Anda di halaman 1dari 5

Africas Forgotten Kingdom

Tahun 1871 penjelajah Jerman bernama Karl Mauch mencari kota legenda Zimbabwe
di pedalaman Afrika. Karl Mauch mempunyai impian untuk menjelajah Afrika sejak ia masih
berusia 10 tahun. Pengetahuan mengenai daratan Afrika ia peroleh melalui legenda dalam
Alkitab. Ia sangat tertarik dengan legenda tambang emas Raja Solomon yang diberikan
pada Ratu Sheba. Ia pun mulai membekali diri untuk dapat memulai petualangan di Afrika
dengan mempelajari pengetahuan mengenai kedokteran dari literatur, mengumpulkan
serangga, berkonsultasi dengan dokter dan melatih kemampuan fisiknya melalui olahraga
setiap hari. Ia juga mempelajari cara untuk bertahan hidup kelak saat menjelajahi Afrika.
Karena ia berasal dari keluarga yang kurang mampu, Karl Mauch mempelajari semuanya
secara mandiri dan meminta dukungan untuk menjelajahi Afrika kepada Insitut Geografi
Jerman namun ia ditolak dengan alasan status pendidikan. Insitut Geografi Jerman tidak
ingin membiayai penjelajahan tanpa adanya status pendidikan tingkat universitas.
Karl Mauch tetap nekat untuk berangkat dengan cara ia mendaftar menjadi awak
kapal yang akan berlayar menuju Durban, Afrika Selatan pada tahun 1864. Ia pun sampai di
Afrika. Pada tahun 1865, Afrika Selatan didiami oleh bermacam-macam suku, seperti Suku
Xhosa, Zulu, dan Lesotho. Kemudian datang orang kulit putih, bahkan sebagian menjajah.
Penjajahan yang dilakukan orang kulit putih yang kebanyakan adalah orang Belanda sangat
tidak manusiawi. Mereka memperlakukan orang berkulit hitam selayaknya binatang. Hal itu,
menyebabkan Mauch membenci penjajahan tersebut. Ia pun ingin berada di perbatasan untuk
memulai petualangannya. Setahun kemudian ia bepergian dari satu perkampungan ke
perkampungan lainnya di daerah perbatasan untuk menggali lebih dalam mengenai
pedalaman Afrika Selatan. Selama perjalanannya ia menemui warga Afrika yang tidak ramah
akibat penjajahan tersebut. Mereka mencurigai siapapun yang membuat peta atau meneliti
tanah milik mereka. Akhirnya Karl Mauch berpura-pura gila untuk mencapai tujuannya.
Semua hasil penelitiannya dan catatan harian miliknya dikirimkan ke Insitut Geografi
Jerman. Ia pun mendapatkan dukungan untuk melanjutkan penjelajahannya, bahkan ia juga
mendapatkan emas.
Singkat cerita, setelah melalui perjalanan panjang selama 6 tahun dan terserang
penyakit, Mauch tetap melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya ia menemukan reruntuhan
tua yang diduga merupakan Zimbabwe yang Agung. Karl Mauch dan penduduk setempat
beranggapan bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan dari orang kulit putih.
Akhirnya Karl Mauch menyimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan Ratu
Sheba. Mauch mencari bukti untuk mendukung teorinya. Dia memotong serpihan dari balok
kayu. Bau yang dipancarkan memiliki kesamaan besar dengan kayu cedar yang digunakan
dalam pensil. Warnanya juga sama. Mauch percaya bahwa Sheba telah mengimpor cedar dari
Libanon, tanah di sebelah utara Israel kuno. Tiba-tiba Mauch jatuh sakit dan harus kembali
ke negaranya. Saa kembali, Jerman telah banyak berubah yaitu banyak terjadi peperangan
dan gejolak politik. Selain itu, usahanya selama ini serta teorinya mengenai Shaba. Ahli
Kimia juga membantah argumen Mauch tentang kayu dari reruntuhan Zimbabwe berasal dari
Lebanon. Menurutnya, reruntuhan dari sampel kayu yang dibawa Mauch berasal dari Afrika.
Karl Mauch depresi dan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jendela lantai atas pada
tahun 1875. Atas semua pencapaiannya untuk menemukan Zimbabwe, didirikan Tugu Karl
Mauch di salah satu perguruan tinggi pelatihan guru di Jerman.
Lima puluh tahun kemudian, tahun 1929, salah satu ahli purbakala terkenal Gertrude
Caton-Thompson menjelajahi reruntuhan Zimbabwe untuk mencari petunjuk asal usul
Zimbabwe. Gertrude lahir pada tahun 1888 dari sebuah keluarga Inggris. Ia senang bepergian
ke suatu tempat misalnya Roma dan Pompei. Mulai saai itu, ia menyukai peradaban kuno.
