumhomo. Tujuh turunan
akan membencinya -meskipun kurang jelas apakah bakal punya turunan atau tidak. Tak adayanglebih
gawat bagi sesama wa-ria dalamsoal menjijikkan selain diperkosa oleh sesamanya sendiri.Danitulahyang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dicoba di-nikmati habis-habisan oleh Belinda sebagai ba-gian pembalasan dari sakit hatinya. Dinikmati
sebagai kepuasanyangtertinggi. Antara bisa dan tidak berdiri tegang, antara bakal digigit oleh Vero,
antara sepasang matayangmemandang, antara sela-sela waktu kalau ada petugasyangmelihat, antara bisa
ejakulasi dan tidak. Semua-nya memuncak dalamgairah dan ketakutan, antara kematian kalau digigit
hingga putus, dan kenikmatanyangmenjijikkan sehingga kulit tubuhnya merinding.
Sejak itu, Belinda memang tidak kembali se-bagai primadona. Tapi ia mulai dipandang duamata. Ia
dipanggil Cik, ia mengatur setoran, ia mengatur siapa menemui siapa. Ia juga ketagihan sehingga ketujuh
waria itu ketakutan, ngeri dan mau melakukan apa saja selain disuruh membuat Belinda mandi kucing dan
membangkitkannya denganmainsedot.
Perlawanan ketujuh waria di bawah pimpin-an Vero terasakan ketika mereka berhasil merayu petugas
dan memberi ongkosagarbisa dipin-dahkan. Cukup besar, karena biaya pindah me-reka bertujuhyang
menanggung.
DanBelinda tak punya teman. Tak punya pe-langgan. Karena pamornya sudah turun. Karena hanya bisa
menceritakan siapa-siapayangdulu pernah menjadi pelanggannya.
Sampai kemudian keluar dari bui, Belinda tak berani mejeng di tempatsemula. Iamakin minggir, karena
banyak pendatang baru, dan banyak dukun saktiyangmembuat oranglainlaris, dan dirinya dijauhi. Bukan
soal usia dan kecantikan, menurut Belinda. Makin ke pinggir hingga berada di sekitar Kampung Rabu,
baik dalammenjajakan diri maupun bertempat ting-gal.
"Eiii, eluyangnamanya Warno Viktor ya? Kamu oskepkan? Semua orang pada ngomongin elu."
Wajah Warno berubah. Belumpernah ada perubahanyangbegitu cepat dan begitu mena-kutkan seperti
sekarang ini.
"Eh,bencong bakiak. Jaga mulut. Jangan asal ngejeplak saja."
"Luyangmesti jaga.
Gua denger sendiri. Nih Meong juga bilang." Pandangan mata Warno beralih ke Meong. Ke Icung.
Udara makin menyengat.
Panas menggigit. Iniyangdinamakan panas sakit.
Perlahan Warno Viktor berdiri.
"Kalau nggak ngeliat Babeh, kalian semua saya beri.
Gua jualan sekarang ini, siapayangmau beli, ayo..."
Ini tantangan terbuka. Dengan mengatakan jualan, berarti menantang secara resmi. Siapa sajayang
mengangguk, siapa sajayangbilang beli, berarti pertarungan segera terjadi. Bisa seketika itu juga. Karena
Warno Viktor pasti me-nyembunyikan pisau atau clurit atau sajam- senjata tajam- lainnya di balik celana
atau di suatu tempat. Begitu juga Meong atau Icung.
Dalamsekejap bisa enamatau tujuh lubang.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tak adayangbersuara, saat itu.
Tak adayangbergerak.
Karena setiap suara, apalagi gerakyangke-cil saja, berarti sebuahpermulaan.Dalamkadar minuman
keras, hubungan sebab dan akibat tak perlu sejelas ini.
Apayangdikatakan Warno Viktor memang betul. Hanya karena melihat Babeh Komid saja ia tak segera
menghajar Belinda dengan cepat. Hanya karena memandang nama Babeh Komid saja, Warno Viktor
tak segera mengurus apakah benar Meong mengatakan sepertiyangditu-duhkan. Namun semua itu tak
berarti apa-apa, karena selangkah di luar pagar rumah Babeh, bisa terjadi.
Danitulahyangterjadi.

J
5



ALANdi depan rumah Babeh Komid, seperti juga jalanyangmenyambung ke pelbagai penjuru di
Kampung Rabu, tak ter-masuk lebar. Tapi juga tak termasuk kecil. Ka-rena kalau dipaksa-paksa dua
gerobakairbisa berpapasan. Asal hati-hati, berhenti, mengarah-kan ujung-ujungnya, semuanya aman.
Tapi ka-dang cukup sempit untuk dua orang. Meskipunyangsatu jongkok danyang lainberjalan biasa.
Iniyangterjadi ketika Warno Viktorberjalan ke luar rumah Babeh dan menelusuriGang TigaPuluh Dua.
Dari arahyangberlawanan muncul Udin Bego, agaknyabarnpulang dari kerja. Udinyangwajahnya diberi
tato gambar pisau -tepat di bawah mata- mengipas wajahnya dengan lembaran Kartini, barang dua helai.
Persis di depanUdin Balok,iaberhenti sebentar, melirik dengan aksi.
"Ngent... anjing kurap. Panas benar hari ini. Jadi berkeringat," katanya tinggi sambil me-ngelap wajahnya
dengan lembaran Kartini. Udin Bego melihat ke arah sepatunya. "Mana berdebu lagi." tubuhnya
merunduk dan mengelap sepa-tunyayangberboot tinggi, hitam, dengan hakyangjuga sama tingginya.
"Kotor banget..."
Saat itulah Udin Balok bergerak. Sesuaide-n-ansebutannya, gegamanyangdiandalkan adalah balok. Tapi
karenayangada di sekitarnya adalah batu, benda itu pulayangdigenggamdan langsung dikeprukkan ke
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bagian belakang ke-pala Udin Begoyangsedang menunduk.
"Ngent... lu!"
Pukulanyangkeras. Hantamanyangtelak, membuat tubuh Udin Bego bergoyang. Tangan-nya menyambar
pisau di pinggang, tetapi hajaranyangkedua membuatnya rubuh, menciumlan-tai bersemenyangkeras hasil
proyek perbaikan kampung. Darah menggenang, kental, seperti sampo dipencet dari plastik
pembungkusnya. Meleleh, kental, lambat. Berbanding terbalik dengan gerakan Udin Balokyanglari cepat
sekali, menabrak beberapa ibu-ibuyangmenge-luarkan suara latah.
Udin Balok lari meninggalkan, karena me-rupakan gerak spontan saja. Selalu begitu setiap habismutusi.
Lari. Lariii. Menghindar. Tak pernah jelas benar larinya ke mana atau berapalama.Mungkin hanya
memutari gang-gangyangada, lalu berada di salah satu rumah kosong atau gardu atau los di pasar, atau di
teras siapa, atau gedung bioskop, atau bergabung bersama de-ngan temanyang lain.Bisa kemudian tidur
sebentar, lalu segalanya terjadi seperti biasa.
Apayangdialami Udin Bego tidak terlalu menarik perhatian. Pukulan bata dua kaliyangmembuatnya
rubuh, membuatnya mengeluarkan darah, adalah "pukulan sayang". Karena kalau Udin Balok berniat
menghabisi, ia bisa membe-ri lagi. Dengan hantaman batu lagi, atau tusukan langsung kedada.Itubarn
tusukanyangsebenar-nya, bukan tusukan sayang. Akan halnya sebab-musabab terjadinya pemukulan,
semua setuju bahwa apayangdilakukan oleh Udin Bego sa-ngat keterlaluan.Sorehari memang saat-saat
penodong pulang kerja. Sementarayangbiasa jalan malam, belumdapat apa-apa. Mulutpunmasih pahit.
Sehingga gerakan mengelap keri-ngat di wajah dan debu di sepatu dengan Kartini, merupakan
penghinaanyangtak termaafkan. Banyak penghinaan dengan kata-kata, dengan meludahi, dengan
menempeleng, menendang, memukul dengan tangan terkepal,yangmasih bisa dimengerti dan dimaafkan.
Akan tetapi carayangdilakukan Udin Bego jelas memancing dendamdan kemarahan.
Heran, Udin Bego bukan pertama kali ini melakukan, dan bukan kali ini pula tersungkur karena sebab
yangsama. Barangkali pula dari situlah asal mula tambahan kata bego,yangdengan senang hati disandang
sebagai nama res-mi. Nama itu pula akan dipakai di dalamktp, andai saja ia memiliki ktp.
Tapi tanpa tanda pengenal apapun,nama Udin Bego cukup tenar. Bahkan lebih dari semua warga
Kampung Rabu, Udin Bego bisa leluasa berada di pasar ikan, dekat tempat pelelangan. Hanya
bermodalkan minumsetembakan ataudua,Udin Bego bisa mengumpulkandagangan. Iaberjalan di antara
los-losyangada, mengam-bil ikan dua ekor di warung sini, dua ekor di wa-rung satunya, dua ekorlainlagi.
Dari sepanjang los-los itu ia bisa mengumpulkan banyak. Me-minta selembar koran, semua dagangannya
ting-gal di pajang. Kalau ada pembeli lewat, tinggal pinjamtimbangan gandul dari penjualyangmemiliki.
Anak timbangan memang tak punya dan biasanya pemiliknya tak begitu rela me-minjamkan. Bagi Udin
Bego tak soal, karena ia bisa mengganti dengan batuyangditemukan di sekitarnya.
"Ini satukilo,"katanya menerangkan pada ibu-ibuyangdipaksa belanja.
"Ini ikan apa?"
"Ikan apayangIbu maui?"
Udin bisa balik bertanya, dan jika pembelnya menanyakan ikan kakap, akan dijawabyangdijual adalah
kakap. Kalauyangmau membeli meminta ikan baronang, Udin Bego akan me-ngatakan ikan baronang.
Satu-satunyayangdiketahui ada bedanya yaitu cumi-cumi atau kepiting.
"Sekarang tidak musim,Bu.Kalau adayangjual cumi-cumi itu berarti palsu?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Palsu?"
"Ya,Bu.Itu bikinan Jepang, dibuat dari plas-tik. Tanya saja sama pak dokter hewan. Di koran juga ada."
Udin Bego selalu bisa meyakinkan oranglainuntuk menjadi ragu. Itu pula sebabnya ia juga tak pernah
bisa menjawab jika ditanya berapa harganya, selalu mengembalikan dengan perta-nyaan "Ibu beraninya
berapa."Dansetiap ta-waran pertama, Udin Bego dengan cepat akan menggelengkan kepalanya. "Uiii,Bu.
Tanya se-belah kiri dan kanan, belinya saja mana dapatBu."Penjelasanyangmakin kontras dengan apa
yangdilakukan karena ia tak pernah membeli. Tapi itulahyangselalu dilakukan, pada pembeli pertama
seluruh dagangannya dijual. Jika pem-belinya mengeluarkan lembaranlimaribuan atau bahkan sepuluh
ribuan, Udin Bego pura-pura menimbang, lalu memberikan semua ikannya.
"Ambil saja semuanya,Bu.Saya mau trans-migrasi saja."
Udin Bego pulayangpernah digetok kepa-lanya pakai tas plastik gara-gara hal ini. Tas plas-tikyangkaku,
keras, dan membuahkan darah dan benjol-benjol. Lebih menyakitkan, lebih memalukan dibandingkan
dibata, tetapi Udin Bego bisa menjalani dengan tenang. Omelan penjual ikan, tak mengubah untuk tidak
mengu-langi caranya berjualan. Kadang itu masih harus ditambah dengan operasi di seluruh pasar. Itu
terjadi kalau uang hasil penjualannya hilang. Tanpa peduli apa-apa dan siapa-siapa, Udin Bego akan
menggeledah semua dompet uangyangada di pasar. Untuk mencari uangnya,yangmenurut pengakuannya
dihapal nomor serinya. Sesuatuyangmustahil karena Udin Bego tak bisa mem-baca dan tak mengenal
angka dengan baik. Toh begitu, ia tak mau asal ambil lembaranyangsama. Kalau bukan maunya, ia tak
mau meng-ambil duit. Kalau mau mengakui, siapapunpe-miliknya ia tak peduli. Bahwa akhirnya ia
dibawa ke pos polisiyangorang-orangnya sangat dike-nali, ditambah dengan sedikitclang-cling-clung,dan
sebelumdua puluh hari ia sudah berada di tempatyangsama. Dengan carayangsama pula berjalan di
pasar. Berjualan. Kalau lagi timbul keinginannya ia naik ojek sepeda, minta diantar-kan ke mana ia mau.
Ke tempatyangselama ini sudah sering dilihat, dan tak ada keinginan berbuat sesuatu. Selain hanya ingin
naik di bon-cengan sepeda sambil menuturkan bahwa ia dulu memulai karirnya dalamdunia persilatan
dengan menjadi tukang ojek sepeda. Modalnya, dengan mencuri sepeda dan kemudian dipakai ngojek.
Sampai suatu hari, ia memboncengkan seseorangyangsetelah meneliti mengatakan itu sepeda miliknya.
"Ah,yangbener Pak?"
"Iya."
"Saya beli dari orang Pak. Ada kuitansinya, ada saksi, dan sudahlamasaya miliki. Kalau Bapak benar
mau mengurus, saya tunjukkan orangnya. Saya nggak mau dituduh sembarang-an. Saya kerja baik-baik,
buat anak, istri dan mertua."
Terjadilah kesepakatan, dan Udin Bego me-ngantarkan ke alamatyangditunjuk. Dengan sedikit
berpura-pura melihat kiri kanan jalan, Udin Bego mengantarkan. Menyebutkan ciri-ciriyangdisebut
sebagai penjualsepeda. Iame-nunggu di luar, dan membayangkan betapa ri-butnya keadaan di rumah
orang itu.Yangtaklaindari ayah kandungnya sendiri. Udin Bego senang sekali, dan kalau sorenya ia pulang
ke rumah, melihat ayahnya uring-uringan makin terpingkal-pingkal dalamhati.
"Kamu ini kelewat bego. Masak ayah kamu sendiridibantalin,kanbisa mencari namalain."
"SumpahBe,bukan saya.
Sungguh saya tak bilang apa-apa. Mana mungkin Beh saya mengatakan hal seperti itu?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Sayangnya tak terlalu sering Udin Bego suk-ses notok atau mencuri dan ketahuan sehingga tak bisa
terlalu sering sengaja bercerita bahwa ayahnya adalah asbak,aliastukang tadah.Adasajayangbisa
diomongkan. Mulai dari mene-rima bukuporno,bk, sepeda,jamtangan, sampai hal-halyanglainnya. Tapi
polisi jarang percaya. Atau tak pernah percaya. Itulahyangmembuat Udin Bego menyesali, dan mengakui
bahwa dirinya tetap kalah bego dibandingkan dengan ayahnya.
Kini, kalaupun ia tak bisa membayar ojek sepeda dan jadi ribut, ia tak bisa menyebut nama ayahnyaagar
membayar. Tak bisa juga menga-takan nanti dibayar di rumah. Karena tukang ojeknya sudah tahu
kartunya.
Kini kalaupun ia tergeletak, Udin Bego tak mengisyaratkan apa-apa. Ia seperti tahu adayangakan
menolong, menanyai, merawat sedikit, dan bisa-bisa sampai mencukur rambutnya. Sepertiyangselama ini
selalu diceritakan dengan gagah. Bahwa suatu hari ketika sedang mengkilik mo-bil, ia kejebak sama
pemiliknya, seorang tante-tanteyangstnk -setengah tuwa ning kepenak, rada tua tapi enak- repot
membawa belanjaan, dan pertama kali mengira Udin Bego tukang parkiryangsedang menjagai mobil.
"Sedang apa kamu?"
Udin Bego kaget tak menyangka tertangkap basah.
"Sedangmengkilik, Tante."
Wajahyangmasih bausalon, yangminyak wanginya terciumkalau ada angin, susah me-nangkap
pengertian kilik, tapi cukup tinggi pengertiannya.
"Jadi kamu mau mencuri mobil saya?"
"Tidak, Tante. Saya tidak mungkin mencuri mobil, karena saya tak bisa mengendarai mobil. Mengkilik
itu mencoba membuka. Kalau perlukeongnya dirusak, atau kaca jendelanya ditu-runkan, dan isinya saya
ambil."
"Tahukah kamu bahwa itu perbuatan jahat? Tindak pidanayangbisa dihukum?"
"Terpaksa saya lakukan Tante. Perut saya la-par. Saya dari keluargayangbroken.Saya janji tak akan
mengulangi perbuatan ini lagi."
Tanteyangdigambarkan rada gemuk, dan tak terbiasa terkena sinar matahari, menghela napas dalam.
Dalaaamsekali.
"Siapa namamu?"
"Udin, Tante. Lengkapnya UdinStones Col-lections alias Casanova.Biasa dipanggil Udin Bego."
"Yaaa, barangkali Tuhan mempertemukan kita. Pastilah Tante ini diingatkan oleh TuhanYangMahakasih
untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Begini sajalah Udin... mulai hari ini, Tante ajak Udin ke rumah
Tante.Dan..."
Selanjutnya, bisa diterka. Udin mendapat perlakuanyangsangat baik sekali. Mendapat kamar tersendiri
di lantai dua. Mendapat buku, ikut nonton kasetvideo.Pekerjaan tetapyangdiharapkan tidak ada, selain
membantu mem-bersihkan mobil, mengatur tanaman, dan disuruh mengantarkansuratatau mengambilkan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
barang.Adarencana untuk dikursuskan sesuatuyangbisa menjadi bekal. Makanan, sekali lagi cukup
berlimpah. Serta vip. Pagi ada kopi, dan nasi go-rengyangdisediakan pembantu. Sianglain,dan kalau
malamada acaradinning out,Udin diajak juga.
Tiga hari kemudian, rencana Udin berjalanmulus. Iakabur dengan membawa barang-ba-rang. Tak ada
yanglebih memuaskan bagi Udin Bego selainmengebom di tempatyangtak terduga. Bisaberak di rumah
sendiri. Bahkandalamkhayalannya, selalu ituyangmenjadi ba-gian dariendinglamunannya.
Sebagai anakyangtumbuh dan besar di Kampung Rabu, Udin dikenal betul harga ban-drolnyayangtak
seberapa. Semua penghuni pernah kena ulahnya. Tetangga kiriyangkehi-langan ayamjago aduan sampai
tiga kali -tiga-tiganya ditekuk lehernya hingga patah, tiga-tiga-nya ketahuan tapi tak bisa dibuktikan
bahwa Udin Begoyangmelakukan. Jemuran, kalauje-ansdan mereknyaLevishilang, tak ada oranglain yang
bisa dicurigai. Tapiyang palingsering,palingmenjengkelkan adalah perbuatannya membalas serangan
dengantai.Kalau pemilik ayamjago itumenyanyi, bisa dipastikan esok paginya dinding rumahnya penuh
dengantai.Itu akan terus diulangi. Sampai orang-orang berhen-ti membicarakan. Tetanggalainjuga sempat
ma-rah-marah kepada Udin Bego, karena kalau ia melihat bakso kuah atau minuman atau makan-an,
tanpa peduli untuk siapa langsung diludahi. Tiga kali. Bahkan di rumahnya sendiri, kalau ada tetamu, Udin
selalu melakukan. Sampai-sampai tetanggayangbertamu ke rumah Udin, tak be-rani menyentuh makanan
atau minuman jika Udin ada di rumah.Yanghampir menyebabkan kematiannya juga soaltai.Yaitu ia selalu
pura--pura buangairbesar, untuk mengintip cewek mandi. Tak peduli siapapunceweknya, usia be-rapa
akan diintipnya. Waktu kakaknya diintip, Udin hampir mati. Karena ketika kakaknya te-riak keras
sekali, pacarnya langsung menyerbu ke dalamkamar di sebelahnya. Bres, bres, bres, golok diayun, dan
luka menganga di leher, dua di perut. Operasi penyelamatan dilakukan de-ngan kasar.
Sejak itu kalau Udin mengintip lagi, tak lang-sung digulung.Palingdigedor kamarnya atau disiramairpanas.
Menurut Udin sendiri, ia o-rangyang palingberuntung. Kalau oranglainmencuri ayam, namanya akan
berubah jadi Udin Keok. Toh ia tak perlu gelar itu. Namayangdi-kibarkan tetap saja, UdinCollections.
Tetapi bisa mengecoh puluhan apotik karena bisa menulis resep dokter dengangayatulisanyangtak
dira-gukan apotekernya. Ia juga meniru tulisan ayah-nya,yangdikirimkan ke kantor ayahnya untuk
meminjamduit. Iabisa meniru tulisan ibunya, untuk diberikan kepada ayahnya di kantoryangisinya meminta
duit untuk keperluan keponakanlain.Bahkan disuratitu ditambahi tulisan:NB:Maaf tak ada oranglain yang
disuruh selain Udin. Amplopi saja duitnya, tutup dengan kertas tebal, karena Udin tak tahu.
Beberapa kali Udin mempraktekkan, dan beberapa kali berhasil, dan merasa sangat puas sekali.
Tawanya akan berderai, dan kedua kaki-nya bergerak-gerak naik turun bergantian, matanya menyipit,
sampai berhenti dengan sen-dirinya.
Tawa itulahyangmenolongnya, dan meng-angkatnya kembali. Karena istri Babeh Komid menyukai tawa
itu.
"Di kampung ini hanya Udinyangbenar-be-nar bisa tertawa," kata istri Babehyangtak me-rasa khawatir
diintip waktu mandi. Tapi memang Udin Bego belumpernah mengintip istri Babeh. Bahkan sebaliknya,
Udin Bego selalu datang ke rumah Babeh, menyapu, mengepel, mengisi bak mandi, mencuci apa saja,
kadang membawakan minyak, mengisi bak, tanpa disuruh dan tanpa minta sesuatu. Untuk mencucipun,
Udin Bego membawa sabun sendiri-yangentah diperoleh dengan cara bagaimana.
Karena pengaruh penerimaan istri Babeh, Udin Bego jadi agak dipandang kembali. Tetang-ga masih
mengomeli, tetapi tak membencinya seperti dulu. Bahkan kalau ada omongan ramai di rumah Babeh,
antara parapemainyangtelah berkelas sekalipun, Udin Bego tak pernah diusir. Bisa ikut mendengarkan,
ikut merokok, ikut minumkopi, ikut bertanya, berpendapat dan bahkan mendebat. Hanya kalau istri
Babeh menggelengkan kepala atau kelihatan tidak su-ka, Udin Bego segera meninggalkan rumah.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tak adayangmengetahui apayangdibica-rakan Udin Bego dengan istri Babeh saat me-rekahanyaberdua
-ataubertiga dengan Babeh. Tak juga Udin Bego sendirimanmengingatnya dengan urut.
Yangdisadari oleh Udin Bego adalah ia bisa bercerita, tanpaditanya. Iabahkan mengakui dulu pura-pura
gila ketika mengamuk dan meng-ancamagarayahnya memberikan seratus tusuksate.Setelah dibeli oleh
ayahnyasateitu dibu-ang semua, disebar ke lantai, dan ia minta seratus tusuk lagi.
Kemudian ia dibawa ke rumah sakit jiwa.Eh,sebelumnya ia dibawa ke dukun wanita itu, dan dimandikan
kembang tujuhrupa. Iagera-yangi dukun wanita itu, ia elus pantatnya, ia raba-raba, hingga akhirnya dukun
wanita itu menyerah dan mengaku kalah ilmu. Sewaktu di rumah sakit jiwa, ia juga menggantung diri.
De-ngan celana panjang, dan napasnya benar-benar tercekik, dadanya panas, luka di lehernya
mem-buka kembali, dan rasanya sudah seperti mati ketika semua menangisi.
Ayah dan ibunya, kakaknya, kakak ipar, se-muanya meminta maaf. Udin Bego memilih di-am.
Bungkam, dan memperhatikan dan merasa puas sekali ketika akhirnya setiap hari dikirimi seratus tusuk
sate.Setiap kali dikirimi, langsung disebar -karena tusuknya telah dihilangkan, dan nanti kalau sepi,
diambil dan dimakan lagi. Kadang dicampur dengan kotorannya sendiri, dan melihat wajah-wajahyang
heran, takut, Udin Bego makin puas.
"Udin, kamu tidak bego, juga tidak gila," ka-ta istri Babeh suatu ketikayangmembuat Udin Bego
berkeringat luar biasa, dan gelisah sekali.
"Kamu pintar, sebenarnya.
Kamu marah karena ayahmu kawin lagi, lalu jadinya seperti itu. Bertindak ngawur."
"Tidak, Ibu. Saya tak peduli ayah saya mau kawin lagi kek, mau cerai lagi kek, itu hak ayah saya. Dia
matipunsaya tak peduli. BenarBu,itu hak Durkim."
"Bukankah kamu mulai menyebut nama Durkim, dan bukan ayah, sejak kamu tahu ayah-mu kawin lagi,
dan kemudian kawin lagi? Bu-kankah sejak itu kamu selalu mengganggu ayah-mu setiap kali berduaan
dengan ibumu? Bukan-kah kamuyangmengisi termos ayahmu dengantai?Bukankah kebiasaan meludahi
makanan dan minuman juga sejak saat kamu tahu ayahmu kawin lagi?"
"Wuah, gawat. Kok Ibu tahu? Pasti adayangcerita."
"Udin, dengar Ibu.
Tak usah kamu cari siapayangmemberitahu. Kamu tak boleh membalas. Mengerti?" "Mengerti, Ibu.
Udin berjanji."
"Ya, sudah begitu saja.
Tak usah sumpah segala macam. Ibu tak mau dengar."
"Baik, Ibu."
Udin bisa membegoi siapa saja, tapi kalau sama istri Babeh, sampai sekarang ini Udin tak pernah
mengatakan dan melakukan apayangbertentangan. Udin Bego juga berjanji tak akan mengulangi apayang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pernah dilakukan di kantor polisi. Yaitu semasa masih ditahan disana, Udin Bego mencontoh tulisan
Kapolsek pada se-lembar kertas. Isinya sepertiyangselama ini dibaca. Bahwa hari Seninsoreakan ada
sidak -inspeksi mendadak- dari Polda. Sehingga se-luruh anggota harap bersiaga.Yangcuti diba-talkan.
Kantor dibersihkan, tembok dikapur,wedan kamar mandi mengkilat, sapu, kemucing, kertas, dan semua
persediaan ada.
Sewaktu di dalamrutan, Udin Bego pulayangmenggunakan pengeras suara. Waktu itu bulan puasa,
siang hari, Udin menggunakan pe-ngeras suarayangbiasanya digunakan untuk mengumumkan panggilan
sidang, atau merekayangvonisnya turun, atau tata tertib peraturan. Udin Bego,yangbekerja sebagai
tanping, tena-ga pendamping, bagian kebersihan, sehingga bisa leluasa, mendekati ke arah tempat itu.
Me-masukkanstopkontak listrik, dan ia mulai de-ngan pengumuman.
"Pengumuman, pengumuman.
Hari ini ada operan ke elpe Nusa Kambang-an.Paratahananyangdisebutkan namanya ha-rap
bersiap-siap untuk dipindah. Dalamwaktu satujamharus sudah siap..."
Lalu Udin Bego menyebutkan nama-nama sertaalias yangdikenalnya, asal tahanan, sampai dengan20
orang. Akibatnya20orangyangdise-butkan ramai-ramai menuju bagian registrasi, lengkap dengan plastik
buntalan pakaian, kasur, tikar, piring, dan diantarkan beramai-ramai, ka-rena namayangdisebutkan oleh
Udin Bego adalah nama-nama brengosyangselama ini di-kenal punyamassa.
Yangkedua, Udin Bego bersembunyi di ba-wah meja, dan mengumumkan bahwa seluruh pegawai tanpa
kecuali mengambil hadiah thr. Yaitu berupa uang, kain sarung, dan bingkisan lebaranyang lain,sumbangan
dari donatur. "Parapembuka blok juga diharuskan membawa daf-tar penghuni blok secara lengkap,
untuk mene-rima bingkisan lebaran secara khusus.Agarti-dak menimbulkan keruwetan, dimulai dari
pe-muka blokA, B, C, D, E, F, G, H, I,J, K, L, M, N, 0, P, Q, R...dan seterusnya. Tak lupa kami
sampaikan, selamat menyambut suka cita Le-baran."
Hampir saja terjadi keributan besar, dalamartian Udin Bego ketahuan. Tapi Udin Bego ba-lik bertanya.
"Lho siapayangtega berbuat begitu? Saya di sini juga akan mengambil thr."
Sampai berada di luar, tak adayangmenge-tahui polah Udin Bego. Udin Bego tak pernah bercerita, tak
pernah mengenang kembali. Ke-pada siapapun,kecuali kepada Ihu Komid. Sebabnya satu. Karena Ibu
Komid tertawa kecil ketika mendengar uraian ceritanya. Bagi Udin Bego, apa saja bakal dilakukan,
kalau Ibu Komid bisa tertawa gembira.
"Ibu percaya apa tidak kalau saya bilang sa-ya cinta sama Ibu?"
"Percaya."
Udin Bego menangis sesengrukan.
"Ibu, bikin saya malu.
Saya bilang begitu, biar Ibu tertawa. Kok Ibu tidak menganggap lucu?
Saya malu,Bu..."
Udin Bego menangis sampai tertidur pulas.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Dalammimpinya, ia mengaku kepadaBuKomid, bahwa ia memang benar-benar jatuh cin-ta. Jatuh, tuh,
begitu saja. Tanpa maksud apa-apa. Udin Bego juga mengaku bahwa ia hanya pernah menangis dan
tertawa pada satu orang saja di jagat ini, yaitu kapada Ibu Komid. Kepada ibunya sendiri, Udin Bego
hanyapernahmena-ngis sekali -waktu lahir.
Atassarantak langsung pula, akhirnya Udin Bego mengatakan iya ketika akan dikawinkan dengan
Umaryatiyangneneknya masih saudara dengan kakeknya dari pihak ibuyangtakper-nahdiketahui
sebelumnya. Mencengangkan pula karena gadisyangsedang tumbuh itu wajah dan penampilannya
lumayan, telah menyelesaikan sekolah menengah pertama, rajin sembahyang dan ketika pertama kali
bertemu dengan Udin Bego langsung mengatakan bersedia. Jodoh di tangan Tuhan. Pertemuan pertama
yangmeng-awali perubahan besar. Keluarga Durkimyangsepakat merayakan secara besar-besaran.
Petun-jukan lenong, layar tancap, orkes dangdut, serta jaipongan. Rasanya semua kebahagiaan ingin
ditumpahkan, sekurangnya untuk sekali ini saja. Panitia persiapan sudah mulai menyibukkan di-ri. Hampir
semua berkomentar senada: Alang-kah beruntungnya Udin Bego menemukan jodohyangbegitu diinginkan
semua mertua.
Dua minggu sebelumhari istimewa, Udin Bego pergi ke rumah calon istrinyayangdiinap-kan di rumah
salah seorang keluarganya, diGang 17Buntu. Udin Bego tak ingat -tak mau me-ngingat persis- apa
maksudnya kesana. Sampai di depan rumah, ia dipersilahkan duduk di kursi tamu dan digodain "seperti
tak sabar saja". Lalu salah seorang memberitahu Umaryatiyangse-dang berada di dalamkamar.
"Tuh dicari..."
"Siapa?"
"Udin...
"Udin siapa?"
"Idih gitu... Cepet."
"Udin siapa."
Tentu saja pembicaraan keduanya terdengar jelas di telinga Udin Bego karena antara kamar tamu
dengan kamar tiduryangditempati Umar-yati hanya sebatas dinding papan tripleks.
Udin mendengar, berdiri, dan kini ayah ibu-nya merasa bahwa anaknya benar-benar bego, sangat bego.
Karena mengatakan lebih baik pernikahan tak usah dilangsungkan. Tak ada gunanya, karena toh calon
istrinya tak me-ngenalnya. Bagaimana bisa bertanya Udin siapa?
Memangnya berapa calon suaminya?
Ituyangdikatakan Udin Bego, dan untuk ter-akhir kalinya, ia diusir karena kali ini sudah ke-terlaluan.
Kalau soal sepedayangdicuri, masih bisa dimaafkan. Kali ini sudah mencoreng arang, betul-betul. Bahkan
neneknya maupun kakeknya ikut menyumpahi.
Sebelumpergi, Udin Bego singgah ke ru-mah Babeh, seperti kebiasaannya selama ini. Mengisi bak
mandi, mengepel, mencuci, memin-ta rokok. Seperti tak terjadi apa-apa.
Waktu bertemu dengan Ibu Komid, Udin Be-go menciumtangan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Ibu, seperti kata Ibu, saya tidak bego. Saya pintar. Saya mau menyelamatkan Umaryati. Saya tak ingin
dia seperti Ibu. Berdiamdi tem-pat seperti ini."
Cumaitu kalimatnya. Lalu mulai mengge-landang lagi. Tidur di sekitar, baik diGang II, Gang V, Gang 42,
mampir di rumah Babeh Ko-mid,muterke jalan bawasajam, dan seterusnya sampai dengan ketika
bertemu dengan Udin Balok.
Udin Bego masih tertelungkup disemenke-ras. Beberapa orang menarik tubuhnya, menga-ta-ngatai tak
usah manja, tak usah pura-pura, bahkan adayangmenendang perutnya. Baru kemudian Warno Viktor
sadarsesuatu. Iasering melihat orangyangbaru saja melepaskan nya-wa.
Adasemacamkabutyangdinginnya tera-sakan berada di sekujur tubuh, terutama bagian wajah dan
belakang telinga.



T
6

ANGANWarno berkeringat, telapaknya basah. Lehernya terasa dingin dan dengan gemetar merogoh
dari celana dalam, mengam-bil buntalan plastik sebesar kelingking. Masih dengan gemetar, giginya
menyobek bungkusyanglengket, dan menenggak isinya. Pil bk war-na putih kuningyangsebagian sudah
hancur kena gertakan gigi, didorong ke dalammulutnya, meluncur seret pada tenggorokan. Mengambil
sekali lagi, dan satu bungkusan berikutnya su-dah menyatu denganairliurnya.
Sekarang terasa lebih tenang. Begitu pil itu terkecap, ketenangan segera menguasai dirinya. Sehaliknya
jika tak ada dalamsakunyayang palingdalamatau dalamcelana dalamnya ia akan terus-menerus gelisah,
merasa adayangcacat.
Bibirnya masih gemetar. Tubuh Udin Bego tetap tak bergerak.Adayangmenarik-narik, adayang
membaliknya.
`... akhirnya sampailah Nyi Montok ke da-lamguayangsangat gelap. Tangannya meraba-raba
sekitarnya, dan terkejut karena menemukan sosok tubuh seorang lelakiyangtelanjangdada.Lelakiyangdulu
masuk ke dalamgua persem-bunyian.
Sementara suara-suara pengejar di luar ma-kin riuh rendah, Nyi Montok merasakan getaran napas
hangat, bahkan boleh dikatakan panas. Tangan Nyi Montok meraba-raba, dan kaget de-ngan sendirinya.
Karena menyentuh bagianyangterlarang. Agaknya lelakiyanglebih dulu ber-sembunyi juga kaget. Namun
mereka berdua tak bersuara. Hanya saling senggol-menyenggol saja. Maklumkeadaan gua sangat gelap.
Tangan-nya serba salah. Pegang takut kena bagian ter-larang, kalau tak pegang, malah tangan lelaki itu
yangagaknya mencari pegangan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Mereka tetap tak bersuara. Hanya dengus napasyangmakin panas.
"Ahhh..."
"Sssttt..."
Desahan napas makin merangsang kulit, dan berdesirlah darah kelelakian dari Singa Lorengyangselama
ini tak bertemu lawan jenis. Yaaaa... lelaki itu adalah Singa Lorengyangganas,yangselama ini sangat
merindukan Nyi Montok..."
Sandiwarayangdisetel kenceng memenuhi suarayangbercampur dengan pertanyaan kenapa dan jawaban
sekenanya. Adegan dari sandiwararadiodi mana Singa Loreng bertemu dengan Nyi Montok di Gua
Gelap Tanpa Nama, merupakan adeganyangmendebarkan dan ditunggu-tunggu. Pendengarnya sudah
mendengar dan hafal dari pemancarlainsebelumnya, tetapi tetap dengan antusias berusaha mengulang.
Beberapa orang malahan hafal betul kata-kata Nyi Montok. Bisa mengikuti setiap patah kata dengan
gerakan bi-bir. Seakan sedang mengisi suara.
"Memangnya Udin Bego kenapa?"
"Tahu! Ayan kali."
"Katanya dibata."
"Sama siapa?"
"Soleh, pasti. Soleh masih dendam, karena nyaknya diintip waktu mandi."
"Nyaknya atau neneknya?"
Anak-anak berlarian kiri kanan, berlari. War-no Viktor berlutut. Pengaruh pilyangbaru di-tenggak sudah
menjalar. Tangannya menyentuh tubuh Udin Bego.
.. Nyi Montok merasa serba salah. Kalau ia berteriak, para pengejarnya akan mengetahui, berarti ia
tertangkap dan bakal dibawa ke Ke-raton untuk dijadikan gundikraja.Cih, ia tak sudi. Tapi kalau
dibiarkan ia merasa risi juga. Apalagi tangan lelakiyangtak dikenalnya itu makin berani. Kalau tadinya
menyentuh karena salah gerak, kini sudah mengarah.
"Selamat datang Nyi Montok..."
Astaga lelaki itu mengenalnya.Danmeng-ucapkan selamat datang. Ketika tangan lelaki itu makin beringas
mengusap dadanya, Nyi Montok menggertakkan giginya.
"Kalau kamu teriak, atau memukulku, kita berdua akan mati dicincang para prajurit."
Sialan. Suara itu dibisikkan di telinganya, sa-ngat dekat sehingga terasa sentuhannya. Lelaki itu
berkumis. Lebat.
Ih, siapa dia?
Nyi Montok makin penasaran, sementara tangan lelaki itu makin berani. Berani memelo-rotkan
kembennya, dan menyentuh dadanya. Sentuhanyangmembuatnya jijik. Tapi juga enak.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Nyi Montok terangsang juga.
Pengalamanyangtak pernah terbayangkan. Belumpernah ia menjalinasmaradengan lelakiyangtak
dikenali. Apalagi kini dalamkeadaan berdiri. Di tempat gelap. Nyi Montok pasrah. Antara berontak
marah, dan keenakan. Anta- ra...
Adegan dipotong siaranMan sponsor,danyangmendengarkan menggerutu. Justru karena berhenti
sebentar itulah, Udin Bego mendapat perhatian. Seseorangyangmembenci, mencari jeruk nipis dan diiris
di lantaisemendi mana darah Udin Bego masih menggenang. Seorangyang lain,memintaagardibawa ke
Puskesmas, atau rumah sakit. Seseorangyang lainmenga-takanagarorangtuanya diberitahu, seseorang
yang lainmengatakan bahwa sebenarnya Udin Bego mati karena penyakit jantung.
Bagi Warno Viktor, kematian sepertiyangdilihat itu sering dilihat secara langsung. Ka-kaknya juga
pernah ditikamdi depan matanya, isi perutnya berhamburansemua. Iamelihat kakaknya menggeliat,
meregang, memandang, bergulingan. Cukuplama,sampai ia mening-galkan, dan kembali lagi masih dalam
posisi dan gerakyangsama.Dankemudian meninggal. Ayahnya juga begitu. Warno ikut di kantor poli-si,
ketika ayahnya ditembak tepat di paha.
"Manayangkiri."
Dor.
Peluru itu mengenai tulang, membelok dan mengeramdisitu.Dalamkeadaan luka, ayahnya ditinggal dan
memandang ke arahnya.
"Saya haus.Air..."
Warno Viktor gemetar. Ia ingin memberiair,tapi takut ayahnya mati. Karena menurut ceritayang
didengarnya jika orang kena tembak dan diberi minum, seketika akan mati.
"Air,ngent... lu. Dengar tidak?"
"Ya... ya...
Warno Viktor gugup. Mengambilairjatah, menuangkan ke mulut ayahnyayangmeneng-gak dengan lahap
sekali. Sampai seluruh leher dan bajunya basah kuyup. Lalu menggeletak. Warno berpikir bahwa
ayahnya sudah mening-gal. Diamtak bergerak. Darah terus mengucur, membasahi lantai. Bebatyang
dibalutkan keras-keras tak menghentikan pendarahan. Hingga malamhari, Warno Viktor melihat
ayahnya dibawa keluar. Tiga hari kemudian dengan berjalan terhuyung-huyung, sudah kembali ke dalam
sel. Warno mendengar cerita ayahnya bahwa ia di-bawa ke rumah sakit dan disanapelurunya di-cungkil
dengan pisau, sambil dimaki-maki.
"Semua sayaangkat," kata ayahnya mene-rangkan bahwayangterlibat seperkara dengan-nya dilindungi.
"Termasuk kamu. Hanya polisi itu tak bisa menembak.Yangkiri kena tempu-rung. Tulangnya pecah.
Padahal jaraknya dekat, kok ya meleset.
Jangan takut. Bapakmu ini masih akan hi-dup.
Masih akan bangkit lagi.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ingat itu. Jangan malu-maluin saya." "Ya... ya...
"Kalau ditanya jawabmu tetap. Tak kenal saya."
"Ya... ya...
Dua hari kemudian ayahnya dibon kembali.Dansejak itu tak kembalilagi. Iamembaca di koran beberapa
hari kemudian, bahwa MarkusaliasMacan Jabrik, residivis kambuhan berusaha melarikan diri dan
ditembak mati, setelah sempat melukai petugas dengan tusukan senjata tajam. Warno Viktor sedikit
sangsi bahwa ayahnya bi-sa melarikan diri dengan kedua kakinyayangluka, apalagi bisa memperoleh
senjata tajam. Tapi ia tak berkomentar dan tak mendengar pen-jelasanlain. Yangsedikit berbeda adalah
cerita ayahnyayangsengajapasang badan dan me-nanggung sendiri tanpa mau mengembet
teman-temannya.Lainlagi denganyangdiceritakan mulutlain.Yaitu bahwa Macan Jabrik sudahla-madiincar
polisi, terutama sejak ia melarikan diri dari tahanan. Tiga orang polisi diturunkan pangkatnya, disel, dan
tiga orang itulahyangmembuat proses verbalnya. Terlampias sudah. Impas sudah.
Kalau diingat-ingat, selama dua hari itu Warno Viktor tak mendapat firasat apa-apa. Tak mimpi
apa-apa. Hanya ingat di tengah malam, pintu sel dibuka, dan Macan Jabrik dibawa ke atas. Untuk
diperiksa.
Warno Viktor memberikan sendal, tapi ayah-nya memakai sepatusport.
"Ini saja."
Rekan seselnya mengatakan bahwa sebe-narnya MarkusaliasMacan Jabrik sudah merasa bakal kena
801,atau perintah tembak mati di tempat. Sebab itu menyiapkan sepatu. Kalau pakai sendal, sendal itu
bisa dilempar dan ketika mengambil akan didor. Agak tidak masuk akal Warno Viktor, karena pakai
sepatu juga bisa di-dor langsung.
"Aku menciumbau mayat dari tubuhnya.Adaudara dingin dari tengkuk dan daun teli-nganya. Itulah
tanda-tanda akan mati."
Warno Viktor tak percaya malamitu.
Kemudian mengakui kebenarannya. Rekan seselnya nampak menyembunyikan kebang-gaannya.
"Kamu"tikus baru.Saya ini sudah mengenallama.Di wilayah Barat, saya sudahmalangme-lintang. Saya
tahu semuanya."
Dua hari kemudian, rekan seselnya itu juga ditulis disuratkabar dengan kisahyangsama seperti dialami
oleh MarkusaliasMacan Jabrik. Melawan petugas ketika akan digrebek di ru-mahnya.Danmemang rekan
seselnya itu me-ninggal di depan rumahnya.
... dalamkeadaan terdesak, Nyi Montok menggunakan akalyangterakhir. Tangannya me-raba ke
bawah, dan memencet dengan keras.
"Aduuuh!"
Parapengejar mendengar suara itu dan ber-usaha masuk ke dalamgua. Singa Lorengyangkini telanjang
bulat tak bisa menahan rasa sa-kitnya, karena Nyi Montok menggunakan jurus Pencet Penyabut Nyawa
yangterkenal sakti. Dalamkeadaan limbung, Singa Loreng justru memeluk Nyi Montok, merangkul,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
mendekap, dan terjadilah peristiwayangtak terduga baik oleh Nyi Montok maupun Singa Loreng,
atau-pun para prajurityangmengejar masuk sambil membawa obor. Mereka terlongo-longo, kehe-ranan,
takjub tak menyangka bakal menemukan pemandanganyangmenggetarkan sukma. Tu-buh sepasang
manusiayangtak ditutupi sehelai benangpun,saling berhimpit di ruang sempit.Paraprajurit mengacungkan
tombak, pedang, keris terbengong. Lupa akan tugasnya menang-kap atau membunuh mati. Mereka
terkesima.
Saatyangbaik bagi Singa Loreng maupun Nyi Montok untuk melarikan diri. Tapi mereka ber-dua
agaknya lupa daratan. Tubuh mereka tetap menyatu. Bahkan makin erat. Makin lengket. Makin
mendesah.
"Oooh...
"Oooh...
Iringanmusik -yangdiambil dari sepotong lagu tentang cinta birahi- memotong adegan.
Suararadiomakin keras terdengar, karena beberapa orangyangdatang merubung juga membawaradio
yangdisetel kenceng. Semen-tara mata melihat kejadian di sekitar, telinga ditutupi olehradio.
"Jadiin!"
Teriakan itu merupakan aba-aba komando. Dengan begitu, dendampada Udin Balok akan
berkelanjutan. Mulai detik itu juga, Udin Balok akan terus diburu untuk melunasi hutangnya. Kalau ia
mempunyaimassa, berartimassaUdin Balok akan bertempur denganmassaUdin Bego. Meskipun mereka
berdua sama-sama tnggal di Kampung Rabu, tetapi tetap ada pembagian siapamassasiapa. Pembagian
antara grupArek, grupPlembang, grupKoreaatau Batak, grupSumatraatauPadang.Dankalau sudah
terjadi perangmassaakan berakibat lebih buruk. Bukan karena akan jatuh banyakkorban, tetapiakan
banyak aparat keamanan di Kampung Rabu.Danitu berarti terganggunya kegiatan harianyangberlangsung
selama ini.Palingtidak ada berba-gai pertanyaan, penangkapan, pertanyaan lagi, penangkapan lagi, dan
kegiatan layar tancap, pesta untuk sementara akan ditiadakan. Bahkan seperti dua tahun lalu, Pak RT
akan mengabsen semua warganya.
Warno Viktor kembali ke dalamhalaman Ba-beh Komid, ketika bersamaan dari dalammuncul Icung
dan Meong.
Babeh mau pergi," kata Icung perlahan, se-olah menolak kedatangan Warno Viktor.Iasamasekali belum
mengetahui bahwa baru saja terjadi pembunuhan.Yangsegera diketahuinya adalah Warno Viktor sudah
mulainaik.
"Mau kondangan," kata Icung menegaskan sekali lagi.
"Itu hak Babeh.
Saya nggak tanya kamu."
Suasana menjadi tegang, karena Meong lang-sung meraba celananya bagian belakang. "Mau lu apa?"
"Gua nggak mau apa-apa."
Ketegangan mencair. Buyar. Kalau jawaban Warno Viktor berbeda, misalnya saja "lu apa maunya",
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bisa berakibatlain.Karena bagi Me-ong, melindungi Icung dalamsaat tidak perlu dilindungi merupakan
kewajiban. Sementara Warno Viktor sudah mulai terpengaruh tiga plas-tik kecil.
Icung sendiri mengatakan Babeh akan kon-dangan, karena tadi melihat istri Babeh me-ngatakan kepada
suaminya, bahwa lebih baik mandi dan siap-siap untuk pergi. Isyarat halusyangkarena dituruti Babeh,
membuat Icung kurang enak melihat pandangan mata istri Ba-beh. Icung berdiri dan mengajak Meong.
Yangberada di dalamtinggal Belinda Melati Indahyangtermangu. Sebenarnya banyak sekaliyangingin
diceritakan pada siapa sajayangmau mendengar. Menceritakan bahwa semalam, be-nar-benar ia
bermimpi sangat bagus sekali. Ber-ada di suatu tempatyangbanyak cowok gan-teng, berkumis, punya
anjing gede. Semuanya naik mobil. Ingin bercerita selama ini ia tak menerimasuratdari manapun, padahal
ingin sekali menerimasuratdari pacarnya atau dari siapa saja. Pokoknya adasurat. Atau bercerita tentang
modepakaianyangdilihatnya di ma-jalah wanitayangmenurut perkiraannya lebih cocok untuk dirinya
dibandingkan dipakai pe-ragawati di majalah tersebut. Melanjutkan menatap Icungyangmemenuhi syarat
untuk dipacari secara tetap, setidaknya untuk sebulan! Namun semuanya buyar. Gara-gara Warno
Vik-tor. Gara-gara pembicaraanyangtak mengha-silkan apa-apa.
Hariyangsial. Tadi bangunnya kesorean, dan tak sempat mengobrol. Padahal sebentar lagi gelap, dan
kalau ia tak segera berangkat bakalmiringtangkinyaaliasperut lapar. Akan tetapi, kalaupun berangkat, ia
sudah membayangkan bakal marah-marah dan iri. Karena dirinya tak ditengok, sementara waria baru
pada panen.
Kalau saja Babeh takdimintamandi, Babeh ma-sih akan mendengarkan. Biarpun diam, biarpun tak
bereaksi, Belinda tahu Babeh mendengarkan semuanya. Itu semua membuatnya senang dan diperhatikan.
Tapi sekarang Babeh ke belakang, mandi. Dengan handuk bersihyangtelah dise-diakan, sikat dengan
pastanya, sabun, gantiyangbersih dan disetrika, sepatu sendalyangbersih dan mengkilat, sisiryangbersih di
tempatnya. Semua itu bisa dilakukan oleh Belinda.DanBe-linda akan melakukan dengan senang hati.
Ke-inginan bisa memanjakan sangat besar baginya. Masalahnya hanyalah, ia tak menemukan orangyang
bisa dimanjakan. Betapa bahagianya men-jadi istri Babeh. Mempunyai suamiyangtak banyak omong,
diberitempeya mau, diberi sing-kong ya mengangguk. Tak pernah telinganya mendengar Babeh
mengomel. Apalagimainta-ngan. Manusia seperti apa babeh itu sebenarnya? Belinda suka
bertanya-tanya, Babeh itu waktu kecilnya apa makan nasi seperti dirinya atau makan kemenyan?
".. Apakah hubungan antara Singa Loreng de-ngan Nyi Montok ini kelak kemudian hari akan melahirkan
bayiyangmenjadi seorang pende-kar? Apakah Singa Loreng akan bertanggung jawab?
Nantikan lanjutannya dalamepisodeberjudul Ksatria Perkasa dari Gua Derita, dengan pemain... "
Belinda berjalan keluar rumah.
Langkahnya tetap jelita, genit, memikat. Ge-rak siku kedua tangannya tetap terjaga, bahkan sampai
caranya menarik napas.
Matanya tak menemukan siapa-siapayangdikenali akrab digangdepan rumah.Yangme-nambah
kejengkelannya, karena tak adayangmeneriaki bencong, atau menggodanya. Sepi.
Panas.
"Oui, entahlah. Dunia persilatan sudah ka-cau.Adakondektur jadi peragawati. Semua pada
merah-merah jambu... tak ada manisnya sama sekali."
Teriakanyangkeras tak menimbulkan reaksi apa-apa. Tak adayangmenyoraki seperti dulu, setiap kali ia
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
selesai mengucapkan kalimatnya.
Tak ada.
Sepi.
Panas.
Belinda kemudian menjerit keras sekali, kencang berlari, kemudian berhenti seperti ke-jang,
meneriakkan kata-katayangdemikian saja meluncur dari bibirnya, bersinambung, panjang berentet.
Beberapa orang menoleh, Belinda me-nerangkan bahwa ia kesurupan, bahwa ada roh gentayangan, dan
adayangmenghubungkan dengan roh Udin Bego, dan mengartikan bahwa Belinda punya kesalahanyang
belumdima-afkan. Namun semua itu juga hanya sebentar. Belinda Melati Indah ditinggalkan begitu saja.
Kembali sepi.
Masih panas, Belinda termangu. Ingin rasanya saat itu terjadi kiamat. Atau ada bommeleduk di
Kam-pung Rabu. Itu lebih baik daripada hujan duit atau seratus cowok ganteng berkumis.Yangterjadi
ternyata pembicaraan beberapa orang bahwa malamnanti begadang di rumah Pak Durkim. Bisa dapat
izinmainkartu, capsa, mi-num-minum, sampai dengan seribu hari nanti pada perhitungan hari tertentu.
Sempat melintas di benaknya, apakah kalau ia mati juga bakal adayang mainjudi pada hari kematiannya
nanti. Jangan-jangan tak ada. Belinda tak ingin mati.
Sepi.
Panas.
"Nasib orang lain-lain. Jangan ditangisi. Relakan arwah Udin menghadapSangMaha Pencipta..."
Belinda menghapusairmatanya. Panas.
Tak sepi.Adaairmata.Adayangmenasihati.
"Kalau Tuhan maunya begitu, kita tidak bisa begana atau begini. Pasrah saja. Ituyangterbaik.
Eee... kalian mau ke mana? Jangan macam--macam. Sebentar lagi bapakmu pulang. Nanti kalian
dicari... Eeee, Muin lu denger apa nggak?"
"Slowsaja."
"Anak zaman sekarang ngomongnya enak.Slow-slow... Muin..."
Muin,yangditeriaki sampai serak, merasa tak perlu menengok. Merasa tak perlu berhenti atau
mendengarkan lebih jauh. Dua minggu ter-akhir ini Muin selalu mendengar ibunya me-ngatakan bahwa
ayahnya sebentar lagi pulang. Sewaktu tidur, ibunya akan membangunkanclanmengatakanagarsegera
mandi. Sebab jika ayah datang, hatinya akan lebih senang kalau ka-marnya bersih. Menyentorairkencing
saja di-hubungkan dengan kedatangan ayahnya.
"Muin!
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
MasyaAllah!Nengok aja tidak. Padahal ka-lau bapaknya anak-anak ada, tak berani mem-bantah.
Menurut terus. Iya Pak, iya Pak. Yaaah... sebentar lagi juga datang. Saya belummenye-diakan kopi
kental kesukaannya. Mana duitnya lagi seret banget.
Belinda, kamu punya kopi di rumahmu?Setembakan saja cukup."
Panas lagi.
Sepi makin sempurna.
"Hidupkansaling tolong-menolong. Itu na-manya bermasyarakat. Ya?"
"Ya."
"Nah, gitu. Jangan menangis. Relakan Udin.
Yuk kita ambil kopi.
Saya doakan nanti kamu dapat jodohyangbener. Dapat istriyangmontok."
Wajah Belinda berubah murka.
"Eee, Cik! Kamu sinting apa ya? Ditinggal suami jelek gitu saja sinting!"
"Siapayangsinting?"
"Lu, Cik. Lu. Masak gue didoain jodoh istri montok. Memangnya gua cowok. Sarap bener kamu Cik!"

7
MENURUT



istilah preman Kampung Rahu, Babeh memakai pakaian si-dang. Pakaianyangbiasa dikenakan para
ta-hanan ke sidang pengadilan. Baju lengan pan-jang, dikancingkan ujungnya, lipatannya rapi ke dalam
celana. Sepatu sehitamrambutyangdi-sisir rapi.
Istri Babeh berjalan di samping, setengah langkah di belakang Babeh. Perlahan, seirama dengan kibasan
koran Babeh ketika berkipas tadi. Dari ujunggangdi persimpangan, ada rom-bongan pendatang baru.
Sekeluarga, suami-istri, dengan anak-anak kecil, kompor, kasur, bantal,radio yangmencuat menarik
perhatian, di sam-ping buntalan dalamkardus pembungkus rokokyangdiikat dengan tali rafia kuat-kuat.
Agaknya mereka kelelahan dalamperjalananyangpan-jang.
Sekilas Babeh menangkap pandangan mata mereka, sambil menjawabi salamdari kiri kanan. "Ke rumah
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
siapa?"
"Pak Musa," jawabyangditanya masih sem-poyongan dengan beban dan anakyangingin lepas dari
pegangan.
"DanJawa?"
"Ya."
Anak-anak kecil.Yangakan tumbuh, ber-kembang dalamudara Kampung Rabu. Dalamhembusanair
yangberbau asin. Selalu saja ma-sih adayangdatang, seperti juga ketika dirinya datang.
Babeh terbatuk. Langkah masih dalamirama, sampai di jalan besar. Keduanya berdiri, me-nunggu bis
yangselalu penuh dan terangkut sampai stasiun Tanjung Pnok.Dansanaberlan-jut lagi denganbuskota
jurusan BlokM.Turun di jalan Jenderal Sudirman, naik taksi dan taklamakemudian masuk ke dalam
sebuah bangun-an mewah.
Perhitungan wanita tak pernah meleset, pi-kir Babeh ketika memasuki ruanganyangsangat dingin
berhembus. Mereka berdua tepat sekitar tiga puluh menit dariyangtertulis dalamun-dangan.Yangpertama
menyambut adalah ka-rangan bunga ucapan selamatyangluber sampai ke halaman parkiryangminpshow
roomdengan pengemudi herpeci hitamyangsiaga untuk seti-ap titik debuyangmenempel di mohil, padahal
sebenarnya debu tak terasakan di halamanyangbahkan anginpunberaroma wangi dan mahal. Di tengah
seliweran petugas berseragamsatpam, di antara petugasyangmemakai jaket dan me-rekayangpotongan
rambutnya kelewat cepak, di antara berbagai umbul-umbul megahyangmendapat sorot lampu secara
khusus, terlihat pahatan es batuyangduametertingginya de-ngan huruf-huruf kapitalMARKPLAZA, yang
dikerumuni segala jenis bunga dan buahyangditata secara alami. Bahkan uap dan batu es di-perhitungkan
dengan hisapan dan bagian atas. Permadani warna birustrip putih -simbolwar-na perusahaan bisnisMark
Hababe-yangter-ukur tepat sampai ke lipatan di ujungyangme-nyatu dengan dinding. Tepat di belakang
tugu es, gadis-gadis ayu dengan sopan menunggui buku tamu,yang lainmenyiapkan suvenir,yang
lainsiap mengantar, sementara sinar kameravi-deomembunuh habis suasana malamyangada.
Babeh Komid menunjukkan undangannya, menuliskan di buku alamatyangsangat bagus, dan istnnya
menerima patung keramik wanita bersanggulyangmerupakanlogoperusahaan, dan di bawahnya akan
terbaca semboyanyangditerakan dalamwarna emas mengkilat: demi kemakmuran semesta. Penenma
tamu melihat sekali lagi sudut kiri amplop, seolah tak percaya, tapi kemudian maju dan menyematkan
anggrek kecil didadakiri Babeh. Babeh tersenyum, me-ngucapkan tenma kasih, mulai melangkah ke
bagian dalam. Di pintu masuk berdin empat lelakiyangsemuanya mendekati empat puluh tahun, memakai
seragamjas dari bahan dan penjahityangsama, juga mengenakan tanda ang-grek di atas saku. Gadis
pengantaryangsedikit kikuk dengan kain kebaya mengantarkan de-ngan gerakan tanganyanglembut,
senyumyangramah sekali, dan Babeh mulai bersalaman de-ngan keempat-empatnya. Satu demi satu,
dengan gumamyangtertutup suara handy-talky.
Dandalammelangkah tergesa seorang lelakiyanglebih muda,yangmengesankanbarnme-nyelesaikan usia
30tahun, dengan jas seragamyangsama.
"Akhirnya Bapak dan Ibu berkenan datang," sapanya sangat lembut.
"Kamu makin hebat saja, Hah."
"Berkatrestu Bapak dan Ihu..." suaranya ter-henti, seseorang menyenggol, danMarkHababe tergesa
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
meninggalkan. Istri Babeh melirik ke arah tamuyangdatang di belakangnya, dan me-ngenali sebagai Pak
Menteriyangmuncul di televisi. Istri Babeh segera menarik tangan sua-minya agak ke pinggir, walaupun
Pak Menteri masih berada di ujung.
Dari ruang utama, musik hidup mulai terde-ngar. Lagu-lagu klasik terdengar lembut, meng-iringi gerak
pelayanyanghilir mudik, seakan sebanyak tetamuyangdatang, dan Babeh turut terserap. Matanya
memandang ke langit-langit gedung baru yangakan diresmikan.Adapahatan dariBaliyangsangat sempurna,
seirama denganrelieftembok di dinding. Di bagian dekat pang-gung, dalamcetakanyangkukuh simbol dari
Mark,serta seperangkat alat tenunyangsudah dimakan zaman namun teramat sangat sem-puma.
Tak bisalamabediri, karena gadis dengan seragamsamayangberada di dalamsudah lang-sung
mengantarkan ke tempat dudukyangdi-sediakan. Sebuah tempatyangtermasuk isti-mewa. Dua baris dari
bagian depan, terdiri darilimabangku. Sudah ada dua orangyangduduk disitu, yangmembuat istri Babeh
sendiri kikuk, karena keduanya lelakiyangtak disertai istri.
Babeh duduk, menyalami, dan mereka me-ngucapkan nama, Babeh juga, dan membuatyangmendengar
merasa perlu sekali lagi me-nanyakan.
"Komid," jawab Babeh perlahan.
"Bapakdari mana?"
Babeh hampir menjawab dari Kampung Ra-bu. Akan tetapi, melihat gelagatnya, ia segera mengetahui
bahwayangdimaksudkan adalah nama perusahaan atau usaha grup bisnis, dan
merasa perlu berpikir sejenak.
Rombongan Pak Menteri masuk, dan sua-sana berubah. Langsung pintu depan ditutup, bersamaan
dengan acara protokoler dimulai. Pengantar dari pembawa acarayangmudah di-kenali sebagai penyiar
televisi, disusul naiknyaMarkHababe,yangsebelumke panggung meli-rik bangga pada istrinya.
Istri Babehmeliriklagi ke undangan, mem-baca huruf-huruf bagus dan menerangkan malamini adalah
peresmianMark Plazasebagai pusat dari semua kegiatan sosialyangdikelola oleh kelompok usaha
mereka.
"... alat tenun itulahyangmulai menganyam, merenda, menenun masa depan sebagian dari masyarakat
Indonesia yangkita cintai dan kita hormati bersama, sebagian kecilyangkarena satu danlainhal masih
terpuruk dalamlingkaran kemiskinan, kepapaan, kekurangan. Kami, dari kelompokMARK,Makarti
Adiling Rakyat Kabeh,Menuju Keadilan Rakyat Semesta, men-coba menangkap semangat itu dari
suasana ke-keluargaan, semangat kebersamaan, semangat memberi.
Dengan segala rendah hati, kami memohon perkenan Bapak Menteri untuk meresmikan penggunaan
gedung bertingkat tujuh belas ini,yangmeskipun jauh dari sempurna, tetapi meru-pakan permulaan
koordinasi dari kegiatan ke-cil-kecilan kami.
Bapak Menteri, kami persilakan..."
Pembawa acara mengulangi lagi dan serentak dengan itu, semua kesibukan terjadi di depan. Sesaat
berpidato atas nama pribadi, komentar menyenangkan mengenai paguyubanMARK,sampai kemudian
menandatangani prasasti. Empat perlima hadirin tak bisa melihat langsung karena di depan bergerombol
puluhan wartawan, petugas, dan undangan. Namun dari layar moni-tor besar, detil kegiatan terlihat jelas
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dalamskala besar.
MarkHababe nampak sangat dandi, sangat gagah, tampan, tanpa sehelai rambutyangjatuh, tanpa setitik
keringat, dan kulitnya mengesankan kesegaran dan bersih sehingga pori-porinya se-perti terlihat.
MarkHababe selalu tampak bersemangat, seperti juga dalambuku pengantar mengenai kegiatan
PaguyubanMark.Riwayat hidupnya ditulis secara singkat. Ketika sedang menye-lesaikan skripsi pada
fakultas hukum, pria kela-hiran Makasaryangberdarah campuran Ambon Sunda ini memilih bergahung
dengan grup Niaga Pertiwi Nusantara. Mulai kariernya di cabangSurabaya,dua tahun kemudian ditarik
ke pusatJakarta,dan tiga tahun berikutnya diangkat se-bagai salah satu direktur kelompok. Kini
me-rangkap sebagai ketua pelaksana harian Pagu-yubanMark,dan secara resmi boleh memakai nama
panggilanMark.Dalamhirarki grup NPN, Hababe orang ketiga belasyangmemakai gelarMark.Bisa juga
diartikan bahwa dalamhirarki grup NPN, ia merupakan orang ketiga belas?
"Tidak persis begitu," jawabMarkHababe tenang sekali, kepada wartawanyangterus mem-buntuti ketika
Bapak Menteri telah mening-galkan ruangan. "Harus dibedakan antara usaha NPN, Niaga Pertiwi
Nusantara, dengan pagu-yuban sosialMark.Masing-masing berdiri sen-diri, punya badan hukumsendiri.
Kebetulan beberapa orangnya sama.
Saya ingin dari saudara-saudara menekankan pada kegiatan PaguyubanMark.Sebab dari
saudara-saudara semua, akan tertular kabar baik ini, dan banyak rekan-rekanlainmendirikan kegiatan
sosialyangsama, atau bahkan lebih baik.
Berapa danayangdikeluarkan, saya tak ber-hak berbicara. Adalah adat kita, ajaran kita, untuk tidak
mengatakan berapa sumbanganyangkita berikan. Itu merupakan tanggung jawab saya ke-pada pengurus
paguyuban, dalamsoalmoral..."
"Adayangmenuliskan untuk anggaran ta-hun ini sekitar tujuh puluh milyar, dan tahun depan dua kali
lipat," serohot salah seorang war-tawanyangagaknya cukup dekat.
"Sekitar itu.
Sekali lagi, saya tak akan mengatakan, dan saya minta saudara tidak memaksa,"MarkHa-babe
memanggil salah seorang dan tersenyumkecil. "Segala sesuatunyayangbelumsaudara ketahui, bisa
ditanyakan langsung kepada Novita Anggraeni. Diayangmengatur, juga turun untuk mengunjungi
proyek-proyek kita mulai minggu depan. Nov, silakan..."
"Sebentar, Pak. Satu pertanyaan saja. Apa-kah ini isyarat bahwa semua kegiatan sosial akan disatukan
lewat Paguyuban ini? Maaf, kalau tak keliru tangkap ituyangdikatakan secara lang-sung oleh Bapak
Menteri."
MarkHababe menarik napas, sedikit mena-han di dadanya.
"Adalah tugas saudara wartawanyangter-cinta untuk menerjemahkan bagaimana isi pida-to tadi. Sekali
lagi, saya tak berhak memberikan tafsiran. Nanti dikira akan ada monopoli soal-soal kemanusiaan seperti
ini. Kan jadinya nggak enak. Membantu sesama bukanlah untuk... ah sudahlah, itu sajayangbisa saya
berikan."
"Apakah PaguyubanMarksiap, andai ditun-juk menjadi koordinator tunggal?"
"Kalau namanya tugas kemanusiaan, kami tak pernah menolak.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Hanya jangan diberikan penekanan kami siap dan berharap untuk itu. Siapapunbisa, selama berjalan
dengan baik, sampai kepada sasaran.Yangselalu menjadi persoalan kan bagaimana keiklasan para
dermawan ini sampai secara utuh kepada merekayangmemang berhak mene-rimanya. Masalah kedua
adalah soal prioritas. Mana sasaranyangdituju, bagaimanaprogramuntuk menuju ke sasaran, serta strategi
yangterbaik. Kalau sekadar membagikan saja... itu juga baik, tetapi kurang terarah. Akibatnya ya...
berapapundiberikan, tak menghasilkan apa-apa. Malah mungkin perpecahan, rasa iri, dan meng-undang
penyelewengan. Karena apa? Karena kesempatan ada, atau tanpa terasa diadakan.
Kebetulan PaguyubanMark slapdengan pro-gram-programyangbisa dipelajari secara ter-buka. Bisa
dikritik, dan kami meminta bantuan ahli-ahli dari luar negeriyangberpengalaman dalambidang sosial.
Saudara..." Novita tersenyumketika maju selangkah.MarkHababe mengangkat alisnya.
"Dia lebih tahu kapan saat saya harus me-nutup mulut."
Dengan gagah, langkah rapi dan teratur,MarkHababe menghindar dari kerumunan. Beberapa undangan
masih menyalami, masih berbincang kecil penuh arti, sebelummeninggalkan. Pe-nerima tamuyangtadi
datang mengantarkan bingkisan besar. Bukan diayangmembawakan, melainkan pemuda-pemudayang
bibirnya nam-paknya basah, menyiratkan keremajaanyangsedang tumbuh.
Babeh merasa perutnya kelewat kenyang, dan itu selalu ditandai dengan rasa kantukyangcepat. Bersama
dengan istrinya, Babeh berjalan keluar. Di pintu, seseorang mengatakan bahwa ia mendapat tugas
mengantar pulang.
"Siapayangmemerintah?"
Lelaki berseragamputih dengan peci sangat hitamitu mengatakan bahwa ia ditugaskan un-tuk mengantar
Babeh.
"Pak Komid dari Kampung Rabu?" tanyanya ragu-ragu.
"Ya."
"Saya disuruh mengantarkan Bapak." "Siapayangmenyuruh?" "Ibu Nov..."
Istri Babeh mencekal tangan suaminya.
"Sudah adayangmengatur kan?"
Babeh tersenyumtipis.
"Lho, saya ya mau saja..."
Adayangmembawakan bingkisannya sam-pai ke mobil. Ada sopiryangsiap mengantar. Sangat hormat.
Ada mobil sangat mewahyangmembuat Babeh maupun istrinya tak bisa me-nutup dengan sempurna
sehingga perlu diulangi oleh pengemudi.
"Siapa namanya?"
"Saya Kusnen, Pak."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Sudahlamabekerja di sini?"
"Dua tahun jalan."
"Sopir pribadi?"
Lelaki itu tersenyumkecut. "Saya tak bisa jadi sopir pribadi Pak. Tak bisa berbahasa Ing-gris, dan "
kalimatnya menggantung. Lampu-lampu terang kotaJakarta yanggemerlap, ber-kelip-kelip genit, dilewati
dengan nyaman. Tan-pa hiruk tanpa pikuk, tanpa suara apa-apa. Hanya mesin pendingin,yangoleh istri
Babeh diminta dikecilkan untuk kemudian dimatikan, dan se-bagai gantinya kaca jendela sedikit
diturun-kan.
"Kalau sedikit nggak apa. Di lampu merahsexingada penodongan. Asal melihat mobil ba-gus, wuah...
pasti jadi masalah. Makanya saya tak pernah beradapaling depankalau adalam-
C,merah. Lebih baik disemprot kendaraan dari belakang kalau kira-kira akan berhenti."
"Pernah ditodong?"
"Saya sendiri belum. Teman saya pernah dua kali."
"Di mana?"
Kusnen tak segera menjawab. "Di mana kejadiannya?" "Di depan kantor polisi." "Di kota?"
Babeh mengangkat alisnya.
"Kapan kejadiannya?"
"Yangpertama sudahlama. Yangkedua baru seminggu lalu. Sekarang masih di rumah sakit. Limpanya
hancur."
Masuk ke dalamjalur tol, mobil mewah itu melesat dengan kecepatan sangat tinggi. Tetap tak ada suara
berisik, kecuali kini kasetyangterdengar sempurna sampai ke petikanyangpa-ling ringan. Hanya saja,
Kusnen seperti takme-nikmatisama sekali.
"Sudahlamabeker...ehtadi sudah ditanya-kan. Kenal dengan Pak Hababe?" "Saya orang kecil,Bu.
Ketemu saja belumpernah. Kalau melihat Bapak di televisi atau di majalah ya sering, kare-na kita selalu
dibagigratisjika Bapak dimuat di majalah.
Bapak kenal sama PakMarkHababe ya?" "Tidak."
"Lho...
Keduanya diam.
Jalananyangmulus seperti melemparkan Babeh dan istrinya pada suatu tempatlain yangbukanJakarta,
yangbukanIndonesia.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Saya kira, maaf ya Pak, Bapak masih ada hubungan saudara."
"Apa ya pantas saya jadi saudaranya Ba-pak?"
"Ibu kan pantas."
Jawaban Kusnenyangsederhana, seadanya membuat tawa Babeh lepas. Untuk pertama kali-nya tawa
Babeh nampak panjang dan bersi-nambung. Tetap tak berhenti, walaupun istrinya menekankan
tangannya ke tangan Babeh.
"Aha, makin jelas bahwa kamu ternyata lebih cocok untuk menjadi apa saja..."
"His."
"Kamu dengar sendiri kan?"
"His."
Kusnen menyesal, iri dan bahagia sekali.
Menyesal karena merasa omong sembarang-an, dan membuat perbedaan antara suami dan istriyang
diantarkan. Menyesal karena ia sama sekali tak bermaksud membuat perbedaan de-rajat. Iri karena
melihat betapa cara ibu itu men--ucapkanhisdengan pandanganyangsangat mesra dan menyiratkan
hubunganyangselalu diangankan setiap pasangansuami-istri.Apalagi untuk usia kedua tamuyangdiantarkan
ini. Bagi Kusnen, sungguh jarang membawa penumpang suami-istriyangmasih bercanda mesra. Biasa-nya
saling diam, bicara satu dua, atau malah cemberut terus, dan baru ceria kembali setelah bertemu dengan
yang lain.Merasa bahagia, ka-rena pancaran kebahagiaan penumpangyangdiantarkan ini demikian jernih,
dan menen-tramkan.
"Maaf... Pak..."
"Ah, tak perlu minta maaf. Kalau kita menga-takan apa adanya, spontan, dalampembicaraan seperti
sekarang ini, permintaan maaf lebih me-nunjukkan basa-basiyangtidak spontan dan tidak tulus.
Jadi masih bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan kami dengan BapakMarkHababe?" Tak ada
jawaban.
Tolyangnyaman,yangkosong malamitu, hanya beberapa kejap saja. Karena di mulut ke-luar, sergapan
antrean sudah panjang berentet.Danpengemudi dari jalur hukan tol seakan me-nyimpan rasa iri untuk
tidak memberi kesem-patan kendaraan dari tol menemukan jaluryangtepat. Cara mereka menekuk dan
menutup jalan sangat kasar.
"Kusnen, kamu juga merasa sungkan untuk menanyakan apakah saya sebenarnya lebih pan-tas sebagai
yangmenerima sumbangan bantuan tadi? Sepertiyangnaik ke panggung dan mene-rima hingkisan secara
simbolis? Coba katakan apayangmengganjalmu."
Tak ada pertanyaan. Tak ada suara. Sampai mobil bagus itu meliuk-liuk, masuk ke dalamdaerahyang
terkesan gersang-pundi tengah malam- melewati beberapa kali rel kereta api, dan mulai menikung kiri
kanan, sesuai dengan arahan Babeh.
Sampai di daerahyanglampu jalanan tak menyala, bau pabrikyangentah di mana, Babeh meminta
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
berhenti, Kusnen menghentikan de-ngan sangat hati-hati, mengecilkan lampu mo-bil, memandang
gerombolan remajayangseperti hergerak dalamgelap dan masing-masing meng-ambil posisi. Bayangan
yangmenakutkan kare-na dalambayangannya remaja itu menyimpan golok, clurit, badik, pisau, potongan
besi, tom-bak, trisula atau jenis sajamyangsama memba-hayakan.
"Di sini, Pak?"
"Ya, di sini saja."
Kusnen ragu-ragu. Tak segera membuka. Tak segera mematikan mesin.
"Atau di depan..."
"Tak apa-apa, Dik. Mereka kenal Bapak, dan Bapak kenal mereka."
Kusnen masih ragu. Masih belummembuka pintu, ketika bayangan-bayangan itu mendekati, dan tanpa
menutupi gerak-geriknya, menem-pelkan wajah ke kaca jendela. Babeh tak bisa membuka pintu, karena
Kusnen belummem-bukacentral lock.
"Eh,Babeh ya..."
Kusnen membukacentral lock,lalu keluar, membukakan pintu di belakang. Dua-duanya. Babeh keluar
dari sisi kiri, istrinya juga dari sisi kiri. Buru-buru Kusnen menutupkan kembali, dua-duanya.
"Beh, Udin Begolewat Beh. Diputusin sama Balok."
Babeh tak bereaksi.
"Babeh sudah tahu ya?"
Bingkisan gede itu dibawakan, bingkisan ke-cil juga dibawakan.Yang lainberjalan di sekitar, mengiring
dan bercakap.
Kusnenyangnampak bingung. Bingung karena begitu banyak wajah dan penampilan menakutkan tapi tak
dikenal, bingung karena tugasnya harus mengantarkan Babeh sampai depan rumahnya, bingung kalau
meninggalkan mobil tak bakal bisa ditebus dengan sisa umur-nya kalau adayanghilang atau penuh
goresan.
"Mulai sekarang, mobil itu aman di sini atau di seluruh wilayah Utara. Siapapun yangme-makai.
Biasanya begitu."
Suara Babeh empuk, enak, nyaman.
Rombongan masuk ke dalamgang,masukgang lain,berbelok, Kusnen masih melihat ke belakang,
sebelumakhirnya mengikuti sampai depan rumah. Mengucapkan selamat malam, menolak ditawari
masuk, mengucapkan terima kasihyangsama, kemudian bergegas kembali ke jalanan. Keringatnya
membasah. Kalau saja mobil itu... Kalau saja mobilyanglebih berharga dari seluruh hidupnya, hidup istri,
hidup anak-anak, bahkan mertuanya sekalipun, ia tak mau membayangkan hal terburuk dalamhidupnya
yangbisa terjadi. Membayangkan kemungkin-annya saja sudah begitu menyesakkandada.Apalagi jika
benar-benar terjadi. Jangan Kau-cobai hamba-Mu dengan cara ini, yaTuhan. De-sisnya panjang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
terdengar oleh kedua belah te-linganya sendiri. Bukan lagi rintihan dalamba-tin, bukan lagi suara hati.
Kusnen makin cemas, langkahnya makin cepat, dan merasa alangkah rendahnya kadar kepercayaan bagi
orang miskinyangpenuh kecemasan ini. Sejak pertama kali diserahi mobil inisorehari dengan tugas
meng-antarkan Bapak Komid dan istrinya, Kusnen merasa bahwa ujianpalingberat jatuh ke ta-ngannya.
la,kalau boleh memilih, lebih suka mengangkut orangtua jompo dari panti asuhan. Betapapunlama
menunggu, betapapun rewel dan memerlukan perhatian khusus, pastilah ti-dak disuruh menggunakan
mobilyangsatu ini. Seumur-umur inilahyangkedua Kusnen meng-gunakan mobil ini. Pertama kali ketika
masih nomorprofit,dan ia mengantar seorang ibu pe-jabatyangkeliling kota. Menemui relasi atau
pertemuan apa dan apa dan apa, Kusnen tak tahu.Dantak mencari tahu. Hanya mengantarkan saja.Dan
menjawab kalau ditanya.Danuntunglah pertanyaan ibu pejabat tadi hanyalah soal mo-bil. Mesinnya,
harganya, cocok tidaknya dipakai diIndonesia. DanKusnen tentu saja menjawab bagus, tidak tahu, dan
cocok.
Perasaan hatinyayanggalau makin menu-suk ketika sampai di jalan raya.Mobilitu masih disitu,gagah,
mewah, menawan bagai menge-luarkan sinar keajaibanbagisekelilingnya. Akan tetapi, bayangan yang
tadi masih begitu banyak. Ada sedikitnya enamatau tujuh, semuanya se-kilas masih dalamusia berani
mati. Hati-hati Kusnen mendekati mobilnya, tanpa berani pe-riksa cat luar atau apa saja. Mencoba
tersenyumramah, dan mengucapkan selamat malam, tanpa memperoleh jawaban. Cepat-cepat Kusnen
ma-suk ke dalam, menyalakan mesin, menghidup-kan lampu kecil, mengganti posisi gigi parkir ke
otomatis, dan mencari uang sekenanya dari sa-kunya. Kalaupun lima ribuan tak jadi soal. Asal segera
bisa pergi.
"Ini Dik. Terima kasih..."
Suaranya rada serak. Salah seorang dari ge-rombolan itu mendekat. Wajahnya keras, ber-keringat
dalamsuasana gerah. Ada tato. Me-nyeringai.
"Ini Dik..."
Kepala orang itu menggeleng.
Yang lain berteriak terus, teruuus, sambil menghentikan kendaraan lewat, yang segera ber-henti, walau
itu truk besar, biskotayang biasanya menyerodok.
"Teruuus, teruuus... pol!"
Kusnen menjalankan mobil, meluncur ke ja-Ian mulus, dan bergegas secepatnya, sementara keringatnya
masih terus mengucur. Perhitungan akal sehatnya tak segera menemukan jawaban atas berbagai
pertanyaan. Seorang lelaki yang sederhana, hertempat tinggal di daerah yang tak terbayangkan, baru
menghadiri pesta yang de-mikian gemerlap. Orang-orang yang mengeri-kan tapi menolak lembaranlima
ribuan rupiah. Akan tetapi, seperti biasanya, pikiran itu segera hilang ketika Kusnen menatap ke depan,
dan mobilnya meluncur terus. Mulus. Menggeber di jalan tol dengan kecepatan tinggi, dan merasa
benar-benar berada dalamtingkat di mana Kus-nen menemukan dirinya dalamkeadaan terba-ik. Di
belakang kemudi. Prestasi tertinggi yang tak disengaja ketika ijazah dari akademi gizi ternyata tak bisa
menembus ke mana-mana. Sampai akhirnya ia mencari sim, dan mencoba melamar menjadi sopir taksi.
Gampang diteri-ma, tapi Kusnen merasa dirinya tak berharga karena tak hisa mengejar setoran. Dalam
ke-adaan frustasi dan makin menyalahkan diri, Kusnen memutuskan untukberhenti. Iameng-ajukansurat
pengunduran diri yang ditulis de-ngan tangan, dan pagi-pagi sekali menuju ke bagian tata usaha.
"Lu mau ikut, Kus," kata pegawai di situ ke-tika Kusnen datang membawa amplop dan map.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kusnen baru mengetahui bahwa hari itu hari terakhir pendaftaran slalomtest.Parapengemu-di
diharapkan sekali ikut, untuk memperbaiki citra sopir taksi.
"Tidak Pak. Saya mau mundur, karena tak bisa. Setoran saja tak pernah genap."
"Justru itu sebabnya saya tanyakan.
Lu emang lebih tepat bawa mobil jenazah."
Kusnen menyerahkansuratmengundurkan diri. tetapi ikut karena didaftarkan.Dandengan hanya latihan
tiga kali-yangdibebaskan olehpemimpinperusahaan dari setoran, Kusnen ikutslalomtestdi Ancol. Dari
kelompok amatir, Kus-nen tak terduga menjadi pemenang pertama.Dan yanglebih tak terduga ke
mana-mana adalah bahwayangmenyerahkan piala besar keme-nangannya adalah Pertiwi Sugondo dari
NPN! Sejak itu, nasib Kusnen berubahtotal.Perusaha-an taksi memberikan hadiahyangbaginya tak
terbayangkan sebelumnya:gratisbawa taksi selama sebulan tanpa perlu mengisi bensin dengan uang
sendiri, diberi jaket, pakaian sera-gam, pakaian olahraga, boleh berada di ruang atas, dan tak perlu
mencicil kredityangdiajukan kepada koperasi. Kerjanya hanya berkeliling dengansedan yanglebih bagus,
tapi sewaktu-waktu siap dipanggil lewatradiopanggil, untuk ditemukan dengan wartawan. Hanya dua
ming-gu, Kusnen mendapatkansuratpengunduran dirinya diterima dan ia diberi pesangon langsung.
"Apa salah saya?" tanya Kusnen heran ketika mandor menyerahkan duit dalamamplop.
"Masih untung kamu tidak ditikam."
Menurut beberapa teman dekat, kesalahan Kusnenyangdianggap memalukan adalah ka-rena membuat
citra terburuk pada perusahaan taksi, yaitu dengan menjual pialayanggam-barnya dibuat besar-besaran
saat menerima dari Pertiwi Sugondo dengan alasan untuk memba-yar kontrakan. Kesalahannya adalah
kenapa tidak menjual ke perusahaan saja, atau mena-warkan ke perusahaan, atau jangan menjualnya,
atau jangan menjual dan mengobral cerita ke-pada wartawan, atau jangan sampai Pertiwi Su-gondo
mengetahui. Karenayangkemudian terjadi adalah pemeriksaan bagaimana usaha taksi tersebut.
Bagaimana sopir terbaik bisa tak mampu membayar uang kontrakanyanghanya dua puluhlimaribu
sebulan. Bagaimana kese-jahteraan di perusahaan tersebut.Danbelumtiga bulan, seluruh pimpinan
perusahaan taksi ber-pindah pengelolanya. Pertiwi Sugondo hanya mengatakan pendek, bahwa ia
diminta untuk membenahi manajemen, dan sedikit memban-tu masalah keuangan.
Kusnen tak menjadi sopir taksi lagi, karena ia ditarik ke dalam, sebagai sopirsemipribadi. Dalamberita
koran, wajahnya kembali termuat
dengan huruf besar. Kusnen menemukan kem-bali pialanya, kini mendapat rumah kontrakan dari
perusahaan, di bawah manajemen baru. Sejak itu Kusnen bertekad untuk menutup mu-lut, dan hanya
akan mengangguk serta bilang ya. Katayang laintak perlu. Disuruh mengan-tarkan ibu menteri, ibu dirjen,
ibu irjen, ibu apa atau siapa atau urusan apa, ia hanya melakukan dengananggukan. Iatak ingin
biasa-biasa saja. Ingin bisa makan, tidur, dan mengirimi uang untuk adik-adiknyayangberjumlah tujuh,
untuk ibunyayangmenjanda, danyanguntuk perta-ma kalinya memarahi dengan kata-kata keras.
"Kusnen, anakku, bagaimana ibumu ini mela-hirkan anakyangtak tahu terima kasih seper-timu?INhanya
berpesan satu hal. Jangan mem-buat oranglainrepot karena ulah kita, apalagi penggede!"
Kusnen makin bersungguh-sungguh hanya menggunakan kata iya, dan mengangguk, dan membungkuk
sebagai bentuk kehadiran dirinya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Yangtadi merasa kelepasan omong, dan Kus-nen sangat menyesali.
"Tuhan, berikan daya tahan untuk mengeremmulut sayayangbawel dan tak tahu aturan ini. Meskipun
pasangan tadi sangat mengusik, se-baiknya saya tetap tak bertanya apa-apa. Saya berjanji, masih akan
setia pada kata-kata saya ini. Terima kasih Tuhan, Kamu hindarkan saya dari cobaanyanglebih besar.
Amin."
Ya, terima kasih, membungkuk.
Itulahyangdimiliki Kusnen.





