Maceral merupakan suatu hal atau pembahasan yang tak terpisahkan dengan batubara. Maceral merupakan suatu material yang terdapat didalam batubara yang hanya terlihat dengan menggunakan mikroskop.Maceral dari batubara terbagi atas tiga golongan grup maceral, yaitu Vitrinite, Liptinite, dan Inertinite. A. MACERAL LIPTINITE Liptinit tidak berasal dari materi yang dapat terhumifikasikan melainkan berasal dari sisa tumbuhan atau dari dari jenis tanaman tingkat rendah seperti spora, ganggang (algae), kutikula, getah tanaman (resin) dan serbuk sari (pollen). Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat dibedakan menjadi sporinite (spora dan butiran pollen), cutinite (kutikula), resinite (resin/damar), exudatinite (maseral sekunder yang berasal dari getah maseral liptinite lainnya yang keluar pada proses pembatubaraan), suberinite (kulit kayu/serat gabus), fluorinite (degradasi dari resinite), liptodetrinite (detritus dari maseral liptinite lainnya), alginite (ganggang) dan bituminite (degradasi material algae). Relatif kaya dengan ikatan alifatik sehingga kaya akan hidrogen atau bisa juga sekunder, dimana terjadi selama proses pembatubaraan dari bitumen. LIPTINITE GROUP a. Asal macerals liptinite yang berasal dari bagian tanaman seperti spora,kutikula, dan resin. b. Kelimpahan yang macerals liptinite umumnya membuat tentang 5- 15% dari sebagian besar Amerika Utara bara. Mereka umumnya paling banyak diAppalachian bara. Pada suatu reflektansi dari 1,35-1,40 sebagian besar macerals liptinite menghilang dari batubara. c. Density yang macerals liptinite memiliki kerapatan terendah dari setiap kelompok maseral berkisar antara 1,18-1,28 gram / ml. d. Coking Properties dalam proses coking beberapa macerals liptinite devolatilize sebagai gas dan ter tetapi mereka juga berkontribusi terhadap massa kokain. e. Kimia dalam batubara diberi macerals liptinite memiliki kandungan hidrogen tertinggi dan kadar karbon terendah. f. Ketangguhan di polishing, yang macerals liptinite dapat menunjukkan lega positif. g. Reflektansi dalam batubara diberi liptinite macerals mempunyai reflektansi terendah.
Berdasarkan morfologi dan bahan asalnya, kelompok liptinite dapat dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya yaitu: a. Sporinite Sporinite adalah salah satu maseral dari grup maseral liptinite yang paling umum yang berasal dari lapisan lilin spora fosil dan serbuk sari. Pada umumnya maseral ini memiliki bentuk bulat pipih dengan bagian atas dan belahan rendah dikompresi sampai datang secara bersama- sama. Permukaan luar dari macerals sporinite sering menunjukkan berbagai macam ornamen. Perlu dicatat bahwa dalam bagian yang paralel atau dekat sejajar terhadap bidang perlapisan batubara, yang macerals sporinite akan muncul untuk mengambil sebuah disk atau yang dapat berbentuk oval dengan resinite. Dalam Paleozoikum bara dua jenis spora yang umum. Yang lebih kecil, biasanya <100 mikron dalam ukuran disebut mikrospora dan yang lebih besar berkisar sampai beberapa milimeter diameter disebut megaspores. b. Cutinite Meskipun tidak sangat berlimpah, maseral ini umumnya ditemukan di sebagian besar batubara dan berasal dari lapisan luar lilin daun, akar dan batang. Hal ini terjadi sebagai stringer panjang, yang seringkali memiliki satu permukaan yang cukup datar, dan permukaan yang lain adalah crenulated. Cutinite biasanya memiliki reflektansi yang sama dengan yang sporinite. Kadang-kadang stringer dari cutinite yang terdistorsi. Karena cutinite terjadi pada fragmen lembaran dan sangat tahan terhadap cuaca, kadang-kadang terkonsentrasi dalam cuaca. c. Resinite Macerals Resinite adalah mana-mana, meskipun dalam jumlah yang kecil