Anda di halaman 1dari 31

ASMA BRONCHIAL

PERSISTEN RINGAN
OLEH :
ANDI HERI ISMAN
11 16 777 14 071
PEMBIMBING KLINIK :
dr. CHRISTINA KOLONDAM, SP.A

PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, asma sering
dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. pada pasien
dan/atau keluarganya.1,2
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi
serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta)
dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang
mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki. WHO memperkirakan terdapat sekitar
250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487
kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi. 3

PENDAHULUAN
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 menunjukan asma bronkial menduduki
urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama dengan bronkitis kronik dan
emfisema.
Secara klinis asma dibagi menjadi 4 derajat penyakit, yaitu asma episodik intermiten,
persisten (ringan), asma persisten (sedang), dan asma persisten (berat). 4
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus timbulnya serangan asma, antara lain adalah
olahraga (exercise), alergen, infeksi, perubahan suhu udara yang mendadak, atau pajanan
terhadap iritan respiratorik seperti asap rokok dan lain-lain. 4

LAPORAN KASUS
Nama
: An. S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir : 18-Agustus-2005
(11 tahun 3 bulan 14 hari)
Di
: di RSU Anutapura palu
Agama
: Islam
Kebangsaan : Indonesia
Berat badan lahir : 3.200 gr
Suku bangsa : Jawa
Nama ibu
: Ny. Lilis
Umur : 32 tahun
Nama ayah : Tn. Salim Umur : 37 tahun
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu
: IRT
Alamat
: Jl. Garuda
No. Telp
:-

Dokter jaga : dr. Irwan


Dokter ruangan : dr. Christina Kolondam Sp.A
Dokter muda : Andi Heri Isman
Dikirim oleh
: IGD Anutapura
Tanggal
: 17 November 2016 / 20.08
Masuk ke ruangan
: Nuri bawah
Keluar Tanggal
: 19 November 2016 / 14.10
Jumlah hari perawatan
: 2 hari atau jam : 60 jam
Diagnosis
: Asma bronchial persisten
ringan
Anamnesis (diberikan oleh)
: ibu dan ayah pasien
Anak
: 3 dari 4 bersaudara
(kandung)
Tanggal lahir
: 18 Februari 2005
Partus / oleh
: Normal / bidan
Kehamilan nomor
: G4P4A0

FAMILY TREE

Ayah

ibu
= Laki-laki
= Perempuan
penderita

= Meninggal

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Sesak Napas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien An.S. usia 11 tahun 3 bulan masuk Rumah Sakit dengan keluhan
sesak nafas, keluhan ini dirasakan sejak kemarin malam, sebelumnya
pasien sudah sering mengalami sesak nafas dan 2 tahun belakangan ini
timbul sebanyak 2 kali dalam sebulan, dan memberat pada malam hari. serta
awal mula sesak sejak usia 3 tahun. serta sesak berkurang/menghilang jika
diberikan obat salbutamol. Serangan sesak timbul terutama setelah bermain,
dan pada saat batuk. Saat serangan pasien masih bisa berbicara dengan
baik Batuk (+) berlendir (+), Pilek (-), muntah (-), mual (-), sakit kepala (-),
pusing (-), nyeri perut (-). Nafsu makan baik, BAB dan BAK seperti biasa.
Dari anamnesis juga diketahui ayah pasien mempunyai riwayat penyakit
ASMA.

Riwayat Kehamilan :

Kemampuan dan kepandaian:

Riwayat ANC lengkap

1. Membalik

: 4 bulan

2. Tengkurap

: 6 bulan

Riwayat hipertensi saat kehamilan : Riwayat Persalinan


Anak lahir pervaginam, dengan usia
lahir 9 bulan, BB lahir 3.200 gr dan PB :
48 cm
Saat lahir anak langsung menangis,
warna kebiruan dan kuning saat lahir
tidak ada

3. Duduk

: 8 bulan

4. Merangkak

: 9 bulan

5. Berceloteh
6. Tertawa

: 1 tahun
: 8 bulan

7. Memanggil papa : 9 bulan


8. Berdiri

: 1 tahun 2 bulan

9. Berjalan

: 1 tahun 6 bulan

Penyakit yang sudah pernah di alami:


1. Morbili : (-)
2. Varicella

: (-)

3. Pertussis

: (-)

4. Diare

: (+)

5. Cacing

: (-)

6. Batuk / pilek

: (+) sering

7. Lain lain : ASMA saat usia 3 tahun sampai sekarang


Anamnesis Makanan :
Anak meminum ASI (air susu ibu) sejak lahir sampai berumur 6 bulan. Saat
anak memasuki usia 7 bulan diberikan juga makanan tambahan seperti bubur
saring. Saat anak memasuki umur 1 tahun mulai diberikan makanan padat.