N
8
OVTTAAnggareni tahu ia melakukan kesalahan kecil, yaitu mengangguk ke arah pimpinannya,Mark
Hababe saat diwa-wancara para wartawanyangsangat dikenal dan mengenalnya. Harusnya ia
membiarkan sedikit lebihlamalagi, sampai secara tidak sengajaMarkHababe menjelaskan lebih tuntas
me-ngenai rencana koordinasi bantuan sosial secara terpusat. Karena memang itulah tujuannya. Pak
Menteri secara samar saja mengisyaratkan pe-nunjukkan PaguyubanMark.Novita bisa me-ngetahui
karena di meja, di balik senyumyanggagah, dahiMarkHababe sedikit berkerut. SebenarnyaMarkHababe
telah mendapatkan teks sambutan, sedikit kurang puas, Novita me-nyambungkan telepon,clanPak
Menteri menjan-ikan akan mengatakan secara lisan. Pak Menteri mengatakan, "... bahwa dalamera
pembangunanyangsemakin pesat pertum-buhannya, ada sebagian warga negarayangtidak bisa mengikuti
dinamika. Mereka ini bukan terlupakan, bukan ditinggalkan, dan juga tidak melupakan diri atau
meninggalkan. Hal ini sa-ngat mungkin terjadi mengingat masyarakat kita sangat luas dasar budayanya,
dan terlebih lagi secara geografis tersebar dalambelasan ribu pulau-pulau. Ini merupakan tantangan
terbesar akhir abad ini, ketukan nurani merekayangka-rena dinamika pembangunanyangbergegas
mendapatkan rezeki lebih dariyang lain, yangmempunyai jiwa luhur dalampersaudaraanyang
sesungguh-sungguhnya. Merekayangtergerak hatinya, antaralaindari PaguyubanMarkmulai
mengkoordinasikan seluruh kegiatan sosial se-cara terpusat. Sebagai pribadi, saya mengenalMark,saya
mengenal kegiatan NPN, dan hanya perlu waktu untuk mewujudkan cita-citayangluhur dan mulia,yang
dimulai hari ini..."
Sewaktu dalamperjalanan kembali ke meja duduk, Pak Menteri seperti meminta maaf nada kalimatnya.
"Saya kira itu sudah cukup. Masya-rakat kita cukup dewasa, cukup tanggap."
"Terima kasih sekali..." jawabMarkHababe lembut.
Itulah sebabnya Novita merasa sedikit ber-salah.Danjuga tahu bahwaMarkHababe me-nyalahkannya
secara tidak langsung.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Novita sangat mengetahui setiap tarikan alis, desah napas Hababe, jauh sebelummenjadi boss-nya.
Mereka berdua sama-sama di satu pergu-ruan tinggi. Hab memilih jurusan hukum, ia me-milih jurusan
sastra Inggris. Hab pemain voliyangandal, termasuk regu utama, seperti dirinya. Itulahyanglebih
mengakrabkan mereka berdua. Habyangtegap, gagah, sederhana, tetapi sangat jarang berbicara.
Sifatnya sangat tertutup. Be-berapa teman menganggap ia pacaran dengan Hab. Tapi ia sendiri
menganggap sebagai sahabatyangsimpati.
"Kalau kamu masih mau berteman, ayolah, Nov. Aku tak bisa menjanjikan apa-apa. Aku ha-rus
menyelesaikan kuliah lebih dulu. Dunia bo-leh kiamat, langit boleh runtuh, tapi aku tetap akan
menyelesaikan kuliahku."
"Dari buku mana kamu kutip kata-kata itu, Hab?"
Hab mengutip apayangselama ini terpen-damdalamhatinya. Ayahnya bekerja di perusa-haan besar,
berperut buncit, biasa hidup mewah
-meskipun tidak terlalu kaya- mendadak di-pecat karena ketahuan tak bisa membaca atau menulis.
Kemudian menjadi pemabuk, dan ibu-nya kawin dengan lelakilain yangjuga bekerja di perusahaan itu.
Dari sembilan bersaudara, Hab nomorlima.Kakak-kakaknya hanya selesai se-kolah dasar atau
menengah pertama, adiknya mengalami nasibyangsama. Putus di tengah jalan, merantau, dan tak jelas
kabar beritanya.Adayangmenjadi preman, adayangmenjadi pemain musik, adayangkawin, mempunyai
anak, adayangcerai.
Hab terdampar diJakarta,mengikuti salah satu Oomjauh, dan bekerja apa saja. Mencuci mobil,
mengantarkan barang atau orang, asal bisa meneruskan kuliah. Obsesinya hanya satu, me-nyelesaikan
kuliah, mendapat titel.Danme-ngatakan kepada ayahnya bahwa ada anakyangbener hidupnya. Itu
permintaan ayahnya, dalamkeadaan mabuk berat, sebelumakhirnya jiwa-nya tak tertolong lagi.
Hab anak hilang. Tak ada saudara dekat, tak ada sahabat dekat. Sifatnyayangtinggi hati, tak mau
menerima pertolongan percuma, lebih me-nyulitkan lagi. Satu-satunyayangmemperlan-car jalannya untuk
bertahan hanyalah permain-an voli danbilyar. Iadiajak klub untuk berlatih atau bertanding, dan kadang
diberi uang saku. Kalaumainbilyar ia biasa mengantungi lebih banyak. Karena teman-temannya bertaruh.
Novita Anggraeni pernah diajak masuk ke rumah makanyangmahal, dan Hab memesan makanan
-setelah menanyakan manayang pa-lingmahal.
"Gila kamu, Hab."
"Habis dimenutak ada daftar harganya."
"Gila. Bukan itu maksudku."
"Aku tahu, Nov. Aku mau balas dendam. Ca-cing dalamperutku muak dengan warteg, sayur asem, roti
olahan kembali. Sekarang aku akan membuatnya mabuk."
"Menang lagi?"
"Kalah."
"Menang di taruhan?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kamu tahu, Nov?"
"Kamu sudah cerita.
Kamu cerita ada taruhan besar.Dankamu sengaja mengalah,agardapat duit bagianyanglebih besar. Iya
kan?"
"Danaku menyukai cara seperti ini. Bayang-kan, mereka bertaruh kunci mobil. Kadang ber-taruh apa
yangaku nggak tahu. Aku dijanjikan akan diberi mobilbarnjika mau kalah.Danaku kalah secara dramatis,
di saat-saat terakhir."
"Mana mobilnya?"
"Gila kamu, Nov. Untuk apa punya mobilyangtak bisa kupakai? Kalau cuma mau di An-col, tanpa mobil
saja bisa."
"Kamu memang nyong-nyongyanggila, Hab. Biasanya cowokAmbonselalu berusaha tampil perlente."
"Ibuku Sunda."
"Sunda juga begitu. Mereka suka bersolek."
"Ayahku mati, dipecat sebelumnya gara-gara terlalu perlente. Ibuku tiga kali menikah, gara-gara ingin
perlente. Ingin punya mobil seperti adik dan kakakku.
Aku tak mau mati dengan carayangsama."
Ketika pesanan datang, Hab terkekehkecil. Iatak tahu bahwamenuistimewayangberna-ma aneh,escargot
apa gitu, adalah siput atau be-kicot emas.
"Aku tahu bagaimana membeli ijazahku.
Nov, aku akan selesai lebih dulu dari kamu. Akan kubawa ke kuburan ayahku, dan disana... disanaakan
kubacakan keras-keras, karena ayahku bu-ta huruf.
Tahun depan akanlulus."
Tapi Hab tidaklulustahun depan. Belumse-bulan, Hab sudah mengatakan akan pindah keSurabaya.
Langsung mengemasi barang-ba-rangnyayangtak seberapa. Novita memandang tak percaya. Juga pacar
Novitayangmenjadi sa-habat akrabnya.
"Bagaimana kamu bisa melepaskan begitu saja keinginan bertitel? Bagaimana dengan sum-pah kiamat..."
"Lupakan itu.
Aku jadi wakil direktur di perusahaan diSu-rabaya.Sebelumakhir bulan aku harus disana. Sebab akhir
bulanBossakan berada disana."
"Bosssiapa?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Bossbesar."
"BossBesar siapa?"
"BossBesar, aku tak tahu namanya. Katanya punya perusahaanNPN. Iaternyatayangselama ini
kukalahkan dalampermainanbilyar. Iaja-goan, tapi tak pernah menang lawan aku. Aku diminta menjadi
temannya, atau pegawainya."
Novita, juga pacarnya, menyelingi dengan pertanyaan bekerja di perusahaan apa, bagian mana, apa jenis
usahanya. Hab tak bisa men-jelaskan, selain bahwa disanasudah ada jabat-an, ada rumah, ada
kendaraan, ada gajiyangcukup besar, dan akan mengundang Novita serta pacarnya keSurabaya.
Hab berangkat begitu saja.Danternyata ia menjadi wakil bagian pemasaran untuk jenis onderdil mobil
merek tertentu. Pekerjaanyangdilakukan hanyalah duduk di kantor, menerima laporan, dan selebihnya
mainbilyar. UntukBossBesaryanghobinyamainbilyar.
Novita masih mendengarkan cerita Hab le-wat teleponyangbisa berjam-jam.
"KatanyaBossBesar iniyangpunya NPN. Gila nggak Nov. Kamu pasti akan bilang gila kalau kukatakan
bahwa aku ditugaskan diSurabayakarenaBossBesar punya proyek di sini, dan akan sering kemari.
Tugaskumainbil-yar dan akan terus-menerus mengalahkan. Be-berapa orang mengatakan aku bisa
mengalah, sesekali, tetapi aku tak mau. Aku sopan seperti kamu orang Jawa, tetapi aku tidak mau
dika-lahkan. Kalau aku mengalah, ia akan cari oranglain.Aku tahu politik begitu itu, Nov. Makanya
aku sikat terus. Aku tekan terus."
"Tak mungkin kalau kamu kalahkan terus, ia akan mengajakmainterus."
"Gila. Kamu tahu itu Nov?
Aku pernah kalah. Beberapa kali. Tapi bukan karena aku kalah pintar. Mereka biasa minum-minum,
berlayar, ke pulau, memanggil grupband,berbicara sampai pagi. Gila, aku puyeng. Bagaimana bisa
menang dalamkondisi seperti itu?
Tapi ia puas kalau bisa mengalahkan aku. Se-tiap kali menang, ia bilang mestinya aku begini, begitu,
menyodoknya harus dengan perasaan.
Nov, kamu masih sama KusnoyangJawa itu? Masih? Kalau sudah bosan, kawin saja sama aku."
"Gila."
"Aku serius, Nov.
Di sini akupalingkere. Semua punya cewek, aku tidak. Aku cuma bengong, diledek, dan aku
membayangkan kalau saja kamu ada di sini."
"Disitukanhanyak wanita!"
"Ya, banyak.Surabaya,kamu tahu sendiri, Nov.Eh,nggak tahu ya? Banyak, cakep-cakep lagi. Tapi
nggakmain.Aku suka keder. Karena nggak bisa mesra sama mereka. Kalau kamukansudah tahu."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Gila. Aku nggak mau ngomong kalau bica-ra hegitu."
"Nov... Nov... aku serius banget. Aku mau, kalau kamu mau. Nanti aku bilang sama Kusno. Orang
Jawakanbiasanyanauin. Bukan Nov, aku bukan merendahkan Kusno. Aku hanya berpikir kamu cocok
dan mau sama aku."
"Enak saja. Kamuyangmau sama aku."
"Memang. Kamukanpernah bilang aku ga-gah, aku ganteng, atletis, jujur, bertanggung ja-wab..."
"Kalau maukandari dulu."
Novita kaget, karena suara Hab hilang.Lama.Padahal belumputus. Makin kaget lagi ketika ia
memanggil-manggil nama Hab berulang kali,yangterdengar sebagai jawaban hanyalah de-sahan napas.
"Hab!"
.. sori."
"Hab, kamu menangis?"
"Ya.
Sori. Kukira kamu naksir juga sama aku. Mungkin dulu ituyangdinamakan kasihan ya Nov?"
"Simpati."
"Orang Jawa seperti kamu inisusahditebak, Nov. Nurut terus. Gila, Kenapa..."
Tak ada lanjutannya.Lama,sampai Novita herdua dengan Kusno datang keSurabaya,dan menyempatkan
mampir ke kantor Hab. Mereka herdua seperti tak percaya. Untuk menemui Hab, tiga sekretaris harus
dilalui, dan kesemuanya mengatakan tak bisa kalau tak ada janji. Kan-tornya kelewat mewah sekali
untuk ukuran bis-nis apapun,meskipun kelihatan lengang. Wak-tu akhirnya bisa bertemu, Hab sendiri
yangke depan, hanya dengan celana pendek, dan tubuh berkeringat, matanya berseri-seri.
"Gila. Kenapa nggak bilang? Di mana meng-inap? Pakai apa kemari? Siapayangmengan-tar?Eh,jangan
pergi dulu ya..."
Novita malu. Kusno hanya mengangkat alis. Di perjalanan pulang dari kantor -tak boleh memakai
kendaraanlain,harus dengan sopir-nya, mobilnya, dan menginapnya harus pindah kehotel yangdimaui
Hab- Novita tak bisa me-nyembunyikan kesedihannya.
"lasudah sangat berubah, Mas Kus."
"Bau tubuhnya sudahlain.Beruntunglah ka-mu tak jadi istrinya."
"Aku kasihan..."
"Mudah-mudahan Hab bahagia," suara Kus-no lebih perlahan, lebih yakin pada diri sendiri,
dibandingkan ketika mengatakan "beruntunglah kamu tidak menjadi istrinya",yangdiwarnai dengan
kecemburuan karena melihat Hab me-miliki apayangingin dimiliki seorang lelaki un-tuk istrinya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Mereka bertemu lagi dua kali. Sekali, waktu Novita menikah.Oh,tidak, sebulan setelah No-vita
menikah. Waktu itu Hab berada diLos Ange-les,danbarnkemudian khusus mendatangi dan menawarkan
pekerjaan.
"Nov, aku pernah melamarmu.Dankamu menolak. Okelah, itu nasib dan jodoh, kata o-rang Jawa.
Sekarang aku melamarmuagarkamu mau bekerja pada perusahaanku. Aku tidak ingin merendahkan gaji
seoranggurubahasa Inggris. Toh ada suamimu, oke, kamu akan mengatakan aku menghina wanita dengan
mengatakan sete-rang ini. Tapi itulah satu-satunya keinginanku."
"Kamu ingin pura-pura membalas kebaik-anku, Hab."
"Tidak. Aku ingin ada orangyangbisa ku-percaya di sekitarku. Selama ini tak adayangbisa kupercaya
penuh seperti aku pernah mem-percayaimu, dan kamu mempercayaiku."
"Aku akan rundingkan dulu dengan Mas Kus."
"Jika Kus tidak setuju?"
"Ya tidak jadi."
"Gila! Wanita Jawa bikin pusing, tapi selalu mendebarkan. Baiklah kamu bilang Kus. Aku tak akan ikut
campur. Aku tahu bahwa kalau aku kawin, aku akan memilih perempuan Jawa. Apa-lagiyangmirip
kamu."
Lamalagi tak bertemu.Danpertemuan ke-dua, ketika Novita akhirnya menerima kalimat suaminya.
"Terimalah. Dengan meminta pertimbangan dariku, sebenarnya kamu ingin yakin dengan pilihanmu. Aku
tidak buta, aku tahu Hab sangat menarik, tampan. Jangan kamu potong dulu ka-limatku. Tapi aku lebih
percaya kamu bisa meng-atasi hal-halyangtak kita kehendaki. Bekerja-lah disana, sampai kamu sendiri
memutuskan untuk berhenti."
"Adakeberatanlain?"
"Uang tetap uang. Berasal dari manapun,dengan cara apapun,tetaplah uang. Kita tak bisa membedakan,
apalagi di saat membutuhkan. Lakukanyangterbaik, istriku."
Novita masuk lewat tes biasa, dan memanglulus.Ia langsung dipromosikan sebagai salah satu dari tiga
sekretaris utama.Yangmengejut-kan Novita ialah bahwa ia kecele dalambanyak hal. Pertama menduga
gajinya gede. Ternyata sangat gede. Sangat gede sekali, sehingga tahun pertama bisa ganti mobil dan
alamat rumah. Tadinya menduga ada hubungan khusus dengan sekretarisyang lain.Ternyata tidak.
Tadinya menduga akan banyaksuratdan terjemahanyangdilakukan. Nyatanyatidak. Ialebih banyak
menemani, dibawa makan malam, menemui se-seorang, menyiapkan segala sesuatu dan Hab tahunya
beres saja. Apalagi setelah cabang diSurabayaditinggalkan, dan ditarik sebagai di-rekturkelompok. Iajadi
lebih sibuk, dan kadang-kala menemanimainbilyar,golf,ke pulau, diajak ke luar negeri-yangsekali ia boleh
mengajak Kus.Dansepertiyangdikatakan Hah sehe-lumnya, Hab memilih perempuan Jawa.
Novita menceritakan semuayangdiketa-huinya pada suaminya, setiap kali ada kesem-patan. Kadang
suaminya sangat antusias mende-ngarkan, kadang mengeluarkan suara kejeng-kelan, kadang malah
bertanya. Seperti pesta persiapan pernikahan Hab dengan gadis pili-hannyayangkatanya merupakan
primadona dalamNPN. Pandai menari Jawa, kuliah di Jerman jurusan ekonomi, perenangyangpunya
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kelas, dan mengajar pada berbagai fakultas. Sangat tepat sekali sebagai pendamping Habyangtengah
naik menanjak. Satu-satunyayangmemhuat Novita berpikir dua kali adalah ko-mentar Mas Kus,
suaminya.
"Matanya terlalu dingin. Hab hisa memheku dan tak berkutik menghadapinya."
"Maksudmu?"
"Entahlah. Mudah-mudahan bukan karena mencariyangsepertimu."
"E,lho, jadi ceritanya Mas Kus ini masih suka cemhuru?"
"Aku cemburu pada nasib Habyangterlalu cepat meroket."
Novita sendiri agak sulit memahami bisnisyangterjadi. Iahanya menemani makan malam, atau pertemuan
di kantor barang dua tigajam.Kemudiandealsudah terjadi, bahwa semua per-alatan medis jenis tertentu
hak impornya ada di tangan salah satu kelompok usaha NPN. De-mikian juga ketika membangun
jalanan, seba-gai imbalannya mendapat izin trayek. Pertemu-an dengan para pejabat sampai dengan
tingkat menteri, sudah tidak membuatnya keringatan lagi. Bahkan ia bisa melanjutkan dengan acaralain,
mendapatkan undangan saat ibu pejabat punya gawe.Yanglebih menyenangkan ialah bahwa suaminya
suka juga mendengarkan kisahyangdiketahui. Terutama tentangBossBesaryangsangat jarang tersenyum,
yanggerahamnya selalu beradu, dan sorot matanyayangsedikit sipit jarang sekali memandang lawan
bicaranya. Hab adalah satu-satunya orang luaryangma-suk ke dalamlingkaran, bahkan kemudian
memakai namaMark.Dua belasyang lainada-lah teman sekolah semasa sekolah menengah.(Mark)
Mongki, nama sebutanBossBesar, di-kenal sebagai orangyangsangat baik, dan bisa menyangkut semua
teman-teman sekelas. Ca-ranya kurang lebih sama dengan apayangdi-lakukan ketika Hab diangkat
sebagai pegawai. Kebetulan sekali, Habmempunyailatar belakang pendidikan dan kemauan besar. Bagai
seekor singa tumbuh sayap, Hab memperlihatkan kege-sitan, gairah dalammelebarkan usaha. Salah satu
gagasan cemerlangyangdikemukakan Hab ada-lah menyatukan semua bisnis hasil laut. Hanya melalui satu
pintu saja,yangdikelola oleh bagi-an dari perusahaan NPN. Dengan begitu, pabrik pengolahan mulai dari
penangkapan sampai ke pelelangan atau pengalengan, harus melalui satu pengawasan. Dalamproposal
yangdikomput oleh NovitaAnggraeni, Hab menjelaskan bahwa pendapatan nelayan perlu ditingkatkan,
bahwa selama ini mutu pengolahan dalamnegeri ma-sih belumbagus sehingga merusak citra produk
nasional, adanya ketidakberesan dalamsistemlelang di pasar ikan, serta adanya sejumlah o-rangyang
memonopoli dan mempermainkan harga.Proposaldua belas halaman itu hanya perlu waktu tiga bulan
untuk diresmikan oleh menteri, dan menjadi pedoman tata niaga per-ikanan, danPTTunggalMina
Nusantara Pertiwi resmi sebagai pengelola tunggal. Langkah per-tama adalah pengelolaan ikan, baru
tahun ber-ikutnya menyangkut hasil lautyang lain.Hab menjadi direktur utama. Dari titik inilah Hab
menjadi orang kepercayaan nomor sekian, dan diserahi PaguyubanMark.
Novita merasakan banjir rezekiyangtak terbayangkan, dan merasa selalu terheran-heran, bagaimana
mungkin Hab-MarkHababeyangpernah dikenal dulu- bisa demikian jenius. Idenya kena dan disetujui
MarkMongki. Kena dalamartian ternyata bisa jalan bagus tanpa menimbulkan hanyak protes, dan
disetujui untuk dikembangkan dalammekanismeyangsama.
"Kamuyangbernama Nov?"
"Ya, Pak."
"Benarkamu tangan kanan Hab?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Novita panas dingin.
"Tidak, Pak. Hanya membantu."
"Saya dengar Hab selalu mengatakan seba-gaian dari hidupnya kamuyangturutberperan. Iaselalu
menyehut namamu lebih dulu, diban-dingkan nama istrinya.
Saya tahu benar, apakah kamu bisa memim-pin satu divisi tersendiri? Kita mengalami per-kembangan
cepat, dan saya setuju Hab menga-takanyangkita perlukan orangyang loyal,bisa dipercaya, dan tahu
filsafat perusahaan kita.
Bagaimana?"
Novita tak tahu harus menjawab bagaimana dan apa. Diamsaja. Habyangkemudian meng-isyaratkan
bahwaMarkMongki sepenuhnya setuju untuk mencobanya sebagai salah satu pimpinan.
"Gila. Saya bisa apa?"
"Tahu. Kamu sendiriyangmenentukan. Kalau perlu menyatukan seluruh kursus baha-sa Inggris di
Indonesia,lalu dikembangkan se-luruh bahasa asingyangada, atau kemudian seluruh bahasa daerah.
Tinggal disusun pro-gramnya, bagaimana masuknya, dengan dukung-an dari departemen mana,
kendalanya apa."
"Saya tak bisa."
"Perempuan Jawa susah majunya."
"Hab, kenapa kamu jadi serius seperti ini? Bagiku semua ini sudah lebih dari cukup."
"Tak ada cukup, selama masih bisa bertam-bah. Aku katakan padamu, Nov, kita ini mungkin dibilang
serakah atau entah kata apa lagi. Tapi banyakyanglebih serakah.Dankalau bukan kitayangmengambil,
usaha itu akan diambil oranglain. Danitu adalah lawan bisnis kita. Kesem-patan tak banyak. Waktunya
sangat terhatas.
Tapi terserah kamu, Nov."
Novita mengembalikan pada suaminya, Mas Kus.
"Terserah kamu.Kankamuyangmenjalani. Bagaimana mungkin kamu memimpin kalau ti-ap kali bertanya
pada saya? Saya tak mengeta-hui masalahnya, padahal kamu gunakan seba-gai pedoman."
"Segalanya terlalu cepat, Mas." "Mungkin saja.
Kalau benar terlalu cepat, pasti akan herhenti dengan sendirinya."
Novita haru menangkap makna kata-kata itu, ketika ia mulai lebih aktif lagi terlibat dalamkegiatan
kekeluargaan diNPN. Iamengkoor-dinir gerak jalan sehat antar keluarga, berada di rumah kediaman
Mongki, takut-takut bercakap dengan istriMarkMongkiMarkYuyuk.lalebih suka bekerja keras hingga
capek, akan tetapi tak usah bertemu denganMarkYuyuk.Yangbisa mengatasi hanyalah Ibu Dosen,
sebutan untuk Nyonya Laksmindra Hababe. Ibu Laksmindrayangbisa diterima dalampembicaraanyang
penuh begana-begini, bisa masuk dan menga-rahkan topik omongan, dan lebih dari itu, sangat tahu diri.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Novita diam-diamkagumsekali de-ngan Ibu Laksmindra Setiawatiyangjauh lebih muda darinya. Wanita
yangdikatakan bermata sangat dingin, tajamoleh Mas Kusnya ini, bisa tampil sebagai pendengaryang
sabar, penerimayangbergairah.
"Tolong diantarkan pulang tamuyangber-nama Pak Komid Kusumayudha. Beliau tidak termasuk
apa-apa. Tetapi istrinya adalahgurutari saya dari keratonSolo,dan saya sangat me-ngagumi tekadnyayang
luar hiasa."
Novita mengangguk.
Diam-diampula Novita Anggraeni belajar banyak dari Ibu Laksmindra mengenai banyak hal. Mengenai
kemungkinan diangkat memim-pin kelompok usaha tersendiripun,Novita tak bisa menyimpannya sendiri.
"Selama menyangkut masalah manusia, danBuNov bisa membantu sesama, kenapa harus ditolak?"
"Saya ragu."
"Itu sangat baik. Sebab kalau nanti gagal,BuNov sudah siap. Kebanyakan dari orang-orangyangkita
temui ini adalah orang-orangyangsiap maju pesat, akan tetapi tidak siap untuk gagal. Mereka bahkan tak
mengenal kata itu."
Novita gagal.
Lebih awal.
Sebelummemulai.
Itu terjadi ketika mengantarkan IbuMarkYuyuk ke salah satu korban bencana kebakaran. Novita
bersama denganMarkHababe mendam-pingi. Kebetulan Ibu Dosen juga datang. Ketika itulah tangannya
ditarik oleh Ibu Dosen.
"BuNov, bisa cepat pulang dan ganti pakai-an?"
"Apayangsalah?"
"IbuMarkYuyuk tidak suka warna kuning."
Novita masih ragu. Ragu tak sempat bertukar pakaian, ragu seberapa jauh hal itu berpengaruh.
Nyatanya iya. IbuMarkYuyuk mengatakan bah-wa sebaiknya Novita tak usah ikut serta.Dan yanglebih
menyakitkan lagi, begitu acara se-lesai, Hab menghardiknya dengan keras.
"Nov, apa maksudmu? Bikin malu aku? Tak kusangka kamupuntega merontokkan aku."
Novita menangis. Sakiiit sekali hatinya. Hab,yangdikenalnya memaki begitu menyakitkan! Hab. Si Hab.
"Dia bukan Hab. DiaMarkHababe, dari NPN," kata suaminya keras. Seminggu kemudian ia dipindah ke
bagian sosial. Mengurusi PaguyubanMark.Dalamja-batan sementara sebagaipr.Tapi itupunmela-kukan
kesalahan,yangmembuatMarkHababe kurang puas.
Novitapening. Iasiap hancur, kembali ke semula, tapi tidak dengan cara seperti ini. Di-tuduh
menghancurkan Hababe.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Jeritan batinnya merintih, tanpa suara. Tan-pa airmata. Tanpa diketahuiyang lain.Kecuali Ibu Dosen.

9
K
EMBALI ke rumah, Babeh atau istri-nya tak perlu membuka kunci. Karena Tocil sudah berlari-lari
sebelumnya, dan berge-gas membuka pintu, menyalakan lampu, ke-mudian menunggu perintah. Dalam
usiayangmasih12tahun, kaos -bertuliskansponsor me-dia- yangdipakai terasa melar. Tocilyangsela-ma ini
rajin membawakan koran untuk Babeh. Diminta atautidak. Iatinggal bersama ibunya, dan adik-adiknya
yangjuga mengangkut cuci-an dari tetangga sekitar. Tadinya pakaian Babeh dicuci sendiri oleh istrinya,
sekarang diserahkan kepada ibunya Tocil, kecuali celana dalam. Se-lain Udin Bego, Tocil termasukyang
dipercaya berada di rumah Babeh. Kalau ada urusan, Tocilyangdisuruh. Kalau ditinggal, kuncinya juga
diserahkan kepada ibunya Tocil. Meskipun demikian, kehadiran Tocil tak terasa di rumah itu. Juga di
kampung itu. Tocil jarang sekali dilibatkan dalampembicaraan, jarang bertanya.
Sekarang inipunTocil tak bertanya Babeh dari mana, tak ikutan tercengang sepertiyang laindengan
menebak dan menduga isi bung-kusan, tak memberi tahu soal Udin Bego. Pada-hal ia tahu bahwa terjadi
sedikit ketegangan di keluarga. Apakah perlu visumatau tidak. Kelu-arganya menolak, karena tak ingin
mayat Udin Bego dibelek dan diambil isinya seperti ayampotong. Sementara keharusan dari RTyang
me-lapor ke polisi tak bisa dihindarkan.
Tocil tak bicara apa-apa. Melihat saja. Babeh melepaskan bajunya, celananya, mengganti de-ngan baju
lain clankain sarung. Istri babeh ma-suk ke dalamkamar, juga berganti. Sementara barang-barang
berbungkus mewah masih ada di ruang tamu. Tocil menunggu sampai istri Babeh keluar, dan
menyerahkan kunci, lalu berjalan pulang, kembali ke rumah.
"Terima kasih, Cil."
"Ya,Bu."
Langkah Tocil terhenti ketika istri Babeh melanjutkan pertanyaan.
"Sudah makan?"
"Sudah,Bu."
"Ibu bawa makanan banyak." "Saya sudah kenyang." "Bawa untuk adikmu."
Tocil diam. Menunggu, dengan kepala ter-tunduk.Adarasa rendah diri, rasa hina, karena tawaran
makanan itu didengar oleh telingayang lain.Tawaran makanan. Memalukan. Hina. Se-perti juga ibunya.
Mencuci pakaian oranglain.Mendapatkan sisa sabun. Diberi uanglimaratus rupiah.Adayangmenekan
perasaan Tocil setiap kali,yangmembuatnya tak bisa mendongak, tak bisa menatap sorot mata
kawan-kawan sebaya. Perasaan mendasar bahwa dirinya miskin, bah-wa dirinya kalah, bahwa dirinya
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
terhina, selalu saja menyertai tarikan napasnya. Dibandingkan dengan teman sebaya, Tocil merasapaling
tak berharga. Teman-temannya bisa minumbir, bir putih atau bir hitam, rokoknya hebat, bajunya baru,
dan bisa memperlihatkan lembaran puluh-an ribu rupiah. Sakunya tebal, ngomongnya ting-gi. Tocil tak
bisa. Tak ada uang gede, karena uang hanya dipegang sebentar untuk kemudian di-serahkan kepada Pak
Dolinyangwajahnya se-perti selalu mengantuk, persis almarhumayah-nya. Kalau tak ada sisa koran di
tangannya untuk hari itu, Tocil sudah sangat bersyukur.
Tocil merasa betul dirinya adalah Yanto Ke-cil, dengan panggilan kecil, karena dibandingyangusianya
lebih mudapun,ia kalah. Teman mainnya berani membawa kain pel, mengelap paksa mobil-mobilyang
berhenti di depan lam-pu merah. Mereka biasa menerima duit lebih gede. Kadang seratus rupiah, kadang
bisa me-maksalimaratus rupiah. Tanpa perlu memba-wa-bawa majalah.Dankalau tak diberi tinggal
mencoret dengan pisauyangada di balik kain pel. Temanlainberani jualan buku-buku telan-jang, dan
hasilnya juga lebih banyak. Tocil makin merasa kecil, manakala membandingkan merekayangseusia
merokokMarlboroatau DjiSamSoe ataufilter,dan sangat sakit diolok-olok sebagai bego. Puncak dari
julukanyangdiberikan pa-danya adalah tablo.Yangterbodoh di antarayangbodoh,yang palinghina di antara
yangterhina.
Tocil siapa?
Tocil koran. Bukan.
Tocil siapa?
Tociltablo.
Kalaupun ia menangis, siksaan batinnya akan bertambah. Karena olok-olok makin gencar. Da-lam
kondisi mana saja ia bisa menjadi tak ber-arti. Saat mereka minum-minum, Tocil tak bisa ikut. Karena
tak ikut berbagi duit, karena tak biasa, karena memang takut. Saat merokok ra-mai-ramaipun,Tocil
hanya melihati saja. Takut juga.
Tocil "takut hayangan", kata mereka.
Takut ihunya tahu, takut kecanduan, takut mabuk, takut pusing, takut ada malaikatyangakan mencatat
dosa-dosanya. Baik ketika diajak minum, ngegelek, merokok, atau berada di tem-pat pelacuran.
Perempuan-perempuan disitusuka menggodanya.
"Kamu masih perjaka ya. Yuk saya ajarin." Tocil menggeleng.
"Masih netek sama enyak?"
Tocil menggeleng, makin tersisih. Kalauyanglainnya bisa bangga bangun siang, Tocil harus berangkat dini
sekali. Pagi sekali ketikaairbak bersatu dengan embun. Antri menemu-kan jatah koran dari Pak Dolin.
Untuk kemudian berlari kencang, mendahului temanlaindi per-empatan jalan. Sampai siang. Istirahat
sebentar, dansoreseperti diulang lagi. Tangan kirinya se-ring menjadi kaku, kejang karena ketekuk
se-harian.
"Kamu memang tablo. Jualan koran juga ditangkap. Di penjara. Notok juga. Hasilnyakanlain."
Tocil yakin bahwa dirinya memang penakut. Pengecut. Serba ragu. Kalau memiliki uang le-bih, ia lebih
suka menyerahkan seluruhnya pa-daibunya. Ialebih suka menangis, dan tak tahu sebabnya apa, jika
terbangun di malamhari.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Bawa untuk adikmu,CH."
"Ya,Bu."
Tocil menerima dengan gemetar. Tubuhnya seperti tak punya tulang, sehingga tak berani memandang
siapa-siapa ketika berjalan keluar dari rumah Babeh. Padahal ia ingin sekali me-nunggui rumah Babeh,
memberikan kunci, menyalakan lampu di dalam, dan kemudian pu-lang begitu saja. Tanpa diberi
apa-apa,yangmembuatnya dihargai sebegituitu. Iaingin men-cucikan pakaian, tapi tak diberi sabun lebih.
Ia ingin memberi koran pada Babeh, dan Babeh membaca dengan suka cita. Tanpa memberi im-balan
apa-apa. Sepertiyangkemudian dilakukan oleh istri Babeh, dan biasanya memberikan lebih dari harga
koran, seminggu sekali setiap hari Sabtu.lamemberikan majalahgratispada Ba-beh, dan Babeh akan
melihat-lihat, tapi bun-tutnya istri Babeh akan memberi uang.
"Majalah itugratis, Bu.Diberi oleh agen. Majalah baru."
"Ambil saja."
Tocil menjerit dalamhati. Rasa malunya makin berlipat seribu, kalau-kalau ia ditawari makan. Alangkah
rendahnya, alangkah nistanya semua orang mengetahui perutnya lapar. Juga kalau pagi, istri Babeh
memberikan sayur, atau lauk, atauyang lainkalau baru dapat pemberian berlebih.
Tocil ingin menolak. Ingin memperlihatkan bahwa ia cukup kenyang, cukup punya duit un-tuk makan.
Akan tetapi, setiap kali ia ingat adik-nya, ingat ibunya, ingat bayangan.
Babeh memandang sekitar.
"Cil, mana majalahnya?"
Mata Tocil bersinar.Adayangmembutuhkan dirinya.
"Majalah seremyangkamu bilang?"
"Majalah malaikat itu, Beh?"
Babeh mengangguk. Tocil berlari kencang ke rumah. Berlari keras dengan tapakkaki yangmemantulkan
bunyi di lantaisemen yangkeras. Akhimya! Akhirnya ada jugayangmembutuh-kan.Adayangmenghargai.
Adayangmembu-atnya bangga. Babeh menginginkan "majalah malaikat", majalah bahasa asingyangtak
laku diberikan kepada siapapun.Babeh menghen-daki.Dania bisa mewujudkan.
Ouiii, gawat.
Ouiii, hebat.
Kalau ia bisa memberikan sesuatu kepada Babeh, dan Babeh menerima,berartiseluruh Kampung Rabu
menerima. Berarti seluruh du-nia mengakui.
Itulahyanghebat tak tertandingi.
Itulahyangmembuatnya bangga, membuatberarti,membuatnya merasa sebagaimanusia. Iadibutuhkan,
diperlukan, danyangmemper-hatikan adalah Babeh. Babehyangtak tertan-dingi,yangdemikian disegani,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dihormati oleh seluruh Kampung Rabu. Atau bahkan seluruh dunia. Atau juga seluruh dunia dan akhirat,
Ma-laikatpunakan hormat pada Babeh. Hal itu tak bisa disangsikan lagi. Siapa lagi di dunia iniyang
membenci Babeh? Tak ada.Mobil yangbagus, bingkisanyang palingmahal, diberikan kepada Babeh.Dan
selama di Kampung Rabu, Babeh tak pernah punya musuh.
Selalu baik. Selalu menerima. Selalu mem-beri. Tak pernah meminta. Tak pernah merepot-kan orang
lain.Tak pernah reseh. Tak juga me-nyakiti hati.
Adalah Babeh pulayangmemeluknya ken-cang, dan mengusap wajahnya. Tocil merasa hancur.
"Yanto Kecil, kenapa kamu ambil uang Ba-beh?"
Tubuhnya menjadiratadengan tanah. Rasa-nya ia sudah pingsan.
Tak secuil kata muncul dari mulutnya. Ia tahu ia salah besar. Ia tahu iayangmengambil duit Babeh empat
puluh ribu rupiah -tidak seka-ligus, melainkan tiga kali. Uang curianyangper-tama diberikan kepada Pak
Dolin,agaria tetap diberi jatah, karena adayangdibawa lari teman-nya.Yangkedua diberikan kepada
adiknya,yangdibawa ke rumahsakit. Iaberjanji dalamhati, bersumpah akan mengembalikan secara
diam-diam, tetapi duityangtersisa tak pernah ada. Tak pernah mencapaisebegitu. Iasudah pinjampa-da
Pak Dolin, tetapi salahnya adalah sampai ke rumah lebih dulu.Danmemberikan kepada ibunya tanpa
diminta. Pandangan mata ihunya membuatnya tak bisa menahan apayangada dalamsakunya, dalam
hatinya.
"Duitmu sendiri?"
Tocil mengangguk.
"Bersyukurlah pada Tuhan, karena diberi re-zeki selalu."
Ia tak sempat mengembalikan, ketika Babeh mengetahui dan memanggil berdua.
Tocil tak bisa bersuara. Hanya meneteskan airmata.
Perlahan. Panas sekali.
Tubuhnya mengapung, melayang antara ta-nah dan langit-langit. Tak bisa menguasai diri-nya sama
sekali. Padangan matanya bengong,kosong. Iatahu ia salahbesar. Iadosa. Malaikat mencatat dan akan
menagihnya kelak ketika ia meninggal. Tangannya akan dipotong. Lidahnyayangberbohong akan kena
cos besi panas mem-bara...
"Kenapa Cil?"
"Waktu saya bersih-bersih saya lihat duit Ba-beh banyak, lalu saya ambil."
"Kenapa tidak bilang?"
Bagaimana ia bisa bilang, bagaimana mung-kin bibirnya bisa berkata kepada seseorangyangselama ini
sudah sedemikian baiknya?
"Saya akan kembalikan, Beh. Babeh tak usah membayar koran, tak usah membayar cucian..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Yangsaya tanyakan bukan itu, Cil.
Kenapa kamu mengambil. Karena melihat duit itu?"
Tocil mengangguk.Airmatanya jatuh.
"Sebelummelihat itu, kamu tak mengambil-nyakan?"
Tocil menggeleng. Airmatanya bergeser di pipi.
"Saya tak perlu bertanya untuk apa duit itu.
Satu halyangpasti, kamu mengecewakan sa-ya, Cil. Saya sangat kecewa sekali, karena kamuyang
melakukan. Saya juga kecewa pada diri saya sendiri, karena mencoba menumbuhkan kepercayaan di
tempatyangtak memungkinkan.
Cil,sayatak tahu apakah kalimat ini ada gunanya. Kalau kamu mendapat kesempatan mencuri dan tidak
melakukan, itulahyanghebat.
Saya ingin melihat kamu mampu menjadi anakyanghebat."
Babeh memandang ke arahlain.
Sepertinya sangat kecewa. Sepertinya me-nangis.
Seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Apa-kah akan saya terima cicilanmu nanti? Apakah masih bisa
saya berharap kamu akan mencicil nanti?"
Sejak itu Babeh tak mau mengajak bicara.Lamasekali.DanTocil makin merasa sehina-hinanya, karena
sadar bahwa dirinya memang hina. Setiap malamia mimpi dikejar neneknya, kakeknya, ibunya,yang
membawa tulang ikan pari. Puluhan kali disabetkan ke tubuhnya, dan meninggalkan goresanyangdalam,
gatal, panas, dan tak bisa sembuh.
lamasih diberi kesempatan membersihkan, dan Tocil masih melihat duit di tempatyangsama. Ia
mengambil, merapikan, dan menempat-kan ke tempatsemula. Iamengatakan kepada istri Babeh, hahwa
bulan ini korannya telah di-bayar langsung oleh Babeh.
Iaberbohong, dengan mengatakan dibayar langsung ke Pak Dolin, dan tak mau membi-carakan lagi.
Kemudian berlalu,clanjumlahnya tak sampai empat puluh ribu, tapi takdipersoalkan. Iabisa membantu
lagi, diterima lagi, dan sangat bersyukur. Meskipun setiap kali me-ngenang kekecewaan Babeh, ia tak
enak tidur.
Kini sudah disuruh-suruh lagi. Alangkah menyenangkan. Membanggakan. Di jalan ke rumah, Tocil
menyapaBangTomtom. Lelaki kurusyangselalu mengenakan baju putih, peci bersih, sepatu sendalyang
rapih,yangdikenal sebagai "orang politik." Karena di seluruh Kam-pung Rabu, hanyaBangTomtomyang
berlang-ganan koran -selain Babeh. Tocil selalu dite-rima pagi, saatBangTomtom-yangdalamkuitansi
selalu harus dituliskan PratomoBA,menikmati minumpagi dengan makanan kecilyangdisediakan istrinya.
"Ke manaBangTomtom?"
Jawabannya cuma senyumlirih.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tocil tahu, pasti tujuannya ke rumah Babeh.BangTomtomsangat senang ke rumah Babeh. Berbeda
denganyang lain, BangTomtomini tak ingin dicampuri omongannya kalau lagi meng-ajak ngobrol Babeh.
BangTomtommemang termasuk cendekiawan politik. Pintar, menarik perhatian. Babeh juga mengatakan
begitu, se-waktu Tocil menanyakan apakahBangTomtomtokoh kampiun. Hanya istri Babeh tertawa
agak lebar sambil mencubit tangan Babeh, sewaktu Babeh mengiyakan.
Bakal seru pembicaraan, dan Tocil tak mau kehilangankesempatan. Iabergegas, berlari se-cepatnya.
Waktu Tocil kembali sambil membawa ma-jalahTime, BangTomtomsudah berada di ru-mah Babeh,
dikelilingi banyak orang. Babeh sendiri duduk di kursi dengan enak, seperti bia-sanya, seperti istrinya di
dalamkamar seperti tengah meluruskan rambut.
"Kita ini korban keadaan," suaranya mantap mempesona. "Keadaanlahyangmembuat kita berbuat
seperti ini. Itu karena keterpaksaan. Itu sebabnya saya ingin kalian lebih tenang, lebih kalemdan lebih
waspada.
Untuk apa membalas dendampada Udin Ba-lok? Kalian akan mengobarkan peperangan, karena Udin
Balok anakSumatra.Yakan? Aki-batnya anakPadangsemua akan dimusuhi. Itu keliru.
Janganlah kita menjadi korbanyangtak ada gunanya. Tak ada hasilnya. Musuh utama bukan itu.
Melainkan keadaanyangburuk. Keadaanyangburuk itu dikarenakan oknum-oknumter-tentuyang
menjadikan suasana buruk ini.
Tanya Babeh kalau tak percaya."
Yangmendengar memandang ke arah Babeh,yangtetap tak bereaksi.
"Kematian Udin Bego. Disusul pembalasan. Cepat atau lambat, Udin Bego akan mati terbu-nuh juga,
atau dibawa ke polisi. Lalu berlanjut.
Saya tanya kalian semuayangada di sini.
Siapayangrugi?
Kita sendiri.
Siapayanguntung?
Pemerintah! Oknumdi pemerintahan kita sekarang ini. Pejabatyangjadi polisi,yangjadi tentara.Yang
merasa perlu turun tangan, dan mengamankan, dan karena kita dianggap breng-sek, kita disikat, kita
dihabisin. Dengan alasan keamanan bukan hanya kitayangmenjadi kor-ban, tapi oknum-oknumitu makin
merajalela, makin menghancurkan kita.
Jangan mudah terpancing.
Ini masalah politik. Kita semua jadi korban."
Suara merendah, meninggi, tekanan dan aksennyapas,membuat pendengarnya terbe-ngong. Tocil selalu
menganga, tak bisa menahan kekagumanyangberbunga-bunga. Abangyangsatu ini memang luar biasa.
Setiap katayangdi-ucapkan mampu menyodok perasaan, mampu mengobarkan semangat.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kita ini tertindas. Dicari salahnya. Kalau kita berulah sedikit saja ya dihabisi. Padahalsi-apa yang
membiayai hidupnya polisi itu? Siapa? Siapa? Terus terang di sini saya katakan, kita semua ini. Warga
Kampung Rabu ini seluruhnya -termasuk ibu-ibu, termasuk anak-anak,yangmembuat polisi mendapat
pekerjaan, mendapat jaminan pensiun hari tua, bisa naik kereta apigratis.Sepatu, semir, pakaian dinas,
istri, anak-anak... kita semuayangmembiayai. Kita ini. Belumlagi uang suap!
Kalau tak ada kita, mau kerja apa mereka?
Mau makan apa mereka?
Ke mana generasiyangmau masuk jadi po-lisi?
Akan tetapi, saya ingatkan, kitayangjadi korban. Kitayangdiburu-buru, ditindas, diinjak, dihilangkan.
Jangan terpancing soal balas dendam. Kalian masuk ke dalamjarng-jaring politikyangsadis,yangkejam,
yangtak mengenal perikema-nusiaan.
Saya tak mau jadi korbankeadaan. Itu sebab-nya saya tak mau ikut menjambret, mencuri, menodong,
menggangsir, membunuh..."
Tocil membenarkan semuayangdikatakan. Tetanggayangsatu ini tak pernah terlibat365, 362, 351, 338,
undang-undang darurat. Meski-pun pernah ditahan. Pernah dibui. Karenademo.
"Saya protes. Saya melawan. Dengan cara saya.Den-ancarayangtak akan dikorbankan oleh mereka.
Saya melawan, saya protes, saya menggugat, saya menentang dengan berde-monstrasi. Bergabung
dengan kawan-kawan se-perjuangan. Demonstrasi adalah hak. Demons-trasi adalah bentuk demokrasi.
Demonstrasi ada-lah sah, karena negara ini negarayangmeng-anut demokrasi. Meskipun kenyataannya
saya ditangkap, saya dipenjara, dirampas kebebasan saya.
Saya buktikan dengan keberanian berpidato di depan hakimdalampembelaan saya. Bahwa kita ini
semua korban keadaan. Bukan de-monstrasiyangsalah, tetapiyangmenangkapyangharusnya
dipenjarakan. Bukan saya dan saudara seperjuanganyangditangkap, tapi kamilahyangharus diberi tanda
jasa. Karena keberanian mengingatkan apayangbusuk, apayangbernanah, apayangnajis dalamtubuh
pe-merintahan kita, oleh oknum-oknumyangtak bertanggungjawab."
Mata Tocil berbinar-binar. Majalah berbaha-sa malaikat masih digenggam. Darahnya ikut naik turun,
mengikuti gertakan dan tekananyangmempesona.
"Tapi lihatlah, apayangsaya peroleh. Di-tangkap. Diperiksa. Disalahkan karena merusak toko. Karena
mengganggu ketertiban dan ke-amanan. Karena memusuhi negara.
Siapayangberani turun ke jalan?Parapo-litisi kita bungkem. Seolah sakit gigi. Wakil kita di DPR
melempem. Koran-koran kerjanya hanya menulis penjilatan. Karena semuanya telah dibayar. Semuanya
telah ditakut-takuti.
Siapa teroris utama?
Oknum!
Saya punya daftar siapa oknumitu. Punya pabrik besar. Punya gundik banyak. Punyavilla.Punya mobil
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tiga. Punya kolamrenang.
Dansaudara-saudara... apayangkita miliki? Kesengsaraan. Pandangan hina. Perasaan ber-salah.
Hanya karena kita jadi korban keadaan.
Korban keadaan.
Sekali lagi korban keadaan. Makin parah ka-lau kita balas dendampada Udin Balok."
Hening agaklama.
Tak adayangbersuara.
Tocil mengumpulkan seluruh keberanian-nya. Karena merasa dekat dengan mengantarkan koran setiap
hari, Tocil berani bertanya. "Lalu kita tak membalas dendam?" "Apa?"
"Udin Balok dibiarkan saja?"
Semua berpandangan satu samalain.
"Jangan kita kotori tangan kita, apalagi kalau itu memancing polisi menghabisi kita. Ini masa-lah politik,
Cil. Kamu belummengerti. Kita ha-rus memakai taktik, strategi, siasat, secara poli-tik pula.
Mau tahu bagaimana caranya?"
Disertai helaan napas panjang, dan wajah serius, Pratomo melanjutkan.
"Akan kukatakan, tetapi tidak di depan umumseperti ini. Kita harus waspada. Perju-angan politik tak
bisa diobral dengan cara-cara terbuka. Saya tak mau melakukan kesalahan kedua kalinya."
Tocil berkedip-kedip. Setelah tak ada suara, setelah semua mendengar, Tocil takut meng-ganggu
suasana dengan, misalnya menyerahkan majalah. Atau bertanya. Kembali rasa gentar, cemas, bersalah
menutupi seluruh tubuhnya.
"Bagaimanakalau kita melayat, beh?"
Babeh bereaksi kecil.
Membetulkan kacamatanya ketika berdiri. Sebelummasuk ke dalamkamar, menghampiri Tocil dan
mengambil majalahTime,mengamati sekilas sambil berjalan.
"Abang kok pintar sekali," kata Tocil per-lahan.
"Karena saya belajar terus. Saya membaca koran terus. Mendengarkanradioterus. Nonton televisi.
Bukan hanya hiburan-hiburan Amerikayangmurahan. Tapi lebih dari itu."
"Apakah saya juga korban keadaan?"
"Ya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kenapa ayahmu lari dari keluarga? Karena ayahmu terpincut perempuanlain.Kenapa ter-pincut? Karena
saat itu ayahmumeledak, dapat duit banyak. Kenapa ayahmu merampok? Ka-rena tak punya pekerjaan,
tak diberi kesempat-an. Kenapa ada perempuanyangmau sama ayah-muyangsudah beristri dan beranak?
Karena ke-adaan pula. Dituntut hidup mewah.
Siapayangmenciptakan keadaanyangme-nyudutkan kita?
Bukanyangmatanya sipit.
Bukan pengusaha.
Tapi oknum.
Suatu hari kamu akan mengetahui hal ini, Cil. Sebelumkamu terlambat."
Suaranya kembali mantap. Tocil merasa di-hargai, karena tadinya tak dilayani pertanya-annya.
Meskipun dalamhatinya juga merasa bahwa kalimat itu seperti ditujukan kepada pen-dengaryang lain
untuk mengukuhkan keber-adaannya.
"Kamu masih sekolah,CH."
"Sekarang tidak."
"Bagus."
"Tahun depan saya ingin sekolah lagi."
"Itulahyangdisebut lingkaran setan dari keadaanyangsalah. Kamu salah satu korban. Kamu menjadi
korban pendidikan. Bahwa anak-anak harus sekolah. Apayangkamu peroleh dari sekolah? Kepatuhan
kepada pemerintah - termasuk pada oknum.
Lulusdari sekolah kamu bekerja di pabrik. Di toko. Jadi pelayan. Jadi tukang parkir. Jadi tukang ngepel.
Berapa gajimu? Tak cukup untuk hidup.
Itu artinya, toko, pabrik, berdiri atas keringat kalian. Atas darah kalian,yangmau dihayar murah. Pabrik
berjalan karena buruhnya dibayar murah. Berarti sebenarnyalah pabrik itu didirikan denganmodalutama
kalian. Tanpa keberadaan kalian, pabrik itu tak akan berdiri. Iniyangsa-lah kaprah. Kalianyangmemodali
dengan upah rendah, dengan kesetiaan, tapi oranglain yangpesta pora.
Ini terjadi di setiap pembukaan toko baru, perumahan baru, sekolah haru, gedung baru, pabrik baru.
Penindasan. Penerusan dari keadaanyangsalah. Kita makin tersisih, makin kalah, dan makin dihabisi.
Kamu juga, Cil."
Babeh berjalan keluar.
"Kita berangkat?"
"Mari...
Tocil tersedak.Airliurnya seperti berhenti tepat di tenggorokan. ApayangdikatakanTomPratomo luar
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
biasa tepat, dan tajam. Kita ini korbankeadaan. Keadaanyangsalah.Yangdibiar-kan salah, dan begitu kita
melakukan kesalahan, kita disikat habis. Ini masalah politik.
Tapi kenapa Babeh buru-buru?
Apakah adayangdianggap tidakpasoleh Babeh? Pertanyaan kecil itu hanya melintas se-kejap saja.
Selebihnya adalah pertanyaanyangterulang: apakah ia mengikuti langkah Babeh dan sekalian orang-orang
dewasa, atau pulang ke rumah. Kalau mengikuti mereka, akan lebih banyak lagiyangdidengar, diketahui.
Termasuk di dalamnya masalah politik. Tapi kalau bega-dang sampai malam, ibunya akan khawatir
ka-rena esoknya, pagi-pagi sekali harus mengam-bil koran.Yangmemberatkan hati Tocil, teruta-ma
sekali adalah ibunya pasti belumtidur. Ma-sih duduk-duduk, biarpun terpuruk dalamkan-tuk. Masih
bisa bereaksi cepat begitu pintu di-buka, dan masih akan menanyakan apakah kaos, atau plastikyang
dibawa besok sudah disiapkan. Apakah sudah makan, atau bertanya dari mana.
Rasanya Tocil ingin pulang dulu, membe-ritahu ibunya, lalu bisa kembali lagi. Untuk bisa tambah pintar.
BangTomtomsangat pintar, dan apayangdikatakan sangat memukau.
Kita ini korban keadaan. Kita ini tidak sa-lah. Kita ini harus berani.
Ah, ibunya tak mengetahui hal itu. Tak pa-hamsedikitpun.Kalaupun ia mengajak bicara soal itu, ibunya
hanya akan mendengarkan. Ha-nya mendengarkan, sampai ia selesai bercerita.
Lalu perkataannyalain.
"Sudah mandisana."
Atau
"Makanya hati-hati."
Yangterakhir inipalingsering, untuk menja-wab semua ceritayangdikatakan. Baik tentang koran, tentang
teman, tentang tabrakan, tentang Udin Begoyangditanyakan kabar kebenarannyapun,ibunya berkata.
"Makanya hati-hati.
Tingkah dan kata-kata harus dijaga."
Dengan berat hati Tocil kembali ke rumah. Merasa kalah. Merasa lebih rendah dengan te-man seusia,
denganyangsebaya, dengan wargayang lain.Merasa miskin karena besok harus bangun pagi, merasa
makin bodoh karena tak mendengar pengalamanlain,merasa hanya menjajakan koran dan majalah.
Kembali ke rumah. Menemui ibunya,yangtadi dilihatnya bergolek di tempat tidur, merintih, ditemani
seorang perempuan tua, sementara adik-adiknya memasakairpanas.Adahau amis.Adadarah.Adapanci
yangdisiapkan, ada bau-bau jamu, ada keletihan, ada doa. Kata tetanggayangtahu, ibunya keguguran.
Tocil tak percaya, karena ibunya mengatakan sakit perut.Yangdulu juga mengatakan ambeien. Jadinya
banyak da-rah. Tetangganya bilang sengaja digugurkan.
Tocil tak mau percaya.
Tapi itulahyangdijumpai. Di dalamrumah, tidak ikut mendengarkan apayangdikatakanBangTomtom,
Babeh, temanyang lain.Di da-lamrumah, ibunya merintih, bau jamu, dan amis darah.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tocil menjadi sangat kecil. Malu, hina, tan-pa bisa bersuara.


10
M

ALAMitu, di rumah Durkim--pang-gilan ayah almarhumUdinBegotak adayangmenanyakan Ida.
Tidak juga Pak Dur-kimsendiri, istrinya atau bahkan Warno Viktor. Padahal saat kejadian, kemudian
disusul ribut-ribut sekadarnya, Ida masih baring-baring, menggeliat, cuci muka, minum, mandi,
berdan-danlama,mengeringkan rambut, mengubah letakpotbunga, berhias lagi. Memakai baju me-rah
yangpundaknya melembung, tapi sangat ketat. Memakai rokmini yangasli dari luar ne-geri.
Untukyangsatu ini, Ida tak terlalu kalah untuk disebut cewek bermerek. Segala sesuatuyangdikenakan,
sampai ke celana dalam, kutang atau juga jembut palsu, mereknya mudah di-kenali. Kalau sejenis EA,
CJ,Cartier, Dior,LV, Lanvin, semua ada dan asli dari sononya, baik berbentuk perhiasan,jamtangan,
anting, sepatu, sapu tangan, tas, lipstik, pemerah kuku, sabun, tisu, minyak wangipun laindi ketiaklaindi
bela-kang bibir.lain yangdioleskan di badan. Kamar-nyayangsederhana dan kecil menjadi semacambutik
palingmutakhir dalamhalmode.Semua bisa diperoleh tanpa diminta. Suaminya bisanotok dan
mendapatkan barang-barangyangdemikian mahal, tanpa pernah tahu hargayangsebenarnya.Paling yang
diketahui hanyajamtanganpunterbatasRolex,dan korek apiDuPont. Selebihnya, diserahkan begitu saja,
dan Idayangmengomentari bisa diteruskan segera, apa perlu dipakai dulu. Warno Viktor sendiri tak
ba-kal bisa menyediakan banyak, tetapi dengan lebih tiga puluh orangyangsetiap hari keluyur-an
beroperasi, hasilnya lebih dari cukup untuk memilih dan membandingkan.
Dengan penampilan bermerek, kelas Ida menjadilain.Itu pula sebabnya jika berada dibar,Ida
menyisihkanyang laintanpa perlu kali-mat atau gerak pembuka. Semakin canggih tamunya, semakin bisa
menghargai Idayangte-tap merasa aman memakai berlian seharga mo-bil Eropa baru di atas1300 cc,atau
jamtangan khusus. Walaupun hanya dikenakan beberapa saat, Ida tak tertandingi oleh artisyangsedang
laris sekalipun. Ditambah selera dan kepeka-annya mengenai benda kecil tapi harga besar, pengetahuan
umumyangtak seberapa tapi bisa dimanfaatkan dengan tepat dan cepat, pilihan pada Ida Menor adalah
pilihan pertamayangti-dak disesali.
Dalamsegala hal, boleh dikatakan Ida meru-pakan teman wanitayangmenyenangkan. Ke-cuali kalau
sudahbeler. Semuanya luntur, dan menjawab tegurannyapunmalas.
Padahal sebenarnya Ida tak gampangbeler. Kehidupanbar,kelab malammembuatnya kebal, dan ini
pernah dibuktikan waktu susah dibius saat menggugurkan kandungan. Dokternya sam-pai
menggelengkan kepala, dan matanya tetap nakal. Tapi itu semua terjadi saat ia merasa ma-sih bodoh.
Mengiba pada dokter, membayar dan dokternyayangsudah biasa genit jadi semakin menjadi-jadi.
Padahal dengan dibiarkan saja perut akan gede sendiri, dan hasilnya lebih be-sar, di samping
memberikan pengalamanyangmenarik. Pengalaman merasa menjadi wanita, menjadi ibu, menjadi
seseorangyangsangat berharga. Justru pada saat harus melepaskan bayiyangdisusui, kadang ia menangis.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Danbetul-betul menangis dalamarti sebenarnya.Airmata-nya tumpah begitu saja, menderas, danlama
se-kalibarnbisa berhenti sendiri.
Perasaan menjadi wanita, menjadi ibu, men-jadi berharga, mengalahkan keterikatannya de-ngan suami.
Mengalahkan perasaan siapa bapak bayiyangada dalamkandungannya. Apakah Warno Viktor atau
bukan Warns Viktor. Menga-lahkan, bahkan rasa ibanya pada ibunyayangbegitu menerima ditinggal dan
dicampakkan ayahnya. Mengalahkan hubungan dengan adik-adik atau kakak-kakaknya. Mengalahkan
ke- akraban sesama tetanggayangsecara terang-te-rangan dijauhi, sehingga ia dicap tak mau bergaul
dengan kaumbegajulan.
Dengan katalain,tak banyak bedanya jika saat sebelumberangkat itu Ida diberitahu bahwa Udin Bego
meninggal dunia.
Memang tak banyak berbeda, dari segi Ida tak juga buru-buru kembali, atau ingat keluar-ganya. Karena
saat itu belummabuk. Baru saja datang, membaur dalamgelap, dan segera me-nemukan sasaran.
Seorang lelaki mudayangrambutnya ikal, sedikit malu-malu dan agak canggung. Di dekatnya seorangyang
sama usia, nampak lebih blater, lebih akrab.Adatiga pra-muriayangmenggerombol, tapi Ida yakin bahwa
dengan masuk ke dalamlingkaran pembicaraan, magnitnya akan berada dalamtubuhnya.
Perhi-tungannya tepat.
"Hans," kata remaja berambut ikal. "Ida."
"Mau minumapa?"
Ida hanya perlu menyenggolkan tubuh, merapatkan tubuh, mendekatkan bicara, melahirkan afrodisiak
alamiyangmembuat Hans danJimmySpedi tak bisa menyembunyikan nafsunya. Pe-gangan tangannya
membuat Hans berseru kaget.
"Bigsizejuga," bisik Ida sambil menggigit kecil daun telinga Hansyangburu-buru me-
nenggak lagi minumannya. Ida tahu bagaimana membuat lelaki merasapalingjantan,palingbangga dengan
dirinya sendiri. Pelajaran hafalan itu sudah dikenal sejak ia berusia sembilan bu-lan. Untukyangsatu ini ia
tak pernah meleset, tak pernah keliru. Terutama sekali, sebenarnya karena Ida sendiri menikmati.
Berbeda dengan pramurialain yangkadang merasa terpaksa, kadang memikirkan duit, bagi Ida
kenikmatan badani termasukyangutama juga. Itu sebabnya kadang ia merelakan duit, mengejar-ngejar
jika ketemu'yang laindaripadayang lain.'Ida tak pernah menutup-nutupi, tak pernah tenggelamdalam
basa-basi. Bagiyangmengenalnya, mereka sangat menyukai keterusterangan dan kepornoan serta
kejorokannya, meskipun bagi kalangan tertentu sering mengernyitkan dahi. Meskipun akhirnya mereka
akan berkesimpulan sama: perlu dicoba.
Dalammobil, dalamperjalanan menuju ke mana, Ida mulai dengan sentuhan, rayuan, mem-biarkan
tubuhnya, menggerayangi tubuh Hans, dan merasakan kenikmatan, menggelinjang.Adayangdibuat-buat,
tapi biasanya Ida terangsang benar-benar. Kalau sudah begitu seluruh darah mengalirke otak, memompa
pori-pori kulitnya, memacu keringat, mendesah, melembabkan, mengairi dan membuatnya menggelepar.
Tak tahu apayangterjadi di jagat raya ini. Itulah sebabnya ia kaget dan memaki, dan ma-rah ketika mobil
berhenti mendadak.Adakeri-butan.JimmySpedi keluar dari mobil, kena ba-cok atau tusuk, atau apa
hingga mengaduh. Hans, meloncat keluar, kena sabetjuga. Iamembalas. Gobrak-gabruk tak menentu.
Kilatan pisau ko-mando, entah dari mana, ke mana, suara aduhan, dan teriakanJimmySpediagarmereka
mela-rikan diri. Suara tembakan. Dor. Dor. Hans ba-lik kembali, memegang kemudi, meluncurkan mobil
tak tergesa, berputar ke arahlain,dan ke-mudian meninggalkan tempat. Diiringi benturan, lemparan pada
mobil.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Malamitu, Ida pusing sekali. Kepalanya nyut-nyut karena tak kesampaian, sesuatuyangtelah naik dalam
grafik seksualnya. Benar-be-nar tak kesampaian, karena ada polisi menang-kap mereka, dan mereka
bertiga dibawa ke kan-tor polisi. Sementara Hans danJimmyditahan, ia dialihkan ke tempat penahanan
wanita di BlokA,Kebayoran.lamasih uring-uringan ketika rekonstruksi peristiwa menjadi lebih rinci.
Mobil yangdikemudikanJimmyberseng-golan dengan mobillain.Ternyata mobil pre-manyangmau
beroperasi. Di dalamnya ada enampenumpangyangribut, dan terjadilah per-kelahian. Tusuk-menusuk,
karena mereka mem-bawa senjata. Sampai di sini Ida masih mengerti, dan bisa memahami.Yangtidak
diketahui sebe-lumnya, dan baru kemudian diketahui adalah bahwa dalamperkelahian itu ada korban.
Me-ninggal. Iniyangjadi masalah utama, sehingga mobilJimmybisa segera dikenali, karena di-kuntit.
Mereka ditangkap. Kayaknya juga ada hallain.
Ida dijadikan saksi. Apa benar ia mabuk-mabuk sebelumnya. Apa benar iamainseks di mobil. Apa
benar mereka sudahlamamusuhan. Siapayangmenusuk, siapayangmemukul, sejak kapan mengenalJimmy
Spedi dan Hans, ada hubungan apa selama ini.
Ida betul-betul geram. Dongkolnya masih selangit. Darahnya masih kumpul di otak, ber-gumul.Yang
begini ini tak bisa turun dengan perlahan. Harus dituntaskan. Biasanya ke minu-man, atau pil, atau
ngegelek. Akan tetapi, bir kalenganyangmurahan saja tak bisa diperoleh.Yangbisa dibelikan oleh
pembantu di kantor itu adalah bir putih, atauairteh,yangberada dalamplastik.
Suping!
Pusing.
Apalagi polwanyangmemeriksa seperti mau menguliti Ida dari ujung alis hingga ujung betis.
Bagi Ida, polwan sersanyangmemeriksa itu dianggapkecil. Iatak merasa berhubungan de-ngan sosok
polisi, atau sosok wanita, melainkan makhlukyanglemah,yangberlindung sepe-nuhnya dalamseragam
kekuasaan. Ida selalu menganggap bahwa gadis itu menjual harga di-rinya untuk bisa diterima sebagai
polwan. Me-rayu, atau memakai kelebihanyangtak ada hu-bungannya sebagai polisi: punya famili orang
pangkat, bisa menyanyi satu dua lagu, bisamainvoli atau olahragalain,dan kemudian ditarik menjadi
polwan. Celakanya, menurut Ida mereka tak pernah menjadi lebih pintar dibanding de-ngan sebelum
pendidikan. Ditambah lagi, Ida tak pernah menganggap seksi wanitayangrambut-nya terlalu cepak, dan
kulitnya gosong oleh sinarmatahari. Iasempat teriak dan jengkel ketika dikatakan sebagai pelacur dan
merusak rumah tangga, dan pipinya terkena tamparan, dan terjadi keributan kecil. Polwan itu malah ganti
menangis dan gemetar ketika Ida meneruskan teriakan dan tuduhan.
Esoknya ia dipanggil lagi. Diperiksa lagi. Kali iniyangdihadapi seorang ibu-ibu,yangtidak memakai
seragamdinas. Hanya duayang lainbisa dikenali sebagai polwan juga, meskipun tidak berseragam.
"Ida Menor?"
"Ya,Bu."
"SayaMayorPolisi Suwarsih.
Duduk saja. Saya hanya ingin mengetahui kenapa kemarin terjadi ribut-ribut dengan anak buah saya,
Serma Titin."
Ida diam.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
MayorPolisi Suwarsih menyilakan Ida me-rokok. Tangan Ida gemetar. "Sudah makan?"
"Belum. Saya nggak bisa makan nasi cado-ngan."
"Kalau mau beli, biar dibelikan.Adaduit? Untuk kamu sendiri Ida. Ibu tidak minta." Ida merokok.
"Serma Titin mengatai saya pelacur, merebut dan merusak suami orang, menghancurkan ru-mah tangga.
Kalaupun saya benar begitu saya
tak mau dikatakan begitu."
"Iamungkin kesal karena seharian ini memeriksa banyak pengutil dari toko pakaian." "Saya bukan
pengutil."
"Apa? Wanita penghibur? Gadisbar?"
"Apa sajalah. Saya cari makan dan kesenangan dibar.Saya bukan pramuria. Saya masuk saja kebar,ke
diskotek, tempat lelaki bingung. Adayangmau sama saya, membayar dan saya layani kalau suka. Kalau
tidak, saya tolak."
"Pernah menolak?"
"Sering."
Lalu diubah sendiri.
"Pernah.
Nggak sering. Karena kalaufeelingnggak jalan, nggakmoodgitu, saya malas mendekati.""Yangbagaimana
yangnggakfeelingitu?" "Yayangnggaksir.""Apayanggemuk, apayangbotak,yang
nggak ganteng..."
"Yangbagaimana ya?
Yangpada pandangan pertama tidak me-nimbulkan gairah. Tidak memberikan rang-
sangan untuk terus maju."
"Kalau bayarannya gede?"
"Semuakanbayarannya gede kalau sama
saya."
"Gede itu berapa? Seratus ribu'? Dua ratus ribu? Ibu ini ndak tahu dan kepingin tahu."
"Ya tergantung murah hati atau tidak. Ter-gantung servis kita, cara kita melayani. Namanyakanindustri
bidang jasa."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
MayorPolisi Suwarsih sengaja memperli-hatkan senyumannya. Puluhan tahun ia mende-ngar jawaban
yanganeka ragam, dan puluhan tahun pula masih bisa tersenyum.
"Apa waktu rayu-merayu tidak dibicarakan? Tddak ada tarif resmi?"
"Ya, tidak. Kalau pramuria ya ada. Kalau di steambath ya ada. Tapi tipsnyakanlain-lain. Pu-kulan kita
kandisitu."
"Tarif,tips, yangrata-rata... nggak ada?"
"Nggak ada.Limapuluh ribu bisa, seratus bisa,limaratuspunbisa.Short timelain,ngineplain."
"Short time?"
"Setembaknndoang."
"Setembakan...sekali pakai?"
Ida mengisap rokoknya dengan perasaan sangat nikmat.
"Masak nggak dirunding tarifnya?"
"Jarangyangmenanyakan itu. Lelakikanse-neng sok.Yangnggak tahupunpura-pura sudah jagoan. Kita
juga sering dag-dig-dug. Maklumjual jasakanbaru dapat bayar belakangan. Kon-dektur bis bisa menarik
bayaran di tengah per-jalanan, kitanya nggak bisa. Yaaah, tergantung kitanya."
"Ida pernah SMAkan? Kok tidak melan-jutkan?"
"Sayabeler waktu ujian. Lupa." "Punya keluarga?"
"Saya ada suami. Preman juga.Adaanak...
anak... dua, tiga, tapi tidak ikut saya.
Bu,ini pemeriksaan ya?"
"Yaaa, kepingin ngobrol-ngobrol saja. Ibu ingin tahu dunia Ida. Kebetulan saya baca dilp , sekolah Ida
cukup tinggi. Pernah, atau malah se-ring ke luar negeri."
"Iya, memang.
Saya bukan preman. Bukan pelacur.""Jual jasa?"
"Saya bekascross girl."
"Biasanyatamu itu minta dilayani macam--macamya?"
Ida menemukan kejujuran dalamsorot mata ibu iniibumayor,tanpa sersandan terutama sekali tidak
membuatnya seperti dihina.
"Nggak tentu.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Paling bantermereka suka kalau saya di atas. Kata mereka bisa lebihlama.Atau dari bela-kang."
"Sodomi?"
"Jarang.Doggy style.Apalagi kalau dia tetap terlentang. Kitanyayangjongkok, pegangan dua kakinya.
Suka-suka saya kehilangan konsentrasi. Nggak tahu siapa dia.Susahmengenali. IniyangJepang, apayang
Korea,apayangmana ya?
Suka-suka terasa ganjil kalau sudahan.
Tapi banyakyangnggak bisa menerka pe-rasaan kita."
"Kenal Hans atauJimmylebih dulu?""Baruhari itu. Belumsempatmain.""Mau ke mana?"
"Hotel."
"Hotelmana?"
"Mana saja. Mereka nggak bilang." "Katanya untukshort timeatau nginep saat itu?"
"Kayaknya sih nginep."
"Tahu siapa mereka berdua?"
"Apa bedanya? Lelakikansama. Semua- nya!"
"Kalau pulang pagi tak dicari suami?" "Sayayangbiasa mencari dia." "Kenapa?"
"Dianyayangsuka pergi."
"Untuk apa mencari? Untuk bercerita, un-tuk...
"Yah, namanya punya suami. Ya pantes-pan-tesnya dicari."
"Kalau habismainsama tamu, lalu sama sua-mi sendiri, nggak jijik, atau geli, atau ogah..."
"Ya jijik sebenarnya. Tapi kalau sudah nafsu, ya jalan saja. Jadi saja."
"Tahunya kalau jijik?"
"Malas. Suami juga malas. Saya sendiri juga malas. Tapi kalau ngobrol, senggolan, raba-raba-an, ya
jadi. Dia juga mau membuktikan sebagai laki-laki, saya juga tetap setia, tetap cinta."
"Setia?"
"Iya. Nyatanya masih terus sama dia." "Cinta?"
"Kalau bukan cintakansudah cerai."MayorPolisi Suwarsih terdiamlama.Mere-nung. Menghela napas.
Terbatuk kecil, meminta maaf.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Benar tidak kenal sebelumnya?" "Hans?
JugaJimmy?""Ya."
"Tidak."
"Kalau dari dua orang itu, mana lebihfeel-ing?"
"Sama.
Entah kalau sudahan."
"Kokyangdiajak hanya kamu seorang? Bu-kandua atau... atau siapayangmengajak Ida?" "Dua-duanya."
"Mainnya sama-sama atau satu-satu." "Suka-suka merekalah.Yangpunya duitkan
punya kuasa."
"Suka berobat?"
"Saya punya dokter tetap."
"Ida, apakah kamu pernah berpikir kalau sudah tua nanti mau bagaimana? Masih seperti ini terus? Atau
mulai menabung, atau..."
"Kalau begini saya pusing.
Karena jadinya memikirkan. Padahal, yaaah, gimana nanti sajalah."
"Kenal dengan Paing?"
"Jabrik?"
"Banyaknama julukannya."
"Ia baik.Tapi biasa-biasa saja. Tak setegar namanya."
"Ida... Ida... bagaimana semuayangkamu kenal selalu saja kamu beri penilaian dari sisihubungan seks?"
Adanada menyalahkan sekaligus mere-mehkan.Adayangmembuat perasaan Ida kem-bali bergolak.
Menabrak.
"IbuMayortertarik memeriksa saya juga karena saya banyak berhubungan dengan lelakikan? Tanya
ini-itu, dan membandingkan, dan merumuskan kembali, bagaimana hubungan Ibu? Mungkin saja Ibu
curiga bahwa suami Ibu dulu menyeleweng. Bukan mungkin. Berterus terang atau tidak pasti
menyeleweng. Sering atau sering sekali, itu hanyayangmembedakan. Se-ring dengan cara menyakitkan
hati karena dike-tahui oranglainatau..."
"Saya belumkawin."
Alis Ida terangkat.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Belumnikah atau belumkawin?" "Dua-duanya."
"Kok bisa, padahal..."
"Bukan padahal. Karena saya..."
Suaranya mengambang. Ida melanjutkan sendiri, "karena saya telah memiliki segalanya." Tapi agak
kurangpas.Adanuansa sombongyangtidak sesuai dengan penampilanmayorpolisi,yangdipanggil Ibu
Suwarsih.
"Saya bebas dan bisa bercerita, sedang Ibu tidak.
Itu saja bedanya,Bu."
"...atau dengan katalain,bedanya kamu me-nganggap bahwa dengan bercerita beban kita berkurang.
Begitulah kata sahabat karib me-ngenai sahabat karibyangsesungguhnya.
Kamu percaya kata-kata itu?"
"Nggak tahu. Ibu jangan tanyayangsulit-sulit."
Wanitayangsetengah baya, tapi tampak pe-nuh percaya diri itu mengelus rambutnya. Ini bu-kangayayang
biasa. Wanita sangat jarang me-ngelus. Lebih sering membetulkan kembali ben-tuk sisirannya.
"Semua orang mengatakan saya sulit."
"Jangan percaya. Kalau adayangbilang se-mua orang, jangan percaya.Punkalau mereka bilang kita ini
orang sulit, kita ini murahan, kita ini cabo, belumtentu semuanya.
Kenapa Ibu berpikir begitu? Karena saya bi-lang sulit?"
Jawabannya adalah gelengan kepala.
"Ibu pernah jatuh cinta sama tahanan? Sama napi?
Itu mungkin sulit. Bagi oranglain.Bagi Ibu harusnya bisa tidak.
Suami saya napi. Tua di bui. Dicap espe. Nggak kaya. Nggak hebat, dibandingkanyang lain.Nggak
jelek-jelek amat juga. Padahal saya bisa jadi gundik orang kaya, orang terkenal, konglomerat, pejabat,
saya punya potongan, saya punya jalur.
Tapi hati wanita saya..."Feelingjuga?"
"Iya."
MayorPolisi Suwarsih kembali seperti poli-si lagi ketika berdiri. Tarikan tegang di bahunya, caranya
berdiri, genggaman tangannya, dan da-gunyayangtak bergerak menguatkan itu.
"Masih ada pemeriksaan lagi secaraformal.Mengenai peristiwa semalam. Saya percaya ka-mu bisa
menjawab dengan jujur dan tak menyu-litkan petugas.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Terima kasih, Ida."
Ida berdiri.
"Terima kasih kembali, Ibu.
Eh,boleh saya bertanya. Apakah di sini ada polisiyangbernama Polisman?"
Dua kali dua puluh empatjamberikutnya, suaminya datang menjenguk. Membawakan ganti pakaian,
membawakan keperluan, dan Ida mengakui bahwa suaminya cukup sakti sehingga bisa leluasa.
Yangmenjengkelkan Ida, termasuk pada sua-minya, tidak banyak menanyakan keadaannya, melainkan
menceritakan Hans danJimmySpe-di. Hans adalah putra tokoh penting. Ayahnya seorang pejuang dan
kini menjadi rektor atau sejenis dengan itu.JimmySpedi lebih gawat lagi, karena ia anak sulung direktur
bank.
"Semua menulis berita lebih gede dari kisah manapun. Ida, kini kesempatanmu bermain de-ngan
mereka..."
"Aku nggak sempatmain."
"Dengar dulu, Mami Ida! Saya maksudkanmainbukan bersetubuh!Mainadalah bermain dengan nasib.
Kini kamu berada dalamsorotan luar biasa. Mereka berdua memerlukanmu. Perlu bantuan dan
keteranganyangbisa meringankan mereka. Berapa saja mereka akan bayar."
"Papa yangmengatur."
"Justru itulah. Kesaksianmuyangpertama harus diubah. Tadi saya sudah rundingan. Kamu akan diperiksa
lagi. Soal di dalamjangan kha-watir, adayangmenjamin. Utusannya Spedi su-dah menemui saya.
Mami tenang saja."
"Papatahukan, saya tak mungkin puasa tiga hari berturut-turut. Tolong usahakan bagaimana baiknya."
"Jangan bikin pusing!"
"Saya sudah pusing!"
Warno Viktor memperlihatkan tumpukan duityangmasih dilak, seri nomornya masih urut.
"Saya akan bagi-bagi, dan Mami bisa kelu-ar minggu depan."
"Ngen... minggu depan apaan! Percuma pu-nyaswamijadi espe kalau tak bisa mengeluar-kan istrinya."
Wajah Warns Viktor berubah jadi pias, me-rasa jengah. Teriakan Ida mengenai espe di-ucapkan
dengan sangat keras. Kalau tidak ingat berada di mana. Warno Viktor pasti sudah me-nonjok langsung.
"Mami, Udin Bego tewas."
"Yangmati kamu urusin,yanghidup dibi-arkan."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Warno Viktor menjadi serba salah lagi. Selalu ia kalah kalau berhicara dengan istrinya. Tak per-nah
menang sedikitpun.Satu-satunya cara menghentikan ocehannya adalah meninju, me-mukul, menohok.
Harus telak mengenai biji mata. Hanya itu caranya menghentikan. Warno Viktor mengepalkan tangannya.
Hih. Gondok, getem, gusar.
Anehnya, seperti biasanya, Ida seperti me-nunggu. Seperti hersiap. Seperti mengenang ka-ta-kata
ibunyayangmatanya menjadi birusem-bam."Itu karena ayahmu sayang..."






