Anda di halaman 1dari 36

Asma Bronchial Episodik Jarang

Serangan Berat

Oleh :
Arini Dwi Yulian
Hadi Nugraha Mustofa
Said Jan Kharazi Fadel

04101401025
04101401033
04124705066

Pembimbing :
dr. K. Yangtjik, SpA(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

Identifikasi
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Bangsa
Alamat
MRS

: An. MRA
: 11 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Indonesia
: JL. Musi raya timur no.410 kel. Sako
Palembang
: 11 Juli 2014

Anamnesis
Tanggal : 14 Juli 2014
Diberikan oleh : aloanamnesis (ibu kandung penderita)
Keluhan Utama : Sesak nafas
Keluhan Tambahan : Batuk, demam

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 2 hari SMRS, penderita batuk (+) berdahak, sulit menelan (-), pilek (-),
demam (+) tinggi naik turun, sesak (-). Penderita belom dibawa berobat, hanya
diberi obat penurun panas dan obat batuk.

Sejak 1 hari SMRS penderita sesak napas (+), sesak tidak dipengaruhi aktifitas,
posisi dan cuaca, rasa dada seperti tertekan (+), batuk (+) berdahak, sulit
menelan (-), pilek (+), demam (+). Penderita dibawa berobat ke IGD RSMH dan
dinebulisasi dengan ventolin sebanyak dua kali, sesak napas(+), mengi(+) lalu
dinebulisasi dengan combivent sebanyak satu kali, sesak (+) menurun dan
disarankan MRS. Tapi penderita menolak dan meminta pulang.

6 jam SMRS penderita datang kembali ke IGD RSMH dengan sesak (+), sesak
timbul tidak dipengaruhi aktifitas, posisi dan cuaca, batuk (+), pilek (+), demam
(+). Dibawa ke IGD RSMH lalu disarankan masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat asma sejak usia 5 tahun (terakhir kambuh 6
bulan yang lalu).

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat asma dalam keluarga (+) ibu kandung
Riwayat merokok dalam keluarga (+)

Riwayat Pengobatan
Pernah menggunakan obat asma, terakhir memakan
obat 6 bulan yang lalu, ibu pasien lupa nama obat
tersebut

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


GPA
Masa Kehamilan
Partus
Ditolong oleh
Kondisi saat lahir
BB
PB

: G2P1A0
: Cukup bulan
: Spontan
: Bidan
: langsung menangis
: 3400 gram
: 48 cm

Riwayat Makanan
ASI
ASI dan bubur susu
Susu formula dan susu bubur saring
Nasi

: 0 - 4 bulan
: 4 - 7 bulan
: 7 - 10 bulan
: 10 bulan sekarang

Riwayat Imunisasi
BCG
Polio
DPT
Campak
Hepatitis

: (+), scar (+)


: Polio 1 (+), Polio 2 (+), polio 3 (+)
: DPT 1 (+), DPT 2 (+), DPT 3 (+)
: (+)
: HepB 1 (+), HepB 2 (+), HepB 3 (+)

Riwayat Keluarga
Perkawinan
Umur
tahun (Ibu)
Pekerjaan
rumah tangga (Ibu)
Penyakit yang pernah diderita
Status ekonomi

: Ya
: 36 tahun (ayah), 34
: PNS (ayah), Ibu
: Asma (Ibu
: Cukup

Riwayat Perkembangan Fisik


Tengkurap
Duduk
Berdiri
Berjalan
Berbicara

: 3 bulan
: 7 bulan
: 10 bulan
: 12 bulan
: 1 tahun 1 bulan

Riwayat Perkembangan Fisik


Dalam batas normal

Status Gizi
BB
TB
BB/U
PB/U
BB/PB
Kesan

: 28 kg
: 139 cm
: 28/32 x 100% = 87,5%
: 139/142 x 100% = 97,8%
: 28/32 x 100% = 87,5%
: Gizi baik

Riwayat Penyakit yang Pernah


Diderita
Asma sejak usia 5 tahun (terakhir kambuh 6 bulan
yang lalu)

PemeriksaanFisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 130 x/menit
Pernapasan
: 48 x/menit
Temperatur
: 37,7 0C
Berat badan
: 28 Kg
Panjang badan : 139 cm

Pemeriksaan Khusus
Kepala
: UUB tertutup, LK: 52cm (normocephali)
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat, isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Hidung
: Napas cuping hidung (+)
Mulut : normal
Telinga
: normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi
: Simetris, retraksi +/+ supra-sternal
Perkusi
: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi
: Vesikuler menurun, eskpirasi memanjang,
ronki
(-), wheezing (+)
13