Riwayat imunisasi :
1. BCG

: 1 kali pemberian (1 bulan)

2. POLIO

: 4 kali pemberian (lahir - 2 bulan 4 bulan - 6 bulan)

3. DTP

: 3 kali pemberian (2 bulan - 4 bulan 6 bulan)

4. HEPATITIS B

: 3 kali pemberian (lahir - 1 bulan 6 bulan)

5. CAMPAK

: 1 kali pemberian (9 bulan)

IKHTISAR PENYAKIT MENURUT STATUS IGD :


. Batuk
. Sesak
. Riwayat Asma (+)

ANAMNESIS KELUARGA
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dimana kakek dan nenek serta kedua orangtua
masih ada. Ayah pasien mengeluh sering mengalami keluhan serupa.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah pasien mempunyai riwayat penyakit ASMA (+) Hipertensi(-), DM (-), dan Jantung dan lainnya
(-).
Riwayat kebiasaan, Sosial Ekonomi :
Anak tinggal di jalan Garuda. Lingkungan rumah banyak pepohonan dan rawa-rawa, kebiasaan
sehari-hari anak sering bermain dihalaman rumah bersama teman-temannya. Status sosial
ekonomi anak masuk dalam kategori menengah. Pembiayaan perawatan di rumah sakit
menggunakan BPJS.

PEMERIKSAAN PERTAMA
Tanggal : 17 November 2016
Umur : 11

tahun

bulan

Berat Badan : 34

Tinggi Badan : 144 cm

Keadaan Umum : Sakit sedang


Gizi

: CDC 94% gizi baik Suhu

Sianosis

: (-)

Anemia

: 36,5

Keadaan Mental
: (-/-)

: baik

Ikterus

Respirasi : 55 kali / menit

: (-/-)

Kejang : (-)

Nadi

: 112 kali / menit reguler

Tensi

: 100 / 70

Type

Lamanya

: (-)

: (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna

: Sawo matang Turgor

Efloresensi

:-

Tonus

: Baik

Pigmentasi

:-

Oedema

: (-)

Jaringan parut : Lapisan lemak : Lain-lain

:-

: Baik

Kepala

Bentuk : Normochepal

Ubun-ubun besar : Menutup

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)


Mata
Exophtalmus / Enophtalmus
Tekanan bola mata

: Normal (N)

Konjungtiva : Anemia -/ Sklera

: Ikterik -/-

Refleks Kornea

: (-/-)
Lensa : Jernih

Fundus

: tidak dilakukuan

Visus : tidak dilakukan

: sulit dinilai

Gerakan

: baik

Telinga : Othore (-)


Hidung : Rhinore (-)
Mulut

Bibir

: kering (-) kebiruan (-)

Lidah

: Kotor (-)

Gusi

Gigi : normal Bau napas

: Stomatitis (-)

: perdarahan (-)

: (-)

Tenggorokan : hyperemia (-)

Pharynx : hyperemia (-)

Selaput mulut

Tonsil

: T1 /T1 hiperemia (-)

Leher

: Trachea : Letak ditengah

Kelenjar

: pembesaran KGB : (-)

Kaku kuduk
Lain-lain
Thorax
Bentuk

: (-)
: pembesaran tiroid (-)

:
: simetris bilateral

Rachitic Rosary

: (-)

Xiphosternum

Handsons groove : (-)

Ruang intercostal : (-)

Napas paradoxal

Precordial Bulgin : (-)

Retraksi

: (-)

: (+)

: (-)

Paru-paru
Inspeksi

: Simetris bilateral, retraksi (+), massa (-), jejas (-),

Palpasi : Vokal fremitus sama kiri dan kanan, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru,
Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (+/+)
Jantung
Detik jantung
Ictus