U
11
NTUKpertama kalinya, Warno Viktor merasa khawatir bakal dirampok. Suatu perasaanyangganjil,
yangselama ini tak pernah dirasakan. Selama ini ia membawa banyak duit, membawa berlian berharga,
tapibelumpernah seperti sekarang ini. Membawa tas berisi bung-kalan duityangbaunya seperti baru
keluar dari mesin cetak. Jadinya merasa gelisah.
Beberapa kali tas itu dipindahkan letaknya, cara duduknya tidak enak, memandangjam,dan melihat
pesananyangsudah dihabiskan.
Ternyata memiliki duit banyak seperti se-karang ini kurang enak. Biasanya ia punya duit banyak, untuk
mabuk bersama teman,mainpe-rempuan, tapi tak pernah sebanyak ini. Tanpa melakukan kerja apa-apa.
Seseorang datang dan langsung menyerahkan setumpuk duit, dan memintanya datang ke rumah makan
ini.
Ternyata rasa kurang enak itu karena duityangbergumpal-gumpal ini tak bisa dipamerkan begitu saja,
seperti biasanya. Bahkan kali ini setengahdisembunyikan. Iatak tahu kenapa tiba-tiba menjadi begitu
kecut, darahnya bergetar seperti gemetar. Barangkali karena sangat tiba-tiba datangnya. Seseorang
datang menemuinya dan langsung menyergap dengan pertanyaan.
"Kamu Warno Viktor?"
Pertanyaan menjebakyangselalu dilakukan polisi dan tak bisa dielakkan.
"Kasus apa ini, Pak?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Saya ada titipan.
Takdipatah sedikitpun.Ambillah."
Satu bungkusan kertas koran. Isinya duityangditumpuk. Kartini semuanya. Bungkusan-nya bisa dipakai
sebagai ganjal kepala, pengganti bantal.
"Kami ingin tahu segala sesuatu mengenai Joko PaingaliasJabrik."
Warno Viktor merasa lebih aman. Tak ada polisiyangtak mengetahui Joko Paing, dan tak ada polisiyang
menanyakan seperti itu. Dengan nalurinya, Warno Viktor segera bisa menemukan pijakankakinya. Iatahu
bahwayangdihadapi ini adalah sejenisbody guard,tukang pukul o-rang-orang kaya,yangdulunya berawal
dari ge-nerasicross boy.Generasi anak gedonganyanglebih suka berkelahi daripada cari duit. Jenisyang
begini tak bisa diandalkan untuk bekerja. Membawa brankas saja gemetar. Menotok di jalanan saja
gemetaran.Palingbanyak berani sret,maintusuk. Ribut karena mejayangbiasa diduduki dipakai oranglain.
Keunggulannya dibuktikan dengan berapa puluh botol bir bisa ditenggak, berapa kali masuk bui. Bukan
bera-pa duityangdihasilkan.
"Dari siapa?"
"Kamu tak perlu tahu. DariBoss."
"Untuk apa?"
"Soal istrimu."
"Kenapa tak diberikan sendiri?"
"Kamu banyak mulut. Aku bisa pecahin ke-palamu sekarang juga."
"Kamu anak mana?"
Warno Viktor tak mau kalah gertak.
"Taba. Daeng Taba."
"Saya tak kenal kamu. Tak mungkin Daeng punya anak buah seperti kamu. Tapi saya tak mau rewel.
Hanya saja jangan bawa-bawa na-ma Daeng, kalau tak ingin patah lehermu.
Becengmujuga tak membuatku takut. Pasti baru berisi peluru pada tarikan ke tiga. Saat itu tubuhmu telah
kecincang.
Oke, apa maumu?"
Warno Viktor mengatakan apayangdike-tahui mengenai JokoaliasJoko PaingaliasJa-brik. Pimpinan
tokoh perampokan toko emasyangselama ini berkibar. Prestasi terbesarnya ialah dua kali lolos dari
pengadilan ketika di-sidang. Korbannya selalu dihabisi, kalau cewek diperkosa. Rumah kediamannya
tentu saja selalu berpindah, tetapi bisa dilacak. Anak buahnya pernah mencapai44orang, dikenal dengan
tigalapis.Adatiga generasiyangikut bekerja de-ngannya. Kalau benar malamitu Joko Paing ada di mobil,
atau malah menjadi korban, pemba-lasan anak buahnya bisa mengerikan. Tak pan-dang bulu, pasti akan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
disikat habis. Mereka me-miliki delapan atau sembilanpistol colt. 38, FN,bahkan adayang
menyebut-nyebutkan memilikiKarlGustav. Wilayah operasinyaJakarta,tapi juga ke daerah-daerah. Dua
tahun belakangan ini aktif lagi, setelah menghilang semasa penem-bakan misterius. Dikenal mempunyai
backingyangkelewat kuat, karena dari44anggotanya, sebelas di antaranya adalah alat negara. Aslinya
bernama Kusni, bermata sipit, tubuhnya kecil, kakinya sedikit pengkor karena pernah kema-sukan enam
peluru.Adajahitan di sekitar pusar, karena pernah dimakan oleh saingannya.
"Aku bilang gawat kalau sampai Paing jadi korhan."
"Lebih dari itu.
Sebenarnya Joko Paing telah tertangkap. Dia ditahan, perkarakoneksitas karena melibatkan alat
negara. Dalampengakuannya sudah ada enampuluh empat kasusyangsebagian sudah disidangkan.
Malamitu ia dibon, untuk menun-jukkan jaringannya. Tapi mobilnya bersenggolan dengan mobilJimmy,
dan kesempatan itu digu-nakan untuk kabur.
Sementara ini ada kemungkinanyangakan dikembangkan, seberapa jauh keterlibatanJimmydan Hans.
Soalnya ia membawa Ida Me-nor, istrimu."
"Aku tak butuh informasi itu.
Apayangdiinginkan?"
"Dari awal sampai akhir, Ida tak tahu-mena-hu soal apapun.Hans danJimmykebetulan saja, dan baru,
bertemu saat itu. Mereka ada bisnis karena mau membuka tempat hiburan.
Kamu atur dengan polisiyangmemeriksa.BAP-nya segera diubah. Segera."
Warno Viktor menyanggupi. Itu sebabnya se-gera menemui istrinya, dan kini menunggu un-tuk
melaporkan bahwa segalanya telah dise-lesaikan sepertiyangdipesan. Kalau kurang yakin, ia akan
membawa polisiyangmemeriksa, dan kalau perlu lagi Berita Acara Pemeriksaan, BAP,yangasli, akan
diperlihatkan.
Dari polisiyangdi-cs-i, Warno Viktor men-dapat gambaranyanglebih lengkap lagi. Lolos-nya Jabrik tak
melalui proseduryangwajar. Iadibon tanpa pengetahuan atasan. Bahkan selama ini penahanannyapun
dirahasiakan. Karena po-lisi bertekad menggulung seluruh komplotan-nya sampai habis.
Dengan banyaknyayangterlibat, urusan menjadi panjang dan berbelit. Bisa-bisa seluruh kamar tahanan,
selnya bakalan penuh.
Sebenarnya halyangbiasa. Tahanan dibawa keluar. Disuruh menunjukkan lokasi teman atau wilayah
operasinya.Yangtak biasa, entah ba-gaimana Joko Paing bisa dibawa keluar, dengan pengawalan yang
banyak, tetapi ternyata Joko Paing juga bersama dengan tiga anak buahnya yang masih di luar, malah
membawa sapi, se-perti yang diketemukan, dan mereka justru da-lamkeadaan mabuk berat. Sebelum
senggolan dengan mobil Jimmy, telah terjadi senggolan yang sama.
Inilah informasi yang bisa dijual oleh Warno Viktor.
Ini yang diceritakan kemudian, dan ia berjan-ji akan melakukan hal-hal lain yang diperlukan.
"Aku tahu cara menutup mulut, dan kamu boleh percaya penuh."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Aku tak perlu mempercayaimu. Aku hanya menjalankan perintah."
"Abu, aku tahu siapa kamu," kata Warno Vik-tor langsung menembak dengan tepat, sehingga lawan
bicaranya meraba saku jaketnya. "Aku sudah ketemu dengan Daeng. Untung saja Daeng bilang kamu
dulu pernah ikut dengannya. Kalau tidak, kamu tahu sendiri."
Tidak di luar dugaan, yang namanya Abu jadi mengkeret.
"Aku sebenarnya sudah bosan jadi bemper terus seperti ini. Aku sudah berhenti delapan ta-hun lamanya.
Tapi aku tak bisa menolak, ini me-mang cara mendapatkan duit yang pantas."
"Duit yang datang pada kita, bukan seba-liknya.
Kita tinggal mengambilnya, karena orangtua kitalah yang dulu menyebarkan, menitipkan ke-pada
pengusaha clan orang kaya yang sekarang ini."
Mereka berdua menjadi akrab. Tapi Warno Viktor tetap menolak diajak mabuk, atau
ber-senang-senang.
"Aku tak pernah melakukan itu kalau lagi kerja."
"Kamu sudah tahu kamu diisukan espe?"
"Kamu juga."
"Aku?"
"Kaupikir bisa di luar selama delapan tahun kalau bukan espe apa NvongT'
Mereka berdua makin akrab ketika bermo-bil bersama. Tapi Warns Viktor memilih turun sendiri, dan
berjalan sendiri menemui sumber-sumbernya. Itu selalu dilakukan sebagai hasil didikan tak langsung dari
ayahnya. Iatahu ia bisa memperoleh beberapa hal lain dari Abu yang bangga dengan kumisnya sekepal
itu, tetapi maksud hatinya tetap ditahan. Langkahnya te-tap terjaga. Bahkan rasa ingin tahunya seberapa
besar yang bakal diambil, tak diurai dalampi-kirannya secara jelas.
Banyak hal bisa direguk. Dari Hans atau Jimmy, sudah jelas. Dari gerombolan Pain-, pas-ti juga akan
mencoba mengkontak dengan satu atau lain cara. Ini akan menaikkan kelasnya. ka-rena kini Jabrik
sendiri yang akan mengulurkan tangan padanya.
Satu-satunya yang membuatnya puling ada-lah ketika ke kantor polisi untuk menemui cs-nya, ia melihat
berkelebat bayangan seseorangyangsangat dikenal. Seorang lelakiyangber-jalan sedikit tertatih-tatih,
walau kesan senyumsinisyangmeremehkan oranglaintetap melekat.
Pak Jaksa! Pak Jaksayangmenuduhnya menghina,yangdikenal dan dikatakan Ida seba-gai lelaki ayam!
Yangkatanya sakit berat. Ba-rangkali kini sudah sembuh lagi. Siap bekerja, dan dengan pemunculannya
di kantor polisi, pasti mengincar kasus tertentu. Kasus apa lagi kalau bukan Hans-Jimmy-Ida. Kasusyang
di-ibaratkan denganAK,bukan jenis senapan bu-rung, untuk menggambarkan bobot duityangter-libat di
dalamnya. Cukup besar, kalau mengingat tingkat dirinya dengan dua kali pertemuan saja tasnya sudah
penuh membengkak. Alasanlain yangtak kalah pentingnya adalah, dendamlamapada dirinya. Sasarannya
kini adalah Idayangtelah mencemarkan nama haiknya, untuk tidak mengatakan telah membuka rahasia
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pribadinya. Dua alasanyangakan membuatnya bangkit da-ri sakit macamapapun.
Dari csnya, Warno Viktor mengetahui bahwa Pak Jaksa ituyangakan menangani langsung, dan ini
merupakan perkara terakhiryangdi-tangani.
"Akan merupakan pengalaman terakhir karir sayayangperlu dikenang, setelahmalangme-lintang selama
ini," katanya keras sepertiyangditirukan csnya.
Warno mengulangi lagi ceritayangme-nyangkut dirinya, dan csnya sudah lebih dulu mengetahui, dan
membenarkan alasan-alasan itu.
"Tak bisalain,kalaupun ada perintah dari atasan untuk memeriksa kamu, sebagaitskpunbisa."
"Tersangka apanya. Bapakkanjuga tahu sa-ya tak ada hubungannya dengan Jabrik."
"Ada. Kalian berdua sama-sama residivis, dan itu sangat mudah menyangkutkan. Sampai saat ini belum,
tapi bisa terjadi setiap saat."
"Bapaktega menangkap saya?"
"Perintah adalah perintah.
Kecuali kalau kamu menghadap komandan. Kamukanlagi banyakdaun sekarang ini."
Warno Viktor memilih caranya sendiri mes-kipun lagi banyak duit. Akan menyelesaikan sen-diri, dalam
artian bersama teman-teman di luar. Ituyangsegera terbayang. Makanya segera ber-gegas pergi, setelah
membagi lagi dengan csnya, dan menyewa sepedamotor.
Menyewa sepedamotor.Angkah lucunya saat ini. Ia bisa membeli sepedamotorbaru. Anyar, dari toko,
yang modelapapun.Tapi tak ada keinginan membeli. Bahkan membeliyangbekas sekalipun tak ada dalam
benaknya. Ra-sanya pemborosan, atau suatu halyangsama sekali tak ada gunanya. Juga ketika
beroperasi, ia tak mau pusing dengan membeli sendiri. Padahal jelas jelas dipergunakan setiap hari, dan
kalau ia menyewa sebulan saja, harganya sama dengan membeli. Tapi, selalu menimbulkan pe-rasaan
aman, karena sederhana saja: bisa me-ngeluarkan duit lebih sedikit.
Adalah Ida, istrinya,yangmengatakan bah-wa sebaiknya memilikimotorsendiri, atau mo-bil, atau bahkan
menyewakanmotor.Adalah Idayangmengatakan sebaiknya pisau untuk notok dicariyangbagus, atau
dibersihkan, atau diberi sarung, atau sarungnya dihias sehingga tak gam-pang ditangkap kalau ada razia,
karena tak sege-ra bisa dikenali. Adalah Idayangmengatakan bahwa badan perlu sehatagarbisa lari, atau
cu-kup tangkas. Adalah Ida, dan hanya Ida.
Seperti sekarang ini, tak adayanglain. Iame-miliki banyak duit, tapi tak tahu mau dibagi ke mana. Untuk
selamatan Udin Bego, bisa dan dibutuhkan. Tapi disanaia merasa tak diper-lukan. Pak danBuDurkim,
tak pernah bertanya atau meminta. Segalanya telah dicukupi oleh Ida. Keluarganya sendiri, adiknya, atau
keponakan-nya di Jawa, juga tak pernah meminta, tak pernah sambat. Tak pernah membutuhkan.
Teman-teman sekomplotan, juga bisa. Namun mereka sudah akan menerima bagiannya, dan kalaupun
meminjamakan ada perhitungan di belakang ha-ri, saatngecak, membagi hasil buruan. Mereka juga tak
membutuhkan. Warno Viktor tak merasa dibutuhkan, diperhitungkan oleh mereka.
Bahkan pada dirinya sendiri, Warno Viktor tak pernah memanjakan. Bajunya, celananya, sepatunya,
memang lumayan mereknya, tapi ia hanya memiliki beberapa dan merasa lebih nya-man bertelanjang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dada.Kecuali kalau operasi. Tapi memakai bajuyangmanapun,toh akhirnya akan tertutupi jaket kulit lusuh
-yangmirip-mirip jaket kulit polisi. Soal makanan, ia juga tak merasa terlalu istimewa. Minum, tetap tak
seberapa dibandingkan istrinya.
Kini saatnya sedikit istimewa. Warno Viktor kembali ke rumahnya, singgah di pos satu, dan
memberitahukan bahwa ia butuh teman-temanyangberani.
"Sepuluh juga tak apa."
Dua belas orang datang, dan mereka menye-wa sepedamotorsemuanya.Adayangminum, adayang
ngebeka,dan tidak apa-apa. Semua saku, kiri kanan, penuh dengan rokok. Senjata tajamyang paling
berharga juga ada. Rombong-an berangkat hanya dengan satu perintah dari Warno Viktor. Bahwa
mereka akanngemuv se-seorang. Akan menggertakclanmemberi pela-jaran pada seseorang. Warno
Viktor tak men-jelaskan jaksa atau bukan, tak menjelaskan umur, nama atau identitaslain.Ia hanya minta
disertai, dan mereka siap beraksi bilamana diperlukan.
Mereka mengunjungi rumah Pak Jaksa, dan darisanamendapat keterangan bahwayangdicari belum
pulang dari kantor. Biasanya ka-lau hari Kamis memberikan penyuluhan hukum. Ke arah tempatyang
ditunjukkan, ketiga belas orang berangkat. Masuk ke dalam, dan duao-rangmenyeret keluar dari kamar
dengan paksa. "Keluarga kamu akan mati kalau berting-kah "
Mereka membawa ke suatu tempat, mana lagi kalau bukan tempat sepi di pinggir laut. Pak Jaksayang
gemetar terjatuh dua kali ketika di-turunkan dari sepedamotor.Kedua belasnya me-ngeluarkan senjata
tajam. Semuanya melingkari.
Warno Viktor maju ke depan.
"Masih ingat saya?"
Tak ada jawaban.
"Masih ingat saya?"
"Apa?"
"Masih ingat saya?"
.. saya..."
"Saya bisa bunuh sekarang.Palingditangkap lagi, dan itu biasa."
.. apa?"
"Bukabaju!"
"Apa?"
Bajunya dilucuti, celana panjang dilucuti. Hanya dengan kancut dan kaus singlet, kauskaki,diboncengkan
lagi, keliling, dan sampai di sungaiyangairnya sangat keruh, ditangkap ramai-ramai untuk diceburkan.
Airsungai itu tak cukup untuk menengge-lamkan.Palinghanya sepinggang. Tak cukup menghanyutkan,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
karena tak mengalir. Tapi War-no Viktor melihat tubuhyanggelagapan, memi-numair,menyebut nama
Tuhan terus-menerus dengan kencang, timbul tenggelam, dan kemu-dianditinggalkan begitu saja.
Mereka berarak kembali ke pos satu. Warno Viktor memberikan duit untuk menyewa sepe-damotor,
dan membuka lagi tasnya. Kali ini memberikan masing-masing dua puluhlimaribu rupiah.
"Tinggal saja."
Kedua helas temannya pergi. Tak bertanya siapa korbannya, siapayangmenyuruh Warno Viktor, berapa
yangdiperoleh Warno Viktor de-ngan duityangmasih gres. Mereka pergi, mung-kin mengembalikan
motor,mungkin minum-minum, mungkin beroperasi.
Warno Viktor memacu motornya menuju Sampur. Tepi pantaiyangbecek, bau, dan tanpa penerangan itu
membuatnya kangen. Terutama setiap hari Kamis seperti sekarang ini. Disituia menenggakmensyen
sedikit -setengah botol, lalu menuju ke pohon, berbaring sambil mero-kok. Matanyayangawas bisa
menyaksikansore yanghabis, bersamaan munculnya kepiting lautyangjumlahnya banyak sekali dan
berlarian, me-rasakan nyamukyangternyata bisa terbang ting-gi sekali hingga di pohon, dan terutama
sekaliyangditunggu sudah mulai muncul.
Bayangan tubuh.
Mulai dengan satu, dua. Disusulyanglain-nya.Lima,enam, berombongan. Tanpa suara, dengan gerakkaki
yangbersijingkat, meng-hindar dari batu atau lumpur atau kepiting. Me-nuju ke bagian agak tengah laut.
Disusul denganyangIainnya.
Pemandanganyangindah. Menggetarkan.
Satu tenggakan mensyen dari botol kecil, sempurnalah persiapan menikmati secara ke-seluruhan. Garis
pantaiyangmenyatu dengan bangunankehitamangedung atau pabrik. Caha-yayangdisediakan dari alam,
gemericik ombakyangsudah terhalang,sementaraangin beku.
Bayangan-bayanganyangmemperlihatkan sosok tubuh wanita itu mencari tempat sendiri-sendiri, tak
saling berdekatan satu samalain.Berdiri di bebatuan, seperti diatur bersamaan, mereka melepaskan
sanggul, atau ikatan ram-but, melepas sendal jepit atau sepatu atau sendal kulit, lalu pakaiannya. Blus,
rok, kain, daster, ditumpuk di pinggir, kemudian kutang, dan ter-akhir celana dalam. Belasan bayangan
bergerak, memperlihatkan bentuk tubuhyangsama-sama menggunung didada,pantatyanglebih padat,
terjun ke dalamair.Tak terdengar jelas, mulutnya berkumit-kumit, lalu menyelam, sepanjang bisa tahan,
baru muncul. Tiga kali dilakukan. Baru kemudian berendamsebentar, dan dilanjutkan mencuci celana
dalamatau kutang, atau dua-duanya.Yangsetelah bersih akan dilemparkan begitu saja, sambil
mengucapkan sesuatu seperti membuang sial, membuang nasib buruk, kembali ke batu, mengenakan
pakaiannya tanpa meng-handuki, dan pergi.
Tanpa suara.
Tapiyangdatang lebih banyak lagi. Berom-bongan, dan melakukan gerakanyangsama. Melepaskan
pakaian, telanjang bulat dalamke-gelapanyangmakin larut, berjalan gontai, dan menyelamtiga kali,
berendam, mencuci, mem-buang sebagianyangdikenakan, lalu kembali.
Kembali ke tempat bekerja. Dengan harapan berlebih bahwa mulai malamitu mereka akan lebih laris,
lebih banyak tamu, lebih murah hati tamunya, dan selalu dikaruniai nasib baik kare-na semua halangan,
sial, telah dibuang, lenyap ditelan laut utara.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Pemandanganyangmenggetarkan Warno Viktor sejak ia pertama mengetahui bahwa Sam-pur ini
dipercayai sebagai tempat membersihkan diri. Pemandanganyangmenggetarkan Warno Viktor, meskipun
sebenarnya ia tahu persis bah-wa sebagian terbesar mereka adalahyangmen-jajakan diri di sepanjang rel,
di wilayah Tablo, di PLTU, di daerah-daerahyangharga seksnyapalingmurah dibandingkan dengan
kemampuan seorang lelaki pada umur berani melakukan. Da-lampersaingan di tempat di mana harga
bisa begitu rendah dan masih ditawar atau diutang sekalipun, kepercayaan bahwa rezeki dan nasib bisa
tetap diperjuangkan dengan berbagai cara. Sebuah celana dalamyang palingbutut atau ju-ga kutang,
tetaplah berharga untuk dijadikan pertengkaran karena adayangmencuri pakai di Tablo, tetapi tetap
direlakan untuk membayar masa depan.
Di siang hari, Warno Viktor tak berminat kepada mereka,pundalamkeadaan setengah mabuk. Akan
tetapi, bila malammenjelma, se-muanya seperti disulap menjadi pertunjukanyangsempurna. Minuman
kerasyang palingmurah, musik dariradio,kaset, ataupun per-tunjukan di tempat jogetliar,menyatukan
dengan pilihan-pilihan, dan hentakan emosiyangme-nabrak keras, muntah seketika. Baru kemudian
was-was sedikit karena harus membeli obat di pinggir jalan. Hargalain yangharus ditebus. Ta-pi, pada
saat jogetanliar,tak ada halanganlain.Satu-satunya kesadaranyangmengembalikan mereka ke bumi
hanyalah kalau kereta api lewat entah dari mana dan mau ke mana, entah membawa manusia atau
barang.
"Awaaas kereta..."
Kereta api meluncur sangat perlahan, mem-beri kesempatan masinis atau petugas melihat pemandangan
yangmenjadi sedemikian terang benderang karena kegelapan dimusnahkan habis sama sekali tanpa sisa.
Matayangsiang terpicing karena sengatan matahari, sesaat itu Iebih sem-pit lagi, dengan iringan makian
mesra, balas lam-baian tangan, tarikanagartak terlalu dekat de-ngan keretayangberingsut.
Setelah kereta lewat, suasana akan kembali. Tak berkeputusan sampai dini hari, sampai pagi ketika
matahari membeliakkan kenyataan bahwa surgayangtercipta semalaman adalah di atas ta-nahyangbecek,
tanah gersang dan reyot, ba-ngunan-bangunan kardus kenaair,bau pesing, dan kain-kainyangsudah lusuh
bertebaran di seluruh permukimanyangtak pernah ada di da-lampeta, tak jelas di bawah kekuasaan
wilayah mana.
Warno Viktor mengetahui semua halyangmembuatnya tak bernafsu.
Tapi, kalau melihat dalambayangan senja, puluhan wanita, semuanya telanjang, mengelus sebentar buah
dadanya, atau perutnya, atau se-langkangannya, atau mengurut rambut, meng-usap dengan wajar,
puluhan paha bergerak, ba-danyangbasah kuyup, benar-benar membuatnyabergetar. Iamerasa dirinya
seperti orangyangsangat kaya sekali,yangmempunyai gendak pu-luhan, dan semuanya telanjang
menunggu pe-rintahnya, semuanya memujanya, dan ia makin yakin lagi bahwa dirinya laki-lakiyang
sangat, sangat kaya.
Kalaupun adayangmengatakan bahwayangdatang ke Sampur adalah wanitayangsudah tua,yangpeyot,
yangtak laku,yangpenyakitan,yangmurah, tetap saja tak mengurangi perasa-annyayangmeluap.
Kenikmatanyangmemu-askan sampai ke puncak-puncak sarafnya.
Apalagi kalau malamJumat Kliwon,yangdatang bisa ratusan. Hanya saja saat seperti itu sama-sama
terlalu banyak, antarayangmelihat danyangdilihat.Yangmelihat tak perlu ber-sembunyi,yangdilihat tak
perlu bersembunyi, dan mukjizat bisa terjadi karena kemudian keinginan paramoleragarlaris terkabul saat
itu juga.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Warno Viktor lupa segala jika menyaksikan, seolah, seorang diri. Lupa, tenggelam, lelap, tertidur untuk
beberapa saat. Lebihflydari obatyangmanapun.Lebih sakti, karena setiap kali bisa tertidur, bangunnya
membuat otaknya segar, badannya bergairah, dan kakinya akan melang-kah lega.
Warno Viktor tak bertanya kenapa bisa be-gitu, tapi menjalanidengan pugs.
Warno Viktor tahu bahwa istrinya lebih ha-rum, Lebih seksi, lebih bisa melepaskan pakai-annya satu
demi satu sambil melenggok, bisa berpura-pura jadi siapa, bisa bergerak dalamgelap tanpa suara, tapi
yangini berbeda. Puluhan wanita, telanjang bersama.
Itulahyangmembuatnya puas.
Untuk beberapa saat, Warno Viktor lepas dari beban bagaimana hidupnya, istrinyayangdulu, anaknya
yangdulu, ayahnya entahmasihhidup atau tidak, ibunyayangsamar dikenang, seko-lahnya dulu, tatonya,
capespeyangtak bisa tang-gal, kebenciannya kepada lelaki kayayangmeni-duri istrinya, pak jaksa,
lawan-lawan caturyangselalu menang, ayamyangpernah dipelihara, pukulan polisi, suara tembakan di
telinga, peluru di tungkainya, korbanyangkaget dan terbunuh, tidur sengsara di sel penjara tanpa pakaian
apa-apa, berdoa sungguh-sungguh dan menyesali, menyanyi, punya anak sendiri, keinginannyamaindi
televisi sesaat saja, semuanya bisa di-gantikan dengan melihat pemandangan dahsyat sekaliini. Iatak
onani, tak juga segera mencari wanita. Bahkan ia akan bersunyi-sunyi sampailamasekali disitu.
Membiarkan nyamuk, mem-biarkan bau busuk sekitar.
Sampai kemudian turun, mengambilmotoratau jalankaki,pergi tanpa tujuanyangpasti.
Kalau saat itu ia mati, rasanya rela.
Mau saja.

H
12
ANS, mahasiswa arsitekturyangmen-dalamilandscaping,mulai bisa membi-asakan diri dengan dinding
kamar tahanan. Dindingyangkeras, berbeton, dipenuhi dengan grafiti dalamberbagai bahasa:Arab,Inggris,
daerah, serta coretan pasal-pasalyangdilanggar penghuninya, bentuk penanggalanyangdigu-ratkan di
tembok, serta gambar terpaku di din-ding dengan goresan dalambentuk wanita telan-jang atau bagian
tubuhnya saja.
SebaliknyaJimmylebih suka berdiamdiri, termenung, dan berbaring.
"Tenang,Jim.Kita berdua tak pernah menge-nal dunia ini. Marilah kita nikmati setiap menit, setiap detik
ini sebagai pengalamanyangsangat berharga. Justru karena kita hanya mengalami sekali ini."
Kalimat itu seperti untuk menghibur dirinya sendiri. Seperti jugaJimmy,ia tak pernah beru-rusan dengan
polisi sebelumnya. Bahkan dengan polantas soal simatau tilang saja tak pernah. Simbisa diantar ke
rumah,suratberkelakuanbalkbisadiurusoranglain. Iabahkan baru tahu bahwa di tempatyangbiasa dilalui ini
mempunyai ka-mar tahanan,yangbesar, dan penghuninya ba-nyak.
Iatermasuk beruntung. Sangat beruntung jika dibandingkan dengan penghuni -istilah untuk para tahanan,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
yang lain.Kamaryangbesar, ha-nya ditempati mereka berdua. Sementara kamaryangsama luasnya bisa
menampung sepuluh orang atau lebih. Kamarnya bernomor satu -clanitu menunjukkan kamaryangutama.
Mereka bisa memasukkan kasur, bantal, guling, bacaanyangdibawa masuk bersama obat batuk, obatflu,
minyak wangi, pakaian sekopor penuh, kue, biskuit, minuman, selimut, rokok, dan terutama perlakuan
yangbaik dari para penjaga.
Mereka berdua tak pernah makan nasi atauairjatah.Adayangselalu mengantar. Pagi, siang ataupun
malam.Adayangselalu datang dan me-nanyakan apa perlunya, apayangdibutuhkan. Lebih dari pasien
rumahsakit, semua waktunya terisi bersama sahabat, teman sekuliah, keluarga, dan juga penasihat
hukum, suruhanyang lain.Hanya saat diperiksa saja, mereka berdua tak bersama dengan dengan orang
yangselama ini dikenalnya.
"Tak adayangperlu disesali,Jim.
Sesuatuyangtelah terjadi dan tak bisa diubah lagi seperti semula, tak perlu disesali."
Mereka berdua seperti menghafal kembali nama, alamat, agama, pekerjaan, nama orangtua, rentetan
peristiwa sejak sebelumdibar,siapayangmengemudi, kenal di mana, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
Spedi,ehAbiyoso Umar-said, Hans,ehHandriyono Partokusumo, pukul berapa, di mana, siapa, apa,
apakah sekarang da-lamkeadaan sehat, apakah bersedia memberi-kan keterangan, perlu didampingi
penasihat hu-kumatau tidak, sampai dengan apakah ada hal-hallain yangakan ditambahkan.
"Soal Mariyani tak usah kamu pikirkan. Da-lampemeriksaan akulahyangmengajak Ida. Kamu tak
tahu-menahu, waktu itu sudah me-nunggu di mobil.
Dankita tak mengenal Ida sebelumnya. Nya-tanya juga begitu. Apalagiyangnamanya Joko Paingalias
Jabrik,or whatsoever about him.
Kita perlu waktu,Jim."
Pengacaranyayangdatang juga memberi-tahukan soal teknis pemeriksaan, hal-halyangperlu dijawab dan
hal-halyangtak perlu dice-ritakan.
"Kamiyangakan menangani dari segi hu-kum. Tak perlu terlalu khawatir. Unsur pembu-nuhan, rasanya
tak masuk akal. Bahkan penga-niayaan atau keroyokan juga tak kena. Membe-la diri, seperti juga dalam
BAP, lebih dekat."
"Apakah artinya kami segera bebas?"
SuaraJimmynampak sangat tegang.
"Sepertiyangsudah ditandatangani. Seka-rang ini saudara ditahan selama20hari. Kalau selama itu tak
terbukti, dan tak perlu diperpan-jang..."
"Apakah tak mungkin ditahan di luar?"
"Mungkin sekali. Secara hukumselama sau-dara tidak melarikan diri, dan tidak mengulangi lagi
perbuatan pidana, tidak perlu ditahan di sini. Bisatl, tahan luar."
"Menunggu sampai20hari?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Yangdikhawatirkan, kalau-kalau gerom-bolan Joko Paing akan membalas dendam..."Jimmyterdiam.
Tak bicara sepatah katapun.Sampai kembali ke dalamselnya.
"Jim..."
"Aku menciumsesuatuyanghusuk, Hans. Kamu harus percaya hal itu. Kalau ayahku juga percaya Paing
atau siapapunmembalas den-dam, itu halyang palingkonyol. Bukankah Paing malah berterima kasih pada
kita karena bisa lolos?
Lalu apa?"
Hans merasa setiap kaliJimmybicara, sua-sana menjadi getir. Pahit. Menikamke batin, dan
menyehabkanJimmyselalu bungkam. Bahkan terlihat malas sekali untuk ditengok atau mene-mui siapa
saja. Mariyani sendiri tak bisa meng-hiburnya ketika berkata,
"Jim,jangan cemas soal wanita itu akan mempengaruhi sikapku padamu. Itu telah terjadi, dan saya
percaya penuh kamu bisa dipercaya. Saya katakan ini bukan dengan maksud apa-apa. Juga bukan
menangkis suara-suara di luar bahwa Hans sengaja menutupi dan membelamu.
Saya tetap sayang kamu,Jim.
Sampai kapanpun.
Saya selalu bersamamu.Take careya..."
Mari menangis, tapi tegar. Ia membawakan semua halyangdisukaiJimmy,termasukice cream,dan coklat
Sprung LeedariSwiss.Tapi dua-duanya dibiarkan meleleh, dan sisanya di-berikan ke penghuni kamarlain.
Juga makananlain yangselalu berdatangan dan kadang bersa-maan denganyangdikirimuntuk Hans.
Masa-kan dari rumah, dari rumah makan, serba buah, kopi, susu, bacaan, nomor teleponyang
disiaga-kan selama24 jam.Orang-orangyangakan selalu berada di luar kantor polisi selama24 jam.
Polisi-polisiyangdengan ramah dan baik akan membantu.
Jimmytetap tak banyak berubah.
Hans sempatnaik.
"Kita hanya berdua,Jim.Kalau kamu ber-diam, aku merasa lebih bersalah lagi. Kamu menyalahkanku
dengan diam. Padahal kita ha-nya berdua tapi kamu memilih diam, itu sama juga artinya menciptakan
neraka kedua di nera-ka ini.
Aku tahu nama besar Abiyoso,but let's face the problems.Kita di sini sekarang, dan marilah kita
melepaskan apayangada di luar, sebelummasuk kemari."
Jimmymenutup matanya. Menutup telinga-nya.
Suaranya sama tinggi.
"Hans, kamu seperti semua orang di sini. Mencoba menipu diri dan menganggap masa-Iahnya tak cukup
berarti.
Aku sedang mencari kepastian bahwa nasib kita busuk. Kalau benar, aku tak mau merasakan lebihlama.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Bunuh diri sekarang lebih baik dari-pada merasakan penderitaan lebihlama,dengan akhiryangsama."
Hans kaget. Tak menyangka ada kalimat se-perti itu.
"Kamu terlalustress,Jim.""Sori."
Mereka diperiksa lagi, menerangkan lagi dari awal, mengulangi lagi, membaca, memaraf tiap halaman,
menandatangani di halaman terakhir, dan kembali ke sel.
Merokok, membaca, mandi, merokok, man-di, merokok, melamun, berpandangan, malas, melamun,
merokok, gosok gigi, berbaring, me-lihat kamar dibersihkan, melihatjam,sepatu, merokok.
"Masalah kitayangterutama adalah karena kita mencoba untuk tidak mengakui keberadaan kita di sini.
Segala pikiran, hati,idiomkita sepe-nuhnya masih di luar. Kita ingat hari apa,jamberapa dengan kenangan
di luar. Ituyangmem-buat kita sakit, merasa terkurung.
Padahal apa kekurangan kita di sini?
Tak ada,Jim."
Merokok hingga terbatuk.
Membaca buku tanpa nafsu. Membacai su-rat-surat tanpa gairah.
"Yangharus kita kuasai pertama adalah emo-si. Jangan sampai kita kalah, hancur, karena ini.Yangkedua,
bagaimana kita mengatasi waktu. Semuanya begitu berarti tadinya, dan kini tiba-tiba kita tak bisa
apa-apa. Tak melakukan apa-apa. ItuJim,lokalisasi masalah kita.Be strong, man!"
Yangmenjawab suara kamar sebelah dan se-belahnyayangpenuh dengan nyanyian, berben-tuk teriakan,
suara mengajiyangjuga keras, ka-dang diseling goyangan terali besi -adayangmarah, atau iseng.
"Kamu tahu AtikkanJim?
Dia menangis seolah saya ini kutung kaki-nya, atau cacat berat. Saya mengatakan bahwa saya akan
membuat perencanaan taman untuk tahanan. Dia bilang nggak lucu! Dia bilang saya nampak kurus, saya
ganti bilang nggak lucu."
Petugas mengontrol, mengabsen, menjumlah siapa-siapa.
"Satu halyangkuinginkan tapi sangat kuben-ci," kataJimmylembut. "Saya mulai akrab de-ngan tempat
ini."
TadinyaJimmysama sekali tak bisa buangairbesar, hanya karena tak ada pintunya. Karena
membayangkan Hans berada pada ruangyangsama. Mandipunmasih malu-malu.
"Aku punya rencana membuat buku harianJim.
Akan kucatat semuanya, sebagai bagian dari kenangan. Bahkan nanti kalau kamu mauJim,kantor ini kita
beli. Kita jadikan semacammu-seum.
Atau otak dagang kamu menemukan caralain, Jim?Kamu mau bikinmoteldenganmodelkamar tahanan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
ini? Pakai jeruji besi, tanpa jen-dela, dindingnya penuh coretan, bau, nyamuk, suara sebelah, dan kalau
pergi ke luar walau se-bentar harus dikawal?
Otakmu pasti sudah kesitu."
Kamar sebelah berteriak-teriak minta rokok.
"Kamu sudah tidur,Jim?
Aneh, aku merasa aneh sendiri bisa berdoa khusyuk di sini. Bisa merasakan dekat-Nya sela-lu. Bahkan
aku merasa ini proyek-Nya. Kitase-dangmenjalani apayangsudah digariskan-Nya.
Apakah ini pembenaran atau kenyataan?
Kadang aku ragu. Terus terang aku raguJim.Mungkin ini hanya penghiburan belaka. Tapi sebenarnya
yangkita butuhkan justru penghi-buran.
Kamu sudah tidurJim?
Atau kitamaincatur? Kamu suka? Aku juga tak bisa, tapi tadi siang aku suruhan membeli.Mainkartu?
Maintruf?
Tidur,Jim?"
Adasepatu, sangat bagus. Tak tahu untuk apa.Adasendal,yangtak ada gunanya di da-lam.Adaselimut,
tapi udara sangat gerah, se-hingga kipas anginyangdibawa ke dalamjuga hanya menghasilkan suara dan
bukan angin.
"Dua hari lagi, Siane ulang tahun. Adikkuyangkamu bilang,'Sayangdia adikmu. Kalau bukan, sudah
kuisengi.' Di Yogya dia. Pacarnya orangBali,tapi Ibu kurang suka. Selalu, wanita mengeluarkan pendapat
tanpa alasanyangbisa diterima lelaki.Dancelakanya Siane ini penurut.
Pasti dia dengar.
Aku bisa menduga pasti, kalau ia datang, ia akan mempersoalkanTuning.Sianeyangmenja-di mak
comblang, dan sukses. Pasti ia mewakili hati wanita. Kenapa aku sudah punyaTuning kok masih
keluyuran dengan wanitalain.Kurang apaTuningitu?laakan marah, lalu diam, lalu baik, biasa, dan
kemudian menasihati. Siane selalu menasihatiku. Gila dia ini, disangkanya ia lahir duluan."
Merokok. Mematikan.
Membukai buku harian. Mencari kata-kata.
Setumpuk majalah belumterjamah.
"Aku, aku... sering teringat ibuku,Jim.Aku bisa mengerti betapa kagetnya, betapa tak per-cayanya
mendengar berita semacamini. Kamu tahu sendirikanJim,ibuku terlalu saleh, terlalu baik, tak mengenal
dunia pidana, dunia krimi-nal. Sekarang mendengar anak lelakinya di-kaitkan dengan pembunuhan.
Syok. Aku sama prihatinnya dengan Ibu.Yangmungkin sekali, saat ini, tengah merenungkan dan
membayang-kan kita ini sedang apa. PastiTuningyangmeng-hibur.yangbercerita keadaan kita sekarang.
Atau juga, ah alangkah pandainyaTuningmemilih kata-katayang pas,menghibur, dan kita sama sekali tak
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
merasa kalau itu dienak-enakkan.
Tuning,yaTuning.
Satu-satunyayangmembedakan antaraTu-ningdengan Ibu hanyalah bahwa Ibu lebih bisa menerima. Ibu
kaget, heran, tapi bisa menerima. Tidak akan pernah menyalahkan siapa-siapa. Tidak punya dendam.
Ibu akan mengatakan kira-kira; "ada siang ada malam.Adaterang, ada ge-lap." Sejenis dengan itu.
Dengan suarayangtak dipengaruhi rasa permusuhan. Apalagi kalau terjadi dalamlingkungan keluarga, Ibu
bisa me-nerima. Kalau musibah itu terjadi dalamling-kungan keluarga, Ibu sering tak tega. Pernah datang
ke rumah sakit, sudah masuk ke dalam. Begitu sampai di depan kamar, balik lagi. Itu terjadi waktu
adikku operasi amandel. Siane tertawa terbahak ketika diberitahu.
Sekarang aku jadi teringat. Sekarang ada saat membuka semuayangdulu dilewati dengan be-gitu saja.
Kesibukanyangtak jelas telah meng-habiskan saat-saat untuk mengulang masayangtelah lalu.
Atau mungkin ini salah satu lagiyangterba-ik,yangbisa diberikan -atau lebih tepatnyayangbisa kita ambil,
dalamsituasi sekarang ini.
Jim?"
Udara kadang terasa menjadi sangat gerah. Pada pintu tanpa daun selain jerujiyanglebar, dan kukuh,
anginyangleluasa meniup masuk, terasa panasnya.
"Ayah?
Ayahkulain, Jim. Lainsama sekali.Lain de-ngan yangkau kenal,laindenganyangkukenal. Dia sedang di
kantornyayangbaru, tengah rapat atau meneliti di pabrik ketika mendengar pe-ristiwaku. Apa reaksi
Ayah pertama?Yangku-bayangkan adalah membetulkan kacamatanya, wajahnya tetap tenang,
pandangannya menjadi tajam.Paling yangdikatakan... Betul itu? Ba-gaimana lengkapnya... Lalu adayang
bercerita lebih lengkap. Tidak selengkapyangkita ketahui akan tetapi garis besarnya saja. Lalu sedikit
ter-senyum, mengangguk, tetap tegar, kukuh, me-ngeraskan sikap membatu.'Baik,terima kasih...' Tetap
melanjutkan pekerjaan sampaijamyangberlaku. Tak bergeming. Kalaupun Ibu mene-lepon, Ayah akan
menjawab dengan suara da-tar.'Sayasudah dengar. Baik, baik. Tentu diurus, tapi dengan carayang
wajar-wajar saja. Diakansudah gede, sudah bertanggung jawab apayangdiperbuatnya. Ini bukan
salahmu, bukan salahku. Memang harus terjadi. Tenang saja.'
Kalaupun kemudian, ini misalnya saja, Ayah datang kemari, bertemu, sikapnya tetapdingin,membatu.
'Kamumau bilang apa Hans'? Bahwa duluBungKarno,BungHatta,BungSyahrir pernah dipenjara? Kamu
mau mencari persa-maan kesitu?Kalau itu menghiburmu, tak apa.' Itulah Ayah.
Kebanggaannya tak pernah diperlihatkan, tapi kita merasai. Kekecewaannya tak pernah diutarakan,
tetapi kita bisa merasakan. Kalau gulanya tak mengganggu, apa saja masih akan dilalap keras. Jauh
sebelumistilahworkaholicsaya dengar, Ayah sudah melakukan itu. Saya selalu berkata alangkah
berterimakasihnya tem-pat di mana Ayah bekerja.'Itulahnegara kita,' katanya.Danmemang sampai
pensiun, dengan jabatanyangbegitu dekat dengan pengambilan kekuasaan, Ayah holeh dikatakan
pengabdiyangluar biasa. Ajaibnya, semua itu dilakukan de-ngan rendah hati, dengan biasa-biasa saja.
Tak ada penyesalan, tak ada perasaan memheri lebih.
Hebat. Ayah memang hebat.
Harus kuakui bahwa dalambanyak hal Ayah menang. Bahkan ketika aku makin akrab denganTuning,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ayah hanya mendengus.'Kalaukamu pikir dengan itu kamu bisa menyamaiku mem-peroleh wanita seperti
aku memperoleh istri, ka-mu keliru besar. Tapi itu juga cukup baik buat kamu.'
Adaselalu nada kritik, sindiran,yangmele-cut-lecut. Ketika aku memilih jurusan perta-manan, Ayah
berkomentar singkat.'Kalaume-mang itu pilihanmu, buktikan pilihanmu itu te-pat dan berguna. Meskipun
sampai saat ini aku susah yakin apakah sekolah semacamitu bukan-nya hanya akan bekerja untuk
orang-orang kayayangjumlahnya tak seberapa, sementarayangkita butuhkan justruyangbisa bekerja buat
ke-sejahteraan masyarakat luas.'
Aku bisa mendebat habis, dan Ayah akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tapi alangkah susah
mengubah sikap Ayah.
Jim?"
Suara dengkur terdengar dari kamar sebe-lah.
Kopi telah dingin. Malamterbelah.
Mulut mulai lelah.
"Banyakorang hebat, banyak orang besaryangmasuk penjara, dan ketika keluar lagi lebih hebat.
Memang kasus kita agak berbeda. Kita membawa cewekbar,bertabrakan dan terjadi perkelahian, jatuh
korban. Tapi setidaknya bukan karena kita melarikan anak gadis, bukan karena korupsi atau manipulasi,
bukan karena penye-lundupan, bukan kasus subversif. Terus terang ini agak menentramkan, walaupun
buru-buru harus saya tambahkan bahwayangterkena ka-suslainitu bisa meremehkan kita.
Saya dengar tetangga kita mengatakan kita berdua ini bodoh. Kenapa kasus seperti itu mem-bawa kita
ke dalam. Kenapa kita tak bisa kelu-ar, padahal orangtua kitapaten. Yang lainsaja bisa, masak kita tak
bisa.
Suarayangada benarnya.
Pada siapa kita meminta pengampunan? Selain Tuhan, orangtua... dan menyesali diri kita sendiri?"
"Mintalah pengampunan pada tembok."
"Jim,kamu belumtidur."
"Pada tembok, kita lebih yakin jawabannya."
Hans merebahkan diri dan berusaha tidur.
Danterlelap. Sampai esok harinya. Siang hari-nya.Sorehari. Malamhari. Kadang terlelap ka-dang
terjaga, kadang antara terlelap dan terjaga.
Masih dicobanya mengikuti koran-koranyangbertumpuk, buku-bukuyangmembesarkan hati mengenai
bagaimana mengatasi kesusahan, mengisi teka-teki silang, buku pelajaran, meng-gambar, dan tanpa
terasa kekhawatiranJimmySpedi menggerayangi dan mulai mengganggu. Nasihat dan pembesaran hati
masih selalu da-tang dari siapa saja, Hans kembali bersemangat. Hanya ketika bersamaJimmySpedi,
kegem-biraan dan harapan seperti kembali merata.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Menjelang hari kedua puluh, mereka berdua diberi perpanjangan penahanan30hari berikut-nya, dan
suatu siang keduanya dibawa menemui seseorangyangmengenalkan diri sebagai Rohi-mat,yangakan
menjadi penuntut umum.
Lelaki setengah umur, berkumis tebal seperti rambutnyayanghitamlegam, dengan perut se-dikit buncit itu
nampak ramah.
"Saya menjalankan tugas," katanya lembut. "Sebetulnya bukan sayayangmenjadi penun-tut umum, tetapi
Bapakyangberkepentingan mengundurkan diri."
` Terima kasih, Pak."
"Sebagian sudah saya pelajari, dan karena partisipasi kami, baik di kepolisian maupun di kejaksaan,agar
berkasnya tidak bolak-balik, ka-mi mulai dari awal. Maklumini termasuk perkarayangmenonjol."
"Iya, Pak."
"Saudarayangbernama Hans?" "Ya, Pak."
"IniBungJimmySpedi?"
Tak ada jawaban. Tatapan mata saja."Baik,hanya itu saja.
Nanti resminya saudara akan dihadapkan ke saya. Ke kekejaksaan. Tapi semua itu hanya pro-sedural
dan formalitasyangharus dijalani." "Ya, Pak."
"Saya dengar-dengar saudara berdua meng-ajukan tahanan luar?"
"Kalau bisa..." sambar Hans cepat.
"Bisasaja.
Akan tetapi, kalau saya boleh memberisa-ran,lebih aman di sini. Bukan karena saya tak yakin
pengamanan di keluarga, tetapiyangkita hadapi di sini, sekarang ini, adalah kasus Joko PaingaliasJabrik.
Yangbisa melakukan perbuatanpalingnekat."
Jimmyminta kembali ke selnya, sebelumpembicaraan selesai. Hans terus terang menga-takan bahwa ia
mulai tidak suka sikapJimmy.
"KenapaJim?
Kamu curiga bahwa ada permainanagarkita minta ditahan luar, lalu kita keluar biaya lagi. Iya?Jim,aku
cukup punya duit, dan tak akan membebanimu! Asal kamu tahu itu." Tak ada jawaban.
Jimmybenar-benar mengantuk di siangyangpanas itu.
"Adapepatah mengatakanjer basuki mawa bea, untuk keselamatan, kesuksesan perlu bia-ya.
Segalanya akan kutempuh untuk memper-oleh kebebasanku. Mengembalikan kebebasan iniJim.
Sori kalau kita terpaksa menempuh jalan sendiri-sendiri."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Hans mengajukansuratpermintaan ditahan luar. Disertai berbagaisuratketeranganyangdi-perlukan. Semua
sudah disusun. Diserahkan.
"Kamu tetap tak mau mengajukan,Jim?" Jimmybenar.
Suratpennohonan itu ditolak secara lisan. Mereka dihadapkan ke kejaksaan, dan esok hari-nya mulai
dipindah ke rumah tahananJakartaPusat di Salemba.
Hans mulai mual perutnya.Danberpikir bah-wa sebabnya ditolak karenaJimmytak melaku-kan. Mereka
berdua mulai tak banyak bicara. Apalagi karenaJimmymengatakan bahwa ia akan menempuh cara biasa.
Tak mau diistime-wakan. Sehingga berangkat ke rutan Salembapunperlu diangkut secara khusus.
"Sama denganyang lain."
"Kamu mau digabung dengan pencopet, pembunuh, maling, begal, rampok,yangdikenal dengan sebutan
abal-abal itu?"
"Apa beda kita?"
Benarkah tak ada? Benarkah...
Hans menang. Hanya mereka berduayangdiangkut secara khusus. Dengan pengawalan, dengan
polisi-polisiyangselama ini baik. Hanya sampai di penyerahan. Selanjutnya mereka berdua ditempatkan di
blokR,blok penampung-an, sebelumditempatkan secara tetap. Tiga hari lagi sidang akan dimulai.
Mereka berdua melaluirol, pemeriksaan, keesokan harinya. Ditanya lagi sejak kapan masuk, berapa
lamaditahan, pernah keluar atau tidak, apa pasalnya, ada tato di tubuh atau tidak, pakaian apayang
dibawa (semua sudah dipe-riksa, dan terpaksa gunting kuku, pisau, dan beberapa perlengkapanlain,
termasuk ktp,credit card,kartu nama, kartu tanda anggota klub ter-tentu, ditahan), dan dipotret sambil
menenteng papan tulis hitamyangmenyebutkan nama danpasal tuduhan.
Siang itu juga susulan datang. Perlengkapanyangbaru lagi. Kasur, bantal, buku-buku, obat, parfum,
biskuit, roti,aqua,rokok, sepatu, pakai-an untuk sidang, dan pesan bahwa mereka ber-dua segera akan
dipindahkan ke blokyanglebih baik keadaannya. Yaitu blokAatau blokB.Disana, biasanya ditempati para
cukong. Merekayangdituduh atau telah terbukti melakukan tindak pidana korupsi milyaran, penjudi
kakap, manipulasibank, yangsemuanya berbauglamor.Hans merasa kamaryangdihuni terlalu sempit,
terlalu banyak orangyanglalu lalang, terlalupuling,tak bisa menghabiskan waktu dengan be-ngong seperti
Jimmy.
"Kita segera pindah,Jim.""Ya, ke blok0."
"Kamu mau kesana?"
"Peraturannya kurang lebih begitu. Kalau kita dituduh melakukan pembunuhan, lebih ba-nyak
dikumpulkan di blok0.Disanaada50atau60orangyangsemuanya pernah, sekali atau berkali-kali
membunuh."
"Kamu tak mau..."
"Atau blokN.Disanadiisolasi, karena takut ada anak buah atau suruhan Jabrikyangakan melibas kita."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Jim,kita mungkin berpisah..."
"Hans, kita dipersatukan oleh nasib. Tak mungkin kita dipisahkan karena kamu mulai curiga atau aku
mulai curiga bahwa jangan-ja-ngan kamuyangsengaja membebaskan Jabrik. Itu bisa terjadi.Danitulah
yanglebih menghan-curkan kita.
Sekarang aku ganti bicaraagarkamu tidak mabuk, dan berada dalammimpi terus-menerus.
Kita dipersatukan oleh nasib.
Kalaupun aku hunuh diri, itu sebagian dari kamu juga. Kita ini satu Hans. Impianmu, un-tuk segera
bebas, adalah impianku juga. Aku juga ingin cerita keluarga, ayah, pacar, saudara, tapi sudah cukup
kamu wakili.
Sekarang biarlah sisi gelap, kenyataanyangsebenarnya iniyangbicara.
Hans, kalau aku bunuh diri nanti, aku sudah mengucapkan perpisahan ini. Kita satu, Hans."

