Anda di halaman 1dari 21

A.

PENDAHULUAN





























Gambar 1. Peta Wilayah Kerja


1. STATUS IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi telah mendapatkan izin
pengusahaan yang ditandatangani pada
tanggal 24 J uli 2008, untuk bahan galian
nikel. Dengan luas wilayah eksplorasi
2.399Ha, Wilayah eksplorasi berada di
Kabupaten Bombana tepatnya pada wilayah
P. Kabaena, meliputi 2 Kecamatan yaitu
Kecamatan Kabaena seluas 1.499 Ha (62%)
dan sisanya berada di Kecamatan Kabaena
Selatan dengan luas 900 Ha (38%), Izin
Usaha Pertambangan ini berlaku selama 5
tahun, sehingga akan berakhir pada tanggal
23 J uli 2013.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi deposit
bijih nikel yang terkandung di dalam wilayah eksplorasi,
sekaligus dalam rangka memenuhi kewajiban terhadap
pemerintah sesuai dengan yang tercantum dalam
Permen No. 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral, oleh karena itu berencana akan melakukan penambangan bahan galian bijih nikel dan
mengolahnya dengan metode pyrometalurgi (peleburan) dengan hasil akhir berupa Crude Ferro Nickel
dengan kapasitas produksi pertahun adalah 7.000 ton/tahun CFN, yang akan dibangun pada wilayah wilayah
kerja eksplorasi.


2. KONDISI GEOLOGI WILAYAH BLOK IUP



Wilayah IUP Eksplorasi berada pada
Mendala Sulawesi Timur yang dicirikan
oleh gabungan batuan ultramafik, mafik
dan malihan. Pada Mendala Geologi
Sulawesi Timur, batuan tertua adalah
batuan ultramafik yang merupakan
batuan alas.




Hazburgit, berwarna kelabu tua-kehijauan
dan hitam kehijauan bila lapuk, berbutir
menengah; hablur penuh; hipidiomorfik,
berbutir seragam. Susunan mineralnya
olivine (70% - 80%), ortopiroksin (7%),
klinopiroksin (3%).
Dunit, berwarna hijau kelabu, berbutir
halus, setempat terbreksikan, umumnya
terkekarkan. Mineral penyusun utamanya
olivine (90%), piroksin, plagioklas.
Serpentin, berwarna hijau kotor dan hitam kehijauan, keras tetapi rapuh dan mudah pecah. Mineral
penyusun utamanya serpentin, piroksin, olivine dan talcum.
Wehrlit, berwana hitam kehijauan, hablur penuh, berbutir tak seragam, terdirid dari olivine (62%),
ortopiroksin (3%), klinopiroksin (3%) dan sisanya epidot, klorit.





3. CADANGAN ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT


Hasil Perhitungan Cadangan Blok 1 Wilayah Desa Langkema dan Blok 2 Wilayah Desa Batuawu

Bijih nikel limonit yaitu :
Total kedalaman seluruh titik bor dan Test Pit =250 m
Luas setiap daerah pengaruh pertitik =100 x 100 m =2.500 m
2

Volume Total =250 m x 10.000 m
2
=2.500.000 m
3

Bijih nikel saprolit yaitu :
Tebal untuk seluruh titik bor dan Test Pit =170 m
Luas setiap daerah pengaruh pertitik =100 x 100 m =10.000 m
2

Volume total =170 m x 10.000 m
2
=1.700.000 m
3

J adi jumlah cadangan bijih nikel laterit pada kedua blok tersebut adalah :
Limonit dengan cut of grade Ni 1,3% dan Fe 25% sebesar :
2.500.000 m
3
x 1,6 ton/m
3
= 4.000.000 ton
Saprolit dengan cut of grade Ni 1,6 % dan Fe 25% sebesar :
1.700.000 m
3
x 1,5 ton/m
3
= 2.550.000 ton












































