Anda di halaman 1dari 30

TUGAS FOKLOR DAN SENI DI ASIA TENGGARA

Nama: Purwaningsih
NPM: 130!""1#1
$urusan: Asia T%nggara
$urusan Asia T%nggara
Fa&u'(as I'mu P%ng%(ahuan )u*a+a
Uni,%rsi(as In*-n%sia
.01!
/a+ang Siam : S%ni P%r(un0u&an Tra*isi-na' Mas+ara&a(
K%'an(an1 Ma'a+sia
11 November 2010 pukul 20:26
Wayang Siam : Seni Pertunjukan Tradisional Masyarakat Kelantan, Malaysia


Wayang Siam atau yang disebut juga sebagai wayangnya orang Siam (Thailand) adalah seni
pertunjukan tradisional masyarakat Kelantan, Malaysia. Pada masa lampau, Wayang Siam
merupakan satu genre seni pertunjukan wayang kulit tradisional yang berkembang dan cukup
digemari oleh masyarakat di negara bagian yang beribukota di Kota Bahru ini. Selain Wayang
Siam, menurut catatan seorang etnografer bernama Barbara S. Wright (1981), masyarakat
Kelantan juga gemar akan seni pertunjukan Melayu lainnya, sepertiMain Puteri, Dikir Barat (di
Thailand Selatan bernama Dikir Karut), Silat, Makyong, sertaMenora. Selain di Kelantan, Wayang
Siam dapat dijumpai di Kedah, Malaysia.
Keberadaan kesenian teater rakyat jenis ini di Kelantan, tidak lain merupakan sebuah patronase
dari keberadaan Wayang Purwa di Jawa maupun jenis wayang lainnya di kawasan Asia
Tenggara. Karakter Wayang Siam yang berkembang di kawasan Kelantan tersebut banyak
dipengaruhi oleh Wayang Purwa dari Selatan dan wayang Thailand dari Utara, lantaran ia
mengadopsi unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Keserupaan tersebut dapat disimak pada elemen-elemen dalam sebuah pertunjukan wayang,
yakni adanya satu dalang (sebagai seorang yang membawakan ceritera dalam seni pertunjukan
Wayang Siam), para pemain musik (sekelompok orang yang mengiringi dalang dengan
seperangkat alat musik dalam sebuah pertunjukan wayang), panggung(tempat di mana
diletakkannya perangkat pertunjukan Wayang Siam di hadapan penonton), kelir (layar putih yang
dipakai untuk menyajikan bayangan boneka-boneka dari kulit), dan lampu minyak (di Jawa,
orang menyebutnya blencong, lampu yang berfungsi sebagai lentera bagi boneka-boneka tokoh
dalam ceritera wayang sehingga menghasilkan bayangan-bayangan yang tampak dari balik
kelir).

Dari kesemuanya itu, hanya ada dua perbedaan, yaitu dialek (model bahasa tutur) yang
digunakan untuk membawakan ceritera sang dalang, yakni dialek Melayu Kelantan, dan menurut
Scott-Kemball (1959) perbedaan juga terletak pada penerapan corak potongan kulit pada tokoh-
tokoh wayang.
Lebih jauh, proses munculnya kesenian rakyat (folk art) Wayang Siam di Kelantan dapat
dimaknai sebagai titik bertemunya dua kesenian selatan dan utara di Asia Tenggara. Dari
selatan diwakili oleh seni-budaya Jawa, sedangkan utara direpresentasikan oleh kultur
Thailand.

Sejarah mencatat, sebagai sebuah seni pertunjukan, Wayang Siam mulai populer di kalangan
masyarakat Kelantan pada tahun 1930-an. Sementara itu, popularitas Wayang Purwawayang
kulit asal Jawa yang memberi andil dan pengaruh pada perkembangan seni pertunjukan Wayang
Siammengalami deklinasi di hati para penggemarnya (masyarakat Jawa).
Menurut folklorist dan juga antropolog, seperti Amin Sweeney dan Barbara S. Wright, wayang ini
masuk ke wilayah Kelantan sekitar abad ke-1516 M seiring dengan menyebarnya agama Islam
di Semenanjung Melaka, dan konon diperkenalkan oleh sepasang suami-isteri dari Pattani,
Thailand bagian selatan. Dalang pertama dari pertunjukan Wayang Siam adalah seorang wanita
bernama Mak Erit, atau ada yang mengejanya Mak Erok. Ia wanita suku Thai dan merupakan
utusan dari Kerajaan Pattani.
Ketika itu, ia menggelar pentas seni Wayang Siam dengan wayang yang dibuat dari daun
pohon mangga. Sumber lain mengatakan bahwa Wayang Siam dikenalkan oleh sepasang
suami-istri bangsa Thai bernama Mak Erok dan Pak Erok. Selain itu, ada pula yang menyebut
wayang ini dipopulerkan oleh dalang wanita berdarah Tionghoa asal Cina Selatan.
Masuknya Islam ke tanah Melaka sekitar abad ke-15, membuat banyak aspek kehidupan
masyarakat Melayu berubah dan implikasinya, kebudayaan lama yang berbasis Hindu dan
Animisme berangsur beralih ke kultur yang bernuansa Islam, beberapa ahli menyebut produk
kebudayaannya sebagai budaya Hindu-Islam.
Proses masuknya agama Timur Tengah ini salah satunya dapat ditelusuri dari ranah seni.
Contohnya, Wayang Siam. Sebagai salah satu genre seni pertunjukan kuna, kala itu wayang
berfungsi sebagai alat/media untuk menyebarkan agama Islam, di mana kondisi masyarakat
Kelantan secara umum masih menganut ajaran Hindu dan Animisme. Sehingga, ceritera-ceritera
yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang ini sarat akan mitologi lokalyang masih kental
unsur Hindunya, yang kemudian dikonversikan (diubah dan dipadukan) ke dalam kisah-kisah
bermuatan nilai-nilai Islam.
Riwayat-riwayat, seperti kisah turunnya Nabi Adam ke bumi dan Muhammad sebagai utusan
Tuhan untuk menyebarkan agama Islam di muka bumi, disajikan dalam pertunjukkan wayang
tersebut melalui analogisasi penokohan-penokohan Hindu dalam epos Ramayana ke dalam
Islam.


Wak Dogol
Begitu juga dengan munculnya tokoh bernama Pak Dogol yang memiliki karakter serupa dengan
Semar di dalam pewayangan Jawa, atau Epong di Thailand, dan Pak Kadir di Trengganu,
Malaysia. Pak Dogol ini merupakan sosok yang memiliki kekuatan super melebihi semua dewa
yang ada di kahyangan. Ia menjelma dalam pelbagai wujudnya dan turun ke bumi untuk
menyampaikan pesan-pesan Tuhan pada umat manusia.

Kendati nilai-nilai Islam ditekankan dalam penokohan Wayang Siam, ritual-ritual bernuansa
Hindu dan Animisme masih tetap dilakukan, seperti upacara mengusir marabahaya dan
gangguan dari kekuatan roh-roh jahat (exorcism) dengan memohon pada dewa tertentu serta
kekuatan semesta oleh bomoh (sebutan lokal untuk dukun atau pawang keselamatan).

Barbara S. Wright menjelaskan bahwa praktik-praktik yang bernuansa mistisisme tersebut
merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dalam seni pertunjukan ini. Karenanya, rituil-rituil
mistis yang direpresentasikan di sana harus dilestarikan karena mempengaruhi keutuhan dari
kesenian Wayang Siam sebagai produk kebudayaan masyarakat Kelantan.
Di lain pihak, hal ini ternyata memunculkan pertentangan ketika iaWayang Siam
dipertemukan dengan gerakan purifkasi Islam di Malaysia oleh Kaum Muda, di mana nilai-nilai
dalam seni pertunjukan ini dianggap bertolakbelakang dengan nilai-nilai Islam.
Isyusyirik terhadap para dalanglah ditempatkan di garis terdepan untuk secara strategis
mematikan eksistensinya, dan hal ini merupakan sebuah bentuk opresi sosial, yang kemudian
membuat mereka (para dalang) tidak lagi mendapatkan perannya sebagai seniman (baca:
pelestari budaya) dalam dinamika kebudayaan masyarakat Kelantan.
Kendati demikian, Wayang Siam oleh pemerintah Malaysia tetap dianggap sebagai warisan
budaya dan saat ini dapat disaksikan pada ruang-ruang ekshibisi di beberapa museum di
Malaysia.
Wayang kulit adalah satu permainan tradisi yang menggunakan patung-patung wayang
dengan iringan alat muzik tradisional. Patung2-patung wayang di bentuk, di tatah dan di ukir
mengikut kehendak watak-watak dalam cerita yang di lakonkan. Di negara Malaysia ada terdapat
empat jenis wayang kulit kesemuanya iaitu wayang kulit kelantan, wayang kulit melayu, wayang
kulit gedek dan wayang kulit purwa.


Tok Dalang
1. Wayang Kulit Kelantan - Wayang kulit jenis ini juga di kenali sebagi wayang Siam, kerana
negeri Kelantan pada suatu masa dulu di bawah naungan Patani dan Patani ni di percayai
menjadi pusat kesenian yang terdapat makyung, menora dan wayang kulit. Cerita wayang kulit
Kelantan kebanyakannya adalah saduran dari epik Ramayana versi Thai. se orang dalang
perempuan berbangsa Thai bernama Mak Eghak adalah di anggap orang yang pertama
mendalang dalam wayang jenis ini di Kelantan. Patung-patung wayangnya juga terutama patung
Sri Rama dan Laksemana adalah lebih mirip ke arah pakaian tradisional orang selatan thai.
Itulah juga makanya wayang tersebut di sebut sebagai wayang siam Alat-alat muzik yang di
gunakan dalam permainan wayang kulit Kelantan ini ialah:
Tetawak (gong) -2 biji (ibu dan anak)
Canang - 1 pasang (ibu dan anak)
Kesi -- 2 pasang (penahan dan pengicah)
Gedang - 2 biji (ibu dan anak)
Geduk - 2 biji (ibu dan anak)
Gedombak -2 biji (Peningkah dan pembawa)
Mong - 1 biji (Sebagai alat tambahan)
Serunai -2 batang (Serunai besar dan serunai nyanyi)
Pemetek -1 buah (Alat ini di guna sebagai mengganti suara perintah dalang dan
sebagai alat bantu kesan bunyi).