13
MARK



Hababe memilih tingkat tujuh. Sesuatuyangtidak biasanya, karena kebiasaanyangada kalau tidak di
tingkatpa-lingatas-yangmemang sudah didesain untuk ruangnya- ya di bawah, dekat ruang rapat
ter-batas. Tapi Hab adalah Hab.lamenentukan tu-juh, dan segalanya mengikuti apayangdiingin-kan.
Untukyangseperti ini, Hab bisa merasa-kan kenikmatan, meskipunMark Plaza yangdibangunnya memang
seperti miliknya pribadi. PenamaanMark Plaza,lebih berarti sebagai pribadi, justru karena hanya dirinya
yangmen-dapat sebutanMark.Kegembiraan semacamini, kepuasanyangtak diperoleh daridealapapun
juga. Selama ini, boleh dikatakan tak ada proyekyangtak bisa dijalankan, dioperasikan secara resmi. Tak
per-nah ada kesulitan sedikitpun,meskipun se-muanya dengan pendekatanyangsama. Seper-tiyang
dilakukan dengan PaguyubanMarkseka-rang ini. Tanpa Paguyuban kegiatan sosial su-dahberjalan. Ia
tinggal menyatukan di bawah satu atap.Yangtak mau bergabung,yangtak mau mengakui, dengan
sendirinya akan tersingkir, lewat satu danlaincara. Hubungannya dengan pejabat resmi merupakan
jaminan utama. Ke-mudian dana-dana bantuan bisa dilokalisir men-jadi satu, dan uang adalah kekuatan
yangtak terkalahkan. Uang adalah jumlah, dan semakin besar jumlah semakin gagah.Danbenar. Apayang
dilakukan dianggap benar, atau bahkan satu-satunya carayang palingtepat. Dengan me-ngontrol seluruh
bantuan,Markbisa mengetahui segala sesuatuyangterjadi. Toh akhirnya ban-tuan-bantuan sosial selama ini
akan masuk ke dalamnya. Baikyangbernaung di balik lotre na-sional, baikyangmembangun atap mesjid
atau pertandingan olahraga. Bahkanyangkemudian, untuk usaha sosial semacaminipun,pihakbanktak
akan menolak memberikan pinjaman dengan bungayangsangat ringan.
Cara pendekatanyangselalusama. Iakuasai tansportasiyangsudah ada, dia satukan, dengan janji bahwa
kesejahteraan merekayangselama ini bekerja disituakan meningkat. Proyek usulan ini diajukan kebank.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Bagi Mongki, tak adayangtak jalan.
Hab tahu ada suarayangtak suka dari kiri maupun kanan, tapi tak peduli. Itu halyangbia-sa dalamdunia
usaha. Kalauyangtak suka dari kalangan atas dan bawah, baru diperhatikan. Ter-utama dari kalangan
atas, untuk bisa segera di-selesaikan.Danselama ini rasanya belumpernah adayanghanya berjalan
setengah. Serba rapi, serbaformal,resmi, dan memenangkan perha-tian masyarakat luas -kalau ukurannya
adalahmediamassa.
Tingkat tujuh segera dikosongkan. Desain kamarnya membuat puluhan tenaga ahliyanglulusan luar negeri
punberkeringat. Sebuah ka-mar kerja, sebuah ruang rapat terbatas, ruang tamu,yangakan selalu siaga24
jamsehari, tujuh hari seminggu. Kalaupun ia hanya menggunakan satu atau duajamdalamseminggu,
kesiagaan itu tetap penuh. Seperti juga tempat parkiryangtak akan disentuh rodalain.nomor-nomor
tele-pon khusus, dan hariyangdia jadwalkan sendiri ke kantor membuat satuliftkhusus disiagakan.
Inilah kepuasanyangsulit ditandingi.Yangmembuat Hab merasa setiap orangyangditemui meminggirkan
dirinya, berhenti berbicara, me-mandang hormat. Ini semua dirasakan setiap kali turun dari mobil di
depan kantoryangmanapun.Satpamyangtergesa, ajudanyangmembawakan tas, jalan lebar di depannya
dengan tanganyangterbuka mempersilakan, wajah ceria menghor-mat, sampai dengan keinginan untuk
ditegur. Hab menguasai seluruh ruangan tanpa kecuali, setiap kali ia memasuki ruangan tersebut.
Hanya satu kali iamerasakansesuatuyangjanggal. Ketika ia memasuki halaman dalam, dekatairmancur
yangmengucur bagai tirai, ia melihat sesuatuyangberbeda.
Saat ia melangkah, semua perhatianyangada terserap ke arahnya. Semuayangtengah bekerja
mengangguk hormat. Kecuali satu. Seorang le-lakiyangseluruh rambutnya putih, baju dan cela-nanya juga
putih, mengempit tas coklatyangusianya sama tuanya, dengan kacamatayangmelorot dibiarkan, karena
tangan lelaki tua itu mendekap tas kulit serta tongkat.
Lelaki tua itu terkekeh, tak peduli dengan ke-hadirannya, tak mempedulikan siapapun.Bah-kan kelihatan
sangat akrab dengan keadaan sekitar. Mengenali beberapa orangyangsedang mengajak bicara dan
terhenti.
"Ya-iya. Wong dulu di sini ini warung. De-katsituada kolamikannya. Wong Jumiyo pernah kecebur...
Byur gitu..."
Tawanya mengekeh, lelas, bebas, tanpa be-ban sebutir debu sekalipun. Rasanya tak pernah lagi Hab
mendengar dan melihat langsung tawayangsampai terkiek-kiek.
Aneh.Adaoranglain,di aula sekitarnyayangbisa membelokkan perhatian,yangbisa menan-dingi.Danitu
terjadi di ruangan bawah, diMark Plaza!Tak masuk akal sama sekali.
Darah gusar berpendar-pendar, ototnya se-perti kejang. Ini selalu dia rasakan setiap kali adayang
menghalangi keinginannya.Dansetiap kali pula berhasil mewujudkannya.
Juga kali ini.
Kalau pendengaryang lainmenjadi diamtak bergerak sedikitpun,lelaki tua serba putih itu masih terus
bercerita.
"Lha kok kamu. Bapak kamu saja zaman pa-carankansaya kenal. Kamukananaknya Watiyangpolisi itu
kan? Iyakan. Bapakmu jadi ya kawin sama polisi wanita itu? Atauyangpunya warung? Habis kamu mirip
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bapakmu... hidung-muyangsepertiArab..."
Enak sekali bicaranya. Ringan. Lepas. Tan-pa beban. Hanya dengan menceritakan masa lampau.
Sesuatuyangsama sekali tak ada gu-nanya.
Hab masuk ke dalamruangnya, membuka tiraiyangbiasanya selalu tertutup, dan wajah lelaki tua serba
putih masih terlihat jelas. Bahkan lebih jelaslagi. Iabisa menekan seluruh perasa-annya -dan untuk ini ia
sudah sangat terlatih bersama dengan kelompokMark-sehingga tak adayangmengetahui apayangdimaui
ketika ia meminta daftar seluruh karyawan, berikut foto diri, jumlah gaji.
Nov sendiriyangmenyerahkan.
"ApayangBapak perlukan?"
Nov juga bisa menekan seluruh perasaannya dengan menyebutkan sebagai Bapak,punsaat hanya
berdua.
"Ingin tahu saja..."
"Mungkinyangdicari tak ada disitu,Pak."
"Tahu apa kamu, Nov?"
Tapi memang benar, karena foto lelaki tua berambut putih itu tak ada disitu.Takterdaftar. Iamemintalagi,
jugayangsudah pensiun atauyangditanggung. Tambah segulung lagi dari ba-gian personalia. Tetap tak ada.
Hab merasa mendapat tantangan dalamhi-dupnya. Tantanganyangmembuatnya kembalibergairah. Ia
meminta daftar tamu dari pos pen-jagaan. Memeriksa, dan memanggil komandan jaga, seorang
purnawirawan kapten angkatan daratyangtergopoh-gopoh ketika masuk.
"Apakah semua tamu dicatat di sini?"
"Siap, Pak."
"Cek lagiyangjaga tanggal tiga. Saya ingin semua tamu tanggal itu dilaporkan." "Siap, Pak."
Hab bisa membayangkan betapa komandan jaga itu jungkar balik, berkeringat, marah, me-neliti,
sementara semua satpamdipanggil -baikyangjaga maupunyangsedang cuti, dan semua catatan diteliti
apakah cukup tertulis dengan baik. Apakah semua tetamu dicatat nama, ktp, atau identitasyang lain,dan
mudah terbaca, apa urus-annya, berapalamadi dalam, siapayangditemui. Ini akan membuat gempa
tersendiri, dan kalau tak beres, kecil sekalipun, akan membuat merekaratamerunduk dengan tanah.
Kalaupun ia tak peduli, ia akan diberi julukan baru sebagai pim-pinanyangbaik dan pemaaf. Kalau ia
menanyai daftar tamu, ia akan dianggap pemimpinyangbaik,yangmemperhatikan hal-halyangkecil.
Hab memeriksa sendiri, memberikan paraf.
Lalu memeriksa lagi, menyadari bahwa tang-gal3adalah hari pembayaran bagipensiunan. Iamemeriksa
nama-nama pensiunan, dan ter-senyumbangga mengetahui buruannya. Namayangtertulis sederhana.
Ngole. Pak Ngole. Pen-siunankurir. Iasudah bekerja di perusahaanyangsekarang kantornya dibeli dan
dibangun olehMark.Sebagai tanda adanya perhatian dari per-usahaan, sebagian dari mereka diberi uang
pen-siun. Di antaranya Pak Ngole,yangtemyata me-mang sangat populer sekali. Ceritayangke-mudian
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
didengar oleh Hab -sebagian tidak lewat Nov, karena ia ingin Nov tetap tak menge-tahui apayang
direncanakan, meskipun Nov seperti selalu tahu segala hal -membuat Hab makin heran.
Heran karena Pak Ngole ini hidup sendirian. Tak ada keluargayangtinggal bersamanya. Jum-lah uang
pensiunyangditerima tak mencukupi untuk ongkos parkir semingguyangdipegang sopir Hab. Tapi justru
dalamkondisi itu, Pak Ngole bisa tertawa lepas, bisa diterima dengan akrab, bisa dijadikan bahan cerita
yangtak ada habisnya. Hab akhirnya bisa mengetahui bahwa Pak Ngole sering membawatape yang
katanya bikinannya sendiri.Tapegoreng, dipilih dari singkong terbaik, peragian terbaik, dan digoreng
dengan sangat hati-hati. Benar enak atau karena kasihan, berapa sajayangdibawa Pak Ngole se-lalu
habis. Setiap tanggal3bawaannya satu tas penuh, dan tak ada sisa sepotongpun. Dan yangmakin
membuatnya heran, Pak Ngole setiap pulang bisa membawa sarung, peci, kain cita, sepatu, mainan anak,
atau apa saja. Semuanya menitipkan kepada Pak Ngole. Istilah menitip-kanpalingtepat, karena Pak
Ngole akan membe-rikan kepadayangberkepentingan yaitu tetang-ga kiri kanan, terutama anak-anak.
Hab tak jelas, dorongan apayangmembu-atnya gemas pada Pak Ngole. Dendamkarena perhatian orang
tercuri, atau tawanyayanglepas tanpa beban atau gayanya dengan berseragamputih-putihyangpenuh
kebanggaan, ataukah karena ia merasa menemukan musuh baru. Masalah baruyangmenantang untuk
disele-saikan. Selama ini semua hal bisa disuruh sele-saikan oranglain.Hanya saja, kali ini, ia ingin
menyelesaikan dengan tangannya sendiri. Ta-ngannya menyelesaikan sampai tuntas, seba-gaimana dulu
mencoba membuat nasi goreng. Nikmat rasanya memilih cabe, berusaha cari minyak, menghidupkan
kompor, sehingga ketika akhirnya bisa makan,yangterasakan adalah kepuasan, di samping kenyang.
Hab mengupah tukang pukulyangdikenal oleh tukang pukulnya, untuk mengumpulkan ba-han selengkap
mungkin mengenai Pak Ngole. Tentu ia tidak langsung berhubungan, dan juga tak menerima laporan
langsung. Walaupun akhir-nya sampai juga ke tangannya.
Dalamkamarnya, sendiri, Hab menikmati lamunannya berdasarkan apayangdibaca.
M.Ngole,59tahun, pensiunan kopral ang-katan darat, mulai bekerja di perusahaan obat gosokcapPohon
Kurma, sebagai pembantu umum. Pernah menikah dua kali, dua-duanya cerai,20tahun lalu. Kini tinggal di
jalan Da-mai, belakang pasar Cemara, dekat stasiun kereta api. Tinggal di bangunan berukuranlimakali
tujuh di atas tanah seluas105 meterpersegi. Tak ada penghunilain,selain beberapa anak-anak sekitaryang
membantu disuruh membeli ini-itu. Selebihnya, Pak Ngole melakukan segala hal sendiri. Memasak -kalau
lagi ingin memasak, mendengarkanradio,sesekali kaset, dan meski-pun jarang, sekali dua belanja di
warung. Be-lumpernah mau makan di warung. Rumahnyayangkecil ditata apik. Satu-satunya hiasan
ha-nyalah potret semasa reuni dengan pasukanyangsama-sama berjuang di Yogya. Pada reuni itu semua
telah berubah gagah, perlente, dan Pak Ngole tetap dengan penampilanyangsekarang ini. Uang pensiun
sebagai kopral, dua atau tiga tahun terakhir ini, tak diambil.
Hab memerlukan untuk menengok sendiri. Ia memutuskan untuk naik mobil sendiri, bukan mobilyang
biasanya. Mengikuti petunjukyangada, menuju jalan Damai, belakang pasar Ce-mara. Diurutkan jalannya
bila naik kendaraan umum, nomorbus,ruteyangditempuh menuju keMarkPlaza.
Apayangdilihat membuat Hab kembali gusar. Lelaki tua berambut putih itu kelihatan sangat dihormati,
sangat disanjung oleh tetangga sekitar. Ketika berjalan semua menyebut nama-nya,memintamampir atau
sekadar berbincang. Bahkan tas kulit coklatyanghilang warna dan mengkilapnya- dibawakan. Tapi lebih
dari se-mua itu adalah ketika menyaksikan Pak Ngole melipat baju dan celana panjang.
Astaga. Hab tak pernah menyaksikan sehuah kenikmatanyangbegitu tulen, begitu penuh, begitu menyatu.
Elusan tangan ketika melurus-kan, seirama dengan tarikan napas, dan kea-syikanyangmembahagiakan.
Terpancar dari wajah, dari tangan, dari kulit. Caranya mengelus, melebarkan, merenggangkan,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
benar-benar me-nunjukkan perasaanyangdalam. Tak kalah de-ngan kepuasan ketika memirit kartu dan
berde-bar untuk menantikan angkayangdiharapkan, tak kalah dengan gambar-gambar pematung diBali
yangmatanyasertatarikan napasnya me-nyatu dengan cukilan kayu.
Luar biasa.
Luar biasa sekali.
Itulah sebabnya lelaki tua berseragamputih itu hisa tertawa lepas tanpa beban. Bisa menga-lahkan
seorangMarkdi sarangMarkPlaza.Sulit diterangkan, membuat Hab merasa sangat iri, dan diam-diam
tantanganyangada dalamdirinya menemukan bentuknya.
Menyikat habis.
Iabisa memerintahkan daerah sekitarratadengan tanah. Termasuk rumah Pak Ngole.
Men-cerai-beraikan dengan tetangga sekitar. Itu sa-ngat gampang,punandai Pak Ngole berusaha
bertahan sekuatnya. Akan tetapi, itu terlalu ri-ngan dan mudah. Hab seperti kesadarannya me-ngatakan-
ingin melakukan sendiri.
Itu berarti membunuhnya.
Hab tersenyumseorang diri. Alangkah mena-riknya apayangharus dilakukan sekarang ini. Menjadi
pembunuh dalamartian sebenarnya. Dengan tangannya sendiri. Dengan meniadakanPak Ngole,iasudah
membayangkan bahwa tak ada satu kecurigaanpundatang padanya. Tak ada. Bagaimana mungkin
seorang lelaki tua be-rambut putihyangsetua itu bakal dihubungkan kematiannya dengan Hababe, seorang
Mark?Tak ada urusan bisnis. Tak ada urusan dendam. Tak ada apa-apanya.
Sepertiyangsemua orang menduga, mung-kin BapakMarkHababe tak mengenal siapa itu Pak Ngole.
Kalau Hab menyewa seseorang, juga kelewat gampang. Membayar seseorang untuk menyikat Pak
Ngole adalah pekerjaanpalingmudah. Tak akan ada perlawanan. Tak perlu memilih wak-tu, karena saat
manapunbisa dilaksanakan.
Hab ingin melakukan sendiri!
lameneliti ke bagian keamanan, dandenganmudah akan bisa memperolehpistol.Tapi ia memilih
melakukan transaksi sendiri. Membe-li sendiri, sebuahFNyangbiasa-biasa. Disem-bunyikan di laci meja.
Menyiapkan sarung ta-ngan. dan ia akan memilih tanggal2malamun-tuk melaksanakan niatnya. Sehingga
lelaki tua itu akan mati merana, sebelummemperoleh uang pensiun siang harinya.Danesoknya, ia bisa
menikmati kalau kemudian nama Pak Ngole di-ceritakan di kantor. Dipertanyakan kenapa tak datang.
Hab merencanakan semuanya secara teliti. Pada tanggal2malamakan ada pertemuan ke-luarga dari
salah satu bagian perusahaannya. Ia akan hadir, demikian pula istrinya. Di depan begitu banyak orang, ia
akan berbasa basi seben-tar, lalu menyelinap, dan melaksanakan niatnya, menembaknya, dan kembali ke
pertemuan lagi. Sebuahalibi yangsempurna, karena banyak saksiyangmelihatnya dalampertemuan. Tak
adayangmenghubungkan kenapa pertemuan diada-kan di daerah dekat pasar Cemara, karena disitujuga
ada kantoryangrepresentatif.
"Aku menemukan permainanyangsangat, sangat menarik," lalu dengan satu tarikan napasyangdalam, Hab
melanjutkan. "Aku akan men-ceritakan nanti, setelah semuanya berlalu, dan menikmati keterkejutanmu
karena kamu tak pernah menyangka aku bisa melakukan dengan baik, dengan sukses, dengan gemilang.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Lebih memuaskan dari semua proyekyangpernah kutangani."
"Aku percaya."
"Percaya apa?"
"Percaya kamu bisa melakukan semuanya."
"Kali inilain."
"Kamu tetap bisa,punkalau kamu ingin me-nangani sendiri dari awal."
Hab mengangkat alisnya tinggi. Lebih dari Nov, istrinya selalu terlihat lebih mengetahui se-cara persis
apayangdipikirkan, tanpa pernah mencoba menonjolkan.
"Kamu pikir mengenai apa?"
"Apa saja bisa kamu lakukan. Tapi kalau ingin kamu tangani sendiri, berhati-hatilah. Se-bab ketika kamu
terlalu percaya diri, ketika itu-lah..."
"Entahlah, mungkin kalimatmuyangberba-u dosen itu mengingatkan kegagalan kuliahku, dan tak bisa
mengeremkebencian."
"Aku lebih merasa perlu mengatakan halyangsama. Sebab kalau kamu menangani ma-salah pribadi, pasti
bukan masalah wanita, bukan soal pertandingan olahraga.Danitu bisa memba-hayakanmu. Ketika kamu
membuat sangkar burung dulu..."
Hab merasa mual. Di depan istrinya, kelela-kiannya tertekuk. Ia memilih kayu, menggergaji perlahan,
melarutkan diri dalamkenikmatan membuat sangkar, mengukur kayu-kayu jeruji, dengan semua
perlengkapanyang paling mod-em.Sangkar itu jadi, tapi ternyata meliuk, entah di mana salahnya. Saat itu
juga Hab memerin-tahkan untuk memborong semua sangkar bu-rung dari kayuyangada di pasar di
Jakarta,se-luruhnya tanpa kecuali. Dua hari dua malamdiperlukan untuk mematahkan semua jeruji, dan
setelah itu Hab melepaskan semua burung pia-raannya. Dua orang pembantu dipecat ketika bertanya
kenapa burung-burung dilepaskan.
Hab tak mau diingatkan hal-halyangbaginya lebih suka tak diketahui siapapun.Istrinya me-mang tak
pernah bercerita pada siapa-siapa, termasuk pada dirinya. Tapi, caranya meng-ingatkan membuatnya
muak.
"Jadi ada urusan apa?"
Pertanyaanyanglangsung menikam, karena Hab pernah memperingatkan istrinya untuk ti-dak pernah
mengusik kalau sedang berada di ruang kerja.
"Ibu sudah menunggu dua hari..."
"Kamu temuilah. Kalian berduakanlebih akrab. Kamu bisa mengambil hati mertua. Aku lebih baik tidak
menemui, daripada harus me-nambah dosa baru.
Aku bosan bicara soal cucu, soal keluarga..." "Aku tahu itu jawabanmu. Tapi aku tetap me-
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
rasa perlu menyampaikan..." "Sudah?"
Cara mengusiryang palingkasar,yangtetap membuat wajah istrinya menjadi gusar. Terlihat betul pipinya
menjadi bersemu merah, dan ter-tutama sekali pandangan matanyayangtajamitu berubah menjadi
tusukan melesak. Amblas.
Tapi justru itulah kemenanganyangdirasa-kan oleh Hab. Apalagi jika istrinya menjadi le-bih kesal dengan
segera meninggalkan ruangan, menghela napas. Itu saja sudah lebih dari cu-kup, karena tak pernah ada
idiommembanting pintu, menangis, atau lebih dari itu. Semuanya bisa berjalan dengan iramayang
merambat. Se-perti ketika berdiri, berjalan keluar biasa-biasa.Punkalau bertemu dengan mertuanya,
istrinya akan mengatakan bahwa sudah disampaikan, dan kalau sudah selesai akan segera keluar
mene-mui. Lalu, istrinya pulayangakan mengisi aca-ra. Mengajak mertuanya ke tempatyangdise-nangi
-termasuk belanja untuk cucu-cucunya, sampai kemudian melupakan dan pergi pulang. Pulang ke mana?
Hab tak pernah perduli dan tak pernah merasa perlu menanyakan pulang ke mana atau apa. Bahkan
kadang Hab merasa se-perti berhadapan dengan ibutirinya -salahsatu ibu tirinya- meskipun berhadapan
dengan ibu kandungnya. Perasaanyangmenjalari inisusahdielakkan. Seperti juga terucapkan ketika
ber-hadapan dengan istrinya, ia seperti menghadapi dosenyangtertawa bangga karena siswanyayang
bandel tak bisa menyelesaikan kuliahnya. Apalagi ketika istrinya mengatakan akan meng-ambilprogram
doktornya, Hab tak bisa menahan diri untuk mengatakan bahwa sebenarnya tanpa itupunhinaan sudah
terasakan.
Istrinya adalah istrinya.
Yangdulu begitu diperebutkan, begitu dipuji olehMarkMongki sekalipun, adalah wanitayang,herannya,
mempunyai keteguhan sikap dengan diam. Disindir, digebrak, tetap akan men-jalankan apayangingin
dijalankan.
"Kalaukamubisa menjelaskan dan alasan-nya masuk akal, aku akan menerima. Aku lahir dengan
perasaan, danbesarkarena nalar."
Itulah jawabanyangmenyakitkan.
Dalambanyak hal, kehanggaannya memang tak berarti banyak bagi istrinya. Istrinya tak pernah
membutuhkan duit darinya, dalamarti-an sebenarnya. Istrinya hisa mendapatkan sen-diri, dan dari segi
pengetahuan umum, selalu mempunyai waktu untuk membaca, beradu ar-gumentasi, dan masyarakat
lebih memandang hormat. Istrinya diakui keunggulannya, semen-tara dirinya lebih dianggap mujur karena
fasi-litas, karena kemudahan, karenaMarkMongki memungkinkan semuanya. Betapa mengheran-kan
karena masyarakat bisa dengan jelas mem-bedakan, padahal mereka seranjang. Tak sering, tetapi tulisan
dimediacetak mengenai istrinya selalu disertai warna hormat, segan, dan kutipan kalimat-kalimatnya
diakui sendiri sangat me-ngena.
Tapi ia segan untuk memintasarantertentu. Kecuali kalau sudah sangat kepepet, kecuali ka-lau tanpa
diminta istrinya membuatkan bagian-bagianyangperlu.
"Sudah benar, dan tepat. Akan tetapi, susunan logikanya susah diterima. Tulisan ini tdak jelas mana
sebab dan mana akibat. Premis pertama..." Iabenci. Muak. Memusuhi, setiap kali di-ingatkan bahwa
istrinya lebih bener bahasa Inggris, Jerman, dalammenulis atau berbicara. Bisa ikut bicara bahasa
Perancis, dan terakhir ini bahasa Cinapunsedikit-sedikit bisa meng-ikuti.Dan yanglebih menjengkelkan
adalah bahasa Jawanya dinilai sangat halus, bagus, ber-adab tinggi, tata kramanya luar biasa.Mark
Mongki mengatakan, krama inggil istrinya me-lebihi keluarganya!
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Perasaan bersaingyangia sadar tak perlu, sulit untuk dihilangkan. Bahkan ketika berdua, ketika suasana
menghendaki hanya berdua, ia seperti menemukan bayanganyang lain.Ba-yangan seorang wanitayang
ternyata tahu kele-mahannya, bisa mengatasi, dan pura-puraberdi-am. Iamerasakan kepuasanyangdalam
karena memang benar-benar syur melihat istrinya telan-jang dan merangkulnya, tetapi adayangtetap
mengganjal.
Dankarena istrinya pernah mengatakan - meskipun itu meminjamkalimat mertuanya-soal anak, Hab
merasa mempunyai satu pukulanyangtak bisa dilawan.
Iatak ingin punya anak. Tidak dari istrinya.
"Aku akan vasektomi."
Kemenangan ada di tangannya. Kartu iniyangmenyebabkan ia merasa di atas angin. Apa-lagi ketika
melihat istrinya meneteskanairma-ta karena itu.
"Kamu memohon dan menyembahkakise-kalipun, tak mengubah keputusanku."
Hab merangkul, memeluk dan berbisik. "Kenapa kamu menangis?"
"Aku tak percaya akan mendengar kata-kata
itu..."
"Kamu tak percaya suamimu bisa setega itu?"
"Aku tak percaya ada laki-lakiyangberkata seperti itu."
Hab melepaskan rangkulanyangdingin.
Hab menyesal sekarang ini. Menyesal karena memikirkan istrinya. Sebenarnya ia tak mau rugi sedikit
pun,tak mau memboroskan waktu de-ngan memikirkan hubungannya sebagai suami-istri. Cukup dengan
sebutan mereka berdua ada-lah suami-istri, hadir dalamupacarayangdi-perlukan, dan selesai sampai di
situ.
Lebih mengasyikkan membayangkan dirinya sebagai pembunuh.Yangbisa menembak dengan dingin, dan
menikmati bahwa tak ada satupun yangmenduga. Itulah kenikmatanyangdiulang tanpa merasa bosan.
Seperti merekayangme-nikmati adegan atau bercerita mengenai wanitayangditiduri berulang-ulang.
Hab bahkan sudah menyiapkan sepatuyangbiasa-biasa -tidak baru, tidak mahal, tapi juga tidak murah.
Jaketyangakan dipakai, topi, dan tentu saja menggunakan syal. Pikiran itu menye-nangkan, dan ia
membeli mobil bekasyanghanya akan dipergunakan sekali itu saja. Sarung tangan, karena tangannya tak
ingin mening-galkan jejak atau terciumbau mesin. Di mobil itu sudah disediakan kantung plastik, sehingga
selesai menembak Pak Ngole, tinggal mema-sukkan ke kantung plastik, untuk kemudian dibakar.
Abunyapuntak ada sisa.
MarkMongki menemukan kepuasan berburu diKalimantan, di Irian atau juga di Afrika. Tapi kali ini, dia
bakal menemukan kepuasan berburuyang lain.Korbannya bukan singa, bukan ga-jah, bukan babi hutan.
Korbannya manusia.
Kalau nanti semua sudah selesai, sesuai de-ngan rencana, Hab sepertiyangselalu terulang dalam
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bayangannya- akan menceritakan secara lengkap pada istrinya. Sejak munculnya gagas-an, pelaksanaan
secara detil, menit-menit dan langkah-langkahyangditempuh. Sudah terba-yangkan istrinyayangakan
merasa kesal, kalah, danyangIebih penting tak bisa berbuat apa-apa.
"Aku ingin membuatmu menderita, menda-pat beban. Kamu tahu semuanya, lengkap, tapi tak bisa
menuduhku. Tak bisa berbuat apa-apa, karena semua sudah terjadi, dan kalau kamu bercerita kamu tak
akan dipercaya. Kalau tak bercerita... itulah bebanyangkuinginkan kamu tanggung, istriku."
Hab tersenyum, bangga.
Bangga pada dirinya sendiri.
Dantak ingin terganggu oleh pertimbanganyang lain.Itulah sebabnya di kamarnya di lantai tujuh, ia tak
mau ditemui Nov.lamemerintahkanagarNov tak perlu menemui -untuk urusan apapun. Iamenjaga diriagar
tak keceplosan, sebe-lumrencananya berjalan!
Pak Ngole.
Terbayang lengkap wajahnyayangkaget me-lihat pemunculan seseorangyangtak dikenal,yangmenodong
denganpistoldan membuatnya menggeliat, ketika peluru panas menerjang tu-buhnya. Gigi palsunya akan
lepas, atau kacama-tanya, atau tongkatnya, tubuhnya akan mengge-lepar, tertekuk kaku, dan baru esok
atau esoknya lagi diketahui.
Hab bangga.
Menunggu datangnya tanggal dua, sambil berharap semoga tak ada kecelakaan pada diri Pak Ngole.
Tak disambarbuskota, tak salah makan, tak sedangfluatau encoknya kumat saat itu.
Hab tenggelamdengan rencananya dan me-nikmati setiap menit dari proyek pribadiyangbenar-benar
ditangani sendiri sejak awal.
Siplah!



BEH,ada OomRudi."
14

Suara Yanto Kecil takut menggang-gu Babehyangsedang membantu membungkus jamu tradisional ke
dalamplastik, di samping istrinyayangmenjawab sama perlahannya.
"Rudi siapa?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"OomRudiyang... yangkacamata."
Babeh terbatuk agak keras.
"Rudi siapa?"
"Rudi kacamatayangmana?"
Tocil agak bingung, karena Rudiyangdi-maksudkan sudah berada di depan mereka ber-dua.
Berjongkok, senyumsangat hormat, kedua tangannyangapurancang, kacamata bertangkai hitamyang
menandai kelasnya. Kulitnya ber-sih, pakaiannya juga bersih. Bahkan kaus kaki-nya kelihatan mahal dan
rapi -sepatunya di-lepas di depan pintu masuk.
"Sore...Beh, selamatsore Bu."
Tak ada jawaban. Rudi membantu membung-kusi dengan diam. Merunduk, takut, hormat, segan.
berusaha mengambil hati dengan sadar bahwa Babeh atau terlebih lagi istrinya memper-lihatkan kesan
mengetahui segala kepura-puraan Rudi.
Tocilyangini tak selalu mengerti banyak hal. Akan tetapi,yangsekali ini lebih membingung-kan lagi.
Seseorangyangmenurut Tocil tampan, penuh sopan santun, jarang reseh di kampung -tapi memang jarang
mau bergaul, kelihatan begitu ketakutan kepada Babeh.
Rudi sendiriyangbisa merasakan.
Bahwa pertanyaan "Rudi siapa" ketikayangbersangkutan sudah nongol di pintu, adalah sin-diran lembut
yangtepat mengenai. Membuat Rudi henar-benar merasa telanjang. Senyumyangdimanis-manisin,
tangannyayang mem-bantumembungkus, tak mengurangi keinginan-nya untuk segera ditegur.
Setidaknya, tidak diusir.
Rudi siapa, adalah pertanyaanyangmembe-dakan dengan nama-namayangmemang selalualiassiapa.
Boleh dikatakan seluruh warga Wa-rakas mempunyai dua atau tiga nama. Tapi nama itu menjadi nama
sehenarnya, nama panggilanyangtetap. Apakah Warno Viktor, Udin Bego, Udin Balok, atau Icung. Rudi
inilain. Iabisa memakai nama Rudi, bisa Ibrahim,Abraham,Bambang Sutantio, Rochmadi, Nian Kolopa-
king,dengan perbedaan karakter pula. Sebagai pelukisyangsedang mencari ilmu dan mengenal
nama-nama pelukis, sebagai pegawaibank,se-bagai wartawanyangmemiliki kartu pers, surat tugas,
bahkan kartu PWI, bisa pula sebagai atletyangsedang tak memiliki ongkos pulang. Semua dilakukan
dengan sempurna. Mulai dari tulisan tangan, jenis tulisan, serta dengan siapa ia ber-hubungan. Otakyang
tersembunyi di balik kepa-Ianyayangsedikit botak, di balik rambutyangtebal dan selalu basah oleh
minyak, bisa dengan cepat menempatkan diri.
Rudiyangsatu ini berbeda dengan semua warga Kampung Rabu.latinggal di wilayah Kampung Rabu, tapi
ktpyangdimiliki dengan berbagai nama, dari berbagai daerahyanglain. Iamengenal tetangga, tetapi tak
mau bergaul.Yangpernah mengatakan bingung hanyalah pe-ngantar pos.Suratdengan namayangberbeda,
datang ke alamatyangsama. Begitu banyak na-ma, tetapi penghuni cuma satu.
Namun seperti juga wargalain,tak begitu mempedulikan satu samalainsoal identitas. Kalau adayang
menarik perhatian, apayangdikenakan.Jamtangan atau kalungyangme-menuhi selera pasar. Itu saja.
Alasan cukup ber-alasan, karena meskipun tinggal di Kampung Rabu, Rudi tak mau bergaul. Tak mau
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tersenyumdan menganggap penduduk hanyalah abal-abal,yangtak ada gunanya dikenali.
Nyatanya begitu. Rudi pernah dikalungi clu-rit,dan keder sekali karena tak pernah menyang-ka di siang
hari, di antara pendudukyang lain,seseorang mengalungkan clurit berkarat dan menarik sehingga lehernya
lecet.
Isi sakunya dikuras, celanya dilepas. Tarikan clurit ke bawah makin keras. Darah meleleh, kulitnya
terbeset. Di bawah terik sinar matahari, di bawah sorot begitu banyak orangyanglalu lalang, Rudi
benar-benar kena batunya.
"... saya akan minta maaf, pada Babeh."
Itulahyangmenyelamatkan.
"Ngent... lu kenal Babeh?"
.. saya masih keponakan jauh. Dengan Ibu..."
Rudi bisa bercerita bahwa duluBuKomid adalahguru yangsabar, dan meskipun ia ber-asal dariManado,
mereka sebenarnya bersau-dara, karena dulunya kakeknya adalah prajurit Pangeran Diponegoro.
Saat itu Rudi dibebaskan, meskipun dengan rendah hati ia kemudian mentraktir semuanya, menyerahkan
semua duityangada. Rudi kemu-dian bercerita bahwa sebenarnya ia ingin dekat dengan Babeh, hanya
selama ini merasa malu hati, karena ia pernah bertobat di depan Babeh tak akan mengulang perbuatan itu
lagi, namun nyatanya masih saja melakukan halyangsama.
"Suka notok?"
Rudi mengangguk.
Iabisa bercerita nama-nama polisiyangme-meriksa di kores, nama jaksa, nama-nama di rutan,
nama-nama jawara berkelas dari utara, dan menjadi lebih akrab lagi dengan mereka. Sampai kemudian
bisa menemui Babeh, dan sama sekali tak dipedulikan.
"Saya minta maaf karena menggunakan na-ma Babeh untuk mengelabui mereka. Nyawa saya tertolong
karenanya."
Tak ada jawaban. Tak ada reaksi.
"Saya tak akan melupakan apayangterjadi hari itu, dan..."
Rudi membantu membungkus obat, berbi-cara dengan fasih obat-obat tradisonalyangtak mengenal efek
samping, obat sebagai penjagaan dan kekuatan, bukan semata-mata untuk meng-obati penyakit. Tak
lupa memuji bahwa selama ini Babeh selalu kelihatan sehat, segar, berse-mangat, dalamusiayanglebih
darinya-yangternyata justru lebih mudah terserang penyakit.
"Kalau suka pusing-pusing, apa obatnyaBu?
Saya mau ambil..."
Tanpa diminta Rudi bercerita panjang.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Bahwa ia sudahlamamengenal nama Babeh, dan terutama pengaruhnya di seluruh Kampung Rawa.
Namayangdemikian sakti, sehingga ha-nya dengan menyebutkan saja, nyawanya bisa terhindar. Bahwa
selama ini ia tidak ikutan soal notok, merampok, mencuri, membunuh, karena bisnis dan usahanya
berbeda.
"Saya ingin menjadi pelukis. Dunia seniyangbisa melarikan diri dari kriminalitas ....
Kemudian Rudi mengakui bahwa sebagai pelukisyanggagal, Ruditerpaksa ikutan men-jadi "makelar
mani", sesuatuyangmenjijikkan,yangsebenarnya ditolak, karena membawa ce-wek untuk santapan
orang-orangyangia tahu mendapatkan harta kekayaan dengan carayangtidakbenar. Iasedih, sering
menangis, berdoaagarbebas dari tekanan dan hidupyangmem-buatnya merasa tak berharga, karena
mengha-rapkan uang hadiah dari perzinahan.
Kemudian Rudi mengakui bahwa selain menjadi makelar, ia menghimpun sendiri wanita-wanita itu,
memilihyangterbaik, menyuguhkan, tidak bekerja sendirian. Hasilnya cukup luma-yan, sehingga ia bisa
membeli kanvas, membelicat,dan diam-diamsedang menyelesaikanbeberapa lukisan yangbisa
dipamerkan bersa-ma. Dalamsituasiboomlukisan, kemungkinan masuk pasar selalu ada. Kemudian lagi,
Rudi mengubah -menambahkan, bahwa sebenarnya bukan sekadar menjajakan wanita, melainkan
bekerjasama. Iamenawarkan wanita, dan kemu-dian ketika merekamain,ia diam-diamme-motret. Dari
hasil potret itulah ia memperoleh dana untuk menghidupi kawan-kawan, sauda-ra, orangtua berikut
keponakan. Berikutnya ia mengakui hanya dengan kawan-kawan, karena orang-tuanya tak pernah
menganggap sebagai bagian dari keluarga.
"Perasaan terbuang, perasaan terasing, tak diakui dalamlingkungan ini-yaitu keluarga-adalah perasaan
palingburukyangsaya rasakan.
Inilah bentuk hukumanyang palingberat seka-ligus menyakitkan.
Anak istripunmenolak mengakui."
Kemudian soal anak istri itu berubah lagi. Bukanberubah, tapimenurut pengakuannya adalah bertambah.
Bahwa benar ia pernah me-nikah, tapi tidak ada kesesuaian, tak ada jodoh, sehingga ia berpisah. Soal
anak, hanya satu, wa-nita, pada usia tiga tahun terpaksa berpisah. Ikut neneknya, karena di pengadilan ia
kalah, dan istrinya menang, berhak atas anak tersebut. Satu-satunyayangmanis,yanghidung dan daun
teli-nganya mirip dengannya. Tapi kemudian diti-tipkan di rumah mertuanya. Bukan di Manado, karena
sudah pindah keBandung.lamasih men-curi-curi datang. Terutama saat Margaretha - nama sikecil-
berulangtahun.Yang palingme-ngesankan ketika ia datang dan membawa bo-nekayangbisa berjalan jika
disentuh dengan tongkat ajaib, danyangmembuatnya terkesan ialah ketika Marga akhirnya memeluknya,
me-ngusap dagunya dan memanggilpapa.
s
"Menggetarkan... karena selama ini saya hanya tahu mempunyai anak, tapi tak pernah memperhatikan.
Hati nurani saya tersodok. Saya berusaha menyembunyikan tangis, sebab saya tak ingin Marga tahu
kekecilan, kekerdilan jiwa aya..."
Kemudian Rudi terdiamlamaketika istri Babeh mengatakan bahwayangitupuntak be-
nar.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kamu suka sesama lelaki, bagaimana bisa bercerita tentang anak?"
"Bu,saya punya istri. Benar. Sungguh."
Yangitu dipercaya. Tapi kemudian Rudi mengakui bahwa sejak ia dikecewakan oleh se-orang
perempuan, ia menjadidingin. Ialebih su-ka bermain dengan teman sejenis. Lebih kecil risikonya, dalam
artian dikecewakan.
Rudi mengatakan bahwa kepada Baheh dan Istri Babeh ia akan berterus terang, tak ada se-suatuyang
dirahasiakan. Pengakuan ini muncul dari dalamlubuk dasar hatinyayang palingda-lamsebagai ungkapan
rasa terima kasihyangdalam. Pengakuan bahwa dengan lawan sejenis selama ini, dialahyangmemakai dan
bukan di-pakai.
"Baheh, maaf barangkali ini sekadar perasa-anegokelelakianyangtersisa. Sehelumnya da-lamsoalasmara
seperti ini, tak beda benar. Apa-lagi kalau namanya sudah saling mengenal, saling sayang satu dengan
yang lain.Tapi saya menegaskan ini, sebagai pengakuanyangda-lam."
"Kamu bukan jenis manusiayangpatah hati dengan mudah, juga bukan jenisyangakan gam-pang
melarikan diri ke arah sejenis. Juga bukan dari kecil mempunyai kecenderungan kesitu."
"Maksud Ibu?"
Tak ada jawaban.
Pandangan membeku, dingin.
Kemudian Rudi menceritakan, bahwa sebe-narnya memang ia tak benar-benar menikmatiasmarasejenis.
Tapi karena pergaulan, ia terseret dan merasapalingaman. Kemudian diralat lagi, ditambah bahwayang
dimaksud pergaulan itu adalah, ia menemukan keberadaanyangbisa dimengerti. Rudi berkeras bahwa ia
bukan me-lakukan itu semata-mata karena dengan demi-kian ia bisa lebih bisa memeras. Sama sekali
bu-kan, meskipun memang ternyata tokoh-tokohyangdikenali tak tergoda oleh umpan wanita secantik
manapunternyata lebih bisa didekati dengan sesama cowok,. Sama sekali bukan ka-rena dengan
demikian ia langsung bertindak. Sama sekali bukan mengorbankan segalanya untuk mendapatkan
segalanya, dan bisa masuk dalamlingkaran pergaulan mereka.
Rudi mengatakan bahwa ia belumlamame-lakukan hal ini, dan sehenarnya lebih banyak memilih korban
yangmemerlukan. Jadi tugas-nya,yangmeskipun bisa dinilai kotor, sebe-narnya menjadi.penghubung
merekayangmem-butuhkan tapi sulit mencari pemenuhan. Dengan demikian, sedikit banyak masih
banyak paha-lanya.
Kemudian Rudi mengakui bahwa dalamme-milih memang termasuk merekayangberada atau setidaknya
mempunyai jabatan penting. Bukan karena mereka banyak duit dan bisa di-peras, tetapi terutama karena
bisa menjaga ra-hasia.
"Kamu ingin berkenalan karena tahu kami berhubungan dengan banyak nama besarkan?"
Rudi bersikeras mengatakan tak tahu-mena-hu mengenai hubungan Babeh atau Istri Babeh dengan
nama-nama besar, nama-nama tokoh pe-jabat. tokoh terkemukayangbisa diperas. Rudi hanya
mengatakan bahwa ia pernah mendengar nama Babeh disinggung-singgung. Dalamber-bagai
pembicaraan, satu atau dua orang menge-nal nama Babeh. Rudi mengakui bahwa selama menjalankan
misinya, ia lebih suka melakukan dengan sekali pukul. Kalau mendengar ada raker atau lokakarya suatu
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
perusahaan besar-bank,perusahaan perkapalan, pertokoan, pertemuan pakar ekonomi, sarjana hukum,
pertemuan to-koh-tokoh agama, dansebagainya- di Baliatau di Puncak atau di perumahan peristirahatan,
ia tinggal menyediakan sejumlah besar baik wanita maupun pria. Dari sanalah mereka-mereka akan
berakhir di tempat tidur, dengan difoto tanpa sa-dar sebelumnya. Barulah kemudian klise nega-tif dan
foto ditunjukkan, dan Rudi bisa menye-butkan hargayangdiminta. Selama ini begitu terus carakerjanya. Ia
tahu persis sasarannya adalah tokoh-tokohyangterutama sedang me-nanjak. Seorangyangdalamlimatahun
sudah memegang kekuasaan dan jabatanyangmenen-tukan dalamrepublik ini. Dengan cara seperti itulah
Rudi bisa menjalin hubungan secara terus-menerus.
Kemudian Rudi mengulangi bahwa kalau ia menyebut nama Babeh, korban bisa ditemui. Terus terang
Rudi mengatakan bahwa ia tak per-nah menggunakan secaralain.Hanya untuk menemui, ketika
membawa klise. Selebihnya tidak. Nama Babeh cukup sakti. Kemudian Rudi menegaskan, tak pernah
menggunakan secaralain.Kemudian ditambah bahwa sesungguh-nyalah tak pernahlainselain mengatakan
me-ngenal Babeh.
Pengakuanlainadalah bahwa selama ini ba-nyak mendapat duit, tetapi habis untuk mem-biayai informasi
yangdiperoleh. Ia harus me-nyewahotel,berada di satu tempat, dan semua adalah pengeluaran. Menyewa
mobil, memba-yar lelaki atau perempuan, dan belumtentu berhasil. Sepuluh orang diteliti, diikuti
kegiat-annya, dikuntit ke mana pergi dan dengan siapa berhubungan, mengorek informasi dari
sekre-taris, orang dekat,yangmengenal, membaca buku, majalahyangmenulis tentang orang
ber-sangkutan.
Dari sepuluh, helumtentu satu bisa masuk. Belumlagi kalau ketemu sial. Karena ia bisa dibawa oleh
pengawalyangmengelilingi, dan berakhir dengan benjol-benjol, klise disita, dan tak boleh berada di dekat
tokohyangdiincar.
Dilihat dari sisi bisnis, risikonya cukup be-rat juga. Maka Rudi berpendapat, seperti telah diuraikan di
depan, bahwa ia bukan semata-mata mencari keuntungan pribadi. Melainkan ada faktoryang
mendorongnya yaitu keinginan men-jembatani merekayangmembutuhkan, tetapi sulit menemukan.
"Adadua masalahyangselalu dihadapi me-rekayangtengah berkembang pesat. Merekayangsedang naik
daun, tak mempunyai tempat pijakanyangjelas. Kegamangan iniyangmem-buatnya terseret sepertiyang
dilakukan oranglain.Jenis kedua adalah merekayangtelah man-tap posisinya. Cara pelepasan mereka
sama.
Tinggal memberi kesempatan masalah seks.
Kebanyakan menerima.Adayangtidak ter-makan. Kalau menghadapi orang seperti itu, bia-sanya saya
kembali meneliti riwayatnya. Kenapa tak mau menyeleweng. Selalu berakhir dengan kesimpulan sama.
Memang tak mau terang-te-rangan. Berarti dia mempunyai istri gelap, gun-dik-gundik gelap, dan dengan
cara itulah kita menekannya. Selalu ada hasilnya, dan menye-nangkanjuga."
Rudy mengakui bahwa ia lebih bekerja sendi-ri. Bukan karena tak percaya teman, bukan ka-rena tak
mau berbagi usaha, tapi semata-mata karena tak ingin oranglainmengetahui lebih banyak. Ia justru ingin
menjaga rahasia.
"Betul,bagi saya ini merupakan aih besar. Saya ingin mendapatkan makan, tanpa perlu menjelekkan.
Saya tak perlu menghina dan menghukumtambahan dengan mengumumkan.
Biarlah saya menemukan rezeki kecil-kecilan di sini."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kemudian diakui bahwa selama ini memang tidak adayangmenjadi tanggungan dalamhi-dupnya. Kecuali
beberapa orangyangmenjadipacarnya.Tetapi itupunakan kembalimodalka-lau sudah dijodohkan dengan
oranglain.Ada-lah keistimewaannya bahwa ia tidak mempu-nyai kecemburuan sebesarpacar-pacarnya.
Bah-wa duityangselama ini mengalir memang se-bagian disimpan dibank.Tapi jumlahnya sangat kecil.
Rudi mengakui bahwa pengeluarannyayangterbesar dua hal.Yangpertama seperti telah diuraikan yaitu
untuk biaya operasiyangsetiap harinya bisa mencapai ratusan ribu.Yangkedua, dan iniyangsebenarnya tak
ingin diceritakan ke oranglain,yaitu membantu pelukis berbakatyangkurang mampu. Ia membantu
memberi bahan-bahan, baik kanvas,cat,membantu men-dirikan sanggar sampai dengan mengadakan
pameran. Bukan jumlahyangkecil, apalagi me-ngingatyangmempunyai bakat melukis sangat banyak. Bagi
Rudi, di samping anak yatim, anak yatimpiatu, orangtua jompo, membantu seniman berbakat sangat
besar artinya.
"Ini kalau dilihat dari sisi kebutuhanyangmendesak. Seorang calon pelukisyangberba-kat melihatcat
adalah napas, dan pameran ada-lah kasih sepertiyangdibutuhkan anak yatimpiatu atau orangtuayang
kesepian."
Menurut Rudi, membantu seorang calon pe-lukis jauh lebih berarti dibandingkan memban-tu grup teater.
Yangdalampenilaiannya hanya mencetak orang-orangyangbersandiwara pada pentas palsu.
"Semakin teater mencoba menggambarkan kenyataan, semakin palsu dia."
Rudi menambahkan bahwa ia sebenarnya bermula dari grup teater. Tetapi memilih bagian dekorasi,set
panggung.Danmerasa kecewa ka-renayanglebih dihargai hanyalah aktor dan ak-tris utama serta
sutradara. Peranlainseperti basa-basi.
Dengan sangat pandainya, Rudi bisa mem-buatsuratatas nama Rudi, atas nama Andreas, untuk
memperoleh bantuan. Kadang buku-bukuyangbanyak sekali, majalahlamasebecak pe-nuh, kadang kain
sarung, sajadah, buku-buku keagamaan, sabun,pastagigi atau pakaian be-kas, roti kalengan. Rudi
mengatakan bahwa ia kemudian meneruskan kepadayangmemerlu-kan. Baru kemudian menambahkan,
bahwa pernah karena lupa semuanya membusuk, lalu ditimbun.Adapulayangdibakar.
Pergaulanyangmencengangkan pernah di-buktikan. Rudi membuat surat-surat dan menyu-ruh
mengantarkan seseorang ke para tokohyangterkemuka.Adaketua partai politik, ada direktur utamabank,
ada jenderal, ada menteri, ada sek-jen, banyak sekali dirjen, pelukis ternama, tokoh eksekutif.
Semuanya ada dua puluhsurat, dan jawabanyangdatang sebanyak12buah. Ja-waban dari apayang
diminta. Yaitu sebuah am-plop putih berisi duit -tanpa selembarsuratdi dalamnya.
Semuanya hanya dalamwaktu kurang dari satu minggu. Delapanyangtidak membalas terutama sekali
karena tak bisa ditemui. Rudi bisa menyuruh seorangmayor,seorang purnawi-rawan, seorang satpamyang
didandani, menyu-ruh Pak Haji, sesuai dengan kebutuhannyasesuai dengan siapayangdidekati.
"Kamu mulai mundur," kata Istri Babeh. "Seharusnyayangseperti itu tetap menjadi raha-siamu. Agaknya
kamu ingin pamer juga."
Rudi seperti tersentak, tetapi kemudian me-nunjukkan wajah biasa-biasa.
"Terus terang saya tadinya ingin dicela cara-cara saya, dan darisitusaya bisa belajar bagai-mana menjadi
lebih baik, menjadi lebih sem-puma.
Saya menemukan kebahagiaan setiap kali saya bisa diakali orang. Merekayangsaya suruh membawa
suratpermintaan,palingsering me-matahkan. Bahkan beberapa sempat membuat patah kering,aliasditekuk
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
seluruhnya hngga habis. Akan tetapi, saya menemukan justru dari situlah saya mencoba membuat
surat-suratyangbentuk dan isinya berbeda. Hingga suatuharinanti bisa sempurna benar.
Saya ingin dicela oleh Ibu, oleh Babeh. Tapi agaknya saya tak berhasil memancing kegusar-an. Ibu tak
suka dendam, meremehkan, tapi tak sempat membuat saya bertambah pandai."
"Mengapa kamu menganggap saya akan mencibir padamu?"
"Adayangsaya tak mengerti..."
Rudi mengakui bahwa sesungguhnyalah se-mua korban atau orangyangdiperas, sebagian terbesar
mengenal nama Babeh. Lengkap dengan kisah sepotong, tetapiyanglebih banyak lagi adalah dorongan
rasa hormatyangdalam. Rudi sangat, sangat menghormati. Kemudian Rudi mengubah, menambah, bahwa
Babeh bisa ter-masuk sasaran juga. Akan tetapi, tak percaya apayangdilihat. Babeh terlalu sederhana
sebagai sasaran, tak adayangbisa diperas sedikitpun.Juga dari Istri Babeh.
"Seorang wanitayangdilahirkan setia, hanya mungkin menyeleweng dari suaminya karena dendam.
Dendamitu hanya satu jenis yaitu ditinggal menyeleweng, dikhianati kesetiaannya. Tapi tak ada alasan itu
pada diri Babeh, pada Ibu.
Saya tak putus asa..."
Rudi mengakui bahwa sesungguhnya ia berminat menjadikan Babeh dan istrinya seba-gaimodal.Ia
menambahkan, bahwa bukan mau menggunakan tetapi mau mengajak kerja sama. Sekurangnya akan
ada perusahaan jamu tra-disionalyangmengajak kerja sama. Proyekyangcukup besar, mengingat
bank-bank besar me-ngenal Babeh. Sehingga dana dan kredit akan mengalir cepat sesuai dengan
permintaan. Tapi Ibu, lebih suka membuat kecil-kecilan, mem-bungkus sendiri kadang-kadang saja
dibantu ibu-ibu atau anak-anak kecil- meramu sendiri, be-lanja ke pasar sendiri, menjemur sendiri.Dan
Babeh tak pernah kelihatan memiliki sesuatuyanglebih mewah dari apayangdimiliki seka-rang ini.
"Ini membuat saya sampai pada kesim-pulan..."
Bahwa ada sesuatuyanganeh pada diri Ba-beh. Terus terang ia akui pernah menganggap Babeh
diselundupkan khusus ke Kampung Ra-wa. Karena tak ada alasan untuk berdiamdi dae-rah itu. Tugas
khusus apa, itulahyangsedang dirumuskan olehnya.
"Berbeda dengan OomTomtom, politikus kelas teri..."
Rudi tak pernah mau bertengkar dengan Tomtom. Bahkan tak mau bertegur sapa. Karena menganggap
bahwa Tomtomterlalu, terlalu ke-cil.
"Tomtommengatakan sesuatuyangberbau politik. Tapi ia adalah caloyangmenjual murah danhina. Ia
dibayar terlalu murah untuk me-ngumpulkanmassauntuk diajak demonstrasi tanpa tahu apayang
didemonstrasikan. Tapi ia berpidato mengenai negara, mengenai oknum, mengenaikeadilan. Iadibayar
seperti koordi-nator figuran dalamfilmmurahan.Yangde-monstrasi dibayar dengan nasi bungkus danlima
ribu rupiah sehari. Kalau kemudian disapu oleh senapan atau ditangkap, ia angkattangan. Iaakan
mengatakan salahkeadaan. Iamencari dalihlain,perjuangan memerlukan pengorbanan."
Rudi menambahkan bahwa Tomtombukan hanya menyia-nyiakan dirinya dengan harga mu-rah.
melainkan dosanyayangterbesar adalah membawa orang-orang ke jalan sesat, dan mem-berinya harga
yangrendah.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Mereka abal-abal, memang. Mereka notok di jalanan, mendapatkan duit terendah. Memang. Tapi itu
nyata. Tak dibalut dengan tipuan-tipuan politik.
Tomtomadalah pemain teater panggung, teater palsu."
Jarang memang Rudi memberikan penilaianlengkap. Iamenambahkan, tak mau mengatakan itu karena
Tomtombisa bertambah pandai, bisa membuat harga nyawa manusia lebih mahal. Te-tapi, ia
menambahkan, bahwa ia yakin orang seperti Tomtomtak akan bisa bertambah pandai.
"Seorangyangmengelabui istrinya dengan keyakinan bahwa keadaanyangmembuat ia miskin, adalah
seorangyangtak bakal bisa ber-tambah dewasa..."
Dalamceritayangberikutnya, Rudi pernah melibas habis Tomtom. Yaitu dengan memba-wakan duit
untuk uangdemo.
"Berapa orangyangakan ikut?"
Tomtommengatakan dua ribu, dan Rudi membayarlimaratus orang saja, karena tahu bahwa jumlahnya
tak akan sampai sebegitu, dan uang makanyangbiasanya serihulimaratus ru-piah, hanya dibayar separo.
"Kalau kamu tak mau, bilang saja. Aku bisa mencari oranglain yangakan memberikan ha-sil lebih..."
Menurut Rudi, sejak itu Tomtomtak banyak bertingkah dengannya meskipun jelas ada den-dam
melintas dalamsorot matanya. Tomtomber-niat mencampuri urusan dalam. Mengaku me-ngenal
beberapa nama besar, dan bisa menjadi pengantarsurat.
"Aku tahu bisnis kamuyangbusuk..."
Rudi mengakui terus terang pada Tomtom, dan meminta jangan bicara banyak kepada o-rang luar. Ia
memberikansurat, dan hasilnya di bagi dua. Tiga juta rupiahyangpertama, dibagi dua. Tomtommerasa
senang, karena sebenarnya ia menerima tujuh juta rupiah ketika mengatas-namakan meminta bantuan
untuk yayasan putri-putri pejuang45.Tomtommulai menekan, dan mengatakan bahwa metodeyangsama
bisa terus dijalankan.
"Kamu harus berpikir maju, Andre.
DiIndonesiaada27gubernur, dan semua bisa kita kerjai. Cara kerjamu masih primitif Andre. Tak bisahit
and run,kita harus memakai pola, memakai metode..."
"Kuhargai idemu,Tom."
"Kita mulai dari juragan kaca gelap. Kamu antarsurat."
"Beres."
Rudi tidak memakai nama Rudi atau An-dreas, melainkan Afui Subaryandi. Satusuratyang lainatas nama
Mohammad Sobary.
"Tom,tolong minta secarik kertas dari be-liau."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kamutak percaya saya?"
"Saya bukan tukang tekuk, Andre. Kalau ka-mu tak percaya, lebih baik kita tak hekerja sa-ma."
"Sori, aku harus waspada..."
Tomtommerasa menang, karena bisa mene-kanhahis. Iamembawasuratmenemui juragan kaca.DanRudi
kemudian tersenyumdalamha-ti. Menikmati betul kemenangannya, ketika akhirnya Tomtommasuk, dan
diterima, dan di-bawa ke luarkota. Rahangnya pindah,tulangkeringnya patah. Ketika tak bisa
menjelaskan siapayangmenyuruhnya, Afui Subaryandiyangsepertiapa -iamenyebutkan ciri-ciri Andre, dan
tak cocok- ia dianggap melindungi, dan daun telinganya kena dor. Pekikan suara menghi-Iangkan
sebagian pendengaran dankesadaran-nya. Iamemaki tapi tak bisa apa-apa. Dalampe-meriksaan,tuduhan
yangdikenakan padanya bisa berlapis-lapis. Mulai dari pemerasan, sam-pai dengan ancaman, siapayang
membayar dia. Bagian terakhir iniyangmenyebabkan tak bisa bernapas dengan tenang. Tulang iganya
patah dua atau tiga buah, pinggangnya serasa hancur, ingusnya terus meleleh dan berdarah -seperti juga
dari kedua telinganya. Kalau ia tak meng-aku -atau seperti pengakuan semula- hari-harinya akan herlalu
dengan carayangsama. Dibon orang-orang baru, wajah-wajah baru, ke-kuatanbarn, yangtak bisa dibalas
sama sekali.
"Kami tahu kamu suka dibayar untukdemomurahan. Sekarang katakan atau kutembak lagi."
Mulutnya dingangakan, dan ujungpistolme-nyodok ke langit-langit rongga mulutnya hingga perutnya
mual.
"Apkha sajhahaha... Bapphahk seebbhutt..."
"Saya tak butuh menyebut nama. Saya butuh namayangkamu katakan."
Tomtomterkena sundutan, jepitan peluru di jari jarinya, ditekuk habis pahanya dengan seba-tang besi,
dicemplungkan ke kolampenuh lintah, dipindah ke kolampenuh kotoran, berendamdua hari, diseret
punggung setelah kenahacok. Iatak tahu apa nama alat itu, tetapi ingat alat pe-ngait itu digunakan untuk
menarik karung be-ras. Sebagai gantinya punggungnyalahyangmengganti karung. Serat daging dan
ototnya ter-nyata tak sekuat serat karung goni. Robek, ter-belah, tapi bisa menahan tubuhnya. Suara
rin-tihan dan aduhan sangat lemah, karena tenaga untuk merintih seperti sudah habis.
"Sebut saja siapa, dan saya akan mengakui," pintanya meratap.
"Kamuyangharus bilang."
Ingatannya mulai kabur. Kenangan, masa lampau menghablur. Hanya karena ada karung bekas ia
menyadari bahwa dirinya berada di sua-tu kantor resmi, mungkin kepolisian mungkin bukan. Tak ada
seragamyangmenandai, semen-tara kolamsemacamitu banyak di mana-mana, dan bisa terjadi dengan
carayangsama, kalau-punberbeda orangnya.
Kesadarannya mulai kacau, ketika ia dibon lagi, dan seluruh rambut kemaluannya habis ter-bakar oleh
korekgas.Terakhir ia merasa pasti untuk memilih bunuhdiri. Iamerayap naik ke dinding, dengan kedua
kakimengangkang kiri kanan dengan kekuatan terakhir. Memutar lam-pu bohlam, menurunkan perlahan,
lalu menja-tuhkan diri. Tak terasa lagi sakit tubuhnya ketika terjatuh dari ketinggian duameter.Bohlam
di-pecahkan, dan dengan pecahannya ia menyobek nadi pergelangan tangan, menikamlehernya,
pe-rutnya, menelan sisa-sisa gelas tipis.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Darah membanjir.
Tapi ia tak mati.
lasadar kena siramair,pingsan lagi, siuman lagi, dibawa ke rumah sakit, di rumah sakityangterkunci,
dibawa kembali, dibon dengan perta-nyaanyangsama, dan tak bisa mendengar de-ngan baik karena
telinga kirinya telah tuli.
Ketika dibon kembali, Tomtomtak berpikir apa-apa. Selain pasrah dan mengucap syukur karena
sekarang ini pastilah akan berakhir se-muanya. Sepertiyangdidengar dengan telinga sebelah, bahwa
kesabaran ada batasnya, dan kalaupun ia mati tak adayangmencari.
Tomtomdibawa ke suatu ruangan. Antara sadar dan tidak ia melihat istrinya. Rasa heran, kaget, tak
jelas, bercampur baur, apalagi setelah melihat di sebelahnya ada Andre!Yangduduk dengan sopan, tak
bergeming.
"Andre. Andre ini Afui!"
Ia berteriak-teriak. Istrinya menangis.DanAndre merangkul istrinya menenangkan, me-meluk rapat,
berbisik, lalu membawa ke luar ruangan sambil menghela napas.
Habislah Tomtom. Ia dianggap tidak waras, dianggap tak diperlukan lagi. Satu-satunyayangmembuatnya
bisa bangga adalah bahwa ia di-akui sebagai orang kuat. Sekali tak mau mem-buka mulut, tetap tak mau
membuka mulut.
Rudi mengantar kemhali istri Tomtom. Mem-bantunya dengan sedikit uang, juga untuk anak-anak di
rumah. Iamembelikan heberapa harang keperluanlainsehari-hari.
"Saya tak bisa apa-apa, maaf sekali Ibu," kata Rudi. "Kalau lama-lama saya hergaul dengan Ibu, saya
takut tergoda. Saya laki-laki hiasa, dan Ibu terlalu ayu serta disia-siakan selama ini."
Dengan cara itulah Rudi dekat dengan anak-anak Tomtom, mengajak piknik, berpotret, bere-nang, ke
TamanSafari,ke Ancol, mampir di Pun-cak, kemudian mengajak keBali.Potret-potret disana. Semua
diberikan ke keluarga, tapi Rudi juga mencetak sebelumnya. Hanya untuk dise-rahkan kepada Tomtom,
lewat orangyangkata-nyamencuridi rumah Tomtom.
Kemenanganyangsempurna,yangmembu-at Rudi merasa semakin Tomtommendendam, semakin
termakan energinya dan semakin per-caya bahwa apayangdikhawatirkan benar-be-nar terjadi.
Pengalaman herada dalamtahanan membuat Rudi yakin bahwa kecemburuan, ke-curigaanyangtak
masuk akalpunbisa dipercaya sebagai satu-satunya kebenaran.
Untuk ini semua Rudi tak bercerita pada si-apapun. Iamenikmati sendiri. Kalaupun kemu-dian berhenti,
karena Istri Babeh mengatakan padanyaagartidak diteruskan.
"Akhirnya Ibu melarang saya. Berarti saya telah keterlaluan. Berarti itu langkah keberha-silan saya."
Rudi menyeringai.
"Sejak melayat di rumah Udin Bego, tak adayangmencari OmTomtomkan?"
"Kamu telah merugikan Tocil, karena adayangbelumdibayar."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Rudi mengakui hal itu dalamhati. Iame-nambahkan, juga dalamhati, bahwa ia tak mau mengambil peran
untuk membayar sisa lang-ganankoran. Iamemilihdiam.
Didiamkan.
Seperti sekarang ini.
Tapi ia punya kartu. Itu sebabnya ia berani datang. Sambil tetap membungkusi jamu, Rudi berkata lirih.
"Adasalambuat Bapak dan Ibu. Dari Polisman... Juga dari Ndil..." Kena!
Tepat!
Meledak!
Putus!
Rudi melihat perubahan wajah, gerakan ke-pala, dan terutama sekali sorot mata Babeh serta istrinya.
Dua namayangternyata cukup sakti. Rudi membuat perhitungan bahwa Baheh dan istrinya tetap hisa
menahan emosi, tetapi sekali ini sengaja memperlihatkan. Karena satu danlainhal,yangmasih berada
dalamtebakan Rudi.
Rudi ingin memperpanjang suasana keme-nangan. Menunggu pertanyaan di mana kamu kenal mereka.
Atau lehih langsung lagi. Jangan pernah ganggu dia. Jangan pernah sebut nama itu. Ia menunggu dengan
tenang, sambil tetap memasukkan ramuan jamu ke dalamplastik. Bisa juga, tiha-tiba istri Babeh
menghentikan.
Rudi ingin...

15
P


OLISMANsejak kecil bercita-cita jadi polisi. Tak mengherankan siapapun. Ayahnya, polisi dalamarti
sebenarnya. Dari pangkatyang palingrendahyangpemah ada. Merambat terus dalamberbagai tugas mulai
za-man Trikora, Dwikora, dan terakhir keTimorTimur. Pensiun dengan pangkat SersanMayorPolisi,
tetapi kebanggaannya tak adayangme-nyamai. Beberapa jenderal polisi mengenalnya, ada foto bersama
-henar-benar hanya herdua-beberapa Kadapol pernah mengajak bicara di kamar kerja secara pribadi,
dan hintang jasa, piagamyangkalau dihuat kalender lehih dari jumlah mingguyangada.
Kakaknya juga masuk polisi.Yanglelaki. Kakaknya perempuan masuk sebagai tenaga si-pil di
kepolisian, dan nikah dengan seorang po-lisi juga. Pakdenya, satu-satunya kakak ayahnya, juga polisi.
Adiknya pernah mencoba masuk angkatan laut, gagal saat tes terakhir, kemudian juga memilih karir
sebagai polisi, dan kini ca-Ion istrinya seorang polwan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Boleh dikata sejak masih bayi Polisman me-ngenal polisi, karena ayahnya sudah menjadi polisi.Dansejak
itu, perutnya kenyang dengan beras jatah. Baik dari ayahnya, kakak-kakaknya, adiknya, iparnya, dan
juga dari keluarga ibunya, ada duayangmasuk sebagai polisi. Salah se-orang mencapai pangkat tertinggi,
yaitu Letnan Kolonel Polisi, pernah menjadi kepala di suatu propinsi.
Cita-cita sejak kecil itu tak pernah berubah. Warna coklat sudah dihafal sekali, dan bau keri-ngat di
celana, di kaoskaki,di sepatuyangbe-rat, terasa menghidupkan semangat dan tekad-nya. Ketika sekolah
menengah atas, ayahnyayangsudah pensiun berada di desa Mbaki,Solodan kakinya cukup kuat
menempuh sepeda ke Sekolah Menengah Atas di Margoyudanyangsedikitnya berjarak40 kilometer,
kalau dihitung pulang balik, tapi tanpa menghitung tambahan kalau pergi ke tempatlain.Sepedanya tak
men-catat berapakilometer yangtelah dilalui selama tiga tahun, baik ketika masuk pagi -pagi-pagi sekali
sudah berangkat- atau ketika masuk siangyangmembuatnya berkeringat.
Semua temannya tahu ia kepingin menjadi polisi, dan sering mengatakan, dan ia merasa ber-bahagia.
Apalagi ketikagurubantuyangmeng-ajarbahasa Inggris menyinggung soal itu.
Baginya IbuGuruRukminilaindari semuaguru, laindari semua wanita,laindari semuayangdikenalnya. Sejak
pertama, kelas satu, ba-ru masuk, ia merasa bakal menjadi anggota"fans of R"-grupyangsudah ada
sebelumnya. IbuGuruRukmini memang sangat disegani, disayangi, danpalinghanyak dibicarakan di antara
semua siswayangada, termasuk guru-guru pria.
Iatak pernah melupakan ketikalbu GuruRukmini pertama kali berada di depan kelasnya, memandang
ramah tanpa kehilangan wibawa, menerangkan dalambahasa Inggris -tentu sa-ja- mengenai pelangi.
"Kalau punggungmu menghadap ke mata-hari, kamu akan bisa melihat. Kamu tak bisa se-kaligus melihat
matahari dan pelangi, sebab pe-langi adalah..."
Iamenghafal pelajaran itu sepenuh ke-mampuannya, membuka kamus hingga tengah malam, dan
membayangkan hahwa IhuGuruRukmini adalah pelangi dalamhidupnya. Tak tahu bagaimana perasaan itu
ada padanya. Tak tahu dari mana asalnya, dan bagaimana proses-nya. Tiba-tiha saja ia gemetar, kikuk,
dan serba salah jika ada pelajaranBuRukmini, dua kali dalamseminggu, masing-masing duajam
pela-jaran. Iasering berdebar-debar jika teman-teman membicarakan. Arif,seorang temannya, merasa
palingberuntung karena ia pernah melihat celana dalamIbuGuruRukmini secara tak sengaja. Ceritanya
terjadi di kantin kelas, ada kunci Ihu Rukminiyangjatuh, danBuRukmini me-mungut, membungkuk dalam
sekali. Agak susah direkontruksi membungkuk sampai dengan kelihatan celana dalamnya. Memang
terasa agak janggal, kecuali kalau mengambil kunciyangjatuh ke parityangdalam. Padahal di kantin tak
adapant,dan tak dalam, dan tak pernah Ibu GuruRukmini membawa kunci sampai jatuh.
"I met the little girl, and she gave me a rain-bow"

la menghafal lagu lama dari Bob Dylan, me-nyanyikan meskipun tak bisa, dan mengubah
lirik itu menjadiI met Bu Rukmini, and she was the rainbow, lalu beruhah lagi di buku catatannya
menjadiI met the woman, and she was my rain-bow!.
Howww. Ia merasa malu, bersalah dan ber-sikap kurangajar.Meskipun wajar seorang mu-rid
mengagumi ibu gurunya, atau bapak gurunya, tetapi perasaan kagumitu bukan sepertiyangdirasakan
sekarang. Kalau sekadar kagum, ia tak akan menutupi rasa geramnya ketika mendengar cerita bahwa
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Aulia pernah ke rumah IbuGuruRukmini. Memangpernah. Iamendengar sendi-ri bahwa Aulia pernah ke
rumah,maindisana, akrab, dan Aulia bersama Arif meminta kursus tambahan. Aulia bisa bercerita kursi
tamu, bisa hercerita buku-buku, bisa bercerita kucing, danyang palingmembuatnya muak dan geramdan
gusar adalah bercerita bahwaBuRukmini kalau di rumah sering memakai baju kaos kutung tan-pa lengan.
Kalau sampai cerita melihat IbuGuruRukmini memakai daster, mungkin Aulia sudah diganyang!
because the sky is blue
it's make me cry
because she may rainbow
my only rainbow
lagabungkan lirik lagu Beatles denganlinklagu hatinya sendiri, dan ia merasa seratus persen sesuai dengan
apayangdialami, dan dihayati. Lagu-lagu itu sepertinya ditulis khusus untuk-nya. Untuk menggambarkan
perasaan hatinya.
Meskipun diakui juga,
you may say I ama dreamer
but I amnot the only one
Memang hanyakyangterang-terangan naksir IbuGuruRukmini. Terutama Pak Wayanyangberhasil
mengajaknyamaintenis, serta Pak Sa-ripinyangpunya mobilbagus. Iamerasa kuper -kurang pergaulan-
menjadi kalah, merasa sangat nelangsa jika membayangkan Pak Wa-yan mengajakmaintenis setelah
mengajar, atau kelihatan berdua bercakap di ruangguru. Iamembenci Auliayangbiasa membawa
buku-bu-ku IbuGuruRukmini sampai di depan. Di tem-pat motornya di parkir, atau sampai meletakkan
di boncengan dan mengikatnya hati-hati.
Huh,bukankah ia bisa juga membawakan? Bukankah ia lebih bisa membawakan? Bukankah Aulia
bukan satu-satunya lelaki di dunia? Apa-kah hebatnya Aulia? Karena ayahnya dokter dan anggota
DPRDdan sering keJakarta?Apa hebatnya Arif selain ia pernah ke luar negeri dan pernah membawa
kamera ke sekolah?
but you still my rainbowbefore and after where ever you go I will follow
Yangini asli tulisannya sendiri. Tak terpe-ngaruh lagu manapun.Tapi tetap bisa dinya-nyikan,
disenandungkan, seperti menciptakan laguyangakan bisa ditampilkan dalampesta sekolah. Akan tetapi,
setelah diubah-ubah lagi, iramanya menjadi seperti laguyangpernah di-dengar.
send me the rainbowfor my dreams on
.............................................................
.............................................................
Iamencuri-curi waktu setiap hari Jumatsoredi perpustakaan, karena rasanya setiap hari JumatBuRukmini
ada di salah satu sudut, mem-baca. Kalau sudah begitu, sampaijampelajaranyangberikutnya masih tetap
tak berubah. Hanya sesekali mencatat dalambuku tulisyangbiasa-nyaberadadalamtas, kadang dalam
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
plastik,yangagaknya cukup terawat dan bersih.
"Cari buku apa?"
lamalu sekali. Karena bukuyangdipegang-nya, sampul depannya bergambar pelangi. Jangan-jangan Ihu
GuruRukmini tahu. Alang-kah malunya. Wajahnya merah terbakar, keri-ngatnya mengucur, danyangpasti
jadi tak bisa berkata apa-apa. Justru karena gugupnya buku bergambar pelangi itu diperlihatkan.
"Kukira huku mengenai polisi."
Baru ia sadar bahwa bukuyangdipinjamda-ri perpustakaan adalah buku mengenai DalaiLama.Gambar
pelangi di atas Istana DalaiLamadiTibet.
Untunglah IbuGuruRukmini tidak bertanya mengenaiTibet,atau DalaiLama.Tapi ia berka-ta, setelah
menahan udara di dadanyayangmakin panas.
"Saya suka gambar pelangi."
Penuh keibuan, penuh pengertian, IbuGuruRukmini tersenyum.
"Ibu suka tenis?"
Tak ada hubungan antara pertanyaan dan ja-waban. Antara tanah dankakitempatnyaber-pijak. Iamerasa
melayang, merasa merah, me-rasa geram, merasa menjadi lelaki, merasa ingin berteriak, dan kepada
Aulia ia bercarita bahwa tadi bertemu dengan IbuGuruRukmini di per-pustakaan.
"Saya juga tahu. Kamu pinjambuku ber-gambar pelangikan?"
Polisman ingin menangis. Matanya sudah merah. Ingusnya sudah hampir keluar. Bagai-mana selalu Aulia
lebih tahu? Bagaimana dirinya tak pernah menang selangkahpundari Aulia? Dalamsoallainia boleh
dikalahkan tujuh kali, tapi tidak dalammemiliki rahasia dengan IbuGuruRukmini.
"Jangan pikir macam-macamMan.Kamukanmau jadi polisi."
lasadar kembali. Melihat dirinya sebagai anak desa. Dari menghadapi buku pelajaran, ia malah menulis
puisi.
malambegini sunyi, ketika aku sendiri
aku bertanya:
di mana kamu pelangi?
Iamembaca.Danmerasa puas, merasa me-nang, merasa menghasilkan sesuatu. Merasa, wah. Seakan
ada bagian hawah sadarnyayangterbongkar, bagianyangselama ini ada tapi tak pernah terperhatikan.
Bagian dari seorang lelakiyangberkobar, menyala, membuatnya berke-ringat walau hanya mengingat.
aku melihatmu berkeringat
timbullah semangat
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
menyengat
aku ingat, bahwa aku mempunyai tujuan
menghapus keringatmu
Puisi kedua ini membuatnya makin bangga pada diri sendiri karena sehelumnya tak pernah yakin bisa
menulis puisi. Puisi cinta. Wueiiisss. Bagaimana ia herani lancang menyebut puisi cinta? Dihapusnya kata
cinta dari benaknya, karena merasa kurangpasdan tidak sopan. Akan tetapi,yangkurang membuatnya
puas hanyalah tak ada kata pelangi, kurang panjang, dan tak menerangkan apa maunya. Malamitu lahir
puisi ketiga. Tulisnya hati-hati. Bahkan sudah diberi judul.

PUISI BUAT IBUGURU"R"dari PolismanI/2

kusebut engkau pelangi, maaf ibu
karena indahmu mempesona
kukagumi warnamu pelangi, maaf ibu
kalau dan karena pelangi, aku hanya bisa
mengagumi
tak mungkin memiliki
siapayangberhak memiliki pelangi?
kusebut nama pelangi, dalammimpi
sebelumnya kuterjaga aku bahagia
bersyukur, mengenalmu

Sedemikian bangganya sehingga ia menun-jukkan puisi itu kepada Aulia. Hanya saja judul-nya diubah,
karena takut ketahuan. Juga kata maaf ibu, diganti maafkan aku.
"Bagusanlagu Pelangi-pelangi..."
labisa tersenyum. Tidak gusar sama sekali.
"Kamu mau jadi polisi apa seniman?"
"Apapunjadilah," jawabnya pasti. "Selama aku masih bisa mengagumi indahnya pelangi, walau tak
mungkinkumiliki."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Makin dihilang sinting, ia makin asyik. Ka-rena sesungguhnya ia tak merasa jadi cengeng, berkurang
kelelakiannya hanya karena menulis puisi atau menyalin lirik lagu. Sesuatuyangme-mang tak pernah
dilakukan sebelumnya karena dianggap remeh.
dont cry for me, my rainbow

Yang paling membuatnya bahagia sekali, bukan mengubah kataArgentina, melainkan mengubahnya
menjadimy rainbow. It's not a rainbow, or even the rainbow, but exactly: my rainbow. My? Mine?
Off course, yes kotes-kotes. Who else?
Tadinya is ragu apakah perlu memuat puisi itu di majalah dinding, ataukah di majalah seko-lah. Majalah
dinding, hanya yang berminat saja yang berhenti di depannya. Majalah sekolah, paling cepat tiga bulan
kemudian. Kemudian ia ragu, apakah perasaannya itu perlu dipubli-kasikan atau cukup dipendamsaja.
"Sebagai karya seni ya bagusnya dimasya-rakatkan. Sebagai karya pribadi, terserah. Di-publikasikan
bisa, tidak juga tak apa," jawab IbuGuruRukmini ketika ia bertanya tentang puisi.
"Bagaimana menentukan karya seni atau karya pribadi?"
"Pencipta, penyairyangmenciptakan karya ituyanglebih bisa memastikan, perlu atau ti-daknya
dipublikasikan."
"Apakah puisi saya lebih karya pribadi atau kerya seni,Bu?"
IbuGurutersenyum. Sekali lagi penuh ke-ibuan, penuh pengertian.
"Banyak karya seniyangtadinya bersifat pribadi, merupakan pengalaman pribadi penyair-nya, tapi
kemudian menjadi karya seni. Pernah dengarSenja di Pelabuhan Kecilyangdituju-kan kepadaSriAyati?
Itu contoh bagus dari kar-ya Chairil Anwar."
"Ibu punya kumpulan puisinya?"
"Di perpustakaan kan ada."
Adouuuh! Padahal ia ingin dijawab punya, di rumah, dan ia nanti akan datang ke rumah IbuGuru
Rukmini, seperti Aulia. Seperti Arif. Apakah ini berarti penolakan halus? Bukankah IbuGuruRukmini
lebih mengetahui?
Aih. Ditolakpunwajar. Dirinyalahyangke-lewat kurangajar.Kok herani-berani mengagumi pelangi,my
rainbow.
"Satu hal Ibu percaya, kamu bahagia. Mempunyai cita-cita, dan bisa mencapainya.
Ibu juga begitu tadinya. Tapi tak bisa, karena memang tak bisalain."
lamerasa sampai di awan surga, ketika mera-sa diajak bicara masalahyangkelewat prihadi. Bahwa Ibu
GuruRukmini, sebenarnya ingin me-neruskan kuliah di tempatlain,jurusanlain.Akan tetapi, kemudian
memilih menetap diSolo,danyangcocok adalah kuliah di IKIP dan kemudian mengajar di tempat ia
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pernah sekolahdulu. Iatahu banyak bahwa IbuGuruRukmini adalah salah satu putri Sunanyangmenguasai
Keraton Surakarta. Atau masih famili sangat dekat. Atau entah bagaimana, putri keberapa dari istri
kebe-rapa,yangmerasa kurangpasmelanjutkan kuli-ah di tempatlain.Tetap dalamkota, tetap bisa pulang
ke Keraton, dan karenanya...
latetap menganggap dirinya istimewa.Punandai Aulia tahu lebih lengkap. Bahwa IbuGuruRukmini memilih
tinggal di luar Keraton, sejak menikah dengan suaminya. Toh bukti nyata, jelas tak terbantah, bahwa ia
diajak bercerita masalah pribadi.
Itu artinya dekat. Sangat dekat.

ada pundi-pundi emas di ujungkakipelangi
aku melangkah dan merasa makin dekat lagi
meskipun jarak ke pelangi tak terhingga
karena pelangi ada di fatamorgana
Ada dua pengalaman pribadi lain yangmembuatnya makin yakin, bahwa selama ini membuktikan ia juga
termasuk istimewa di mata IbuGuruRukmini.
Yangpertama ketika sedang makan kacang kulit ramai-ramai, dan ia bisa ikutan disitu.Tan-pa ditawari
toh ia berani mengambil kacang. Itu hebat.
Yangkedua ketika ia datang dan berkeringat, dan IbuGuruRukmini memberikan tisupada-nya. Ia
tergagap tak mengerti, merasa salah.Dantisu itu setelah dipakai melap, disimpan dalamsakunya.Lama
sekali. Sudahhancur. Iamenye-sali ketika akhirnya masuk ke tempat cucian!
Tapi...
you can check out anytime you like but you can never leave
LirikHotel of California-lagulama yangmenggairahkan betotan basnya- memang menggetarkan, tetapi
bukan kata-kata ituyangmembuatnya patah hati ketika ada vokal grup di sekolahan. IbuGuruRukmini ikut
menjadi pembimbing, dan bintang utamanya memang Aulia. Berkibar dia ini. Tumhuh sayapnya. Hi-dup.
Merajalela.
layakin bahwa ia bisa pergi setiap kali ia mau, tetapi tak bisa meninggalkan. Sebab...
Sebab apa ia tak tahu.
I dont knowhowto love her
she just a woman, just a woman...

Dengan menggantihim denganher, ia b isa menempatkan diri sebagai Maria Magdalena yang mencintai
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Jesus dalamfilmJesus Christ Superstar. Lagunya makin lama makin enak, dentuman drumdan has
menggelora. Dan is menyanyi dengan suara keras, bergaya, dan me-rasa puas seperti baru memenangkan
pertan-dingan tenis.
Dengan mengganti lirik lagu lain, lamunan lain, jadilah rangkaian kemenangan yang makin tinggi, makin
menaikkan peringkat dalamlamunan. Dan ketika is melihat Ibu Guru Ruk-mini berjalan pulang -ia
sengaja menunggu di halaman kelas yang luas- is bisa spontan men-jadi penyair.
kuantar kamu sampai di pintu dua
dengan menatap saja
tak bisa melambaikan tangan
kuantar kamu sampai di pintu dua
sampai di jalan, sampai di rumah
sebab tak adayangmenghentikan
imajinasiku
menyertaimu dengan ramah

Puisi itu, bersama dengan puisiyangdiberi judulDi Mana Kau, Pelangi, dimuat di majalah dinding.
Belakangan ia muat lagi, judulnya diganti,di mana kau pelangiku, semuanya
dengan huruf kecil. Kata-katanya juga menga-lami perubahan.

di mana kau, pelangikukarya polisman kelas1/2

tengah malamkuterjaga
hujan masih bersisa
membayang kenanganmu
tiba-tiba aku bertanya
di mana kamu pelangiku?
sedang apa
esok akan tiba
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
akulahyangpertama
melihatmu, mengagumimu
dan me-ku, dalamhati saja
di mana kamu pelangiku
pada tengah malambegini
mungkin bersembunyi dalambahagia
bersama pemilikmu
tengah malamaku sendiri menatapi
genangan sisa bergambar pelangiku

Ia kurang puas dengan karya itu, terutama karena maunya bukan hanya sehegitu. Maunya lebih. Setiap
kali menulis ulang, adayangterasa belumtertuang. Setiap kali membaca, adayanglupa belumdituliskan.
Tapi ia memberanikan diri, bertanya, me-minta komentar pada IbuGuruRukmini.
"Bagus."
"Tidak kurangajaryaBu?"tanyanya dengan sangat berani.
"Tidak."
"Ibu tidak terganggu?"
Jawabannya pandanganyangpenuh keibuan, senyuman penuh pengertian. Seorangguru,se-orangyang
menerima apayangterjadi pada kegelisahan muridyangsedang memasuki masa remaja.
"Tidak.
Anaapato? Yenngganggumengko tak kandha..."
Kalau terganggu, akan mengatakan sendiri. Ouiii, berarti puisi itu tak mengganggu. Berarti IbuGuru
Rukmini tahu dialah pelangi. Pelangi-ku.Ku?Bukankah....
terima kasih Tuhan, kamu buka mataku
mengagumi keindahan ciptaanmu
setiap habis hujan
pasti ada pelangi
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
entah di mana, aku menemukan
terima kasih Tuhan, kamu buka batinku untuk sekadar mengagumi
dan aku berjanji, tak berani kurangajarterima kasih Tuhan
Amin.
Puncak dari itu semua adalah ketika ada aca-ra makan bersama dikantin. Iaikutan, meskipun tak ada
yangmengundang. Iamembawa uang, dan merasa bisa membayar sendiri.Yangpenting makan bersama,
karena IbuGuruRukmini ada di sana.
"Sini, penyair," kata IbuGuruRukmini.
Iamendekat. Berkeringat.
"Mana puisiyang lain?"
Iadiam. Bungkam.
"Penyair kok kagetan... Sudah makan?"
Iatahu Aulia pasti seratus keki. Arif seribu cemburu. Karena iayangditawari, bukan me-reka. Makan
bakso kantin. Di depan sebegitu banyak pasang mata, di seluruh pandangan sedunia, ia diperhatikan Ibu
GuruRukmini se-cara istimewa. Karena sambalnya didorong ke depannya.
Ohsurga.Ohnirwana.
Kalau ada. Inilah saatnya.
When I meet my rainbow!
Siang itu ternyata perpisahan. IbuGuruRuk-mini akan meneruskan kuliah atau apa atau pin-dah bersama
suaminya, atau bagaimana, ia tak tahu. Ada kemungkinan akan kembali danmengajarlagi, ada
kemungkinan tidak kembali. Ada kemungkinan tidak mengajar dan tidak kembali. Tak ada kemungkinan
tak jadi pergi.
lasedihsekali. Iamasih mempunyai impian untuk mengagumi Ibu Rukmini. Masih ingin... bahwa suatu hari,
IbuGuruRukmini datang ke rumahnya di Mbaki. Mau berkenan, datang men-jenguk. Melihat kamar
kerjanya. Membacapuisinya. Iabahkan sangat yakin bahwa semua itu akan terjadi. Pasti terjadi,
seandainya tidak segera pindah.

Tak ada puisiyangdiciptakan.
Bukan karena penyair kagetan.
Karena perpisahan sangat menyakitkan.
Perpindahan itu melenyapkan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html

bukan perpisahanyangkusesali
tapi pertemuan...

