Anda di halaman 1dari 5

46

BAB IV
ANALISA KASUS

Penderita datang ke RSMH Palembang dengan keluhan utama sesak napas
sejak satu hari yang lalu, tidak dipengaruhi aktifitas, posisi dan cuaca. Pertama-
tama harus dipikirkan penyebab dari sesak napas itu sendiri. Sesak napas dapat
disebabkan oleh empat hal yaitu kelainan paru, kelainan jantung, kelainan
metabolik, dan kelainan pada otak. Untuk mengetahui penyebab dari sesak napas
dapat disingkirkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita.
Sesak napas yang disebabkan oleh kelainan jantung, misalnya pada asma
kardial, dari anamnesis didapatkan bahwa sesak napasnya biasanya timbul setelah
beraktifitas, selain itu juga didapatkan keluhan yang sering dialami oleh penderita
jantung seperti nyeri dada, biasanya menggunakan lebih dari satu bantal untuk
tidur, dan timbul pada malam hari. Pada pemeriksaan fisik auskultasi, selain
kelainan pada paru bisa juga didengar adanya bising jantung. Apabila sesak napas
yang disebabkan oleh kelainan pada otak, dapat ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intra kranial (TIK) pada pasien tersebut, seperti muntah
menyemprot, sakit kepala, pupil anisokor, penurunan kesadaran ataupun kejang.
Sesak yang timbul karena kelainan metabolik, maka harus dicari tahu terlebih
dahulu penyakit kronik yang menyebabkan terjadinya kelainan metabolik
(asidosis dan alkalosis), dan juga dapat dilihat adanya perubahan pola napas. Pola
asidosis adalah cepat dan dalam (sesak), pola alkalosis adalah lambat dan dangkal
(tidak sesak). Penyakit yang menyebabkan asidosis dapat berasal dari ginjal,
kelainan pada ginjal akan menyebabkan atau ditandai dengan kelainan pada BAK
dan BAB. Sesak napas yang disebabkan oleh gangguan paru-paru, dapat diawali
dengan ISPA yang ditandai dengan batuk pilek, serta benda asing. Selain itu, pada
pemeriksaan fisik ditemukan vesikuler meningkat atau menurun, bisa ditemukan
ronkhi dan mengi. Ditemukan juga peningkatan usaha napas, adanya napas cepat,
napas cuping hidung, dan bantuan otot-otot bantu pernapasan/retraksi dinding
dada. Pada kasus ini tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik jantung,
47

tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK dan BAK serta BAB normal sehingga
kemungkinan lain, kecuali kelainan pada paru dapat disingkirkan.

Sesak Napas



GEJALA
Jantung Otak Metabolik Paru-Paru
1. Sesak
dipengaruhi
oleh aktifitas.
2. Disertai nyeri
dada
3. Pada
Pemeriksaan
fisik dapat
ditemukan
murmur
jantung.
1. Dapat
disebabkan oleh
peningkatan
TIK.
2. Gejala-gejala
peningkatan TIK
seperti muntah
menyemprot,
penurunan
kesadaran,
kelainan
neurologis dan
pupil anisokor.
1. Gangguan
elektrolit yang
dapat disebabkan
karena gangguan
pada BAK dan
BAB
3. Pola napas cepat
dan dalam pada
asidosis
1. Dapat
didahului oleh
ISPA atau
aspirasi benda
asing.
2. Pemeriksaan
fisik
didapatkan
vesikuler
meningkat
atau menurun.
3. Penggunaan
otot bantu
pernapasan.

Dapat simpulkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan bahwa sesak naas
yang terjadi akibat gangguan pada paru. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
menyebabkan gangguaan pada paru dengan gambaran sesak napas (+), batuk (+),
pilek (+) dan demam subfebris (+) adalah asma, brokhitis akut dan bronkiolitis.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama adalah sesak napas (+) sejak 1
hari SMRS, didahului ISPA yaitu batuk (+) berdahak dan demam (+) sejak 2 hari
SMRS. Penderita juga mengeluh dada terasa tertekan. Penderita lalu dibawa
berobat ke IGD RSMH, dari pemeriksaan fisik terdengar mengi. Penderita
selanjutnya dinebulisasi dengan ventolin 2 kali, keluhan sesak napas masih (+),
mengi (+). Lalu, dinebulisasi dengan combevent 1 kali, sesak napas (+) menurun,
48

mengi (+) menurun. Penderita dianjurkan untuk MRS, tapi penderita menolak. 6
jam SMRS, penderita kembali datang ke IGD RSMH dengan sesak napas, setuju
untuk MRS. Pada anamnesis didapatkan sesak napas (+), dada terasa tertekan (+),
batuk (+) berdahak, pilek (+), demam (+), penderita memiliki riwayat penyakit
asma sejak usia 5 tahun, serangan terakhir 6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit
asma dalam keluarga(+), yaitu ibu kandung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
napas cuping hidung, retraksi dada, suara napas vesikuler menurun, ekspirasi
memanjang, terdengar adanya mengi pada kedua lapang paru. Hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik menunjukkan penderita mengalami asma bronkial episodik
jarang serangan berat, dengan ISPA sebagai faktor pencetus terjadinya serangan.
Klasifikasi episodik jarang karena frekuensi serangan <1x/bulan (terakhir
serangan 6 bulan yang lalu. Klasifikasi serangan berat didapatkan dari algoritma
tatalaksana serangan asma di RS, serangan berat ialah apabila sudah 3x nebulisasi
respons buruk.
Diagnosis banding untuk asma pada kasus ini adalah brokhitis akut ec
virus dan bronkiolitis akut.