2. Wayang Melayu - Wayang kulit Melayu ini di mainkan oleh orang kita di Kelantan,
Terengganu, Kedah dan Patani. Cerita yang di lakonkan juga adalah dari epik Mahabharata
(Pandawa Lima) dan Ramayana, yang terbanyak sekali adalah dari hikayat Panji. Patung wayang
kulit jenis ini lebih mirip kepada patung wayang purwa tetapi terdapat beberapa pengubahsuaian
menjadi hampir kepada patung wayang gedog. Alat-alat muziknya terdiri dari:
Gong - 2 buah (Setaraf dgn bunyi kempul dlm gamelan jawa).
Canang - 6 biji (Di sebut juga sebagai kelenangan)
Kesi - 3 pasang (2 set penahan dan 1 set pengicah)
Gendang - 2 biji (ibu dan anak)
Mong - 1 biji (Sebagai alat tambahan sahaja, bagaimana pun mustahak juga jika di
kehendaki memainkan lagu2 tertentu).
Rebab - 1 batang (Bertali dua)

3. Wayang Gedek - Wayang ini biasanya di mainkan oleh orang-orang Siam.
Di negeri Kedah wayang gedek ini di mainkan oleh orang Melayu dengan memakai loghat utara.
Cerita-cerita yang selalu dibawanya ialah cerita-cerita yang bercampur dari hikayat lama dan
cerita tanggaman yg baru seperti cerita Awang Kudis Buta.
Kalau zaman dahulu ada juga di mainkan cerita dalam hikayat Ramayana seperti Phra Lak.
Patung wayangnya bersaiz kecil kebanyakannya mempunyai pandangan muka pada posisi
depan. Alat-alat muziknya pula terdiri daripada:
Canang - 1 pasang (ibu dan anak)
Kesi kecil - 1 pasang (cing)
Geduk - 1 biji (Klong that)
Gedombak - 2 biji (Thon)
Serunai -1 batang (kalau di negeri kedah serunai yg di gunakan ialah jenis serunai
tempatan)
4. Wayang Purwa - Wayang Purwa ini biasanya di mainkan oleh orang-oramg kita yang
berketurunan Jawa di Johor dan Selangor. Cerita yang di lakonkan ialah dari epik Mahabharata
dan juga epik Ramayana. Alat-alat muzik yang mengiringi permainan wayang purwa di panggil
gamelan dan nadanya pula slendro.
Alat gamelannya terdiri dari:
Gong agong -1 buah
Gong suwukan -1 buah
Kempul - 5 buah
Kenong - 5 buah
Gender - 1 atau 2 set
Slentem - 1 set
Saron Demung - 1 set
Saron Barung - 1 set
Saron Penerus - 1 set
Gambang - 1 set
Bonang - 2 set (Barung dan penerus)
Rebab - 1 batang
Gendang - 3 biji (Gede, wayangan, ketipung)
Wayang Alat Penerapan Pengajaran:
Dalam tiap-tiap jenis wayang, lelakon penceritaannya tetap di selitkan pengajaran kepada
masyarakat. Kelakuan serta watak antara baik dan jahat nyata di gambarkan oleh dalang. Untuk
menjadi seorang dalang, seharusnya ia hendaklah mahir dalam hukum agama dan adat istiadat.
Gambaran perletakan patung-patung yg berperwatakan jahat di sebelah kiri dan patung2 yang
berperwatakan baik di sebelah kanan adalah bermaksud untuk memisahkan antara baik dan
jahat.

Pembahagian Jenis Cerita Dalam Wayang Kulit Kelantan:
1. Cerita pokok - Bermula dari hikayat Maharajawana, kesah Sri Rama memperisterikan Sita
Dewi, Sita Dewi di culik oleh Maharajawana, Sri Rama berjaya mengalahkan Maharajawana dan
mengambil balik Sita Dewi.
2. Cerita Ranting - Berdasar kepada cerita pokok yang di atas tetapi terkeluar dari jalan
ceritanya, seperti cerita Anak Kerbau Hamuk.
3. Cerita Taggaman - Bagi dalang yang pandai, ia dapat mereka cerita2 yag di beri watak
utamakan kepada Sri Rama, tetapi cerita tersebut bukan terdapat di dalam hikayat Sri Rama
pun, sebagai contohnya seperti cerita Burung Ketitir Kuning, Ikan Permata Sisek Tersona, Wak
Long jadi Raja dan bermacam2 lagi.
4. Cerita saduran Cerita-cerita ini tidak ada kena mengena dengan watak yang terdapat
dalam ketiga-tiga jenis cerita di atas, ianya di ambil dari hikayat Melayu lama dan Hikayat yang
mempunyai pengaruh Arab dan sebagainya. Sebagai contohnya ialah hikayat Hang Tuah,
Hikayat Ahmad dan Muhammad, Kuda Hijau Baitulkafrah, Syah Kobat dan lain lagi.
5. Cerita pinjaman - Cerita ini termasuk dalam cerita saduran tetapi lebih menjurus kepada
cerita-cerita Panji (Inu Kertapati) yang terdapat dalam wayang Melayu tetapi di mainkan dalam
wayang Kelantan. Dengan menggunakan patung Sri Rama tetapi nama watak jelmaannya ialah
di pakai nama watak wayang Melayu. Sebagai contoh Misa Iling Mercu Jiwa, Sri Panji Angga
Digunung, Misa Lara Pati, Misa Lara Sari, Aria Demang Semangkok dan lain lagi.

Pembahagian Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Kelantan
A) Babak Dalang Muda: - Lagu Bertabuh - Lagu Lenggang Beringin/Tok Mahasiko - Lagu
Perang Dewa Panah - Lagu Sri Rama keluar (gedombak) - Lagu Hulubalang - Lagu
Menyembah (mengadap raja) - Lagu Sri Rama berkabar - Lagu Berjalan (masuk anjung)
B) Babak Dalang Tua: - Lagu Tukar Dalang - Lain-lain lagu mengikut perjalanan cerita.

Tujuan Persembahan Sekarang :
1. Persembahan kerana belajar bermain wayang.
2. Bersemah (bagi acara ini biasanya di buat oleh dalang yang sudah mempunyai ijazah
perdalangan, acara ini juga di panggil sembah guru di buat setiap satu atau tiga tahun sekali).
3. Melepas niat (Persembahan ini selalunya atas jemputan tertentu utk mereka yg telah berniat
akan mengadakan persembahan wayang kulit sekiranya mendapat sesuatu kurnia'an atau
terlepas dari musibah)
4. Undangan khusus (Persembahan utk acara2 keramaian, hari jadi, perayaan, seminar dll)
Pertunjukan sendiri (mengadakan persembahan kerana sara hidup seperti mengenakan bayaran
secara membeli tiket utk menonton

Wayang Kulit Secara Umum:

1. Seni Muzik - Kita ketahui seni muziknya amat unik dan memerlukan keahlian khusus. Lebih
dari 35 buah lagu mesti di hafal oleh dalang dan panjaknya.
2. Hikayat - Bagi meneruskan penceritaan, dalang haruslah mahir dalam hikayat-hikayat
(bersifat Paramakawi dan Paramasastra).
3. Lakunan - Dalang seharusnya pandai melakunkan cerita supaya menarik, pandai dalam
menbawa suasana gembira, takut, kasih sayang, sedih, garang dan lucu (Awicarita).
4. Pengetahuan agama - Oleh kerana cerita yg di lakonkan mempunyai unsur-unsur
pengajaran yang bercorak agama, maka kewibawaan dalang sangat-sangat di pelihara utuh dan
menjadi tauladan dan ikutan kepada masyarakat.
Wayang siam adalah kesenian tradisional wayang yang populer di Kelantan, Malaysia. Wayang
Siam dimainkan oleh seorang dalang, didampingi oleh delapan orang pemain musik. Wayang
siam dimainkan dalam bahasa Melayu logat Kelantan.
Asal wayang siam tidak jelas. Beberapa bukti menunjukkan kesenian ini berasal dari Jawa,
terlihat dari istilah-istilah panggung yang berasal dari bahasa Jawa. Namun menurut para dalang
di Kelantan wayang siam berasal dari Patani, yang sekarang menjadi wilayah Thailand. Itulah
sebabnya kesenian ini diberi nama wayang siam.
Kisah yang ditampilkan dalam kesenian wayang siam didasarkan pada versi cerita rakyat Melayu
dari Ramayana, Cerita Mahraja Wana. Nama Wana adalah versi Melayu dari Rahwana. Kisah ini
berbeda dari versi literer dalam sastra Melayu, Hikayat Seri Rama.
Di Kelantan terdapat pula jenis kesenian wayang lain, yang disebut sebagai wayang jawa.
Seperti namanya wayang jawa tidak lebih dari versi Kelantan dari wayang purwa, namun
ditampilkan dalam logat Kelantan. Wayang jawa merupakan kesenian istana, berbeda dengan
wayang siam yang merupakan kesenian rakyat.
Wayang Kulit Siam (atau Wayang Kulit Kelantan) ialah sejenis kesenian wayang kulit yang
berasal dari negeri Kelantan Darul Naim, Malaysia. Ia merupakan salah satu dari empat jenis
persembahan wayang kulit yang terdapat di Malaysia. Wayang Kulit Siam telah dikenal pasti
sebagai jenis persembahan wayang kulit yang tertua di Malaysia. Selain itu, jenis wayang kulit ini
juga adalah yang paling terkenal dan terpenting di Malaysia sejak dari aman dahulu hingga kini.
Suatu ketika dahulu, kesenian Wayang Kulit Siam pernah mendapat sambutan hangat di
kalangan !rang"!rang Melayu sehingga pengaruhnya telah tersebar dari Kelantan ke negeri"
negeri jiran seperti #erengganu, $ahang, Kedah dan $erak. Selain itu, kesenian ini juga pernah
bertapak kukuh di empat buah wilayah di kawasan Selatan #hailand
iaitu$attani, %ala, Narathiwat dan sebahagian S!ngkhla, yang dahulunya merupakan bekas
wilayah Kesultanan Melayu $atani.
Isi kandungan
&s!r!kkan'
( )tim!l!gi
* +sal"usul Wayang Kulit Siam
, Wayang Kulit Siam Kini
- #!k!h Wayang Kulit Siam
. /ujukan
Etimologi&sunting 0 sunting sumber'
1elaran 2Siam2 yang diberikan kepada kesenian wayang kulit ini adalah diper3ayai merujuk
kepada negara Siam (kini #hailand). Sejarah teknik pedalangan Wayang Kulit Siam diper3ayai
telah dibawa masuk ke Kelantan dari Kemb!ja melalui #hailand. Maka dari situlah, kesenian ini
diberi nama Wayang Kulit Siam.
Selain itu, kesenian Wayang Kulit Siam juga dikenali sebagai Wayang Kulit Kelantan kerana
sejarah asal"usul wayang kulit itu sendiri bermula di Kelantan. Masyarakat Melayu $atani di
selatan #hailand pula menyebut kesenian ini sebagai 2Wayang Kelantan2 atau 2Wayang Siam
Kelantan2 kerana kesenian ini telah dibawa masuk ke negeri $atani dari Kelantan. Di $ahang
pula, kesenian ini lebih dikenali sebagai 2Wayang $ahang2 yang dipersembahkan !leh !rang"
!rang Melayu Kelantan yang berhijrah ke negeri tersebut.
Asal-usul Wayang Kulit Siam&sunting 0 sunting sumber'
Sejarah mengenai asal"usul Wayang Kulit Siam masih kabur dan kurang jelas hingga ke hari ini.
#erdapat banyak kajian yang telah dilakukan bagi men3ari bukti mengenai asal"usul kesenian ini.
Walau bagaimanapun, terdapat beberapa te!ri yang telah diutarakan !leh para pengkaji
mengenai asal"usul Wayang Kulit Siam. #e!ri"te!ri tersebut adalah seperti berikut4"
Wayang Kulit Siam berasal dari Thailand
Satu te!ri menyebut tentang Wayang Kulit Siam yang dikatakan berasal dari #hailand. #erdapat
beberapa bukti yang meny!k!ng te!ri ini. Di antaranya ialah nama wayang kulit itu sendiri iaitu
2Siam2, ialah nama lama bagi negara #hailand. Selain itu, penggunaan bahasa Siam 5 #hai dalam
persembahan Wayang Kulit Siam seperti pengu3apan Mantera Maharisi !leh dalang juga
meny!k!ng te!ri tersebut.
Walau bagaimanapun, hasil kajian mendapati bahawa teknik pedalangan Wayang Kulit Siam
sebenarnya berasal dari Kemb!ja dan telah dibawa masuk ke Kelantan melalui Siam (#hailand).
Dengan ini, penggunaan nama 2Wayang Kulit Siam2 itu sebenarnya menjelaskan tentang teknik
pedalangan kesenian tersebut yang dibawa masuk dari Siam. $enggunaan bahasa Siam 5 #hai
dalam persembahan Wayang Kulit Siam pula hanyalah sekadar pengaruh budaya yang biasa
sahaja.
Wayang Kulit Siam berasal dari Patani
#e!ri lain menyebut Wayang Kulit Siam berasal dari $atani, bekas negeri kesultanan Melayu di
selatan #hailand. Wayang Kulit Siam dikatakan telah berkembang dari $atani ke Kelantan ketika
aman di mana Kelantan masih berada di bawah pengaruh Kesultanan $atani. Selain itu, bentuk
dan 3!rak pakaian pada patung Seri /ama dikatakan ditiru daripada pakaian asal /aja"raja
Melayu $atani pada aman silam.
Namun begitu, para pengkaji mendapati bahawa kesenian Wayang Kulit Siam bukan berasal
dari $atani, tetapi dari Kelantan. Kesenian ini diper3ayai telah berkembang ke $atani ketika
aman dimana Kelantan berada di bawah pengaruh Kesultanan $atani. Diper3ayai semua
penggiat kesenian Wayang Kulit Siam yang hidup pada aman tersebut telah mereka bentuk dan
3!rak pakaian pada patung Seri /ama menyerupai pakaian asal /aja"raja Melayu $atani pada
aman silam.
Wayang Kulit Siam berasal dari Kelantan
Satu lagi te!ri mengatakan teknik pedalangan Wayang Kulit Siam dibawa masuk ke Kelantan
dari Kemb!ja melalui #hailand.
&perlu rujukan'
Namun begitu, hasil kajian mendapati bahawa bentuk
persembahan Wayang Kulit Siam yang wujud pada hari ini adalah berasal dari Kelantan. 6leh
itu, sejarah Wayang Kulit Siam b!lehlah dianggap bermula di Kelantan.
&perlu rujukan'
Ini terbukti apabila sumber"sumber sejarah
&perlu rujukan'
menyebut Wayang Kulit Siam yang pernah
berkembang di negeri #erengganu, $atani, $ahang, $erak dan Kedah adalah dibawa masuk dari
Kelantan. #ambahan pula, !rang"!rang Melayu $atani menyebut
&nyatakan menurut siapa?'
kesenian ini
sebagai 2Wayang Kelantan2 atau 2Wayang Siam Kelantan2 di negeri mereka. Selain itu,
persembahan Wayang Kulit Siam juga sentiasa disampaikan dalam 7ahasa Melayu Kelantan
tidak kira di negeri mana sekalipun ianya dipersembahan. #e!ri ini adalah yang paling p!pular
dan diterima banyak pihak memandangkan terdapat banyak bukti yang ditemui bagi meny!k!ng
te!ri ini.
Wayang Kulit Siam Kini&sunting 0 sunting sumber'
$ada hari ini, Wayang Kulit Siam hanya b!leh ditemui di negeri asalnya iaitu Kelantan dan juga
di #erengganu. $ersembahan Wayang Kulit Siam dianggap sebagai salah satu seni kebudayaan
yang terpenting di negeri Kelantan. Selain itu, kesenian ini juga b!leh dit!nt!n di beberapa buah
uni8ersiti seperti +kademi Seni 7udaya dan Warisan Kebangsaan (+SW+/+), 9ni8ersiti Sains
Malaysia (9SM) dan 9ni8ersiti #ekn!l!gi Mara (9i#M), dimana Wayang Kulit Siam telah diajar
se3ara te!ri dan praktikal kepada para pelajar yang mengambil bidang tertentu. Sementara itu,
persembahan Wayang Kulit Siam di negeri $ahang, Kedah, $erak dan $atani telah pun
berkubur.
Tokoh Wayang Kulit Siam&sunting 0 sunting sumber'
6ye :!3k Seng " satu"satunya dalang Wayang Kulit Siam yang berketurunan $eranakan
;ina Kelantan.
Rujukan&sunting 0 sunting sumber'
#he )n3y3l!pedia !< Malaysia 4 $er<!rming +rts (=!lume >) !leh $r!<. Dr 1hulam"Sarwar %!us!<.
Kateg!ri4