Jelek, ia tak suka itu. Kuah bakso seperti mendidih, dan ia tak bisa menelan. Malah ter-batuk.
"Hoh, cengeng," kata Aulia.
Ya, ia bahkan ingin lebih cengeng lagi. Bisa
menangis. Atau menjerit. Atau berteriak. "Pura-pura, biar disangka ada perhatian,"
kata Arif.
latakmarah. Iamenatap IbuGuruRukmini. "Bukan karena kesalahan saya kanBu?"Wooouw... ge-er
banget. "Bukan.
Masih dua bulan lagi. Tapi Ibu perlu per-siapan."
Apakah ini artinya bolehmainke rumah IbuGuruRukmini? Apakah ini artinyawe still have three month
ahead! We.Ya,wedong. Bukan dia sendiriyangmemiliki tiga bulan. Tapi juga IbuGuruRukmini,myonly
rainbow!Siang itu, di kantinyangbiasa, ia ditertawakan habis-habisan. Diledek hingga tak ada sisa. Tapi
biasa-biasa. Semua diterima. Hanya sewaktu semua berja-batan tangan, ia menolak.
"Kamu tidak, Penyair?"
"Saya tidak pernah menganggap ini per-pisahan."
IbuGuruRukmini mengangguk.
"Buatkanaku puisi tentang hal itu..."
Aku. Ya aku. Ibu Rukmini mengatakan aku. Bukan Ibu. Bukankah ini pertanda keakrabanyangsudah
luar biasa? Bukankah ini dikatakan secara meluas, sehingga seluruh masyarakat se-kolahnya mengetahui?
Tapi puisi kagetan itu tak pernah hisa ditulis. Ia tak pernah bersungguh-sungguh menuliskan. Meskipun ia
datang ke rumah IbuGuruRukmini, dan mengetahui bahwa IbuGuruRukmini akan pergi ke luar negeri
bersama suaminya.
Mereka bertiga -ia, IbuGuruRukmini, dan seorang gadis kurusyangtengah belajar me-nari- bicara sangat
enak. Tak ada siapa-siapa, waktunya banyak. Akan tetapi, justru suasanayangkhusus itu membuatnya
mati kutu. Sama sekali tak bisa berkutik. Takut. Kikuk. Kaku.
ladiamsaja.
Membayangkan Aulia pernah datang. Sering. Juga Arif. Diterima tidak sebagai murid.Dansaling
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
berbicara. Tapi ia takbisa. Iabengong, dan wajahnya panas menyaksikan IbuGuruPe-langi menari dalam
gerakan sangat halus. Se-luruh tubuhnya membentuk bayanganyangpe-nuh kewanitaan, ketentraman
surgawi, kenya-mananyangpurba. Membentuk bingkai gairahyangdiimpikan dengan cemas dan perasaan
ber-salah.
laingin pergi meninggalkan. Tapi alangkah sayangnya. Setiap menit ia menyaksikanyangdiimpikan. Iaingin
pergi sebentar lalu balik lagi, tapi jadinya malah minumairputih beberapa ka-li, hingga merasa kenyang.
"Di luar negeri, di mana alamat Ibu?"
"Sampai saat ini belumtahu. Suami saya be-lajar ke sana, dan saya menyertai. Ini juga orang luar negeri.
Iya Ndil?"
Gadisyangdipanggil Ndil diam. Tak be-reaksi.
Kalau saat itu IbuGuruRukmini Pelangi me-ngatakan perlu pembantu, ia mau ikut sebagai pembantu.
Tak usah jadi polisi atau jadi polisi di luar negeripun man.Kalau saja ia berani me-ngatakan, mungkin juga
diterima. Bukankah bahasa Inggrisnya tak jelek-jelek amat? Bukan-kah dengan demikian bukan hanya
seminggu dua kali bertemu tapi sepanjang waktu?

kamu hanya menghilang sesaat,
pelangiku saat tengah malamatau saat langit beku
tapi pasti menjelma
kamu tak pernah pergi
aku yakin sekali hal itu whatever, whenever, my rainbowsomeday, somewhere, some near future to go
we see together, again, and say hallo kita adalah sepasang ciptaan alamkamu pelangi
dan aku matahari
selalu bertemu, walau tak bersama the solo rainbow! pelangi kota solo pelangiku
kita berpisah untuk bertemu bahagialah pelangiku, bersama doaku

16
P


Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
OLISMIANikut mengantar ke stasiun Balapan, tapi merasa tak berperan apa-apa. Hampir semuaguru,
semua murid, semua kena-lan, sudah sibuk sejak dua minggu sebelumnya dengan mengepaki barang,
menyusunyangperlu, meninggalkanyangdisisakan, memheri kado perpisahan, makan bersama, bergadang
beberapa malambersama, bertukar alamat, membagi potret, danlainsebagainya.Polisman tak melakukan
sesuatuyangber-arti. Toh kalau ia memberikan puisi, atau karyayang lain,tetap tak kelihatan di tengah
sorak sorai dan gemuruhyang lain.Ia merasa tersudut, dekat delman-delman, tanpa ikut melambaikan
tangan, tanpa bersalaman, tanpa mengangkatkan barang. Hanya menghela napas, dan ingin segera
bergegas.
Tapi nyatanya ia menunggu terus. Sampai menjelang gelap terlihat kereta Senja,berangkat. Iamenyesal
tadi ikut berangkat ramai-ramai dari sekolah. Kalau tidak ia bisa langsung pu-lang ke Mbaki dengan
sepedanya. Bukan seperti sekarang ini, ia harus jalankaki.Kecuali kalau mau ramai-ramai denganyang
lain.
"Kamu menangis?"
"Tidak," jawabnya cepat tanpa tahu siapayangmenanyakan. Barulah kemudian ia melihat Ndilyang
kurus-kurus berada di dekatnyasedangdibukakan pintu mobil.Mobil yangdipakai mengantar IbuGuru
Rukmini.
"Kenapa lelaki selalu malu kalau dikatakan menangis?"
"Tidak.
Tidak betul."
"Aku baru membuktikan sendiri." Polisman merasa kurang suka.
"Kenapa perempuan selalu tidak malu di-
sebut cerewet?"
Ndil tertawa lepas. Nampak ceria.
"Benar kata Ibu. Kamu pintar berbahasa. Ba-ru saja kudengar, dengan cepat kamu membolak-balik
kalimat.Dantepat."
Iamerasa biasa saja.
"Kita bisa pulang sama-sama. Atau aku an-tar kamu ke sekolahmu."
Iamenggeleng.
"Terima kasih Ndil. Kamu jalan sendiri." "Kereta api itu tak akan kembali malamini." Ini sebenarnyayang
kurang disukai olehnya. Ndilyangkurus-kurus, nampak wagu itu me-nembak tepat apayangdirasakan,
apayangdi-pikirkan. Menangis. Padahal ia tak mau menga-kui bahwa matanya membasah. Berharap
kereta kembali, atau mogok, atau tak jadi keJakarta.
Akhirnya ia naik mobil juga. Duduk di bela-kang.DanNdil bercerita mengenaidirinya. Iaikut eyangnya di
sini, karena ia anak tunggal. Ayahnya tugas di Jerman Barat, ibunya ada diLos Angeles,keduanya
bertugas. Tiga tahun lagi, akan bisa bersama-sama, entah di Eropa, entah di Amerika, entah diIndonesia.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Eyangnya sangat mencintai, memanjakan, dan ia merasa senang di kotaSoloini. Iamengambil cara mengisi
wak-tu dengan belajar menari.Danmerasa sangat cocok dengan IbuGuruRukmini. Boleh dika-takan
setiap harinya menghabiskan waktu di rumah IbuGuruRukmini. Sekarang ia tak punya sahabat, tak punya
teman dekat, tak juga di seko-lahnya.
"Apakah IbuGuruRukmini pernah mence-ritakan tentang aku?"
"Aku kurang tahu.
Ibu bercerita tentang puisimu, lalu katanya kamu ingin jadi polisi."
"Selain itu?"
"Tidak tahu.
Ibu tak pernah menceritakan oranglain."
lasedikit lega.
Ndil bercerita lagi bahwa ia tak lahir diIn-donesia,dan bahasa Indonesianya kurangbalk. Iabanyak
berada di luar negeri selama ini, dan merasa kurang senang. Ndil juga mengatakan bahwa ia kurang
senang sekarang ini, dan mung-kin akan menyusul keJakarta,bertemu IbuGuruRukmini, sebelum
berangkat ke luar negeri.
"Ada famili diJakarta?"
"Banyak."
"Kenapa tidak ke sana sekarang?"
"Eyang tak mengizinkan aku naik kereta api."
"Sombong sekali."
Ndil tergelak, menepuk pundaknya.
"Aku suka kamu berterus terang. Selama ini tak adayangmengatakan seterus terang kamu -selain Ibu.
Tapi Ibu menasihati tanpa nada gusar seperti kamu. Kamu memiliki rasa benciyangtinggi, lengket, penuh
dendam.
Selama ini aku hidup tanpa mengenal tanahyangkuinjak. Kalau kamu tak mengatakan se-perti itu, aku
tak mengetahui bahwa aku telah menjadi sombong karenanya.
Terima kasih."
lamerasakan keganjilan sikap Ndil, dan tak bisa segera menangkap. Bahwa adayangtidak merasa
sombong karena dilarang naik kereta api. Apalagi kemudian, Ndil ingin membonceng se-peda, dan
mereka hersepeda bersama. Sementara sopir mengikuti.
Sejak itu ada beberapa kali Ndil menemui-nya, dan ia menemui Ndil,yangternyata sudah menerima surat
dari IbuGuruRukmini. Dari suratyangpanjang itu tak satupunmenying-gung mengenai dirinya, atau
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
puisinya.
Yangberbeda sikapnya malah Aulia serta Arif. Adalah Auliayangsuatu ketika menga-takan kepadanya,
bahwa sebenarnya ia banyak dibicarakan oleh IbuGuruRukmini.
"Kenapa kamu cerita sekarang, Aul?"
"Karena kamu suka besar kepala.Dankamu akan membuat puisi karena itu, dan Ibu akan membacanya.
Ah."
"Ah apa. Ibu sangat baik. Kepada kita semua. Terutama kepada kalian berdua."
"Kami berdua dianggap anak-anaknya," suara Aulia merendah, seperti habis kebangga-annya.
"Lalu kamu pikir aku dianggap bukan anak?"
Arif mengangguk. Lalu menggeleng."Lain.Sikap Ibulain.Kami memang dekat sama Ibu. Sering bermain
di rumah Ibu. Diajak makan ma-lam, diajak bicara soal sekolah, diajak mengo-brol, kadangkala malah
makan di luar hersama Bapak. Akan tetapi, suasananya, sikapINtak pernah berubah dari sikap seorang
ibu kepada anak-anaknya. Segala rahasia kami ceritakan, dan didengar."
"Aku tak mengerti."
"Kamu mengerti benar bedanya. Kamu som-bong."
"Justruakuyangiri selama ini."
"Boleh saja.
Tetapi kamu mempunyai getaran perasaan, kamu bisa merah wajahmu, kamu kikuk, kamu kaku. kamu
ogah berkenalan dengan Bapak! Itu-lah pertanda ada perasaan khusus. Masih ada perasaan khususyang
tulen. Pada kami berdua, sudah tak ada rahasia lagi. Dulunya memang be-gitu, tapi lama-lama padam
dengan sendirinya. Perasaan kekikukan dikalahkan oleh kewiba-waan, sehingga kami seperti keluarga
sendiri. Itulah kekalahan kami."
"Sebenarnya aku juga membuat puisi," tukas Aulia. "Tak kalah denganmu. TapiINmengo-mentari
sebagaimana karya puisiyang lain.Bukan sebagai cetusan hati..."
"Lalu, kenapa sekarang kamu ceritakan?"
"Kamu orangyangberuntung. Beruntung se-kali. Sekarangpun,sebagai gantinya kamu mem-perolehyang
terbaik."
"Siapa?"
"Ndil."
Kali ini ia merasakan kembali bahwa peni-laian Aulia maupun Arif sangat berlebihan. Ba-gaimana ia bisa
mendapatkan ganti? Pelangi tak akan pernah tergantikan. Tidak oleh bida-dari manapun.Apalagi Ndil
yangkurus-kurus,yanganeh bicaranya, dan pandangan matanya terlalu menakutkan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Pelangi tetap pelangi.Danitu adalah pela-ngiku.
suatu hari, kita berdua
kamu tak mengenakan seragampelangi,

tujuh warna
mungkin tempatnya di pantai, waktunya
senja
kita baru saja gendongan bersama
atau tidak apa-apa
kamu berbaring di sebelahku, dan berkata
"ada nyamuk di sekitar kita. "
aku menjawab, "biar saja. "
kamu sudah lelah, rambutmu masih basah
aku gelisah, tak berani rebah
kamu berkata, perlahan sekali
"hai, apakah kamu ingat bahwa saya
seorang
pejabat
saya seoranggurudan kamu muridku?
memang itu sudahlimaatau delapan tahun
lalu
kini kamulahyangmemakai seragam
polisi. "
aku merangkulmu, dan berbisik di daun
telingamu
"yangada sekarang ini, aku seorang lelaki
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dan kamu seorang wanita,
yangada hanyalah matahari
dengan pelangi"
dan kamu menepuk seekor nyamukyang
menggigit pahaku
dan aku ingin menggigit kamu
.............................

Aulia membaca puisi itu. Dan is heran karenakemudian Ndil ternyata mengetahui. Ndil pulayangbertanya
padanya, apakah henaryangdi-maksudkan dengan pelangi itu adalah IbuGuruRukmini.Danapakah betul
bahwa ia mencintai IbuGuruRukmini?
"Kalau iya, apakah aku akan mengatakan?" "Kenapa tidak?"
"Ya, ndak mungkin, Ndil.
Tapi kenapa Aulia menceritakan puisi itu pa-damu?"
"Ya, biasa saja."
"Tidak biasa. Aulia ingin memberikan gam-baran bahwa aku mencintai pelangiku, dan kamu akan
membenci, dan ia mendapat kesempatan mendekatimu."
"Ohya?"
"Ya."
"Menyenangkan sekali."lasewot.
"Memang, Aulia cocokdenganmu. Iakaya. Iapunya mobil. Ia bencipolisi. Iacakep." "Bukan itunya.
Menyenangkan kalau benar ia begitu. Akan kutanyakan."
Baginya, sejak puisi itu lahir, makinketerusan. Iamembayangkanlimatahun berikutnya, dan ia adalah
seorang polisi, dan pelangi adalah pe-langi. Pelangi adalah pelangiku. Tak jernih be-nar gambaran di
mana suami IbuGuruRukmi-ni, tak jelas di mana lokasinya, tapi bayangan itu demikian kuat.

tiba-tiba kamu datang ke rumahku, tanpa
pemberitahuan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
lalu kita jalan jalan bersama, menengok
sekolahan
sambil bercerita
tempatnostalgiakita
di tata usaha, urusan administrasi
di lapanganbola,tempat olahraga
di kantinyangsekarang sudah tak ada
sampai puas, dan aku bertanya, aku meminta
"sebaiknya kamu kuantar pulang
pastilah ditunggui suamimu... "
lalu kamu menjawab pasti, sambil
menggenggamtanganku
"dia tahu aku sengaja menemuimu
dia tahu kamu tak akan kurangajarpadaku
dia tahu, tahu sekali
pelangi tak bakal bersatu dengan matahari. "
tiba-tiba aku menemukan kamu
dan merasa kehilangan kamu
saat kita bersama

Puisi itu sudah selesai disitu,tetapi kemu-dian disambung lagi, diberi judullain,lalu di-ubah lagi menjadi
puisiyangberdiri sendiri.

akulah matahariyangterbakar rindu
pada pelangiyangtak tahu
akulah matahari, muridmuyangdungu
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
telah kurangajarberharap memilikimu
inilah dosaku
dosa yang sama ketika hawa makan apel
akulah apel,akulah ular
akulah yang terbakar rindu
Kemudiansekali, Ndil ikut membaca sambil terkikik gembira.Danbercerita bahwa ia sudah bertanya
kepada Aulia, dan Aulia merasa malu. Ndil juga bercerita bahwa puisi-puisi itu ia salin dan ia kirimkan
kepada Ibu Rukmini, dan pasti akan dikomentari.
"Sebaiknya kamu kirimsendiri."
Ndil memberikan alamat lengkap IbuGuruRukmini.lamencatat, tapi tetap tak memiliki keberanian untuk
mengirimkan langsung. Sam-pai ketika naik ke kelas dua, dan Ndil benar-be-nar pindah keAustralia.
Bukan ke Eropa, bukan ke Amerika tapiAustralia. lamasih menulis pu-isi, masih membingkai segala
impiannya dalampuisi tentang pelangi.

kamu menyapaku, dan aku bergegas terjaga
kamu mengusik mimpiku, dan aku terlena
di mana kamu pelangiku?
(barangkali kamu sedangberdua
sebagaimana istri dengan suami barangkali kamu menimang anak-anakmu
sambil berdua-duaan selalu)

di mana kamu pelangiku?
aku masih di sini
menanti keindahan warnamu
dengan kekagumanyangdulu

Dari Ndilyangada diAustralia,ia mendapat berita tentang IbuGuruRukminiyangantaralainmengatakan
bahwaSangPenyair,SangSeniman Kagetan, akan melupakan begitu sudah lepas dari sekolah nanti. Dari
Ndil, ia mendapat ki-riman buku-buku, brosur, tentang polisi, jugastiker. Iasangat berterima kasih,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
apalagi Ndil mau mengganti jenis perangko setiap kali ber-kirimsurat.
Selebihnya, hidupnya biasa-biasasaja. Iana-ik ke kelas tiga, menempuh ujian danlulus,dan mendaftar ke
Akabri Kepolisian. Dengan gairah penuh ia mengikutitesting,dan tak ada sesuatuyangdianggap sulit.
Kecuali ketika ayahnya menceritakan soal dana,yangharusdipenuhi. Iatahu hal itu, tetapi ketika ayahnya
menye-butkan jumlahnya, ia memilih mundur. Terlalu besar dan terlalu fantastis untuk dipenuhi - walau
ayahnya, ihunya, saudaranya semua se-tuju. Mereka semua akhirnya menganggap sangat bodoh ketika ia
memilihmundur.Danmenjadi penganggur.
ladisalahkan terus, dan Ndilyangkemudian berkirimsurat -ia minta dalambahasa Inggris,agarbisa terus
belajar, sementara Ndil ingin me-nulis dalambahasaIndonesia-juga menya-lahkan. Lalu ia memutuskan
masuk secaba, se-kolah calonbintara. Iamengikutitestinglagi, dan semuanya bisa dilewati.Danmentoklagi
soaldana. Iatahu karena ia diajak bicara lang-sung oleh pelatihnya, oleh teman-temannya. Untuk kedua
kalinya ia siap disalahkan lagi, siap dikalahkan lagi. Akan tetapi, kemudianbarnia tahu, ayahnyayang
berjuangsendirian. Iatak tahu bagaimana prosesnya, tapi akhirnya ikut masuk secaba di Watukosek,
Surabaya.Gem-blenganyanglehih berat dari di Lido, Sukabumi.
Segala godokan maupun gojlokan malah membuatnya tegar, membuatnya bangga dan menumbuhkan
kepercayaan diriyangbulat. Iaterpilih sebagai siswa terbaik.
Ndil masih berkirimsurat. Bercerita ia punya pacar tetap. Bercerita soal stasiun Balapan, soal sombong,
soal naik kereta api, soal keluarganya, soal IbuGuruRukminiyangpindah lagi, dan mungkin segera kembali
keIndonesia.
lamasih menulis puisi.

di sini aku dengan seragamku
sejajar dengan seragamguru
di sini aku menunggu
pelangiku, tanpa jemu

Tapi ia mulai malas. Puisinya tak sebaikyangdiharapkan. Tak lagi membuatnya bangga, puas. Keletihan,
cara hidup sehari-hari tidak memung-kinkan ia bisa menulis seperti ketika masih se-kolah dulu.
Bayangannya tak bisa utuh. Ituyangmembuatnya benci, karena seperti membenar-kan apayangdikatakan
IbuGuruRukmini wak-tu dulu. Bahwa ia PenyairaliasSeniman Kaget-an, akan melupakan.
Iabenci karena ia tak melupakan. Hanya sa-ja ia tak bisa menyatukan dalamlink-link puisi lagi.
"Kamu sudah menjadi polisiyangbaik," kata Ndil lewat telepon, ketika ia sudah diJakarta.
"Bagaimana kamu tahu teleponku, lalu di mana kamu sekarang ini?"
"Kamu pasti tak percaya kalau sekarang ini kukatakan aku ada diGeneva, hotel yangmahal. Di
sebelahku ada pacarku, di sebelahnya ada IbuGuruPelangi, dan..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Memang aku tak percaya.
Meskipun semuanya sangat mungkin bagi-mu, Ndil. Dunia ini bisa kamu tekuk. Nomor te-lepon
kepolisian bisa kamu cari. Tapi benar ka-mu bersama IbuGuruRukmini?"
laberdebar, tak sabar.
"Benar.
Mau bicara?"
Iagugup tapi menjawab iya dengankeras. Iamakin berdebar mendengar jawaban sebentar, lalu
suara-suara aneh, gaib, melengking, men-dengar teriakan suara halo-halonya sendiriyangbergema
berbalik, danmarah,tapilamasekalibarnditaruh kembali.
Sejak itu ia sering menunggu telepon.Dankalau mendengar dering telepon bergetar karena berharap
untuk dirinya dari luar negeri sana -yangmanapunjadilah.
Tapi ternyata tak pernah terjadi.
Tak ada lagi telepon dari Ndil. Atau dariyangsangat diingini.Yangdikunyah adalah sisa ke-nanganlama.
Ndilyangkurus-kurus, IbuGuruRukminiyangmakan kacang kulit, makan bak-so di kantin,yang
menerangkan pelangi,yangberada di perpustakaan,yangkesemuanya di-candikan dalampuisi-puisinya.
Barangkali sudahlimatahun berikutnya, ba-rangkali lebih, ketika ia diberitahu adatamu. Iamenemui, dan
tak segera mengenali bahwayangmenemui adalahNdil. labaru tahu ketika Ndil berkata bahwa dia adalah
Ndil.
"Ndil?"
"Ya."
"Kamu tidak kurus-kurus,eh,masih... tapi bahasaIndonesiakamu makin bagus." "Aku ada perlu."
lamengiringkan keluar, menuju mobil tan-pa sopir, dan ia kembali kikuk seperti dulu ketika masuk dan
duduk, dan Ndil mengemudi.
"Ke mana?"
"Aku tak tahu ke mana."
Akhirnya mereka menuju Taman Monas, ka-rena ia mengatakan tidak lapar dan Ndil menga-takan tak
ingin makan.
"Kamu pasti ingin segera mendengar kabar Pelangimu?"
"Aku tahu Ibu ada diJakarta.""Pernah bertemu?"
"Tidak."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Mau bertemu?"
"Tidak secara khusus, Ndil. Entah kenapa aku masih malu, masih segan. Ah nggak tahu-lah."
"Kamu ternyata makin kampungan."
"Memang."
"Tak berubah."
"Memang. Ituyangmenyebabkan kamu ke-mari mencariku kan?"
"Tidak."
Mereka salingbercerita. Iamenceritakan secara lengkap, meskipun agak serampangan. Bahwa kini
ditugaskan di bagian reserse, persisnya padaunitbulik, atau bunuh culik. Me-nangani kasus-kasus
pembunuhan, penganiyaan, penculikan. Salah satuunit yangtermasuk ke-ring -dibandingkan denganunit
harta benda, atau bagian ekonomi, atau lalu lintas. Tetap lebih kering dibandingkanunitpencurian, apalagi
unitjudi dansusila. Iatetap istimewa, karena presta-sinyayangselalu nomor satu, tetapi toh sekarang ini
tetap sama miskinnya denganyangbisa di-bayangkan. Rumah mengontrak, dan bahkan sepedamotor
pribadi atau dinaspuntak punya.
Belumpunya pacar atau calon tetap meski-pun telah didesak oleh keluarganya. Itu sebabnya lebih suka
menghabiskan waktu di kantor. Ma-sih bisa terus membaca dalambahasa Inggris -dan iayang paling
istimewa di kantornya karena bertugas menjadi penerjemah kasus-kasus orang asing- dan masih menulis
puisi.
Ndil bercerita bahwa kini, setelah pindah tak menentu, mengajar diJakarta.Kedua orang-tuanya
bercerai, ibunya menikah lagi. Ayahnya sakit, eyangnya meninggal dunia.
"Dengan tambahan, tidak herminat menulis puisi, dan tak berminat berhubungan dengan polisi."
"Apayangistimewa sehingga kamu temui aku, Ndil?"
"Kamu mau kawin?"
"Apayangmenyebabkan kamu berpikir be-gitu?"
"Asal tebak saja.
Kamu kenal Hababe?"
"Tidak. Kalau kamu tanya siapa pembunuh siapa dalamkasus mana, atau preman mana hu-kuman
berapa, kasusyangmenonjollimatahu belakangan ini apa, aku tahu."
Hababe dari NPN?"
"Ya."
"Semua mengenal namanya. Bukan hanya malaikat."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Mungkin aku akan menikah dengannya." "Kenapa mungkin?"
"Aku tak tahu.
Aku tak pasti.
Kami bertemu di Jerman. Aku menyele-saikanprogramdoktor, ia sedang urusan bisnis. Aku diundang ke
Jakarta,kami mulai bicara-bi-cara, aku kembali ke Jerman, ia menyusul, dan sering datang.
Kalian lelaki lebih gampang menentukan untuk kawin. Siapayangdicintai. Kami kaumwanita..."
"Ndil, aku tak tahu banyak soal begitu. Otak-ku berhenti saat SMA. Bahkan makin mundur, karena tak
tambah apa-apa.
Please,jangan paksa aku berpendapat. Aku takut salah, dan kamu terlanjur mendengarkan.
Aku tahu diri, Ndil."
labercerita bahwa ia tahu diri untuk hanya berada dalamrealitas sehuah impian. Seperti ke-tika mencintai
pelangi. Ia mencintai justru ketika yakin tak bisa memiliki. Kecuali adanya suatu keajaiban.
"Dankeajaiban satu-satunyayangkualami adalah aku pernah merasakan saat menemukan pelangiku.
That's all."
Tapiyangallitu ternyata perlu tambahan lebih banyak lagi.
"Secara jujur, kuakui baru akhir-akhir ini agak jernih bisa merumuskan apayangsesung-guhnya terjadi.
IbuGuruPelangi terlalu istime-wa dalamhidupkuyangterlalu rutin. Ketika me-nemukan, aku tak berani
berbuat sesuatuyangnekat. Aku memendam, menenggelamkan, mengubur sebagai sesuatuyangterlalu
kasar kalau terungkap resmi.
Pada saat aku mengagumi IbuGuruPelangi, pada saatyangsama pula aku sadar diriku. Se-orang siswa,
dan Ibu seorangguru.Hanya da-lamceritaSinTiauwHiap Lu, seorang muridYoKo bisa mencintai, dan
kesampaian maksud-nya terhadap gurunyayangcantik SiauwLiongLie.Aku seperti seorang narapidana
yangmen-cintai kepala penjara, seperti seorangyangsakit mencintai perawat, seperti pasienyangmencintai
biarawatiyangmenyembuhkan, seperti..."
"Seperti orangyangmencintai pelangi."
Iamengangguk, dan merasa sederhana pen-jelasan Ndil. Kemudian ia mengajak Ndil kelu-ar dari mobil,
berdiri di luar, memandang kiri kanan,agartidak menimbulkan kecurigaan. Karena memang sudah ada
mobil patroliyangparkir dan mengamati sejaktadi. Iamengatakan bahwa itu halyangbiasa, karena ada
operasi yustisi, di mana pasanganyangmencurigakan di daerah Monas perlu diawasi. Kalau terjadi
se-suatuyangkurang benar, mereka akan menang-kap.
"Itu juga bagian dari pekerjaanku, Ndil."
Mereka tak mengenalmu?"
"Kalau dekat ya mengenal. Apalagi kalau aku mengatakan siapa diriku. Meskipun... agak sulit dipercaya
kok ada bintara bersama dengan cewek ayu bermobil."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kau tak pernah mengatakan aku ayu. Pasti selalu hanya si kurus-kurus..."
Iamerasa malu. Sedikit.
"Seluruh kemampuanmu tertutup oleh ke-
kaguman pada Pelangi."
Iamengakui. Seluruhnya.
Ndil melanjutkan bercerita, bahwa IbuGuruRukmini bersama suaminya terpaksa kembali keIndonesia
sebelumselesai, karena satulainhalyanggawat.Yangmenyangkut soal kehormatan. Dibayangi bebanyang
tak terbayangkan sebe-lumnya, mereka berdua mencoba bertahan dan menyeimbangkan guncangan rasa
ketidakadilanyangmerobek jiwa.
"Alangkah puitisnya kata-kata itu."
"Berarti aku bisa menjadi penyair juga se-betulnya."
"Sebetulnya puisi-puisiyangtak dituliskan lebih mengesankan ketika dibaca ulang dalamhati."
Puisi-puisiyangtercipta saat sendirian di hari Minggu atau libur, sesaat bayangannya berdua dengan
Pelangi. Saat bangun kesiangan, meng-geliat dan menemukan Pelangi masih terkantuk-kantuk di
sebelahnya, dengan dasteryangter-singkap, dengan keringat lecekyangmenandai keletihan pergumulan.
Pelangiyangtidur-tidur ayammencari bantalan di pahanya, berbaring lanjut, sementara tangannya
merangkul, melan-jutkan sisa kelelahanyangakan lenyap dan berganti kekuatan baru lagi untuk kesekian
kali.
Puisiyangtercipta saat makan nasi bungkus sendiri. Sesaat itu link-link puisiyangtercipta adalah makan
berdua, Pelangi membenkan se-bagian lauk kepadanya-meskipun sebenarnya itu kesukaannya, dan
dengan manja Pelangi menasihati setengah marah:agarbanyak makan, kurangi rokok, atau cukur teratur,
ganti pakaian dalamlebih sering, memaksa makan sampai habis, dan memelintir telinga atau memukul
de-ngan sisir kala ia menolak.
Puisiyangtercipta saat berada di antara keru-munan pengunjung toko. Sesaat itu lirik-lirik puisiyang
menggambarkan mereka berdua di antara barisan pengunjung, menuding sana-sini, ia menyarankan
membeli sesuatu tapi Pelangi menolak, begitu juga sebaliknya, dan mereka kelelahan, terasing di antara
pengunjung dan toko-toko mewah, tapi merasa bahagia ketika sama-sama makan kacang kulit sambil
berjalan. Atau juga ia bersama siapa dengan anak-anak-nya, dan membiarkan mereka belanja puas di
bagiantoys,ataumainkuda-kudaan, dan ia su-dah berubah, tapi tak berubah, dan pertemuan itu berakhir
di rumah siapa lebih dulu untuk saling bermalam, mengobrolkan masa lampau
dengan akrab.
Puisiyangtercipta justru kala ia bertugas melihat mayat, melihat pembedahan, membaca lp, menciumbau
busuk, tersusun rangkaian ka-limat terpilih, Pelangi kesal tapi tetap mendam-pingi, berusaha mengerti
tugas-tugasnya, me-mahami dengan kesal kalau pulang larut malam, dan berangkat dini, kesal gaji
bulananyangtak seberapa tapi toh bahagia bisa membeli kacang kulit kesukaan mereka berdua. Kadang
juga ber-lanjut dengan asbak murahan tapi penuh ke-nangan, kaca hias tak seberapa tapi padat oleh
wajah merekayangberdesakan, serta kecem-buruan-kecemburuanyangmembuat panas tapi sekaligus
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
rindu.
Puisiyangtak tertuliskan. Tak mampu ditu-liskan, tetapi selalu bisa dibacai. Bahkan pada saat seperti
sekarang ini.
"Kamu datang nanti?"
"Pasti."
Tapi ia tak datang. Waktu itu ia berada di la-pangan, menggerebek perjudianbesar. Iadi-libatkan karena
informasiyangmasuk, para penjudi ini memilikibackingkuat, sehingga per-lu persiapankeras. Iamenyesal
tidak datang ke pernikahan Ndil, terutama karena hasil peng-gerebekan itu seperti sia-sia. Mereka hanya
dita-han dua hari, dan kemudian bisa lepas kembali.

itu biasa, kata pelangi pada awan
tidak setiap mendung menghasilkan hujan
biar saja, masih ada sisa kegerahan


17
K



ESADARANdan keseimbangan Po-lisman lebih terganggu ketika seminggu kemudian Kapten Polisi
Sidommemanggil dan mengajak bicara berdua, di ruangyangselalu hiruk pikuk. Kapten Sidommudah
dikenali se-bagai polisi. Kumisnya tehal, lebat, pandangan matanya galak menusuk, tuhuhnya tetap kekar
di usia menjelang pensiun, dan langkahnya te-tap gagah -denganpistoldi sarung sepatunya. Kapten polisi
yangsatu ini dikenal akrab dengan anak buahnya, suka hicara terus terang, dengan nadayangkeras."Siap,
Dan!"
"Kau jangan bikin aku pusing,Man.Kau tahu aku tak suka pusing.Dankamu suka bikin pusing. Terima
saja ini."
Ada amplop disodorkan. Polisman tak segera menerima, sementara teman seruangan setengah melirik
setengah tak memperhatikan.
Iasebentar lagi pensiun. Anaknya delapan, dari dua istriyangpertama meninggal,yangkedua dinikahi
waktu usia18tahun- mulai karir dari pangkatpalingrendah. Kemampuan di la-pangan teruji sebagai
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pemberani, tapi tak pernah bisa membuat laporan dengan baik. Polisman sering menolong.
Polisman menghela napas. Berat sekali.
"Aku tahu kamu suka bikin pusing,Man.Komandan hilang begitu. Tak adayangmau me-nyerahkan ini
padamu. Terima sajalah.Danjangan bertanya apa-apa."
Iamemiliki pengalaman lapangan, mungkin sepenuh ayahnya. Beberapa puluh residivis pernah merasai
peluruyangditembakkan, dan mungkin sudah ratusan atau ribuanyangmera-sakan ototnyayangliat dan
tulangnyayangsegar. Dalamusia55tahun kurang tiga bulan, tubuh-nya masih tetapfit,geraknya tetap
energetik.
"Komandan juga pusing. Karena kamu tak pernah minta uang cuti, atau uang operasi, atau pura-pura
menengok orangtua. Kamu sadardinsebagaiyangterbaik,yangdipuji.
Tapi ingatMan,kamu tak bisa begitu terus dalamsegala hal. Makayangitu terima saja. Ja-ngan bikin
setori dengan mengembalikan sega-la macam.
Tak perlu munafik. Di sini kamu tak punya kursi, tak punya meja. Kalau mengetik laporan kamu harus
membeli kertas, membeli karbon sendiri. Dalamoperasi,motorbututmu lebih me-merlukan biaya. Kamu
berhak menerima itu. Pakailah, untuk apa saja, terserah."
"Siap, Komandan!
Apakah ini ada hubungannya dengan pe-nangkapan perjudianyang..."
"Aku sudah bilang, jangan tanya.
Justru karena aku tahu siapa kamu,Man.Ka-mu sebenarnya tidak terlalu istimewa. Aku juga mengalami
masa-masa seperti kamu. Tanya semuayangada di sini, siapa Sidom.Danaku memutuskan untuk ikut arus
saja. Bukan karena kebutuhanku untuk anak, untuk istri, untuk mer-tua, untuk keluarga besar, tetapi
untuk bisa her-tahan di sini. Kalau aku bersikukuh, aku malah tak bisa bekerja. Tak ada pekerjaan, tak
diajak. Lebih menderita lagi, karena tak menjadi siapa-siapa.
Kamu mau buang duit itu, mau kasih yatimpiatu, mau apa saja. Itu urusan kamu.
Tugas saya selesai."
Dengan pangkat kapten polisi, pangkat ter-tinggiyangpernah dihayangkan, ia masih sering atau selalu
mengeluh karena terlalu banyak potongan dari koperasi. Mulai dari kalender,jamtangan, kesejahteraan
ini-itu, potongan suka rela, tunjangan berbagai jenis, sehingga pernah pada tanggal satu, ia melemparkan
sisa uangyangditerima.
Iarada aneh juga.
Dengan hidup di rumah kontrakan, dengan anak-anakyangmulai tumbuh dan memerlukan hiaya besar.
masih bisa mengunjungi berbagai tempat hiburan. Bisa minumdari jenisyangma-hal, makan makanan
berlemak tinggi, berkalori tinggi, penuh kolesterol, dan nyatanya tetap sehat dan bersemangat. Kumisnya
tetap mempesona. Sikapnyayangmenempatkan diri sebagaise-nior,sangat dihormati,punmerekayang
lulusan akademi.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Polisman menyimpan amplop itu dengan satu pengertianyangdipaksakan. Bahwa kalau se-orang
komandan seperti Sidommenyarankan, harangkali iniyangterbaik, dari situasiyangada.

kalau aku bisa bicara padamu,
ibuairsusuyangdulu membesarkanku
serasaair tubadalamkerja
kalau saja kamu bicara padaku, ibu

Puisi itu menggambarkan bahwa saat-saat ini ia memiliki keberanian menyebut pelangiku berubah
menjadi ibu. Ada sesuatu rasa hormatyangtulus,yangmembuatnya menangkap sosok Ibu Rukmini tetap
sebagaiguru.Tetapi juga ada sesuatuyang lain.Sesuatuyangmembuatnya perlahanmundur. Iatakut, karena
ditikamde-ngan bayangan-bayanganyangmakin jelas. Seperti ketika membawa amplop ke rumah
kon-trakan, menyimpan di tumpukan baju, ia melihat sosok wanitayangdikagumiyangmemandang ke
arahnya sambil menghela napas.

kau marah, tersinggung aku melakukan ini?
apakah aku bisa berpaling kelainsisi?
kamu menjawab: aku tak bertanya, tak
menyalahkan
tetapi apakah kamu bisa tenang berdoa?
aku tak tahu jawabnya
hanya bayanganmu mengeloni sampai pagi
sambil menghitung uban dan berbisik lirih
siapayangmengecat putih?

Sosok seorang IbuGuruRukmini, dan sosok pelangi, karena Polisman makin sadar bahwa sesungguhnya
Ibu Rukmini mengetahui apayangdiangankan -bekas- muridnya. Tahu persis, dan memaklumi, dan
menerima, dan me-rasa bahwa adalah tugas dan kewajihannya untuk membimbing dan mengarahkan.
lasadar ia hidup dalamlamunan. Iasadar bahwa bayangan Ibu Rukmini datang di rumah kontrakannya,
membetulkan seragamnya, me-nungguimaincatur, membacai puisi-puisinya. Semua adalah khayalan.
Tentang hal ini ia sa-dar sesadar-sadarnya. Tapi ia tak bisa menahan, tak bisa mengelak. Bahkan kadang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
disengaja lamunannya berjalan terus, dan membuatnya puas.

masih ada bau tubuhmuyangtersisa
ketika kuterjaga dan kau telah tiada
masih adaairtubuhmuyangmelengket
bagai tato bergambar peta dalamkulit
kubiarkan diriku terseret
kemasan rinduyangkekal

Barangkali saja, karena Sidommerasa berha-sil mendekati Polisman, ajakan untuk beroperasi lebih
sering. Beberapa penggerebekan dengan mudah dilaksanakan. Apalagi karena sebenarnya hanya
formalitas belaka. Dalamdunia perjudian, selalu adachannel,selalu adaoskepyangdengan mudah akan
menyanyi, jika merasa kecewa.Danperasaan kecewa karena pembagian tak adil, selalu ada di manapun.
Bahkan dalamkasus perjudianpun,hal ini lebih menonjol ke permu-kaan. Berdasarkan informasi dari sp
itulah me-reka bergerak. Menuju sasaran, mengepung dan mendohrak masuk. Ada kalanya ketemu
dengan anjing besar, ada kalanya mereka berlarian, ada kalanya rumahyangdigerebek ternyata kosong,
dan berada di bagianlain,ada kalanya barang-barangyangditemukan membuatnya pusing karena jenisnya
sudah memakai komputer. Tapi lebih dari semua itu, mereka umumnya sudah siap untuk ditangkap.
Begitu masuk ketkp, tem-pat kejadian perkara, ada satu atau dua tiga alatyangmenjadi pelindung bagian
keamanan. Dengan sekali gebrak, pukul, acungan senjata, kalau perlu ledakan beberapa kali, selesailah
sudah. Mereka sudah siap, karena saat itu sudah adayangmengaku sebagai bandar, sebagai pe-gawai,
sebagai pemilik rumah. Meskipun jelas mereka hanyalah orang-orangyangdibayar untuk pasang badan.
Kalaupun ada dang-ding-dung, tak pernah benar-benar keras. Hanya untukmuv, untuk menggertak.
Segalanya segera selesai dengan86.Damai, aman. Barang bukti tak pernah jelas terungkap herapa,
sementara jatahyangbesar sebenarnya herasal dari pemain. Para pemain selalu tak ingin ditahan, dan
mereka sudah tahu tarifnya. Kalau jumlahnya di atas50orang, sudah cukup lu-mayan. Kalau tak ada
kesesuaian tarif, bandaryangsehenarnya akan menyelesaikan. Karena untuk bandar,yangutama adalah
membebaskan para pemain. Kalau tidak hegitu, reputasinya akan melorot dan tempat perjudiannya akan
sepi di kemudian hari.
Dari tujuh puluhanyangdigerehek, hanya empat ataulimaorangyangakhirnya sampai ke pengadilan.Yang
mengaku bandar, mengaku sekretaris, mengakupernilikrumah, mengaku pembantu itu kesemuanya tak
adayangdihukummendekati satu tahun.
Selama berada dalamtahanan, baik di kepo-lisian maupun di rumah tahanan-jarangatau tak pernah ada
yangsampai berada di lembaga pemasyarakatan- sudah adayangmenjamin. Artinya benar-benar adayang
mengurus, baik polisi atau petugas rutan. Mengenai penempatan kamar-kamarnya, makannya, uang saku
sampai dengan kebutuhan untukyangdi rumah, sehing-ga keluargayangditinggal tidak mengalami
per-ubahanyangberarti.
Mekanismeyangsama juga kalau ada peng-grebekan wanitatunasusilayangmenempati rumah-rumah
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tertentu,hoteltertentu. Perbe-daannya hanyalah,yangterakhir ini sering tak percaya kalau kena razia. Baik
pemilik maupun anak buah lebih yakin bahwa hubungannya se-lama ini terjamin aman. Kalimatyangsering
membuat Polisman agak merah telinganya ada-lah, "Memang ada perubahan komandan ya?"
Mekanismeyangkurang lebih sama ialah kasus-kasus penyelundupan. Sungguh sangat empuk,
menyenangkan, bagaimana membagi dengan pihak kejaksaan, bahwa penyelundupan bisa berubah dari
42kontainer menjadi satu da-lampersidangan, dan persyangmeributkan hanya menuliskan4huah.
Hasilnya benar-be-nar memuaskan, betul-betulthe big sting.Pu-kulanbesoaaar. Sedemikian besar
sehingga mendeharkan.
DanPolisman menerima dengan biasa-bia-sa, karena para tersangka bukan orangyangjumawa. Bukan
orangyangsok, kalaupun hanya ditangkap dua minggu dan dilepas lagi. "Terima kasih..." kata sederhana
ini disertai dengan ja-minan persaudaraan dan persahabatan untuk waktuyang lama.Mereka cukup ingat
dan baik hati. Kapten Polisi Sidomtak usah bercerita, Po-lisman sudah mengetahui bahwa urusan
anaknya sekolah, khitanan, pindah rumah kontrak, mem-perbaiki genteng rumah, gantihtatau sejenis itu,
semuanya sudah adasponsortetap. Belumlagi kalau ada Lebaran,Nataldan Tahun Baru.
"Tapi pengeluaranku juga banyak,Man."
Polisman kemudian memberanikan diri ber-tanya, kenapa akhir-akhir ini ia sering dilibatkan dalam
operasi. Kenapa dirinya diajak terus.
"Pemhagian rezeki?"
"Aku pernah bercerita kan?
Komandan senang jika nama kamu tercan-turn. Karena kamu selama ini selalu bersih. Jadi ada gunanya
juga dikenal sebagai orang bersih. Kita semua dianggap bersih. Apa adanya."
"Kalau begitu, ajak terus ajaDan."
"Bisa diatuuur.
Tadinya semua takut kamu ngaco..."
Nada suaranya mengandung penyesalanyangtidak jelas alasannya. Apakah menyesal ka-rena ternyata
Polisman bisa diatur, atau karena ternyata mereka menunggu untuk waktuyang lamasebelummengetahui.
Polisman mengetahui sendiri, karena bukan hanya pertama kali mendengar bahwa komandan reserse,
Letnan Kolonel Gatot Pamungkas,yangmahal memuji itu, mengatakan bangga bahwa masih ada seorang
yangbernama Polisman.Yangdisebutkan sebagai "polisi antik", mem-punyai harga atau nilai tinggi, tetapi
tak praktis digunakan.
"Namun perlu ada. Untuk sampel..."
Bahkan sampai dijodohkan dengan polwan Indri,yangmerupakan primadona di kantor.
Polisman, sepertiyangdiperkirakan, tak terlalu memikirkan itusemua.Dijodohkan, ia merasa senang, dan
menemui secara khusus, mengobrol, dan mengakui memang Indri sangat menarik.
Tapi tak pernah menjadi istimewa.Dalamba-nyak hal juga begitu. Seperti juga ketika men-jalankan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pekerjaannya. Seperti ketika sedang piket, ada tangkapan dari sabharayangsedang patroli. Ada dua
orangyangdiduga menjadi pengedar soal-soal hocoran ujian. Polisman lang-sung memeriksa dengan teliti,
mendetil, berusa-ha mengembangkan karena banyakyangbisa dicapai. Jalur mendapatkan bahan,
memperba-nyak, sejak berapalama...
"Semua sudah kami ceritakan kepada Pak Sidom."
"Sekarang ceritakan pada saya." "Pak Sidomyangmengurus." "Ceritakan saja."
Polisman membuat selengkap mungkin, me-nambahi dengan berbagai catatan, dan kemudian
memintakan tanda tangan surat penahanan pada komandan. Hanya Letnan Kolonel Gatot Pa-mungkas
yangberhak menandatangani pena-hanan, atau melepaskan. Baikyanghanya24 jamataupun20hari.
lamenumpuk kertas-kertas laporan, berikut Ip. Sampai tengah malampun,Pak Gatot masih akan
menandatangani. Juga andai sudah berada di rumah.
Esoknya, ia memeriksa sekali lagi.Danmenemukan jawabanyangserba samar, sebelumakhirnya dipanggil
Sidom.
"Kita cari obyekan,Man.""Siap,Dan."
Dua hari kemudian, ketika Polisman akan memeriksa lagi, karena ia memperolehdatabaru mengenai
luasnya penyebaran kebocoran ujian, tersentak. Ternyata dua orang itu sudah tidak ada dalamtahanan.
Sekarang dalamstatustahan luar. Polisman balik ke kamar Kapten Polisi Si-dom.
"Siang,Dan.
Maaf menganggu, sebentar." "Apa lagi kamu ini?"
"Apa betul duatsk soal ujian itu dilepas?" Sidommenekuk kumisnya.
"Ya."
"Bagianmu sudah ada, amhil saja sama Ga-gan."
Alis Polisman berkerut. Pandangannya me-nusuk. Tangannya mencengkeramkeras. Bagai-mana
mungkin pertanyaannya hanya dijawab sudah berada di Gagan. Polisman merasa ter-tampar wajahnya
dengankakipenuh kotoran.
"MaafDan..."suaranya gemetar.
Sikap Sidomherubah.
"Komandan sendiri, Pak Gatotyangmem-bebaskan. Kamu mau apa Sersan?"
Polisman keluar dari kamar. Mengambil mo-tornya -ia termasuk beruntung karena dari se-kian ratus
sersandialahyangmemeroleh sepe-damotor,atas kebaikan Kapten Polisi Sidom-dan memburu ke alamat
yangditulis dalamIp.lamengetuk pintu, dan meminta tuan rumah ikut serta.
"Ada surat penangkapan?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Saya akan tulis, begitu tiba di kantor." "Kok begitu?"
"Ya, begini ini.
Bapak ikut dengan baik-baik, saya bonceng-kanmotor.Atau kalau perlu saya borgol."
"Saya akan menghubungi Pak Sidom..."
"Komandan masih di kantor."
Polisman memaksa, dan memboncengkan. Sampai di kantor. Menempatkan di ruang kerja. Menyuruh
tinggal karena ia menangkapyangsatunya lagi. Dengan carayangsama. Dibon-cengkanmotor.
Ketika sampai di kantor, ruangannya diliputi ketegangan. Semua memandang ke wajahnya. Kapten
Polisi Sidomkelihatan galak.
"Man,sini!"
"Siap melapor," Polisman memberi hormat. "Siapayangmemerintahkan kamu memba-wa dua orang ini?"
"Saya sendiri,Dan.
Siap dihukum, saya salah."
"Pak Gatot sedang kemari. Kalau kamu ingin turun pangkat atau dipindahkan, jangan dengan cara ini.
Tahu?"
"Siap, saya salah.
Tetapi ada alasan..."
"Tak ada.
Biar akuyangmengurusi." "Siap, saya akan memeriksa."
Ketegangan memuncak. Kapten Sidomme-rabapistoldi kakinya. Sersan Satu Polisi Polis-man herdiri
tegak. Bersiaga.Yangberada dalamruangan terdiam.
Sampai datang panggilan menghadap Pak Gatot. Polisman menerangkan apa adanya. Bah-wa ia tak rela
kalau dua tersangka dibebaskan begitu saja. Pemeriksaan sedang berjalan, dan ia menjadi penanggung
jawab pemeriksa.
"Tahu siapayangmenandatangani tahanan luar?"
"Siap. Tahu."
"Kamu mau menentang atasanmu?" "Siap, tidak Komandan.
Saya hanya memeriksa, dan tugas belumse-lesai. Kasus ini menyangkut soal ujian. Akibat-nya bisa
parah. Komandan mengatakan bahwa untuk kasusyangmembahayakan masyarakat, kita harus bersikap
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
ekstra hati-hati. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri..."
"Kamu mau mengajari aku?" "Tidak, Komandan. Siap disalahkan."
"Kembali, dan jangan campur tangan urusan ini."
"Siap, Komandan.
Sersan satu Polisman siap menerima hu-kuman karena tidak disiplin."
Polisman kembali ke dalamkamar. Semua temannya merubung, setengah bertanya. Sete-ngah bertanya.
karena tidak bertanya dengan kata-kata. Hanya memandang saja.
Dua minggu berikutnya Polisman berada dalamsel. Dalampemeriksaan mengatakan apa adanya, bahwa
ada bedanya antara penjudi de-ngan pembocor ujian. Akihatnya sangat berbedajauh. Iajuga mendengar
bahwa Kapten Sidomjuga disel. Saat terakhir dari karirnyayangtidak menyenangkan.
Dua orang itu ditahan kembali. Pemeriksaan kembali, dan karena kurang bukti berkas-berkas-nya selalu
dikembalikan. Sampai batas waktu penahanan, mereka berdua dibebaskan demi hukum.
Saat itu Polisman kembali keunitbulik,dan tidak ditugaskan panah03lagi, melainkan piket302.Yaitu piket
kamar. Artinya kalau ada laporan mengenai kasus pembunuhan, penculikan, pe-nganiayaan, ia bisa
bertindak sesuai dengan pe-tunjuk atasan. Di luar itu, tak dibenarkan.
Kemudian dipindah lagi, piket barang bukti. Suatu pekerjaanyangdianggap tak banyak ar-tinya. Karena
barang buktiyangada di gudang, ataupun di lapangan tak banyak disentuh orang. Di gudang dalam
keadaan terkunci. Di lapangan, tinggal mobil ataumotor yangtak bisa dipakai, karenayangbisa dipakai
selalu berada dalam"pemeriksaan untuk dicocokkan."
Akan tetapi, semua dilakukan dengan haik oleh Polisman.laberjaga12 jam,dan tidak me-ninggalkan
tempat seperti merekayangpiket barangbukti. Iamencatat jam-jamyangditen-tukan, dan melaporkan
dengan tertib.
Tiga bulan kemudian ia dipindah lagi. Kali ini untuk menyelesaikan. Membawa residivis kambuhanyang
tak bakal bisa sembuh,yangselama ini meresahkan masyarakat, dengan kor-ban begitu banyak. Salah
seorangyangdibawa adalah Si Musang, pencopet kelas kakap dengan32perkarayangsiap disidangkan.
Polisman membawa dengan mobil, bersamayang lain,melewati jalan tol, membelok lagi, mencari tempat
yangcukup gelap. Selama da-lamperjalanan, Polisman sama sekali tidak men-colek dan melarang
teman-temannya mencolek.
"Musang, berdoalah.
Saatmu telah sampai."
Lelaki itu menjerit, bergulung di kakinya, menyebut nama Tuhan, memohon pengampun-an.
"Aku lebih suka kau merebutpistol,atau melawanku.
Supaya nama besarmu tak sia-sia, Musang."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Mata Musang ditutup.
"Aku masih memberi waktu untuk berdoa, untuk bersembahyang, untukyangterbaikyangbisa kamu
lakukan."
Musang menjerit, menyembah, memegangkakiPolisman.Yangkemudian menarik picu pistolnya, juga
anggotayang lain.Mereka mem-hawa mayat Musang ke rumah sakit untuk di-mintakan visum. Polisman
sendiriyangkemu-dian membuat laporan.

maafkan aku, ibu
karena berani mencintaimu
aku tahu seharusnya tidak
maafkan aku, ibu
karena berani melakukan getaran
aku tahuyangbegitu dikatakan dosa
maafkan ibu
sebelumaku meminta maaf
pada-Nya

Ia ditarik kemhali, kehetulan korbannya o-rangasing. Ialangsung meneliti, korbannya seorang wanita,
setengah baya. Berada di apar-temenyangmahal, dan tak adayangdicurigai selain suaminya. Karena selain
sopir, mereka hanya berdua.
Dua hari ia belumbisa memeriksa, karena tersangkashock.Hari ketiga ternyata, mayat dan tersangka
terbang ke negeri asalnya. Ada jamin-an dari kedutaan besar.
Yangkedua, ketika mendengar berita bahwa ada polisi menjadi korban pembunuhan di wi-layah Barat.
Terjadi tembak-menembak. Polis-man segera berangkat begitu mendapat tugas. Dengan sigap
menggerebekyangdiduga men-jadi sarang pengedar morfin. Bersamalima o-rangtemannya, mereka
mendapat sambutan ha-ngat. Panas. Tembak-menembak terjadi. Kor-bannya tiga orang. Ketiga-tiganya
oleh peluru Polisman.Yangkemudian menjadi masalah, dua orangyangmenjadi korban anggota kesatuan
lain.
Kesatuannya tidak terima. Pimpinan turun tangan. Polisman sementara diungsikan, di-amankan, atau apa
punistilahnya. Sampai ke-mudian masalahnyaklir, dan diakui bahwa ang-gota kesatuanlainitu sedang
teler, dan selama ini dikenal menjadibacking.Dalamtembak-menembak itu tadinya ada kesangsian,
karena pihakyangdigrebek belummeletuskan satu pelurupun.Seperti biasanya Polisman mene-rangkan
bahwa mereka hersenjata, dan hanya soal kecepatan siapayangmembidik duluan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Polisman kembali bertugas seperti biasa. Kembali ke kontrakan. Kembali berharap bakal dijenguk
seseorangyangsangat diharapkan, atau sampai di rumah sudah adayangmenunggu.
Tapiyangsempat datang Kapten Polisi Si-dom.
"Aku sudah pensiun,Man.
Satu hal aku mau bilang padamu, aku belajar mengenai perbedaan antara judi dan pembo-coran ujian.
Semuanya pidana. Tapi memang ada bedanya. Aku tak malu mengakui bahwa hal ini aku belajar darimu
yangmuda."
"Komandan tugas di mana?"
"Jadi satpam, di perusahaan asing.
Cuma duduk, tidur, merokok. Gajinya empat kali kapten polisi."
"Kapan-kapan saya mampir,Dan."
"Aku kemari antaralainuntuk mengatakan jangan mampir. Aku menjual harga diriku di sa-na. Serendah
pesuruh, hansip, tukang jaga mo-bil.
Inilah akhir perjalanan pengabdianku. Kamu juga begitu,Man.Kalau nasibmu baik nanti.
Keahlianmu membongkar kasus pembu-nuhan, tak ada hubungannya dengan apayangkamu kerjakan
setelah pensiun. Jugayangdi gegana, atau hakar ledak. Kalau mereka adayangmenyewa meledakkan
gedung atau apa, pasti senang sekali."
Suaranya getir.
Menyindir diri sendiri.
"Kita minum-minum,Man?""Saya temani,Dan."
"Kamu masihbanci terus,Man?"Tak ada jawaban.
"Satu hal lagi,Man.
Danpengalamanku sekianlama,dan dari apayangkudengar kamu terlalu mudah membunuh. Itu kurang
haikMan.
Kurang baik bagi dirimu."
Tapiyangmenemui di kantornya polwan Indriyangmengatakan akan pindah tugas ke Jambi. Tanpa
memberitahukan, ia sudah tahu bahwa kepindahannya menyusulkaunitnyayangsudah lebih dulu pindah,
yangmemang selama ini berhubungan erat.
Indri dibutuhkan di sana karena ia menonjol dalamolahraga, dan...

Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
di mana kau pelangiku,
di pagi, setelah hujanpunkau bersembunyi
di mimpiku, rekamannya basa-basi
di mana kau
masihkah ada sisa bagi matahari


18
R

OHIMAT melepaskan baju seragambertanda pangkat senawira jaksa. Seperti biasanya kalau sudah
lepasjamkantor resmi, menemui anak perempuannya. Seorang gadisyangsedang tumbuh dan membuat
orangtuanya bangga karena memiliki apayangpernah di-idamkan ayahnya semasa remaja dulu. Tubuh
yangsehat, wajah berseri, penuh dengan kece-riaan, dan bisa melaksanakan sebagian besar
keinginannya. Seorang gadisyangmembuat Ro-himat lebih bangga lagi kalau saat berjalan ber-sama,
seseorang mempertanyakan siapa gadisyangdibawanya.
Seperti biasanya juga, anak gadisnya lebih suka datang ke kantor jika ada permintaan-permintaan
khususyangtak bisa disampaikan di rumah. Baik karena faktor ibu rumah tangga. atau faktor waktu di
mana tak bisa menemui ayahnya.
Rohimat sering pulang larut, sambil mem-bawa berkas-berkas. Kadang sampai larut, sampai dini hari
masih terkantuk-kantuk di ru-ang kerja. Semua dilakukan dengan bangga, karena dari ketekunannya
inilah karirnya dirintis sampai dengan posisinya sekarang ini.
Anak gadisnya mengatakan meminjammo-bil, dan akan pulang sekitar pukul setengah sem-bilan.
Sesuatuyanglumrah pada gadisyangse-dang tumbuh. Sesuatuyangjustru membuatnya sedikit bangga lagi,
karena sekurangnya ia bisa memberikan sesuatu pada anaknya untuk tidak merasa tertinggal dalam
pergaulan.
"Papapulangjamberapa?"
" Biasa."
Anak gadisnya mengambil kunci, merengek minta tambahan uang bensin, dan tersenyummanis ketika
keluar ruangan sambil menyapa kiri kanan.
Siapayangmenyangka dirinya sudah men-jadi seorang ayah dari gadisyangdua tahun lagi sudah berstatus
mahasiswi? Sebagai ayah, Ro-himat merasa -lagi-lagi- bangga, kalau saja anak gadisnya bisa sekolah di
luar negeri. Me-mang agak disayangkan, karena anak gadisnya tak terlalu menunjukkan minat belajar.
Atau ke-giatan prestasilain. Iasudah memberi kesem-patan seluas mungkin. Mulai les senam, renang,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
piano, organ,menari, bahasa, merangkai bunga, tapi nampaknya semua ditanggapi biasa. Tidak ditolak,
tetapi juga tidak ditekuni. Biasa, anak seusia itu masih helumbisa menentukan pilihan, katanya pada
istrinyayangseperti biasa, men-cemaskan. Tapi tidak seperti biasanya, istrinya sering secara terbuka
mengatakan keiriannya. Karena dari empat anak, hanya si sulung inilahyang palingdiperhatikan lebih.
Mungkin karena itu pulalah Rohimat menahan diri untuk mem-belikan mobil tersendiri. Sebagai gantinya,
mo-bilyangbiasa dipakai sering dipinjamkan.
Aku kan hekerja untukmu dan untuk anak-anak, katanya menentramkan hati istrinya.
Nyatanya begitu. Rohimat menyadari bahwa dirinya tak mempunyai kegiatanlain yangku-rangbaik. Iatak
suka minum-minum, kurang minat untuk mengadu nasib lewat angka, dan termasuk bersih darimain
perempuan. Baginya bekerja menimbulkan kebahagiaanyangmeng-hapus semua masa kecilnyayang
muram.
Sifat-sifat inilahyangsedikit jauh berbeda dengan Wirawanyangkini masuk ke dalamka-marnya. Mereka
saling berpandangan, saling memperhatikan bahwa keduanya sudah me-makai baju bukan seragam, dan
seolah saling membandingkan.
Ada sementara rekan sekerjayangmenga-takan bahwa mereka berdua saling iri, dari sisi sama-sama satu
profesi, satu pangkat, dan satu bagian. Ia merasakan juga persaingan damai ini, seperti juga Wirawan
merasakan. Hanya saja,yangmembuat Rohimat kurang suka diakui juga ini bentuklainpersaingan- cara
Wirawan memandang anak sulungnya. Matanya masih tetap mengesankan nakal. Kalaupun kemudian
Wirawan dikenal sebagai "lelaki tercepat" atau julukan "ayamkampung"yangdipopulerkan oleh Ida
Menor, itu tak mengurangi kekurang-sukaan Rohimat. Sorot mata Wirawan, dalampandangan mata
Rohimat seperti memancarkan kemesumanyangjorok, setiap kali memandang wanita.
Satu hal lagiyangmembuat Rohimat kurang menyukai secara pribadi adalah kebiasaan Wira-wan selalu
menganggap dirinya lebihsenior,Iebih tua, meskipun sebenarnya hanya berselisih enambulan sebelum
sama-sama ditugaskan diJakarta.Wirawan hanya enambulan lebih dulu pindah dari daerah.
"Aku hampir tak mengenaliMayalagi," kata Wirawan basa-basi sambil mengambil rokok di meja
Rohimat. Ini juga menyebabkan Rohimat berkurang respeknya. Karena tahu persis Wira-wan-yangselalu
mengatakanagarakrab-merokok merekyangsamaclanmemiliki di sa-kunya maupun laci meja kerjanya.
"Kamu perlu mengawasi,Mat."
"Sudahlah, kamu selalu ingin menunjukkan lebih tahu dalamsoal ini."
"Tentu,Mat.Aku harus mengatakan ini kepa-damu, karena justru dalamhal ini kita berbeda.
Pengalamanku cukup banyak. Rasanya tak adayangpernah mendapat beban cobaan sebesar aku dengan
teriakan Ida Menor sialan itu. Itu menun-jukkan kelebihanku,yangtak kamu miliki."
Selalu hegitu. Wirawan selalu bisa memba-likkan kekurangan menjadi kelebihan.
"Aku baru saja dihubungi orangnyaJimmy."
Selalu begitu. Wirawan-lahyangdihubungi, bukan Rohimat ini. Wirawan-lahyangdihu-bungi, bukan
menghubungi.
"Aku sudah katakan, bahwa kita berdua akan menangani kasusnya. Tetapi aku mengatakan bahwa
dengan berada di belakang layar, rasanya lebih berhasil lagi. Aku sudah katakan bahwa susunan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dakwaan kita kerjakan berdua, tetapi di sidang cukup kamu seorang."
"Nyatanya akuyangbekerja sendirian."
"Itu hanya masalah teknis saja,Mat.
Yangpenting telah ada kesepakatan dengan mereka. Aku tak mau memakai untukku seorang. Kita kan
selalu sama-sama. Malah ada berita bagus juga. Keluarganya meminta kita menghu-bungi majelis hakim
sekalian. Mereka maunya beres."
Rohimat tertarik juga.
"Mereka sepakat?"
"Ya."
"Sepertiyangdulu."
"Ya, apa kata kamu. Aku hanya menyam-paikan."
Wirawan tak menutupi nada suaranyayangmengetahui bahwa Rohimat sebenarnya curiga. Apakah
kesesuaian itu seperti ditawarkan oleh Rohimat, ataukah kesepakatanlain, yanglebih tinggi.
"Dari keluarga Hans?"
"Keras. Mereka menganggap bahwa ayah-nyayangpernah berjasa saat revolusi mempu-nyai pengaruh
dalamhal ini. Mereka menyebut sejumlah angka sebagai perkiraan. Tapi tak sebe-rapa dibandingkan
yangditawarkanJimmy."
"Lalu?"
Wirawan tak perlu menengok kiri kanan un-tuk memastikan bahwa mereka berada di tem-patyang
aman. Suaranya perlahan, biasa, me-nguasai keadaan.
"Aku mengatakan bahwa adayangmeng-inginkan Hans sertaJimmydapat tekanan be-rat. Harus masuk
danlama.Dari lawan bisnis mereka.
Cukup berhasil karena merekaorang baru."
Orangyangbaru sekali terkena perkara me-rupakan sasaranyangempuk dan menggairah-kan.
"Adabargaininglain?"
"Dari kepolisian... yaaa biasa-biasa. Kini sa-atnya mereka menghargai kita. Kalau tidak, kita tak akan
bisa memainkantruf. Anggota-ang-gotanyayangterlibat..."
Rohimat merasa tak diberi sisa. Semua telah diurus oleh Wirawan.
"Kamu telah terima?"
"Belum,Mat.Tapi kalau kamu memerlukan aku bisa usahakan. Kamu perlu berapa?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Yangseperti ini pulayangmembuat Rohimat merasa direndahkan satu tingkat. Sekurangnya membuatnya
curiga jangan-jangan Wirawan te-lah menerima tanda jadi atau bahkan sampai separo, dan mengatakan
belum, dan memberkan seolah dari sakunya sendiri.
"Kamu banyak duit bebas?"
"Ya ada, kalau kecil-kecilan..."
Wirawan mengeluarkan cek, menandata-ngani. Tanggal dan jumlahnya masih kosong. Menyerahkan
langsung ke Rohimat.
Dengan sedikit tertekan perasannya, Rohi-mat memasukkan hati-hati ke dalamdompetnya, tanpa
tertekuk. Kalau ia tak mau menerima, bisa-bisa tak akan pernah menerima. Wirawan selalu kacau dalam
soal perhitungan, tapi selalu bisa menguntungkan diri. Ini juga termasuk hal-halyangtak disukai, atau
bahkan membuatnya a-lergi.
Maka ketika Wirawan terpojok habis-habis-an gara-gara Ida Menor, gara-gara Warno Viktor,
Rohimat benar-benar merasa sangat nikmat. Bisa merasakan kemenangan, kepuasanyangmen-dekati
kesempurnaan sewaktu Wirawan masuk rumah sakit. Itulah akhir seluruh karirnya.
Akan tetapi, Wirawan ulet dalamhidupnya. Menjadi bahan pembicaraan ramai, disudutkan, dan bangkit
kembali perlahan. Malah berbalik dengan sedikit kebanggaan bahwa ia mengenal banyak perempuan.
"Tentu saja Ida Menor akan mengatakan saya ini ' jaksa tercepat" atau "ayam" atau kalimat rendah
lainnya. Iaingin menjatuhkan saya sam-pai terhempas.
Saya kira itu halyangwajar.
Adalah nasib sayayangkurang beruntung sehingga mengalami hal seperti ini. Namun harus buru-buru
saya tambahkan, bahwa sesungguh-nya dengan demikian tuduhan masyarakatyangselama ini kepada
korps kejaksaan beralih. Ha-nya soal perempuan, dan itu soal manusiawi. Hal-hallaindengan sendirinya
tertutupi.
Saya rela menjadi korban. Menjadi tumbal, karena perjalanan nasib saya tertulis begitu."
Indah. Wirawan selalu bisa dengan indah me-nyusun kalimat-kalimatyangenak didengar, me-ngendap
dalamhati. Dalampembacaan tuntutan, pengunjung sidang bisa terpesona. Para hakimbisa diyakinkan
bahwa penyusunan sejak dak-waan selalu teliti, penuh kutipan, dan tak pernah kurang dari seratus tujuh
puluhlimahalaman.
"Masih ada acara?"
Wirawan menggeleng.
"Segera pulang. Agak kurang enak badan. Kamu?"
"Adayangmau ketemu."
Rohimat menyesal mengatakan itu. Karena kemudian terbukti bahwa Wirawan dua kali da-tang ke
kamarnya, dan ikut berbicara, menemuiALiong. Mereka berdua sudah cukuplamaber-kenalan, dengan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
perkarayangsama. Dengan de-mikian Wirawan bisa dengan mudah mengenali masalahnya.
BahwaALiong sedang menyelesaikan kasus soal kerja sama dengan pengusaha asing.ALiong membuat
kerja sama pembuatan pabrik -apa saja, mulai dari pabrik sepatu, pabrik plas-tik, pabrik kaos, dan
pengolahan karet, tekstil, kosmestik, boneka, sablon, pembuatan keramik, sampai dengan pabrik
pengolahan kertasyangsekarang ini- dengan pengusaha dariTaiwan, Hong Kong, Korea,Jepang, dan
Singapura.ALiong menawarkan sahamseparuh-separuh, jika partnernya memherikan mesin-mesin
pabrik, dan ia menyediakan lahan, bangunan, pekerja, serta izin-izin penanamanmodalasing sampai
dengan tempat tinggal, dan kenyaman bagi ke-luarga, termasuk sekolah bagi anak-anak. Da-lam
pelaksanaannyaALiong bisa memper-karakan pasal-pasal dalamperjanjian, kerugian dan segala
jenisnya, sehingga akhirnya mesin pabrik bisa dikuasai, dan partnernya pulang dengan ganti rugi seperti
yangtelah ditentukan. Tak cukuplamadimiliki,ALiong melego kem-bali perusahaannya. Kalau tidak, ia
mengambil alih pemasaran dan meminta calon-calon agen tunggal untuk menyetor uang jaminan. Dengan
tambahan pinjaman kredit daribank,usaha berjalan dengan lancar dan sukses. Dalamhal meraih
keuntungan cepat.
Bersama dengan Wirawan,ALiong pernah sukses mengambil alih sekurangnya tujuh jenis usaha.
Menurut Wirawan sendiri, sebagian besar biaya hidupnya dari klienyangsatu ini. Ha-nya ketika ia jatuh
sakit, tak bisa tidak harus menghubungi salah seorang jaksalain. DanRohimatyangditunjuk untuk
menangani.
Rohimat sudah mempelajari berkas-berkas penyidikan dari kepolisian. KepadaALiong ia berterus
terang bahwa banyak lubang-lubangyangmembuat lemah posisiALiong. Sekurang-nya, dari perjanjian,A
Liong tak bisa menye-lesaikan izin-izin, dan bahkan bangunan serta pabrik kertasyangdimaksud tak
pernah ada. Di samping itupengeluaranperusahaanyangbaru tak pernah bisa dilaporkan, bahkan untuk
yangsudah di rencanakan sekalipun. Masalahnya menjadi berbelit, karena Kadin perwakilanTai-wandi
Jakartajuga turut campur. Kelihatannya juga,Chin -partner yangsekarang digugat-mempunyai hubungan
dengan orang-orang da-lam. Terbukti bahwa kini sudah dua kaliChinbisa ditahan luar, dan balik
menggugat secara perdata.
"BesoktahananChinhabis waktunya Pak Jaksa," kataALiong dengan nada dingin.
BerartiChinbisa bebas.
Kecuali, segera disusul dengan penahanan kejaksaan. Itu pastiyangdikehendaki. Hanya saja tuduhan
pasal378,penggelapan, kurang kuat.
"Palingtidak kalauChinbisa di dalamsam-pai izin tinggalnya habis, ia bisa langsung di-deportasi."
"Danbisa kembali lagi."
"Ya, tapi butuh waktu.
Saya bisa bernapas, Pak Jaksa."
"Kamu selalu bisa bernapas."
"Kali ini kami benar-benar dikibuli, Pak Jaksa. Saya punya orang sudah habis-habisan..."
"Jangan cerita soal itu padaku. Aku bukan baru kemarinsoremenangani masalah seperti ini. Aku kan tahu
biayayangkamu keluarkan tetap lebih menguntungkan dibandingkan pem-bagian sahamyangada.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kalau tidak begitu kamu tak akan datangkernari.
Samii pa,tetap sajatiga tujuhlapis."
Rohimat menekankan kalimatnya.Sebutan sani ji-pa atautiga tujuhlapis,adalah istilahyangsekaligus
berarti3-7-8,mengacu pada merekayangtersangkut kasus378.Dengan katalain,Rohimat mau memberi
tekanan bahwa ia tahu betul hal-halyangberkaitan dengan peni-puan maupun penggelapan.
"Tapi aku akan buktikan bahwa aku bekerja secara profesional," Rohimat mengeluarkan rokoknya,
menyalakan, dan membiarkan ter-gantung di bibir selama berbicara.
"Aku akan usahakan lanjutan penahanan. Jadi begitu keluar, langsung bisa ditahan lagi. Kemudian kalau
pasal378tak cukup kuat buk-ti-buktinya kita bisa masuk dalamsoal izintin,--,-gal.Masalah KIMS bisa
menjerat.
"Akan kuhubungi orang di imigrasi."
ALiong mengusapmatanya.
"Itu bagus sekali. Pak Jaksa.
Mungkin malah bisa, untuk mengurus perpanjangan izin tinggal, kita mainkan saja.Chintak mengerti
liku-liku izin di sini. Begitu kita atur dengan orang-orang saya, ketahuan izin per-panjangannya tidak
benar."
"Enambulan?"
"Ya, sekitar itu."
"ALiong bisa mengatur?"
"Bisa, bisa, bisa Pak Jaksa.
Adayangmau. Saya punya orang mau, mes-
kipun keluar ongkos juga. Tak apa." "Baik, kalau begitu.
AsalALiong pahamsaja. Sekarang masalah penanamanmodalsedang menjadi perhatian. Mereka akan
selalu mengaitkan bahwa jangan sampai penanamanmodalasing terganggu. Aku mengumpulkan
bahan-bahan suara dari anggo-ta DPR. Mereka menyoroti masalah ini, juga masalah korupsi. Jadi repot
juga.
Untuk itu aku minta pengertianALiong."
"Saya orang bisa mengerti, Pak Jaksa."
Rohimat mematikan rokoknya.
"Chinpakai pengacara siapa?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
ALiong tak bisa segera menjawab.
"Okelah, itu urusanku. Kalau bisa akan ku-cegat sebelumnya.
Masih ada lagi?"
"Terima kasih, Pak Jaksa.
Saya punya orang akan ke rumah malamini."
Wirawan ikut berdehemkecil.
"Ambil suratnya dulu,Mat.Kasi belumpu-lang, jadi besok sekalian bawa suratnya pagi-pagi untuk
dibawa korpe jaksa ke sana."
Selalu Wirawan mencoba menunjukkan le-bih mengerti, lebih menguasai, dan menunjuk-kan jalan lebih
baik. Bahwa kepala seksi pidana belumpulang bahwa pembantu jaksa bisa me-ngirimkan surat.
"Satu hal lagi kau diuntungkanMat. Yangkerja sama ini bukan atas namaALiong pribadi, tapi atas nama
menantunya.AFung,ehGuna-wan Permana. Jadi bukanALionglagiyangmuncul di sidang, sehingga kecil
kecurigaanyangterjadi. Waktu aku, dua kali,ALiong sen-diri."
ALiong mengangguk-angguk.
Rohimat merasa tertekan lagi. Melesek lagi.
"Sekalian atur dengan Wardoyo,soreini dia datang..."
"Aku tahu apayangkulakukan."
"Sori,Mat.
Aku hanya asal omong. Sori kalau tersing-gung. Maksudku baik."
Tapi Rohimat memang perlu bertemu dengan Wardoyo. Wartawanyangsekaligus menjadi koordinator
wartawanpengadilan-yangsela-ma ini menunjukkan kerja samayangbagus- itu sangat diperlukan. Bukan
untuk kasusyangsedang dikerjakan ini, melainkan kasuslain-
lamengajak makan dan minum-minum, ber-sama dengan sembilan wartawanyang lain.Mereka bicara
akrab, tertawa, saling mence-ritakan lelucon, dan memilih makanan serta minuman termahal.
"Terima kasih atas pemberian komputer," kata seorang wartawanyangtampak masih muda.
"Sudahlah jangan sebut-sebut itu. Nggak enak aku. Disangkanya nanti aku berusaha mempengaruhi
kalian. Padahal peralatan itu kan kalian perlukan.
Kebetulan aku ada rezeki dikit-dikit. Ya kita bagi-bagilah."
"Pokoknya beres," kata Wardoyo bersungut.
Wardoyo menyinggung soal Suprapto Yudhoyangkreditnya dariBankNusa Pertiwi Pratama -anak
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
perusahaan NPN- dan menanyakan apakah Suprapto bisa dikenai Undang-undang Darurat nomor tiga,
pasal mengenai korupsi.
"Kalian jugayangbikin hangat persoalan ini. Aku tahulah Mandala memang pengacarayangbisa bikin
kalian menulis berita panjang lebar. Tapi taktiknya kuno. Selalu ia tekankan bahwa soal Suprapto Yudho
ini masalah perdata. Selalu ditekankan bahwaBankNusa Pertiwi adalahbankswasta nasional, bukanbank
pemerintah.
Kok Suprapto bisa dikenai undang-undang subversif.
Itu kan pertanyaannya?
Ya selalu begitu. Tapi ia tak bisa mengelak. Saudara bisa membayangkan kalau semua kre-dit
dimacetkan dengan cara itu, apa ekonomi negara tak terganggu? ApaBankNusa bisa ce-tak duit sendiri?
Kan asalnya juga dariBank In-donesia.
Tapi, biar saja, itu urusan di pengadilan nanti."
"Habis Bapak tak mau memberikan ko-mentar."
"Bukan tak mau. Aku cuma tak mau kalian mengutip aku. Sebab etis saja. Tapi kan nggak dilarang
kalian mengungkapkan bahwa kredityangdiminta Suprapto Yudho itu proposalnya kacau. Proyekyang
diminta tak pernah ada."
"Tapi kokBankNusa memberikan juga?"
"Lho, itu kan Iogikanya Mandala. Ya kan?
Jadi malah balik menyalahkanbank yangmemberikan kredit? Karena baru jadi nasabah dua minggu
sudah dapat kredit sepuluhm.Iya? Nggak bisa begitu.
Suprapto Yudho sudahlamamenjadi nasabahBankNusa. Selama ini cukup baik namanya. De-nganPT
yangbaru itu memang baru, karena memang baru didirikan.
Kembali ke masalah tadi, kalaubank yangdisalahkan, apa tidak lebih kacau. Semuayanghutang malah
balik menuntut, kan rusak negara kita ini?
Ya kan?"
Pembicaraan berlanjut soal koperasi warta-wan pengadilan, soal loka karya, dan kembali ke soal
Suprapto Yudho.
"Aku tahu, Mandala sudah berkoar hahwa pasal tiga undang-undang darurat tidakpas,terlalu kejamatau
apalah. Tapi memang disitutertulis ancamannya bisa seumur hidup atau20tahun. Semuayangbelajar hukum
juga tahu.
Ya aku bisa menuntut satu hari atau seumur hidup. Kan begitu logikanya. Bukan ditawar lagi, kok berat,
kok tidak mengenal peri kemanusiaan.
Satu halyangsaudara ketahui, aku ini kan menjalankan tugas. Soal tuntutan atau apapun,kan melalui
pengarahan. Aku wajib konsultasi untuk perkara-perkarayangmenarik perhatian masyarakat. Yaaa,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
selama ini terdakwa memiliki reputasiyangbaik, bersikap sosial, dan menjadi pelindung organisasi..."
"Adayangmengaitkan, karena Suprapto Yudho tidak mau bergabung dengan PaguyubanMark,bahkan
terang-terangan menentangnya."
"Aku juga dengar itu.
Karena ia menentang PaguyubanMark yangdikatakan monopoli tidak padatempatnya -so-sialadalah
sikap pribadi, bukan paksaan, sikap sosial berbeda dengan pajak atau pungutan, bukan pula imbalan
jasayangada dasar perhi-tungannya sekian persen- lalu dicari-cari kesa-lahannya. Kebetulan kredityang
dipersoalkan dariBankNusa. Aku tidak menolak ada kemi-ripan, persamaan, atau persinggungan.
Akan tetapi, aku bicara dari fakta.
Faktanya, terdakwa meminta kredit untuk proyekyangtak pernah ada.Danituyangdi-persoalkan. Secara
hukum."
"Menurutyangsaya dengar," tanya warta-wan mudayangmengucapkan terima kasih ka-rena termasuk
yangmendapat bantuan satusetkomputer, "pembayaran kredit berjalan lancar, bahkan akan dilunasi,
tetapi pihakbankmeno-lak, dan memperkarakan ke pengadilan."
Rohimat tersenyumtipis.
"Kalian wartawan ini selalu lebih jeli.
Tapiyangdipersoalkan di sini, laporan danproposalfiktif. Dalampermintaan kredit jelas diajukan untuk
membantu pengusaha menengah dan kecil di Yogya, dan sekitarnya. Tapi nyata-nya tidak begitu.
Perbedaan bungayangme-rupakan kelonggaran dari pihakbankitu dia mainkan. Ini jelas pemalsuan,
penyalahgunaan kepercayaan.
Danaku mau tekankan, masalah ini harus dilihat dari kerangka hukum. Tanpa memper-soalkan siapa
Suprapto Yudho itu.
Namanyayangmencuat ketika membantu para pengasongyangdiadili, atau upayanya membentuk dan
membantu sopir bajaj, hanyalah kamuflase belaka.Danaitu diperoleh daribank.Sebagian kecil untuk
mencari nama, memper-olehimage.Selebihnya untuk kepentingan bisnisyang lain.
Proyek Yogya dan sekitarnya ini jadi contoh konkret.
Kalau memang menyeleweng, kalau me-mang terbukti korupsi ya harus disikat. Pemerintah, dalamhal
ini korps kejaksaan tak akan pandang bulu.
Siapapunbackingnya."
Mereka tambah minuman, dan kemudian menuju ke permainan bilyar. Rohimat membe-rikan sesuatu
kepada Wardoyo, dan ia minta maaf karena harus pulang. Rohimat tidak me-ngatakan akan ditemuiA
Liong, atau hal sepertiitu. Iamengatakan bahwa besok ada rapat di kantor, dan tak bisa ikut lebihlama.
"Ohya mengenai Pak Wirawan, aku tak bisa bicara apa-apa. Memang aku lebih suka kalau Pak
Wirawan sendiriyangmaju menangani ka-sus Hans danJimmy,karena semua juga tahu bagaimana
hubungan Pak Wirawan dengan Ida Menor.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Yaaah, kalian juga tahulah. Sesama rekan kan kita harus saling melindungi. Bukan saling me-mojokkan.
Aku tahu dalamkasus Ida Menor, Pak Wirawan ada kecerobohan.
Terima kasihlah, kalian tidak mempertajam
soal Warno Viktortempohari."
Rohimat menuju taksiyangtelah menunggu, dan menolak diantarkan Wardoyo. "Sebenarnya kalau mau
Wardoyo tahu ba-nyak mengenai Pak Wirawan..."
Wardoyo senyumkecut.
"Jadi dipindahkan?"
"Nggak, dia sempat nangis-nangis di kantor. Inioff the record.Kalian bisa tanya sendiri, lang-sung.
Sebentar lagi kan perisiun, jadi yaaah... faktor kemanusiaanlahyangberbicara.
Kami ini selalu diingatkan masalah kema-nusiaan, masalah nurani. Meskipun ancaman bisa sembilan
tahun untuk pasal365,boleh dikatakan kami tak menuntut secara maksimal. Bahkan perampokan emas
yangmenggegerkan itupunhanya tujuh tahun tuntutannya. Iya kan?
Faktor kemanusiaan, karena kami ini seba-gai penuntut juga dibekali masalah-masalah psikologis.
Mempertimbangkan masa depan ter-dakwa, hari-hariyangakan dialami selama da-lampenjara.
Kecuali kalau keterlaluan.
Itu tidak banyak."
Suara merendah.
Lalu berbisik ke arah Wardoyo.
Wardoyo mengangguk.
Malammulai larut. Jalanan ramai. Rohimat menyandarkan seluruh berat tubuhnya ke jokbelakang. Ia
melanjutkan mengobrol dengan sopir taksi soal setoran, soal ramai atau sepi hari ini, soal banyak
penodongan sopir taksi, soal angka SDSB, dan juga halyangmembuat Ro-himat sedikit gembira karena
dikenali.
"Saya pernah lihat Bapak di televisi, tapi saya tak tahu siapa-siapa..."
"Yangmana?"
"Waktu pengadilan yustisi..."
Saat itu, ia dan Wirawan, bisa memaksa se-orang gelandanganyangkencing di jalan Sutan Syahrir masuk
ke dalampenjara. Walau hanya tiga hari. karena tak bisa membayar denda.
Sialnya. ituyangbanyak diulas di surat ka-bar, dan disiarkan televisi. Sekilas, tapi sopir tak-si ini bisa
mengenali.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Bapak sama dengan Pak Suprapto Yudho ya?"
"Kenapa?"
"Yangmembantu orang kesusahan?" Rohimat menghirup udara dengan nikmat.
Sopir taksi ini mengenali di televisi, tapi tak jelas
dalamkaitan apa, di mana.
latak menjelaskan.
Ia merasa, sedikit terhimpit.Danjelas kurang suka dengan pandangan sopir taksi. Itu sebabnya, ia tak
menambah dariyangtercantumdi argo.
"Terima kasih Pak," kata sopir taksi itu ketika ia turun di depan rumah.
latak menjawab.