kecil, komponen di sebagian besar Amerika bara di bawah jenjang menengah-volatile aspal. Mereka biasanya tidak hadir dalam bara peringkat lebih tinggi. Meskipun macerals resinite biasanya kurang dari 3% dari kebanyakan US bara, mereka sangat berlimpah di batubara dari Dataran Tinggi Wasatch di Utah di mana mereka dapat ditemukan dalam jumlah sekitar 15% dari macerals ini. macerals Resinite memiliki dua mode umum terjadi. Pada sebagian besar Appalachian dan pertengahan barat batubara US resinites terjadi sebagai primer (hadir pada saat deposisi) tubuh bulat dengan sumbu panjang berkisar antara 25-200 mikrometer. d. Alginite Alganit adalah maceral pada batubara yang berasal dari jamur jamur yang tumbuh pada saat pembentukan gambut dan ikut terakumulasi pada saat proses pembatubaraan. Batubara yang pada umumnya seperti ini banyak terbentuk pada zaman pra kambrium . Jarang terjadi di sebagian besar batubara dan sering sulit membedakan dari materi mineral. Namun, dalam ultra-violet menyalakannya fluoresces dengan warna kuning cemerlang dan menampilkan penampilan seperti bunga khas. e. Liptodetrinite Liptodetrinite adalah bentuk klastik dari liptinite di mana fragmen fragmen dari berbagai jenis maceral muncul berbagai liptinite sebagai partikel tersebar. f. Suberinit Merupakan maceral yang terdapat dalam batubara yang memperlihatkan atau masih menampakkan bentuk-bentuk dari serat kayu dari bahan pembentuknya yang tidak terhancurkan secara baik pada saat proses pembatubaraan. Dengan maceral ini, kita dapat mengetahui dari jenis tumbuhan apa batubara tersebut terbentuk.
B. MACERAL VITRINITE Maseral Vitrinit ialah hasil dari proses pembatubaraan materi humic yang berasal dari selulosa (C6H10O5) dan lignin dinding sel tumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissues) seperti batang, akar, daun, dan akar. Vitrinite adalah bahan utama penyusun batubara di Indonesia (>80%). Di bawah mikroskop, kelompok maseral ini memperlihatkan warna pantul yang lebih terang daripada kelompok liptinite, namun lebih gelap dari kelompok inertinite, berwarna mulai dari abuabu tua hingga abuabu terang. Kenampakan di bawah mikroskop tergantung dari tingkat pembatubaraannya (rank), semakin tinggi tingkat pembatubaraan maka warnanya akan semakin terang. Kelompok vitrinite mengandung unsur hidrogen dan zat terbang yang persentasenya berada diantara inertinite dan liptinite. Mempunyai berat jenis 1,31,8 dan kandungan oksigen yang tinggi serta kandungan volatille matter sekitar 35,75%. a. Telinite Telinite merupakan bagian terang vitrinit yang membentuk dinding sel.
b. Collinite Collinite merupakan vitrinit jelas yang menempati ruang antara dinding.
c. Vitrodetrinite
C. MACERAL INERTINITE Maseral Inertinit disusun dari materi yang sama dengan vitrinit dan liptinit tetapi dengan proses dasar yang berbeda. Kelompok inertinite diduga berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar dan sebagian lagi berasal dari hasil proses oksidasi maseral lainnya atau proses decarboxylation yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Pemanasan pada awal penggambutan menyebabkan inertinit kaya akan karbon. Sifat khas inertinit adalah reflektivitas tinggi, sedikit atau tanpa flouresense, kandungan hidrogen, aromatis kuat karena beberapa penyebab, seperti pembakaran (charring), mouldering dan penghancuran oleh jamur, gelifikasi biokimia dan oksidasi serat tumbuhan. Sebagian besar inertinit sudah pada bagian awal proses pembatubaraan. Maseral menghasilkan materi yang mudah menguap (volatile matter). Materi ini banyak dihasilkan oleh liptinit yaitu sekitar 66% sedangkan vitrinit menghasilkan 35,75% dan inertinit menghasilkan 22,9%.
