BAB IV
ANALISA KASUS
Penderita datang ke RSMH Palembang dengan keluhan utama sesak napas
sejak satu hari yang lalu, tidak dipengaruhi aktifitas, posisi dan cuaca. Pertama-
tama harus dipikirkan penyebab dari sesak napas itu sendiri. Sesak napas dapat
disebabkan oleh empat hal yaitu kelainan paru, kelainan jantung, kelainan
metabolik, dan kelainan pada otak. Untuk mengetahui penyebab dari sesak napas
dapat disingkirkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita.
Sesak napas yang disebabkan oleh kelainan jantung, misalnya pada asma
kardial, dari anamnesis didapatkan bahwa sesak napasnya biasanya timbul setelah
beraktifitas, selain itu juga didapatkan keluhan yang sering dialami oleh penderita
jantung seperti nyeri dada, biasanya menggunakan lebih dari satu bantal untuk
tidur, dan timbul pada malam hari. Pada pemeriksaan fisik auskultasi, selain
kelainan pada paru bisa juga didengar adanya bising jantung. Apabila sesak napas
yang disebabkan oleh kelainan pada otak, dapat ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intra kranial (TIK) pada pasien tersebut, seperti muntah
menyemprot, sakit kepala, pupil anisokor, penurunan kesadaran ataupun kejang.
Sesak yang timbul karena kelainan metabolik, maka harus dicari tahu terlebih
dahulu penyakit kronik yang menyebabkan terjadinya kelainan metabolik
(asidosis dan alkalosis), dan juga dapat dilihat adanya perubahan pola napas. Pola
asidosis adalah cepat dan dalam (sesak), pola alkalosis adalah lambat dan dangkal
(tidak sesak). Penyakit yang menyebabkan asidosis dapat berasal dari ginjal,
kelainan pada ginjal akan menyebabkan atau ditandai dengan kelainan pada BAK
dan BAB. Sesak napas yang disebabkan oleh gangguan paru-paru, dapat diawali
dengan ISPA yang ditandai dengan batuk pilek, serta benda asing. Selain itu, pada
pemeriksaan fisik ditemukan vesikuler meningkat atau menurun, bisa ditemukan
ronkhi dan mengi. Ditemukan juga peningkatan usaha napas, adanya napas cepat,
napas cuping hidung, dan bantuan otot-otot bantu pernapasan/retraksi dinding
dada. Pada kasus ini tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik jantung,
47
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK dan BAK serta BAB normal sehingga
kemungkinan lain, kecuali kelainan pada paru dapat disingkirkan.
Sesak Napas
GEJALA
Jantung Otak Metabolik Paru-Paru
1. Sesak
dipengaruhi
oleh aktifitas.
2. Disertai nyeri
dada
3. Pada
Pemeriksaan
fisik dapat
ditemukan
murmur
jantung.
1. Dapat
disebabkan oleh
peningkatan
TIK.
2. Gejala-gejala
peningkatan TIK
seperti muntah
menyemprot,
penurunan
kesadaran,
kelainan
neurologis dan
pupil anisokor.
1. Gangguan
elektrolit yang
dapat disebabkan
karena gangguan
pada BAK dan
BAB
3. Pola napas cepat
dan dalam pada
asidosis
1. Dapat
didahului oleh
ISPA atau
aspirasi benda
asing.
2. Pemeriksaan
fisik
didapatkan
vesikuler
meningkat
atau menurun.
3. Penggunaan
otot bantu
pernapasan.