: 100 x / menit

: Ictus Cordis tidak tampak dan teraba di SIC V linea

midclavicula sinistra
Batas kiri

: di SIC V linea midclavicula sinistra

Batas kanan

: di linea Parasternal dextra

Batas atas : di SIC II linea midclavicula


Bunyi jantung apex : Bunyi jantung I/II murni regular
Bising : (-)

Genital

: Tidak ditemukan kelainan

Kelenjar : Tidak ada pembesaran


Anggota gerak

Ekstremitas atas

: Akral hangat (+/+), edema (-/-)

Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

Tulang-belulang

: tidak ada kelainan

Otot-otot

: Eutrofi nyeri (-)

Refleks-refleks

: Fisiologis (+/+/+/+) , patologis (-/-)

RESUME
Pasien An.S. usia 11 tahun 3 bulan keluhan sesak nafas. sejak kemarin malam,
sebelumnya pasien sudah sering mengalami sesak nafas dan 2 tahun belakangan
ini timbul sebanyak 2 kali dalam sebulan, dan memberat pada malam hari.
Awal mula sesak sejak usia 3 tahun. serta sesak berkurang/menghilang jika
diberikan obat salbutamol. Serangan sesak timbul terutama setelah bermain, dan
pada saat batuk. Saat serangan pasien masih bisa berbicara dengan baik

Batuk (+) berlendir (+). BAB dan BAK seperti biasa. Dari anamnesis juga
diketahui ayah pasien mempunyai riwayat penyakit ASMA.

Pada pemeriksaan fisik Paru-paru tampak retraksi interkostal, sonor pada kedua
paru(+), suara wheezing (+/+)
Pada pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin WBC : 10,6 HB : 14,6 PLT : 311
HCT : 40,3 RBC : 4,9

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

PARAMETER

HASIL

NILAI RUJUKAN

WBC

10,6

4,0-10,0 103/ l

RBC

4,9

3,80-6,50 106/l

HGB

14,6

11,5-17 g/dl

HCT

40,3

37,0-54,0 %

PLT

311

150-500 103/l

Diagnosis sementara

: Asma Bronchial Persisten Ringan

Anjuran : Gold standar : uji serologis, hitung eosinofil, Foto thorax

Pengobatan :
Oksigen 0,5-1,5 liter/menit
IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Dexamethasone 1 amp/8jam/IV
Puyer batuk :
3 x 1 Pulv
Ambroxol 12,5 mg
Salbutamol 2 mg

3 x 1 pulv

Histapan 25 mg
Nebulizer dengan combivent

S
Perawatan Hari
pertama Tgl :
17
November
2016 (+), batuk (+)
Sesak
lendir (+) panas (-)
muntah (-)
nyeri
dada (-) BAB dan
BAK biasa. Riwayat
asma (+)

O
Nadi
Respirasi
Suhu

: 100 kali/menit
: 34 kali/menit
: 36,7 0C
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit
: Sianosis (-), ikterik (-)
turgor : baik.
Kepala
: konjungtiva anemis (-/-),
sklera Ikterik (-/-) mata
cekung (-), bibir kering (-)
sianosis (-)
Leher
: kelenjar limfe (-) kelenjar
tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
: sonor kedua paru, ves +/+
Rh-/- wz+/+
Abdomen
: Dalam batas normal
Ekstremitas
: akral hangat +/+ edema -/-

A
Asma
bronchial
Persisten
ringan

P
Medikamentosa
-Oksigen 0,5-1,5
liter/menit
-IVFD Dextrose 5% 20
tpm
-Dexamethasone 1
amp/8jam/IV
Puyer batuk :
3 x 1 Pulv
Ambroxol 12,5 mg
Salbutamol 2 mg
Histapan 25 mg
-Nebulizer dengan
combivent

S
Perawatan Hari
pertama Tgl :
18
November
2016 (-), batuk (+)
Sesak
lendir (+) muntah (-)
nyeri dada (-) BAB
dan BAK biasa.