BAB I
PENDAHULUAN
A Lata! B"lakang #asalah
Lingkungan kultu!al atau k"!angka k"$u%ayaan m"!u&akan suatu nilai' "tos' agama' i%"ologi %an
s"$againya yang m"n"ntukan a&a %an $agaimana aga! o!ang $"!&iki! s"!ta sika& m"!"ka t"!ha%a&
k"nyataan %an &"ngalaman D"ngan k"!angka k"$u%ayaan inilah %unia %inilai %an %im"ng"!ti' %alam
k"!angka k"$u%ayaan ini &ula sika& &"!ilaku manusia %ilaksanakan atau %it"!a&kan' %an %alam
k"!angka k"$u%ayaan ini &ula a!tsit"ktu! t!a%isional %iha%i!kan ol"h masya!akat &"n%ukungnya
(li))o!% *""!t+' %alam ka!ya $ukunya yang $"!ju%ul Th" R"ligion o) ,a-a ' m"ngungka&kan hakikat
si)at-si)at o!ang ja.a /
01aitu $ah.a si)at-si)at o!ang ,a.a yang $"!$u%aya $"!a!ti su%ah $isa m"nguasai tiga hal s"2a!a $aik'
yang &"!tama a%alah $"!tingkah laku m"nu!ut atu!an ' so&an ' %an so&an-santun %alam
$"!masya!akat ' yang k" %ua a%alah m"miliki .a.asan s"ni %an k"in%ahan' %an yang k" tiga tangga&
t"!ha%a& &"!intah utama %a!i 1ang #aha Kuasa3
B"!%asa!kan si)at yang k"%ua yaitu masya!akat ja.a m"miliki .a.asan s"ni %an k"in%ahan Dalam
k"hi%u&an o!ang ,a.a' s"ni %an k"in%ahan s"!ing kali $ahkan $agian yang tak t"!&isahkan S"ni itu
$aik $"!u&a s"ni !u&a' s"ni ta!i' mau&un musik S"%angkan k"in%ahannya t"!l"tak &a%a nilai-nilai
s"ni masya!akat ja.a
Dalam makalah ini' akan m"ngu&as mat"!i m"ng"nai .ayang yang m"!u&akan salah satu hasil
$u%aya masya!akat ja.a' yang hingga s"ka!ang masih a%a #"ski&un hanya &a%a %a"!ah %an
masya!akat t"!t"ntu saja yang masih k"ntal %alam m"m&"!tahankan k"$u%ayaan ja.a T"ta&i'
&"nulis %isini ti%ak akan m"ngu&as s"2a!a tuntas' ka!"na m"lihat %a!i k"t"!$atasan yang &"nulis
sa%a!i
B P"!umusan #asalah
4 A&a &an%angan masya!akat ja.a &a%a .ayang5
6 A&akah a%a makna sim$olik yang t"!%a&at &a%a s"ni .ayang5
BAB II
PANDAN*AN WA1AN*
DALA# DIRI #AS1ARAKAT ,AWA
A K"%u%ukan Wayang %alam #asya!akat ,a.a
Wayang yang s"mula $"!u&a 2"!ita lisan m"!u&akan s"ni &"!tunjukan Ia a%alah !")l"ksi %a!i alam
&iki!an atau gagasan s"$agian o!ang ,a.a t"!ha%a& k"hi%u&an Wayang a%alah mit"' suatu t!a%isi
&"n2"!itaan t"ntang mitos #"lalui mit" ini manusia ti%ak s"k"%a! m"nj"laskan )"nom"na kosmos'
t"ta&i s"kaligus m"nam&ilkannya k"m$ali' .alau&un k"$anyakan %itam&ilkan %alam gaya sim$olik
#asya!akat m"nja%ikan .ayang untuk m"nyam&aikan &"san-&"san $u%aya s"2a!a langsung mau&un
t"!s"lu$ung untuk m"nanamkan %an m"ngukuhkan nilai-nilai $u%aya t"!t"ntu Dalam hal
&"ny"$a!luasan &"ng"tahuan' .ayang %a&at m"nja%i m"%ia komunikasi yang sangat an%al %alam
masya!akat yang masih $"!tum&u &a%a t!a%isi lisan %an t!a%isi ti%ak t"!tulis lainnya
B Wayang S"$agai Sa!ana P"nggam$a!an Alam Piki!an 7!ang ,a.a
Wayang m"nggam$a!kan jalan &iki!an o!ang ja.a ' yang m"lihat s"suatu %alam %ua k"lom&ok yang
$"!la.anan' $"!t"ntangan' $"!ha%a&-ha%a&an' namun %alam k"nyataannya s"!u&a' $"!u&a
k"nyataan %an $ayangannya Wayang juga m"lam$angkan alam &iki!an o!ang ja.a yang $"!tolak %a!i
suatu %istingsi 8$a2a / &"!$"%aan9' anta!a %ua s"gi )un%am"ntal !"alitas' yaitu s"gi lahi! %an $atin
K"%ua s"gi ini $"!satu %alam %i!i manusia' s"lain m"m$"%akan k"%uanya' a%a &asangan alus %an
kasa!' yang mana alus m"!u&akan int"!&!"tasi %a!i $atin manusia %an kasa! a%alah int"!&"tasi %a!i
s"gi lahi! K"%uanya ini ti%ak saling m"nia%akan akan t"ta&i k"%uanya %i&"!lukan
( Wayang S"$agai Sa!ana Hi$u!an
Wayang juga $isa %ija%ikan s"$agai sa!ana hi$u!an atau ia m"!u&akan s"$uah &"!tunjukan k"s"nian
yang m"nja%i alat hi$u!an yang s"!ingan-!ingannya' namun juga %a&at m"nja%i $ahan &"miki!an
yang m"n%alam T"!gantung k"&a%a %aya k"mam&uan %an minat masing-masing o!ang %alam
m"man)aatkannya Wayang %a&at %inikmati ol"h s"mua kalangan
D Wayang S"$agai Sa!ana P"n%i%ikan
S"jak k"2il o!ang ,a.a $"laja! t"ntang $"!$agai .atak %an k"a%aan k"hi%u&an %"ngan m"nonton atau
m"m$a2a 2"!ita .ayang D"ngan m"nga2u k"&a%a &"ng"tahuan yang %i%a&atnya %a!i &"!tunjukan
.ayang atau m"m$a2a 2"!ita .ayang' m"!"ka %a&at m"ng"nali lingkungannya' lingkungan alam'
lingkungan sosial' mau&un lingkungan $u%ayanya Wayang %i&an%ang ol"h $"$"!a&a masya!akat
ja.a s"$agai sa!ana %alam m"n%a&at &"ng"!tian $agaimana .uju% %an $"ntuk alam s"m"sta ini' a&a
yang t"!%aa&at %i%alamnya' a&a yang $ol"h m"!"ka lakukan %an a&a yang ti%ak $ol"h %ilaksanakan
S"!ta $agaimana %alam m"man)aatkan alam juga m"l"sta!ikannya
D"ngan &"ng"tahuan yang m"!"ka &"!ol"h %a!i s"ni .ayang' m"!"ka %a&at m"nggolong-golongkan
g"jala yang %iha%a&i' m"mu%ahkan %alam m"lihat ' m"mahami %an m"nilai g"jala-g"jala itu s"$"lum
m"n"ntukan sika& %an tin%akan
Atu!an %alam &ag"la!an .ayang s"n%i!i m"!u&akan suatu &"nanaman %isi&lin %an &"m$"!ian
&"ng"tahuan %"ngan taha&an-taha&annya
Wayang s"$agai s"ni &"!tunjukan m"nyam&aikan nilai-nilai %alam $"ntuk yang sim$olis %an
konotati) s"!ta "st"tis Nilai "st"tis ta%i t"!2"!min %alam $"ntuk .ayangnya s"n%i!i' 2"!itanya
mau&un &"!tunjukannya Dalam m"nyam&aikan atu!an' no!ma' atau &"%oman hi%u& yang
%iha!a&kan aga! %iikiuti ol"h &a!a &"nonton
E Wayang S"$agai Sa!ana P"nanaman Soli%a!itas Sosial
S"lain itu nangga& .ayang juga m"nja%i sa!ana &"nanaman soli%a!itas sosial' s"$a$ k"tika s"s"o!ang
nangga& .ayang' $anyak k"!a$at %an t"tangganya %atang: s"jak m"m&"!sia&kan k"&"!luan yang
$"!kaitan %"ngan &"!g"la!an .ayang itu P"nanaman soli%a!itas sosial ini a%alah just!u &"!.uju%an
%a!i &"san agama
; Wayang S"$agai Sa!ana P"ng"n%alian Sosial
Tingkah laku s"s"o!ang atau s"k"lom&ok o!ang yang ti%ak s"suai %"ngan no!ma-no!ma masya!akat
yang $"!laku %isuatu t"m&at' akan %it"gu! %"ngan m"nggunakan &"!um&amaan %a!i .atak atau sika&
&"!aga-&"!aga yang t"!%a&at %alam .ayang m"lalui oto!itas Dalang Dalang m"miliki s"ma2am
oto!itas $ah.a k!itik-k!itik t"!ha%a& sia&a&un juga %a&at %ilonta!kan' ka!"na %alam m"ng"mukakan
k!itiknya m"makai san"&a 8m"ta)o!9' s"hingga k!itik ta%i s"2a!a ti%ak langsung atau lahi!iah %an
%a&at %iha!a&kan akan %a&at m"ng"nai sasa!annya tan&a m"nim$ulkan %am&ak yang n"gati)
BAB III
#AKNA SI#B7LIK WA1AN*
A Asosiasi Dalang %an Wayang
Dalam &an%angan mistik k"ja."n' hu$ungan Tuhan %"ngan manusia %igam$a!kan s"&"!ti halnya
%alang-.ayang-k"li! Dalang %an .ayang a%alah gam$a!an yang 2uku& m"ngg"litik %alam &"!s&"kti)
mistik
Wayang s"suai %"ngan asal katanya ' s"!ing %i sosiasikan s"$agai $ayang-$ayang Wayang a%alah
gam$a!an hi%u& manusia yang s"!ingkali %ihu$ungkan %"ngan $"$"!a&a as&"k &"!tunjukan .ayang
yang lain Dalang a%alah sim$ol yang %i&uji %an .ayang sim$ol yang m"muji Da!i &an%angan
t"!s"$ut' tam&ak $ah.a mistik k"ja."n t!a%isional l"$ih 2"n%"!ung &a%a &an%angan $ah.a' Dalang
a%alah gam$a!an Tuhan %an .ayang s"$agai lukisan manusia S"%angkan &a%a mistik k"ja."n
mo%"!n $"!&an%angan $ah.a' Dalang $ukan gam$a!an Tuhan' %an .ayang t"ta& s"$agai gam$a!an
manusia
B P"!tunjukan Wayang
("!ita .ayang m"!u&akan sim$olism" %a!i )ilsa)at ji.a Laya! yang %it"!angi a%alah s"$agai .uju%
nyata A%a&un .ayang-.ayang m"!u&akan gam$a!an $"!ma2am-ma2am 2i&taan Tuhan
*"%"$og8sim$ol $umi9 yang s"$agai t"m&at untuk m"nan2a&kan .ayang m"!u&akan gam$a!an %a!i
&"!mukaan %unia S"%angkan $l"n2ong8sim$ol mataha!i9 m"!u&akan gam$a!an %a!i s"$uah sina!
k"hi%u&an A%a&un ' gam"lan a%alah s"$uah lam$ang k"s"!asian %an ha!moni k"giatan %unia.i
Pa%a .aktu &"!tunjukan $"lum %imulai' suasana masih kosong Ini m"nggam$a!kan &a%a manusia
hanya a%a %alam angan-angan saja St!uktu! %!amatik .ayang kulit' %a!i t"talu8g"n%ing a.al9
sam&ai tan2"& kayon t"!nyata m"muat &"!jalanan mistik manusia ja.a *"n%ing .ayang kulit yang
&aling a.al a%alah t"talu yang m"muat tujuh ma2am g"n%ing' yang mana tujuh ma2am itu
m"!u&akan gam$a!an &"!jalanan manusia ha!us m"l".ati tujuh ma!ta$at hi%u&
K"tika t"talu $"!akhi!' ki %alang s"g"!a m"ng"tuk kotak lima kali Bilangan lima m"!ujuk &a%a
&"m$"ntangan %+at' yaitu nu!'!ahsa' !oh' na)su' %an $u%i yang m"l"ngka&i hi%u& manusia S"t"lah
itu gunungan s"g"!a %ita!ik ki %alang untuk %i$"!i mant!a S"t"lah gunungan $"!a%a %iatas k"&ala ki
%alang' m"!u&akan &"!tan%a $ah.a hi%u& t"lah a%a Hi%u& %ia.ali %"ngan lahi!' lalu ki %alang
m"ngayunkan gunungan k" a!ah kanan %an ki!i' s"$agai tan%a $ah.a &"2ahnya &las"nta $ayi Bayi
%igam$a!kan s"$agai !aja yang k"lua! m"nuju Siti Hingil atau %ham&a!
K"haa%i!an !aja juga %iikuti ol"h a%ik-a%ik !aja' s"$agai sim$ol a%hi a!i-a!i yang m"ny"!tai $ayi lahi!
S"lanjutnya &"!tunjukan $"!jalan s"malam untuk mulai gam"lan &at"t n"m8jam 64<<<-6=<<9 ,ika
j"j"!an !aja t"lah &"!gi m"nuju k" k"%aton m"n"mui &"!maisu!i' ini m"nunjukan )as" $ah.a anak
t"lah %iasuh i$unya
A%"gan &as"$an ja.i m"!u&akan lam$ang anak su%ah mulai m"ng"nal %unia lua! K"mu%ian
%ilanjutkan %"ngan a%"gan ja!anan' ini m"m&!"s"ntasikan .atak anak s"&"!ti $inatang s"$"lum ia
%".asa' yaitu $"lum m"ng"tahui atu!an A%"gan &"!ang am&yak' untuk m"ngha%a&i !intangan '
a%alah gam$a!an &"!jalanan anak yang mulai !"maja' m"!"ka su%ah %ik"nalkan %"ngan masalah
k"hi%u&an A%"gan sa$!angan' m"nja%i &"tunjuk $ah.a anak-anak s"!ing masih $"!si)at "mosional
%alam hi%u&nya S"%angkan' A%"gan &"!ang gagal' a%alah lam$ang %a!i hi%u& manusia masih !agu-
!agu
Pa%a jam 46<<-<><< $iasanya m"nggunakan gam"lan &at"t sanga Dalam hal ini t"!%a&at tiga
$agian /
4 A%"gan $am$angan' yaitu m"nggam$a!kan $ah.a hi%u& manusia t"lah mulai m"n2a!i gu!u s"jati
6 A%"gan &"!ang k"m$a!' yaitu lam$ang k"$"!anian s"s"o!ang untuk m"num&as angka!a mu!ka'
ka!"na a%"gan ini m"nam&ilkan $uta 2akil yang %ikalahkan sat!ia
> A%"gan sint!"n' yaitu a%"gan sat!ia yang t"lah j"las jalan hi%u&nya Ini m"lam$angkan $ah.a
s"s"o!ang t"lah %a&at m"n"ntukan hi%u&nya s"n%i!i
Pa%a jam <><<-<?<< m"nggunakan gam"lan &at"t manyu!a 1akni %imulai %"ngan j"j"! manyu!a'
yaitu sat!ia yang j"las jalan hi%u&nya Dia t"lah akan t"!2a&ai 2ita-2itanya K"mu%ian' masuk &"!ang
$!u$uh' s"$agai lam$ang s"s"o!ang t"lah m"ngalahkan s"gala !intangan hi%u& Lalu tan2"& kayon'
yaitu gunungan %itan2a&kan s"$agai &"!tan%a hi%u& manusia t"lah s"l"sai #anusia t"lah m"n2a&ai
ajalnya' %an tinggal m"nuju &a%a a%"gan gol"kan #akna %a!i ta!ian ini ti%ak s"k"%a! 2a!ilah makna
&"!tunjukan' m"lainkan manusia ha!us sam&ai &a%a &"nilaian hi%u& #anusia akan %itim$ang' %i2a!i
mana amal yang $aik %an mana yang $u!uk
BAB I@
KESI#PULAN
K"$u%ayaan a%alah hasil k"giatan %an &"n2i&taan $atin 8akal $u%i9 manusia s"&"!ti k"&"!2ayaan'
k"s"nian' %an a%at istia%at'k"s"lu!uhan &"ng"tahuan manusia s"$agai makhluk sosial yang
%igunakan untuk m"mahami lingkungan s"!ta &"ngalamannya %an yang m"nja%i &"%oman tingkah
lakunya K"$u%ayaan m"!u&akan suatu hal yang kon-"nsional &a%a masya!akat t"!t"ntu' hasil %a!i
&"miki!an ino-ati) yang m"nja%ikan suatu 2i!i khas a&a$ila %ilakukan s"2a!a t"!us m"n"!us
#asya!akat ja.a m"!u&akan masya!akat yang k"ntal' akan &a%a k"$u%ayaannya #"!"ka %inilai
s"$agai suatu k"lom&ok in%i-i%u yang t"!k"nal akan 2i!i khas $u%ayanya Wayang m"!u&akan salah
satu hasil %a!i ino-ati) m"!"ka #"!"ka ja%ikan .ayang s"$agai sa!ana %alam m"nyam&aikan &"san-
&"san $u%aya s"2a!a langsung mau&un t"!s"lu$ung untuk m"nanamkan %an m"ngukuhkan nilai-nilai
$u%aya t"!t"ntu D"ngan .ayang &ula' m"!"ka int"!&!"tasikan &!os"s &"n2i&taan manusia' s"hingga
%alam &an%angan mistik k"ja."n' s"tia& unsu! yang $"!kaitan .ayang m"miliki makna )iloso)i $agi
k"hi%u&an masya!akat ja.a yang $"!si)at mistik





