Anda di halaman 1dari 5

Minggu, 11 Oktober 2009

FISIOLOGI dan MIKROEKOLOGI VAGINA



Vagina dilapisi oleh epitel pipih bertatah non keratinisasi ( non-keratinized stratified squamous
epithelium ) yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.
Pada vagina neonatus terdapat koloni bakteri aerobik dan anerobik yang diperoleh saat
melewati jalan lahir.
Epitel vagina neonatus bersifat sangat estrogenik dan mengandung banyak glikogen yang
mendukung pertumbuhan laktobaksil yang memproduksi asam laktat, situasi ini menyebabkan
pH vagina yang rendah (kurang dari 4.7) yang selanjutnya mendorong pertumbuhan lebih lanjut
dari mikroflora asidofilik protektif.
Beberapa hari setwlah lahir, kadar estrogen menurun dan epitel vagina menjadi tipis, atropi
dan memiliki kandungan glikogen yang amat sedikit. Dalam lingkungan seperti ini, pH
meningkat dan organisme yang asidofilik tidak lagi dapat hidup. Sebagai akibatnya,
mikroflora vagina yang dominan adalah coccus dan basilus gram positif.
Saat pubertas terjadi steroidogenesis ovarium , vagina kembali berada dibawah pengaruh
estrogen dan kadar glikogen meningkat kembali. Laktobasilus penghasil asam laktat dan
hidrogen peroksida (H2O2) menjadi predominan kembali sehingga pH vagina berada
diantara 3.5 4.5. Meskipun demikian , terdapat rentang lebar bakteri aerobik dan anerobik yang
dapat dibiakkan melalui vagina normal. Sebagian besar wanita memiliki 3 8 jenis bakteri
berbeda pada satu saat tertentu. Asam laktat, hidrogen peroksida, dan berbagai bahan lain yang
diproduksi oleh laktobaksil memberi perlindungan traktus reproduksi bagian bawah terhadap
berbagai penyakit menular seksual dan HIV.
Sejumlah faktor dapat mempengaruhi efek perlindungan yang diberikan oleh floranormal
vagina :
1. Antibiotika pemberian antibiotika jangka panjang akan menekan bakteri komensal
sehingga strain patogenik (terumata jenis jamur) akan menjadi predominan
2. Pembilasan vagina ( vaginal douching) pembilasan vagina menggunakan air biasa
atau dengan larutan yang non-buffered untuk sementara waktu akan menyebabkan
perubahan keasaman vagina atau menekan bakteri endogen secara selektif.
3. Sanggama Cairan semen meningkatkan keasaman vagina dengan pH mencapai 7.2
selama 6 8 jam sehingga vagina menjadi rentan terhadap infeksi kuman penyebab PMS.
Selain itu, selama sanggama, transudat vagina yang berfunsgi sebagai lubrikan dan
memiliki pH yang sama dengan pH darah yaitu sekitar 7.4 sehingga vagina menjadi peka
terhadap infeksi mikroflora abnormal vagina
4. Benda asing - tertinggalnya diafragma , kondom atau berbagai benda kecil (pada anak
anak ) akan mengganggu mekanisme pembersihan vagina yang normal sehingga
memudahkan terjadinya infeksi sekunder.
FISIOLOGI CAIRAN VAGINA
Cairan vagina adalah campuran yang terdiri dari lendir servik (sebagian besar) cairan
endometrium dan tuba falopii eksudat dari Kelenjar Bartholine dan Skene transudat dari
epitel pipih vagina yang mengalami eksfoliasi produk metabolisme mikroflora vagina.
Cairan vagina terdiri dari protein polisakarida asam amino enzym dan imunoglobulin.
Peningkatan jumlah cairan vagina dan cairan endoservikal secara fisiologis terjadi pada
kehamilan pertengahan siklus menstruasi dan selama sanggama.
Pada masa pasca menopause ( tidak menggunakan hormon estrogen ) , terjadi penurunan jumlah
cairan vagina secara drastis sehingga keadaan ini merupakan predisposisi terjadinya infeksi dari
berbagai mikroflora eksogen a.l eschericia coli, spesies staphylococcus dan streptococcus.
PEMERIKSAAN CAIRAN VAGINA
Pasien vaginitis seringkali mengeluhkan adanya pengeluaran cairan dari vagina ( fluor albus,
leucorrhoea, keputihan , duh ). Karakteristik cairan vagina yang keluar dapat membantu
penegakkan diagnosa a.l warna , viskositas, corak dan bau .
pH vagina normal pada wanita usia reproduksi adalah kurang dari 4.7 , penentuan pH vagina
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus dengan rentang pH yang teliti ( 3.5 7.5 ).

Pemerikasaan adanya amine odor ( bau amis ) atau yang disebut sebagai whiff test
positif dilakukan dengan memberikan beberapa tetes KOH 10% pada sediaan cairan
vagina yang terdapat di spekulum. Pada vagina yang sehat tidak ada bau yang timbul pada
pemeriksaan diatas. Adanya bau amis ( amine odor ) mengarahkan dugaan pada infeksi
trichomonas atau vaginosis bakterial
Pemeriksaan sediaan basah pada cairan vagina dilakukan dengan menggunakan kapas-lidi
(cotton bud ) yang dioleskan ke fornix posterior dan di suspensi dengan 2 ml NaCl. Setetes
larutan sediaan tersebut diletakkan pada gelas pemeriksa dan ditutup dengan object glass
kemudian dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop. Dapat terlihat adanya gerakan
trichomonas pada sediaan ini.

Mikroskopik view ( high power ) of a Trichomonad in a saline wet mount preparation. The
organisme are usually motile in this type of preparation
Selain itu juga dapat terlihat adanya sel epitel dengan tepi tidak teratur dan granular - clue cell
yang menunjukkan adanya kelompok bakteri pada dinding sel dan merupakan pertanda kuat
adanya vaginosis bakterial bila gambaran tersebut dijumpai pada lebih dari 20% sel epitel

Microscopic view of clue cells in a saline wet mount preparation. Note the irregular or
serrated cell
Bila sel sel tidak cukup jelas terlihat maka semua cairan sediaan di tetesi dengan KOH 10 20%
(untuk menghilangkan debris seluler atau debris lain dan menysiakan adanya miselium), dibawah
mikroskop dapat dilihat adanya pseudohyphae atau spora dari infeksi candida.
ETIOLOGI FLUOR ALBUS
Keluhan vaginitis a.l fluor albus, rasa gatal, rasa pedih atau late dysuria seringkali terjadi.
Diagnosa pasti sulit ditegakkan oleh karena gejala dan tanda sering non spesifik dan pasien
seringkali mengobati dirinya sendiri dengan obat yang tersedia secara bebas di toko obat selain
itu, etiologi vaginitis sering multiple.
Lebih dari 90% kasus vaginitis disebabkan oleh :
1. Vaginosis bakterial ( 40 50% )
2. Candidiasis vulvovaginalis ( 20 25% )
3. Trichomoniasis ( 15 20% )
Servisitis yang mukopurulen sering disebabkan oleh :
Chlamydia
N . gonnorhoeica
Mycoplasma
Jenis vaginitis lain yang jarang terjadi :
Benda asing
Vaginitis atropik
Penyakit genital ulseratif ( herpes dan sifilis )
Vaginitis deskuamatif ( akibat pertumbuhan streptococcus grup B )
Lichen planus
Diposkan oleh B. Widjanarko di 09:01 0 komentar
Label: Fisiologi Reproduksi, Ginekologi

Anda mungkin juga menyukai