a. Micrinite Macrinite merupakan komponen yang sangat kecil paling batubara dan biasanya terjadi tubuh bulat telur sebagai structureless dengan reflektansi yang sama seperti fusinite. Micrinite terjadi sebagai partikel butiran sangat halus reflektansi tinggi. Hal ini umumnya terkait dengan macerals liptinite dan kadang-kadang memberikan tampilan untuk benar- benar menggantikan liptinite tersebut.
b. Semifusinite Semifusinite memiliki tekstur sel dan fitur umum fusinite kecuali bahwa itu adalah reflektansi rendah. Bahkan, semi-fusinite memiliki jangkauan terbesar reflektansi dari setiap macerals berbagai batubara terjadi dari ujung atas dari kisaran pseudovitrinite untuk fusinite. Semi- fusinite juga yang paling banyak dari macerals inertinit.
c. Fusinite Sebuah maseral inertinit penting adalah fusinite, yang muncul di bawah pemeriksaan mikroskopis menjadi tidak seperti arang. Memang mungkin berasal dari bahan hangus akibat kebakaran hutan pada tanaman yang membentuk batubara. Hal ini juga bisa dihasilkan dari degradasi bahan sangat reaktif dalam detritus tanaman asli. macerals inertinit lainnya termasuk semi-fusinite dan micrinite. Kelompok inertinit membuat sampai 5 sampai 40 persen dari yang paling batubara. nilai reflektansi mereka biasanya yang tertinggi dalam sampel tertentu. Yang maseral inertinit paling umum adalah fusinite, yang memiliki penampilan seperti arang dengan tekstur sel jelas. Sel-sel dapat berupa kosong atau diisi dengan bahan mineral, dan dinding sel mungkin telah dihancurkan selama pemadatan (tekstur Bogen)
d. Sclerotinite Sclerotinite terjadi sebagai badan bulat telur dengan sel-struktur, dengan reflectances mencakup seluruh rentang inertinit.
e. Inertodetrinite
2. Rank Batubara dan kegunaan batubara 2.1. Peringkat batubara (coal rank)
Rank (Peringkat) berarti posisi batubara tertentu dalam garis peningkatan trasformasi dari gambut melalui batubrara muda dan batubara tua hingga grafit. Rank berdasarkan ASTM : fixed cabon untuk batubara berperingkat tinggi, dan Nilai kalori yang diexpresikan dalam British Thermal Unit (Btu) untuk batubara berderajat rendah. Sistem Amerika terdiri dari 4 grup peringkat utama dan 13 sub-grup dengan nama masing-masing. Misalnya low-volatle bituminous Penamaan tersebut di atas sangat umum digunakan.
Rank berdasarkan ASTM : Untuk batubara tua, didasarkan pada : Volatile matter untuk peringkat tinggi, Nilai kalori (diekspresikan dengan kalori) untuk batubara peringkat rendah, Batas antara batubara muda dan batubara tua terletak pada nilai kalori 5700 kCal/Kg. Tidak ada penamaan batubara berdasakan peringkat, tetapi perbedaannya hanya berdasarkan 9 klas batubara. Untuk batubara muda, meskipun nilai kalori cukup bisa dipakai sebagai parameter, komite Internasional memilih water content sebagai indikator, dan menetapkan 6 klas (10-15) untuk batubara muda Sistim Eropa keseluruhan mencakup 15 kelas batubara
2.2. Pengunaan Batubara
Pada Batubara Secara garis besar Pengunaan Batubara dibagi menjadi 3 kategori : 1. Metallurgical coals. a. Batubara yang mempunyai apa yang disebut sebagai sifat- sifat kuking/Coke b. Kokas/Coke biasanya digunakan dalam proses pembuatan baja c. Sekitar 25 % dari produksi batubara dunia. 2. Steaming coals. a. Batubara yang dibakar untuk menaikkan ketel uap untuk pembangkit tenaga listrik. b. untuk pembakaran langsung dalam pabrik semen. c. Sekitar 70 % dari produksi batubara dunia. Penggolongan Batubara menurut Mutu