Sebagian besar tema tari"tarian dari Myanmar itu erat dengan keper3ayaan dan mit!s,
yang juga menjadi 3iri khas seni tari Ind!nesia. 7agian pertama tarian banyak terinsipirasi dari
kehidupan istana dan dan keper3ayaan masyarakat Myanmar. Keper3ayaan masyarakat
Myanmar tergambar dalam tarian penyambutan serta tarian 7agan yang terukir diatas pag!da
tempat ibadah masyarakat dengan may!ritas agama 7udha. #arian mahk!ta, tarian 7yaw"
sejenis gendang menampilkan tarian gembira yang biasa ditampilkan di hadapan raja"raja dan
petinggi istana. #arian tiga era Myanmar yaitu peri!de Innwa, K!nbaung, dan %adanab!n
menampilkan perubahan gerakan hingga dandanan para penari dari tiga peri!de kekuasaan.
:iasan bertatah warna emas dan permata melengkapi busana tradisi!nal yang dim!di<ikasi
k!mtemp!rer. Sementara musik yang mengiringi tarian berasal dari lagu tradisi!nal Myanmar
dan lagu"lagu tradisi!nal rakyat.
P"mahaman Nilai ;iloso)i' Etika %an Est"tika Dalam
Wayang
Wednesday, *? @anuary *A(( A-4A* Wayang"Ind!nesia

+7S#/+K

Wayang termasuk karya seni dan budaya Indonesia yang adi luhung. Di samping bernilai
filosofi yang dalam, wayang juga sebagai wahana atau alat pendidikan moral dan budi pekerti atau
yang dikenal dengan etika. Dunia perwayangan memberi peluang bagi orang Jawa untuk melakukan
suatu pengkajian filsafi dan mistis sekaligus. Di sisi lain, cerita wayang merupakan suatu jenis cerita
didaktik yang di dalamnya memuat ajaran budi pekerti yang menyiratkan tentang perihal moral.
Bahkan bidang moral merupakan anasir utama dalam pesanpesan yang disampaikan wayang.
!ebagai jenis kesenian yang mencakup beberapa cabang seni "seni teater, ukir, musik, dan sastra#,
estetika wayang begitu indah dan mempesonakan. $ilai filosofi, etika, dan estetika itulah yang jika
ditemukan dalam ritual ruwatan, sebuah tradisi kebudayaan Jawa yang ditandai dengan pergelaran
wayang purwa cerita Bathara %ala dalam lakon &'urwakala(

I. PENDAHULUAN

7anyak !rang, terutama bangsa 7arat menganggap, pertunjukan wayang kulit
sebagai shadow play atau schaduwenspel, sebuah permainan dengan bayang"bayang.
+nggapan demikian terlalu nai<. $ergelaran wayang tidak bisa disamakan
dengan show b!neka panggung Mi3hael Mes3hke (B,) asal Swedia di #eater Ke3il
#IM awal Maret *AA. lalu, yang diadaptasi dari teknik wayang @epang, 7unraku.
Wayang mengandung arti jauh lebih dalam. Ia mengungkapkan gambaran hidup
semesta atauwewayanganing ngaurip, yang tidak ada hubungannya dengan bayang"
bayang berupa silhouette hitam pada kelir yang ditimbulkan !leh sesuatu benda yang
diterangi blencong.

Wayang memberikan gambaran lak!n perikehidupan manusia dengan segala
masalahnya yang menyimpan nilai"nilai pandangan hidup dalam mengatasi segala
tantangan dan kesulitannya. Dalam wayang selain tersimpan nilai m!ral dan
estetika, juga nilai"nilai pandangan hidup masyarakat @awa. Melalui wayang, !rang
memper!leh 3akrawala baru pandangan dan sikap hidup umat manusia dalam
menentukan kebijakan mengatasi tantangan hidup. :al itulah yang dirasakan Dr
Cran Magnis Susen! S@, se!rang sarjana <ilsa<at dan r!haniawan kelahiran @erman
yang kini bermukim di @awa. Setelah menekuni wayang, sampaikah dia pada
kesimpulan bahwa dalam memasuki kebudayaan @awa, ternyata manusia memasuki
kesadaran paling dalam seluruh umat manusia. Kebijaksanaan @awa yang paling
dalam, ternyata milik seluruh umat manusia. () ;erita wayang merupakan suatu
jenis 3erita didaktik yang memuat ajaran budi pekerti. 7ahkan bidang m!ral,
merupakan anasir utama dalam pesan"pesan wayang. Dua aspek (<il!s!<i dan etika)
dalam wayang ini disempurnakan dengan nilai estetika wayang sehingga seni
wayang yang men3akup 3abang kesenian ini (seni teater, musik, sastra, ukir, dan
sebagainya), menjadi sebuah seni yang bernilai tinggi. 7isa dipahami, jika di tahun
*AA- lalu, seni dan budaya wayang kulit dari Ind!nesia ini (the Wayang )uppet *heater of
Indonesia) din!batkan sebagai karya adiluhung (masterpiece) !leh $77. Menurut
9nes3!, *> jenis seni dan kebudayaan di dunia ini, wayang kulit menempati urutan
pertama sebagai karya adi luhung lisan warisan kemanusiaan yang tak dapat dinilai
('asterpiece of the +ral and Intangible ,eritage of ,umanity#.

I. I PENE!TIAN ISTILAH

Sebagai kelanjutan dari yang disebutkan dalam pendahuluan, perlu
disampaikan uraian mendalam dalam sebuah judul D$emahaman Nilai Cil!s!<i, )tika,
dan )stetika dalam WayangE. 9ntuk memper!leh kesamaan t!lak pangkal berpijak
dan guna menghindari kesimpangsiuran interpretasi, perlu kita sepakati apa yang
dimaksud dengan nilai, filosofi, etika, estetika, dan wayang, dalam makalah ini.

". Nilai

$erkataan DnilaiE dapat dide<inisikan sebagai perasaan tentang apa yang baik
atau apa yang buruk, apa yang diinginkan atau apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus atau apa yang tidak b!leh ada (7ertrabd (F?B). Nilai berhubungan dengan
pilihan, dan pilihan itu merupakan prasyarat untuk mengambil suatu tindakan.
Se!rang berusaha men3apai segala sesuatu yang menurut sudut pandangannya
mempunyai nilai"nilai. /!bin Williams ((F?A) membi3arakan Dnilai s!sialE, yaitu nilai
yang dijunjung tinggi !rang banyak. +da juga Dnilai etika atau m!ralE, yakni
ketentuan"ketentuan atau 3ita"3ita dari apa yang dinilai baik atau benar !leh
masyarakat. Satu lagi, Dnilai budayaE yakni k!nsep mengenai apa yang hidup dalam
alam pikiran sebagai besar masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap
bernilai, berharga, dan penting dalam hidup. (K!entjaraningrat (F>A).

". #il$s$%i

Istilah <il!s!<i berasal dari kata %unani DphilosophiaE yang berarti D3inta
keari<anE. Kata lain dari <il!s!<i adalah <ilsa<ah, <alsa<ah, <alsa<at), yang berarti
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada.
Sebab, asal, dan hukumnya. De<inisi lain, ilmu yang berintikan l!gika, estetika,
meta<isika, dan epistem!l!gi. Sementara Kamus 9mum 7ahasa Ind!nesia susunan
W@S $!erwadarminta dide<inisikan dengan 4 pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai sebab, asas hukum, dan sebagainya tentang segala yang ada
dalam alam semesta, ataupun mengenai kebenaran arti DadanyaE sesuatu.