Dapat simpulkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan bahwa sesak naas
yang terjadi akibat gangguan pada paru. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
menyebabkan gangguaan pada paru dengan gambaran sesak napas (+), batuk (+),
pilek (+) dan demam subfebris (+) adalah asma, brokhitis akut dan bronkiolitis.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama adalah sesak napas (+) sejak 1
hari SMRS, didahului ISPA yaitu batuk (+) berdahak dan demam (+) sejak 2 hari
SMRS. Penderita juga mengeluh dada terasa tertekan. Penderita lalu dibawa
berobat ke IGD RSMH, dari pemeriksaan fisik terdengar mengi. Penderita
selanjutnya dinebulisasi dengan ventolin 2 kali, keluhan sesak napas masih (+),
mengi (+). Lalu, dinebulisasi dengan combevent 1 kali, sesak napas (+) menurun,
48
mengi (+) menurun. Penderita dianjurkan untuk MRS, tapi penderita menolak. 6
jam SMRS, penderita kembali datang ke IGD RSMH dengan sesak napas, setuju
untuk MRS. Pada anamnesis didapatkan sesak napas (+), dada terasa tertekan (+),
batuk (+) berdahak, pilek (+), demam (+), penderita memiliki riwayat penyakit
asma sejak usia 5 tahun, serangan terakhir 6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit
asma dalam keluarga(+), yaitu ibu kandung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
napas cuping hidung, retraksi dada, suara napas vesikuler menurun, ekspirasi
memanjang, terdengar adanya mengi pada kedua lapang paru. Hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik menunjukkan penderita mengalami asma bronkial episodik
jarang serangan berat, dengan ISPA sebagai faktor pencetus terjadinya serangan.
Klasifikasi episodik jarang karena frekuensi serangan <1x/bulan (terakhir
serangan 6 bulan yang lalu. Klasifikasi serangan berat didapatkan dari algoritma
tatalaksana serangan asma di RS, serangan berat ialah apabila sudah 3x nebulisasi
respons buruk.
Diagnosis banding untuk asma pada kasus ini adalah brokhitis akut ec
virus dan bronkiolitis akut.
Diagnosis Banding
Asma Bronkitis Akut ec
virus
Bronkiolitis Akut
Epidemiologi:
Usia
10% usia SD,
6,5% usia SMP
95% kasus: < 2 tahun
Gejala
Episodik (+) (-) (-)
Sesak napas (+) (+) (+)
Batuk (+) (+) (+)
Demam (+)/(-) (+), subfebris (+)
Riwayat atopi (+) (-) (-)
Pemeriksaan Fisik
49
Ekspirasi
memanjang
(+) (-) (+)
Mengi (+) (+) (+)
Mekanisme terjadinya asma pada kasus ini adalah
Faktor pencetus pada asma kali ini adalah infeksi saluran napas akut, yang
ditandai dengan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tes faal paru,
pemeriksaan ronsen dada, dan uji provokasi. Pemeriksaan ronsen dada dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit paru lain. Hasil ronsen dada masih
dalam batas normal.
Faktor Genetik
Faktor
Lingkungan
Sensitisasi Inflamasi Gejala Asma
Hiperreaktifitas brokus Obstruksi
Pencetus
50
Pemeriksaan tes faal paru, spirometri berfungsi untuk menentukan berat
ringannya penyakit asma.
Untuk tatalaksana pada kasus ini, diberikan terapi nebu combivent per 2
jam. Combivent adalah kombinasi albuterol/salbutamol/b2-agonis dan
ipratropium bromide/antikolinergik. Kombinasi ini menghasilkan efek
bronkodilatas lebih baik daripada penggunaannya masing-masing secara sendiri-
sendiri. Kombinasi ini sebaiknya diberikan jika 1 kali nebulisasi b2-agonis
tidak/kurang memberikan respon. Diberikan juga O2 nasal 1-2 L/m, Drip
amonifilin 88 mg dalam D5 500cc, diberikan salbutamol oral sebagai obat
bronkodilator, dengan dosis 3x3 mg. Ambroxol syrup untuk meredakan batuk,
diminum sebanyak 3x1 sendok teh. Pada pasien ini juga diberikan kortikosteroid
sistemik (IV), dexamethason dengan dosis 3x9 mg. Parasetamol tablet dapat
diberikan bila suhu anak >38,5
o
dengan dosis 3x3/4 tab, atau parasetamol syrup
3x1 cth 125 mg. Apabila sesak berkurang anak dapat diberikan diet nasi biasa
3x1.