Selama usianya sampai 20 tahun, ia hidup dalam keadaan makmur namun tidak sesuai
dengan tujuan hidupnya. Ia juga menikah dengan seorang prajurit bernama Carlyon
MacFarlane. Setelah 2 tahun, Gertrude juga ikut berperang bersama suaminya. Pada tahun
1916, ia mendapat kabar bahwa suaminya telah tiada. Peristiwa tersebut telah membentuk
karakter mandiri, tegas, disiplin dan penuh kasih sayang serta mempengaruhi karirnya. Pada
tahun 1920 ia menjadi relawan untuk melakukan penggalian purbakala di selatan Perancis. Ia
yang saat itu berusia 32 tahun menetapkan hatinya untuk mengejar keinginannya menjadi
seorang ahli purbakala. Ahli budaya Mesir Sir Flinders Petrie meminta bantuannya untuk
melakukan penggalian di Mesir. Getrude dapat bekerja sama dengan baik dengan Sir Petrie.
Pada tahun 1924, Sir F. Petrie membantu Getrude memperoleh dana untuk penggaliannya
sendiri di Mesir. Namun kesimpulannya dari hasil penggalian tersebut terdapat konradiksi
dengan teori Sir Petries. Akhirnya Sir Petries memutuskan aliran dana untuk Gertrude, tetapi
Gertrude tetap melanjutkan dengan dananya sendiri.
Sebuah yayasan Anglo Rhodesian mendekati Gertrude untuk menjalankan
penggalian di Great Zimbabwe. Harapannya untuk menemukan petunjuk tentang
kependudukan misterius yang pernah berkembang di sana dan ia harus mempresentasikan
kesimpulannya tentang penduduk Zimbabwe asli kepada Bristish Association for the
Advancement of Science hanya dalam waktu 8 bulan. Dengan membawa anggota tim terdiri
dari wanita, ia sampai di Afrika. Namun karena topan, ia terlambat sampai di Salisbury,
ibukota Rhodesia. Sesampainya di reruntuhan Zimbabwe, ia menemukan kondisi reruntuhan
telah hancur akibat penambangan. Ia dan timnya menggali di beberapa situs yang tersisa
namun belum juga menemukan kesimpulan hingga pertemuan dengan British Association
sudah semakin dekat. Gertrude menggunakan pesawat untuk melakukan pengamatan
sehingga ia bisa memeriksa reruntuhan dari sudut pandang yang baru. Dia menjadi salah satu
arkeolog pertama yang menggunakan observasi udara. Saat ia melewati reruntuhan bukit ia
melihat jalan tanah yang tertutup oleh vegetasi. Itu mengantarkannya pada teras bagian
bawah dari dinding bukit dan jelas tidak pernah digunakan selama ratusan tahun. Keesokan
harinya Gertrude memindahkan timnya ke teras bukit. Disana mereka menemukan banyak
benda yang tidak tersentuh oleh siapapun kecuali penduduk asli. Segala sesuatu yang
Gertrude Caton Thompson temukan jelas merupakan peninggalan Afrika. Ada perubahan
model tembikar dan desain gerabah, tetapi selalu Afrika. Satu-satunya bahan asing yang ia
temukan adalah manic-manik kaca dan keramik dari daerah Timur Jauh tetapi jelas
tertanggal sekitar abad ke-13. Jadi mereka berkesimpulan pada fakta yang ada bahwa
material tersebut merupakan budaya lokal abad ke-13 yang didapatkan dari perdagangan
terhadap luar negeri.
Gertrude berkesimpulan bahwa Great Zimbabwe telah menjadi kota orang kulit
hitam Afrika sejak abad 9 hingga abad 14 dan merupakan pusat perdagangan utama yang
besar. Great Zimbabwe telah mendominasi rute perdagangan Afrika karena adanya
pengangkutan gading dan emas menuju pantai. Mitra dagang mereka adalah pedagang Arab
yang merupakan perantara perdagangan menuju India dan China.
Gertrude mempresentasikan penemuannya di antara keriuhan di Johannesburg pada
2 Agustus 1928. Dalam sebuah kertas Gertrude membunuh peradaban kulit putih yang hilang
yang selama ini diyakini. Sebagai gantinya ia menggambarkan sebuah metropolis hitam yang
berkembang. Diperkirakan hidup 10 hingga 15 ribu orang, sebuah kota besar seperti kota di
Eropa pada saat itu. Banyak dari para pendengar presentasi yang tersinggung. Mereka tetap
yakin bahwa orang-orang Afrika tidak akan mampu menciptakan peradaban tersebut.
Hasil kerja Gertrude memberinya reputasi yang tinggi diantara para akademisi dan
ilmuan. Dan tidak ada siapupun yang dapat membuktikan selain Gertrude bahkan dalam 50
tahun terakhir, yang akan meyakinkan orang bahwa Great Zimbabwe tidak eksotis. Gertrude
mengucapkan selamat tinggal pada para pekerja Afrikanya. Rasa ironis muncul ketika ia
ditanya oleh salah seorang dari mereka yang bertanya tentang siapa pekerja kasar di Inggris
jika tidak ada orang kulit hitam disana.