Cilsa<at menurut anggapan !rang @awa ialah, usaha manusia untuk memper!leh
pengertian dan pengetahuan tentang hidup menyeluruh dengan mempergunakan
kemampuan rasi! plus indera batin (ciptarasa). Maka bagi kita, ber<ilsa<at berarti
D3inta kesempurnaanE (ngudi kasampurnan, ngudikawicaksanan) dan bukan semata"mata
D3inta keari<anE. *) @ika !rang jawa menyebut bahwa wayang mengandung <ilsa<at
yang dalam, dunia perwayangan memberi peluang bagi !rang @awa untuk
melakukan suatu pengkajian <ilsa<i dan mistis sekaligus. Dunia perwayangan kaya
sekali dengan lambang ataupasemon, bahkan hampir seluruh eksistensi wayang itu
sendiri adalah DpasemonE.
". Etika

7idang yang bersi<at n!rmati<, yang bersangkut paut dengan kesusilaan
(akhlak, m!ral), merupakan salah satu bidang <ilsa<at yang disebut DetikE atau DetikaE.
Dalam hal ini, etik memberi nilai buruk atau baik atas perbuatan sese!rang. Dengan
demikian, etik atau etika (ethice), merupakan <ilsa<at tingkah laku yang di dalamnya
memuat perihal penilaian, yaitu penilaian terhadap tindakan yang dapat dikatakan
baik atau buruk berdasarkan ukuran"ukuran tertentu. 6leh karena itu, Miklananda
mende<inisikan etika sebagai ilmu yang mengajarkan manusia Dbagaimana
seharusnya hidupE, atau $lat! memandangnya sebagai ilmu yang mengajar manusia
Dbagaimana manusia bijaksana hidupE, (:aim +mir (FF(G FB). :al ini sesuai dengan
k!nsep etika menurut wayang yakni mendidik manusia ke arah tingkah laku yang
sempurna, yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

". Estetika

)stetika (estetis) adalah 3abang <ilsa<at yang mempers!alkan seni (art) dan
keindahan (beauty). Istilah estetika berasal dari kata %unani DaesthesisE, yang berarti
pen3erapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa juga berarti pengamatan
spiritual. Istilah art (seni) berarti seni, keterampilan, ilmu, atau ke3akapan.
Keindahan atau estetika merupakan bagian dari sebuah <ilsa<at, sebuah ilmu yang
berintikan l!gika, estetika, meta<isika, dan epistem!l!gi. 7atasan keindahan sulit
dirumuskan. Karena keindahan itu abstrak, identik dengan kebenaran. Maka batas
keindahan pada sesuatu yang indah, dan bukannya pada Dkeindahan sendiriE

". Wayang.

%ang dimaksud wayang di sini, pertunjukan panggung atau teater atau dapat
pula berarti akt!r dan aktris. Wayang sebagai seni teater berarti pertunjukan
panggung di mana sutradara (dalang) ikut bermain yang peranannya dapat
mend!minasi pertunjukan seperti dalam wayang $urwa di @awa, wayang /amayana
di 7ali, dan wayang 7anjar di Kalimantan.. -) +da puluhan jenis wayang yang
terbesar di Ind!nesia. Dari semua jenis wayang itu, yang paling terkenal dan
tersebar luas di dalam dan di luar negeri adalah, wayang purwa. Sebuah jenis
pertunjukan wayang kulit lak!n"lak!n yang semula bersumber pada 3erita
kepahlawanan India, yaitu /amayana dan Mahabharata. Dari @awa #imur, wayang
purwa menyebar ke 7ali, Kalimantan, dan Sumatra dan dipentaskan dengan
bahasa"bahasa setempat. Wayang purwa atau wayang kulit (meski nama ini tidak
tepat), telah disebut dalam %akawin .rjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa di aman
+irlangga ((AF"(A-,), dalam sarga = syair ke"F.

Wayang yang dibahas dalam makalah ini adalah jenis wayang purwa, yang
di<!kuskan pada telaah ritual ruwatan dengan lak!n 'urwakala. Di sini digunakan 3ara
pendekatan yang berpangkal t!lak dari penguraian wayang purwa, yang 3iri"3iri
p!k!knya dapat dibandingkan dengan jenis"jenis wayang lainnya.

I. NILAI #IL&S&#I WA'AN

Cilsa<at dan wayang, keduanya tidak dapat dipisahkan. 7erbi3ara tentang
wayang berarti kita ber<ilsa<at. Wayang adalah <ilsa<at @awa. Karena wayang
mengambil ajaran"ajarannya dari sumber sistem"sistem keper3ayaan, wayang pun
menawarkan berbagai ma3am <ilsa<at hidup yang bersumber pada sistem"sistem
keper3ayaan tersebut, yang dari padanya dapat kita tarik suatu benang merah
<ilsa<at wayang.

". Tu(uan Hidu) *anusia

:idup haruslah berdasarkan kepada apa yang dinamakan kebenaran. Dan
menurut wayang, Dkebenaran sejatiE (ultimate truth) hanyalah datang dari #uhan. 9ntuk
mendapatkan ini, manusia harus dapat men3apai Dkesadaran sejatiE (ultimate
awareness) dan memiliki Dpengetahuan sejatiE (ultimateknowledge). 9ntuk itu, manusia
harus dapat melihat Dkenyataan sejatiE (ultimate reality) dengan melakukan dua hal.
$ertama, mempersiapkan jiwa raganya sehingga menjadi manusia yang kuat dan
su3i, dan kedua mem!h!n berkah #uhan agar dirinya terbuka bagi hal"hal tersebut
(tinarbuka).

Dimaksudkan terbuka di sini adalah, sesuatu yang di3apai bukan melulu dari
kekuatan penalaran atau rasi!. Saat rasi! terhenti, untuk men3apai kebenaran
sejati, manusia harus menggunakan Drasa sejatiE (ultimate feeling) melalui mistik. @ika
<ilsa<at !leh !rang 7arat dilakukan atas dasar rasi! semata (akal, budi, pikiran,
nalar), maka bagi dunia kejawen pengkajian kebenaran dilakukan melalui rasi! plus
indera batin. Inilah bedanya antara DilmuE dan DngelmuE. Dengan mistis, manusia dapat
melihat Dkenyataan sejatiE tentang dirinya, asal mula diri dan kehidupannya, yang
semua itu dirangkum dalam ajaran Dsangkan paraning dumadiE (asal mula dan akhir
kehidupan manusia). -)

Wayang sema3am DKitab 9ndang"undang :ukum DharmaE (K9:D) yang
menuntun manusia dalam meniti jalan kehidupan antara DsangkanE (asal) dan DparanE
(tujuan) menuju yang abadi (#uhan). 99 Dharma itu tidak dituang dalam berbagai
bab, pasal, dan ayat sebagaimana 99 :ukum Kenegaraan,malainkan terjalin dalam
serangkaian kisah"kisah simb!lik yang menarik sema3am DdharmakathanaE atau
DdharmmasarwacastraE yang menggambarkan pertarungan dua kekuatan yang
berlawanan dalam diri manusia. Kekuatan destruktif (napsu rendah,
keangkaramurkaan) yang menuju kepada kemungkaran (hidup sesat, urip sasar
susur), dan satu lagi kekuatan konstruktif (napsu luhur, keutamaan) yang mengangkatnya
kepada kebenaran. .) Sebagai pasem!n, perlengkapan wayang seperti k!tak
kelir, blencong, dan dalang yang digunakan dalam pertunjukan wayang, juga
mengandung nilai <il!s!<i tentang ilmu sangkan paraning dumadi. Kelir
melambangkan jagad kang gumelar, blencong sebagai surya yang meneranginya,
wayang diperjalankan !leh dalang yang melambangkan 1usti, sementara k!tak
sebagai alam baka setelah berkiprah di jagad DpakeliranE.

Seni pertunjukan wayang itu sendiri, juga mengandung nilai <il!s!<i. Sebagai
3!nt!h, gending"gending pembukaan (talu) yang mengawali sebuah pergelaran
wayang, sudah dibakukan jenis dan urutannya. 1ending patalon itu terdiri dari /ucur
bawuk, dilanjutkan )are .nom, 0adrang !rikaton,%etawang !ukmailang, naik ke 1ending .yak
ayakan 'anyura dan !repegan 'anyura, dan dipungkasi 1ending 'anyura. 1ending
patal!n ini melambangkan suatu tataran tingkat kehidupan manusia, atau
penjelmaan at. 1ending patal!n ditabuh sebelum pertunjukan sebagai lambang
penjelmaan at sebelum manusia lahir di alam kehidupan nyata. Ini berarti,
ran3angan tataran tingkat kehidupan manusia sudah ada terlebih dulu di aman
alam baka.

". Ketauladanan dalam Wayang

Manusia sebagai makhluk batas antara kedua kekuatan yang berlawanan
(konstruktif dandestruktif), selalu diharapkan kepada suatu pilihan yang dilematis, yakni
k!n<lik dengan dirinya sendiri. Di sini, terserah kepada manusia sendiri jalan mana
yang dipilihnya, dengan resik! masing"masing. Dalam menghadapi dualisme
demikian ini, manusia memerlukan pemimpin yang dianggap bisa membimbing dan
menuntunnya menuju jalan yang benar menurut ajaran dharma yang berlaku dan
dianutnya.

Se3ara te!l!gis, kepemimpinan dalam agama atau keper3ayaan adalah
petunjuk #uhan dalam Kitab Su3i (+lHuran, 7ible, Wedha dan sebagainya). %ang
berwujud <igur manusia, bisa berupa Nabi, /asul, dan 6rang"!rang Su3i. +da
beberapa t!k!h pewayangan yang bisa dijadikan pemimpin atau panutan bagi
manusia hidup di dunia. 9niknya, dalam sistem <ilsa<at perwayangan, t!k!h
pemimpin sentralnya ternyata bukanlah se!rang raja yang menjadi pahlawan dalam
sebuah lak!n seperti Sri /amawijaya, $rabu 7asukarna, Sri Kresna, $rabu
Suyudana, atau 7athara 1uru. Ialu siapaJ Kiai Semar 7adranaya sang panakawan
(punakawan). $ara panakawan adalah sahabat"sahabat yang ari<. Mereka selalu
mengabdi kepada kesatria yang berbudi luhur, dari pihak yang memperjuangkan
kebenaran dan keagungan.