Gambar 2. Peta Geologi Blok IUP



4. LOKASI SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG PABRIK PENGOLAHAN BIJIH NIKEL















Lokasi pabrik pengolahan bijih nikel :
Posisi geografis : 121, 8410 E dan -5,2997 S, berada pada bagian Selatan wilayah Izin
Usaha Pertambangan
Luas lahan pabrik pengolahan : 55 Hektar
Pabrik pengolahan dan pemurnian ini merupakan jenis pabrik pengolahan dan pemurnian bahan galian
bijih nikel, dimana nantinya bijih nikel yang ditambang akan menghasilkan nilai tambah. Sumber bahan
baku yang digunakan untuk mendukung pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel adalah bersumber
dari cadangan bahan galian yang ada di dalam wilayah IUP PT. International Mining J aya (kepemiliki
sendiri). Rencana kapasitas pabrik pengolahan dan pemurnian yang akan dibangun adalah 7.000
ton/tahun, dengan kapasitas umpan bahan baku pabrik yang dibutuhkan adalah 52.000 ton/tahun, dengan
tipe bijih nikel yang diolah adalah Limonit.
Kebutuhan energi listrik yang akan digunakan adalah sebesar 2 MW.
J enis komoditas tambang yang akan dihasilkan adalah logam paduan Fe-Ni yang berdasarkan persentasi
kadar Ni 5% di kategorikan pada jenis Crude Ferro Nickel. Produk dari Fe-Ni ini akan menjadi bahan baku
industri yang termasuk First User.
Lokasi Pabrik Pengolahan
Bijh Nikel


5. DISTRIBUSI PASOKAN BAHAN GALIAN NIKEL DUNIA


Nikel adalah logam berwarna putih perak yang keras namun dapat dibentuk. Pertumbuhan permintaan
akan nikel dengan demikian sangat erat dengan pertumbuhan industri stainless steel serta sektor-sektor
tersebut diatas, yang mempunyai korelasi tinggi dengan Produksi Industri (Industrial Production). Produksi
Industri global mencatat pertumbuhan 5,1% didukung oleh pertumbuhan yang tinggi di berbagai ekonomi
negara maju maupun berkembang terutama Cina di tahun 2006.



























(Sumber : Annual Report PT. Antam , 2005)

Gambar 3. Peta distribusi pasokan bahan galian logam dari Indonesia





Tabel 1. Keseimbangan Pasokan dan Konsumsi Nikel Dunia
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pasokan 1.430 1.508 1.609 1.681 1.751 1.840 1.893 1.936 1.982 1.999 2.034 2.109
Konsumsi 1.454 1.536 1.610 1.659 1.680 1.785 1.880 1.935 1.989 1.990 2.037 2.118
Keseimbangan -24 -27 -1 21 72 55 13 0 -7 9 -3 -9

Sumber : Brookhunt


Konsultan metal, Brookhunt, memperkirakan harga nikel akan tetap tinggi untuk beberapa tahun
kedepan dengan harga rata-rata diperkirakan US$16,88 per pon di tahun 2007 dan US$16,79 di tahun
2008. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang tetap tinggi akan industri stainless steel dan industri logam
campuran lainnya, kekurangan produksi serta persediaan di London Metal Exchange (LME) yang terus
menurun dengan cepat. Mereka memperkirakan harga-harga akan mulai menurun di tahun 2009.

Tabel 2. Perkiraan Harga Nikel LME (US$ c/lb)
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Harga 1.688 1.679 1.250 800 580 510 540 540 650 610 650 750

Sumber : Brookhunt





























6. SARANA PENDUKUNG PABRIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN































Sarana pendukung kegiatan pengolahan
dan pemurnian bijih nikel laterit :
Mine Production
Office Mine
Area Stockpile Port
Workshop
Back Fill Area
Sum Pit
IPAL