Jenis Golongan Batas Karbon Tetap/ Nilai kalori Sifat-sifat Fisik I. Antrasit
1. Meta Antrasit
Karbon tetap kering > 98% Zat terbang kering < 2%
2. Antrasit
Karbon tetap kering 92 % - 98 % Zat terbang kering, 2% - 8 %
3. Semi antrasit
Karbon tetap kering, 80 % - 92 % Zat terbang kering, 8 % - 14 %
Tidak menggumpal II. Bituminous 1. b.b. bituminous dengan zat ter- bang rendah Karbon tetap kering, 78 % - 86 % Zat terbang kering, 14 % - 22 %
Menggumpal atau tidak melapuk 2. b.b. bituminous dengan zat ter- bang sedang Karbon tetap kering, 69 % - 78 % Zat terbang kering, 22 % - 31 %
3. b.b. bituminous dengan zat ter- bang tinggi A Karbon tetap kering, 69 % Zat terbang kering, > 31 % Lembab BTU > 14,000 4. b.b. bituminous dengan zat ter- bang tinggi B Lembab BTU 13,000 14,000 5. b.b. bituminous dengan zat ter- bang tinggi C Lembab BTU 11,000 13,000 II. Sub-Bitumi nous 1. b.b. Sub-bitumi nous A Lembab BTU 11,000 13,000 Melapuk atau tidak menggumpal
2. b.b. Sub-bitumi nous B Lembab BTU 9,500 11,000 3. b.b. Sub-bitumi nous C Lembab BTU 8,300 9,500 IV. Lignit 1. Lignit
Lembab BTU kurang dari 8,300 Terkonsolidasi
Tidak terkonsolidasi 2. Batubara muda
Lembab BTU kurang dari 8,300
3. Conversion and special coals. a. Batubara yang digunakan sebagai bahan dalam produksi gas dan atau produk bahan bakar cair/ liquid products derived from coal. b. Batubara untuk penggunaan khusus, seperti elektroda karbon aktif c. Persentase yang kecil dari produksi batubara dunia.
3. SAMPLING Dalam buku J.W. Merck: Sampling and weighing of Bulk Solids, sampling didefinisikan sebagai: Proses pengumpulan suatu set primary increment dari suatu sampling unit dengan suatu cara sehingga pengukuran contoh analisis atau pengujian signifikan untuk sampling unit tersebut. Pada batubara pengambilan sampling terjadi pada dua kondisi yaitu pada kondisi batubara insitu (coal in bed) dan batubara curah (coal in bulk). Pengambilan sampling batubara pada kondisi insitu : 1. CHANNEL SAMPLING Channel Sampling adalah proses pengambilan sample dari suatu seam batubara dengan cara membuat channel atau saluran dari bagian top sampai ke bottom seam batubara tersebut atau sebagian dari tebal seam tersebut
2. CORING SAMPLING Coring Sampling adalah proses pengambilan contoh batubara dengan cara drilling atau pengeboran terhadap seam batubara.
Pengambilan sampling batubara pada kondisi curah (coal in bulk) : 1. Batubara diam (stationary) Sampling terhadap batubara diam atau stationary Sampling, lebih bersifat indicatif, karena sample yang terambil hanya di bagian permukaan saja, sedangkan bagian dalam tumpukan batubara tidak terambil.Apabila stationary Sampling dilakukan untuk tujuan komersial, maka sebelum dilakukan sampling tersebut, harus ada agreement antara pembeli dan penjual dan masing-masing mengetahui akan kelemahan sample tersebut, dan terjadinya perbedaan antara hasil analisa dari sampling yang satu dengan hasil analisa dari sampling yang lain sangat mungkin terjadi.
2. Batubara bergerak moving Sampling yang dilakukan pada saat batubara bergerak lebih representatif, karena kemungkinan terambilnya contoh di setiap bagian atau posisi batubara lebih besar.