19
W

ARROYOWidodo Sarjana Hukum, koordinator wartawan pengadilan, bahagia dan bangga dengan apa
yangdicapainya sekarangini. Iasadar sejak di fakultas ia tak termasuk mahasiswayangmenonjol, kecuali
pernah masuk timsepakbola. Lulussebagai sarjanapundalamhitungan tahunyangcukupan. Apalagi kalau
ditambah dua tahun kemudian ia mengganggur, serta sekali tidak naik kelas se-waktuSNIP,tahun-tahun
yangdilalui semasa memanjakan diri dalamdunia sekolah cukup panjang. Sedemikian panjangnya
sehingga se-telahlulusia tak tahu harus bagaimana. Selama ini, sebelumnya, tahunya hanya berangkat ke
sekolah, pulang sekolah, dan mempertang-gungjawabkan angka-angkayangdiperoleh, tan-pa sanksi
apa-apa.
Keluarganya termasuk kelas menengah.
Tidak terlalu miskin, tetapi juga tidak terlalu kaya. Ibunyayangmencoba mencarikan peker-jaanyang
cocok, lewat kenalan-kenalan. Tapi ia sendiri ogah-ogahan. Baru kemudian, lewat teman semasa SMA
ia diajak melamar ke suatu penerbitan pers. Temannya lebih dulu bekerja sebagai wartawan, dan
menurut pendapatnya pekerjaanyangmenarik juga.
Iamengikuti tes, dan diberitahukan hasilnya. TermasukB,dapat disarankan. Lalu dicoba se-lama tiga
bulan, sebelumakhirnya dikontrak dengan masa kerja enambulan. Karena hasilnya juga tak terlalu
menonjol, diperpanjang enambulan lagi. Tak terlalu sulit kemudian untuk diterima sebagai karyawan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tetap. Baik karena hubungannya selama ini baik dengan semua te-man wartawan, atau karena pilihan
pekerjaanyangmemerlukan orang dengan sedikit penga-laman.
Iaditugaskan di bagian kota. Meliput kegiat-an-kegiatan, memenuhi undangan, dan menca-tat dengan
teliti, merekamserta menuangkan kembali dengan patokan selebaranyangdibe-rikan. Hasilnya dimuat di
halaman dua atau tiga, sesekali juga tak termuat.
Iasadar, kekuatanyangutama ialah tak re-wel. Jika wartawanlainsuka memilih tugas, ia melakukan apa
yangditugaskan. Iaberjalan se-suai dengan rel. Ke mana ditugaskan, kesituia pergi. Bagaimana
pengarahaneditor,begitulah ia menuliskan.
Tahun kedua ia ditugaskan di pengadilan, seperti adayangingat latar belakangnya. Sesuatuyang
menguntungkan juga, karena pengadilan selalu ada sidang. Tak pernah tak ada berita. Be-ritayang
dituliskan mulai rutin mengisi. Soal istri menuntut cerai dari suami, soal pencurian, penodongan,
pemalsuan, danyanglebih penting ia dikenal dan mengenal baik para hakim, para jaksa, para pembela,
terutama karena nama be-sar harian di mana ia bekerja itu makin maju.
latak terlalumendelu -sirik- kalau khu-sus untuk sidang-sidangyangmenarik perhatian masyarakat, bukan
iayangditugaskan. Selalu ada wartawanlain yangdianggap cukupberpres-tasi. Iatakiri. Iatetap membantu
dengan baik, mengenalkan, mencarikanpasmasuk, meminta bahan-bahan untuk tulisan. Dalamlaporan
yangmuncul disuratkabar, inisialnya juga bakal dituliskan.
"Wardoyo bisa bekerja sama," tutur editor-nya setengah memuji.
labahagia. Iabersyukur, setelah enamta-hun, bisa memperoleh kredit mobil, kredit ru-mah dan menikah
serta diberitakan dua kolomdi korannya sendiri.
Kalau temanlainberambisi pergi ke daerah terpencil -makin terpencil makin menggairah-kan- ia tetap
saja dari rumah-kantor-gedungpengadilan. Iatak iri, juga kalau teman-teman-nya bangga bisa menulis
nama lengkap dalamsuatu laporanberseri. Iacukup puas dengan inisial kecil. Cukup, selama tak
membuat kesa-lahan.
Nyatanya tidak membuat kesalahan.
latak rewel soal gaji ataufasilitas. Iatak ter-sisih kalau ada wartawan baruyangmenonjol, meraih
penghargaan, kalau teman seangkatan masuk sudah menjadieditor,atau meneruskan kuliah di luar negeri.
Baik untuk waktu semen-tara maupun cukuplama.
Kalaupun ia ke luar negeri, itu karena keba-ikan hati pimpinannyayangmemberikan jatah dan ia tak perlu
menulis satu laporan secara khu-sus. Mengikuti penerbangan perdana, undangan pabrikyangmembuka
cabang diIndonesia,atau jatah dari kedutaan. Bahasa Inggrisnya tak jelek, tetapi juga tak lancar.
Kalau wartawanyangbermarkas di Setneg suka membanggakan diri karenapalingsering berada dalam
acara kenegaraan dan mengikuti presiden -serta hadiah Lebaranyangmeng-giurkan- ia dengan senang hati
mendengarkan. Kalau wartawan olahragasuka jungkir balik kerjanya dan bisa mondar-mandir ke luar
nege-ri, ia tetap menerima kaos atau suvenirlain.Kalau wartawan budaya suka berbincang-bin-cang lebih
lamasebelummenulisyangempat tiga kolom, ia merasa tak perlu menghindar. Nontonfilmgratiskadang
bersama keluarga-sudah merupakan priviliseyangmembanggakan.
Adalah teman-temanyangmengusulkan dihentuknya kelompok wartawanpengadilanseperti di olah
raga,seperti difilm,seperti di kepolisian, dan di tempatlain.Berdasarkan kesepakatan teman-teman ia
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
terpilih sebagai koordinator.
lamenerima tugas dan penunjukan itu de-ngan senang hati.Editordi tempat kerjanya me-nyalami juga.
"Kamu diangkat karena memang mampu, ataupaling senior,atau karena koran kita?"
"Karena ketiganya."
"Karena kamu hisa menjawab dengan baik pertanyaanyangmenyudutkanmu."
Mungkin saja begitu. Kalaupun nyatanya be-gitu juga takapa-apa. Iasudah menyatu dengan namamedia
di mana ia bekerja, ia sudah meru-pakan keluarga di antara teman-teman, dan peng-adilan tempat
mencari berita.
Adalah teman-temannyayangmengatur per-temuan ini itu, mulai mengadakan loka karya pengenalan
penulisan hukum, dan mengusulkan adanyaformulapenulisan beritayangbaik. Tak lagi digunakan
kata-katayangmenyinggung perasaan: pesakitan, diseret ke depan pengadilan, duduk di kursi terdakwa,
atau sejenis dengan itu. Rumusanagarterhindartrial by pressdisam-paikan sebagai hasil kerja
kelompoknya. Banyakyangmenyukai, memuji, dan mengadakan kerja sama.
Satu-satunyayangpernah mempersoalkan adalah editornya.Yangselalu nampak tegang, sibuk, dan
tergesa.
"War,aku dengar ada suara-suara sumbang mengenai kelompok wartawan pengadilan." Penilaian itu
dijawab sendiri. "Ya, memang di manapunada. Tapi katanya adayangmengurus berita mengenai perlu
tidaknya dimuat, sebera-pa jauh dimuatnya, dan menguntungkan pihak-
pihak tertentu.
"Apakah benar begitu?"
"Saya malah kurang tahu.
Selama ini saya menuliskan sebagaimana persidangan, daneditor yangmengedit,mere-write, atau bahkan
menentukan dimuat atau tidaknya."
"Aku tahu kamu susah terlibat. Kamu terlalu lurus.
Aku hanya ingin mengingatkan jangan sam-pai adayangmenyalahgunakan keberadaan ke-lompok kerja
itu."
"Kalau kantor tidak merestui, atau melihat suatuyangbertentangan dengan kerja, saya lebih suka
mundur."
Tapi teman-teman tetap memilihnya. Untuk masa jabatan kedua. Dengan suara bulat. Pada pertemuan
itu, ia juga mengatakan bahwa terde-ngar suara-suarayangkurang menghargai, ka-rena dianggapmiring.
"Semua saya kembalikan pada saudara-saudara," katanya perlahan. "Citra kita sebagai wartawan,
tergantung kita sendiri.
Saya tak menutup mata bahwa sebagian ter-besar dari rekan-rekan kita masih belumbisa mengandalkan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
penghasilan dari kantornya. Sehingga terpaksa menerima imbalan. Hanya pesan saya, imbauan saya,
harapan saya, jangan sampai hal itu mempengaruhi tugas kita."
lamenyukai kalimatyangdinilai sendiri se-bagai bijak dan tak mengandung risiko. Tapi juga sekaligus malu
hati karena kata-kata itu juga diucapkan kurang lebih sama oleh Pak RT, Pak Lurah saat memberi
sambutan mengenai peng-gusuran tanah di wilayahnya.
latak menutup mata, bahwa hubunganyangbaik dengan para jaksa, para hakim, para pem-bela,
membuatnya hisa bergerak lebih leluasa. Bahkan secara organisatoris bisa lehih diterima, dan dipercaya.
Kalau seorang pengacara meng-undangnya, atau menghubunginya sehagai ko-ordinator, mereka seakan
telah menyelesaikan halyangberhubungan dengan pemberitaan di surat kabar dan majalah.Danselama ini,
teman-temannya bisa mengurus dengan haik. Boleh dikata, tak ada sesuatuyangmenyalahi aturan kecuali
satu dua,yangbiasanya bisa diselesaikan pada berita berikutnya.
"Dalambanyak hal, godaan untuk arah pe-nulisan berita-berita pengadilan sangat hesar," kata editornya
pada suatu rapat redaksi pagi hari. "Karena dalamsetiap berita, opini jelas sangat terasakan.
Keterpihakan kita melaporkan ja-lannya persidangan, turut mempengaruhi. Bah-kan kadang, bagaimana
pakaian terdakwa kita uraikan.
Dengan katalain,sebenarnya kita sudah mengadili. apalagi kalau warna persidangan masuk. Kata-kata
yangsederhana menggam-barkan terdakwa tampak tenang, atau gugup, menangis haru, atau kesal, atau
karena marah, ikut menentukan apayangkita maui.
Apalagi dalamsetiap persidangan, selalu ada pihak-pihakyangbersengketa. Godaan kita ditarik ke pihak
tergugat, ke pihak penggugat sangat besar. Keterpihakan pada jaksa atau ter-dakwa, juga sama.
Bukan hanya kasus-kasus penggelapan, penipuan, warisanyangbisa terbaca tetapipunpara penodong,
pencuri bahkan opini kita, sudut pandang kita mempengaruhi tulisan.
Hanya padayangterakhir ini, tudinganKar-tini tak begitu kuat, dan tak beralasan.
Rekan kita Wardoyo merasakan halini. Iasering meminta pertimbangan saya. Terus terang saya tak tahu
jalan keluamyayangterbaik. Saya menyarankan, tulis saja apayangterjadi di per-sidangan. Kalau sidang
merupakan hari di mana terdakwa menyampaikan pembelaan, liput de-ngan utuh, lengkap. Begitu juga
saat pembacaan dakwaan dan tuntutan. Pada putusan, kita biasa terpaku pada angka-angka, pada tahun
pada bu-lan.
Padahal mestinya bisa kemudian diupayakan komentar dari terdakwa, dan pembela, dari jaksa. Bisa
diikuti bagaimana nasib terdakwa, apakah Iebih hancur atau hancursamasekali. Atau, apa bisa lebih baik.
Saya sudah minta saudara War-doyo menekuni satu kasus. Sehingga bisa terjadi kesinambungan. Tapi
katanya sulit menembus rutan, menembus lembaga pemasyarakatan. Padahal upaya hukumkan masih
adabanding,masih ada kasasi, masih ada grasi. Mestinya kita tidak menyajikanyanglagi hangat saja.
Nggak ada... atau nggak hanyak artinya.
Itu maksud saya dengan jurnalisme peng-adilanyangbisa lebih baik. Sebab kalau tidak begitu, kerangka
beritanya sama. Hari ini, tang-gal sekian, hakimsiapa, jaksa siapa, terdakwa siapa, pasal berapa,
pengadilan mana, semuanya sama. Tinggal mengganti nama orang dan nama tempat. Jadinya berita
kering. Pembaca malas membaca.
Korankita pernah memulai terobosan. Di halaman depan kita muat dua berita pengadilan.Yangsatu
pencuri jemuranyangdijatuhi tujuh bulan. Di sebelahnya orangyangmembantu pe-nyelundupan rotan tiga
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kontainer dan dihukum4bulan sepuluh hari. Kita tak memberi komentar apa-apa. Banyak telepon.
Banyakyangmemuji koran kita berani. Adayangmengatakan bahwa kita sentimen dengan penyelundup
rotan,yangkebetulan punya nama besar. Malah disangkanya secara pribadi saya musuhan.
Ini saya mau jelaskan pada saudara-saudara.
Saya bukan mau membela rekan Wardoyo.lacukup ulet, cukup rajin, dipercaya jadi koordi-nator oleh
teman-temannya. Kalau orangnya nggak baik, tak bisa membagi dengan adil, susah dipilih.
Juga bukan menggeser rekan Wardoyo, kalau saya ingin menambah barisan wartawan kita di sana. Saya
akan minta rekan..."
Sampai dengan kalimat-kalimat terakhir, Wardoyo ingat persis titik dan komanya. Selain direkam,
ingatannya cukup tajam. Sehingga ke-pada sesama wartawan ia menjelaskan posisi wartawan
pengadilan, persis sepertiyangdika-takan editornya. Hanya di sana-sini, tentu saja memakai gaya
bahasanya sendiri.
Yangsedikit membuatnya jengah dalamper-temuan pagi -pertemuanyangbiasanya khu-sus untukeditor
dan beberapa wartawan senior-itu adalah kalimat pengunci editornya.
"Wardoyo baik, kita semua yakin.
Tapi kalau kebaikannya ini menjadikan war-tawanlainberbuat tidak baik, dan ia membiarkan saja,
apakah itu masih bisa dikatakan baik? Atau malah lebih berbahaya?
Ini tambahan. Jangan diambil hati."
Akan tetapi, justru itulahyangmembuat War-doyo tak bisa tidur. Untuk pertama kalinya ia tak bisa tidur
karena tugas. Karena apayangdi-katakan editornya mengena dalamhatinya, dan ia tahu persis kalimat
tuduhan itu ada buktinya!
Tumbuh keraguan akan sikapnya selama ini. Apakah ia cukup baik sebagai wartawan? Perta-nyaan ini
dengan mudah dijawab iya atau tidak. Tergantung dari sudut pandang mana dan situasiyangbagaimana.
Keraguanyangmenghantui-nya adalah: apakah wartawan harus tetap baik di tengah situasiyangkadang
bisa hitam, kadang bisa putih, dan lebih sering abu-abu? Ia tak tahu harus menjawab dengan sikap
bagaimana. Iaper-nah menanyakan kepada editornya.
"Kita pernah memuat ucapan seorang men-teri,yangmengatakan bahwa ia tak mungkin memecat
pegawainyayangbekerja asal-asalan atau malas, atau bahkan melakukan pelanggaran kecil-kecilan.
Karena hal itu akan menjadi perke-cualian. Dia bilang akan melakukan jika depar-temenlainjuga
melakukan."
"Apakah sikap ini relevan?"
Editornya memandang bangga.
"Akuyangmenulis berita ituWar,ketika aku masih di lapangan. Mungkin kamu sedang di-plonco.
Waktu itu aku.reporter yangandal. Aku tak puas menulis seperti kamu,War.Aku membuat laporan'Pagi
Hari di Suatu Departemen.' Aku tongkrongi mulai pukul setengah delapan sampai siang. Apayang
dilakukan pegawai. Semua aku catat, aku laporkan. Berhasil menarik perhatian sehingga pada suatu
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kesempatan, aku sempat menanyakan kepada Pak Menteri.Danjawab-annya begitu ajaib, berani.
Tapi kondisinya sekaranglain. Korankita dibaca lebih banyak orang, disorot lebih banyak dan lebih
tajam, sehingga kita harus lebih hati-hati.
Baik. sekarang kucoba menjawab perta-nyaanmu.
Apakah sikap itu relevan?
Aku tak pernah mau pusing. Aku hanya mempersoalkan duniaku, dunia kepenulisan ini. Soal di
departemen itu aku lupakan setelah aku tuliskan.
Di sini jelas, pimpinan akan menindak kita, kalau kita ketahuan melakukan penyeleweng-an.Dantentu
saja terbukti. Aku tak mau tahu di penerbitanlain."
"Bagaimana penilaianmu tentang diri saya?" "Jawabannya antara iya dan tidak.
Dasar hubungan penilaian hanyalah masalah kepercayaan.Danselama kamu tidak ditegur, kukira baik."
"Kamu percaya,seratus persen di bagianlainsama baiknya?"
"Tentu. Tentu aku tak pernah mau percaya seratus persen. Delapan puluh persen saja su-dah baik. Aku
tahu rasa iri di departemen ter-tentu, dibandingkanyangditugaskan di depar-temen tertentu, di bagian
kota, ekonomi, olah-raga, budaya, politik... ada untung dan lebihnya.
Kebetulan karena aku membawahi kota, kri-minal dan pengadilan, aku mencoba menerapkan cara kerja
yangbisa kupertanggungjawabkan. Tapi sejauh mana bisaWar?Kalianyangdi la-panganyangIebih
menentukan.
Pers kita dibangun dari dasar pemikiran,for-mula yanghebat. Tapi nasibnya juga ditentukanyangada di
lapangan. Tanpa pemikiran danfor-mula yangkuat, kita jadi pamflet. Tanpa koman-do lapanganyang
terawasi, ya omong kosong.
Aku sekarang ini sebenarnya sedang omong kosong saja.
Kadang aku sudah patah arang. Sudah bosan dengan duniayangserba meragukan ini..."
Wardoyo Widodo seperti menemukan ke-pastian. Dalamsuasanayangserba ragu, ia bisa bertindak.Dan
itulahyangdilakukan. Menjadi koordinatoryangbersemangat. Iatak membi-arkan teman-temannya
berjalansendiri. Iaikut menentukan berapa. Melihat dari kasusyangdihadapi, bukan sekadar berapa
kolomherita itu akandimuat. Iatak mau jual murah kepada jaksa, kepada pembela, atau juga kepada
terdakwa. Iatak bisa hanya diajak makan, ditraktirmaince-wek, minumdan cukup dengan imbalan
amplop untuk transpor.
Kehidupannya berbalik.
Justru karena ia memasang tarif, ia menda-pat hargayangIebih. Justru karena hargayanglebih, ia disegani.
Justru karena itu ia jadi Iebih giat menulis, lebih panjang, dan memilih mana beritayangperlu
dikembangkan dan tidak. Se-iring dengan itu, ia mulai memiliki deposito, menambah, mengubah, dan
sebagian ditarik untuk dijadikanmodalusaha. Sebagian dibelikan tanah, dan usaha taksi gelap.Agartak
terlalu menyolok.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Amplop berisi dua puluhlimaribu rupiah atau dua puluhlimajuta mempunyai akibatyangsama. Bisa diskors
atau dipecat dan semua o-rang bakal tahu. Dengan angka besar, dirinya Iebih terjamin.
Dengan bekal itulah Wardoyo Widodo me-mantapkan dirinya. Hasilnya seperti gemayangberpendar.
Makin diakui, makin diperhitungkan.
Bahkan kemudian ia bisa bergerak Iebih ja-uh. Kadang menghubungi jaksa, menghubungi hakim,
mengakuiyangterkena perkara masih hubungan saudara, dengan pemberianyangbisaditekan. Iajuga
mengerti bagaimana perkara-perkara tertentu bisa menguap di pengadilan tinggi saatbanding,atau
mengetahui susunan hakim. Semua membuatnya makin kukuh. Untuk kasus tertentu ia bisa tembak
langsung.
lamenemuiALiong. Menemui Gunawan Permana. Sekaligus menyikatChin.Ia bisa me-nemui Suprapto
Yudho dan kemudian meng-usulkanagartokoh ini bisa diprofilkan secara lengkap. Ia tak perlu turun
tangan sendiri karena sudah ada wartawanyanglebihprofesional. Iacukup mengatur dan menikmati
hasilnya. Sebe-lumbahan itu turun, Wardoyo menemui direkturBankNusa.
Memperoleh dari dua orangyangberseng-keta selalu menghasilkan lebih banyak daripa-da salah seorang
saja.
Dengan data-datayangdimiliki di perpus-takaan dan bagian dokumentasi kantornyayangtergolong
lengkap, ketika mengendus kasusJimmydan Hans, ia bisa ungkap siapa JabrikaliasJoko Paing. Lengkap
dengan potretnya.
Ia tak segan bertindak sendiri dan meng ajukan pertanyaan.
"Bapak berani bayar berapa?"
Adayangtidak percaya ia mengatakan itu. Adayanglangsung menyebutkan sejumlah ang-ka. Adayang
perlu tawar-menawar. Adayanglebih suka mundur dan minta maaf.
Gairah kerjanyameninggi. Iabisa pesiar ke luar negeri bersama anak dan istri dan kepona-kannya selama
dua minggu. Disusul keliling lagi -hanya dengan satu tujuan. Berbelanja, berse-nang-senang, memuaskan
diri.
Temanyangdulu mengajak masuk masih begitu-begitu saja. Editornya tetap tak banyakberubah. Iatak
perlu terlalu menahan diri. Bah-kan secaralebihterbuka ia mengatakan,
"Kalau seseorang datang memberikan tiket danhotelsebagai tanda terima kasih, bagaimana kita
menolak? Itu pemberianyangiklas, dan kita telah membantu cukup keras selama ini.
Pekerjaan kita mengkomunikasikan berbagai kepentingan."
Sewaktu editornya kumat levernya, ia me-ngunjungi dan menanyakan apakah mau pindah dari kelas
dua.
"PerusahaanmuyangmenanggungWar?"
"Bukan saya. Ada teman.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Selama ini saya belumsakit, jadi belumper-nah menggunakan fasilitasyangdiberikan."
"Kudengar dari pimpinan, kamu sudah bisa dagangSIUPP."
Wardoyo mengangguk. Tidak kikuk.
"Tak adayangtak bisa didengar.
Asyik punya. SIUPP terbatas jumlahnya. Tak bakalan tambah. Tak ada harga resmi, seperti an-caman
dalampasal hukuman penjara. Bisa se-hari, bisa seumur hidup. Banyak liku-liku per-izinannya.
Kebetulan saya bisa saling menghu-bungkan. Kebetulan setelah sekali kenal, merekayangmenjadi pejabat
lebih mudah memper-cayai."
"Jangan-jangan kamuyangsakitWar.""Mungkin saja.
Tapi sakitku tak perlu dirawat."
"Kalimatmu selalu cerdik."
Di kantornya ia menolak diangkat sebagaieditor.Karena akan membuatnya mengundang tanda tanya
kalau terus-menerus terjun ke la-pangan. Beberapa rekan sekantor mengang-gapnyaseniordan berpihak
padanya ketika ia mempersoalkan sahamkaryawanyangdua pu-luhpersen. Iamempelopori untuk
mendirikan semacamyayasan koperasi.
Sejak awal mendirikan koperasi karyawan, ia sadar bahwa apayangakan dihasilkan berbeda dariyang
diperjuangkan. Tetapi tetap enak dan menyenangkan.
Pimpinannya lebih memperhatikan, dengan pemberianbonustahunanyangmeningkat. Se-baliknya
teman-teman tetap mengakuinya seba-gai orangyangmemperjuangkan nasib dengan risiko tinggi.
Koperasi berdiri meskipun tetap hanya pada usaha simpan pinjamdengan pro-seduryangmembuat tebal
muka.
Semua berjalan seiring. Posisinya makin ku-at, lawan atau kawan makin menghargai.
Semakin kuat berarti semakin benar.
Sesungguhnyalah, di atas semuayangterli-hat, Wardoyo Widodo sangat bahagia, sehingga bisa menerima
perubahan ini dengan nyaman, tentramdan tak terusik hatinya seperti dulu ketika tak bisa tidur.
Rasionalisasi pikirannya selalu bisapasmewadahi pertanyaanyangber-golak.
Misalnya, adalah wajar kalau ia menentukan imbalan tertentu. Karena korannya tak adayang gratis.
Mulai dari tinta, kertas, mesin cetak, semua dibeli dan kadang harus diimpor, dengan biaya tidak sedikit.
Menjadikan koran herwi-bawa,lainlagi tuntutannya. Juga mendidik se-orang wartawan. Apalagi dalam
kasus-kasusnya, adayangdimenangkan.
Misalnya, adalah wajar kalau pihakyangber-sengketa mendapatkankeuntungan lebihkare-na herani
memberi lebih.
Misalnya, tak adayangbebas dari biaya un-tuk pelayananyangIebih baik.
"Dalambudaya masyarakat kita," katanya menggantikan editornyayangsakit dalamsuatu rapat pagi, "...
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ini artinya perlu ada pengor-banan.
Dalamsoal berita kita tak mengandaikan sistemjual beli. Jauh dari itu."
Rasionalisasinya berkata: bahwa memang tak ada jual beli, karena tak ada hargayangpasti, tak ada
pajak, dan lebih bersandar pada keke-rabatan serta tolong-menolong.
Sejalan dengan karirnya, ia mulai masuk se-bagai pengurus Persatuan WartawanIndonesia,cabang
Jakarta,dan kemudian di Pusat. Meski-pun bukan jabatan teras, tetapi dari posisinya memudahkan sekali
untuk berhubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Memungkinkan mun-cul dalamberbagai
pertemuan, berjabatan ta-ngan, saling bertukar sapa, sewaktu-waktu de-ngan mudah menghubungi.
Semua dengan rasionalisasiyangmenen-tramkan. Iaperlu sopir pribadi, karena mulaitua. Iaperlu rumah
istirahat di gunung dan di pantai, karena sekarang lebih mudah terserangstress. Iaberfoya karena ingin
memanjakan tubuh dan pikiranyangtelah diperas sekianlama.
Seiring dengan itu, kegiatan malammulai mengisi hari-harinya. Tapi ia tahu di mana harus meletakkan
kakidengan betul, sehingga lang-kahnya makinmantap. Iatak mausembarangan. Ialebih suka memilih
dengan teliti siapayangbakal dikencani.
Tadinya terpikir untuk masuk ke dalamke-hidupan NyonyaMarkHababe. Dengan perhi-tunganlabisa
berbicara, melihat peluang bahwa selama ini belumdikaruniai anak, dan sebablain.Akan tetapi, ia mundur
teratur dengan sendiri-nya, karena sorot matayangmenikamtajambagai pisau silet.
Itu tak mengubah sasaran utama.
"Affairdengan pemhantu rumah tangga atau pemilik NPN, sama akibatnya. Dosa kita tang-gung
kemudian, diributkan sekarang. Kenapa harus berkorban diri dengan pembantu rumah tangga?"
Istrinya bahagia. Juga dua putrinya. Juga ibu-nya.
Ibunya masih sering membuat acara syu-kuran, masih puasa Senin dan Kamis mendoa-kan keselamatan
anaknya.
Pada intinya mereka memang bahagia. Da-lamartian penuh, dan dalamartian jalan menuju puncak
berada di depan mata.
Wardoyo Widodo seakan menandai per-ubahan hidupnya dengan sebutan Bapak Wido-do,terutama
jika muncul dalampertemuan res-mi, atau saat-saat diwawancarai.
latetap bangga dan menceritakan sesuai de-ngan kenyataan, bahwa sesungguhnya ia tak pernah ingkar
dengan profesinya dalamartian sebenarnya. Menjadi wartawan, berada di la-panganyangberembun dan
bergadang.
Namun serentak dengan itu pula, telinganya mendengar suara-suara sumbang. Mulai mera-gukan
integritasnya, dan beberapa orang bahkan terang-terangan menuduhnya sebagai bagian dari mafia
peradilan.Yangselalu membuatnya kesal dari bisik-bisik seperti ini adalah orang lebih cepat percaya,
diamtak menanyakan lang-sung, dan membenarkan.
Karena pimpinannya di tempat bekerja per-
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
nah memanggil secara khusus dan mempe-ringatkan. Kemudian, seperti biasanya,yang lebih terbuka
mempersoalkan adalah editornya.
"Dengan apa saya memanggil kamu seka-rang.War?Atau Pak Widodo?
Aku dengar kamu dicalonkan jadi anggota BadanSensor Film,bahkan anggota DPR. Ja-hatan itu bisa
dan tak terlalu berlebihan untukmu.
Namun kamu juga tak menutup diri bahwa suaralainjuga makin nyaring. Mempersoalkan keterlibatanmu
dalammenulis dan menye-lesaikan perkara."
"Selama tak ada bukti-bukti jelas, itu fitnah."
"Selalu dalamhal begini bukti jelas hitamatas putih kan sulit dikemukakan terbuka. Aku hanya ingatkan
kamuyangsudah memupuk karir ini. Tumpuan kamu, ya koran tempat kita bekerjami.Sekali kamu lepas
dari sini, pijakanyanglainnya akan ikut runtuh dengan sendirinya."
"Apakah suara itu bukan karena iri?"
"Aku tak pasti.
Ada benarnya, karena persaingan bisnis pers sekarang makin kotor dan tak terbayangkan bisa terjadi
tiga tahunyanglalu. Barangkali dalamsituasi dan kondisi sekarang ini dituntut lebih bersih lagi. Apakah
kamu berani menjamin ituWar?"
Ia tak menjawab secara tegas. Dalamhati, ketegasan itu ada. Kalaupun ia dipecat, ia tak rugi-rugi amat.
Ia bisa tetap hidup, dari apayangsudah diperoleh. Ia dapat pesangon.Dan yangIebih istimewa dari itu
semua adalah ia akan menemukan tempat penampungan baru. Tak mungkin tidak.
Karena orang seperti dirinya ini banyakyangmembutuhkan, hanyakyangmempunyai ke-pentinganyang
sama. Untuk satu hal itu ia yakin benar. Mantap.
Itu sebabnya, ia tak khawatir sedikitpun.


20
S


EPERTIyangdiinginkan,Jimmypin-dah ke blok0, sedangkanHans ke blokA.Dua petugas menanyakan
kembali kepadaJimmy,dan Hans juga mengatakan halyangsa-ma."Kalau kamu bisa tahan dua hari di
sana," kata Hans dengan nada mengancamtapi seka-ligus juga prihatin, "Aku akan menggendong-mu."
Jimmytak menjawab.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Jim,kamu tak perlu sok pahlawan. Tak per-lu sok merakyat. Kamu dilahirkan berbeda, dan itulah
satu-satunya realitasyangtak bisa kamu tolak, tak bisa kamu pilih.
Kalaupun maumu membunuh diri perlahan-lahan, itu carayangterburuk dan menyiksa diri."
Jimmymendengarkan, tapi tak menjawab.
"Pintu selalu terbuka,Jim.
Setiap saat ingin pindah kamu bisa menga-takan. Meskipun katanya di BlokAdanBsulit untuk masuk
karena selalu penuh, namamu bisa diperhatikan, untuk tidak mengatakan dika-sihani."
Jimmypindah ke blok0, yangdindingnya menyatu dengan blokN.Segera ia mengenali, bahwayangberada
di blok itu,53orang, pernah sekali atau dua atau tiga atau empat kali membu-nuh. Bersama dengannya
berarti ada54orang dari wilayah Barat, Utara, Pusat dalamparuh tahun terakhir menghabisi nyawa orang
lain.Hampir semua penghuni memandang ke arah-nya, seperti setiap kali terjadi pada penghuni baru.
Mereka tak perlu bertanya, karena pasalnya ditulis di pintu masuk, beserta nama lengkap dan namaalias
serta tanggal masuk ke dalamrutan.Jimmymenempati kamar nomor tiga. Baru ke-mudian ia tahu, bahwa
itu termasuk kamaryangistimewa. Sekurangnya, sangat istimewa diban-dingkan kamarlain.Karena kamar
nomor satu dan nomor dua, seperti biasanya, diisi olehvoor-man, pemuka blok, yaitu penghuniyang
ditunjuk sebagai penanggung jawab keamanan dan ketertiban, serta kamar nomor dua diisi peme-gang
kunci, atau sekretaris atau juru tulis. Di kamar tiga,Jimmyditempatkan bersama seorangyangkelihatan
masih anak-anak. Usia belumgenap sembilan belas tahun. Nama resmi dan nama panggilannya Ujang.
Anaknya hitam, manis, ramah, dan ia mengakukorpe.Jimmymulai tahu bahwa korpe artinya kira-kira
korp pembantu,yangakan menjaga kebersihan. Baik mengepel, mencuci, atau disuruh-suruh.
"Tadinya ini kamar siapa, Jang?"
"Tuuuhyangpindah ke kamar ujung," kata Ujangyangwajahnya selalu mengesankan se-nyum.
Biar bagaimanapun,Jimmymasih merasadi-istimewakan. Iatak ditempatkan di ujung bagi-an belakang.
Tapi dekat dengan pemuka. Bahkan sudah disiapkan seseorangyangakan mem-bantunya. Di kamar
ujung adayanghertiga, ada pulayangberlima.Jimmyjugabarnmengerti bahwa peraturannya dalamsatu
kamar penghu-ninya harus ganjil. Kalau hanya berdua dan berantemsampai mati, siapayangdijadikan
sak-si? Itu pula sebabnya, di depan kamarnya adalabelnama orang ketiga, meskipun tempatnya di ujung
belakang.
Perkenalan singkat dengan Ujang, memhe-rikan penjelasan tersendiri. UjanghinUjangbinUjang, usia
sebenarnya17tahun, terlibat dalamperkelahian. Iamembela kawannyayangdikom-passeorang preman,
dan Ujang maju. Dalamperkelahian keroyokan, Ujang baru tahu bahwa lawannyameninggal. Iasudah
disidangkan, dan dijatuhi hukuman6tahun.
"Enamtahun?"
"Iya Pak."
"Lama..."
"Dulu hanya tiga."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
AlisJimmyberkerut. Bibirnyayangkini sering tergerak karena berbicara menjadi kaku mendengar
jawaban Ujang. Bahwa sebelumini, tahun lalu Ujang baru keluar dari TangerangLama, yanghiasanya
khusus untuk napi usia di bawah23tahun. Waktu itu ia terlibat dalamper-kelahian, keroyokan
ramai-ramai. Ada korban-nya. Ujang ikut ditangkap bersamalimaorangyanglainnya. Ujang sendiri tak
tahu siapa lawan, dan bagaimana matinya lawannya. Siapa persis-nyayangmenusuk dan menginjak-injak.
Iamengaku ikut memukul.
Danterpukul.
Jimmymula-mulanya sangat kikuk. Kamar-nya tak cukup luas. Kalau kedua tangannya direntangkan,
pasti tertekuk oleh dinding di kiri dan kanan. Sedang panjang kamar cukup untuk berbaring, dengankaki
sedikit berjarak dari pin-tu.
Sungguh tidak nyaman jika pintu itu ditu-tup. Terutama karena panas, terutama karena ada oranglain
dalamkamar sesempit itu. Apalagi Ujang tak berani menyentuh barang-barangyangdibawa. Ujang tidur
di atas selembar tikar, dan mempergunakan tumpukan koran sebagaibantal. Iaselalu bercelana pendek
-celana kutung, karena tadinya berasal dari celana panjangyangdipotong paksa, tidak memakai baju.
Ada satu kaosyangtidak dikenakan, juga waktu malam.
BagiJimmy,Ujang adalah oranglain yangsebelumnya tak dikenal,yangmerasuki kehi-dupannya. Ujang tak
merasa perlu mengha-biskan waktu dengan membaca, atau mengisi teka-teki silang, atau merokok, atau
melakukansesuatu. Iahisa berdiamdiri saja, hanya berke-dip-kedip, dan wajahnya selalu tersenyum.
"Kalau Bapak mau, saya akan cuci pakaian Bapak."
Ujang mencuci dengan sabun colek dalamplastikyangbisa dibeli di dalam. Juga mengepel kamar,
meletakkanpastadalamsikat gigi kalauJimmymau mandi. Bisa membuatkan mirebusdengan carayang
istimewa. Dengan cara sem-bunyi-sembunyi Ujang bisa mendapatkanopec atau minyak tanah. Dengan
komporyangdibuat dari bekas kaleng susu, dengan sumbu kompor celanajeans yangdisobek, Ujang bisa
menyeduh kopi, membuat mirehus,mirehusdengan telor, mirebustanpa telor, telorrebus,mirebusdengan
telor dicampur, mirebusdengan telor dadar, telorrebussetengah matang.Yangistimewa selain cara
masaknya, Ujang bisa menyimpanopec di antara tumpukan batu, demikian juga kom-pornya bisa
disembunyikan di tembok belakangyangberlubang. Ini perlu dilakukan karena per-aturan di dalamrutan
tidak mengizinkan itu. Penghuniyangkena razia akan diperiksa, dan sedikitnya seminggu akan menghuni
sel. Artinya selama satu minggu tidak bisa meninggalkan ruangan, kecuali mandi dan buangairbesar.
Bahkan adayangharus buangairbesar di da-lamkamar, pada selembar koran. Besukan tak diizinkan
keluar.
Selama seminggu berikutnyaJimmysudah berkenalan dan akrab dengan suasana. Kalau pagi, ikut senam
pagi ramai-ramai, mengikuti kaset. Lalu datang cadongan, nasiyangcukup banyak dan bau beras,airputih
mungkin sete-ngah mendidih, serta lauknya tempe seiris. Siang dansorehisaselang-selingikan asin.
Selang-seling antara kepala, badan, atau ekor, semuanya dibalut telor tepungyangcukup tebal. Seminggu
sekali ada selingan telor ayamatau itik, juga daging, serta tambahan buah pisang.
"Udah nikmati saja. Masih enak kita bisa merasakan.Yangkita bunuh sudah dimakan ca-cing."
Kenikmatanyangselama ini tak dirasakan olehJimmydi manapun.Kadang Ujang mem-belikan lauklain
yangada di kantin, lalu makan sama-sama. Minumsama-sama, karenaJimmymulai menyukai kopiyang
sudah dicampur gula, berada dalamplastik kecil,yangcukup untuksetembakan, sekali pakai.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kamar tigapunsudah berhias sekarang. Ada kasa nyamukyangditempel dengan sabun colek sebagai
perekat, pinggirnya diberi lis dari kertas koran. Sepotong kawat dijadikan kawat jemuran di dalam, di
samping tambahan paku. Lampu bohlamnya sudah diganti sehingga lebih terang, dan Ujangyang
sesungguhnya kuat merokok biasa membagikan puntung keesokan harinya kepada teman-temannya.
Jimmysenang juga bisa mandi bersama-sama, telanjang semua, dan ternyata tak adayangmemedulikan
dia. Berbeda ketika ia masih man-di dengan celana pendek, hampir semua mata memandang ke arahnya
dengan aneh.
Suasanayang lainialah peringatan lewat pengeras suara bahwa hari telahsore,penghuniagarmandi, karena
tepat pukul tujuh belas lewat tiga puluh semua pintu akan dikunci, dilarang meloncati pagar tanaman dan
kalau ketahuan ada sanksinya, dan tambahan selamat istirahat dan mengingatkan perlu kerja sama antara
petugas dan penghuni.
Pada hari-hari besukan, yaitu hari Selasa, Kamis dan Minggu, mereka bergerombol me-nunggu namanya
disebut, dan menerima seca-rik kertas panggilan, dan berlari terhirit-birit ke depan, ke tempat besukan.
"Marion binKatam,yangmengunjungi istrinya.MatCondetyangmengunjungi Kastam. Peang Luhadiyang
mengunjungi Sobari. Guna-wanyangmengunjungi Salim..."
Mereka saling dengar dan mempercakapkan jika adayangdikenali namanya disebutkan.
"UjangbinUjangbinUjangyangmengun-jungi... tak kunjung-kunjung..." ledek temannya.
Wajah Ujang tetap mengesankansenyum. Iamengaku bahwa selama ini menjadi anak hi-lang. Artinya tak
adayangmengunjungi. Ayah-nya punya dua istri dengan sembilan anak, selalu sibuk denganpekerjaan. IN
kandung dan ibu tirinya-yangterpisah hanya beberapa ratus meter-juga sama. Adik dan kakaknya, tak
keta-huan di mana sedang mengurusi apa.
Mereka saling dengar dan mempercakapkan jika adayangdikenali namanya disebutkan.
Selama enamtahun nanti, Ujang juga tak ber-harap adayangmembesuk. Tak berharap sese-orang
tiba-tiba muncul dan membawakan roti, rokok, makanan, berita atauuang. Iabenar-be-nar hidup dari
cadongan, dari kebisaannya ber-gaul. Pasti sebagian ditunjang darimodelse-nyumnya. Tak banyakyang
mengenalnya selain suka disuruh ini-itu, dan kalau lagi mau ia me-nyanyi lagu daerah, yaitu lagu daerah
Madura, juga Banten -dua ibunya dari Banten.
Ialapar dan makannya banyak sekali, tetapi bisa menahan diri. Kalau tak disodori dan dibe-rikan sampai
dua tiga kali, tetap saja menahan diri.
"Saya dulu nambalbandi pinggir jalan," kata Ujang menerangkan sepotong, setiap kali di-tanya. Masa
lalunya, seperti masa depannya, tak pernah menjadi istimewa.
Ada juga temanyangiri karena Ujang seka-rang sering makan miyangdigunakan sebagai lauk, dan
merokok tak putus-putus, tetapi secara terang-terangan tak berani menunjukkan itu.
Baru kemudianJimmytahu sebabnya.
Mekong, yangbadannya gede dan bertato ular-singa serta tulisan bahasa Inggrisyangmen-cong itu
meminta api dari rokoknya. MenurutMekongrokoknya sudah pendek sekali, sudah habis, makanya
dibuang. Menurut Ujang masih panjang. Pertengkaran mulut hanya dua atau ti-ga kalimat, ketika
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tahu-tahuMekongjatuh menggelepar. Hidung, bibir, dan alis matanya berdarah. Menurut cerita, Ujang
memukul danMekongjuga memukul. Keduanya dibawa kekamp satu untuk diperiksa. Ketika kembali
seluruh punggungMekongmaupun Ujang pe-nuh dengan bekas sabetan gulungan kabel. Me-reka
dimasukkan ke dalamblokN,dengan dua kunci pintu.
Jimmyagak sedih. Sedih karena ia tak bisa menolong apa-apa, karena siapapun yangmengirimmakanan
atau pakaian, bisa-hisa juga masuk ke dalamsel. Soal pakaian, Ujang me-mang hanya memiliki dua atau
tiga kaos dan satu celana. Tak pernah jelas berapayangdimiliki, karena mereka saling berganti pakaian.
Terma-sukjuga denganMekong.
"Sudah biar saja. Korpelainmasih banyak."
Kalimat Pemuka Blok itu ada benarnya. Bah-kansudahadayanglangsung menggantikan. NamunJimmy
sulit membayangkan Ujang harus berada sendirian di sel, hanya dengan celana pendek tanpa haju, tanpa
tikar, tanpa selimut, tanpa sabun, tanpa sikat gigi, tanpa makanan selain jatah cadongan.Jimmymeminta
izinpas-teblok,petugasyangmembawahi blok, jugadanling, komandan lingkunganyangmemba-wahi
beberapa blok sekaligus, untuk menjenguk.
"Sudah biar saja. Tak apa mereka itu."
TapiJimmymenjenguk blokN, yangpernah ditempati. Dua kunci dibukakan khusus, dan ia merasa
melakukan sesuatuyangberani dengan memhawa roti, membawa rokok, dan menyerah-kan kaosyang
tebal.
"Terima kasih Bapak..." Ujang menangis.
"... saya tidak mau Bapak celaka kalau ke-mari."
Jimmybertanya kiri kanan, berapalamaUjang harus berada di dalamsel. Jawabannya hisa seminggu, bisa
dua minggu, bisa lebihlamalagi. Kecuali kalaudiurus.Jimmymengatakan kesediaannya mengurus hanya
saja tak mengerti bagaimana caranya.
Ternyata Modek sudah mengurus. Lelaki kurus, kecilyangberasal dari Makassar -ter-lihat dari tato
punggungnya,yangbiasa dipanggil Daeng- itu hanya perlu mengeluarkan satu atau dua kalimat saja.
Modek boleh dianggappaling lamadi blok itu, dan cukup mengenal dan di-kenal baik oleh hampir semua
petugas.
Jimmymakin terheran-heran ketika menge-tahui hahwa Modekyangkecil ini pernah me-ngalami siksaan
dan penderitaanyangtak bisa dibayangkan siapapun.Kasusnya melibatkan banyak orang dalamsuatu
sergapan dan perke-lahian. Di antaranya ada anggota polisiyangtewas.DanModek menjadi tersangka
utama, ditahan di tempat polisi itu bertugas.Jimmybisa memhayangkan penderitaan dan lolongan pan-jang
yangdialami Modek. Mulai dari bulu jem-butnya terbakar oleh sundutan rokok, pukulan dan injakan dan
tempelengan dan sabetan dan pukulan karena dendamyangperlu dilam-piaskan. Bagaimana sesama polisi
tidak ingin membalas dendamkalau korbannya adalah rekan sekerja.
Sejak itu ia merasa dekat dengan Modek. Ka-rena kasusnya juga sama sekarang ini. Melibat-kan
anggota. Menurut penuturan Ujang, sehe-narnya Modek dalamkeadaanterdesak. Iasu-dah kena tembak
kakinya, ketika menyabetkanbadiknya. Iakena tembak kedua, sebelumber-kali-kali menyilangkan
badiknya untuk merobek isi perut polisiyangsaat itu berpakaian preman.
Ujang keluar dari sel, tapi tak boleh menem-pati kamar tiga.Jimmytak mau herheda penda-pat dengan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Pemuka Blokyangmemerintahkan begitu. Juga tak holeh mencuci, mengepel kamarJimmy.
Hal-halyangdemikian, peraturan-peraturan dalamblokyangtak tertulis memhuatJimmymerasa
menemukan hal-halyangbaru. Me-nemukan wajah-wajah, menemukan biografiyangkelewat aneh dan tak
pernah ditemui sepanjang hidupnya. Biografiyangkelewat ka-ya. Teman sekamarnyayangsekarang, Husni
juga membunuh, dan korhannya seorang anak gadis. Husni sedang menodongkan golok tumpul ketika
korbannya di bajaj meloncat kaget tak mengira. Goloknya bergerak otomatis, dan ga-dis itu meninggal di
tempat.
"Kalau membunuh istri sendiri suka dida-tangi. Kalau saya tidak," kata Husniyangbaru sekali ini masuk
soal pembunuhan. Tujuh kali sebelumnya masuk sebagai penghuni dengan pasal penodongan semua.
Baru kemudianJimmytahu bahwa sejak ia berkenalan dan agak dekat dengan Modek, diri-nya menjadi
istimewa. Boleh dikatakan semua penghuni segan sama Modek, dan dengan sen-dirinya tak adayang
berani menganggunya. Penghunilain,terutama parabrengos dari bloklain yangbiasananduk kiri kanan,
menjadi segan. Bahkan petugaspunbisa diajak bicara oleh Modek.
Padahal Modek -seperti ketika mengurus keluarnya Ujang- tak pernah mengatakan satu patah katapun
mengenai hal itu. Tak pernah mengisyaratkan. MakanyaJimmybaru tahu be-lakangan, bahwa anak-anak
Samak -sebutan orangyangberasal dari Makassar- sangat hor-mat kepadanya. Termasukyangbiasa
malang melintang di wilayah Utara. Nama besar Modek terasakan betul getarannya, walauyang
bersang-kutan sedikit sekali bicara, pembawaannya kalem.
Modekpunmengalami perubahan. Kalau ta-dinya mencari majalah dan koran untuk di-guntingi gambar
cewek, terutamayangmerang-sangpundari gambar iklan- sekarang rajin
membaca semua koran. Modek pulayangbisa mengusahakanagar Jimmyselalu mendapat koran, bisa
memesan nasi Padang-yangwaouuuh lezatnya-dan kalau malampintu ka-marnya tak usah dikunci. Tak
perlu mulai pukul setengah enamsore,tidak juga pukul sembilan atau sepuluh malam.
Jimmymulai kerasan.
Hans beberapa kali bertanya, beberapa kali mengajak. Tidak secara langsung karena Hans tidak berani
keluar dari bloknya. Modek bisa datang ke blok Hans, meskipun resminya hal itu sulit dilakukan.
"Apa katanya, Daeng?"
"Mengajak Bapak pindah ke sana."
"Hans sudah tahu jawabannya."
"Saya belum," kata Modek. "Kenapa Bapak tak mau pindah ke sana?"
Jimmymenggeleng.
"Secara persis saya sendiri tak tahu. Tapi sekarang-sekarang ini, tempatyangbagaima-napun akhirnya
akan sama. Pikiran saya belumbisa tenang. Mungkin setelah sidang... saya bisa tahu berapa dan
bagaimana melewati hari-hari di mana."
Secara tidak langsung Modek mengatakan bahwa ia mengenal beherapa orang di kejaksaan, di
pengadilan, bahkan sampai ke panitera. Tapi pasti sudah diurus, kata Modekyangkemudian ditambahi,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kalau keliru mengurusnya, bisa lebih
kacau.
Jimmymulai merasa aman. Ancaman dari anak buah Joko PaingaliasJabrik, mentah di tangan kekuasaan
Modek. Hari-hari gersang bisa dilewati denganmaincatur, dengan senampagi, dan terutama sekali
terus-menerus mengobrol, karena dirinya menjadi tempat bertanya dan menjawab sebisanya mengenai
segala hal. Mengenai sekian kasus, mengenai kejadian di luaryangbersifat politik, bertanya bedanya kartu
kredit dengan uang tunai, bedanya sipil dengan masyarakat.
Jimmymakin merasa aman, setelah me-ngetahui bahwa orang-orangyangmasih mulus seperti dirinya ini
sebenarnya menjadi sasaran untuk diperkosa sesama penghuni.Jimmytak percaya kalau tak mendengar
dan mengetahui pelaku-pelakunya.
Penghuni baruyangsedikit mulus, akan dirayu dengan rokok, mi, dan disuruh memijat. Kalau kemudian
menolak, pisau atau senjata tajambikinan dari apa saja, akan berbicara. Se-
lalu dalamkeadaan mabuk, dan korban dikerjain beramai-ramai.
Kisahyangpertama kali menggetarkan ini, sekarang lebih merupakan daya tarik untuk me-ngetahui.
Seperti juga keinginannya untuk mem-buat tato.
"Ada pembuat tatoyangterbaik di sini, tetapi lebih baik jangan Pak," kata Modek. "Kenapa?"
Modek tak bisa menjawab.Jimmyyangme-rumuskan dalamhati.
Yangdiinginkan oleh Modek, juga oleh U-jang adalah membuattasbeh.Jimmypernah melihat sendiri
prosesnya. Dari gagang sikat gigi, bagian helakangnya, dihaluskan. Bentuk-nya menjadi sebesar kacang
lebih sedikit. Tasbeh ini dimasukkan di antara kulit di leher kema-luan. Hanya dengan pisau silet, kulit
dibuka, pentolan sikat gigi dimasukkan, ditutup dengan tangan, dan alam. Darah memang muncrat ke
mana-mana, danyangbersangkutan peringisan, tetapi itu semua tak berhenti hanya dengan me-masukkan
sebiji tasbeh. Adayangmemasang tiga, empat ataulima.Kegunaannya, tentu sajaJimmymerasa tolol ketika
menanyakan dan mendapat jawaban bahwa cewek akan selalu mengingat kita.
"Sekali kena tasbeh, akan ngikut terus," kata Slamet sambil terkikik-kikik geli. Slamet selalu terkikik
geli, dan nampak lucu karena rambutnya berdiri semua. Kasusnyapalingsusahdijelaskan. Iamengaku tak
tahu apayangdilakukan. Baru dalampersidangan ia tahu didakwa memhunuh seorang perempuan tua,
ternyata tetangganya sendiri, tidak untuk mengambil harta atau ben-danya. Pembunuh tak berduit ini tak
pernah ingat hari ini hari apa, ataujamberapa, atau temannya siapa kena kasus apa. Semuanya berlalu
begitu saja. Pernah tiba-tiba nyebur digot yangairnya sangat busuk.
"Kenapa kamu tak pasang tasbeh?"
"Takut ketahuan istri."
Istrinya seusia dengan Slamet dan anaknya tiga, masih kecil-kecil. Dua minggu sekali menjenguk,
memhawakan roti plastikan serta rokok. SlametPeakselalu memhagikan roti dan rokoknya sampai habis,
hari itu juga. Kemudiantidur. Iabisa tidur selama48 jamberturut-turut hanya bangun sebentar waktu apel
siang dansore.Meskipun celananya hanya satu dan jarang pinjam-meminjam, kalau mandi selalu pakai
ce-lana, dan dalamkeadaan basah karena tak pemah memakai handuk, celana itu tetap dikenakan
sampai keesokan harinya.Jimmypernah mem-beri sebuah, dan segera dikenakan. Sorenya wak-tu mandi
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dipakai basahan, dan dikenakan sampai kering sendiri. Hanya saat mandi hujan Slamet telanjang dan
pernah berlarian sampai keluar blok.
Iakenyang kena dang-ding-dung karena dianggap menyulitkan penyidikan dan tak bisa menerangkan
dengan cepat dan tepat tanggal-tanggal kejadian, sementara di persidangan jaksa penuntut umummenjadi
kesal kalau ia mengikik. Dituntut enambelas tahun, putuslimatahun, jaksa tidak naikbandingdan Slamet
tidak merasa beruntung atau buntung.
BagiJimmy,satu-satunyayangbisa dikenali
Slametyangsebenarnya adalah ketika berkata, "Sudahlah, saya ini orang susah."
Seakan itulah cerminan sebab asal mulake-pal anya yangberdenyut, keinginannya masuk ke dalamgot
atau tidur dengan celana basah dan tiduryangpanjang bersambungan.
Iacinta dan mengingat istri, tanpa surat-su-rat, tanpa menyimpan potret, bahkan tanpa mem-bicarakan
secarakhusus. Iamenumpas hari-hariyangdilewati dengan kegelisahanyangterpendam. Iamengalahkan
masa lampaunya dengan menghilangkan rekaman ingatannya.
Jimmysuka pemberian dari Slamet, dan ia memakannya secara langsung seperti juga peng-hunilain yang
saling herbagi jika mendapat besukan. Baik karena terpaksa atau karena rela. Baik karena takut atau
karena mengikut arus.
Kalau dihubung-hubungkan terasa ganjil. Ada UjangbinUjangbinUjang, ada Modek, ada dirinya, ada
Slamet. Tiba-tiba herada di tem-patyangsama, karena sama-sama membunuh. Meskipun perbedaan satu
denganyanglainnya sangat besar,yangtak terterjemahkan ke dalamhukumanyangharus dijalani. Popon,
lelaki kurusyangrambutnya putih kotor itu jugalainlagi. Iamemhunuhistrinyayangtengah hamil,yangbekerja
menghidupi keluarga, semata-mata karena diajak pulang dari tempatmainkartu. Istrinya mengajak pulang
sehentar karena salah satu anaknya diserempet sepedamotor.Popon marah, pulang ke rumah, menghahisi
istrinya dengan tikaman pisau dapur, lalu balik ke tem-pat permainan, dan di situlah ia ditangkap. Da-lam
tahanan di kepolisian ia berusaha bunuh di-ri dengan menggorok lehernya, menyobek pe-rutnya.yang
semuanya berakhir dengan jahitan-jahitan kasar dan suaranya hilang karena teng-gorokannya seperti
galian kabelyangditimbun dengan kasar.
Popon tak pernah terlibat dengan keadaan dan situasi sekitar. Apayangdilakukan hanyalah meminta
rokok. Siapapundimintai, danJimmypernah membuat kejutan dengan memberikan sebungkuspenuh.
"Kalau tahu begini, membunuh istri keduapunmasih mau," katanya setengah bergurau se-tengah tidak.
Jimmybenar-benar mulai akrab, mulai me-nyatu dan mengetahui segala jenis pertengkaran dan terutama
sebabnya, mengetahui persaha-batan, kekerabatanyangtanpa batas, cara-cara onani denganbody lotion
atau obat oles pengusir nyamuk, bergurau dengan teman-teman, dan juga pergi bercukur. Kalau dengan
Modek, tu-kang cukuryangsedang memotong rambut se-seorang bisa berhenti dan ganti menggunting
Jimmy.Bisa mengerti kenapa harga celana pan-jang hisa dengan dua bungkus rokok -tak pe-duli apa
merekjeans,melainkan merek rokok lebih menjadi penentu.
Di tengah penyesuaianyangmelarutkan ini,Jimmytak habis mengerti ketika Ujang lewat di depannya, dan
menyalami.
"Saya minta maaf kalau berbuat kesalahan kepada Bapak, baikyangdisengaja ataupunyangtidak."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Jimmybengong.
Kenapa?
Ada apa?
Ujang dioper. Dipindahkan ke TangerangLama.Vonisnya sudah turun dan ia tak bisa di-pertahankan.
Pergi begitu saja. Dengan satu bungkus kertas koran berisi dua kaos. Dengan sendal jepit. Tanpa
perlengkapanlainsama sekali.Jimmybenar-benar terkesima dan bi-ngung dan tak bisa segera bereaksi.
Baru kemu-dian berpikir membekali dengan celana panjang atau kaos, atau sesuatu. Atau uang,
meskipun katanya percuma toh nanti akan digeledah di sana. Tapi pasti tetap bisa disembunyikan di
lu-hanganus,atau dipelintir dalamplastik dan kemudian ditelan. Biasanya mereka sudah me-nyiapkan, jadi
tinggal menelan sebelumberang-kat. Tapi kali ini tanpa persiapan apa-apa.
Yanglebih hebat dari semua itu, Ujang juga tak merasakan sesuatuyangistimewa dengan kepindahannya.
Tak perlu persiapan khusus, tak perlu apa-apa. Cuma mengajak jabatan tangan dengannya, dengan
Modek, lalu berjalan begitu saja ke depan. Ke bagian registrasi untuk dico-cokkan namanya, dan masuk
ke dalambusgede bersama dengan tahanan-tahananyanglainnya.
UjangbinUjangbinUjang. Terlibat pembu-nuhan. Tanpa pengacara, tanpa pembela dari ka-langan mana
pun,tanpa keluarga. Sendirian. Ta-pi tetap memiliki senyuman. Tapi tetap bisa men-jotosMekongsampai
berdarah-darah.
"Kalau Bapak mau membantu Ujang, bisa diantarkan," kata Modek bisa membaca perasaanJimmy.Ada
petugasyangakan mengantarkan pemherian langsung ke tangan Ujang. Sehagai bukti, nanti ada surat dari
Ujangyangmenga-takan diheri apa, berapa jumlahnya. Itulah carayang palingaman dari kecurigaan bagi
yangmengirimkan atauyangmengantarkan.
"Hari ini juga sampai ke tangannya."
Jimmypercaya penuh.
Modek adalah garansi.
Harusnya ia juga percaya penuh bahwa U-jang tak akan pernah kehilangan senyumnya, ketenangan
menghadapi masa depannya, seperti telah dibuktikan melalui masa lampaunya.

21
H

ANS menikmati hari-harinya dengan kegiatanyangmenurutnya jauh lehih me-nyenangkan dibandingkan
denganJimmyyangmembuat kesal. Memhuat kesal karena lebih banyakyangmembicarakan. Keluarga
Jimmy,pengacaraJimmyyangjuga pengacaranya, me-nanyakan tempat tinggalnya. Rekan-rekanpenghuni
yangbarujugamenanyakan, kenapasatu perkara bisa memilih jalan sendiri.Yangmembuatnya sampai
puncak kekesalan adalah pertanyaan: sebenarnyayanghapaknya cukong ituyangmana? OrangtuaJimmy
atau orangtua Hans?
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Semua itu hanya tiga hari pertama,yangdi-sebut Hans sebagai masa orientasi tempat ting-gal. Selehihnya,
ia bisamainvoli hinggalima game,melawan dan berteman dengan sesama penghuni ataupegawai. Iabisa
berkeringat habis. lalu istirahat sebentar, dan bisa memesan makanan apa sajayangdikehendaki, sesuai
de-ngan selera dan isi kantungnya. Untuk semen-tara, masih bisa diatasi denganbaik. Iabisa mem-baca
semua koran, baik pagi maupunsore,dan membayangkanJimmyyangtak memiliki se-buahradiosekalipun.
"Kita harus berhenti menyalahkan diri sendiri dengan cara menyiksa diri," katanya kepada Mariyani,
pacarJimmyyangterpaksa ditemui karenayangbersangkutan menolak."1 try hard, some timesvery-very
harduntuk mengubah pola berpikirJimmy.Saya tak tahu bahwa ia dilahir-kan dengan keras kepala.
Kamu termasuk wanita istimewa bisa men-dampinginya."
Hans juga mengatakan bahwa sebenarnya banyak hal bisa diatur.
"Bahkan kunjungan besukanpun,kita bisa mengikuti aturanyangumum, atau hari-hari se-perti sekarang
ini. Atau, yaah,youtahulahmalarnhari untuk kepentingan biologis. Semua bisa, asal tahu caranya dan ada
dananya. Bahkan kalau pergi keluar dari pagi dan kembalisore pun,kita bisanyakit atau pura-pura sakit.
Dari dokter di sini diberi surat, dan kita berobat ke luar. Pertama kali ke Rumah Sakit Kramat Jati sana,
lalu ke-mudian kita bisa mampir ke mana kita mau.
Cukup lumayan sehingga kita tak merasa ditahan."
PacarJimmyterdiam. Matanya setengah basah.
"Dua kali kamu mengunjungi, dua kali akuyangmenemui.
Lama-lama aku bisa lebih dekat lagi padamu.
Ini juga wajar kan?
Wajar dalamartian bahwaJimtahu kemung-kinan ini dan ia membiarkan. Wajar dalamarti-an, aku
laki-lakiyangsehat,normal,dan secara emosional terputus, dan kamu seorang wanitanormal, yangpernah
dikecewakan, dan kini juga dikecewakan lagi.
Ada komentar?"
"Kapan mulai sidang?"
"Minggu depan. Dakwaannya sudah kupe-lajari. Pengacaraku, sebentar lagi akan datang.Jimsudah
diberitahu juga. Tapi ia sama sekali tak mau menyentuh. Tak apa. Salah satuyangberjuang sudah lebih
dari cukup.
Kami sudah mengontak beberapa wartawan. Mungkinsoreini, atau besok pagi dan sorenya, sudah ada
berita dari pengacara. Ada perkem-banganlain.Sebenarnya Joko Paing atau Jabrik sudah lolos sebelum
tabrakan itu terjadi. Ke-sengajaan tabrakan itu dibuat sedemikian rupa, dan kebetulan, di luar perkiraan
siapapun,mo-bil kamiyangkena. Sehingga merekayangme-nyusun skenario jadi sama-sama kelabakan.
Akan kuungkap semua di sidang. Biar semuanya tahu apa sebenarnyayangterjadi.
Kata pengacara kami, pembunuhan dengan perencanaan, jelas tak terbukti. Keroyokanpuntidak.Yang
terjadi sebenarnya adalah pasal-pasal pelanggaran lalu lintas.Danpelanggaran lalu lintas. tidak perlu
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dikurung dalamtahanan. Bisa ditahan luar.
Menurut rencana, setelah dakwaan, seming-gu kemudian pengacara mengajukan keberatan tentang
tidak tepatnya dakwaan, dan akan me-minta kami ditahan di luar. Sekitar seminggu,paling lama,kami
sudah akan ada di luar.Jimsudah diberitahu, dan tahu jawabannya?"
"Tidak menjawab."
Hansrnengubah romanmukanya. "Tepat.
latak mau menemui pengacara. Tak mau menemuiku. Tak menjawab suratkuyangpan-jang."
"Kalian rajin sembahyang?""Sopasti. Apa lagi?
Di sini Tuhan demikian konkret. Demikian nyata kehadiran-Nya. Hampir semua penghuni di sini menjadi
sangat getol. Bahkan aku mung-kin sekali melakukan lebih khusyuk dan lebih banyak dibandingkan hidup
yangsudah kuja-lani. Kamu percaya?"
"Ya.
Apa kegiatan lainnya?"
"Kamu tanyakan kegiatanku atau kegiatanJim?
Jim,aku nggak tahu. Nggak tahu, biarpun sama-sama satu tempat. Kegiatanku? Sama seperti kalian di
luar,minussecara emosional, secara seksual terhambat. Memhaca, membaca, membaca, mendengarkan
radio,nonton televisi, olahraga,mengobrol, makan, minum, tidur,eh,semalamaku menang tujuh puluhlima
ribu ru-piah. Seru."
"Mainapa?"
"Apa saja bisa dibuat taruhan.
Namanya juga iseng."
"Apakah itu juga dalamartian bahwa Tuhan sangat konkret?"
Hans seperti tersodok ulu hatinya. Kalau ta-dinya ia nafsu mengobrol, kini berubah.la,se-telah dua tiga
kali tanya jawabyangtak begitu menarik, mengatakan bahwa sebaiknya besuk-nya tak terlalulama.
Karena khawatir meng-gangguyang lain. Yang lainitu petugas ataupun oranglain yangakan
mempergunakan tempat.
Akan tetapi, ia berbisik ke telinga pacarJimmyketika berjalan bersama ke pintu nomor dua, batas di
mana ia bisa mengantar.
"Kalau kamu mau besuk malam, datang saja."
"Akan kupikirkan, Hans."
Hans menggenggamerat tanganyanghalus. Setelah mengantarkan, pikirannya melambung tinggi.
Kesempatan terbaik. Siapayangme-nyangka? Siapayangmenduga? Siapayangbisa merasakanaffairyang
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
begini tak terduga?
Oooh, diceritakanpuntak adayangpercaya.
Hans meluruskan cara berpikirnya, sesuai dengan keinginannya. Wanita hanya akan terlibat dalamaffair
kalau ia dikecewakan. Jelas kali iniJimmymengecewakan. Semua juga tahu, dialahyangberinisatif dan
memhawa Ida Menor, tetapi toh tetap sajaJimmyterlibat. Inilah cara mem-balas dendam.
Iasiap sedia dan bersyukur ada cara melam-piaskan dendam. Malamnya ia menulis surat panjang.
Esoknya meminta seorang petugas mengantar. Malamnya lagi, ia berusaha menele-pon, lewat bantuan
petugas sehingga bisa berbi-cara langsung.
"Hai...
"Hai...
"Sudah terima surat?"
"Sudah."
"Bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Ya suratnya. Sudah dibaca belum?" "Sudah. Bagus isinya.
Saya tak menyangka kamu bisa menulis se-perti itu."
"Setuju?"
"Setuju."
"Kapan?"
"Apanya?"
"Shit! When will you come here? Tonight?"
"Saya beritahu secepatnya, Hans.
Kamu tahu kan secara emosionalpunsaya perlu menyiapkan diri.Eh,ngomong-ngomong bagaimana kamu
bisa menelepon?"
Hans bikin surat lagi. Lebih panjang. Lebih berani. Sedikit lebih jorok.Danpagi-paginya sudah menyuruh
petugasyang lainuntuk me-ngantar, dengan pesan supaya diberikan lang-sung, kalau perlu ditunggui.
Kalau-kalau ada balasannya. Siangnya laporan sudah masuk, hahwa surat sudah diterima, dan dibaca,
dan ja-wabannya akan segera diherikan.
"Kapan katanya?"
"Secepatnya."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Alangkah nikmat dan hangganya kalau - bukan kalau, tetapi ketika- petugas-petugasyangramah dan
biasa membantu dan dibantu itu memuji-muji ceweknya. Ya, mereka menga-takan ceweknya.DanHans
sudah memper-siapkan diri. Ia beritahu petugas malam, kalau-kalau sekali waktu secara mendadak
memer-lukan bantuan. Jawabannya memuaskan.
Menuju puncak proses pertemuan intimmembuat Hans membayangkan tuhuh pacarJimmy,
membayangkan baunya, dan mencari-cari pembenaran hahwa selama ini memang su-dah ada perhatian
pada dirinya. Sebagai temanyangakrab, ia tahu kelehihan wanitayangsatu itu. Mengagumi bentuk tubuh,
terutamadada,pinggang, pinggul, dan pantatnya. Begitu padat, begitu mulus, serta menyimpan nafsuyang
se-lama ini tertekan. Tuhuhyangakan diremas habis, akan ditekuk, dipeluk, digeluti denganliar,dengan
nafsu dan semangatyangmembakar tinggi. Membayangkan saja sudah membuat Hans tegang. Tapi ia tak
melanjutkan dengan onani. Merasa sayang tertumpah percuma. Ting-gal menun-gud-day. Menunggu hari
balk.Hari pelampiasanyangmenggemuruh.
Malamia menelepon. Diterima.
Esoknya menulis surat. Diterima.
Tapi kunjungan tak ada. Hans benar-benar merasa dipermainkan, dan berubahbenci. Iame-ngirimsurat
padaJimmy,menambahi bahwa pacarnya datang dengan cowoklain.Tak ada ja-waban.
Sampai kemudian, jaksa Rohimat datang menemui, dan mengatakanagarbersiap karena lusa akan
sidang.
"Sebelumterlanjur, kalau ada permintaan-permintaan pribadi, bisa disampaikan sekarang. Nanti
waktunya sudah terlalu sibuk."
"Keinginan saya hanya dua, Pak Rohimat.
Pertama, bagaimanaagarsaya bisa dapat di-tahan luar."
"Kemungkinannya selalu ada.
Lebihbalkdari keluarga sajayangmenja-min. Kalau lewat pengacara nanti jadi ruwet.
Saya akan mengawal surat itu.Yangkedua?"
"Sepertiyangpernah saya utarakan. Se-ringan-ringannya, dan kalau sesuai rencana, ya selesai sidanglah.
Begitu sidang selesai, masalah ini selesai. Saya bebas dannormalkembali."
"Kemungkinan itu sudah kami bicarakan dengan keluarga. Dalamhal ini, seperti saudara tahu, saya kan
tidak bekerja sendiri. Ada majelis hakim, ada panitera... dan ada juga wartawan. Semuanya oke. Oke,
dalambatas-batsa tertentu. Bahkan bisa juga diatur penahanan habis wak-tunya, sehingga bisadh. Bebas
demi hukum..."
"Pengacara saya juga mengatakan demi-kian..."
"Jangan terlalu percaya pengacara.
Penasihat hukumkan hanya menjadi pengan-tar saja. Perantara saja. Keputusan akhir bukan di
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tangannya.
Danini memerlukan danayangtak sedikit.
Maaf kalau saya bicara terbuka."
"Apakah dari keluarga belumselesai?"
"Sudah ada pembicaraan, tetapi angkanya terlalu kecil. Kami mempertaruhkan jabatan. Saudara bisa
menghubungi keluarga untuk mem-beri tambahan?"
"Bi sa."
"Saya tunggu pukul dua belas besok.
Lusa tetek bengek ini selesai."
"I'll do the best."
"Sama-sama."
Mereka berdua berjabatan tangan. Rohimat berbisik-bisik kepada petugas dan Hans kembali ke
bloknya.Slangitu juga meminta disampaikanpecankepada keluarganya. Jawabannya membu-at Hans luar
biasa marah dan jengkel. Karena ayahnya hanya mau menambahlimapuluh juta rupiah untukkesemuanya.
Iatakmautahu. ba-gaimana pengaturan antara hakim-jaksa-pani-tera-wartawan, atau siapa saja. Itupun
akan diberikan dalamcek dan bukan kontan sepertiyangdiminta. Karena risiko membawa bagi ibunya
lehih besar.
Hans hampir menangis karenamurka. Iame-rasa tak disayang, merasa dikorbankan olehke-luarganya. Ia
menulis surat panjangyangmen-ceritakan bahwa jumlah itu memang besar, tetapi terlalu kecil
dibandingkan kasus-kasusyang lain.Di dalam, saya lebih tahu dariyangada di luar, atau sarjana hukum
yang palingjago sekalipun. Seorang perampok saja bisa mengeluarkan dana lebih besar. Apalagi kita!
Ia menulis dengan hurufyangbesar, dengan kegeramanyangtertumpuk dari sumbatan sebablain.Esoknya
demikian juga. Permintaannyaagarbisa berangkat sendiri dengan taksi atau mobillain,tak diizinkan. Ia
tetap harus berang-kat dengan mobil tahanan, bersama puluhan ter-dakwayang lain.Berdesakan,
berkeringat dan merasa ngeri. Apalagi ketika harus menunggu sidang berada dalamsel. Makiannya
berham-buran, karena ternyata semua janji-janjiyangdiberikan selama ini tak benar!
Jimmymengesankan masabodoh. Iatak pe-duli dipotreti wartawan, tak peduli menjawabi pertanyaan di
luaryangsudah direncanakan.
"Apakah benar saudaraJimmytak bisa mendengarkanradio,menonton televisi dan membaca surat kabar
secara tetap?"
"Tidak, karena saya tidak memiliki, bukan karena sebablain."
"Pacar saudara lari?"
"Sebaliknya. Dalamkondisi begini kami saling akrab."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Bagaimanacara herhuhungan?"
"Lewat batin.
Saya mendengar hanya dengan dua daun te-linga. Saya menonton tembok dan lebih kaya imajinasinya."
"Berapa kira-kira tuntutan nanti?"
"Ancamannya sudah ada dalampasal. To-long baca sendiri."
"Benarkah saudara tidak tahuyangdalammobil itu Jabrik?"
"Sama saja.
Kalau tahu, sayayangakan menabrakkan mobil saya."
"Sudahlamaberhubungan dengan Ida Me-nor?"
"Sudah.
Hanya namanyayangberbeda, orangnyayangberbeda."
Dalammobil tahanan, Hans memarahi secara terang-terangan, dan nanti akan menjadi saksi-nya, dan itu
bisa mengacaukan masalahyang su-dahdisusun dengan baik selama ini.
"Bersandiwaralahsedikit,Jim.
Kita perlu serius."
"Mulutmu makin bau busuk, sepertiyangkubaui di persidangan tadi. Siapayangharus ber-sandiwara tetapi
sekaligus juga serius? Hans ka-mu makin aneh, tapi kamu tetap bagian dari hi-dup kita."
Mereka tak saling bicara lagi. Juga di regis-trasi, ketika sama-sama membubuhkan sidik jari tanda
selesai sidang, dan melaporkan dua hari lagi sidang berikutnya sudah dimulai. Pengacara ternyata
menolak membacakan keberatan, dan akan mulai dengan pemeriksaan saksi.
Kekhawatiran Hans menjadi kenyataan. Esoknya pagi-pagi sekali, semua koran ramai memberitakan.
Hanya ada koranyangtidak me-muat di halaman pertama.Yangdiberitakan, se-lain dakwaan, terutama
sekali kalimat-kalimatJimmy.
"Jangan bicara soal keadilan. Kita bicara rea-litas. Realitasnya saya didakwa, ditahan, di-ancam, dan
itulah keadilanyangsebenarnya. Kenyataannya, keadilan bagi jaksa adalah bila ia berhasil mendakwa,
membuktikan dengan cara apapun.Dengan hakimyangbertanggung jawab kepada Tuhan, semuayangada
di sini bisa diperlakukan sama. Nasibyangmembedakan."
Kalimat-kalimat itu dikomentari sebagai ku-rang sopan, menantang, dan bahkan ada tambah-an bahwa
pengacaraJimmyakan mengundur-kan diri jika terdakwa masih mengeluarkan kata-katayang"mengganggu
jalannya persidangan, menghambat menemukan kebenaran materiil."
Hans merasa lemas.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ketika pegawaiyangbiasanya ramah de-ngannya meminta ini itu, ia masih murka, dan berakhir dengan
ketegangan. Hans benar-benar tersudut.
"Bapak tidak tahu saya sedang sedih. Saya sedang diperlakukan tidak adil."
Suaranya serak. Tak bisa berteriak dengan jelas.
Ia masuk kamar dan mengunci diri.
Antara tidur dan pingsan, antara siuman dan kepanasan, Hans merasa tubuhnya melayang dan
membentur-bentur dinding. Ia terbangun, merasa mual tapi tak bisa muntah. Ia dendam, ia bersiap untuk
sesuatuyangia tak jelas apayangharus
dikerjakan.
"Mereka membuat dendamsaya makin ber-akar, dan tak terhapuskan. Saya akan bangkit dan
menggilas semuanya."
Mereka siapa?
Membalas apa?
Teriakannya tak terdengar.
Tenggorokannya sakit. Ia minta periksa ke dokter rumah sakit, tapi dokternya tak ada.Yangada hanya
tukang pijat di blokyangselama ini memijat sampai pasien bisa tertidur. Sebentar, karena kemudian Hans
terbangun lagi.
Tubuhnya panas.
Tak ingat apakah malamnya tertidur atau tidak, sakit atau sudah tak ingat apa-apa lagi. "... susah
napppa..."
Suaranya tak terdengar oleh telinganya sen-diri ketikaJimmy,untuk pertama kalinya datang menengok ke
bloknya, ke selnya.
"Susah napas?
Ituyangsusah dibantu oranglain.Karena napas sebenarnya bisa terjadi dengan sendi-rinya."
Hans menudingJimmy.Suaranya tak kelu-
ar.
"Salahkan saya. Tumpahkan semua ke sayayangmengacau.
Karena dengan itu kamu bisa lega. Karena saya sengaja menyiapkan diri jadi tumpuan kesalahan."
"Jim...kamu henar.
Bunuh diri mungkin terbaik. Tak merasakan penderitaan... lebihlama."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Memang.
Kita akan melakukan. Kalau kamu duluan, aku mungkin tak perlu. Begitu juga sebaliknya. Akan
kuberitahu kamu kalau aku sudah siap Hans. Selama kita masih membicarakan, ke-mungkinan tertunda
selalu ada.
Sampai nanti."
Hans menangis dalamsuara parau. Keringat-nya dingin, lengket, sementara denyutan di ke-palanya
seperti memantul-mantul, meyakinkan bahwa gambaran di sekelilingnya kabur. Tak berani memastikan
apakah sebentar tadiJimmybenar-benar datang dan bicara seperti itu, atau-kah itu hanya dalam
angan-angannya belaka. Apakah ia sudah menelan obat atau kini sudah tertidur. Apakah sudah bergerak
dan memaki melampiaskan isi hati ataukah tetap tak beran-jak semenjak tadi.
Tak pasti.
Merasa mengambang berada kembali dalammobil tahanan, berdesakan, berada di sel pe-nantian,
ternyata sidangnya siang, dihantui rasa lapar tapi malas makan dan tak tahu harus pesan apa, duduk
sebagai saksi dalamperkaraJimmy,dihardik dengan pertanyaan-pertanyaanyangbisa dimengerti tapi
jawabannya tak memuaskan hati. Selebihnya bengong, dan ini membuatnya sedikit tenang. Tak peduli
adayangbertanya atau tidak. Tak peduli apayangdilihatnya.
Dari sidang, ia dibawa ke rumah sakit. Diper-temukan dengan dokter atau psikiater atau psikolog, atau
orang biasayangberpakaian se-perti itu, atau keluarganya sendiri, atau adiknya, ibunya, pacarnya,
berbaring, dan dijagai.
Adayangmenyapa. Ialupa.
Adayangbertanya. Iamenjawab apa.
Satu-satunyayangdiingat hanyalahJimmySpedi.
"Jimmy...
"latak bisa kemari," kata adiknya atau ibunya.
"Jimmy... Jim..."
"Ia di tahanan, tak bisa ke rumah sakit. Kami sudah mengusahakan dengan keras sekali. Tapi perlu
banyak surat, perlu diurus dan belumtentu hasilnya. Kalau adayangingin kamu katakan..."
Hans menggeleng.
"Pokoknya kamu istirahat saja di sini. Terus. Jangan pikirkan apa-apa. Juga soal sidang, soal lain-lain.
Kamisemua sayang kamu Hans."
Hans merasa aneh. Semua begitu sibuk, ber-gerak, menunggui, berbicara dengan suarayangasing, sulit
dimengerti. Tidak, sebenarnya tak sulitdimengerti. Iabisa mengerti, tapi susah di-ingat. Ya, susah diingat.
Apakah ini rumah sakit? Ataukah ini rumahnya sendiri? Apakah masih ada sidang atau sebenarnya sudah
selesai? Apa-kah ini igauan akibat obat dan ia segera sadar?
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Semua sudah selesai. Sudahlamaselesai. Sidang sudah selesai, ia sudah bebas, kembali di tengah
kerumunan keluarga, ditanyai, dipestai, dan kembali menempuh kuliah, menjadi tum-puan perhatian, lalu
biasa semua. Tak ada apa-apanya.
Itu hanya masa lampau.
Hanya suatu waktuyangpernah ada, dan kemudian hilang percuma.
Tak ada beban.
It's over now. This is the newbeginning, as promised.
Kepadatanyangmenekan habis pernah di-alami. Saat terjebak dalamkemacetan lalu lintasyang
membuatnya serasa tewas.Yangtak bisa dilepaskan dalammakian atau tidur. Tapi toh, akhirnya bisa
keluar juga. Seperti ketika ris-Ieitingnya menjepit rambut dan dagingkema-I uannya -karenaia tak
memakai celana dalam. Membuatnya putus asa, berkeringat, takut, ce-mas, jengkel sampai ke
puncak-puncak saraf. Lalu, toh hisa lepas juga. Plong. Tak diketahui secara sadar bagaimana caranya
tapi lepas. Ha-nya bekas rasa sakityangmenandai. Seperti ketika salah satu giginya, gerahamnya, tak bisa
dicabut. Dokter wanitayangmengangkat tidak kuat menarik, menimhulkan rasa sakit, susah dilepaskan
dan digerakkan, tapi toh kemudian gigi jahanamitu lepas juga. Tinggal denyut-denyut ngilu,yangkemudian
hanyut. Seperti ketakutannya ketika sunat dulu, berdebar, meng-intip tapi gemetar burungnya diiris,
diobati, dan kemudian plong, ia menjadi dewasa. Melihat topi baja di ujung kemaluannya dengan bangga.
Seperti ketika menahan lapar saat berpuasa, akhirnya toh berbuka dengan sangat nikmat. Seperti
kekhawatiran dalamnaikjet coasteryangmenegangkan, membuatnya ingin lepas seketika tapi tak bisa,
menyebabkannyamenjeritsepuasnya, sekuatnya. Toh akhirnya berhenti juga. Seperti ketika akan lahir ke
dunia, ketika melewati hatas kehidupanyangmenyesakkan dan demikian tak bisa dipahami, berakhir juga
dengan kelahirannya di dunia. Benar-benar persoalan antara hidup dengan mati -karena saudara
kembarnya tak terselamatkan.
Semua ada akhirnya.
lamembuka matanya. Mengenali ibunyayangmemakai putih-putih, mengenali ruanganyangsangat dingin,
dan tangis kegembiraan mengisi dauntelinganya. Iakemudian tahu bahwa masa krisisnya telah lewat.
Tinggal ber-istirahat.
Hans bersyukur.
Sebentar saja. Karena kemudian ia diharus-kan kembali ke dalamrutan, tiga kali seminggu periksa,
tersiksa dengan obat dan aturan.
Ternyata belumberakhir. Iaharus ke peng-adilan. Duduk di kursi dalamsorotan semua mata, tak berbuat
apa-apa, tapi menahan kan-tuknya dengan segalakekuatan. Iamende-ngarkan saksi-saksi, menjawab
pertanyaanyangsemakinlamadirasakan tak ada hubungan dengannya. Ia memandang jaksa Rohimatyang
kini nampak sangat berbeda dariyangdike-nalnya. Iamemandang wartawan-wartawan seperti binatang
yangtak puas hanya me-makannya tetapi juga mencabik-cabik lebih dulu.
Mereka bertanya kenapa pura-pura sakit, kenapa haru mengaku kenal Ida Menor, kenapa selama ini
sudah berhubungan dengan salah seorang polisiyangmenjadi saksi,yangmenjadi pengemudi mobil itu,
kenapa masuk ke dalampersaingan antargang,seberapa jauh ia akan terus melindungiJimmy,sampai
benarkah ia bisa mendapatkan fasilitas istimewa selama dalamtahanan, sehingga seakan tengah piknik.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Semua pertanyaanyangmemusingkan, justru karena kalau tak dijawab ia makin terpojok, sedangkan
kalau menjawabi akan menyulitkan keadaannya. Ia mulai benci membacakoran. Iamembenci semuanya,
dan dengan memberanikan diri akhirnya Hans menemuiJimmy.
"Jim,kenapa kamu belumbunuh diri?
Salah satu dari kita harus melakukan. Lebih baik kamu saja,Jim."
Jimmymerangkul.
"Saya akan lakukan.
Seperti saudara kembarmu dulu..." dengan tarikan napasyangdalamdilanjutkan. "... setelah yakin kamu
bisa melewati saat-saat ini tanpa mengulang apayangkulakukan."
"Itu pasti, Hans."