Pemeriksaan Khusus

Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
BJ I-II

: Iktus kordis tidak terlihat


: Thrill tidak teraba
: HR: 106 x/menit, irama reguler,
normal, bising (-)

Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
teraba
Perkusi
Auskultasi

: Datar, simetris
: Lemas, hepar dan lien tak
: Timpani
: Bising usus (+) normal

14

Pemeriksaan Khusus

Thorax belakang
Ginjal dan Urogenital
Lambung dan Usus
Endokrin
Ekstremitas Superior
akral dingin
2
Ekstremitas Inferior
akral dingin
Alat Kelamin

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Simetris, deformitas (-),
(-), edema(-), CRT <
: Simetris, deformitas (-),
(-), edema (-), CRT < 2
: Normal
15

Status Neurologis
Pemeriksaan

Tungkai Kanan

Tungkai Kiri

Lengan Kanan

Lengan Kiri

RoM

Luas

Luas

Luas

Luas

Kekuatan

+5

+5

+5

+5

Tonus

Eutoni

Eutoni

Eutoni

Eutoni

Klonus

Refleks Fisiologi

+ normal

+ normal

+ normal

+ normal

Refleks Patologis

GRM

16

Pemeriksaan Laboratorium
11 Juli 2014
Hematologi
Hb
: 12,9 g/dl
RBC
: 4,20 x 106/mm3
WBC
: 11,4 x103/mm3
Ht
: 36 %
PLT
: 291 x103/uL
LED
: 17 mm/jam
Diffcount : 0/0/0/91/8/1
CRP Kuantitatif : 13 mg/L
Kesan : Peningkatan LED dan CRP
17

Diagnosis Banding
- Asma bronkial episodik jarang serangan berat
- Bronkiolitis akut
Diagnosis Kerja

Asma bronkial episodik jarang serangan berat

Pemeriksaan Anjuran
- Spirometri
- Ro Thorax

18

Terapi
O2 nasal 1-2 L/m
Drip aminofilin 88 mg dalam D5 500 cc gtt XX/m makro
Nebu combivent per 2 jam
Sabutamol 33 mg PO
Ambroxol syr 31 1/2 cth
PCT 33/4 tab PO (bila T>38,5)
Dexametason 39 mg (IV)
Diet NB 3x1 porsi

19

Prognosis

Quo ad Vitam
Quo ad Fungsionam

: bonam
: bonam

20

RESUME
Sejak 2 hari SMRS, penderita batuk (+) berdahak, pilek (-),
sulit menelan (-), demam (+) tinggi naik turun, sesak (-).
Penderita belom dibawa berobat, hanya diberi obat penurun
panas dan obat batuk.
Sejak 1 hari SMRS penderita sesak napas (+), sesak tidak
dipengaruhi aktifitas, posisi dan cuaca, rasa dada seperti
tertekan (+), batuk (+) berdahak, sulit menelan (-), pilek (+),
demam (+). Penderita dibawa berobat ke IGD RSMH dan
dinebulisasi dengan ventolin sebanyak dua kali, sesak
napas(+), mengi(+) lalu dinebulisasi dengan combivent
sebanyak satu kali, sesak (+) menurun, mengi (+) menurun
dan disarankan MRS. Tapi penderita menolak dan meminta
pulang.
6 jam SMRS penderita datang kembali ke IGD RSMH dengan
sesak (+), sesak timbul tidak dipengaruhi aktifitas, posisi dan21

RESUME
Riwayat penderita menderita asma (+) sejak usia 5 tahun,
terakhir kambuh 6 bulan yang lalu. Memakan obat untuk asma,
selama 6 bulan ini tidak pernah lagi makan obat. Riwayat asma
dalam keluarga (+), yaitu ibu penderita. Riwayat merokok
dalam keluarga (-).
Pada pemeriksaan fisik umum, didapatkan kesadaran kompos
mentis, HR 130 x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu 37,7 C,
napas cuping hidung (+), retraksi dada (+/+) suprasternal,
suara napas vesikuler menurun, ekspirasi memanjang,
wheezing (+). Pemeriksaan fisik spesifik lainnya dalam batas
normal.
Diagnosis pada kasus ini adalah Asma bronkial episodik jarang
serangan berat. Pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium
didapatkan eosinofil , netrofil batang , netrofil segmen ,
22
limfosit , monosit serta peningkatan LED dan CRP.