Sampling batubara baik secara manual maupun secara mekanis, memiliki kaidah-kaidah atau prinsip yang sama yang harus diikuti agar sample yang diperoleh representatif atau mewakili seluruh batubara yang diambil samplenya . Prinsip-Prinsip sampling tersebut adalah : 1. Jumlah increment (primary) setiap lot sample a. Prosedure General Purpose of Sampling adalah bertujuan untuk memberikan dalam 19 dari 20 kasus, ash dalam basis dry dalam interval +/- 1/10 dari hasil rata-rata ash (dry basis) yang dapat diperoleh dari sampling yang berbeda terhadap cargo atau sampling unit yang sama. b. Prosedur Special Purpose of Sampling dilakukan pada sampling batubara apabila batasan presisi yang lain diperlukan atau pada saat konstituen lain digunakan untuk menentukan presisi.
2. Alat yang digunakan untuk mengambil increment sample Alat yang digunakan untuk mengekstraksi increment harus mengikuti rekomendasi dari standard baik pada manual sampling maupun pada sampling secara mekanis.
3. Berat minimum sample setiap incrementnya Berat minimum sample dari setiap incrementnya adalah mengikuti persamaan sebagai berikut : M = 0.06D M = berat minimum per increment (kg) D = Diameter atau ukuran nominal topsize batubara yang disampling dalam (mm) Berat sample yang diperoleh dari suatu mechanical sample biasanya lebih besar dari berat minimum yang diperlukan. Berat sample kalkulasi dari mechanical sampler adalah :
M = Berat sample setiap increment C = Flowrate batubara (tph) a = bucket aperture (M) V = belt speed (Cross Belt) atau Cutter speed (Bucket cutter) 4. Interval increment Interval increment yang diambil dari seluruh lot atau sub-lot harus merata dari awal pemindahan sampai akhir pemindahan (awal loading-akhir loading) baik berdasarkan waktu (Time basis sampling) ataupun berdasarkan berat (Mass Basis Sampling)
4. Pencampuran (Blending Works) Blending merupakan suatu cara untuk mendapatkan nilai kalori batubara yang sesuai dangan permintaan konsumen yang dilakukan dangan cara mencampur tipe jenis batubara yang tidak hanya dari satu jenis tipe saja tetapi dipakai dengan dua tipe atau lebih agar mendapatkan nilai kalori yang sesuai permintaan pasar (konsumen). 1. Produksi atas hasil kerja pencampuran (blending) adalah kunci besar untuk mencapai jenis mine brand yang baru ini di antaranya : Pencampuran utama ada di lokasi tambang (mine site) atau mine site stock yard. Batubara mine brand yang merupakan kiriman dari mine site stock yards yang merupakan perubahan untuk nama market brand. 2. Semua dari material pencampuran pada mine site dan mine site stock yard No.1 atau perbaikan dan stacker (stockyard No. 1 of mine site). 3. Untuk mendapatkan hasil kerja pencampuran yang baik kuncinya adalah metode pengambilan contoh yang baik dari stock pile tersebut.
Prioritas perhatian untuk melakukan/memutuskan Blending Prioritas 1 : 1. Kemurnian sfesifikasi market brand, tetapi parameter-parameter kualitas adalah CV AD), dan TS (%-AD). Kadar abu hanya untuk rujukan atau referensi. 2. Rencana penjualan yang memuaskan, jangka panjang, menengah, 1 tahun dan 4 bulan rencana pemutaran (Produksi dan Penjualan). 3. Keuntungan dari market brand yang berurutan; 4. Manfaatkan secara optimal semua hasil penambangan. 5. Untuk mendapatkab kondisi pada poin 4 dua merk tambang di campur. Prioritas 2 : 1. Urutan prioritas untuk memilih pasangan blending. 2. Pemikiran tentang karakter pembakaran pada pemakai. Tinggi atau rendah (HGI) .... Blending dangan antrasit. Bagian Volatile rendah (antrasit). Blending dengan pasangan dari nilai kalori terbaik. 3. Memikirkan tentang rantai batubara yang ekonomis seperti metode blending dan tranportasi. 4. Dalam produksi batubara, pikirkan penggunaan maksimal dari batubara dengan high sulfur dan Low Sulfur. 