Anda di halaman 1dari 11

1.

PEMBINGAKAIAN (MOUNTING)
Pembingkaian maksudnya adalah mengikatkanbahan uji sedemikian
rupa dengan alat atau proses tertentu sehingga bahan uji menjadi mudah
dan nyaman untuk dilakukan pengerjaan berikutnya. Pada prinsipnya
tujuan pembingkaian adalah untuk :
1. Memperoleh bentuk material uji yang mudah nyaman untuk diproses
seperti kerataan/ kesejajaran bidang alas dan permukaan spesimen.
2. Dapat memberikan kode atau penandaan bahan uji.
Pembingkaian tidaklah selalu harus dilakukan dengan proses
penyiapan bahan uji metalloghraphy (tergantung ukuran dan bentuk bahan
uji). Pembingkaian bahan uji dapat dilakukan dengan pembingkaian
dengan cara dijepit (clamp mounting) atau dengan vara pembingkaian
melalui pencetakan setem tekan ( compression mounting ). Untuk itu pula
seorang metallografer harus mampu menentukan apakah pembingkain
dilakukan denga clamp mountin.
Langkah kerja pembingkain:
1. Persiapkan semua bahan dan perlatan yang diperlukan.
2. Periksalah posisi o/of aliran listrik pada unit cetakan pada posisi OF
3. Hubungkan kabel arus listrik kesumber arus listrik.
4. Memasang thrust-cup diatas thrust pada posisi menutup.
5. Ambilah material uji yang akan dibingakai dan salah satu thrust-pin,
kemudian letakkanlah material tersebut di permukaan thrust-pin
(permukaan bahan yang akan diamati bersentuhan dengan permukaan
thrust-pin ). Atur posisinya ditengan, lalu madukan kedalam cetakan
melalui bagian bawah cetakan.
6. Pasang thrust-cup diatas dongkrak pendorong dengan posisi lubang
yang kecil berada diatas.
7. Isikan serbuk bakelit/ butiran polisar secukupnya melalui bagian atas
cetakan.
8. Madukan thrust-pin ketengah-tengan thruspin yang baru dipasang.
9. Swit aliran listrik cetakan atur pada posisi ON.
10. Tutp katup buang pada dongkrak penekan, lalu geraka tuas untuk
menekan bahan dalam etakn hingga tekanan kira-kira 150-240 bar
kostan. Tunggu hingga lampu main catakan mati (temp berkisar 150
0
C ), biarkan 1 2menit lampu main mati.
11. Matikan hetr dengan mengubah posisi tombol ke OF.
12. Dinginkan cetakan benda kerja dengan mengisi bak penampung air
diatas cetakan dengan air dingin yang bersih, biarkan hingga air yang
keluar dari cetakan tersebut sampai dingin.
13. Buka katup pembuang buka dongkrak, balik posisi trust-cup.
14. Tutup kembali katup buang, gerakan tuas sehingga benda kerja dan
thrust-pin didalam cetakan masuk kedalam thrust-cup. Buka katup
buang, ambil benda kerja dan thrust-pn yang telah berada didalam
thrust-cup.
15. Ambil benda kerja didalam thrust-cup. Lanjutkan ke proses
pengampelasan.


2. Pengamplasan
Tahap ini sangat penting dalam proses preparasi specimen untuk
menghasilkan permukaan sample rata dan halus dengan goresan searah.
Tujuannya untuk :
1. Menghilangkan lapisan permukaan yang mengalami perubahan (
Seperti perubahan plastis akibat proses pemotongan atau
menghilangkan bagian yang korosi ).
2. Memperoleh permukaan bahan uji yang rata dan halus.

Pengampelasan penting dilakukan terlebih bahan uji yang baru saja
dilakukan pemotongan, karena kerusakan pada permukaan potong dapat
diperbaiki dengan proses ini. Alat yang dipergunakan pada tahap ini
adalah mesin gerinda putar dengan media.
Gerinda berupa kertas ampelas dengan berbagai tingkat kekerasan
secara bertahap yaitu grade ampelas dimulai dari dengan yang kasar
hingga yang halus (120, 220, 320, 400, 800, 1000, dan 150 mesh ). Pada
tiap pergantian ampelas sample diputar 90
0
. Selama pengampelasan
sample harus dialiri dengan air bersih. Metode ini disebut metode wet
grinding, yang bertujuan untuk menghindari timbulnya timbulnlya panas
di permukaan sample yang kontak langsung dengan kertas ampelas.