FOLLOW UP SELAMA PASIEN DIRAWAT


Tanggal 15 Juli 2014
S: Sesak (+) terutama pada dini hari, batuk (+) berdahak,
demam (-)
O:
Sensorium: Kompos Mentis
HR
:
108 x/menit
RR
:
36 x/menit
T
:
36,8 oC
Kepala
:
NCH (+), CA (-), SI (-)
Thorax
:
simetris, retraksi dada (+/+),
wheezing (+)
Abdomen
: datar, lemas, BU (+) normal, hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas : sianosis (-) akral hangat, CRT < 3

23

FOLLOW UP SELAMA PASIEN DIRAWAT


Hasil foto rontgen dada :

Kesan : tidak ada kelainan


24

FOLLOW UP SELAMA PASIEN DIRAWAT


A:
Asma bronkial episodik jarang serangan berat
P:
O2 Nasal 1L/menit
IVFD D5 1/2 NS gtt XX/menit makro
Sabutamol 33 mg
Ambroxol 31 1/2 cth
PCT syr 3x1 cth 125 mg (T >38,5)
Nebu combivent / 8 jam
Dexametason 39 mg (3)

25

ANALISA KASUS

26

Penderita datang ke RSMH Palembang dengan keluhan utama


sesak napas sejak satu hari yang lalu, tidak dipengaruhi aktifitas,
posisi dan cuaca. Pertama-tama harus dipikirkan penyebab dari
sesak napas itu sendiri. Sesak napas dapat disebabkan oleh empat
hal yaitu kelainan paru, kelainan jantung, kelainan metabolik, dan
kelainan pada otak. Untuk mengetahui penyebab dari sesak napas
dapat disingkirkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
penderita.
Sesak napas yang disebabkan oleh kelainan jantung, misalnya pada
asma kardial, dari anamnesis didapatkan bahwa sesak napasnya
biasanya timbul setelah beraktifitas, selain itu juga didapatkan
keluhan yang sering dialami oleh penderita jantung seperti nyeri
dada, biasanya menggunakan lebih dari satu bantal untuk tidur, dan
timbul pada malam hari. Pada pemeriksaan fisik auskultasi, selain
kelainan pada paru bisa juga didengar adanya bising jantung.
Apabila sesak napas yang disebabkan oleh kelainan pada otak,
dapat ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
pada pasien tersebut, seperti muntah menyemprot, sakit kepala,
pupil anisokor, penurunan kesadaran ataupun kejang. Sesak yang
timbul karena kelainan metabolik, maka harus dicari tahu terlebih 27

dan juga dapat dilihat adanya perubahan pola napas. Pola


asidosis adalah cepat dan dalam (sesak), pola alkalosis
adalah lambat dan dangkal (tidak sesak). Penyakit yang
menyebabkan asidosis dapat berasal dari ginjal, kelainan
pada ginjal akan menyebabkan atau ditandai dengan
kelainan pada BAK dan BAB. Sesak napas yang disebabkan
oleh gangguan paru-paru, dapat diawali dengan ISPA yang
ditandai dengan batuk pilek, serta benda asing. Selain itu,
pada pemeriksaan fisik ditemukan vesikuler meningkat atau
menurun, bisa ditemukan ronkhi dan mengi. Ditemukan juga
peningkatan usaha napas, adanya napas cepat, napas
cuping hidung, dan bantuan otot-otot bantu
pernapasan/retraksi dinding dada. Pada kasus ini tidak
ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik jantung, tidak
ada tanda-tanda peningkatan TIK dan BAK serta BAB
normal sehingga kemungkinan lain, kecuali kelainan pada
28

Sesak Napas

Jantung
GEJALA

1.

2.

3.

Sesak

Otak
1.

Dapat

Metabolik
1.

Gangguan

Paru-Paru
1.

Dapat

dipengaruhi

disebabkan

elektrolit yang

didahului

oleh aktifitas.

oleh

dapat

oleh ISPA

Disertai nyeri

peningkatan

disebabkan

atau aspirasi

dada

TIK.

karena

benda asing.

Gejala-gejala

gangguan pada 2.

Pemeriksaan

Pemeriksaan

peningkatan

BAK dan BAB

fisik

fisik dapat

TIK seperti

Pola napas

didapatkan

ditemukan

muntah

cepat dan

vesikuler

murmur

menyemprot,

dalam pada

meningkat

jantung.

penurunan

asidosis

atau

Pada

2.

2.

kesadaran,
kelainan

menurun.
3.

Penggunaan

neurologis dan

otot bantu

pupil anisokor.

pernapasan.