7. ALTERNATIF PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL

Pengolahan dan pemurnian bijih nikel terbagi dalam beberapa proses salah satunya adalah dengan
proses pirometalurgi, dimana pada proses ini dilakukan melalui dua rangkaian proses utama yaitu reduksi
dalam tungku putar (rotary kiln) dan peleburan dalam tungku listrik (electrical furnance), dan lazim dikenal
dengan nama Rotary kiln Electrical Smelting Furnance Process. Rencana pabrik pengolahan dan
pemurnian bijih nikel yang akan dibangun menghasilkan Crude Ferro Nickel dimana Crude Ferro Nickel ini
mempunyai kandungan 5 % unsur Ni, dan energi yang dibutuhkan dalam pengolahan dan pemurnian bijih
nikel ini sangat rendah yaitu 2 MW.


8. RENCANA ALTERNATIF PEMILIHAN TEKNOLOGI PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL


KRITERIA
CRUDE FERRO NIKEL (t/t h) NIKEL PIG IRON (t/th) Fe Ni (t/th)
Ni-MATE
(t/th)
HEAP LEACH
(t/th)
HPAL CARON
7.000 50.000 100.000 100.000 200.000 5.500 15.000 40.000
24.500 Ni =
39%
22.700 Ni 18.000 Ni
INVESTASI
Terjangkau oleh ivestor
lokal
US$ 8,5 J t
- 10,5 J t
US$ 60 J t -
75 J t
US$ 120 J t
- 150 J t
US$ 265 J t
- 330 J t
US$ 530 J t -
660 J t
US$ 132 J t -
165 J t
US$ 400 J t -
500 J t
US$ 1,1 B -
1,3 B
US$ 498 J t
Investasi
Sedang
Investasi Tinggi
(<US$ 15 J t)
Investasi menengah
Investasi besar
Investasi sangat besar
PASOKAN BAHAN BAKU (BIJI NIKEL) TON
Tipe bijih laterit Limonit Limonit Limonit Limonit Limonit Saprolit Saprolit Saprolit Saprolit Limonit Saprolit/ Limonit
Untuk 1 tahun produksi 52.000 368.000 736.000 1.620.000 3.240.000 382.000 1.100.000 2.920.000 3.000.000 Ni =1,3% Ni =1,8 %
Untuk 30 tahun produksi 1.600.000 11.100.000 22.100.000 48.600.000 97.200.000 11.460.000 33.000.000 87.600.000 90.000.000 Mg =1 % Co =0,1 %
Fe =47 % Fe =25 - 40%
Mg =0 - 12%
TEKNOLOGI
Tidak rampung/ rumit Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing Crushing
Penguasaan teknologi Drying Drying Drying Drying Drying Drying Drying Drying Leaching HPL Grinding
Proses oleh industri dalam
negeri
Reduction Reduction Reduction Reduction Reduction Reduction Reduction Reduction Separation Pemisahan Roasting
Enrichment Enrichment Enrichment Enrichment Smelting Smelting Smelting Smelting Precipitation Pengendapan HPL
Shotting Shotting Shotting Pemisahan
Pengendapan
POLUSI
Polusi udara
Polusi
Udara
Polusi
Udara
Polusi
Udara
Polusi
Udara
Polusi Udara Polusi Udara Polusi Udara Polusi Udara Polusi Udara Polusi Udara Polusi Udara
Limbah padat
Limb.
Padat
Limb.
Padat
Limb.
Padat
Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat Limb. Padat
Limbah cair Limb. Cair Limb. Cair Limb. Cair
KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK
Kecil ( <9MW)
20 MW
(konsumsi)
Daya Listik Daya Listrik
Menengah (>10 : <29) 2 MW 14 MW 28 MW 84 MW 167 MW 27 MW 74 MW 190 MW
36 MW
(output)
Sedang Besar

(Sumber : Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia)



9. RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL

Parameter Investasi Pabrik Crude Ferronickel
Pel eburan 2 x 1000 Kwh
Umpan Bij i h Nikel 2.571.000 ton per tahun
Kandungan Ni ckel (% Ni ) 0,79 %
Produksi CFN 7.000 ton per tahun
Kual itas CFN (Kandungan Ni dal am CFN) 5%
Konsumsi Li stri k 2 MW
Konsumsi Gas 181 x 1.000 kNm3/tahun
Konsumsi Ai r 2,4 x 1.000 km3/tahun
Staf 752 orang

Besar Investasi dan Biaya Produksi
Deskripsi Nilai (US$) Keterangan
Nil ai Investasi 555,300,000
Bi aya Produksi 2,485 per lb Ni
Harga Ni 4.25 per lb Ni
Kredit Besi 0.13 100 US$/t Fe
Penal ti Kobalt, Co 0.05 Nisbah Co/Ni>1/25
Bi aya Produksi (setel ah kredi t besi) 2,355

Harga Peralatan
No Uni t Si stem Proses Harga (US$ 1.000)
1 Sistem Pra Pengolahan Bahan Baku 690
2 Sistem Produksi Langsung 3.870
3 Sistem Penghalus Batubara 390
4 Sistem Benefisasi 460
5 Sistem Kelistrikan 385
6 Total 5.795
Revenue =2.485 2.355
=1.895 US$/ lb Ni


10. ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL


ANALISIS KEUANGAN
Biaya US$
per ton CFN
1 Biaya pengolahan
a. Pengolahan 3 ton bijih akan menghasilkan 1 ton crude ferronickel 13
b. Bahan pembantu (termasuk listrik, batubara, kapur dll) 25.5
c. buruh, consumable, asuransi, welfare cost 3
d. Lain - lain 1.5
Total biaya proses : 3x(13+25,4+3,1+5) 129
2 Harga Penjualan
a. Rata-rata kandungan nickel dalam bijih 1,5% Ni, sehingga dalam 3 ton bijih terdapat 3 x 0,015 ton =0,045
ton logam nikel murni

b. Recovery 75% setara dengan produksi nikel murni =0,045 x 0,075 =0,0337 ton Ni
c. Harga penjualan crude ferronickel 35% dari LME, harga Ni LME US$ 19.000 per ton. US$ 19.000 x 355 =
US$ 6.650 per ton, Sehingga harga penjualan nikel US$ 6.650 x 0,0337 224
Keuntungan
Harga penjualan crude ferronickel per ton 224
Dikurangi biaya produksi per ton ferro nickel 129
Keuntungan 95
Maka untuk kapasitas produksi 10.000 ton crude ferronickel dan 10 bulan/ tahun akan dihasilkan keuntungan per tahun
=10.000 x 95 x 10 9,500,000




11. INVESTASI PEMBANGKIT LISTRIK


No
Jenis
Pembangkit
Investasi
(US$/kWh)
Kapasitas
Pembangkit
(kWh)
Total Investasi
(US$)
1 PLTU 1,000 3000 3,000,000
2 PLTA 2,200 3000 6,600,000
3 PLTD 3,000 3000 9,000,000
4 PLTG 875 3000 2,625,000
5 PLTGL 2,000 3000 6,000,000

Asumsi Pemakaian Gas Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Biaya pembangkit PLTA Kapasitas 2 x 1000 kWh
Kebutuhan Gas
Kapasitas Pembangkit (kWh) 3.000
Harga Gas (US$/MMBTU) 6
1 MMBTU membangkitkan 293,5 kWh
J adi 3000 kWh membutuhkan 10 MMBTU
Kebutuhan Gas (MMBTU) 10
Total harga kebutuhan Gas (US$/MMBTU) 60
US$ (1Rp) 9.100
Total harga kebutuhan Gas (Rp/MMBTU) 546,000