Diagnosis Banding
Asma Bronkitis Akut ec
virus
Bronkiolitis Akut
Epidemiologi:
Usia

10% usia SD,
6,5% usia SMP



95% kasus: < 2 tahun
Gejala
Episodik (+) (-) (-)
Sesak napas (+) (+) (+)
Batuk (+) (+) (+)
Demam (+)/(-) (+), subfebris (+)
Riwayat atopi (+) (-) (-)
Pemeriksaan Fisik
49

Ekspirasi
memanjang
(+) (-) (+)

Mengi (+) (+) (+)

Mekanisme terjadinya asma pada kasus ini adalah






Faktor pencetus pada asma kali ini adalah infeksi saluran napas akut, yang
ditandai dengan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tes faal paru,
pemeriksaan ronsen dada, dan uji provokasi. Pemeriksaan ronsen dada dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit paru lain. Hasil ronsen dada masih
dalam batas normal.

Faktor Genetik
Faktor
Lingkungan
Sensitisasi Inflamasi Gejala Asma
Hiperreaktifitas brokus Obstruksi
Pencetus
50

Pemeriksaan tes faal paru, spirometri berfungsi untuk menentukan berat
ringannya penyakit asma.
Untuk tatalaksana pada kasus ini, diberikan terapi nebu combivent per 2
jam. Combivent adalah kombinasi albuterol/salbutamol/b2-agonis dan
ipratropium bromide/antikolinergik. Kombinasi ini menghasilkan efek
bronkodilatas lebih baik daripada penggunaannya masing-masing secara sendiri-
sendiri. Kombinasi ini sebaiknya diberikan jika 1 kali nebulisasi b2-agonis
tidak/kurang memberikan respon. Diberikan juga O2 nasal 1-2 L/m, Drip
amonifilin 88 mg dalam D5 500cc, diberikan salbutamol oral sebagai obat
bronkodilator, dengan dosis 3x3 mg. Ambroxol syrup untuk meredakan batuk,
diminum sebanyak 3x1 sendok teh. Pada pasien ini juga diberikan kortikosteroid
sistemik (IV), dexamethason dengan dosis 3x9 mg. Parasetamol tablet dapat
diberikan bila suhu anak >38,5
o
dengan dosis 3x3/4 tab, atau parasetamol syrup
3x1 cth 125 mg. Apabila sesak berkurang anak dapat diberikan diet nasi biasa
3x1.

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Rani
    Case Rani
    Dokumen10 halaman
    Case Rani
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Pemphigus
    Pemphigus
    Dokumen6 halaman
    Pemphigus
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Terapi Cairan
    Terapi Cairan
    Dokumen13 halaman
    Terapi Cairan
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Refrat ENL
    Refrat ENL
    Dokumen8 halaman
    Refrat ENL
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Referat Pemfigus 2
    Referat Pemfigus 2
    Dokumen15 halaman
    Referat Pemfigus 2
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Haid Dan Kelainannya
    Haid Dan Kelainannya
    Dokumen33 halaman
    Haid Dan Kelainannya
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Hiv Aids
    Hiv Aids
    Dokumen23 halaman
    Hiv Aids
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Case Anestesi
    Case Anestesi
    Dokumen46 halaman
    Case Anestesi
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • CVD
    CVD
    Dokumen24 halaman
    CVD
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Said Jan Kharazi Fadel
    Said Jan Kharazi Fadel
    Dokumen36 halaman
    Said Jan Kharazi Fadel
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Refrat Scoliosis
    Refrat Scoliosis
    Dokumen11 halaman
    Refrat Scoliosis
    Andi Alfian
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen33 halaman
    Bab Iii
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • COVER Dementia
    COVER Dementia
    Dokumen4 halaman
    COVER Dementia
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi
    Epidemiologi
    Dokumen1 halaman
    Epidemiologi
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Status Pasien Rian
    Status Pasien Rian
    Dokumen6 halaman
    Status Pasien Rian
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen6 halaman
    Jurnal
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab I, II, III Dementia
    Bab I, II, III Dementia
    Dokumen15 halaman
    Bab I, II, III Dementia
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Dementia
    BAB IV Dementia
    Dokumen27 halaman
    BAB IV Dementia
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen9 halaman
    Penda Hulu An
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Tinea Capitis
    Tinea Capitis
    Dokumen6 halaman
    Tinea Capitis
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • Case Litmin Yayuk Revisi Fix
    Case Litmin Yayuk Revisi Fix
    Dokumen7 halaman
    Case Litmin Yayuk Revisi Fix
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI
    PATOFISIOLOGI
    Dokumen4 halaman
    PATOFISIOLOGI
    Fadel Aneuk Nanggroe
    Belum ada peringkat