Semar adalah t!k!h $anakawan asli bangsa Ind!nesia sejak *.AA tahun lalu.
#etapi dalam kisah perwayangan, Semar adalah 7athara Ismaya. Dewa ini turun ke
bumi di Karangkedhempel dengan misi su3i mengabdi kepada manusia yang
berbudi luhur. Istilah @awanya, Ddewa ngawula kawula kang ngawula dewa2, dewa
mengabdi manusia yang beriman kepada #uhannya. @ika nabi dari rasul adalah
pemimpin yang mendasarkan kepemimpinannya atas ajaran Kitab Su3i, Semar
kepemimpinannya atas kelima prinsip Dsangkan paraning dumadiE. Semar lebih banyak
berada di belakang layar sebagai panakawan (abdi, batur) yang selalu Dtut wuri
handayani2. Karena itu, siapa saja yang diem!ng Semar (yang berarti iman kepada
+llah), akan memper!leh kejayaan. Sebagai pasem!n, Semar melambangkan
kesadaran kita yang paling dalam, yakni rasa eling (ingat). /asa eling inilah yang
memimpin kita meniti jalan kehidupan kita antara sangkan dan paran menuju D%ang
+bdiE. /asa eling ini diharapkan senantiasa melindungi kita dari g!da dan ben3ana.
@ika dalam menghadapi kemelut apapun dan sebesar apapun, kita selalu eling dan
waspada, insya +llah kita akan aman dan rahayu slamet nir sambekala.

". As)ek #il$s$%i dalam !itual !u+atan

Satu lagi aspek pertunjukan wayang yang mengandung nilai <il!s!<i adalah,
ritual ruwatan. +wal mulanya, wayang memang sebagai upa3ara keagamaan
masyarakat @awa yang berkeper3ayaan animisme dan dinamisme, tetapi kemudian
menjadi sarana ritual ruwatan dan pertunjukan yang pr!<an. /itual ruwatan sejak
aman Majapahit ini bisa dilihat pada relie< yang dibangun di aman itu seperti pada
;andi Sukuh (@ateng) dan ;andi #egalwangi (@atim). /uwatan bertujuan untuk
membersihkan manusia dari kesialan (sukerta) demi penyelamatan manusia melalui
ritual tertentu dan pergelaran wayang ruwatandengan lak!n 'urwakala. /itual ini masih
sering dilakukan masyarakat @awa, baik se3ara per!rangan maupun berupa ruwatan
massal. Seluruh p!la lak!n Murwakala bersumberkan asli @awa, yang bisa ditilik dari
rekaman nama"nama para pelakunya seperti @usmati, Nyai /andha $rihatin, dan
7uyut Wangke. 7ahkan 7athara Wisnu pun beralih nama menjadi Dalang Kandha
7uwana, dan Narada menjadi $engendhang Karurungan.

Sin!psis lak!n 'urwakala dengan ritual ruwatan itu sebagai berikut. 7athara
Kala adalah putra Sang :yang Manikmaya (7athara 1uru) dengan Dewi 9mayi
yang keenam. Ketika keduanya pesiar mengendarai Iembu +ndini, Manikmaya
terangsang berat untuk menyenggamai istrinya. Karena 9mayi men!lak, dia dikutuk
menjadi raseksi bernama 7ethari Durga dan bermukim di Setra 1andamayit. Mani
(kama, rahsa) Manikmaya jatuh ke samudra dan lahirlah bayi raksasa yang membuat
ke!naran di laut. :al ini membuat Dewa Iaut mengadu ke Suralaya, yang kemudian
mengerahkan para dewa untuk memeranginya, namun kalah. 7aru setelah
dikenai aji kemayan, bayi itu menyerah. #aring kanannya dip!t!ng dan berubah
menjadi keris Kalanadah, sedang taring kiri berubah menjadi Kaladita. 7ayi raksasa
itu kemudian diakui sebagai anak 7athara 1uru dan dinamai 7athara Kala diberi
wewenang untuk menjadijalma atau janma sukerta dan !rang aradan, yaitu !rang yang
lalai dalam kehidupannya.

Dahi 7athara Kala dig!res dengan tiuisan /ajah Kala3akra. 7agi !rang yang
mampu memba3anya, dia terlepas jadi santapannya. 7athara Kala juga diberi gada
(bedana) !leh 7athara 1uru untuk memburu 3al!n mangsanya. $emberian hak dan
wewenang istimewa ini dipr!tes 7ethara Narada karena dianggap berlebihan yang
mengakibatkan keka3auan di dunia. 7athara 1uru menginsya<i kesalahannya dan
kemudian mengutus 7athara Wisnu sebagai Dalang Kandha 7uwana untuk
menggagalkan ulah 7athara Kala. Ketika Kandha 7uwana sedang memainkan
wayang lak!n 'urwakala, datanglah 7athara Kala mengejar"ngejar mangsanya
yang jalma sukerta. Maksudnya menjadi terhalang ketika Kandha 7uwana mampu me"
wedar"kan /ajah Kala3akra di dahi 7athara Kala. Demikianlah, 7athara Kala lalu di"
ruwat atau disu3ikan ki dalang, termasuk mangsanya pun ikut tersu3ikan.

+da (,? jenis dan kriteria janma sukerta tandha kala yang menjadi mangsa
7athara Kala sehingga !rang itu perlu di"ruwat. 3uwatan dengan aneka sesajian
seperti nasi gurih, tumpeng robyong, jadah, bubur, sirih, buah, bunga, telur ayam,
sepasang burung dan lain"lain menurut bentuk ruwatan yang akan dijalankan. Seluruh
upa3ara dipimpin !leh dalang, Selain adat p!t!ng rambut dan yang diruwat
mengenakan busana kain putih (lawon), yang pasti ditandai dengan pergelaran
wayang kulit dengan lak!n'urwakala. 7iasanya pergelaran ruwatan ini
diselenggarakan di siang hari.

/itual ruwatan yang merupakan tradisi @awa yang bisa dianggap sebagai
kegiatan yang irasi!nal. #etapi seperti disebutkan di muka, kebenaran dalam
dunia kejawen tidak selamanya harus mandek pada rasi!, tetapi rasi! plus indera
batin. $endekatan ruwatan haruslah dengan pendekatan kultural yang dalam hal ini
budaya @awa. Cil!s!<i dari ritual ruwatan harus dipandang sebagai sarana untuk
membebaskan predikat sukerta manusia. Manusia sukerta adalah manusia yang
dilahirkan se3ara k!drati membawa kelainan psik!l!gis (bukan sakit jiwa). Sehingga
memerlukan terapi khusus berupa ruwatan. 3uwatandilakukan !leh dalang sejati
Kandha 7uwana yang sudah mempunyai dalam hal ngelmu sangkan paraning
dumadi melalui ajaran yang tersirat dalam 3ajah %ala /akra.

3uwatan merupakan hasil budaya manusia @awa yang mengandung simb!l
ajaran"ajaran yang dalam tentang kehidupan. 7udaya ini bisa dikaji melalui berbagai
disiplin ilmu4 pedag!gi, psik!l!gi, antr!p!l!gi, <ilsa<at, dan juga melalui budaya
spriritual. Iewat ruwatan, diharapkan mampu membuka kesadaran yang paling dalam
pada diri manusia untuk mengenali diri sendiri dan kedudukannya di tengah
kehidupan alam semesta. Dengan penyadaran itu, diharapkan manusia
menjadi tinarbuka dan menyadari akan kekuatan dan kelemahannya, serta menyadari
alam kekuasaannya dan kepasrahannya. $ada hakikatnya, ruwatan merupakan
simb!l penyelamatan k!ndisi psik!l!gis manusia, melepaskan diri dari sukerta atau
kesialan. :ilangnya gigi atau taring 7athara Kala, memperjelas pemaknaan simb!lik
yang dikandung, bahwa yang diin3ar sebagai mangsanya bukan bentuk <isiknya,
melainkan ketimpangan psikisnya yang tak seimbang. #erapinya lewat jalur kultural,
yakni pembudayaan dan pendidikan yang h!listik.

I. NILAI ETIKA DALA* PE!WA'ANAN

Nilai etika yang dibahas dalam makalah ini, adalah nilai"nilai yang
terkandung dalam 3erita wayang, baik menurut bab!n /amayana atau Mahabharata
maupun 3erita dalam lak!n pedhalangan. ;uplikan 3erita hanya merek!mendasi
sebagian tata nilai dari k!mpleksitas nilai budaya yang pernah berkembang pada
masyarakat @awa Kuna.

". Anasir Pendidikan Etika dalam Wayang

;erita perwayangan memuat anasir pendidikan. Karena itu, dapat
digunakan sebagai salah satu media dalam upaya untuk mengubah tingkah laku
atau sikap sese!rang dalam rangka mendewasakan manusia. ;erita wayang bukan
saja merupakan salah satu sumber pen3arian nilai"nilai bagi kelangsungan hidup
masyarakat, namun juga sebagai wahana atau alat pendidikan. 4# Sebagai alat
pendidikan, wayang menawarkan ajaran dan nilai"nilai yang tidak se3ara d!gmatis
sebagai ind!trinasi. #erserah penikmat mena<sirkan, menilai, dan memilih nilai"nilai
itu. Karena itu, satu sisi t!k!h Kumbakarna bisa dinilai sebagai pengkhianat karena
berpihak kepada /ahwana kakak kandungnya yang men3ulik Dewi Sinta, namun di
sisi lain dia bisa dinilai sebagai pahlawan karena jiwa patri!tiknya membela #anah
+irnya. +jaran dan nilai"nilai tersebut juga dihadirkan melalui t!k!h"t!k!h tertentu
seperti 7ambang Sumantri yang patri!tik, atau $untadewa yang ,ukhlis, dan Dewi
Sembadra yang <eminis.

Karena 3erita wayang merupakan wahana atau alat pendidikan, wayang
merupakan wahana bagi pr!ses s!sialisasi ataupun enkulturasi. 7ahkan dengan
pr!ses s!sialisasi, wayang mengemban <ungsi edukati< mempersiapkan angg!ta
masyarakat agar mampu memainkan peran"peran s!sial sesuai dengan pilihan
hidupnya, dengan jalan mengembangkan sikap mental, menanamkan nilai"nilai dan
kemampuan mengendalikan diri, dan memberikan !rientasi pemahaman. Wayang
merupakan salah satu wahana untuk mendewasakan manusia se3ara s!sial
(maturasi#, sebagaimana yang diharapkan !leh 7egawan +biyasa kepada para
$andawa lewat adegan wejangan"nya. Karena itu, 3erita wayang merupakan 3erita
didaktik yang didalamnya memuat ajaran budi pekerti yang menyiratkan tentang
perihal m!ral. 7idang yang bersi<at n!rmati<, yang bersangkutan dengan kesusilaan
atau akhlak, merupakan salah satu bidang <ilsa<at yang disebut DetikaE, dalam hal ini
etika memberi nilai buruk atau baik atas perbuatan sese!rang.