Langkah kerja pengampelasan:
1. Isikan bak air pendingin secukupnya dengan air bersih.
2. Memasang ampelas deng grid terendah (paling kasar ) pada piringan
mesin.
3. Aturlah aliran air pendingin secukupnya dengan memutar kran
pengatur.
4. Lakukanlah pengampelasan bahan hingga rata.
5. Lakukan penggantian grid ampelas dengan no berikutnya dan
lakukanlah pengampelasan dengan cara yang sama dengan langkah
no 4. Demikian seterusnya hingga berakhir dengan ampelas no 1500.














Contoh cara pengamplasan
6. Pemolesan
Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa goresan pada
sample sehingga dihasilkan permukaan spesimen yang rata tanpa goresan
atau penampakan goresannya sangat halus sehingga struktur mikronya dapat
diamati penampakannya lebih jelas. Tahapan ini dikerjakan pada mesin
gerinda putar yang sam dengan media berupa kain poles dan cairan
aluminia. Melalui tahap ini permukaan spesimen menjadi sangat halus
tampak seperti kaca.
Proses pemolesan permukaan bahan uji dilakukan setelah proses
pengampelasan halus dengan tujuan menghilangkan goresan halus pada
permukaan bahan uji.
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PENGAMPELASAN
Penggerindaan/ pengampelasan tidak boleh panas berlebih
( berikan pendinginan yang cukup )
Tidak boleh merusak struktur mikro yang ada
Grip ampelas yang dipakai bertahap dari yang paling
kasar.
Setiap penggantian grip ampelas, arah pengampelasan
diputar 90
0.

Setiap penggantian grip ampelas diusahakna sayatan
ampelas sebelumnya habis
Permukaan harus benar-benar rata.
Selama pengampelasan usahakan tidak terkontaminasi.
Langka kerja pemolesan :
1. Memasang kain nilon pada piringan pholisher.
2. Pasang bahan uji pada speciment holder dan atur ketinggiaanya.
3. Atur penekanan benda kerja pada specimen holder.
4. Tekan tombol on, untuk melakukan proses polhising.
5. Memberi pasta pada pemoles.
6. Matikan mesin, amati benda kerja setelah goresan hampir hilang,
lakukan penggantian kain dengan kain beludru. Lakukan prosedir
kerja yang sama langkah 4 dan 5.
7. Setelah benda kerja halus/ bebas goresan bersihkan dan dilanjutkan
ke pengetsaan.

Yang harus diperhatikan dalam memoles :
Bekas ampelas harus benar-benar halus
Pemolesan harus dampai garis-garis bekas ampelas hilang
Dilakukan bertingkat dari yang paling kasar.
Pada piringan poles tidak boleh ada partikel kasar (debu/ pasir)
Tidak terkontaminasi dengan zat kima/ lemak.
Bahan poles tidak terkontaminasi dengan benda uji.
Pemolesan harus merata, dijaga agar permukaan benda uji tidak
teroksidasi.
Catatan :
- Pemolesan dapat juga dilakukan secara manula, yaitu dengan
memberi permukaan bahan uji pasata intan dan digosok dikain katun
yang bersih.
- Pemberian pasta disesuaikan dengan urutan grade yang tertinggi ke
yang terendah.