22
R
UDI kecewa, walau sudah menduga. Sudah menduga bahwa Babeh serta istri Babeh tak mengubah
sikapnya, ketika mendengar nama Ndil serta nama Polisman. Dua namayangia yakin sekali mempunyai
pengaruh berbeda dibandingkan nama-namalain yangbesarsekalipun. Iayakin hal itu.Kecewa sebagai
Rudi, sebagai Andre, seba-gai Mustapa Yasin, sebagai Ibrahim, sebagaiAbraham,sebagai Bambang
Sutantio, sebagai Rochmadi, sebagai Nian Kolopaking, sebagai Afui Sabaryadi. Begitu banyak peranan
yangberbeda bisa dimainkan dengan sempurna, tetapi tetap saja tak membuat Babeh bergeming.
De-ngan pertanyaan kecil: di mana kamu kenal. Ini misalnya saja. Akan tetapi, kalimatyangsedikit itupun
menjadi demikian mahal. Babeh benar-benar menjaga jangan sampai ada satu katayangakan dijadikan
penghubung kembali, untuk me-nemui Ndil atau Polisman. Akan tetapi, mem-bersit pikiran Rudi,
bukankah dengan berdiamdiri mengadakan bahwa memang ada hubungan istimewa?
Mereka bertiga masih membungkusi jamu ke dalamplastik. Rudi tak bisa menahan diri lagi.
"Mereka mengaku putra dan putri Bapak serta Ibu..."
Istri Babeh tersenyum.
Dingin.
"Kamu mengarang..."
Rudi menunduk. Takluk. Benar-benar takluk. Lidahnyayangpandai menyusun kalimat, pandai
memancing, seperti tertekuk. Tak bisadigerak-kan. Iamengakui salah. Karena baik Polisman maupun
Ndil tak pernah mengucapkan kata-kata itu.Dancelakanya adalah, istri Babeh tak men-jelaskan apa
sebutan mereka berdua, apa dan di mana dustanya. Hanya mengatakan "kamu me-ngarang". Tak lebih,
tak kurang.
Padahal harus diakui, untuk bisa mendekati dan mengetahui nama panggilan Ndil, ia sudah berusaha
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
keras sekitar tiga bulan. Dalammen-cari nama-namayangakan dihubungi, ia mende-ngar seorang dosen
yangjuga istri tokoh dari NPN. Itulah sebabnya ia menunggu kesempatanagarbisa menemui.Agarbisa
kontak, bersaha-hat, dan kemudian masuk dari segi apapun yangdiinginkan. Lewat Widodoyang
wartawan, ia mengetahui Ibu Dosen memberikan ceramah bertema Perilaku Hukumbagi Wanita Karir,
ditinjau dari segiteori. Iamempelajari dengan teliti, karena ingin mengetahui lehih dalamseperti selama ini
dilakukan.Agartidak mema-lukan,agarbisa masuk ke dalampembicaraan nantinya saat-saat berkenalan.
Widodo sendiri mengatakan bahwa adalah kebanggaan tersen-diri bisa menarik Ibu Laksmindra
Setiawati(Mark)Hababe sebagai salah seorang pembi-cara.
Rudi menyiapkan diri sebaik-baiknya. Mem-baca tulisan, karangan, berita mengenai hal itu di kantor
kerja Widodo. Mencari-cari biografi Ibu Laksmindra.Yangpertama bahannya se-tumpuk besar,yang
kedua, sama sekali tak ada. Sekadar tahun kelahiran, sedikit riwayat pen-didikannya. Selebihnya seperti
yangdiketahui banyak orang. Mengajar, dan ibu rumah tangga, pernah kuliah ekonomi di Jerman Barat,
dan banyak menghabiskan waktu di luar negeri.
DalamseminarRudi sengaja duduk di ba-risan depan,agarbisa menyimak dengan baik. serta bisa terlihat
jelas. Dipaksakan untuk me-nangkap apayangdibicarakan, menangkap pem-bicaraan pesertalain
mengenai pembicara. Saatcoffee break,Rudi berusaha mendekat, di antarayang lain.Setelah
diperkenalkan dengan singkat oleh Widodo.
"Ceramah Ibu bagus sekali," katanya me-mulai.
" Sedemikian bagusnya sehingga tak bisa dimengerti," jawab Ibu Dosen tanpa tambahansenyuman.
"Anda dari wartawan juga?"
"Saya masih belajar,Bu.Saya tertarik segi-segi pandangan masyarakat mengenai wanita karir. Kebetulan
sekali ibu saya berkarir, meski-pun kecil-kecilan. Selalu dikaitkan dengan anak-anaknyayangmerana,
atau kurang perhatian. Pa-dahal saya sekeluarga -ada empat, sayapalingkecil- tidak merasakan hal itu.
Akan tetapi, karena semua pandangan seperti menyudutkan demikian. kami terpengaruh juga.
Apakah kapan-kapan saya bolehsowan ke Ibu untuk menanyakan lebih jauh?"
"Boleh, tetapi saya tak janji."
Dingin. Tak ada sambutan dan kehangatan. Sementara pesertaseminar lainmendekati, ber-tanya,
dijawab pendek-pendek.
"Ibu dulu penari ya?"
"Tidak. Saya bukan penari. Saya pernahbe-]ajarmenari. Itulainsama sekali dengan penari. Rupanya
keterangan sepotongyangtertulis di-anggap cerminan. Kalau Anda wartawan, tolont jelaskan hal itu."
"Baik,akan saya coba,Bu."
"Satu lagiBu,apakah sebenarnya masalah utama bagi wanita kariryang palingbesar? Maaf, maksud saya
selainyangIbu paparkan tadi..."
"Apayangsaya tahu sudah saya katakan.
Danhanya itu. Saya ini sebenarnya tdak pantas berbicara dengan tema seperti ini.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Maaf..."
Dingin. Tenang. Menguasai. Semua kalimat-nya terkontrol sempurna, seperti juga apayangdikenakan.
Rudi tak melihat peluang untuk membicarakan tasyangdikenakan bikinan mana atau sejenis dengan itu.
Bahkan ketika dimintai tanda tangan pada kertas makalah, ditolak halus dengan gelengan.
Lalu kembali lagi ke tempat duduk di depan, menanggapi pertanyaan peserta satu demi satu. Urut,
jernih, meskipun banyakyangmenggerutu dan menyesalkan kenapa dalammasalah wanita karir ini kaum
wanita sendiriyangdituding se-bagai terlalu mempermasalahkan.
Bersama Widodo, Rudi ikut mengantar ke tempat parkir. Ibu Dosen membawa sendiri mo-bilnya,
mengucapkan terima kasih dan segera berlalu.
"Hebat dia," kata Rudi ketika kembali.
"Sangat."
"Kelihatannya ada perhatian khusus pada Pak Widodo..."
Wardoyo Widodo mengangkat alisnya.
"Kalau benar begitu, syukur banget..."
"Tapi kesannyadingin.Tidak seperti istri konglomeratyang lain."
Widodo terpancing untuk berkomentar mem-beritahu siapa sebenarnya Ibu(Mark)Hababe.Iamengaku
cukup akrab, pernah bertemu seca-ra khusus, dan mengakui cukup bangga bisa mengenal sebutan Ndil.
Rudi memuji kelebihan Widodo, dibandingkan lelakilain yangpastilah berusaha keras untuk mendekati
wanita idaman dari segi manapunjuga. Widodo bercerita agak banyak, tetapi menurut pandangan Rudi
tak adayangbisa dimanfaatkan. Apayangdiceritakan Widodo secara umumsudah diketahui. Akan tetapi,
karena keakraban dengan Widodo, Rudi bisa mendapatkan kartu pers tetap sebagai pem-bantu, bisa
masuk ke kantor Widodo, bisa meniru tanda tangan Widodo untuk melancarkan per-mintaan sumbangan
kiri kanan. Beberapa peja-batyangsering muncul di masyarakat, sempat terbuka koceknya. Tidak cukup
banyak, tapi bisa untuk membiayai kehidupan sehari-hari darihotelkehotel.Terakhir ia manfaatkan
lang-sung ke Ndil. Suratyangisinya meminta ban-tuan uang. Bagi Rudi,yangpenting kesan Wi-dodo di
mata Ndil hancur.Dannyatanya begitu. Karena surat balasan Ndilyangmengatakan bahwa ia tak
menyangka Widodo akan berbuat seperti itu. Meminta bantuan keuangan karena anaknya sakit.
Mengenai siapa Polisman, bagi Rudi tak sulit. Banyakyangmengenal polisiyangnama-nya begitu disegani.
Apalagi, dari Warno Viktor ia tahu bahwa Polisman mengenal nama Babehyangsebenarnya. Baginya
sudah lebih dari cu-kup untuk datang lagi ke Babeh dan istrinya.
Meskipun nampak sia-sia.
"Jangan main-main dengan nama itu," kata istri Babeh akhirnya. "Tak akan adayangmema-afkanmu,"
suaranya sengaja digantung. Seakan tak perlu menyebut nama Rudi.
Rudi sudah punyabekal. Iabisa kembali ke Ndil untuk berhubungan lagi. Dengan menjual nama Babeh
dan istrinya, ia yakin ia bakal mem-peroleh sesuatu secara lebih.
Tidak sia-sia, meskipun tak ditanggapi. Begi-tulah kesan Rudi di rumah Babeh.labalik lagi, meminta diri,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
dan di luar berjalan bersama Icungyangnampak gagah. Pemuda ganteng itu segera ditraktir makan,
minum, dibelikan sepatu dan pakaian, dan diajak ke rumahnya. Rudi sudah mempunyai rencana.
Memacari Icung dan se-kaligus memanfaatkan Icung untuk dijual. Di mata Rudi perhitungan itu tak bakal
meleset banyak. Tampang dan penampilan Icung bisa de-ngan mudah dijual.
"Nikmatilah hidup ini, Icung."
"Selama ini saya takut dicari Meong."
"Sayayangakan menyelesaikan. Jangan khawatir."
Dalamsoal seperti ini, Rudi kelihatan sangat bertanggung jawab. Apayangdiminta Icung dipenuhi dalam
arti sebenarnya. Rokok tak per-nah putus, minuman merek apapuntak pernah kering. Nonton,
bersenang-senang, pilihan mainan dan pakaian, dan Icungyangbulan-bu-lan terakhir tak bisa makan
merasa impas dengan melayani Rudimainseks. Sampai kemudian diperkenalkan denganyang lain,dan ia
mengaku bukan pacar Rudi. Gayanyayangkaku, caranyayangmasih malu-malu justru membuatnya
populer. Dari banyak pergaulan, ia bisa terbang ke sana-kemari. bisa menikmati hidup dengan tenang
dan berhura-hura. Kadang ada juga ke-inginan untuk mencoba kembali dengan wanita, tetapi juga timbul
rasa malas. Tak ada gunanya bercinta dengan mereka, karena hanya akan menimbulkan kecemburuan
pacarnya, dan ia tak menemukan apa-apayangdicari. Kepuasan toh akhirnya sama saja, apalagi jika
sudah berakhir.
Kepada Meong ia mengatakan bahwa kini mencobamainfilmlagi. Ada beberapa judulyangdisebutkan,
dan menjadi heran sendiri, ka-rena bisa berbohong dengan cepat, tenang, se-bagaimanayangdiajarkan
Rudi secara tidak langsung.
Icung seakan menjadi duplikat dari Rudi.
"Kita nikmati hidup ini, Cung."
"Saya kadang kangen di jalan lagi."
"Kamu harus hisa melupakan dirimu seba-gaipreman maraton, kalau kamu tak ingin hancur tubuhmu
dankelaparan.
Kalau hanya ingin muncul difilmatau tele-visi, saya masih mau mengantarkan."
Danbenar. Rudi ternyata mempunyai kenal-an dengan produser, dengan sutradara, dan bisa meminta
peran-peran tertentu. Tidak besar, tidak menentukan, tetapi lancar dan banyak judulyangbisa
menampilkan dirinya.
"Jangan malu dikenal sehagai homo. Justru disitupasaran kamu naik."
Icung mengakui kebenarannya.
"Jangan biarkan cemburu menghancurkan-mu."
Icung membenarkan.
Karena Rudi mulai mengajak beberapa co-woklain,memanjakan juga. Juga wanita-wanitayang
dikumpulkan, diberi tahu sedikit-sedikit, dan Icung bertindak sebagai pembantunya. Kadang mengantar
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
ke sana, pergi kehotelsatu-nya, menyiapkan kamera diam-diam, dan selalu tutupmulut. Iatak pernah tahu
siapa korbannya, juga takpeduli. Iajuga mulai tak tertarik men-cobai wanita-wanitayangpenampilannya
me-narik, meskipunterang-teranganmereka meng-ajak.
Satu-satunya kesadaranyangada ialah bah-wa Rudi mengawasi semuayangdilakukannya dengan sangat
cermat. Ketika ia mencoba meng-hubungi Meong, Rudi mengetahui hal itu. Ketika ia dari satu tempat
tidak langsung pulang, Rudi menanyakan ke mana saja.
Rudi memegang kontrol permainan dengan menguasai secara sempurna. Sewaktu papan-papan nama
dipasang bahwa wilayah Kampung Rawa-rawa Budheg bakal ditertibkan, ia ber-gerak lebih dulu.
Menghubungi beberapa orang untuk memainkan proyek tersebutlamengajak Babeh untuk menjadi wakil
warga. Tapi Babeh tak memberikanreaksi. Iamengajak wargalain agarbisa memilih beberapa wakil, ia
berharap bisaterpilih. Iamemiliki dana untuk menjamu mereka dalamrapat, ia dianggap warga setem-pat,
dan sainganutama,Tomtomsudah dising-kirkan.
lamerasa bahwa ada lahan baruyangmenan-tang. Ikut dalamtawar-menawar soal harga ta-nah.
Bayangannya sedikit melambung. Ituyangmenyebabkan ia dihubungi dan menghubungi ke sana-kemari,
sampai akhirnya menemui tamu, seorang lelakiyangsedikit tua karena mulai botak di antara ubannya, tapi
kumisnya masih tebal. Seorang lagi masih kelihatan sangat muda.
"Maaf, Bapak berdua mewakili perusahaan mana?"
"Saya tak mewakili siapa-siapa. Saya mewakilipetrus sekarang ini." "Maaf...
Lelakiyanglebih muda membuka kertas ke-tikan. Lalu membacakan nama aliasnya semua, usahanya
selama ini, korban-korbannya, dan dianggap sudah keterlaluan dengan menyeret banyak dosa dengan
cara keterlaluan.
Rudi berkeringat dingin. Belumpernah ada seseorangyangbisa mengerti semua namayangdipakai,
menyebutkan pemerasanyangdila-kukan, dan lalu dengan dingin memasukkan tali ke leher dan menjerat
erat.
Rudi tak bisa bernapas.
"Bap..."
Suaranya keluar lagi karena tekanan diken-dorkan.
"Saya akan buat pengakuan semuanya. Saya akan sebutkan siapa-siapayangbersamasaya. Tapi saya
mohon..."
Jeratyangmencekik leher Rudi melonggar. Rudi bisa bernapas lega setelahterbatuk. Iatak bisa menguasai
diri. Benar-benar serasa mau mati.
Sebuah tali melingkar di leher. Di ujungyangsatu dipegangi olehyangmuda, di ujung lainnya dipegangiyang
tua. Keduanya nampak tenang, menekan habis. Sorot mata keduanya penuh de-ngan pengalaman
menguasai situasi, yakin pada diri.
"Apayangmau kamu katakan?"
"ApayangBapak katakan berdua benar. Saya selama ini berbuat tidak henar. Tetapi saya tak bisa
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
disalahkan sendiri. Saya mempunyai teman."
"Kalau soal itu tak usah diceritakan, kami sudah tahu."
Rudi mati kutu.
Tak bisa mengulur waktu.
Merasa terjebak sendiri ketika bertanya,
"Bapak mau apa?
Saya berikan semuayangBapak minta,yangsaya punya..."
"Kami tak butuh apa-apa. Selain kematian-mu.
Pilih cara terbaik. Dengan menggantungdinatau kamiyangmenjerat sampai mati tersiksa, atau kami bawa
ke suatu tempat dan dikarungi."
Rudi makin gemetar.
Seluruh kemampuannya dikerahkan untuk tetap memiliki keberanian.
"Bapak dari polisi ya?"
Tak ada jawaban.
"... Bapakyangmenghabisi pengedar bo-coran naskah ujian itu kan? Iya?"
Tak ada jawaban. Tatapan matayanggarang.
"... jugayangmenghabisi jaksa di Bandungyangsedang berkencan dengan seorang hakim... Ya Tuhan,
Bapak-bapak... Bapak-bapakyang... yang... yang..."
"Temanmu di kepolisianyangmenceritakan padamu?"
...yang... yang... yang...Rudi terlempar ke masayangberbeda, ke ruangyangtak dikenali. Darahnya,air
tubuhnya seperti tak mengalir lagi. Ingatan sekelebat silih berganti, informasi dari temannyayangdi
kepolisianyangmengatakan ada orang-orang gilayangmelaksanakan petrus dengan gayanya sendiri.
Langsung menghabisi korbannya. Diduga mereka orang dalam, karena mengetahui perkara-perkarayang
terjadi.
...yang... yang... yang... palingmenggetarkan adalah korban terakhir, seorangrajapenyelundupyangselama
ini dikenal kelewat kebal... kelewat banyak pelindung.
...yang... yang...
Rudi lemas. Sadar sepenuhnya siapayangdihadapi. Tahu betul, bahwa dua orang ini bisa diperkirakan
siapa nama jelasnya.
"... saya mohon jangan dibunuh."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Menggantung diripalingtidak menya-kitkan."
Rudi tak bisa mengelak. Seutas tali plastik digantung di tengah kamar tidur, ia mengikuti, merintih, naik
ke kursi, melingkarkan sendiri ke lehernya.
Dandibiarkan agaklamadisitu.
"Agartak banyak keringat..."
Hanya ituyangdidengarnya. Selebihnya kur-siyangditendang dan tubuhnya merosot keras sekali, amblas,
sakit di tenggorokan, tapi benar kata mereka, taklama...
...yangsatu bernama...
...yangsatu dikenal...

***
Yangmenemukansoreharinya adalah Icung. Tanpa prasangka apa-apa ia masuk ke kamar Ru-di.
Membayangkan malamyangmenjijikkan tapi harus dilakukan. Membayangkan ketolol-annya sendiri.
Baru kemudian ia sadar menemu-kan tubuhyangtergantung di tengah ruangan.
Icung bingung.
Siapayangakan dilapori. Rumah ini tanpa penghuni tetap. Rudi sendirian.Yang lain,seperti dirinya. Kalau
jadi urusan polisi, ia bakal lebih repot lagi. Icung lari, menemui Meong. Dengan susah payah ia
menceritakan Rudi menggantung diri.
"... ngen... saya bisa diembet."
"Goblok lu, babi lu, anjing lu, ngent... lu. Ini masalahnya bukan embet-embetan, Cung. Ka-mu memang
tolol. Siapa suruhmainsama an-jing babi satu itu?
Kalau benar begitu, pasti adayangmeng-gantungnya.
Ia bisa mencari kamu, aku..."
"Kita sporing sajaBang..."
"Ke mana kalau mereka bisamainpetrus
kayakbegitu?"
"Pokoknya kitangadem dulu."
Ngadem. Mendinginkan. Lari ke suatu tem-pat, menghilang dari pergaulan, sampai suasana benar-benar
tenang. Sepertiyangdulu ramai-ramai dilakukan saat ada operasi petrus. Tanpa kecuali semua lari,
ngadem. Adayangkawin lagi, adayangberguru ilmu kebatinan, adayangtak berani keluar dari rumah
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
mertuanya di desa.
Mereka berdua memilih berada di tempat kontrakan baru,yanghanya berjarak ratusanmeter.Mencuri
dengar, tanpa berani berkomen-tar atau bertanya.
Rudi tak memiliki keluarga, tak adayangme-ngurus lebih jauh, persoalannyayangmenye-babkan kematian
atau bunuh diri menjadi kabur, ketika tubuhnya dikuburkan.
Akan tetapi, justru beritayangkemudian menyebar lebih ganas dan lebih meruak lagi. Rudiyangsudah
dikenal sebagai wakil warga Kampung Rabu, mendadak gantung diri. Persa-ingan dengan perusahaan
yangakan menggu-sur dianggap sebagai sebab utama. Belumdua minggu, semua tuduhan jatuh ke Warno
Viktor. Putra brengosash yangselama ini sudah digo-sipkan sebagai oskep, makin menjadi-jadi. Bukti
yangmenuding kepadanya tak bisa dibantah. Kini hidupnya mewah, banyak duitnya, bahkan rumah
mertuanya, rumah Pak Durkimmulai dibangun. Dari mana semua dana itu kalau hanya dari notok di
jalanan? Merampok sehari dua kali juga tak sepesat itu melonjaknya. Ditambah lagi kini Udin Balok kena
gep. Apalagi kalau bukan balas dendamdari Warno Viktoryangpasti tak akan merelakan kematian Udin
Bego begitu saja.
Kampung Rabu menjadi lebih panas. Patok, tiang mulai dipasang paksa. Warga memrotes.
Pertengkaran terjadi. Dimulai dari bagian ku-muh di dekat rel, penggusuran mulai berlang-sung dengan
keras dan menerabas. Tak adayangbisa menghentikan, walau sementara.
Bersamaan dengan itu, wargayangkena gep makin banyak dan terjadi berturut-turut. Sebe-lumoperasi
dilancarkan, merekayangbergerom-bol bisa kena tangkap bersih. Tak ada sisanya.
Ini belumpernah terjadi sebelumnya.
Meongyangmengobarkan hahwa ini semua adalah akibat teledor untuk menghabisi Warno Viktor.
Hanya seminggu ia berkoar, Meong kem-bali ditangkap. Menurut kabar bahkan sudah dihabisi.
Tak banyakyangmengetahui bahwa Warno Viktor, bersama Ida Menor berusaha menemui Babeh.
Mengutarakan kegelisahan wargayangsu-dah sampai puncaknya.
"Perang akan meletus, Beh." "Terus?"
"Babehyangmengibarkan peperangan." Tak ada reaksi dari Babeh.
"Kamu menuduh Babeh?" tanya istri Babeh. Warno Viktor menyeringai.
"Sejak pertama, saya sudah curigasarna
Babeh.
Saya ngomong terus terang saja ini Beh. Un-tuk apa orang seperti Babeh di sini kalau tidak adacanel ke
polisi atau negara?Dan yangme-ngetahui komplet apayangterjadi dengan o-rang-orang ini adalah Babeh.
Dengan matinya Rudi, jelas sekali. Selama ini tak banyakyangmengetahui apayangdila-kukan Rudi. Tak
banyak atau malah tak ada. Tapi ternyata Rudi dilewatkan.
Siapa lagiyangbisa memberi informasi itu Beh?
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Siapa?"
"Kamu tega menuduh Babeh?"
"Sebab dialahyangsekarang dituduh," jawab Ida Menor kepada istri Babeh. "Saya sudah bi-lang sama
semua orang, bahwa Babeh atau istri Babeh, atau keduanya,yangmenjadi espe."
"Biar merekayangbalas dendamdan meng-habisi Babeh."
Istri Babeh menghela napas.
"Terima kasih kalian memberitahukan ini," kata istri Babeh kali ini lebih tegas.
"Semua bukti ada.
Rudi sehelummati sering kemari. Ibu pernah mengancamnya. Ya kan? Rudi bercerita kepada saya."
"Jadi apa maksud kalian berdua kemari?"
"Asal Babeh tahu saja.
Kami juga bisa telengas."
flanya selisih dua hari, Ida Menor kena gep. Kali ini cukup berat karena ia membawalimaamplop ganja
kering. Menurut cerita, operasiyangrutin dari kepolisian, tetapi tudingan makin keras. Apalagi Warno
Viktoryangbiasa malang melintang dengan gagah berani datang ke kantor polisi, memilih sporing.
Warno Viktor memilih lari dan sembunyi.
Nama besaryangdiwarisi dari Markus, Ma-can Jabrik ayahnya tak ada bekasnya. Tak adayangtahu
bagaimana nasibnya, dan di mana adanya.
Danseperti udara malamyanggerah tiba-tiba berganti dingin dengan drastis, Kampung Rabu seperti sedia
kala kembali. Bagianyangsudah terbongkar, dibiarkan menganga, belumdilanjutkan lagi. Kesibukan
harian tetap tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Umaryati sudah menemukan jodohnya dari remaja di
tempat itu juga. Pestanya tak terlalu besar, tapi sangat me-riah. Melati Belinda Indah punya gacoan
semen-tara, dan kabur lagi. Muin, si anak kecil, dika-barkan hilang. Tenggelamdi laut, ikut seseorang
yangmengangkat anak. tersesat, atau sengaja minggat, adalah kemungkinan-kemungkinanyang
dibicarakan. Tetapi Muin tak dicari. Oleh ibunya, atau ayahnyayangentah di mana.
Yangjuga banyak dibicarakan adalah Tocil kini memakai sepatu baru.
Selebihnya biasa.
Seperti awal lagi.

23
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
M


ARKHababe sadar istrinya meman-dang aneh pada rokokdi tangannya,meskipun tak menanyakan suatu
apa. Mereka berdua berangkat bersama menuju halaman.Mobiltelah tersedia dengan pintu terbuka serta
sopiryangsiap dan sigap menutup kembali.
"Supaya ada variasi saja," Hab menjentikkan abu rokoknyayangbelumbisa jatuh.
"Atau kamu mengira aku sedang akan meng-ambil alih perusahaan rokok?"
Laksmindra menahan udara di dadanya.
"Atau menguasai jalur peredarannya?"
"Hab, apapunbisa kamu lakukan.Den-anNPNdi tanganmu, apapunbisa kamu lakukan dengan baik,
walau tidak selalu mulus. Atau se-lalu tidak mulus. Kebanggaan semacamitu bukan lagi pemuas
tantanganmu, Hab."
"Ohya?
Kamu selalu lebih mengerti apa yang ku-inginkan. Coba katakan terus terang, dengan a-lasan apa
sebenarnya kamu merasa lebih tahu mengenai diriku? Karena kamu lebih banyak membaca buku, lebih
banyak berceramah, Iebih banyak bersekolah?"
"Karena aku istrimu."
Hab memperlihatkan tawa kecil. Tawa yang merendahkan.
"Suasana memang herbeda. Dulu aku cukup puas bisa mengalahkan atau mengalah pada permainan
bilyar. Aku merasa bangga sekali de-ngan mobilku yang pertama, gajiku yang perta-ma, sampai dengan
Mark-ku yang pertama. Tapi bukan berarti aku kehilangan kebanggaan de-ngan apa yang masih bisa
kumiliki.
Ekonomi, bisnis, bukanlah benda mati seperti teori-teori yang kamu lahap dengan baik. Tetapi semangat,
tetapi gairah yang terus-menerus dan tak ada habisnya."
"Flab?"
"Aku tahu, kamu akan mempersoalkan lagi hubungan kita kan? Dari nada suaramu aku tahu. Aku tahu
bukan karena aku suamimu, melainkan aku tahu perasaan wanita pada tingkatan se-pertimu. Dan
keputusanku tak akan berubah. Aku akan selalu mempertahankan untuk tidak mempersoalkan.
Seperti ini, seterusnya."
Bau aroma harumdalammobil terasa tipis, melegakan.
"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan selama ini? Kesepian? Tidak sesuai dengan apa yang kamu
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
bayangkan tentang kehidupan keluarga yang harmonis, damai, bahagia, sejahtera? Atau adakah yang
makin mengganggumu mengenai idealnya sebuah rumah tangga?"
"Pertanyaanmu terlalu banyak, Hab."
Hab tertawa kecil lagi.
"Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. Makin tinggi dan makin sadar keterbukaan pi-kiran mengenai
dunia wanita, kamu akan makin kecewa. Bukan aku tak menghargai harkat kaumwanita, akan tetapi tak
bisa seluruhnya, atau se-bagian untuk beringsut dari posisinya sebagai seorang istri.
Tahu apa yang terjadi dengan ibuku?
Seumur-umur ia tetap jadi istri, dan itulah yang paling berharga. Mau tidak mau ibu harus bahagia
dengan realitas itu."
"Aku tak mengerti arah pembicaraanmu."
"Sori," Hab merunduk. Matanya tajamme-runtuhkan dengan sapuan ke wajah istrinya. "Aku menjadi
makin minder dengan caramu berdialog. Kalau dikembalikan ke bumi per-soalan, sederhana. Aku tetap
akan menjadi sua-mimu, kamu menjadi istriku. Tak pernah akan ada perubahan. Betapapun banyak teori
dan pen-dapat kamu kemukakan di depan masyarakat, betapapun mereka menyambut secara antusias.
Aku yang menentukan bentuk perkawinan ini, termasuk tak perlu memiliki anak.
Supaya kamu bisa mengerti pembicaraan anak jalanan, aku akan lebih terang jelaskan lagi. Aku tak
takut perceraian akan menghancurkan karirku. Aku tak akan terpengaruh misalnya kamu bakal lebih
bahagia dengan Kusnen sopir kita atauyang lain.Harga diriku tak akan tertam-par karena itu. Tetapi aku
ingin kamu tetap di sisiku, menjadi istriku.
Setidaknya ini lebih baik, dibandingkan ayahmu, ibumu, kehidupan keluarga dan perka-winan mereka."
"Apakah ini bagian dari kebanggaanmu juga?"
"Mungkin iya.
Lelaki manapunjuga akan bangga memi-likimu."
"Memiliki?"
"Seperti kukatakan, memiliki!
Kalimatku pedas, tapiagarkamu jelas.
Contoh sangkar burung lagi? Baiklah. Bu-rung-burungyangtermahal itu kubeli dan kumi-liki. Mau diberi
sangkar emas, sangkar kayu, sangkar bikinanku sendiri, akulahyangmenen-tukan. Bahkan kalau
kubiarkan mati kehausan, atau kucarikan jodoh, akulah pemilikyangme-nentukan.
Tentu banyak kebebasan. Seperti kamu te-tap bisa melontarkan gagasan hak kaumwanita. Bisa
menikmati hidup, bersenang, dan ber-kicau..."
"Hab, apakah kamu benar-benar tak suka aku bicara mengenai posisi kaumwanita diIndone-sia..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Untukku, sama saja.
Tak ada bedanya.
Itu hanya ilustrasi-ilustrasi kecilyangtidak mengganggu bentuk keseluruhanyangada. Bah-kan aku sudah
membayangkan kamu punya lelakiyangbisa dekat denganmu,yangmau mendengarkanmu,yang
mengagumimu. Mung-kin bisa berkembang lebih jauh. Kamu jatuh simpati, mencintai, menemukan
tempat pelarianyangtak kamu temui dariku. Itu bisa terjadi. Tetapi tetap akan kusikat habis siapapunlelaki
itu, karena aku tak akan pernah melepaskanmu. Seperti seseorangyangmemiliki anjing tua, sakitan, suka
menggigit, tapi tak mau membu-nuh, membuang atau menyerahkan ke penya-yang binatang, melainkan
tetap memeliharanya. Tetap memberi makan, membawa ke dokter dan membicarakan. Juga hukan
semata-mataagaraku kelihatan berhaik hati, setia...ohaku tak perlu lagi semua atribut itu.
Melainkan untuk membuktikan akuyangmemiliki.
Akuyangmenentukan."
Laksmindra mengambil rokok dari tangan Hab.
Mematikan.
"Kita cari pembicaraanyang lainsaja."
Wajah Hab terlihat berat.
"Aku tak apa-apa."
"Aku juga tak sakit hati."
Hab menggengbamtangan istrinya. Menga-gumi wajahnya darisamping.
"Apayangkita bicaakan?"
-Apa saja
" Ceramahku, pertenmanyangakan kita ba-cliri ini,film, maquanaut,..-
Atau mimpi kamu dua malamlalu?"
Kali ini Habtertawa agak lepas. Diciumnya lembut pipi istrinya. Tawayanglepas ini meru-pakan sisa-sisa
tawayangberderai, bergemuruh, untuk pertamakalinya. Iatak babis mengerti ketika istrinya, pada suatu
pagi. setelab sema-laman bergulat sangat nusraclanbersenumgat, dan mencapai kepuasan penuh,
bercerita tentang mimpi. Nlimpi mengerikan kata istrinya. Karena dalammimpi itu kuku Habseluruhnya
tercabut,giginya, juga sebagian rambut tububnya.
Dalamkeadaan berkeringat karena babis berulahraga Hab mencintai Iububnya, dan menjaganya
walaupun sebetulnya lebih nikmat dibabiskan dengan lanjutan bubungan seks pagibariHabtak bisa
menahan tertawanyaYangpanjang.
"Hei...hei... kamu ini apa-apaan? Pikiranmu cemerlang, pandanganmu rasional, sekolahmu sampai
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
negara manapun,emosi bisa terkontrol, kenapa jadi cengeng seperti ini?
Hei..."
Dalampakaian ticluryang,menyisakan gai-rah scnnllam,Flabmelihat, juga untuk pertama kalinya. wanita
yangdinikabi itu nampak sangatcemas dengan memeluk keneang.
"Aku takut."
Habbalas memeluk. Menciumi pipi, bibir, dahi, dan menarik tubuh istrinya makin rapat.
"Sering seringlah mimpi buruk itu sehingga aku merasa diperluknn."
"Hab.,
"Sudahlah, nanti kalau mimpinya berlanjutbarnkita bahas lebih tuntas, Sekarang inikanmudah melacak
asal usulnya. Bisa saja kamuba-ru membaca buku, mendengar cerita, nonton video,yang seram-seram.
Atau pengaruh soal nerakayangkamu percayai penuh itu."
"Entahlah, tapi menakutkan'
Melihat wajah istrinya, melihat kegelisabanyangdalam, Habmakin geli. Merasa ganjil. Aneh. 'I'ak masuk
akal.Dantertawa lepas lagi. Kini bahkan untuk mengingatkan kembalipun,tawanya masih bisa panjang.
Namun merasa kurang enak.
"Sekarang serius. Aku sudah tanyakan kepada orang tua di kantor... tidak kukatakan persis istrikuyang
mimpi, melainkan oranglain,tabu apa jawabannya?"
"Apa?" pertanyaan menggantungyangmc-nunggu jawaban.
"Masihsore,tengah malam, atau menjelang pagi.Harinya, dan cukup memusingkan. I.alu aku borong
semua buku mengenai the meanings of the dream.Adadi kamar ker jaku.-
Mata Laksmindra bersinar.
Kamu mau melakukan itu untukku, Hab?" "Aku suamiyangbaik."
Laksmindra ganti menggenggamtangan suaminya. Menciumlembut di pipi. Diam. Damai.
"Kenapa memilih tempat pertemuan di sini, Hab?"
"Untuk variasi saja."
Jawaban sempurna. Semuayangsempat me-nanyakan kenapa memilih tempat tersebut, me-rasa
mendapat jawabanyangbenar. Karena sela-ma ini sudah jenuh darihotelkehotel.Bagi Hab variasiyang
dimaksudkan adalah kesungguh-annya untuk menyelesaikan proyek pribadinya dengan menghabisi lelaki
berambut putih, ber-pakaian putih, bertongkat dan bertas kulit tebal.M.Ngole!
Begitu sampai, Hab menggandeng isterinya, masuk ke dalamruanganyangsudah penuh de-ngan keluarga
para direksi dan menajer. Berja-batan tangan, berkenalan sekali lagi, dan ber-canda bahwa untuk
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
pertemuan kali ini tak perlu memakaibatiksegala macam.
"Seperti saya sampaikan sebelumnya," kata Hab ketika mulai membuka acara. "Malamini tak adayang
istimewa, selama kita tak lagi me-nganggap kebahagiaan keluarga adalah sesuatuyangpenting. Nilai mulia
dari seluruh keber-hasilan kita dalamberkarya, sebagian terbesar dimulai dari keluarga.Idiomdalam
keluarga, mulai dari selimut sampai dengan impian. Istri saya baru saja menceritakan salah satu
impi-annya..."
Suaranya digantung, melirik ke istrinya dan kepuasan terpancar dari sinar matayangdatang.MarkMongki
tidak memberi sambutan, malah meneriakkan sikat saja, dan minuman diserbu. Baru kemudiandisc jokey
yangmemenangkan kejuaraanse Asiadi Jepang, memilih dan memu-tarkan rentetan laguyangsusunannya
dipersiap-kan penuh. Makanan kecil, minuman disentuh sekenanya, dan lampu mulai menyatukan emosi
kepada satu arah. Hab berdansa beberapa kali dengan Yuyuk,MarkYuyuk, dengan duayang lain,dan
diam-diammenyelinap ke samping.
Tak adayangmemperhatikan, ia masuk ke dalamruang belakang, dan turun dari tangga. Menuju tempat
parkiryangagak gelap. Ada mo-bilyangsudah disewa semingguyanglalu. Membuka pintu mobil, masuk,
dan segera me-ngenakan jaket kumuhyangada disitu,menge-nakan topi, serta kacamata setengah gelap
yangsudah dipersiapkan seteliti mungkin. Pestol berperedammasih tetap di bawah tempat duduk.Mobil
menggeleser keluar, berputar di dekat apotik, lalu masuk ke jalan utama. Diparkir di dekat pertokoan,
Hab langsung berjalankaki,melintas jalan pendek, melewati rel, dan lurus. Langsung ke kediaman lelaki
berambut putih, berbaju putih. Sepertiyangdiperhitungkan, se-muanya tak memakan waktu lebih dari
tujuh menit!
Dalampenerangan lampu jalananyangte-maram, tak akan adayangmemperhatikan. A-palagi di
sepanjang rel hanya wanita-wanita murahyangmenjajakan diriyangmeskipun melihat sekelebatan
padanya, tak akan menge-nali... andai kemudian ditanyai oleh polisi. Tapi kemungkinan itu sangat kecil.
Kecil sekali.
Hab masuk ke dalamhalaman, tanpa me-ngindap. Tak ada suara dari tetangga kiri dan kanan. Tak ada
suara anak-anak bermain. Hanya suara pesawat televisi dari tetangga sebelah manayangterdengar sampai
di halamanyangluasnya tak seberapa. Ada tanaman-tanamanyangbegi-tu penting, dirawat sekadarnya.
Lampu di pojok rumah juga remang, karena sangat menghemat listrik, sehingga tubuh Hab tak terlihat
jelas ke-tika sampai di pintu. Dengan menekan sedikit keras, engsel pintuterbuka. Iacukup tahu hal itu.
Sebenarnya Hab ingin mengetok pintu baik-baik, mengajak bicara sebelummenembak. Cara ini lebih
dingin, lebih membuahkan kepuasan. Akan tetapi, bukan tak ada risikonya. Tetangga adayangmendengar
suara percakapan atau tawa lelaki tua berambut putihyanglepas. Padahal Hab sama sekali tak ingin
meninggalkan bekas. Tidak juga gesekan baju atau celana atau jaket di pintuyangsering ada paku atau
bagianyangmenonjol. Tak akan ditinggalkan jejak sedikitpun.Baik seutas benang ataupun jejak
se-patunya.
Tangan kiri mendorong pintu, dan tangan kanan menarikpistoldari bawah pusar. Maju ke dalam, kembali
menutupkan pintu. Sebuah ru-anganyangsangat sederhana. Sepertiyangtelah dihafal dalam
angan-angannya. Meja tulis kuno, namun rapi. Di dinding ada potret kusamtentang masa-masa gerilya.
Adayangpotongan dari ko-ran, digunting dan ditata dengan rapi. Di bagian tengah kain korden. Tak ada
daun pintu di ru-angyangmenjadi kamar utama lelaki tua be-rambut putih. Di sudut ada sedikit peralatan
kompor, wajan penggorengan, dan pisangyangpastilah dipersiapkan buat besok sangat dini hari, sebelum
dibawa ke kantor dan mengambil uang pensiun.
Hab menyibakkan tirai dengan tanganyangtertutup sarung tangan. Dalamlampu penerang-anyanglebih
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
terang dari di luar, di balai-balai kayu terbaring seorang lelaki kurus, hanya me-makai kain sarung dan
kaosoblong,rambutnya putih. Tergeletak begitu saja. Di gantungan paku telah disiapkan celana putih,
baju putihyangrapi, di bawahnya sepatu hitamkulit keras. leng-kap dengan kaos kakinya. Di ujung
kepalanya, tas kulit besar dan keras.
Semuanya telah siap.
Disiapkan untuk hari gembira sebulan sekali.
Hab mengeluarkan pistolnya. Membidik.
Sepersekian kejap Hab memikiryang lain.Tanpa perlu menarik pelatuk, sebetulnya ia su-dah melakukan
sernuanya,sesuai dengan ren-cana. Bukankah tinggal kembali ke tempat per-temuan. Bukankah empat
belas menit, sudah termasuk membuka jaket, melepaskan topi dan berjalan kembali ke ruangan tak
menimbulkan kecurigaan sedikitpun?Di tengah jogetliardan musik bersambungan,14menit terlalu singkat
untuk mengetahui siapa berada di mana.
Istrinyapuntak akan mengetahui, meskipun rasanya ia bisa mengetahui lebih banyak. Seka-rang saatnya,
ia akan menceritakan kepada istri-nya apayangdilakukan.Danistrinya akan me-longo tak percaya.
Dengan kemungkinanyang palingsederhana: akan tersiksa nuraninya.
Hab menarik pelatuknya.
Bap.
Tubuhyangterbungkus kain sarung lusuh itu menggeliat kembali ketika bap terdengar lagi. Lalu diam.
Meregang kaku.
Ada percikan darah.
Tak banyak.
Hab menyakinkan diri dengan tembakan ketiga, lalu berbalik. Menguak korden, masuk ke ruangan
tengah, memasukkan kembali pis-tolnya ke balik jaket, membuka pintu dan menu-tupkan kembali, lalu
tanpa tergesa melintasi ha-laman, menuju jalan di luar. Tak berpapasan dengan siapa-siapa. Kalaupun
berpapasan, tak adayangmenduga bahwa lelaki tua berambut putih itu telah mati. Tiga peluru.
Agak sayang ia tak melihat wajahyangke-cut.Agak sayang kematiannya merupakan lan-jutan tiduryang
panjang.
Tapi lebih dari semuanya, ia telah melaksa-nakan proyek pribadinya dengan amat sempur-na. Tak akan
adayangmenduga, mendakwa, memeriksa, curiga atau berpikiran ada hubungan antara lelaki tua
berambut putih dengan dirinya.
Hab menengokjamtangannya untuk tera-khir kali.
Sesuai dengan rencana.
Senyumnya terkembang.
Sesaat telinga seperti mendengar suara ber-gemuruh, lampu terang sekali, teriakanyangtak dimengerti,
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
semua membuat bingung dan tak bisa berbuat sesuatu. Ketika itulah ia sadar ber-ada di antara rel,
melihat lok kereta api hitamgede, murahan, menyebalkan, melengkingkan jeritnya membelah, dan
teriakan perempuan murahan di pinggir rel. Hah terpesona. Ternga-nga.
Tak pernah masukidiomdi kepalanya hahwa ada kereta api begitu besar, besi kakuyangme-nuju ke
arahnya. Iabisa bereaksi cepat dan tang-kas untuk memutuskan masalah, untuk me-nentukan
perpindahan kurs valuta asing, untuk memecat atau mengangkat pimpinan, tapi bukan menghadapi kereta
api.
Hab mengerahkan kemampuannya untuk menyadarkan diri bahwa ia ternyata berada di antara rel kereta
apiyangsudah dihafal dan baru dilalui, tapi tak pernah diperhitungkan ada kereta apiyanglewat. Sekarang
ini padajamini.
Wajahnya serasa dihantamdengan labrakan gundukan besi besar dan berat, membuatnya terbanting,
terseret, dan rasa ngilu bermunculan darikaki,tangan, berikut suara krak, kraaakyangkeras dan banyak,
tulang-tulang di seluruh ka-kinya seperti hancur, perutnya basah oleh darah dan cairanlain,sementara
antara sadar dan tidak tubuhnya terseret sepanjang rel, menabrak besi persis di pipinya, terseret lagi
panjang di kerikil-kerikil dan kotoran, menabrak lagi hidungnya. Rasa berkernyut nyeri seperti gigitan
seribu semut dari tulang-tulangyangpatah membu-atnya berteriak tanpa suara, membuat bibirnya serak,
sakit, pening, terpotong-potong.
Laksmindra duduk gemetar di kursinya. Rokok suaminya dipegang dengan gelisah ketikaMarkYuyuk
datang ke dekatnya.
"Silakan..."
MarkYuyuk tetap berdiri mengawasi sekitar, seakan sedang meneliti apakah ruangan ini be-nar-benar
sudah bebas warna kuning, dalamsegala bentuk variasinya.
"Suasana di sini tetap tak tercapai.Aurora yangmuncul tetap seperti dibuat-buat. Kamu merasakanMin?"
MarkYuyuk biasa mengubah-ubah nada dan cara menyebut nama.
Laksmindra jadinya berdiri menemani, me-ngawasiyangberdansa ria.
"Mungkin karena ini pertama kali, jadi sua-sananya belumbisa lepas. Mudah-mudahan per-temuanyang
berikut bisa lebih leluasa. Mungkin juga suasana di rumahyangkurang akrab terba-wa kemari..."
"Kadang saya tak habis mengerti. Kenapa kita harus marahan sama suami. Berikan saja kesempatan,
dan kita pura-pura tak mengerti. Apayangdiperolehnya bukanlah sesuatuyangmerugikan kita. Kita sudah
memperoleh semua-nya, sudah dicukupi semuanya, hanya dengan pelayananyangitu-itu saja. Kita
membung-kusnya dengan cinta, kedamaian kekeluargaan.
Apakah cara herpikir saya salah,Min?
Apayangkamu lamunkan?"
"Hab. Akhir-akhir ini makin aneh."
"Biarkan saja. Apayangsaya katakan ada-lah kenyataan.Palingjauh iamaindengan Novi-yangsudah
digeser- denganartis atau gadislain yanglebih muda dan menarik, tapi nasibnya tak akan pernah sebaik
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kita."
"Hab jarang, untuk mengatakan tak pernah terlibat soal perempuan."
"Dalamhal seks, jarang pernah percaya lelaki.
Apalagiyangsudah kecukupan. Hanya itu pelariannya."
Laksmindra makin gelisah.
"Kamu menangis,Min?"
DadaLaksmindra terasa sangat sesak.
"Eh,apa mimpimuyangdisinggung dalampembicaraan tadi?"
MarkYuyuk masih mengajak berbicara lagi, dengan bahanyangkurang lebih sama. Lalu dengan
mengatakan agak kurang enak badan, bersama denganMarkMongki, ia menghilang. Bersamaan dengan
itu, satu dua pasangan turut menghilang tanpa perlu berpamitan.Danmen-jelang satujamberikutnya, hanya
tinggal para pelayan, dan makanan dan minuman, dan suara musik, dan bagian keamanan.
Laksmindra turun menuju mobilnya.
Sopirnya sudah bersiaga.
"Kamu tunggu Bapak saja.
Saya pulang bersama Kusnen."
Tadinya Laksmindra ingin ke rumah IbuGuruRukmini. Adayangmendorongnya pergi ke sana. Kusnen
telah mengetahui. Di dalammobil, perintahnya diubahlagi. Iapulang ke ru-mah. Tanpa marah, tanpa
dendam, tanpa me-nyesali kenapa suaminya tiba-tiba menghilang. Bahkan rasa khawatir lebih kuat
menguasai, karena wajah suaminya membayang dalamro-kokyangkini dipegangnya.
Sesampai di rumah,Ian-sungmenuju ka-marnya. Menginterlokal ibunya, tak ada di tem-pat. Ayahnya,
juga tak ada di rumah maupun di kantornya. Hanya diterima oleh mesin penerima. Ada ingatan pada
Polisman,yangentah kenapa sangat dekat dalamingatan setiap kali merasa ada persoalan. Sekilas juga
Wardoyo Widodoyangselama ini berlaku sangat ramah. Tapi akhirnya dilupakan semuanya.
Laksmindra berdoa secara khusus.
Setelah agak tenang, dimintanya Kusnen kembali ke tempat pesta. Melihat apakah sopir masih di sana.
Kalau tidak, harap menelepon. Kalau iya tak usah, cukup meninggalkan pesan supaya segera balik kalau
Hab sudah selesai dengan urusannya.
SetengahjamHab tergeletak, dipandangi wanita-wanita murahan, penjual rokok pinggir rel, sebelum
kemudian diangkut ke rumah sakit. Kemudian dipindahkan ke perawatan utama secara khusus, dan
kemudian malah dipindahkan ke rumah sakit Nusantara Medika Kita,yangdibawah naungan NPN.
Saat itu Laksmindra sudah menerima lapor-an. Pertama kali langsung dari rumah sakit NPK, kedua dari
pembantuMarkMongki, ketiga dari Acil direktur dua,yangkemudian malah menga-takan akan menjemput
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
langsung. Laksmindra mengatakan akan berangkat sendiri, setelah memberitahu mertuanya bahwa Hab
mengalami kecelakaan. Sejauh mana Laksmindra belumbisa menerangkan, tetapi tak disembunyikan
kemungkinan agak parah. Hanya saja tak perlu khawatir, karena kini ditangani semua dokter kelas satu
NPK. Laksmindra masih sempat me-nelepon Novita Anggraeni memberitahukan halyangsama.
Rasa dingin kamar rumah sakit menyadar-kan Hab, disertai tusukan tulang-tulangyangremuk, pecah
berkeping dan seperti menusuk--nusuk, mencoloki semua saraf-sarafnya. Kaki-nya tak bisa digerakkan,
tangannya hanya sebe-lah, dan matanya terasa sulit melihat sesuatu. Baru kemudian sadar bahwa mata itu
tertutup sebelah.
Berita sementara mengatakan bahwa Hab diserang oleh orang-orangyangtak dikenal, sebangsa
gerombolan premanyangmenculik. Hab melawan dan terjadilah perkelahian seru di pinggir rel, tempat di
mana Hab akan diblejeti. Dalampergumulan itu, gerombolan tertembak, karena ada tiga peluruyang
lepas, dan Hab di-hajar habis, kemudian tubuhnya diletakkan di rel kereta.Agarseperti mati karena
kecelakaan. Akan tetapi keajaiban terjadi. Hab tidak mening-gal meskipun terseret hampir dua ratus
meter,dan tubuhnya menabrak palang-palang di ping-gir rel.
Beritayang lainmenyebutkan bahwa Hab diculik gerombolanyangsudah diidentifika-sikan, terjadi
tembak-menembak. Hab terkena satu tembakan di perut. Habyangterluka dile-takkan di rel kereta api
yanglewat.
Mengenai gerombolanyangbisa diketahui identitasnya itu disebut-sebut sebagai "para pembunuh
hayaran". Siapayangdi belakang mereka, adalah pesaing-pesaing bisnis terutamayangtidak menyukai
adanya monopoli gerakan sosialMark.
Dengan demikian gambaran siapa di bela-kang para pembunuh dan penculik bayaran sebenarnya sudah
bisa diperkirakan.
Dalamwaktu24 jamsetelah kejadian, beri-ta saling melengkapi satu samalain.Mengisi semua surat kabar,
tepat di halaman pertama secara sangat mencolok. Wardoyo Widodo sen-diri langsung menuju ke rumah
sakityangdijaga sangat ketat.Danuntuk pertama kalinya dalamkarir jurnalistik, ia tak bisa diizinkan
menemui Laksmindra Setiawati.Puntidak diizinkan kontak melalui telepon di bawah. Penjagaan sa-ngat
ketat, sejak di tempat parkir.
Hab sendiri masih di ruang isolasi gawat darurat khusus. Tak adayangbisa menjenguk atau berbicara.
Istrinya berada satu ruang di sebelahnya tak mau ditemui siapa-siapa.
Tapi tetap takbisa. Iatak bisa menolak ketika Acil muncul dengan wajahyangkuyu memeluk-nya,
menepuk-nepuk pundaknya.
"Tabahkan hatimu, kuatkan."
"Boss MarkMongki akan menyelesaikan semuanya sampai tuntas. Baik penyidikan kasus ini,
pengamanan di sini untukmu dan semuanya, serta perawatan terbaikyangbisa disediakan. Kalaupun kamu
mengharapkan ke luar untuk berobat, kami sepenuhnya mendukungmu. Se-cara penuh.Bosssudah
mengatakan semua menjadi tanggung jawah beliau."
Neraka apakah ini semua? Laksmindra se-tengah merintih dalamhatinya. Apakah tang-gung jawab
MarkMongki menyelesaikan per-soalan? Dari sisi mana seorangMark yangno-mor satu sekalipun, bisa
mengatasi persoalan seperti ini? Apakah simpati bisa menyembuh-kan atau sekurangnya menerangkan
apayangsesungguhnya terjadi?
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Hanya NovitaAnggraeniyangkelihatan bisa mendampingi.
"Untuk pertama kalinya saya melihat Ibu mencucurkanairmata buat Pak Hababe. Saya tak pernah
melihat sebelumnya."
"Airmata bisa diatur, tetapi lebih banyak mengungkap perasaan secara jujur."
"Saya juga mimpi seperti Ibu.
Tapi saya tak berani menceritakan."
"Saya menceritakan karena sudah tak tahan.
Dalamputaranyangbegitu cepat, begitu dah-syat, akan adayangmelesat dan kehilangan arah. Bagiku,
bukan kecelakaan atau malapetakayangterjadi, melainkan kenapayangseperti ini harus terjadi?
Kenapa Nov?"
"Ada dugaan kuat, Suprapto Yudho di bela-kangmisemua."
"Kalaupun benar, kenapa harus terjadi Nov?"
"Barangkali memang harus terjadiBu.Kita tak bisa mengelak, karena memang harus, bukan karena
kenapa."
Laksmindra mengangguk perlahan.
Acil merasa kurang senang ketika seseorang mencoba mendekati ke arah Laksmindra dan oleh
Laksmindra diterima. Mereka berdua ber-pandangan, lelaki itu mencoba tersenyumtawar.
"Akubarnmau meneleponmu, Penyair." "Aku mendengar pagi lewatht.Baru ketika sampai di kantor aku
tahu Hab itu Habyangsuamimu, aku seperti linglung. Esoknya semua koran memuat gila-gilaan, dan aku
mendapat izin khusus untuk ikut dalamtimpenyidikan." "Akhirnya aku berurusan dengan pekerja-
anmuyangtak kusukai."
"Pekerjaanku bukan untuk disukai, tapi
diperlukan."
"Oh,kenalkan ini Novita... ini Polisman,
polisi bagian pembunuhan."
"Aku dipindah lagi, Ndil. Ke bagian ekono-
mi. Tapi sekali ini ada izin khusus."
Keduanya terdiam. "IbuGuruPelangi..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Aku belumsempat menghubungi. Entahlah... kamu mau ke sana? Sekarang ada
alasan untuk ketemu IbuGurukita?"
Polisman menyedot udara keras-keras. "Kok kita jadi bicara tentang IbuGuru?"Laksmindra menghela
napas.
"Kadang kuingat, itulah saat-saatyang pa-
lingmenyenangkan."
"Bagaimanamasih banyak puisinya?" "Ada beberapa."
"Boleh kubaca?" "Sekarang?" "Mana?"
Novita memperhatikan dan bertanya-tanya dalamhati. Acil masuk ke dalam, melaporkan
perkembangan keadaan Hab, bertanya-tanya curiga dalamhati. Memperlihatkan sikapnya yang kurang
senang.
"Kalau ingin sendiri, biar aku yang mengan-tar tamu ini ke depan..."
"Tak apa Cil.
Biar saja.
Terima kasih."
Novita merasa kurang enak berada di dalam, tapi Laksmindra mengharap tetap di ruangan. "Tak apa.
Aku juga ingin istirahat sejenak. Seperti dulu naik sepeda bersama. Masih ingat Penyair?"
"Ya, aku baru tahu namamu Brindil, artinya rambutnya sedikit. Ndil... kenapa aku tidak dita-wari minum
atau makan, atau apa gitu? Aku kan kepengin makanan yang aneh-aneh yang dibiar-kan menganggur."
Acil masuk lagi.
Memberitahukan bahwa Hab krisis clan Laks-mindra diminta segera ke ruang perawatan.
24
P



AKHandriyono?"
Hans menyakinkan diri bahwa yang disebut adalahnamanya. Iaharu saja kelu-ar dari ruang registrasi
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
untuk sidik lima jari. Itu selalu dilakukan, sehari sebelumsidang. Hanya karena sidang berikutnya hari
Senin, kini hari Sabtu merupakan saat terakhir. Jimmy yang di sebelahnya ikut herhenti.
"Pak Abiyoso?"
"Ada apa Pak Miat?"
Jaksa Anton Samiat yang badannya kekar, yang selama ini mengawal di persidangan nam-pak
memperhatikan kirikanan. Iamerasa ku-rang enak.
"Ada kawalan sidang?"
"Tidak.
Saya khusus menemui Bapak berdua."
"Ada yang khusus?"
"Itulahyangingin saya tanyakan. Apakah Bapak berdua ada pesan-pesan tertentu. Besok Senin, sidang
sudah memasuki tahap tuntutan."
"Pak Rohimat ada pesan khusus?"
"Ya, dan tidak.
Kalau masih adayangmau disampaikan saya akan menyampaikan sendiri." Hans mendekat.
"Minggu lalu, kata Pak Rohimat segalanya sudah selesai. Sudah diterima semuanya."
"Kalau-kalau ada perubahan, ada keringanan lagi."
"Saya kurang mengerti."
Jimmyjuga kurang mengerti. Dalamperte-muan sebelumnya, Rohimat mengatakan bahwa ia telah
menerima semuanya, dan mengucapkan terima kasih. Serta janjinyayangmelegakan.
"Saya akan melakukan tugas saya sebagai abdi negarayangbaik. Saya berani janji menun-tut
seringan-ringannya."
"Terima kasih."
Itu setelah perdebatan dingin sebelumnya, dan Hans ikut geramkarena ia tak bisa ditahan di luar.
Karena sekeluar dari rumah sakityangmemberikan surat bahwa ia menderitastressdan depresi berat tidak
mempengaruhi apa-apa. Bah-kan persidangan mengejar habis masa penahan-an. Seminggu tiga kali.
Dalamkeadaan pusing, kurang enak badan, Hans mendengarkan kesaksian demi kesaksian,
orang-orangyangtak dimengerti arah ucapan-nya, dan setiap kali ditanya hakimia menjawab bahwa tidak
berkeberatan. Karena menurut penilaiannya ia sama sekali tak mengenal Jabrik, tak tahu ada korban.
Yangdiketahui hanyalah ada perkelahian disebabkan senggolan mobil. Itu saja.
Juga pada kesempatan tanya jawab, Hans menceritakan dari awalyangdiketahui,yangsudah diceritakan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
kepada siapapunsampai hafal.
"Sudah hanya itu?"
Dalamkeadaan tertekan, Hans hanya bisa menangis.
Sidang diskors selama setengahjam.
"Sudah sehat lagi?
Jangan sampai waktu ini saudara terdakwa sakit, nanti tertawa-tawa."
Dalamkeadaan emosiyangtidak stabil, Hans merasa sakit hati. Sakit hatipunditahan, seperti selama ini ia
menahan diri. Menahan diri dalamsegala hal. Sehingga ketika berkaca ia tak me-ngenali diri lagi.
"Apakah dimungkinkan penurunan jumlah tuntutan?"
"Segalanya mungkin," suara Anton Samiat lembut. "Dulu perjanjiannya bagaimana dengan Pak Rohimat?
Sistempaket?"
"Tak tahu apa istilahnya. Pokoknya semua bakal diurus. Juga untuk majelis hakimserta pa-nitera."
"Untuk kami?"
"Saya kira sudah termasuk."
"Jangan kira-kira..."
"Kami sedang pusing Pak."
Hans meninggalkan begitu saja.Jimmymengeluarkan rokoknya.
"Merokok Pak?"
"Rokok sayalain."
Hari Senin pagi mereka berdua berangkat bersamayanglainnya. Dalammobil, sampai di gedung
pengadilan pada dini hari, pindah berada dalamkerangkeng, memesan makanan dan minuman. Rohimat
sempat menghampiri me-reka.
Dengan senyumyangakrab. "Bagaimana keadaannya?""Baik."
"Saudara Abiyoso?1,
"Baik," jawabJimmy.
"Sehat?"
"Sehat."
"Saudara Abiyoso?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Ya."
"Ituyangterpenting. Orang itu kalau sehat, tak adayangmengalahkan. Banyak uang, ba-nyak pacar kalau
badan tidak sehat, apa artinya? Tak bisa menikmati.
Iya kan?"
"Iya."
Jimmymengangguk.
"Sudah bertemu pengacara?" "Belum."
Jimmymenggeleng.
"Saya sebenarnya mau bertemu.
Bagaimana? Keluarga sudah besuk?"
"Sudah."
Jimmydiam.
"Saya lihat tambah segar. Dibandingkan per-tama kali dulu. Syukurlah kalau baik dan sehat. Tawakal
saja, tabah saja. Serahkan pada Tuhan. Rumah tahanan adalah tempat terbaik untuk berserah diri."
Hans masih memaksakan diri untuk percaya mendengar tujuh bulan. Bukan tujuh tahun. Tujuh bulan.
Bulan. Bulan. Bulan. Sebulan tiga puluh hari. Bukan tujuh tahun. Tujuh kali tiga ratus enampuluhlimahari.
Hans mendengar suara jeritanyangsamar. Ibunya, atau adik pe-rempuannya atau dua-duanya. Hans tidak
melihat ayahnya sampai kemhali ke dalamtem-pat menunggu. Rohimat datang lagi, mengelap keningnya
yangberkeringat.
"Maaf, saya hanya menjalankan tugas.
Seperti saudara sendiri mengetahui, dalamsoal tuntutan saya tak bisa memutuskan sendiri.
Mudah-mudahan hakimlebih mengetahui halyangsebenarnya."
Hans dingin ketika diajak bersalaman.
Jimmybiasa-biasa saja.
Juga dalammobil tahananyangmembawa-nya pulang ke rutan.
"Jim,aku tak bisa bernapas."
"Gila. Semuanya gila."
"Baubusuk itu sudah kuciumlama."
"Kamu tahu kan dalampersidangan semuayangdikatakan jaksa tak terbukti? Semua ke-terangan saksi
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tak ada hubungannya dengan kita. Kamu tahu kanJim?Kamu tahu kanJim?"
"Tahu bahwa kamu pasti tetap heran."
"Kotor. Busuk."
Hans dipapah ketika turun dari mobil. Tiga hari penuh istirahattotal.Teman-teman satu blok berusaha
menghibur, dan mengatakan sepertiyangdipikirkan. Membenarkan jalan pikirannya bahwa tuntutan itu
terlalu besar. Bahwa sistemhukumpengadilan selalu mencengangkan. Adayangbebas, adayangkecil dan
murah, adayangbesar dan mahal.
Seminggu kemudian dengan berapi-api pe-ngacaraJimmymaupun Hans membela dan mendapat ulasan
ramai di surat kabar. Semangat Hans bangkit lagi, meskipun susahtidur. Iaterus-menerus berdoa,
terus-menerus menguatkan diri dan bersikap tenang. Sampai seminggu kemu-dian, dalamputusanyang
membuatnya susah percaya apayangdidengar. Hakimmenjatuhkan putusanlimatahun untuk dirinya, dan
empat ta-hun untukJimmy,potong masa tahanan. Banyak pertimbangan baikyangmeringankan maupun
memberatkan.
"Limatahun,Jim!"
"Lebih baik dituntut tujuh dan jatuhlima,daripada dituntutlimadan jatuh tujuh." "Kita ditipu!"
"Ya, kita ditipu diri kita sendiri. Kita ditipu kepercayaan kitayangselama ini diberikan oleh masyarakat,
oleh keluarga."
Pengacara datang sorenya, menemui. Ke-luarganya juga. Nasihatnya sama. Tetap tabah. Masih ada
upayabandingdi pengadilan tinggi. Biasanya bisa turun empat puluh persen, sampai denganlimapuluh
persen.
"Apakah ini juga angin surga?
Kemaren Bapak bilang kira-kira tuntutan hanya dua atau tiga tahun. Itupunsudah terlalu berat.Dan
keputusannya dalamkasus pidana seperti ini, sekitar dua pertiga dari tuntutan. Atau sedikit di atas
setengah,agarjaksa tidak naikbanding.
Nyatanyalain.
Bahkan jaksanya ikut naikbanding!"
"Bukanikut. Iapercaya harus naikbanding,"potongJimmy.
"Jimmysudah saraf berat.
Bukan sayayangsakit.Jimmy!"
Jimmymerangkul Hans. Menciumpipinya.
"Kamu benar."
Hans yakin dirinya sudah gagal, kalah, ron-tok, tumbang, hancur, remuk, dan segala sebutanyang
menggambarkanratadengan tanah. Hanya bukan mampus saja!
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Bukan atau belum?
Nyaris atau hampir?
Kata-kata itu berpendar dalamkepalanya, memberat pusing karena tak bisa dipahami secara tepat.
Kepada siapa ia bercerita?Jimmypunmemilih menyendiri di bloknya. Kepada tembok seperti kata
Jimmy?
Ada baiknya juga kepada tembok. Realitasyang palingkonkret. Sehingga ngomong dengan dinding
kamar, dengan jeruji besi adalah halyangsangat wajar.
"Hai tembok, ini aku Handriyono Partoku-sumo, mahasiswa gemerlapyangmendapat ni-laiplusuntuk
eksterior, masih muda, dari ke-luarga baik-baik, dan selama ini secara sadar be-lumpernah berniat tidak
baik. Suatu hari da-lamhidupku, aku bermobil dengan sahabatku,Jimmy,iseng-iseng membawa pergi
seorang wanita bahenol di suatu kelab malam, bernama Ida Menor. Dalamperjalanan menuju tempat
percumbuan seks, mobil ditubruk mobil. Aku tegaskan padamu, hai tembok tolol, ditubruk. Bukan
menubruk, bukan berada dalamjaluryangsalah. Ditubruk. Bruk, gitu. Lalu terjadilah per-kelahian, aku
tidak mulai.Jimmyjuga tidak. Apalagi Ida Menor.
Kamu tak tahu apayangkemudian terjadi kan?
Kuberitahukan pelan-pelan. Di mobil itu konon ada seorang penjahatyangkampiun di-kenal dengan
nama Joko Paing, atau Amat Paing, atau Jabrik, atau gelaran apa lagi. Tak jelas ba-giku ada atau tidak.
Juga tak penting. Tapi jadi penting. Karena kemudian ada korban. Adayangmati. Tak jelas sampai
sekarang bagiku, siapayangmati itu. Polisi, atau alat atau informan, atau residivis atau bahkan sudah mati
sebe-lumnya. Bagaimana kisahnya aku tak tahu persis.
Kamu bisa membayangkan bahwa untuk itu aku harus menatapmu selamalimatahun? Hai, dengar
tembok, selama ini kamu sudah me-ngetahui hahwa aku sudah setengah gila, sudah tak punya
pertimbangan baik atau huruk, sudah kacau balau.
Aku tak punya persiapan untuk berada di pengadilan. Polos saja.Danterpojok habis. Bah-kan ayahku
yangdulu berjuang,yangmenabung sejuta demi sejuta sepanjang karir kerjanya, ter-nganga melihat duit
menguap hegitu saja. De-ngan carayangsangat menyakitkan.
Lihat, tataplah aku baik-haik.
Adakah aku memiliki tampang kriminal? Adakah bersitan wajah seorang pembunuh,the face of the
killer?Tikus, nyamuk, apalagi ular, kecoapuntak bisa kubunuh begitu saja. Tapi ini nyawa manusiayang
dituduhkan, didakwakan, dan dibuktikan hahwa aku melakukan. Hebat kan? Kamu sendiri tahu
bedanya, tapi mereka tidak. Bisa jadi mereka tahu bedanya, tapi ya tetap saja.
Sebenarnya dalampersidanganpunaku tak bisa disalahkan. Semua petunjuk sudah kujalani semua.
Bersikap sopan, ngomong apa adanya, jujur, kemukakan penyesalan, memohon ke-ringanan hukuman,
tidak berbelit-belit, menyuap sana-sini. Kurang apa? Kan nggak ada?
Lalu kamu pasti juga mengira hahwa ini se-mua ada hikmahnya. Aku setuju. Akan tetapi, sebelumbisa
menemukan hikmahnya, harus ta-hu lebih dulu sebenarnya apa salahku ini? Apa-kah salahku karena aku
membawa Ida Menor? Lhooo,yangsuka bawa bukan hanya aku. Ba-nyakyanglebih sering. Juga nggak
apa-apa.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Apes?Sial? Naas?
Tapi masak setega ini.
Siapayangmenjadi korban? Bagiku kan nggak jelas. Seperti pernah kukatakan, korban-nya abstrak. Ya
bisa saja kalau sebelumnya su-dah ada. Situasinyayangsudah mau meledak. Jabrik harus diloloskan,
untuk itu perlu cerita.Danaku masuk di dalamnya.
Tembokyangbaik, benarkah susah untuk menjadi orang jujur?
Ayahku, kata orang, jujur. Bersih. Berwi-bawa. Banyak sekaliyangrespek berat pada be-liau. Nyatanya
apa untuk kasusku ini?Nothing.Nol. Bukannya tak berusaha, mungkin sudah habis-habisan. Tapi toh
malah ditekuk juga.
Kamu tahu apayangdialamiJimmy.More and more.Lebih gila lagi. Entah berapa ratus juta habis tak
ketentuan.Yanglebih menyakitkan adalah penerimaan kita ini. Apakah denganmainke sana-kemari ini
salah atau betul? Kalau tidak melakukan nanti menyesal, kan kebiasaanyangberlaku sudah begitu.
Nyatanya ikutmain pun,hasilnya empat bintang.
Sure, we canmenghiburourselves.Misalnya saja dengan membandingkan kan ada pembunuhyangdijatuhi
hukuman lebih banyak. Adayanglimabelas tahun, sepuluh tahun, delapan tahun, tujuh tahun, enamtahun,
limatahun lebih tiga bulan. Atau kalau misalnyayang laintermasuk subversif, karena meloloskan Jabrikyang
me-resahkan masyarakat. Atau penggunaan senjata api milikJimmy,walaupun ada izinnya. Bagai-mana
kalau dituduhkan untuk gerakan kontra revolusi.Palingseumur hidup atau20atau15tahun terbayang.
Alangkah gampangnya menuntut sepuluh tahun. Seolah tak ada heban apa-apa, seperti menyebut jarak
yangsekianmetersaja. Kalau saja terbayang bagaimana sehari saja harus dilewati dengan tiga kali makan,
dua kali man-di, dua kali diapel, sedikitnya delapanjamme-rasa diteror, sama dengan24 jammerintih,
pas-tilah tak semharangan seperti ini. Kalaulah palu di meja hakimterbuat dari bahanyangpunya
perasaan, punya pertimbangan keadilan, bisa memilih dan tidak'seperti kayu si benda mati, petanya juga
akanlain.
Tembok, jeruji dan lain-lain.Jimmybenar dengan mengatakan lebih baik memohon kepa-damu. Sebab
kamulahyang palingkonkret saat ini. Tidak menutup diri, tidak berpura-pua manis, tidak manis-manis
jambu istilah di sini. Baru sekarang aku memahami apayangdimaksudkan.
Hebat.Jimmymemanghebat. Iafrustasi pertama kali, patah arang, dan sejak menerima kebusukan, ia
menjadi jauh lebih wajar meng-hadapi. Sedangkan aku jadi serba susah. Jadi terbelah. Bukan karena
apa. Semakin aku me-nyadari hak, semakin aku mengerti arti kebe-basan, semakin terasakan betapa
sempit, pengap dan terbatasnya dalamkurungan.
Badai belumberlalu.
Gelombang ternyata tidak datang sekali pa-sang. Banyak gelombangyang lain.Salah satu-nya baru
kubaca hari ini. Dengar baik-baik tembok, akan kubacakan. Inilah kata Rohimat, jaksayangtidak kamu
kenal tapi selalu mengirimorang untuk menatapmu. Kubacakan ya?
Hukumadalah hukum. Penegakan hukuminerupakaninti dari tata tertib dalambernegara. Sebagai
penuntut umum, saya melaksanakan tugas. Saya tahu bahwa banyak suara sumbang sebelumnya.
Apakah penuntut umumberani berhadapan dengan terdakwayangdari kelu-arga tenar dan berpengaruh.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Saya katakan sekali lagi, hukumadalah hukum. Tak harus membedakan apakah terdakwa anak, atau
keponakan, atau bahkan konglomeratnya se-kal ipun.
Saya bersyukur bahwa pengadilan ini berjalan aman, tertib dan lancar
Hebat ya kata-katanya. Ini ada lagi dari jaksa pengganti Wirawan. Kubacakan, jangan bosan.
Dalammenjalankan kewajiban selaku penuntut umum, kami mengesampingkan masalahlain.Meskipun
saya akui faktor faktor kemanusiaan,yangmenjadikan kita sebagai makhlukyanglebih tinggi derajatnya
diban-dingkan binatang, tetap berbicara. Saya berbi-cara dari segi faktor kemanusiaanyangpositif
sifatnya.
Secara nurani saya sedih. Harus menuntut sekian tahun. Tetapi kalauyangsaya hadapi seorang
pembunuh? Seorang koruptor? Seorangyangmeresahkan masyarakat?
Saya akan lebih berdosa, akan lebih lari dari tanggung jawab sebagai abdi negara kalau tidak menuntut.
Saya kira kita harus melihat secara kese-luruhan.
Tidak begitu hehat, tapi mengagumkan. Ba-gaimana mereka berdua bisa saling melengkapi.
Ah, sudahlah.
Dendamakan makin menggores, dan tak mengubah apayangkujalani. Setialah kepadaku tembok.
Jangan bosan memandangi dan ku-pandangi. Jangan keki kalau aku kentut,beol, muntah di sini. Kadang
memang tak ada tempatlain.
Kamu tak tahu kan aku punya ayah? Punya ibu? Punya adik? Punya pacar? Punya kucing kesayangan?
Punya tamanyangbelumkusele-saikan? Punya tanggung jawab menyelesaikan kuliahku?
Lebih banyakyangkupunyai, tetapi dipotes begitu saja. Seperti tangkai pohonyangdipa-tahkan tanpa
sebab. Uratnya, kulitnya, kayunya patah dan tak bisa disambung lagi. Dari tempat itu, mungkin luka
tertutup, dan bisa tumbuhyang lain.Tetapi bagianyangpatah? Terbuang per-cwna. Mungkin ditambah rasa
marah dan jeng-kel kalau tepatmengenaikepala orang.
"Aku tak mau dikatakan omong ngelantur, tembokyangbaik."
Sejak itu, ia merasa aman, dan lebih tenang. Masih gelisah, masih bingung, tapi segera reda jika sudah
diomongkan.
"Hai tembokkuyangkemarin dulu juga.
Ini aku kembali padamu. Mengajak bicara seperti biasanya. Kamu ingat malamMinggu kemarin?Aku
khusus memakai baju lengan pan-jang, sewarna dengan celana dan sepatu, juga kauskaki.Bersisir bagus,
memakai minyak wa-ngi, dan kubiarkan tubuhku berkaca padamu secara penuh. Kamu pasti juga
mendengar re-aksi-reaksi penghuniyang lain.Setengah mele-dak, sebagian prihatin melihat penampilanku.
Pertanyaan mereka berkisar: memangnya mau sidang? MalamMinggu ni ye?Kesanabet apa dia ini? Kok
makin parah saja.
Aku mendengar semua, dan mengerti mak-nanya dengan jelas. Apalagi di sini tidak banyak bisik-bisik.
Semuanya bisa dengan mudah diketahui apayangmenjadi isi hati seseorang.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Satu hal aku berterus terang padamu. Apayangkulakukan sekarang ini adalah menjadinormal.Atau
menjadi sehat, menurut istilahJimmy.Biarpun berada dalamkondisiabnormal,aku harus tetap bisa wajar.
Menikmati malamMinggu sebagaimana biasanya. Menangkap esensi bahwa hari Sabtusoreberbeda
dengan hari-harilain,apalagi Senin. Dengan pengertian inilah aku memakai sesuatuyangistimewa.
Namanya juga malamistimewa.
Demikian penjelasan ini perlu kukatakan, meskipun sesungguh-sungguhnya aku sadar dan percaya,
kamu tak hegitu mempersoalkan ini. Untukmu, segalanya bisa kamu terima dengannormaltanpa bertanya,
protes atau curiga. Itu salah satu sifat-sifat utamamuyangbetul-betul mengagumkan.
Baik, sekarang aku cerita soallainsaja.
Soal apa? Soal kekuasaanmuyangbegitu nyata? Itu sejak pertama kuakui. Dua tanganyangkurentangkan
tak cukup lebar. Pasti ter-tekuk olehmu. Demikian pula jika aku tidur melintangkakitertekuk seperti
dalambis, atau pesawat terbang. Jarak lebar ini memungkin-kan aku naik ke atas, dengan keduakaki
me-ngangkang. Tidak! Aku tidak bermaksud kurangajar.Hanya ingin menjajal seberapa lebarmu, dan
sebenarnya dulu-dulunya siapa dengan pato-kan apa kamu diatur serta diukur."
Sejak akrab dengan tembok kamar, ia tak lagi bernafsu mengisi teka-teki silang, tidak jugamaincatur
yangselalu menambah pusing dan membuat oranglainjuga pusing, atau olahragayang lain.Baginya semua
telah terwadahi de-ngan baik.
"Hai lagi. Kamu masih disitu?
Ini aku, Hans-muyangsekarang lebih jarang sakit kepala. Hanya kadang batuk sertafluse-bagai
tambahan.
Itu,yangtadi datang, namanya Abiyoso U-marSaid.Mestinya nama panggilannya Iyos atau siapa gitu.
Tapi dia beken dengan namaJimmy. JimSpedi.lasahabatyangsering kuceritakan. Sahahat dalamartian
sebenarnya. Ia hormat, respek padaku. Demikian pula aku.
Kedatangannyayangterpaksa inipunkarena ia sayang padaku. Karena ia prihatin.
Jim,kamu mau juga menjengukku? Orang-orang bilang kamu gila. Ngomong sendiri. Betul?
Kamu tahu sendirilah,Jim.Bagaimana kesanmu?
Bagus. Baik.
Rasanya kamu perlu kukenalkan dengan tembokku.
Sudah.
Salamsaja padanya.