5. Periksa penyimpanan mine brand pada masing-masing stock yard untuk pekerjaan blending. Dalam merealisasikan rencana pekerjaan pencampuran batubara (blending), terdapat beberapa langkah kerja umum yang harus diperhatikan sebagai penentu keberhasilan program blending tersebut, di antaranya adalah : 1. Posisi dalam rencana penambangan dan rencana penjualan jangka panjang Step 1: Mengkalkulasi rencana penambangan (long-middle-one year plan) dangan mine brand yang sesuai dangan karakteristik batubara setiap tambang dari data boring insitu yang telah dilakukan pada kegiatan eksplorasi. Step 2: Membuat rencana produksi yang paling menguntungkan sesuai dengan market brand yang didasarkan kepada program blending yang dapat dilakukan. Jenis Market brand yang menguntungkan dan diprioritaskan untuk di produksi. Step 3: Bandingkan hal di atas (market brand) dangan rencana penjualan. Step 4: Membuat strategi pemasaran disesuailkan dangan rencana produksi dan penjualan yang paling menguntungkan. Step 5: Hubungan yang baik di dalam perusahaan antara bagian perencanaan, produksi, kontrol kualitas dan pemasaran. 2. Dalam melakukan blending perbandingan campuran batubara dan pasangan jenis dari campuran batubara dikontrol secara komputerisasi mengenai: Dalam hal memasukkan rencana produksi dangan merk tambang, perusahaan dapat memperoleh keuntungan terbanyak berdasarkan tonase dengan merk yang diminati pasaran. Dalam hal memasukan pemilihan tonase dengan merk dagang, komputer mengubah perbandingan campuran dan pasangan pencampuran dan dari sini akan mengubah permintaan dari rencana penambangan. Rencana perubahan kualitas lama ke kualitas baru ini didasarkan kepada karakteristik kualitas batubara lama yang memiliki sifat sebagai berikut: 1. Adanya Range calorific value (CV) dari satu jenis kualitas batubara (coal brand) yang terlalu jauh.Adanya calorific value (CV) yang saling tumpang tindih antara satu kualitas dangan kualitas yang lainnya. 2. Parameter utama yang digunakan yaitu total moisture (TM -% AR) dalam kenyataannya sulit diadakan kontrol kualitas dan sesuai dangan keinginan pelanggan, karena dalam kenyataannya total moisture kualitasnya mudah sekali terganggu oleh pengaruh luar terutama pengaruh dari air hujan. Dengan adanya perubahan kualitas ini (mine brand) yang berbeda akan banyak mempengaruhi beberapa aspek dalam hal proses pertambangan. Diharapkan dangan adanya perbedaan antara mine brand baru ini akan memberikan keuntungan sebesar besarnya bagi perusahaan, diantaranya: Umur tambang akan lebih lama. Kontrol kualitas terhadap mine brand dan market brand akan lebih mudah. Seluruh jenis batubara yang ada dari setiap pit akan dapat digunakan, tanpa adanya prioritas penambangan dari satu jenis batubara saja. Spesifikasi mine brand yang baru ini akan memberikan beberapa keuntungan diantaranya : 1. Tidak adanya calorific value (CV) yang overlapping seperti pada merk lama. 2. Range calorific value (CV) yang sempit. 3. Adanya garis potong Total Sulfur (TS) dalam setiap kualitas (sebagai parameter untuk mine brand baru). 4. Tidak ada parameter total moisture seperti pada kualitas yang lama sehingga akan lebih mudah untuk kontrol terhadap kualitas batubara yang ditambang tersebut. 5. Coking dan Caking Caking dan coking properties adalah sifat atau perilaku batubara pada saat dipanaskan serta sifat coke yang terbentuk dari pemanasan tersebut. Caking adalah sifat yang menggambarkan kemampuan batubara membentuk gumpalan yang mengembang selama proses pemanasan. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang cepat. Tes untuk mengukur sifat caking ini adalah crucible swelling number (disebut juga dengan free swelling index (ASTM), dan coke button index) dan caking power yang diukur dengan roga test. Coking adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama proses carbonisation (proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang dihasilkannya. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan pada coke oven. Tes untuk mengukur sifat coking ini adalah Gray-king coke type, dilatometry (Audibert- Arnu), plastometry (Gieseler). Selain untuk memperkirakan potensi batubara dalam pembuatan coke, kedua sifat ini juga penting dalam pengklasifikasian batubara.