7. Peng-Etsaan
Permukaan sample direndam ke dalam larutan etsa yang bertujuan
untuk mengkorosikan daerah batas butir sehingga penampakan struktur
mikro dari sample akan menjadi terlihat lebih detil dimana retakan halus
dan inklusi dan inklusi non-metalik dapat terlihat denga jelas. Larutan etsa
yang digunakan tergantung pada sample yang akan diteliti misalnua besi
tuang, digunakan etsa nital 2% dengan komposisi asam nitrat HNO
3
= 2 ml
dan Alkohol sebanyak 98%.
Tujuan :
Untuk menghilangkan lapisan tipis pada permukaan benda uji yang
mengahalangi penampakan struktur mikro logam.
Langkah kerja peng-etsaan :
1. Membuat etsa sesuai dengan yang akan dietsa ( lihat tabel etsa ).
2. Masukkan larutan etsa kedalam glass pirex secukupnya.
3. Celupkan benda kebahan etsa beberapa detik sehingga terlihat
permukaan buram (terjadi reaksi dengan bahan etsa ), angkat dan
langsung dicuci dengan air bersih (sebaiknyya air yang mengalir).
4. Keringkan dengan pengering (air dryer)
5. Lakukan pemeriksaan di mikroskop.
Yang harus diperhatikan dalam Peng Etsaan :
- Permukaan benda uji harus bersih, tidak berlemak, tidak tersentuh
tangan dan tidak teroksidasi.
- Tidak terdapat goresan lagi
- Larutan etsa harus sesuai dengan standard
- Waktu/ lamanya mengetsa harus diperhatikan
- Keringkan dengan alat pengering ( air dryer ), baru bboleh dilihat di
mikroskop
- Kalau gagal harus diampelas ulang.





8. Pengmatan Struktur Micro
Sampel yang telah memenuhi syarat analisa kemudian diamati
diawah mokroskop. Dan struktur mikronya difoto.
Tujuannya untuk mengamati/ meneliti struktur mikro (fasa, bentuk dan
distribusi struktur mikro ).
Langkah pengamatan:
1. Siapkan bahan uji dan mikroskop dan perlengkapannya.
2. Pelajari fungsi dari bagian mikroskop.
3. Pilihlah dan pasang lensa objektive dan okuler pada dudukannya
dimikroskop.
4. Letakkan benda uji pada mikroskop.
5. Hidupkan lampu untuk penyinaran benda kerja.
6. Aturlah jarak fokusnya hingga didapat penampakan struktur mikro
yang baik.
7. Bila didapat fokus yang baik lakukan pengamatan dan gambarlah
struktur mikro tersebut secara manual sebagai data percobaan/
penelitian (atau lakukan pemotretan bila mikroskop dilengkapi dengan
camera ).












I. DATA HASIL PENGUJIAN

Data spesimen sebelum dilakukan ETSA



No Percobaan : 01
Material / Perlakuan : ST - 37
Etsa : -
Pembesara : 200x
Fasa / Struktur Mikro : -




Data spesimen setelah dilakukan ETSA dengan Nital 3%



No Percobaan : 01
Material / Perlakuan : ST-37
Etsa : Nital 3%
Pembesaran : 200x
Fasa Struktur Mikro
1. Ferrite
2. Pearite


Pearlite Ferrite


II. ANALISIS DATA
1. Pengamplasan
Pengamplasan harus dilakukan dengan hati-hati secara searah dan
teratur, sehingga tidak ada lagi goresan, permukaan material menjadi
halus dan rata.

2. Pemolesan
Sampel yang telah dipoles akan mendapatkan permukaan yang lebih
halus dan mengkilat seperti kaca, serta arah garis dari hasil
pengamplasan harus hilang. Proses pemolesan menggunakan mesin
poles yang menggunakan sejenis kain beludru untuk memoles.

3. Peng Et-saan
Sebetulnya, etsa merupakan proses pengkorosian yang terkendali.
Cairan pengetsa mengikis batas-batas butir pada sampel, sehingga
batas-batas butir lebih jelas terlihat.

4. Hasil Pengamatan Struktur Mikro
Dari hasil pengamatan, jelas terlihat bahwa tanpa peng-etsaan struktur
mikro pada spesimen belum dapat dilihat. Sedangkan setelah
dilakukan peng-etsaan jelas terlihat bahwa material ST-37 diatas hanya
mempunyai fasa Ferrite dan Pearlite. Dengan kandungan Ferrite lebih
banyak dari pada fasa Pearlite.

III. KESIMPULAN
1. Semua langkah kerja diatas harus dilakukan dengan hati-hati dan
berurutan. agar benda uji tidak rusak dan mendapatkan hasil yang jelas
saat pengamatan di bawah mikroskop.
2. Pengetsaan sangat penting sebelum pengamatan di bawah mikroskop
karena pengetsaan membuat batas-batas butir pada sampel lebih jelas
terlihat, sehingga kita dapat membedakan fasa-fasanya.

Anda mungkin juga menyukai