Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM I

ALKALINITAS ( KEBASAAN JUMLAH )



I. DASAR TEORI
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan
indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas
adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan
nilai pH larutan (Anonymous A, 2010). Alkalinitas mampu menetralisir
keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat,
dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut
dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikkan pH (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi
dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan
disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH
air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Perbedaan
antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah sebagai
berikut (Anonymous A, 2010) :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton
tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk
mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan
(Anonymous A, 2010) :
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik.
Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.


Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yang mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan
penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan
hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan
ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat (CaCO
3
). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100
ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari
100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai
alkalinitas diatas 20 ppm (Anonymous B, 2010)
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa
sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan
pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal
dengan istilah Kapasitas larutan penyangga pH (Anonymous B, 2010).
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas
dengan proses sebagai berikut(Anonymous B, 2010) :
CO
2
+ H
2
O <==> H
2
CO
3
<==> H
+
+ HCO
3
-
<==> CO
3
--
+ 2H
+

CO
3
(karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.
Sedangkan H(+) merupakan sumber keasaman. Mekanisme diatas
merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan
(menghasilkan H
+
) atau ke arah kiri (menghasilkan CO
2
). Oleh karena itu,
apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-
asaman" artinya menambahkan H
+
saja maka (seperti ditunjukan mekanisme
diatas). H
+
tersebut akan segera diikat oleh CO
3
dan reaksi bergerak kekiri
menghasilkan CO
2
, (CO
2
ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam
baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu
kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali bergerak ke
angka semula. Itulah hukum alam dan karena itu juga kita masih bisa
menemukan ikan di alam sampai saat sekarang.


Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya
dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan
untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan
penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih
banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti
ditunjukkan pada reaksi diatas (Anonymous B, 2010).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan
penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan
hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan
ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas
biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO
3
). Air
dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut
sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm
(Putri, 2009).

II. PRINSIP KERJA DAN REAKSI
Standarisasi larutan HCl terhadap Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
Na
2
B
4
O
7
0,1 N ditambahkan dengan indikator Metil Jingga / Metil
Orange lalu di titrasi dengan larutan HCl hingga ditandai dengan perubahan
warna dari warna kuning muda menjadi merah muda.
Penetapan kadar sampel
Sampel ditambahkan dengan indikator Metil Jingga / Metil Orange lalu
di titrasi dengan larutan HCl hingga ditandai dengan perubahan warna dari
warna kuning muda menjadi merah muda.







III. ALAT-ALAT DAN REAGENSIA
Alat-alat
Neraca analitik
Buret dan stand
Labu Ukur
Buret dan stand
Labu erlenmeyer
Gelas beaker
Pipet Volume
Gelas Ukur
Pipet tetes
Botol Semprot
Corong
Kertas timbang
Regensia
Na
2
B
4
O
7
0,1 N
indikator Metil Jingga / Metil
Orange
Aquadest
HCL 0,1 N
Tissue dll






IV. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
Ditimbang 4,7756 gram Natrium Tetraboraks
Dimasukkan ke dalam labu ukur volume 250 ml
Ditambahkan dengan aquadest bebas CO
2
sampai tanda batas
Dilarutkan dan dicampur hingga homogen

B. Standarisasi Larutan HCl Terhadap Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
Di isi buret dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda batas
Dipipet 10.0 ml larutan Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
Dimasukkan ke dalam labu erlenmayer
Ditambah 25 ml aqudest
Ditambahkan 3-5 tetes indikator Metil orange
Dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai larutan berubah
menjadi jingga sedikit merah
Dihitug Normalitas larutan HCl tersebut




C. Penatapan Kadar Sampel ( AIR KERAN )
Di isi buret dengan larutan HCl yang sudah distandarisasikan
Di pipet 100,0 ml sampel
Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
Ditambahkan 3-5 tetes indicator metil orange
Dititrasi dengan larutan HCl 0,1N sampai berwarna jingga sedikit
merah
Dihitung kadar sampel tersebut

V. RUMUS PERHITUNGAN
Normalitas HCL N
2
=


Normalitas BP =


Kadar =


Keterangan BE : Berat ekivalen
N
1
: Normalitas Natrium tetraboraks
V
2
: Volume larutan baku primer yang dipipet (mL)
V
t
: Volume titrasi larutan baku sekunder (mL)
N
2 :
Normalitas HCl
V
1
: Volume baku primer(mL)
BE : Berat ekivalen Na
2
B
4
O
7
5 H
2
O (190,7)
Vol. : Volume Na
2
B
4
O
7
.5 H
2
O yang di buat (Liter)