O
Nadi
Respirasi
Suhu

: 106 kali/menit
: 24 kali/menit
: 36,5 0C
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Kesadaran : CM GCS :15
Kulit
: Sianosis (-), ikterik (-)
turgor : baik.
Kepala
: konjungtiva anemis (-/-),
sklera Ikterik (-/-) mata
cekung (-), bibir kering (-)
sianosis (-)
Leher
: kelenjar limfe (-) kelenjar
tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
: sonor kedua paru, ves +/+
Rh-/- wz-/Abdomen
: Dalam batas normal
Ekstremitas
: akral hangat +/+ edema -/-

A
Asma
bronchial
Persisten
ringan

P
Medikamentosa
-Oksigen 0,5-2 liter/menit
-IVFD Dextrose 5% 20
tpm
-Dexamethasone 1
amp/8jam/IV
Puyer batuk :
3 x 1 Pulv
Ambroxol 12,5 mg
Salbutamol 2 mg
Histapan 25 mg
PULPAK

DISKUSI KASUS
Pada kasus ini di tegakkan diagnosis Asma Bronchial Persisten ringan
berdasarkan anamnesis dan temuan dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
Pada anamnesis di dapatkan informasi bahwa Pasien An.S. usia 11
tahun 3 bulan keluhan sesak nafas. sejak kemarin malam,
sebelumnya pasien sudah sering mengalami sesak nafas dan 2 tahun
belakangan ini timbul sebanyak 2 kali dalam sebulan, dan memberat
pada malam hari. Awal mula sesak sejak usia 3 tahun. serta sesak
berkurang/menghilang jika diberikan obat salbutamol. Serangan sesak
timbul terutama setelah bermain, dan pada saat batuk. Saat serangan
pasien masih bisa berbicara dengan baik. Batuk (+) berlendir (+). BAB
dan BAK seperti biasa. Dari anamnesis juga diketahui ayah pasien
mempunyai riwayat penyakit ASMA.

Asma merupakan penyakit respiratori kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperaktivitas
saluran respiratori dengan derajat bervariasi. Manifestasi asma dapat berupa batuk, wheezing,
sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung
memberat pada malam atau dini hari dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Penyebab asma masih belum jelas, diduga yang memegang peranan utama adalah reaksi
berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus). Banyak faktor yang turut
menentukan derajat reaktivitas atau iritabilitas tersebut. faktor herediter, bila salah satu orang
tua menderita asma, kemungkinan anak-anak mereka menderita asma adalah 25 %,
sedangkan bila kedua orang tua menderita asma, maka kemungkinan anak-anak mereka akan
menderita asma adalah sekitar 50%. Usia juga berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
asma. Pada anak-anak diameter saluran pernapasannya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan orang dewasa. Dinding dada pada anak-anak juga dinilai kurang kaku sehingga akan
mempercepat penutupan saluran napas walaupun dalam pernapasan biasa atau pernapasan
tidal. Tulang rawan trakea dan bronkus juga dianggap masih kurang kaku sehingga mudah
terjadi kolaps saat ekspirasi. Pada anak-anak otot bronkus daerah percabangannya masih
sedikit, sehingga bila terjadi sesak dan mendapatkan terapi bronchodilator hasil yang
didapatkan sering tidak seperti yang diharapkan. Bentuk diafragma juga berpengaruh terhadap
terjadinya asma. Pada dewasa, bentuk diafragma adalah obliq, sehingga pada saat ekspirasi
rongga dada akan lebih luas, sedangkan pada anak-anak bentuk diafragmanya adalah
horizontal, sehingga pada saat ekspirasi diafragma akan menarik dada ke dalam (retraksi). 1,2

Patomekanisme
Antigen

EOSINOFI
L
Histamin.
Prostaglan
din,
leukotrin

APC

BASOFI
L

MHC 2

SEL
MAST

LIMFOSIT
T CD 4
1L 4
dan IL
7
IGE

Rusak ep. Sal apas, kontraksi otot polos,


degranulasi sel mast
Hiperplasia otot
polos

Penyempitan sasluran
napas

Hipersensitivitas
bronkus
Obstruksi jalan napas
Hipersekresi mukus

Sesak / mengi/ batuk


berulang

Resistensi saluran
napas

Hiperinflasi
toraks

Laju ekspirasi
maksimal
Gangguan kerja
otot-otot

Pada pemeriksaan fisis dalam keadaan sedang batuk atau sesak dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung

(audible wheeze) atau yang terdengar

dengan stetoskop. Batuk kemungkinan besar terjadi akibat rangsangan pada saraf
sensorik saluran respiratori oleh mediator inflamasi.3

Berdasarkan pemeriksaan fisis yang dilakukan pada pasien ini ditemukan adanya
bunyi wheezing dikedua lapangan paru. Wheezing disebabkan karena adanya
penyempitan jalan napas yang disebabkan karena respon saluran napas yan
berlebihan terhadap rangsangan bronkokontriksi.4

Pada kasus ini pasien mengalami asma persisten ringan dimana frekuensi
serangan >1x/bulan, <1x/minggu, di antara serangan tanpa gejala.
Berdasarkan tabel diatas Penilaian derajat serangan asma dapat dibedakan
menjadi asma intermiten, asma persisten ringan, asma persisten sedang dan
asma persisten berat
Derajat asma
Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten

Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar serangan 6 minggu

Persisten ringan

Episode gejala asma >1x/bulan, 1x/minggu

Peristen sedang

Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Peristen berat

Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari

Pada kasus ini, pasien mengalami asma serangan ringan sedang. Parameter
asma serangan ringan sedang yang ditemukan pada pasien ini antara lain yaitu
bicara dalam kalimat, tidak gelisah dan frekuensi napas meningkat. 4
Asma serangan ringan

Asma serangan berat

Serangan asma dengan

sedang
Bicara dalam kalimat

Bicara dalam kata

ancaman henti napas


Mengantuk

Lebih senang duduk

Duduk bertopang lengan

Letargi

daripada berbaring

Gelisah

Suara napas tidak

Tidak gelisah

Frekuensi napas meningkat

Frekuensi napas meningkat -

Frekuensi nadi meningkat

Retraksi jelas

Retraksi minimal

SpO2 (udara kamar) <

SpO2 (udara kamar) : 9095%

PEF > 50% prediksi atau


terbaik

Frekuensi nadi meningkat

90%
-

PEF 50% prediksi atau


terbaik

terdengar

Pada kasus ini pasien menggunakan alur penatalakasanaan serangan asma


persisten ringan, pasien juga diberikan oksigen intermitten 0,5 - 1 liter
permenit, hal ini dikarenakan terjadi hipoksia pada pasien yang ditandai
dengan pernapasan cepat atau takipnea. Pasien juga diberikan pemasangan
Intravein fluid drips sebagai terapi cairan untuk menghindari atau mencegah
terjadinya dehidrasi. Selain itu pemasangan IVFD juga berfungsi sebagai
mediator pengantar obat secara intravena yang akan diberikan.

Pasien juga diberikan nebulizer B2 agonist. Salbutamol bekerja dengan


carastimulasi terhadap reseptor-reseptor beta adrenergik sehingga
menyebabkan perubahan ATP menjadi cyclic-AMP dan timbul relaksasi otot
polos jalan napas yang menyebabkan terjadinya bronkodilatasi. Setelah
pemberian nebulisasi pasien menunjukkan respon yang baik. Nebulisasi di
lakukan 1 kali karena respon nebulisasi pertama langsung dapat
menghilangkan sesak yang dirasakan pasien. Dosis salbutamol oral yang
diberikan adalah 0,1 0,15 mg/kgBB/kali diberikan setiap 6 jam. Dosis yang
sama juga dapat diberikan melalui nebulizer dengan interval 20 menit.
Pemberian ambroxol0,5 mg/x (3x) sebagai mucolitik untuk mengatasi batuk
yang diderita pasien. Pada pasien ini kedua obat ini diberikan dalam bentuk
puyer6,7

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Depkes RI,
Jakarta.
2. Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (2007).
Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. USA: Elsiever.
3. Kartasasmita CB. Epidemiologi Asma Anak. dalam: Rahajoe NN,
Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. edisi
pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2008.
4. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi, IDAI. 2000. Konsensus Nasional Asma
Anak. Sari pediati vol 2(1).
5. IDAI. Bogor Pediatric Update. Bogor : IDAI; 2015
6. IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak Edisi ke-2. Jakarta : IDAI ; 2015.
7. UNICEF. Gizi ibu dan anak dalam ringkasan kajian. Indonesia : UNICEF
Indonesia ; 2012.

TERIMA KASIH
wassalam... ^_^

Anda mungkin juga menyukai