Benar kan dia baik?
Dia mengerti bahwa sebenarnya aku tak perlu diperiksa lagi, dibawa ke dokter lagi. Aku malah enggan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
disuruh cerita sama dokter, sama perawatyangcerewet dan pura-pura ramah.What's for?Memangnya itu
akan mengurangi hukuman? Memangnya membuat aku ditahan luar?
Tidak kan?
Namun, aku tetap ingin jadi anak mudayang
baik.Whatever they said, I'll obey. Always.
Mereka meminta membuat memoribanding,aku serahkan ke panitia... panitia... bukan panitia...
pengacara, ya pengacara, penasihat hukum. Me-reka meminta mandi, aku mandi. Tanpa diminta aku
juga makan.
Mandi.
Makan.
Ada hubungannya.
Mati.
Tak ada hubungannya.
Jimbenar juga. Kita hisa menunda bunuh diri, itu artinya sama dengan mati, kalau tetap bicara. Kamu
sebenarnya jadi dewa penolongku. Kamu baik sekali, tembokku sayang."
lalega. Puas.
Tapi taklama.
"Tembok sakti, tembokku.
Agak susah kita menjalin komunikasi. Kalau pintu kututup oranglaincuriga. Kalau kubuka, mereka
heran, menertawakan, dan kembali memintaku berobat. Diperiksa. Diperiksa atau dipaksa. Ya dipaksa.
Dipaksa periksa. Diperiksa secara paksa.
Bagiku, selama kamu masih mau mende-ngarkan biar saja.
Ohya, ada berita lagi. Mau baca? Kubaca-kan?
Menurut pengacara, Handriyono Partoku-sumoatau Hans, menderita gangguanmental.Permohonan
untuk rawat di luar selama me-nunggu hasilbanding,terbentur dengan Surat Edaran Mahkamah Agung
nomor..ah itu tak penting.
Menurut Abiyoso UmarSaid,teman seperka-ra dalamkasus ini, ia berani memheri kesaksi-an bahwa
Hans sebenarnya wajar saja. Ia tahu persis. Bahkan sekarang ini, inilah penyela-matan utama. Dalam
pertemuan dengan warta-wan,Jimmymengatakan kesaksian dengan tegas.
"Kalianyangberada di luar tembok, bagai-mana bisa menghakimi kamiyangberada di dalam? Kalian, juga
wartawan ini, merasa tahu hanya bertemu di ruang besuk."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Apayangkalian persoalkan sungguh susah kami mengerti. Saya mendengar ribut soal pemenuhan
kebutuhan biologis bagi napi. Satu bicara begini, satu begitu, sana begini, sini bega-na, sungguhabsurd.
Yangmenjadi persoalkan kami bukan itu.
Bagaimana kami bisa bicara dengan tembok.
Masih ada di bawahnya, tapi tak penting be-nar. Ini majalahyangmengupas soal-soal hu-kumatau apa.
Saya sebenarnya kasihan samaJimmy.Dia-lahyang palingfrustasi saat ini. Tapi saya tak bisa berbuat
apa-apa. Kami sama-sama tahu ja-lanyangkami pilih. Dia sahabat, sekaligus saudara kembarkuyang
kembali. Kalau ia mati, ia mati untukku. Kalau ia gila, ia gila untukku.
Demikian juga aku.
Jimmyada dalamaku.
Aku ada dalamJimmy."
ladipindah ke kamarlain.Tapi tetap saja bisa ketemutembok. Iadipindah lagi ke kamar se-mulayangdicat
baru, sesuai dengan banyaksa-ran.
Sejak itu tak terlihat lagi ia bicara dengan tembok.
HanyaJimmyyangtahu, bahwa Hans ma-sih tetap berbicara. Tanpa perlu suara.

25
P

OLISMANtak banyak bercerita, juga tak ingin bercerita keadaanyangsesung-guhnya kepada
Laksmindra. Sesungguhnya da-lampengertian bahwa padajamyangsama ketika laporan dariMark
Mongki masuk ke pim-pinan, malamitu juga dikerahkan timgabung-anyangbergerak sangat cepat.
Malamitu juga sekitar200orangyangdiacak diamhil dari se-panjang rel. Seluruhnya diambil, ditampung,
diperiksa dengan dang-ding-dung keras. Tak adayangtak parah, sepertiganya sampai berteriak minta
ampun. Sekitar seperlima menyatakanmanmengakui sebagai perbuatannya.
Dengan tekananyangbegitu keras meng-himpit, darah, kuku, gigi, rambut, tulang menjadi pelengkap di
mana satu keterangan bisa me-ngemhetyanglainnya. Satu menjelaskan bah-wa malamitu mendengar dari
siapa. Siapa ini-lahyangkemudian terus diburu.
Menjelang pagi, sudah ada243tersangkayangdiperiksa terus secara maraton. Kantor seperti khusus
menanganirnasalahHab, juga di kantoryang lain.Semuadatadicross, disilang-kan untuk mengetahui apa
yangmereka ketahui.
Sampaisorehari tak ada tanda-tanda petun-juk. Kalau hanya mengakui, sudah banyakyangbisa
dimajukan. Apalagi dari sekian ratus orangyangditangkap, semuanya boleh dikatakan per-nah melakukan
tindak kriminal. Sudah lang-ganan masuk penjara karena satu danlainhal. Sehingga sebagian sudah kenal
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
sangat baik.
Malamhari Letkol Polisi Gatot Pamungkas memanggilnya secara khusus. Wajahnya sedikit kusut.
"Ada perintah dari Komandan. Perkara ini menjadi uji coba semua. Kalau mau terus di ja-batan ini, ya
harus bisa diselesaikan."
"Siap,Dan."
"Saya tak butuh kesiapan itu.
Saya butuh kasus ini diselesaikan." Polisman menjawab dengan siap.
"Ini timgabungan terbaikyangkita kerah-
kan.
Setiap ada perkemhanganyang palingkecilpunharus dilaporkan. Kamulamadi bulik, ada teori apa,Man?"
"Sampai saat ini belum.
Juga tak ada tanda-tanda pembunuh bayar-an. Semua canel sudah kita urus tuntas, tak ada
hubungannya. Juga tak mungkin pemain baru."
"Ituyangtak ingin didengar Komandan."
Polisman terdiam.
Komandannyayangtertinggi dalamjajaran-nya ini lebih mengetahui, kalau menghadapkan merekayang
mau mengaku, tak terlalu sulit. Akan tetapi, melihat fakta sesungguhnya...
Polisman menyinggung sedikit tentang vi-sumdokter mengenai bagian bawah perut kor-banyangterkena
peluru. Ternyata pelurunya co-cok denganpistol yangdibawa korban.
Dalamkonferensi persyangkemudian men-jadi berita utama lanjutan, rekonstruksinya men-jadi lebih
jelas. Hab, pengusaha terkenalyangsangat maju dari kelompok NPN, salah seorang direkturyangidenya
cemerlang, sedang meng-adakan pesta syukuran ketika ia diculik oleh gerombolanyangterdiri dari sekitar
sepuluh orang residivis. Hab dibawa ke salah satu tem-pat dekat stasiun kereta api, dan di sana terjadi
perlawanan. Tiga penjahat bisa ditembak, danpistoldirampas salah seorang penjahat serta ditembakkan
ke tuhuh korban. Tepat mengenai bawah pusar, menjebol perut, dan keluar dari pantat. Untuk
menyakinkan bahwa korban meninggal karena kecelakaan, tubuh korban diletakkan di tengah rel kereta
api. Sampai saat ini, polisi telah menangkap dan menangkap ter-sangka, meskipun adayangmasih jadi
buron.Motifpara pelaku diduga karena disuruh sese-orang, mengingat kecil hubungan antara korban
dengan preman di daerah tertentu. Dalamwak tu dekat akan segera diumumkan hasil penyi-dikan.
Dengan tambahan masyarakat diminta te-nang, semua ditanganiyangberwajib sesuai de-ngan hukumyang
berlaku.
Yangmembuat timgabungan masih jengkel adalah pengakuan beherapa orangyangmenga-takan melihat
korban sehelumnya berjalan sen-diri dan tertabrak kereta. Para pelacur pinggir rel, penjual rokok, tukang
pijat, penjual nasi me-ngatakan halyangsama. Tak ada oranglain yangmenyertai korban, atau di dekat
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
korban. Saat itu korban tidak ditodong, tidak diikat tangannya. Beberapa orang malah bersaksi melihat
sejak awal dan meneriakiagarminggir. Bahkan adayangmemaki-maki goblog karena mencoba bunuh diri
dengan kereta barang.
"Siapayangmenyuruh kalian cerita sema-camitu? Siapayangmengatur?"
"Kami lihat sendiri, Pak."
"Kamu tahu, saat inipunkalian bisa dihabisi tanpa urusan.
Kalau kalian mengatakan halyangsebenar-nya, bisa langsung pulang. Kami jamin. Kalau tidak, nama
kalianpuntak akan pulang."
Inilahyangmembuat Polisman tertegun. Tiga puluh sampai tiga puluhlimaorang bisa dipak-sa mengaku
sebagai pelakuutama. Iapercaya sampai ke pengadilan juga akan berjalan dengan aman, kalau kemudian
delapan orang diajukan sebagai terdakwa. Kalaupun ada bantuan hukumbagi mereka, tak akan berarti
banyak. Perkara bisa selesai. Akan tetapi,yangmembuatnya ber-tanya-tanya dan menyadarkan dirinya
adalah bahwa demikian rapuhnya243orangyangdi-tahan. Tanpa kecuali, mereka semuanya bukan hanya
bisa ditahan, tetapi juga bisa dikenai hukuman.Punandai mereka ini sebagian belumpernah dihukum.
Selalu saja ada pasal-pasalyangbisa dikenakan kepada mereka. Kalau tidak undang-undang darurat soal
membawa senjata api, mabuk, danyang palinggampang adalah tidak membawa surat pengenal serta
residivis.
Dua ratus empat puluh tigayangterjaring, sebanyak dua ratus empat puluh tiga pula bisa masuk
semuanya. Hanya saja masalahnya kali ini adalah, ingin laporanyangsesungguhnya.
Semua informasi mengenai kejahatan se-minggu terakhir, sebulan terakhir disatukan, dicocokkan.
Termasuk pembunuhanM.Ngole,yang dalarnpembedahan visumnya mengha-silkan peluruyangsama
denganyangmengenai Hab. Tiga peluru. Empat denganyangmengenai Hab. Sebanyak itu pula peluruyang
hilang.
Polisman tak hanyak bercerita dan tak mau bercerita, kalau saja komandannya mencoba mendesak apa
yangdiperkirakan. Polisman de-ngan sangat hati-hati mencoba melaporkan bah-wa jelas persamaan
peluru daripistolkaliberyangdihawa Hab. BahwaM.Ngole, adalah pen-siunan dari YayasanMark.Kedua
korban pernah, setidaknya, bertemu muka. Ini dari penelitian di lapangan.
"Tak percuma kamu selalu nomor satu,Man.
Teruskan penyidikanmu. Laporan itu hanya khusus untukku. Kalau ada telingalain yangmendengar
-biarpun satu tim- kamu tahu a-kibatnya."
labekerja sebagaimanayangdiucapkan. Le-bih keras dariyangdiperkirakan. Lebih cerdik dari dugaannya
sendiri. Lebih keras karena sela-ma24 jamsetiap hari bisa bertugas tanpa ter-ganggu urusan keluarga.
Lebih cerdik karena dengan cepat bisa melihat kaitan kasusM.Ngole dengan Hab. Kadang juga dibantu
nasibbalk,karena bisa bertemu langsung dengan Novita di kamar tunggu,yangkemudian dilanjutkan pada
pertemuanlain.Secara terus terang, Polisman mengemukakan penilaiannya.
"Banyakorang alergi kepada polisiyangme-nyidik. Saya bisa mengerti perasaan Ibu Novita. Sepanjang
yangsaya tahu, Ibu sangat dekat de-ngan BapakMarkHababe. Ibu bisa menerima kalau saya
merepotkan?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Apa sajayangBapak ingin ketahui?" "Panggil saja Pak, atau Mas, atau langsung nama saya, Polisman.
Kasus ini sangat menggelitik karena..."
Karena terdapat hubunganyangekstrim. Seorang pensiunan tua tak dikenal, tak punya saudara dekat dan
seorangyangdemikian muda, terkenal dan punya hubungan dengan atasan, dua-duanya menjadi korban
daripistolkaliber sama. Dua-duanya berkaitan dengan YayasanMark.Lebih menggelitik lagi, karena
Polisman yakin sebagai sekretaris dan sahabatlama,Ibu Novita pastilah lehih mengetahui
kegelisahan-kegelisahan kecil sekalipun. Polisman berterus terang ia yakin dalamkaitan ini tak ada urusan
asmara atauyangmenjurus seperti itu.
"Bagaimana Pak Polis percaya, kalau suami saya sendiri tak percaya saya tak ada hubungan apa-apa?"
"Bagi saya, sebenarnya lebih senang kalau ada hubungan.
MaafBu,kalau ada hubungan bisa renggang dan bisa rapat. Saat renggang, Ibu hisa mengata-kan
semuanya. Tapi sebagai sahabat,yanglehih dulu muncul adalah rasa melindungi.
Saya juga melakukan itu pada Ndil, maaf pada Ibu Laksmindra Setiawati,danjuga seba-liknya. Namun
dalamhal ini, saya hanya ingin melaporkan apayangterjadi. Sebagai fakta. Tak jelas apakah berlanjut ke
mana dan sebagai apa. Soalnya BapakMarkHababe bukan tokohyangmudah dicemarkan dengan hal-hal
yangburuk."
Perlahan tetapi pasti, ia menemukan bukti-bukti hubungan antaraMarkHababe dengan Pak Ngole.
Meskipun motifnya masih terlalu samar. Meskipun demikian, Polisman tak pernah meng-utarakan
kesimpulan atau apapunkepada No-vita, juga kepada Ndil. Tak sepatah katapun.Kecuali kepada
pimpinannya, dalamlaporanyangkhusus.
Sejak itu Ndil memintanya untuk sering berada di rumah, bersama dengan Novita. Mere-ka kadang
menghahiskan waktu bertiga bersa-ma, mengobrol, makan malam, ke rumah sakit menunggui.
Hab sudah dipindahkan ke ruang istimewa. Dengan segala jenis selang infus, dengan seri-ngai kesakitan
di wajahnya dan kekesalanyangtiada tara.
Dua kakinya harus diamputasi. Satu tangan-nya tak bisa berguna dengan baik. Wajahnya ca-cat remuk,
matanyayangsebelah kiri hancur. Rambutnya sudah habis, dan tubuhnya terbaring menyedihkan. Hanya
suaranyayangtersendat-sendat, lambaian tangan pertanda kesal.
Hanya Habyanghisa menyesali dan meng-getuni. Kalau saja, kalau saja perjalanan nasib bisa diulang,
semuanya akan sempurna. Kalau saja ia tahu hahwa ada kereta api lewat, ia bisa menunggu setengah
menit, atau mendahului se-tengah menit. Lalu segalanya berjalan lancar. Ha-nya gara-gara kereta api besi
murahyangtak mempunyai jadwal itu, maka kini seluruh masa depannya terkubur habis.
Yang palingmembuatnya menderita, remu-kan tulang di tangan,kaki,tulang iga seperti terus-menerus
menusuki. Sarafnya dicocoki tan-pa henti, sehingga satu tarikan napaspunbisa memhuatnya lebih
menderita.
Satu-satunya hiburan hanyalah bila istrinya datang, bersama Nov maupun Polisman. Atau sendiri. Atau
berdua. Istrinya menunggui, berce-rita, membacakan berita-beritayangberkaitan dengannya.
"Apa Hab?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Dengan payah Hab mengatakan, apakah be-nar semua ada sangkut pautnya dengan Suprapto Yudho.
"Masih dalampenelitian Hab.
Jangan terlalu dipikirkan."
Hab meringis menahansakit. Iameminta di beri obat penenang, dan memang diberi. Hab meminta lebih,
biasanya tak diberi. Dengan suara kasar dan aneh, Hab memaki-maki, berte-riak-teriak, dan pernah
memintaagaristrinya mencabut semua infusyangada.
"Aku memohon padamu, istriku. Bukan karena apa, melainkan aku memohon karena aku sendiri tak
bisa melakukannya."
"Hab, kamu pernah mengatakan aku istrimu, dan akan tetap istrimu. Jangan terlalu membe-rati dengan
berbagai pikiranyangburuk."
"Aku tak memhutuhkan hihuran.
Aku butuh obat terbaik."
Pukulan terberat bagi Laksmindra. Dadanya menjadi luar biasa sesak, batuknya mengejan keras, dan
tanpa ada sebab napasnya menjadi terengah-engah. Acil selalu menyertai, mene-mani, menasihati dengan
baik, dan hersedia melakukan apa sajayangdibutuhkan, tanpa diminta. Bahkan cara melindungi dengan
sedikit berlebihan. karena Acil tak memperkenankan siapayangtak dikenal dengan baik hertemu de-ngan
Laksmindra. Secara sengaja Acil selalu menyertai dalampertemuan, ikut memperhati-kan makan -baik
waktu, pilihan, dan variasi-nya.
"Aku tahu adarumoraku bakal menggan-tikan posisi Hab. Tapi semua ini tidak kulaku-kan untuk itu."
Itu tak mengurangi keterbukaan dan beban Laksmindra. Hatinya hanya bisa tenang kalau ada Polisman,
ada Novita, dan tentu saja IbuGuruRukminiyangdua kali menyempatkan diri datang. Dua-duanya siang,
dan dua-duanya tak bertemu dengan Polisman.
"Bagaimanakabarnya Babeh?" kataLaks-mindraSetiawati setiap kali pertama kali ber-temu.
"Masuk angin. Belumbisa kemari.
Sudah ada berita dari orangtuamu?" "Bapak mengirimkan salambuat Ibu.Danberharap saya tidak terlalu
larut dengan kese-dihan ini. Menyediakan tempat untuk berlibur." "Ibumu juga menawarkan halyang
sama?"
"Sama."
Keduanya berpandangan.
"Apayangkamu rasakan sehagai beban, Ndil?"
Sebagai Ndilyangdulu dilatih menari, se-bagai Ndil kecilyanghisa bermanja, Ndil men-ceritakan
keinginan suaminya, dan tersertakan pandangannya bahwa keinginan suaminya bukan sesuatuyang
berlebihan.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kamu tidak minta pendapatku kan Ndil?"
"Saya ingin bercerita.DanIbu bercerita juga. Apakah itu pendapat murni atau tidak, biarlah kita
masing-masingyangmenilai. Saya kan bukan anak kecil lagiBu?
Apayangmenjadi beban saya?
Entahlah. Saya tak mau merumuskan secara benar. Barangkali karena takut, atau bawah sa-dar saya
menolak apayangsedang terjadi seka-rang ini. Ibu tahu, ketika pertama kali mende-ngar berita, dan
melihat kenyataan suami saya terbaring, kemudian Acil mengatakanMarkMongki akan menyelesaikan
semuanya, saya malah ragu. Ragu dengan diri saya sendiri. Apayangsesungguhnya terjadi? Peristiwanya
sendiri sebenarnya apa? KenapaMarkMongkiyangmerasa bisa menuntaskan semuanya?
Ya, hal ini saya pernah bercerita pada Ibu.
Sekarangpunketika suami saya meminta saya memutuskan semua infus atau menghen-tikan peralatan,
saya ragu. Ragu apayangseba-iknya saya lakukan? Atau kepada siapa saya me-minta pendapat?
MarkMongkiyangdidewa-dewakan?
Tidak.
Acil?
Apalagi Acil.
Orangtua?
Terlalu jauh.
Siapa sebenarnya sahabat sejati itu?
Tak ada. Atau samar-samar.
Saya merasa benar-benar sendirian. Selama ini kesendirian saya tak memberi beban apa-apa.Semuabisa
saya atasi. Akan tetapi, pada saat harus menentukan mati hidupnya seseorang -yangkebetulan suami
sendiri- saya merasa tak berdaya.
Tak berdaya karena takut keliru mengambil langkah.
Itulah beban saya."
Ibu Rukmini menuju jendela, melihat kelu-ar. Tak biasanya, hujan menderas. Langit bagai ditutupi embun
membentuk tirai.
"Ketika kepercayaan kepada manusia putus,
ketika itulah kita berserah diri pada-Nya." "Sejauh mana penyerahan itu, Ibu?" "Sejauh-jauhnya.
Sepenuhnya. Seluruhnya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ndil, Ibu bukan mau menyamakan diri. Tapi pada suatu ketika dalamhidup, kita akan diha-dapkan
pada pilihanlain.Tak ada pegangan se-lain semua ini adalah kehendak-Nya. DiayangMaha Segalayang
turut berkarya apayangter-jadi pada umat-Nya.
Ndil, Ibu mengatakan ini padamu, seolah nasihat. Padahal sesungguhnya Ibu sedang me-nasihati diri
sendiri.
Kami sedang dalamposisiyangsangat be-rat."
Ndil menunggu.
Ibu Rukmini masih agak ragu.
"Masalahyangdulu sudah selesai?"
"Ibu kira sudah.
Entahlah... rasanya masih jauh lagi..."
Suara Ibu Rukmini terseret parau. Ada masa lampauyangkembali membebani dengan be-rat.Yang
sebenarnya tak ingin diutarakan karena akan menjadi beban tambahan bagiyangmen-dengar. Karena tak
ingin Ndil tambah pikiran.
Ndil mendekat ke IbuGuruRukmini sambil tersenyum.
"Dulu Ibu percaya menceritakan kepada saya."
"Ya, kita bisa saling cerita."
Ndil merasa sangat akrab. Sejak masih be-lajar menari diSolo,kemudian di luar negeri, ketika Babeh
menyelesaikanprogramdoktor-nya. Di tengah semangatyangmenyala-nyala itulah, semuanya menjadi
buyar. Baheh pulang kembali keIndonesia,kembali keSolo,lalu pindah keJakarta,menghadapi
pemeriksaanyangberkepanjangan. Namanya terkait langsung dalamsuatu gerakanyangdinilai
inkonsti-tusional.Limabelas rekan dan sahabatnya di-tahan. Sebagian diajukan ke sidang pengadilan
dengan hukumanpalingrendah dua belas tahun,palingtinggi seumur hidup atau20tahun. Babeh sendiri tidak
sampai maju ke pengadilan. Sesuatuyangmembuat Babeh tidak menentu. Berada dalampenahanan tujuh
bulan, keluar sebagai tahanan luar, masuk lagi satu tahun, keluar lagi, diperiksa lagi, tak bisa ke luar kota,
kemudian malah tak boleh meninggalkan rumah, masuk lagi dua bulan, dan bersama dengan itu terjadi
perubahan mendasar pada diri Kanjeng Raden Tumenggung AnomKomis Kusumayudho. Se-luruh
kesadaran dan kemampuannya melorot sampai titiknadir.Ingatannya menjadi rusak, seakan bagian dari
memori otaknya menjadi rusak. Untuk pertanyaanyang palingsederhanapunharus diulang dua tiga kali
sebelumbisa dijawab dengan baik. Rambutnyayangikal ma-kin hanyak ditumbuhi uban, pipinya melorot,
perutnya sedikit membuncit, dan cara berge-raknya menjadi sangat lamban. Tak ada kegiatanyangbisa
dilakukan. Tidak bisa herkumpul ber-sama teman membicarakan sesuatu, tak bisa bereaksi secara
normal.Sebagai pasangan, se-bagai suami-istri mereka tak bisa berkomunika-si dengan wajar.
Komunikasiyang palingseder-hana sampai layaknya dilakukan suami-istri. Komid, suami muda usia telah
rontok semua kekuatannya. Habis terisap kekuatan ajaibyangmembuatnya sangat cepat letih, dimanja
ke-malasanyangterus-menerus berkepanjangan.
Mereka benar-benar tak punya apa-apa.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Tak memiliki apa-apa.
Selain hanya berdua.
Terbata-bata akhirnya mereka berdua bisa menyewa sepetak tanah di daerah tak bertuan di Kampung
Rawa-rawa Budheg untuk sementara. Tapi kemudian ternyata menjadi tempat tinggal sepenuhnya.
Di tempatyang palingtidak memungkinkan untuk hidup secara emosional, secara intelektual, secara
normalitulah mereka berdua menjadi Babeh dan istri Babeh. Menjadi pasanganyangdituakan di kampung.
Perlahan Babeh mulai menemukan irama hidupnya, mulai muncul lagi semangat hidup, meskipun masih
tetap redup dan sepotong-se-potong. Hari demi hari dilalui, tanpa ada sesua-tuyangistimewa.
Menganggur sepenuhnya da-lampengertian sesungguhnya. Tak adayangdilakukan sejak bangun tidur
sampai kembali ditebas keletihan. Mandi, makan, menghadapi persoalan kecil-kecilan dari tetangga.
Satu-satunya sumber biaya hidupnya hanyalah dari jamu tradisionalyangdiplastiki oleh istri Babeh.
Serupiah demi serupiah, dihutang kiri dan kanan, dibayar oleh Iangganan, dibelanjakan untuk kebutuhan
sehari-hari.
Hampa.
Kosong.
Menganga.
Melompong.
Yangada adalah ketiadaan.Yangtersisa tan-pa makna. Hanya menunggu akhiryangtak hersuasana.
Menjalani waktu dengan berbagai tanda tanya.
Apayangsebenarnya terjadi, tak bisa di-mengerti. Karena Babeh Komid tak pernah be-nar-benar
diajukan ke pengadilan. Tidak sepertiyang lain.Pada saatyangsama, apayangdialami lebih pedih. Oleh
kawan-kawan dekatnya, Babeh dianggap mengkhianati. Tikamanyangdemikian bertubi-tubi membuat tak
berdaya sama sekali.
Hanya keajaiban, kemurahan-Nya,yangmembuat mereka berdua, pasangan suami-istriyangtetap hidup.
Bukan sebagai kerangka tu-lang mengering.
Suasana itu pernah diceritakan. Ndil pernah mendengar dan menggigil.
"Jadi apa sesungguhnya kesalahan Babeh?" "Dulu kita bisa memperkirakan, Ndil. Se-karang makin
kabur.
Kita sendiri tak tahu."
Itu hebanyangdulu. Ketika Ndil mengajak Babeh atau istri Babeh berusaha, atau bekerja, mengajak
kembali ke masyarakat sebagaimanayanglainnya, tak ada jawaban atau gairah. Tidak ditolak, tetapi
nyatanya juga tak diterima. Tak ada lagiyangmembuat sedikit warna.
Semua telah tawar.
Tanpa rasa.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ndil merasa ngeri. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Pernah diupayakan untuk menghubungi tokoh-tokoh
yangdikenali, pejabat-pejabat pentingyangmenentukan, pejabat lebih pentingyangbisa memutuskan, tetapi
jawabannya serba tak menentu. Di satu pihak dinyatakan bahwa Babeh dan istrinya tak ada masalah.
Bisa terjun ke masyarakat, bisa pula ke luar negeri melan-jutkan studinyayangterhenti, tapi kenyataannya
buntu. Buntu saat mengurus surat-surat, buntu karena semuayangdikenal selalu menjauhi, atau
sekurangnya tak berhubungan de-ngannya. Dulu dikiranya hanya pada tahun-ta-hun pertama, tetapi
ternyata tak banyak bedanya ketika angka demi angka berganti ke semula lagi.
"Jangan risaukan itu, Ndil."
"Babeh sakit lagi?"
"Batuk. Masuk angin. Biasa."
"Masuk angin lagi?"
"Tak apa.
Yanglebih dari itu, kami sudah merasakan.
" Ndil terbatuk-batuk.
Punggungnya diurut dengan kasih sayang.
"Ngeri,Bu.
Ketika tahu ada peristiwa demi peristiwayangmenimpa Ibu, saya sadar bahwa saya tak bisa berbuat
suatu apa. Saya benci diri saya sepe-nuh hati."
"Ituyangterbaik, Ndil.
Tidak usah berbuat suatu apa. Karena tak
perlu."
Ndil memeluk erat sekali. Menyelusupkan
wajah kedadaIhu Rukmini, ibunya.
"Ibu, apayangsaya alami tak seherapa. Tapi sepertinya sudah tak tahan lagi. Semoga Tuhan memberikan
sebagian dari ketabahan Ibu." "Pasti."
"Pasti?" "Amin."
Mereka berpelukan untuk sementara waktu.
Di kaca jendela, hujan seperti membeku. Lalu, suasana mencair.
"Ibu sudah makan?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Kokbarnsekarang teringat?"
"Saya jadi ingat Penyair kita,ehPenyair Ibu. Pertama kali datang kemari, ia minta makan, minta minum."
"Kan sudah diceritakan."
"Belum. Tapi Ibu pasti sudah tahu." Keduanya tersenyum.
"Sekarang ia sedang apa ya?"
"Mungkin tengah memikirkan kita. Tapi ke-napa tak pernah ketemu Ibu?"
"Ya tidak kenapa-kenapa."
Mereka berdua makan dari rantangyangsu-dah tersedialama.
"Ibu pernah berpikir punya anak?" "Pernah."
"Pernah?"
"Pernah."
"Masih?"
"Masih."
Ndil tertawa.
"Saya juga."
"Babeh juga."
"Babeh?"
"Ya."
"Ibu kan bisa menyediakan obat-obat, jamu-jamu berkhasiat."
"Memang."
"DanBabeh sudahnormalmeskipun tidak rnenggebu-gebu?"
"Ya."
"Tapi belum?" "Belum."
"Apakah itu namanya menghibur diri?" "Ya, hisa."
"Atau menipu diri?" "Tidak.
Seorang wanita, seorang istri berpikir punya
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
anak, bukan menipu diri."
"Iya juga ya." "Lha iya."
"Ibu percaya keajaiban?" "Sangat percaya." "Sangat?"
"Sangat yakin."'Kapandatangnya?" "Kapan?"
"Ya, kapan,Bu?"
"Setiap hari, setiap saat, keajaiban menyertai.
Tanpa keajaihan kita tak hidup, tak berarti apa--apa."
Mata Ndil berkedip-kedip. "Itukah namanya pasrah?" "Apa saja namanya." "Bagaimana caranya?"
"Bagaimana saja.
Ini enak, siapayangmasak?" "Saya malah lupa tanya."'Enak.Ini enak."
"Ya enak. Ibu mau nambah?"
"Mau."
"Bawabuat Babeh ya?" "Ya."
"Nanti saya pesankan lagi." "Sudahyangada saja."
"Pasti Babeh suka."
Ibu Rukmini mengangguk. Mengunyah per-lahan.
"Pasrah. Kepasrahan. Tabah. Ketabahan."
"Saya akan mencoba menjalani."
"Ketika Babeh herada dalamtahanan, ketika mendengar teman-temannya dihukumbelasan tahun, ketika
itulah saya memohon pada-Nya. Memohonagardiberi ketabahan mendengar dan menghadapi kenyataan
apapun.Saya tak bisa memohonagarBabeh bebas dari semua tuntutan, tak memohon sekian bulan saja.
Saya memohon diberi ketabahan. Ketika saya herangkat tidur, hangun tidur, bahkan saat hermimpi, saya
ber-syukur karena masih berada dalamkarunia-Nya."
"Lalu kenapa Ibu cemas?" "Ya, bisa.
Biasa."
"Karena Babeh... Babeh akan diperiksa lagi?"
"Tidak. Babeh sudah tak diperiksa lagi." "Soal apa lagi?"
"Ya, hiasa juga sebenarnya. Soal tetangga kiri kanan. Saya mulai mendengar bahwa Babeh di-gosipkan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
sebagai oskep, sebagai espe..."
"Apa itu?"
"Digosipkan sebagai spionyangmembe-rikan informasi kepada polisi. Karena kini ba-
nyakyangditangkapi."
"Ah, tak mungkin!
Bukankah Babeh selama ini sangat baik dan dihormati di sana?"
"Iya.
Tapi ya bisa saja." "Ibu mau pindah?""Fidak."
"Bagaimana kalau saya mohon Ibu dan Babeh menemani saya?"
"Biarsaja dulu.
Kalau mau kan sudah dari dulu." "Saya mohon.
Saya akan memohon langsung ke Baheh." "Ya coba saja."
"Ibu bersedia kan?" "Sama saja."
"Saya akan sowan ke Babeh. Segera.
Ibu ingat tidak cerita Babeh waktu Babeh ditahanlama,dan Babeh marah besar, membe-rontak dan
mengacak semuanya? Ibu bilang waktu itu, sudahlah biar saja. Kalau hisa mem-buat senang orangyang
menangkap apa salah-nya? Selama ini kan baik, dan sekarang juga masih hersikap baik.
Ibu ingat?"
"Ya ingat."
"Saya akan mengingat."
"Sekarang sudah ingat." Ndil menggeleng.
"Menyedihkan, karena saya berada dalamposisi sayalahyangbersenang atas kesengsaraan oranglain."
"Ndil, kamu lebih kuat.
Keadaanmuyangrumit, jauh lebih berat dari keadaan kami. Tapi Ibu sangat yakin, kamu kuat menjalani
ini semua."
"Semoga."
"Jangan hanya semoga. Amin." "Amin."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Ndilyangbisa makan enak dan menikmati, berubah kembali menjadi IbuMarkHababe ketika sendirian
menghadapi suaminya. Ketika suaminya mengulangi lagi permintaannya.
"Saya tak bisa melakukan, Hab."
"Harus bisa.
Kalau kamuyangmeminta, aku bisa." "Tidak, Hab.
Kamu masih harus mendengar banyak hal lagi. Salah satu di antaranya adalah mengenai Pak Ngole,
pensiunan YayasanMark yangterbu-nuh dengan peluruyangsama dengan peluruyangmelukaimu. Dari
larasyangsama. Bedanya peluruyangmengenai Pak Ngole sengaja ditem-hakkan, peluruyangmengenaimu
meledak tak sengaja."
Wajah Hab bagai lilin.
Suara Laksmindra tetap dingin.
"Cara matiyangsederhana,yangbahagia, mungkin begitulahyangdiminta dalamdoa Pak Ngole. Selama
limatahun terakhir ini, bapak tuayanghidup sendirian itu mengidap kanker. Hi-dupnya tersiksa setiap saat.
Tersiksa karena pe-nyakit, tersiksa karena tak mempunyai biaya untuk berobat, tersiksa karena cemas
tak adayangmemperhatikan kalau nanti mati. Tersiksa pikiran karena kematianyangbakal mengge-rogoti
perlahan-lahan.
Tapi ternyata kematiannya indah dan me-nyenangkan.
Seperti pernah kau igaukan berkali-kali, ke-matiannya perpanjangan dari tidur lelap. Kamu tak
menyaksikan ketakutannya.
Saya ingin mendengar lebih jelas nanti.
Kalau benar mereka mengajukan ke peng-adilan.
Kamu masih harus mendengar banyak hal, Hab."


26
W


IDODOkesal dua kali oleh sebabyangsama.
Yangpertama, di kantor. Tak ada oranglain yangbisa memarahi kecuali editornya. Meski-pun masih
rumbu-rumbu, belumsehat betul, masih dengan wajah pucat, tapi kalimatnya menikammembuat uratnya
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
menggeliat.
"Kamu ini bagaimana? Jadi wartawan sudah belasan tahun, ngendon di pengadilan terus, masih juga
bego. Perkembangan Hans merupa-kan fenomena menarik. Dari segi manusianya, latar belakang mereka
cukup sehagai sumher beritayangdiketahui masyarakat. Kasusnya sendiri berkembang dramatis. Masak
hegitu saja tidak tahu?
Kalau harianlainmendahului, okelah. Tapi ini majalahyangterbitnya dua minggu sekali. Mereka bisa
mengadakan kutipan-kutipanyangtajam, terjal dan menyeluruh dalampengertian memberikan makna dari
seluruh peristiwa.
Dankalau kita lihat, semua itu terjadi pada merekayangpertama kali masuk bui. Berarti hisa ditarik satu
kesimpulan tertentu. Kenapa justru merekayangsering keluar masuk tidak me-ngalami penderitaan
semacamitu. Kenapa justruyangpertama, bisa hancur semua kepribadian-nya. Iya kan? Kita bisa
menggali, bisa mengem-bangkan lehih jauh. Dia seorang mahasiswa, pendidikan formalnya lumayan
bagus. Keluar-ganya juga haik-baik, malah ayahnya, Pak Parto-kusumo, cukup disegani.
Iniyangsaya maksud dengan mengem-bangkan berita. Kalau hanya dituntut sekian, jatuh sekian,
pertimbanganyangmemberatkan ini,yangmeringankan itu, tak ada artinya apa-apa.
Betul tidak?
Dantulisanyangmencerminkan pandangan kita, mudah-mudahan kita dipercaya.Koranla-ris. Ituyang
konkret.Yangjuga terbawa dari sini, kita bisa memberi masukanagarkemungkinanyangsama tak terulang.
Dari segi penuntut umumjuga menarik. Ke-napa sampai mereka memberi penjelasan khu-sus tak ada
tekanan? Sebelumini juga tak pernah kan? Kenapa? Menutupi rasa bersalah?
Ini pandangan kita.Yangharus kita tulis te-tap fakta. Adayangberpendapat. Kita kutip. Itu maksud saya
mengembangkan.
Bolak-balik saya menjelaskan hal ini, tapi ya tetap payah. Masak harus dituntun terus setiap hari.
Begini saja, saudara Wardoyo terus terang. Kalau memang bosan, mau pindah bagianlain,atau rnau jadi
pengusaha, pindah profesi, bicaraternsterang. Kita terbuka di sini. Kalau di sini saja serba kikuk padahal
teman-teman sendiri, bagaimanayanglebih besar organisasinya?"
Kalimat-kalimatyangmembuat Wardoyo panas telinga, merah wajah.Forumrapat pagi seperti sengaja
untuk menelanjangi dirinya di balik kata-kata tentang teori jurnalistik.
Yangkedua, di kantor kedua. Rohimat me-manggil secara khusus ke ruangnya.
"Saya kecewa,BungWidodo. Selama ini saya kan baik sama saudara-saudara semua. Ma-sak soal Hans
dibesar-hesarkan. Katanya saya tak manusiawi. Katanya saya mengada-ada."
"Siapayangmengatakan itu?" di sini ia ce-pat bertanya.
"Teman-teman Bung-Iah."
"Saya tak membaca seperti itu."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Iya. Tapi kesannya kan begitu.
BungWidodo tahu sendiri, saya tak bekerja sendiri. Untuk menuntut kan sudah ada perjan-jian dengan
hakim. Hakimjuga mempertim-bangkan bahwa di tingkat pengadilan tinggi ju-ga harus terima. Kalau
diputus ringan, kan tidak naikbanding.
Upeti saya juga tak sedikit kalau mau ber-tahan.Bungkan bisa memahami. Lagi pulayangjatuh ke tangan
saya kan sisa-sisa saja.Yangkakap pasti bukan jatah saya. Jangan begitu caranya."
"Bukansaya."
"Sebagai koordinator, kanBungharus bisa menertibkan anak buah. Kalau tidak percuma saja.
Seperti kasus-kasus ini kan jarang.Yangsering saya tangani pencopet, penodong,yangbangsa tiga ratus
ribu saja sampai menunda si-dang.Bungtahu sendiri kan?
Coba bandingkan denganyang lain, yangsatu kantor ini saja. Apayangsaya dapatkan? Bukan apa-apa!
Saya kecewa. Saya utarakan iniagarjelas permasalahan antara kita berdua."
Rohimat sebenarnya kesal dua kali. Oleh sehabyanghampir sama.
Yangpertama, di luar dugaannya, Wirawan ternyata tetapmaindengan keluarga UmarSaid.Bahkan kalau
kabaryangdidengarnya benar, memperoleh lebih dariyangditerimanya sendiri. Ini benar-henar kurangajar.
Lebih keterlaluan dari itu, untuk kasusChin,Wirawan bergerak sendiri.Chin yangsusah payah
diperpanjang masa tahanannya, kata Wirawan memiliki deking kuat. Banyak surat dan notayang
disertakan. Sudah selesai di atas. Padahal Rohimat tahu persis dari awal sudah begitu, tetapi tetap bisa
diteruskan. Iasudah merencanakan menuntut satu tahun, sesuai dengan perjanjian. PadaALiong, ia sudah
melaporkan hal itu, danALiong hanya meminta pengertian kalau bisa lebih. Karena Gunawan Permana
masih perlu me-nyiapkan pengambilalihan. Akan tetapi, kalau terpaksanya begitu, ya apa boleh buat.
Putusan sekitar enamatau tujuh bulan. Celakanya, lagi-lagi Wirawan mengadakan kontak sendiri
de-nganChin.Wirawan mengatakan bahwa ia akan menuntut enamtahun kalau tidak ditambah lagi.
Sehingga ketika ia mencoba menghubungi pe-rantaraChin,hasilnya tak seherapa. Karena se-muanya
sudah dikeduk oleh Wirawan.Yangle-bih memhuatnya kesal lagi, pada persidangan saat tuntutan iayang
harus maju dan memba-cakan dua tahun.
Pastilah karenaALiongyangberperanan, atau Rohimat gagal meminta sesuatuyangdijanjikanChin.Di luar
sidang, hakimsampai perlu menggelengkan kepala kepadanya.Danketika putusan hanya tujuh bulan,
lagi-lagi Rohimat diminta untuk tidak naikbanding.Ke-tika menghubungiChin,lewat penerjemah, le-wat
istrinya, malah kena bentakan, "Saya sudah habis sama hapakyangsatu itu. Ini paket."
Jengkelnya lagi, ketika ia melabrak Wirawan ke rumahnya langsung, jawabannya hanya di-ngin.
"Mat,kamu juga akan melakukan halyangsama, kalau kamu akan pensiun.
Tak perlu merasa sok suci. Kamu tak diru-gikan satu rupiahpun,satu hari sekalipun. Malah uangyang
sudah saya serahkan tak pernah kupertanyakan.
Begitukah kita mengakhiri persahabatan,Mat?
Karena sepiring nasi,yangbukan milikmu?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Wirawan sangat tenang mengatakan, meski-pun di sehelahnya ada istrinya.
"Mat,kamu bisa merasa kecewa kan? Bera-pa puluh atau ratus orangyangjuga kamu kece-wakan
karena itu?
Lagi pula, bandingnya Hans maupunJimmykamu sendiriyangakan mengurus. Aku tak ikut campur lagi
kan?
Mat,aku lebih berpengalaman darimu. Ku-pesankan ini: jangan terlalu serakah. Serakah da-lamartian
mengambilyangbukan hakclanbagianmu."
Yangkedua, di luar dugaannya kasus dengan Soeprapto Yudho ternyata mentok. Padahal sejak dari
kepolisian ia turut mengarahkan pemerik-saan. Apalagi kaitannya dengan pimpinan dari NPN. Segalanya
sudah terbayang. Kalau tadinya heran bagaimana perkara begini bisa dirinyayangditunjuk, baru kemudian
sadar. Bahwa Soeprapto memilihfight.Seperti dikatakan oleh polisiyangmemeriksa, Soeprapto memilih
polos.
"Mau ditahan, saya tak bisa melawan. Mau diperkarakan, silakan. Saya tidak menantang, tetapi matipun
saya jalani."
Sebenarnya ini lebih menyenangkan juga. Dengan sikapyangditunjukkan, ia bisa memain-kan peranan
pada satu sisi saja.Dankebetulanyangbersengketa adalah NPN. Masa depan dan sisa hidupnya sudah
kebayang.
Rezeki hesar selalu datang tanpa diminta. Lolos dari menangkap Soeprapto, ia menemukan peluang
besar. Informan di kepolisian mem-berikan kisikan bahwa soalnya bisalainsama sekali. Justru Hab bisa
dijadikan terdakwa. Ini luar biasa. Karena tingkat permainannya bisa tinggi. Sekelebat saja bukanjutlagi,
tapi ting-katannya sudahm.Besar dan luar biasa. Itu se-babnya langsung mendekati atasannya,
mem-berikan sesuatuyangcukup besar,agarkasus ini benar-benar bisa ditangani.
"Palingtidak, saya disertakan dalamtim," katanya merendah. "Saya akan berusaha sekuat tenaga."
Nyatanya memangdemikian. Iamempersi-apkan segala sesuatuagarbisa menjadi sangat sempurna.
Hubungan kiri kanan, tanpa suara apapun.Karena masih harus menunggu kapan me-ledakkan di
masyarakat.
Harusnya semua masalah sebelumnya tidak menimbulkan kejengkelan keras. Karena toh menemukan
buruan besar. Namun kenyataannya menjadisuperjengkel karena mendadak kasus itu dinyatakan tak
ada. Tak akan ada penyidikan lagi.
Rezeki hesar hisa lolos begitu saja. Menya-kitkan. Iahanya menumpahkan sebagian ke Wardoyo
Widodo.Yangkedua kepada Polisman, sumberyangtak pemah mau mengatakan satu patah katapun.
Iasempat mengecek langsung menemui Ko-mandan, dan mendapat jawaban sama. Bahwa kasus itu
tidak diteruskan, meskipun gunjingan di masyarakat mulai terangkat. Ketika ia keluar dari ruangan, ia
melihat Polisman sedang menuju motornya. Ada beberapa halyangmembuatnya kurang menyukai sersan
satuyangterlalu som-bong dan percaya diri.
"Siang, Pak Rohimat."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Siang," jawabnya dengan wajah seakan baru melihat saat itu. "Pindah ke bagian ekonomi ya?" "Pak
Rohimat tahu?"
"Apa sihyangtidak kita ketahui? Semua bisa jelas terbaca antar pimpinan.
Bagaimana kasus Hah?"
Polisman tersenyumdengan hormat. "Masih belumada petunjuk."
"Ah, kamu masih berpura-pura juga sama aku.
Sebenarnya aku hanya ingin merasakan apayangkamu rasakan saja. Sebagai polisiyangbaik, berprestasi
dan selalu dipuji, meneliti tun-tas, menemukan petunjuk dahsyat, tiba-tiba kasusnya dipetieskan.
Bagaimana rasanya Pak Polisman?"
"Saya tak tahu."
"Kamu masih pura-pura juga.
Bisa sakit hati ya kalau begitu? Bisa frustasi ya. Aku kasihan dengan kamu,Man.Sayangnya kamu
bangga dengan sikapmuyangkeras ke-pala. Kamu bisa kejang kalau mencari keme-nangan egomu.
Coba kamu renungkan hal itu."
"Terima kasih atas nasihatnya, Pak Rohimat.
Saya pasti akan tetap ingat."
Kejadian itu tak membuat Polisman risau. Ataukacau. Iabiasa saja, dan bukanbarnseka-rang ini merasa
dipojokkan dengan sikapnyayangsering dinilai terlalu keras kepala, som-bong, angkuh dengan prestasi
yangdicapai.
Yangmembuatnya merenung banyak karena dua hal. Dua-duanya tentang wanita.
Yangpertama, wanitayangbernama Novi-ta Anggraeni, atau Nyonya Kusno. Pertemuan demi
pertemuan, berbicara mengenai YayasanMark,mengenai Hab, memhuatnya tahu banyak hal mengenai
Nov.
"Astaga," kata Novi hingung. "Saya telah bercerita terlalu banyak."
"Adalah kehormatan kalau saya dianggap sahahat."
"Saya takpernahbercerita mengenai hidup saya kepada oranglain."
"Saya lebih jarang lagi mau mendengarkan rahasia oranglain.Pasti hanyayangbisa dekat."
Nov tidak hanya bercerita hubunganyangtetap terjaga dengan Hab. Melainkan tentang Kusno. Tentang
kecemburuan Kusnoyangmen-dadak muncul dan tak jelas alasannya.
"Kalau jelas alasannya bukan cemburu lagi, tapi tuduhan."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Polisman berusaha wajar menghadapi. Men-coba memberi komentar denganhumor,dengan cerita dan
kisahlain.Karena sebenarnya, untuk pertama kalinya sejak menulis puisi, hatinya tergetar. Geraknya
menjadi kikuk. Semua ini terjadi begitu tiba-tiba, ketika Nov bercerita sam-pai menangis
terguguk-guguk.
Nov menceritakan bahwa suaminyayangselama ini sangat mengenal Hab, mendadak mencurigai.
"Saya tak mengerti sama sekali.
Rasanya seperti disambar petir, karena Mas Kus tak pernah seperti itu. Masak datang ke ru-mah sakit
saja dilarang. Bahkan diteriaki, pergi dan jangan kembali.
Saya tak mengerti."
Polisman juga tak mengerti harus bagaimana. Mengambilkan tisu, atau melihatsaja. Iatak pernah
melakukan sebelumnya, dan tak bisa segera bersikap. Jadinya hanya mendekatkan kotak tisu.
"Saya merasa ngeri. Matanya membelalak, menuding, dan ketika saya benar-benar berang-kat, Mas
Kus membanting pintu keras sekali.
'Itupilihanmu, jangan sampai menyesal,' katanya.
Benar-benar menakutkan."
"Nov," katanya tiba-tiba tanpa didahului se-butan ibu. "Jangan-jangan Mas Kus suami ka-mu curiga
sama aku. Kan aku suka mengantar kamu."
Nov menghapus airmatanya.Sedanmasih tertahan. "Maaf, Nov.
Aku memang tak masuk kelas untuk dicu-
rigai."
Nov masih menangis.
Tangan Polisman menggenggamtangan Nov. Berusaha tersenyummanis.
Nov menatap.
Polisman menarik tangannya. Tubuhnyayangagak maju, ditegakkan.
"Maaf."
"Kenapa kamu berpikir bahwa Mas Kus cu-riga kepadamu?"
"Ge-er saja."
Polisman memberikan tisu. Nov meng-geleng.
"Ingusnya masih."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Nov buru-buru menghapus, merebut dari ta-ngan Polisman.
"Masih?"
Polisman melihat dari arah samping kanan, lalu kiri.
"Sudah."
Keduanya menghela napas bersamaan.Dankembali saling pandang.
"Tidak, Mas Kus tidak curiga kepadamu."
"Karena aku sudah kamu perkenalkan seba-gai sersan polisi."
"Jangan merendahkan diri seperti itu. Kamu kan diperkenalkan Ibu Dosen sebagai sahabat masa
kecilnya."
"Iya juga ya."
Kaku.
Tegang.
"Lebih baik aku terus terang saja Nov. Aku menjadi gugup. Tak seperti dulu." "Saya ikut merasakan."
"Itu tak mengurangi untuk menjadi tidak canggung."
"Kenapa tidak mengatakan alasan menjadi kikuk?"
"Nov, apakah kamu lebih yakin kalau kubi-lang aku tertarik padamu dan ingin dekat-dekat kamu?"
Wajah Polisman merah.
Tapi merasa pucat.
"Nov, aku terus terang saja.
Dulu aku pernah mengagumi, mencintai ibu guruku. Mungkin sampai sekarang ini masih. Aku merasa
bersalah. Agaknya kini aku mela-kukan kesalahanyangsama.
Aku tak pantas mengatakan ini.
Tapi aku menyesali dulu tak pernah menga-takan hal ini."
"Siapa ibu gurumu itu?"
"Ada."
"Di mana? DiJakartaini?"
"Kok pertanyaanmu seperti curiga?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Nov terdiam.
"Bisa dimengerti kan kalau Mas Kus curi-ga?
Kamu memang akrah denganMarkHaba-be."
"Atau kamuyangmulai curiga?"
"Mungkin juga. Tapi tak ada gunanya men-cemburui masa lampau seorang wanita. Semakin lelaki
mencemburui, semakin menjadi berarti."
"Pol, maukah kamu hercerita mengenai ibu gurumu?"
"Pakai Mas. Mas Pol, gitu."
Keduanya menjadi lebih akrab. Semuanya berjalan dengan sadar ketika melanjutkan obrol-an dengan
makan siang bersama, kemhali ke ruang Nov, sorenya jalan bersama. Minumbagi Polisman, dan Nov
makan hakso, lalu dilan-jutkan ke rumah kontrakan Polisman.
Untuk pertama kalinya ada wanitayangda-tang ke kamar Polisman. Kamar sederhana, fungsional
barang-barangnya. Adaradiokecil, ada mesin ketik, sejumlah koran, dan tasyangsiap dipakai berangkat.
Polisman menuangkan teh, menarik satu-satunya kursi, dan dia duduk di ranjang.
"Mana kursiyang lain?"
"Seumur-umur tak pernah ada tamu."
"Kamu egois, Pol."
"Kalau egois, pintu depan sudah kututup rapat."
Nov melotot.
Polisman melepaskan jaketnya.
"Tubuhmu masih wangi."
"Kamu belummengutarakan pendapatmu. Kenapa Mas Kus bisa mendadak curiga dan cem-buru?"
"Aku tidak ahli soal cemburu. Tak pernah ada ahlinya."
"Saya tidak tanya ahli. Saya tanya penda-patmu."
"Hanya perkiraan saja.
Dengan keberadaanmu sekarang, mungkin saja Mas Kus merasa bahwa kamu memper-olehnya karena
ada hubungan khusus denganMarkHababe. Di saat malapetaka terjadi, Mas Kus menyadari kamu sangat
memperhatikan, sampai tingkat emosional. Nah, jadilah kecu-rigaanlama yangtadinya tak berarti banyak,
sekarang mendapat bingkainya.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Hal kedua, untuk menutupi diri."
"Kok?"
"Justru karena sekarang Mas Kus sedang berbuat sesuatuyangtidak betul. Lelaki selalu menutupi dengan
cara lebih dulu memarahi."
"Pengalaman pribadi?"
"Dalamtugas."
"Kemungkinan ketiga?"
"Kamu mendramatisir saja. Sesungguhnya tak terjadi apa-apa. Kamu ingin menunjukkan bahwa
suamimu begitu cinta, begitu penuh per-hatian, padahal sesungguhnya juga begitu tapi..."
"Kemungkinan keempat?"
"Ini sudah makinsore.Keringat ini bikinminder.Aku mau mandi, tapi sayang mening-galkanmu di sini. Jadi
bagaimana sebaiknya?"
Novyangsedikit kikuk. Karena Polisman membuka bajunya begitu saja, mengambil han-duk dan menuju
kamar mandiyangmenyatu dengan pemilik rumah. Tertinggal sendirian, Nov melihat wajahnya dalam
cermin di dinding.Yangterlihat di sana adalah seluruh hubung-annya dengan suaminya. Tak terbetik sekali
pun,sedikitpununtuk meninggalkan atau meng-khianati. Dengan serius atau iseng. Meskipun perlakuan
Mas Kus teramat ganjil.
Polisman lebih cepat kembali. Dadanya ma-sih telanjang, hidang, kukuh, penuh dengan sisa-sisa bakaran
matahari. Mengambil kaosyangrada lumayan, memakai, bercermin sebentar, ke-mudian duduk di depan
Nov.
"Karnutidak pulang. Nov?"
"Kamu mengusir?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Basa-basi saja. Karena nggak enak kamu ditunggui."
"Mobilku masih di kantor."
Keduanya naikmotor.Berhenti di rumah makan. Lalu ke kantor. Sampai di sana, Novmemerintahkan
sopirnya membawa pulangmobilnya. Iasendiri membonceng Polisman, memeluk erat-erat, dan angin
malammembuat rambutnya rusak serta batuk-batuk.
Esoknya Nov sudah menelepon.
ladatang ke kantor. Menunggu Nov menye-lesaikan pekerjaan, lalu rencananya ke rumah sakit, makan
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
siang, dan melanjutkan obrolan. Nov makin tidak canggung lagi.
Polisman tergoda, karena ia merasa senang bernama Nov. Itulahyangmenganggu pikiran-nya.
Yangkedua, wanita bernama Laksmindra Setiawati atau NyonyaMarkHababe, atau Ndil. Pertemuan
demi pertemuan membuat Ndil se-nyum-senyumsendiri.
"Kalian berdua nampak cocok."
"Jangan sebarkan racunyangmemabukkan, Ndil."
"Kalian sendiriyangmenyebarkan dan menghirup. Aku hanya mengatakan kalian co-
cok.It is not just another rainbow.Apakah saya salah?"
Nov diam. Bungkam.
"Bagaimana kalaubicarasoallain,Ndil?" "Soal puisi kamuyangbaru? Sudah tercipta atau belum?" Nov
jengah. Seperti tersindir.
Polisman gundah. Sepertinya Ndil menjadi nyinyir.
Andai kesan itu dikatakan, Ndil mungkin lebihsenang. Iamerasa akhir-akhir ini lebih ba-nyak isengnya.
Setidaknya sudah terbukti pada dua hal.
Yangpertama, menghadapi Acil.
Direktur duayangdalamsegala penampilan tidak kalah sedikitpundengan suaminya ini, secara
terang-terangan memperlihatkan perha-tianyangbesar. Setiap hari bisa meneleponlimakali. Bisa datang
dua kali. Menjenguk langsung. Justru di sini Ndil merasa iseng. Setiap kali Acil datang, ia terang-terangan
mengatakan akan keluar. Dengan jelas dikatakan tak perlu diantar, tak perlu tahu ke mana akan pergi.
Karena ia sendiri kadang tak pasti mau ke mana.
"Kamu hutuh orangyangmau mengerti, mau memahami keadaanmu," Acil mengajukan diri.
"Ya, saya hutuhyangcocok, bukanyangcocok dengan saya."
Yangkedua, menemui istri Baheh.
Tiba-tiba saja ia meminta Kusnen meng-antarkan ke Kampung Rabu, dan tiba persis saat istri Babeh
akan berangkat ke rumah sakit.Yangditemui tidak memperlihatkan rasa heran sedi-kitpun.
Babehyangtengah bermalas-malas meman-dang ke arahnya, tersenyum, dan mempersilakan duduk.
"Hah, makin baik?"
"Doa restu Babeh."
"Syukurlah."
"Bahehbelumke sana?"
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Agak kurang enak badan."
"Ibu sudah bercerita.
Makanya saya ingin menengok."
"Ya, terima kasih kalau begitu."
Sudah. Diamlagi. Berkipas-kipas.
Baru kemudian berdiri perlahan, takut me-nganggu keakraban, menuju ke dalamkamaryangpasti lebih
panas dan lebih membuat Ba-beh berkeringat.
Ndil bercerita bahwa kini Polisman Penyair mulai akrab dengan Nov. Terlalu aneh, terlalu cepat, tapi
juga terlalu menyenangkan. Itulah kesimpulanyangdiutarakan Ndil. Dua-duanya dikenal sebagai sahabat,
mempunyai hubungan akrab, dan dinilai baik olehnya.
"Apayangsebenarnya ingin kamu katakan, Ndil?"
Dengan terbata-bata, Ndil menceritakan bah-wa suaminya sebenarnya seorang pembunuh iseng, dan
nasibnya sangat malang. Bahwa akhirnya juga,MarkMongki memutuskan untuk menutup perkara itu.
Nyatanya begitu.Dan yangingin dikatakan, adalah bahwa Acil secara te-rang-terangan dan terbuka
mengatakan ingin menggantikan kedudukan Hab sebagai suami, kapanpunitu terjadi.
"Menyenangkan juga,Bu.
Akhimya saya mengerti apa itu jijik."
Ndil melanjutkan bahwa ia sedang menyusun suatu pertemuan. Ayah dan ibunya mengatakan akan
datang, dan ia sudah menentukan waktu di mana keduanya akan bertemu tanpa sengaia. Kedua
orangtuanya pasti akan senyum-senyum.
"Dansaya ingin membawa kemari."
"Mudah-mudahan masih sempat."
Ndil juga mengusulkan ke rumah kontrakan Polisman. Istri Babeh tidak menyanggupi, tetapi tidak
menolak.
"Saya ingin melihat reaksi Penyair itu bila
bertemu Ihu."
"Atau reaksi Ibu?" Ndil tertawa.
"Kenapa Ihu kali ini tidak bersemangat?" Jawabannya helaan napas.
Ndil menuju kamar, menyibakkan tirai. Me-lihat Babeh duduk bersila di ranjang, berkipas--kipas. Tak
melakukan apa-apa. Tidak tengah membaca, tidak tengah berdoa, tidak juga me-lamun.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Seperti tak ada.11"Maaf... "Tak apa.
Tak adayangperlu dimintakan maaf." Babeh tak berdiri. Tak bereaksi.
"Tak perlu merasa bersalah memergoki saya tak berbuat apa-apa. Saya sendiri sudahlamatak merasa
bersalah dengan cara hidup seperti ini.
Bagaimana kabarnya Polisman?" Ndil kemekmek.
"Saya ingin mengajak Ibu ke sana." Babeh mengangguk-angguk. Ndil mendekat.
"Apakah Babeh mau pindah?" "Apa ada bedanya, Ndil?"
"Untuk saya, ada," jawab Ndil yakin.
Babeh menyalakan rokok.
Asapnya cepat sekali buyar.
Bersamaan dengan buyarnya gambaran da-lampikiran Ndilyangmeloncat-loncat tapi urut. Baru ia sadar
hahwa Kusnen sudah mengajak bicara beberapa kali.
"Tak bisa terus,Bu."
"Kenapa?"
Pertanyaanyangdinilai sangat tolol, justru karena mengetahui persis di depannya tertutup oleh kendaraan,
oleh orang-orang, oleh teriakan, oleh gemuruh, oleh desakan dan kemarahan.
Penjelasannya sederhana. Kampung Rawa-rawa Budheg sedang mengalami penggusuran besar-hesaran,
setelahlimakali tertunda. Kali ini disertai dengan barisan pemadamkebakaran, alat berseragam, dan suara
teriakan terpatah.
"Di mana rumah Babeh, Kus?"
"Di dalam,Bu."
"Termasukyangdigusur?"
"Saya kurang tahuBu?"
"Masih jauh dari sini?"
"Masukgang yangdepan..."
Beberapa petugas, beberapa orangyangtidak bertugas menasihatiagarmobil segera kembali. Sepertiyang
lainnya. Karena mulai terdengar suara mengaduh, tembakan, pintu mobil digedor-gedor. Ndil cemas,
kaget, suaranya gemetar.
"Kita pergi, Kus..."
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"IyaBu."
Duajampenuh Ndil menjadi teler, basah kuyup oleh keringat di mobilnyayangdingin penuh. Jalanyang
ketika masuk masih lancar, mendadak berubah jadi tempat parkiryangsa-lah. Salah berhimpit. Ndil
menelepon ke kantor polisi, dan mendapat jawaban Polisman tak ada di tempat, setelah menunggulama.
Limakali menelepon,limakali menunggulama,dua kali putus dengan sendirinya, tiga kali dijawab tak ada di
tempat. Ndil juga menghubungi rumah sakit, tapi tak mau berbicaralamadengan Acil. Bahkan tidak
mengatakan di mana saat macet. Kepada Nov ia menceritakan bahwa ia sangat khawatir karena rumah
Babeh, digusurhabis. Iaingin berbuat sesuatu tapi tak bisa apa-apa.Yangterlintas hanyalah mencari
Polisman. Nov me-ngatakan tidak tahu, akan tetapi lebih baik di-tunggu di rumahnya, dengan
meninggalkan pesan di kantornya.
"Kamu lebih tahu, Nov. Saya lupa."
Mereka berdua hampir bersamaan datang ke tempat Polisman. Tuan rumah, pemilik rumah, dengan
senang hati memhukakan kunci, dan mereka sama-sama menunggu. Ndil merasa geli karena Polisman
akan kaget nanti, tapi sekaligus juga cemas kalau mengingat keadaan Babeh.
"Kita tinggali surat di sini saja Nov. Kita tan-da tangani berdua."
Ndil menuju ke mesin ketik. Mencari kertas. Menemukan tumpukanmap.Mengambil salah satu kertas
kosong. Di dalammapjuga ada puisi-puisi,yangsebagian sudah disalin dalamke-tikan. sebagian masih
tulisan tangan.
"Nov, kamu baca pelan-pelan. Mungkin ada puisi tentang kamu."
Nov ragu.
Membuka perlahan sekali. Membaca hati-hati.
"Ada?"
"Ini malah tentang pak Hababe." "Tak mungkin."
"Jangan-jangan tentang saya..."
Nov ragu. Ingin membaca dulu. Tapi tetap menyerahkan dan mengintip baca, karena ada juga
kekhawatiran kalau-kalau puisinya tentang Ndil.

Hab adalah Jawaban
Habis the answerDia penembak misteriusmodern.Petrusyangbanyak dipersoalkan, tapi sebenarnya
sangat efektif. Penyidikan terlalu melelahkan, pengadilan terlalu banyak per-mainan. Hab benar caranya.
Sasarannya:

Di bawahnya ada nama, alamat, kasus. Ber-deret panjang. Adayangsudah dicoret. Banyakyangsudah
dicoret.
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
"Ya, Tuhan..."
Jeritan lirih Nov membuat Ndil berkeringat dingin.
"Nov...
Ketika aku mimpi Hab dicabuti kukunya, Hab sendiri menertawakan. Tapi kalau saja ia mau mengerti
sedikit, mungkin akhimya akan berbeda. Sekarang kita temukan catatan ini. Penyair itu sudah bertindak
sebagai petrus, seperti Hab. Apakah bisa kita hentikan?"
"... karena kitangeman Pol, atau rnengang-gap caranya tidak benar, atau..."
"... atau kita mau ikut."
"Jangan gila Nov. Apapunalasannya, kita harus bertemu dengan Penyair itu. Malamini juga kita tidur di
sini kalau perlu."
Ndil gelisah sekali ketika membuka tas dan menemukan sisa rokok Habyangdulu.
"Jangan-jangan kita terlambat,Bu."
"Satu-satunyayangsakti dan bisa meng-hentikan Penyair Kagetan itu hukan kita herdua. Melainkan Ibu
guruPelangi. Tapi bagaimana nasihnya sekarang inipunkita tak tahu..."
IbuGuruRukmini, istri'Babeh sebenarnya hanya menghadapi satu hal. Yaitu ketidakpastian apayangharus
dilakukan. Apayangharus atau bisa atau akan dilakukan?
Anginsoreterasa panas, mengelupas Kam-pung Rawa-rawa Budhegyangdiratakan dengan tanah.
Dimulai dariGangSatu, sepanjang relyanggemerlap di malamhari. Suasana gerah menyiksa rumah Babeh,
yangkini dipenuhi de-ngan kardus-kardus hesar kecil. Segala jenis isinya telah dipak ke dalamnya. Istri
Babeh ma-sih mondar-mandir, sementara kiri kanan me-nyeruak muncul dan hilang, meminjampisau,
meminta tali rafia, meminta barangyangdisang-ka ada disitu.
Di dalamkamar, Babeh menggelar koran-koran pagi, membaca sekilas dengan helaan na-pas.
Istri Babeh masuk.
Duduk di sebelahnya.
Airmatanya mengalir deras.
"Ini berita Tocil," kata Babeh menunjukkan kepada istrinya. Seperti menegaskan kekalahanyangterakhir.
Yanto Kecil ditangkap polisi, ka-rena membunuh Pak Dolim, agen koran. Tocil dalampengakuan di
berita tersebut, mengatakan bahwalamenginginkan uang untuk keperluan hidup keluarganya. Ibunya sakit.
Yangdikenal hanya Pak Dolimyangmempercayai menjaja-kan koran. Jadilah Pak Dolimkorbannyayang
pertama. Tocil menyatakan penyesalannya.
"Tocil generasi terkecil di sini, akhirnya me-ngalir sama. Ketika ia mengatakan tak akan mencuri di
rumah ini, saya percaya. Tetapi, ternyata ia melakukan lagi. Ketika saya mengusir dan tak berlangganan
koran lagi padanya, saya mendorongnya ke jalan hidupyangbiasanya ter-jadi di sini. Tocil ternyata lebih
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
cepat menjadi bagian dan kehidupan."
Sayup-sayup terdengar teriakan antarayangdigusur danyangmenggusur.
Kadang sangat nyata, sehingga hanya berja-rak berapajamlagi sudah sampai di rumah ini.
"Pak...
Babeh merangkul istrinya.
Mesra.
Terdengar langkah-langkah di luar yangmembuat istri Babeh tergetar. Memandang nanar. Ada ketakutan
yangmenguasai seluruh sikapnyayangselama ini tenang.
"Mereka datang, Pak."
"Mereka siapa?
Warno Viktor sudah tertangkap. Mungkin sudah kena dor. Icung sudah masuk lagi. Meong masih di
rumah sakit. Semua sudah ditangkapi.
Mereka siapa?
Merekayangmenyangka kita oskep?
Merekayangakan menghahisi kita karena kini semuanya mulai ditangkapi?
Biar saja mereka masuk."
Suara di pintu terhenti.
"Kita semua ini telah jadi oskep bagi diri kita sendiri, dan terjerembab parah. Tak bisalainlagi, karena
suasana ini mencipta ke arah itu. Seperti jalanyangditempuh Tocil. Mungkin ituyangterbaik.
Karena apa sajayangterjadi saat ini, adalahyangterbaik."
"Pak...
"Saya tahu saya mengecewakanmu, menge-cewakan diri saya sendiri.
Saya bahkan pernah herpikir bahwa kamulahyangmenjadi oskep, seperti kata UntungbinKartijoalias
Belinda Melati Indah ketika ia di-tangkap. Tak adayangmengetahui selain kamu.
Saya membenarkan.
Tak apa."
Airmata menderas.
Angin makin panas tak terkena kipas. Babeh terseret dalambatuk keras, menindihdada,mengilik
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
tenggorokan.
Suara di pintu seperti keluar lagi.
"Kamu pernah juga berpikir akuyangmela-kukan?"
Istri Babeh menghapus ingus.
"Apapun yangterjadi, aku tak pernah me-nyesali."
Babeh terbatuk lagi. Lebih keras. Sehingga urung memeluk. Istrinya masih berlinangairmata.
"Kamu ingin bertanya, kita akan ke mana kalau gusuran itu sampai di sini? Iya?"
Babeh terbatuk lagi. Lebih menyengat.Ko-ran yangterbuka tergeser oleh angin, beterbang-an ke lantai.
Angin kegerahanyanglebih keras karena makian, karena suara gedubrakan, karena te-riakan, karena
tangisclanjerit, berbau panas ter-bakar.
Istri Babeh memanggil nama Babeh, meme-luk kencang. Dibalas dengan pelukan sangat kencang seolah
lengket.
"Dengan pasrahtotal,kita selalu dekat de-ngan-Nya, walau ada kalanya jauh dengan se-sama manusia."
"Kita harus tetap percaya. Itu berarti tidak kalah, berarti belummenyerah."
Mata istri Babeh menyapu barang-barangyangsudah dipak. Babeh memalingkan ke wa-jahnya dan
menciumpipi istrinya.
.. sementara. Ini sementara.
Kita menjalani, bukan mengawali dan men--akhiri."
Tak bisa dibedakan siapayangmengatakan, siapayangmendengarkan. Kedua tubuh tetap menyatu,
kedua senyumkering bagai dari satu bibir.
Babeh melepaskan rangkulan. Mengambil salah satu bungkusanyangbesar, menariknya.
Istrinya mengambilyang lain.
Keduanya bertatapan.
Keduanya bersenyuman.
Keduanya menemukan jawaban.
"Ayo Pak... cepat sedikit."
(Diketik di Kamp Satu dan BlokA,Rutan Salemba,Jakarta,Juli1991)

Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html

Generatedby ABCAmber LITConverter, http://www.processtext.com/abclit.html
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html

Anda mungkin juga menyukai