VI. DATA PERCOBAAN

A. Standarisasi larutan HCL 0,1N dengan Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
NO Baku Primer Yang Dipipet
(ml)
Pembacaan Buret
(ml)
Volume Titrasi
(ml)
1 10,00 mL 0,00 - 11,60 mL 11,60 mL
2 10,00 mL 11,60 - 23,60 mL 11,50 mL
3 10,00 mL 23,60 -34,60 mL 11,50 mL




B. Penetapan Kadar
NO Baku Primer Yang Dipipet
(ml)
Pembacaan Buret
(ml)
Volume Titrasi
(ml)
1 100,00 mL 0,00 - 1,60 mL 1,60 mL
2 100,00 mL 1,60 - 3,20 mL 1,50 mL
3 100,00 mL 3,70 - 5,20 mL 1,50 mL

VII. PERHITUNGAN
A. Normalitas Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O



B. Normalitas HCl
Normalitas HCL N
2
=


Titrasi I =


= 0,0863 N
Titrasi II =


= 0,0871 N
Titrasi III


= 0,0871 N
Rata-rata Normalitas HCL =


= 0,0868 N
C. Penetapan Kadar
Penetapan Kadar =


Titrasi I =


= 84,7168 ppm
= 84,72 ppm



Titrasi II =


= 79,422 ppm
= 79,42 ppm
Titrasi III =


= 79,42 ppm
Rata-rata Kadar =


= 81,1867 ppm
= 81,20 ppm

VIII. HASIL PERCOBAN DAN KESIMPULAN
A. Hasil
Standarisasi larutan HCl terhadap Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N
Dipipet 10 mL larutan Na
2
B
4
O
7
0,1 N lalu ditambahkan dengan
indikator Metil Jingga / Metil Orange sebanyak 3 - 5 tetes lalu dititrasi
dengan larutan HCl hingga terjadi perubahan warna dari warna kuning
muda menjadi merah muda.
Penetapan kadar sampel
Dipipet 100 mL larutan Sampel lalu ditambahkan dengan
indikator Metil Jingga / Metil Orange sebanyak 3 - 5 tetes lalu dititrasi
dengan larutan HCl hingga terjadi perubahan warna dari warna kuning
muda menjadi merah muda

B. Kesimpulan
Dari Praktikum yang kami lakukan kami dapat menyimulkan
bahwa kadar sampel ( Air keran ) adalah 81,20 ppm

IX. PEMBAHASAN
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan
jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali
tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk
menetralkan asam,


atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas 20 ppm
menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan
asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral,
suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500
mg/iter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak
terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai
kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (Effendi, 2003).
Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah
konsentrasi total unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya
dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa
bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak
sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan
membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam,
sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan terlalu asam,
ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan
melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali
netral. Digambarkan dalam reaksi berikut :
HCO3- H+ + CO3P2
CO32- + H2O HCO32- + OH-
Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya total alkalinitas
mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan.
(Kordi, 2007). Kapasitas air menerima protein disebut alkalinitas. Air yang
alkali atau bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya
mengandung padatan terlarut yang tinggi. Alkalinitas merupakan faktor
kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karena kadang-kasang
penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air
itu tidak menjadi asam (Achmad, 2004).


X. CATATAN DAN DOKUMENTASI
A. CATATAN
Sebelum digunakan, alat-alat gelas dicuci dengan menggunakan
aquadest terlebih dahulu
Supaya perubahan warna dapat terlihat dengan jelas, kertas putih
dapat ditaruh sebagai alas pada saat titrasi
Kocokan pada erlenmeyer harus seirama dengan tetesas lautan dari
buret ke erlenmayer.
Setelah selesai menggunakan alat cuci bersih dengan aquadest lalu
simpan di tempat penyimpanan.
Bahan yang tersisa jangan di masukkan kembali ke botol reagen.
Jarak antara titik equivalen dan titik akhir titrasi tidak boleh terlalu jauh
sehingga akan mempengaruhi hasil akhir titrasi.
B. DOKUMENTASI
a. Standarisasi larutan HCl terhadap Na
2
B
4
O
7
.

5 H
2
O 0,1 N





b. Penetapan Kadar

Anda mungkin juga menyukai