29

Dapat simpulkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan


bahwa sesak naas yang terjadi akibat gangguan pada paru.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan
gangguaan pada paru dengan gambaran sesak napas (+),
batuk (+), pilek (+) dan demam subfebris (+) adalah asma,
brokhitis akut dan bronkiolitis.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama adalah
sesak napas (+) sejak 1 hari SMRS, didahului ISPA yaitu batuk
(+) berdahak dan demam (+) sejak 2 hari SMRS. Penderita
juga mengeluh dada terasa tertekan. Penderita lalu dibawa
berobat ke IGD RSMH, dari pemeriksaan fisik terdengar mengi.
Penderita selanjutnya dinebulisasi dengan ventolin 2 kali,
keluhan sesak napas masih (+), mengi (+). Lalu, dinebulisasi
dengan combevent 1 kali, sesak napas (+) menurun, mengi (+)
menurun. Penderita dianjurkan untuk MRS, tapi penderita
menolak.
30

6 jam SMRS, penderita kembali datang ke IGD RSMH


dengan sesak napas, setuju untuk MRS. Pada anamnesis
didapatkan sesak napas (+), dada terasa tertekan (+), batuk
(+) berdahak, pilek (+), demam (+), penderita memiliki
riwayat penyakit asma sejak usia 5 tahun, serangan terakhir
6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit asma dalam
keluarga(+), yaitu ibu kandung. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan napas cuping hidung, retraksi dada, suara napas
vesikuler menurun, ekspirasi memanjang, terdengar adanya
mengi pada kedua lapang paru. Hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik menunjukkan penderita mengalami asma
bronkial episodik jarang serangan berat, dengan ISPA
sebagai faktor pencetus terjadinya serangan. Klasifikasi
episodik jarang karena frekuensi serangan <1x/bulan
(terakhir serangan 6 bulan yang lalu. Klasifikasi serangan
berat didapatkan dari algoritma tatalaksana serangan asma
31

Diagnosis banding untuk asma pada kasus ini adalah brokhitis


akut ec virus dan bronkiolitis akut.
Diagnosis Banding
Asma

Bronkitis Akut ec virus

Bronkiolitis Akut

Epidemiologi:
Usia

10% usia SD, 6,5% usia SMP

95% kasus: < 2 tahun

Gejala
Episodik

(+)

(-)

(-)

Sesak napas

(+)

(+)

(+)

Batuk

(+)

(+)

(+)

(+)/(-)

(+), subfebris

(+)

(+)

(-)

(-)

Ekspirasi memanjang

(+)

(-)

(+)

Mengi

(+)

(+)

(+)

Demam
Riwayat atopi
Pemeriksaan Fisik

32

Mekanisme terjadinya asma pada kasus ini adalah

Hiperreaktifitas brokus

Obstruksi

Faktor Genetik
Sensitisasi

Inflamasi

Gejala Asma

Faktor
Lingkungan
Pencetus

33

Faktor pencetus pada asma kali ini adalah infeksi saluran


napas akut, yang ditandai dengan batuk berdahak sejak 2 hari
SMRS.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah tes faal
paru, pemeriksaan ronsen dada, dan uji provokasi.
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit paru lain. Hasil ronsen dada masih
dalam batas normal

34

Pemeriksaan tes faal paru, spirometri berfungsi untuk


menentukan berat ringannya penyakit asma.
Untuk tatalaksana pada kasus ini, diberikan terapi nebu
combivent per 2 jam. Combivent adalah kombinasi
albuterol/salbutamol/b2-agonis dan ipratropium
bromide/antikolinergik. Kombinasi ini menghasilkan efek
bronkodilatas lebih baik daripada penggunaannya masingmasing secara sendiri-sendiri. Kombinasi ini sebaiknya
diberikan jika 1 kali nebulisasi b2-agonis tidak/kurang
memberikan respon. Diberikan juga O2 nasal 1-2 L/m, Drip
amonifilin 88 mg dalam D5 500cc, diberikan salbutamol oral
sebagai obat bronkodilator, dengan dosis 3x3 mg. Ambroxol
syrup untuk meredakan batuk, diminum sebanyak 3x1
sendok teh. Pada pasien ini juga diberikan kortikosteroid
sistemik (IV), dexamethason dengan dosis 3x9 mg.
Parasetamol tablet dapat diberikan bila suhu anak >38,5o
dengan dosis 3x3/4 tab, atau parasetamol syrup 3x1 cth 125
mg. Apabila sesak berkurang anak dapat diberikan diet nasi 35

Anda mungkin juga menyukai