Asumsi Pemakaian Batubara Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Kebutuhan Batubara
Kapasitas Pembangkit (kWh) 3.000
Kalori (kkal/kg) 4.200
Capacity Factor (CF) 0.85
Kebutuhan Batubara tiap kWh (kg/kWh) 0.514
Faktor Koreksi 8.760
Kebutuhan Batubara/ tahun 11,481,732
No Perhitungan
Suku Bunga
6% 9% 12%
1 Biaya Pembangunan (US$/ kW) 2200 2200 2200
2 Umur Operasi (Tahun) 25 25 25
3 Kapasitas (MW) 2000 2000 2000
4 Biaya Bahan Bakar (US$/ kW) 0 0 0
5 B.O & M (US$/ kWh) 0.700 0.700 0.700
6 Biaya Modal (US$/kWh) 0.02448 0.03202 0.03987
7 Total Cost (US$/kWh) 0.03148 0.03902 0.04687
8 Investasi (J uta US$) 4.4 4.4 4.4
9 Investasi pd th ke-1 (juta US$) 4.66 4.79 4.92



R E N C AN A P AB R I K P E N G O LAH AN B I JI H N I K E L

Kapasitas produksi : 7.000 ton/ tahun
Umpan produksi bijih nikel : 52.000 ton/ tahun
Jenis bijih nikel yang dibutuhkan : Limonite Ore
Kebutuhan energi listrik : 2 MW
PACKING
DRYING
CALCINING
ELECTRICAL SMELTING (CRUDE FERRONICKEL)
FERRONICKEL REFINING MATTE REFINING
PACKING
FERRONICKEL IN SHOT FORM MATTE INGOTS
BLENDING AND SHIPPING SHIPPING
COSTUMERS
(STAI NLESS STEEL PRODUCERS)
COSTUMERS
(STAI NLESS STEEL PRODUCERS)
TRANSPORT/ UNLOADING STOCKPILING/ BLENDING
12. DIAGRAM ALUR PABRIK CRUDE FERRO NICKEL

























Diagram 1. Alur rencana pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel






13. DIAGRAM ALUR PABRIK STAINLESS STEEL
AO D , D u p le x sta in le ss ste e ls :
1 . D u p lex sta in le ss stee ls
(2 2 % C r)
2 . D u p lex sta in le ss stee ls
(2 5 % C r)
ELECTRICAL FURNANCE
PIG IRON
9 4 % Fe , 4 ,4 % C r
FERRONICKEL OR NICKEL
2 3 % N i, 6 9 % Fe , 0 r 1 0 0 % N i
CHARGE CHROMIUM
5 5 % Fe , 3 0 % C r
CARBON STEEL SCRAP
ARGON-OXIGEN DECARBURIZATION
(AOD)
CONTINOUS CASTING
STAINLESS STELL
K o m p o sisi S ta in le e s S te ll ya n g
d ih a silk a n :

K a n du n ga n 6 8 % Fe , 1 9 % C r, 9 ,3 % N i
d a n 0 ,0 0 8 % C
SHIPPING
Argon/ Nitrogen
Oxygen
Decarburization


















Diagram 2. Skema produksi stainless stell yang dihasilkan dari pengolahan dan pemurnian bijih nikel.















14. FASILITAS PELABUHAN




























Pelabuhan akan di bangun di area barat desa langkema disekitar area pelabuahn akan dibangun
stockpile, dengan luasan stok pile 4 ha, koordinat geografis dari plebauhan yaitu South 5 18 00,0
East 121 49 23,0.


15. RENCANA KERJA PEMBANGUNAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN



TAHUN KE- 1 TAHUN KE- 2 TAHUN KE- 3 TAHUN KE- 4 TAHUN KE- 5
F.SLISTRIK
(0,5 1 Th)
RENCANA
PABRIK NIKEL

IUP
ESKPLORASI

F.S
INFRASTRUKTUR
(1 1,5 Th)
NEGOSIASI
PEMASARAN
(2 3 Th)
F.SPABRIK
(1 1,5 Th)
TAHUN KE- 6
E. P. C
LISTRIK
(2 2,5 Th)
E. P. C
JARINGAN
(1 2,5 Th)
E. P. C
PELABUHAN
(2 3 Th)
E. P. C
JALAN/ JEMBATAN
(1,5 2 Th)
IUP OP.
PRODUKSI
>5.000 Ha