Gertrude berangkat ke Inggris pada akhir 1929 dimana kontroversi seputar Great
Zimbabwe masih mengikutinya. Pada tahun 1930, temuan Gertrude dari Great Zimbabwe
dipamerkan di British Museum di London. Dia hadir disana setiap 3 minggu sekali untuk
menjawab pertanyaan terutama bagi mereka yang masih percaya pada Ratu Sheba.
Penggalian besar terakhirnya di tahun 1938. Gertrude berharap menemukan hubungan antara
Arab Selatan dan Great Zimbabwe. Dimungkinkan pedagang Arab yang membawa barang ke
pantai Afrika dari India dan China mempengaruhi pembangunan besar Zimbabwe. Gertrude
mencari arsitektur yang umum, seni, pasangan batu, apa pun yang mungkin menghubungkan
dua tempat tersebut. Dia menemukan bangunan Arab yang masih mempraktekkan teknik
bangunan batu tradisional, tapi hubungan mereka dengan Great Zimbabwe tidak jelas.
Menjelang akhir ekspedisi, ia mengalami sakit parah. Akibat sakit dan kelelahan, ia kembali
ke Inggris. Dia mulai menderita penyakit ringan yang mengganggunya selama sisa hidupnya.
Seorang dokter mendiagnosis adanya gangguan hati. Setelah berusia 50 tahun, Gertrude
menetap dalam kehidupan yang tenang bersama teman-temannya, deNavarros dan anak-anak
mereka, Michael. Gertrude meninggalkan warisan terbesar yaitu untuk mengungkapkan
bahwa peradaban yang tinggi muncul di Sub-Sahara Afrika. Pemukim kulit putih tidak bisa
lagi mengklaim Great Zimbabwe sebagai milik mereka. Ketika mayoritas hitam di Rhodesia
meraih kendali pada tahun 1979, mereka mengganti nama negara mereka Zimbabwe untuk
mengenang diri mereka pada masa lalu Afrika. Seperti kata Gertrude Caton Thompson,
"Great Zimbabwe masih berdenyut dan terletak di jantung Afrika.






Dari kisah terkuaknya Zimbabwe, terdapat empat ketentuan menurut ilmu dalam artian
masyarakat, yaitu:
Universalism digambarkan pada temuan Karl Mauch yang diterbitkan oleh Insitut Geografi
Jerman dan tidak ada hak istimewa baginya mengenai temuan tersebut dan temuan tersebut
dapat dibagi dengan lainnya sehingga 50 tahun kemudian dimulai penelitian lebih lanjut oleh
Gertrude. Selain itu itu, universalism juga tergambar saat temuan Gertrude dipamerkan di
British Museum di London. Dia hadir disana setiap 3 minggu sekali untuk menjawab
pertanyaan terutama bagi mereka yang masih percaya pada Ratu Sheba.
Communalism digambarkan pada peristiwa harus dipublikasikan suatu temuan pada sebuah
club yaitu karl Mauch harus memaparkan hasil temuan dan kesimpulannya lengkap dengan
bukti yang dibawa dari penjelajahannya ke Insitut Geografi Jerman dan saat Gertrude harus
mempresentasikan hasil penemuannya di Johanesburg pada Bristish Association for the
Advancement of Science.
Disinterestedness digambarkan saat Gertrude melakukan penggalian di Mesir dengan dana
dibantu oleh Sir F. Petrie. Namun karena kesimpulan hasil penggaliannya bertentangan
dengan Sir F. Petrie, dana pun dihentikan. Namun Gertrude tidak menyerah, ia tidak
mengubah kesimpulannya agar didanai kembali, tapi ia tetap pada pendirian yang diyakininya
benar dengan dana yang ia cari sendiri. Selain itu, saat peristiwa presentasi Gertrude
mengenai Great Zimbabwe yang menuai banyak kontrovesi tetapi ia tidak menyerah dengan
hasil temuannya.
Skeptisisme ditunjukkan saat penemuan yang dilakukan Karl Mauch dan Gertrude harus
disertai bukti untuk mendukung teori kesimpulannya. Namun pada akhirnya tidak ada
jaminan bahwa teori itu benar, hal itu terbukti dari teori Karl Mauch mengenai Great
Zimbabwe yang merupakan peninggalan orang kulit putih adalah salah.
(ini kayaknya msh ada lagi.. tp wes cuntel teman.. btw ni resume nya kebanyakan.. kalian
bisa juga googling :D mohon copas e jgn mirip beeeetttt ya... ;D)

Anda mungkin juga menyukai