REVIEW
F.SPABRIK
(0,3 0,5 Th)
E.P.C
PABRIK
(2 3 Th)
PRODUKSI
CFN
(0,2 0,5 Th)
C FN
EKSPOR


16. SKEMA POLA KEMITRAAN DALAM TATA NIAGA HASIL TAMBANG




















































BIJIH Ni SAPROLIT
BIJIH NI LIMONITE
(Fe >40%)
BIJIH Ni SAPROLIT
PABRIK CRUDE FERRO NICKEL
KAPASITAS 7.000 Ton/Th
PABRIK Fe-Ni PABRIK NPI PABRIK Ni-Matte
PABRIK STAINLESS STEEL
END USER
PASAR DALAM NEGERI
Ekspor
Ekspor
Ekspor Ekspor


17. KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH UNTUK MELAKUKAN INVESTASI
PEMBANGUNAN PABRIK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN BIJIH NIKEL


A. Kebijakan Pemerintah Pusat

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
Kebijakan Kementrian Energi dan
Sumberdaya Mineral R.I tertuang dalam
Rencana Strategi KESDM Tahun 2010-2014,
secara eksplisit di dalam Undang-Undang
No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara diamanatkan bahwa
pengusahan pertambangan mineral harus
disertai dengan peningkatan nilai tambah
melalui program pengelolaan di dalam
negeri. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendotong manfaat optimal produk pertambangan,
sehingga produk pertambangan tidak di ekspor semata dalam bentuk barang mentah (raw
material) seperti selama ini terjadi.

Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah
mewajibkan pemurnian, pengolahan serta pemanfaatan mineral dan batubara di dalam negeri.
Pasal-pasal yang mengatur tentang nilai tambah antara lain :
Pasal 102 : Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta
pemanfaatan mineral dan batubara.
Pasal 103 ayat 1 : Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan
dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri
Pasal 107 : Pemegang IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah beroperasi
produksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 ayat (1)
selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 diterbitkan.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara, Pasal-pasal yang mengatur tentang nilai tambah antara
lain :


Pasal 112 ayat 4 point (c) : Pemegang IUP dan IUPK operasi produksi wajib melakukan
pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun
sejak berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, salah satu pasal yang mengatur tentang
peningkatan nilai tambah adalah:
Pasal 21 pada Bab Ketentuan Peralihan : Pemegang IUP Operasi Produksi dan Izin
Pertambangan Rakyat dilarang untuk menjual bijih (raw material atau ore) mineral ke luar
negeri dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakukan Peraturan Menteri ini.

Departemen Perindustrian Republik Indonesia
Kebijakan Departemen Perindustrian Republik Indonesia ini termuat di dalam salah satu program
Departemen Perindustrian R.I berupa strategi memperkuat industri baja nasional, salah satu
program Departemen Perindustrian R.I agar produksi besi baja lokal meningkat, dengan
mengundang beberapa investor asing untuk membangun industri baja di dalam negeri, terutama di
daerah penghasil bahan baku baja, para investor
ini diharapkan akan bermitra mendirikan
perusahaan baja di dalam negeri, dengan
memanfaatkan bahan baku lokal, agar investor
bersedia mengembangkan bahan baku lokal,
Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 1
Tahun 2007 Tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. dimana perusahaan yang industri baja
yang menggunakan bahan baku lokal akan mendapatkan insentif fiskal berupa fasilitas
pengurangan penghasilan netto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tahun
dimulainya produksi komersial, yaitu setiap tahunnya sebesar 5% (lima persen).
B. Kebijakan Pemerintah Daerah

Kebijakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini telah termuat dalam strategi
pembangunan daerah Sulawesi Tenggara, dimana untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah

Anda mungkin juga menyukai