". K$munikasi Simb$lik dan *edia Eks)resi

Kehadiran wayang tidak dapat dipisahkan dalam k!munikasi. Sebab, di
samping isinya menggambarkan tentang bagaimana seharusnya manusia
bertingkah laku dalam rangka interaksi antar umat manusia, juga mengemban <ungsi
sebagai media k!munikasi, yakni menjadi alat untuk menyampaikan pesan"pesan,
utamanya yang berhubungan dengan bidang etik. Karena pesan"pesan etik
senantiasa dikemukakan se3ara eksplisit, malah seringkali se3ara implisit tersirat
dalam alur 3erita, maka diperlukan pena<siran terhadap makna"makna simb!lik yang
tersirat. 9ntuk kepentingan k!munikasi, dunia ideal itu dieksternalisasikan ke dalam
dunia material, baik dalam bentuk perilaku 8erbal yang menghasilkan teks ataupun
perilaku kinesik. Ditinjau dari idealisme, pergelaran wayang terkait dengan pr!ses
k!munikasi, dimana pengetahuan dan kemauan yang berkenaan dengan etika
dieksternalisasikan.

Internalisasi simb!lik adalah interaksi dan k!munikasi yang memberikan
kehidupan s!sial yang ditandai !leh penggunaan bahasa (dalam arti luas) atau
tindakan"tindakan yang bersi<at simb!lik. 9ntuk menangkap makna"makna yang
terkandung dalam 3erita wayang, diperlukan interpretasi terhadap tingkah laku
bersimb!l dari pemeran 3erita. Keberadaan wayang lebih terkait dengan pr!ses
k!munikasi simb!lik, tepatnya k!munikasi simb!lik satu arah. 7anyak ahli
berpendapat, bahwa B. K dari pengetahuan manusia bisa sampai ke !taknya,
melalui mata, dan selebihnya menggunakan indra pendengar dan indra"indra yang
lain. Dengan demikian, menyampaikan pesan m!ral lewat wayang yang
menggunakan media ekspresi audi!"8isual, merupakan 3ara yang lebih e<ekti< dalam
rangka pendidikan etik.

". Nilai,nilai Etik dalam Wayang

Nilai etik yang dibahas dalam makalah ini adalah 3erita atau lak!n dalam
perwayangan 7anyak lak!n yang mengandung nilai etika atau m!ral, seperti
lak!n Dewa 3uci tentang keteguhan hati sese!rang, lak!n Bale !igalagala tentang
kuasa #uhan yang menyelamatkan hambanya yang teraniaya. Nilai etika itu juga
terdapat pada <igur Semar sebagai pam!ng, di mana Semar yang hidup sepanjang
aman dalam pergelaran wayang purwa ini selalu mengabdi kepada para kesatria
yang berwatak luhur. 7iasanya induk semangnya bukan !rang kaya, bahkan
seringkali kesatria yang sedang sengsara menghadapi berbagai 3!baan berat dalam
perjuangan menegakkan kesatria yang sedang sengsara menghadapi berbagai
3!baan berat dalam perjuangan menegakkan kesatria yang sedang sengsara
menghadapi berbagai 3!baan berat dalam perjuangan menegakkan kebenaran.

Meski hanya se!rang abdi, namun nasihat"nasihat Semar pantang untuk
dilanggar. @ika sekali dua kali dilanggar, maka 3elakalah asuhannya itu seperti yang
diperagakan dalam lak!n %ilat Bawana, !emar %uning, !emar )apa, dan sebagainya. 7aru
setelah bendaranya minta maa< kepada Semar, mereka terlepas dari kesengsaraan.
Namun, tidak selamanya Semar berada di belakang layar. $ada saat yang gawat, ia
turun tangan mengambil inisiati< se3ara akti<. Saat 7athara 1uru berlaku tidak adil
dan menyeleweng dari hukum kebenaran (dharma), maka Semar tak segan"segan
melabraknya tanpa ampun. 7egitulah etika pemimpin yang diperagakan !leh t!k!h
Semar. #entu banyak nilai etika yang diper!leh dari kisah atau <igur"<igurnya. :ampir
setiap t!k!h wayang, di samping memiliki sisi buruk juga memiliki sisi baik yang bisa
diteladaninya.

". Nilai Etik )ada Lak$n -*ur+akala.

Nilai etika atau m!ral juga terdapat dalam lak!n D'urwakalaE yang digelar
setiap ritual ruwatan. 'urwakala mengisahkan tentang asal"usul kehidupan
atau purwaning dumadi. Sebuah ajaran spiritualisme yang disampaikan lewat simb!l
dan pasemon, yang mend!r!ng kita untuk melakukan kajian <ilsa<ati tentang
kehidupan di dunia yang penuh tantangan ini. #etapi, ajaran m!ral yang
dipr!yeksikan dalam adegan akhir lak!n D'urwakalaE, justru sebenarnya yang menjadi
inti ajaran spiritual yang perlu dimaknai se3ara 3ermat. Ia adalah sebuah terapi
psik!l!gis agar manusia mampu menguasai DSang KalaE (kendala dan kerawanan)
untuk meniti masa depannya.

Sebagai ajaran m!ral, 3erita 'urwakala mengingatkan manusia akan akibat
dari perilaku seks menyimpang. +sal"usul manusia tidak bisa dipisahkan dari
kejahatan seperti terjilma dalam t!k!h 7athara Kala yang dari kama salah.
@adi 'urwakala sebenarnya merupakan upaya !rang @awa untuk menerangkan
adanya akibat kejahatan seks. Dalam dunia pendidikan, 7athara Kala yang dalam
perwayangan berwanda bar!ng ini, sebagai lambang keangkaramurkaan yang harus
diperangi.

Mengapa 7athara Kala dilahirkan 7athara 1uru, raja para dewa di
KahyanganJ 6rang @awa selalu bert!lak dari pengalaman k!nkrit. Dalam
pengalaman itulah ia merasa bahwa sejak kelahirannya tidak bisa lepas dari
pengaruh kejahatan. Kejahatan itu demikian besar pengaruhnya, sampai raja dewa
pun terkena. 7ukan 7athara 1uru yang melahirkan kejahatan, tetapi ia terkenal !leh
kejahatan (na<su) sehingga lahirlah 7athara Kala. 7ahwa 7athara 1uru bisa terkena
kejahatan, itu disebabkan !leh pandangan tradisi!nal masyarakat @awa tentang
anthr!p!<!rmisme para dewa. Dewa bisa berubah dan bertingkah laku seperti
manusia, sehingga 7athara 1uru pun bisa bersalah. +palagi dalam pandangan
!rang @awa, para dewa bukan termasuk tataran tertinggi yang sudah sempurna.
#ataran tertinggi yang sempurna adalah jagad raya sendiri dan kesu3iannya.

#api sekali lagi, !rang @awa tidak terlalu bers!al dengan te!ri akstrak
tentang kejahatan. %ang lebih penting adalah penyelamatan dari kejahatan itu,
sehingga a3ara ruwatan sebenarnya lebih merupakan praktik penyelamatan dari
kejahatan daripada kisah asal"usul kejahatan itu sendiri. Kisah 7athara Kala
bukanlah yang utama. Ia hanya sema3am pengantar untuk masuk ke pelaksanaan
ruwatan, di mana dalang mengu3apkan kata"kata su3i dan bertuah. Dalam
pelaksanaan ruwatan itu dalang me"wedar"kan makna /ajah Kala3akra,
yakni kawruh sejatining urip, pengetahuan tentang kehidupan sejati. Dengan kekuatan
ini manusia diharapkan mampu mengenyahkan keadaannya yang sukerta, dari
keadaan tidak sempurna menjadi sempurna. Keadaan sukerta ini sebenarnya tidak
terbatas pada kekurangan <isik seperti anak !ntang"anting dan sebagainya, tetapi
keadaan sukerta sendiri adalah keadaan umum, nasib dari setiap manusia. +rtinya
setiap manusia, entah berapa kadarnya, terkena !leh keganasan kejahatan. Maka
setiap manusia sebenarnya perlu disu3ikan, perlu di ruwat agar menjadi
sempurna. 3uwatan yang sebenarnya untuk membebaskan segala mala petaka
(sukerta) kehidupan ini tiada lain adalah sebuah upaya melalui pendidikan yang
h!listik, termasuk pendidikan budi pekerti.

6rang memang harus berusaha sendiri menghapus keadaan sukerta,
tetapi harus diingat bahwa penyempurnaan akhir tidak terletak pada dirinya, tapi
pada kekuatan ilahi. 93apan ruwatan pada hakikatnya adalah kepasrahan manusia
untuk menyerahkan diri pada kekuatan ilahi agar kekuatan itu mampu
mengenyahkan kejahatan pada dirinya dengan perantaraan se!rang dalang yang
dianggap bijaksana dan bisa menyelamatkan.

I. Nilai Estetika dalam Per+ayangan
Sebagai sebuah pertunjukan, wayang memiliki nilai estetik yang begitu
tinggi. Sama dengancuriga (pusaka), kuda (kendaraan), dan kukila (burung),
kesenian wayang merupakan klangenan bagi !rang @awa. Ini dikarenakan, wayang
bukan saja memiliki <il!s!<i yang begitu dalam, namun juga bernilai estetik tinggi.

". Pelaksana dan Peralatan Wayang

Sebagai karya seni, pergelaran wayang meliputi beberapa 3abang kesenian
(seni teater, ukir, sastra, musik). Dari unsur pelaksana dan peralatan, wayang terdiri
dari dalang (sutradara), niyaga (pemain gamelan) dan pesinden (penyanyi wanita) atau
ger!ng (k!r penyanyi pria). Dari unsur peralatannya terdiri dari wayang kulit, kelir,
blencong (lampu tradisi!nal), gedheb!g (batang pisang), kothak, cempala (kayu pemukul
k!tak), kepyak (dari kuningan), dan gamelan. Sedang unsur pertunjukan yang bisa
dilihat adalahsabetan (gerak wayang), dan yang didengar meliputi (janturan#, carios atau
kandha, ginem "pocapan)suluk, tembang, dhodhogan, kepyakan, gendhing, gerong, sindhenan.

7etapa tinggi nilai estetika pada wayang di antaranya bisa dilihat dari seni ukir
wayang (tatah sungging). $embuatan setiap t!k!h wayang, memiliki 3iri dan watak
tersendiri. 7ineka wayang itu tidak menggambarkan manusia se3ara wajar, tetapi
watak berbagai t!k!h dalam dunia perwayangan. Setiap wayang melukiskan se3ara
wajar, tetapi watak berbagai t!k!h dalam dunia perwayangan. +etiap wayang
melukiskan watak tertentu dan dalam keadaan batin tertentu. Setiap p!la bentuk
wayang memiliki wanda, ungkapan watak atau ekspresi batin. Wanda wayang Kresna
misalnya, berbeda dengan wanda +rjuna. Sementara wanda +rjuna beraneka ragam
pula jenisnya, seperti wanda kinanthi, kanyut, mangu dan sebagainya.
Setiap wanda melukiskan ekspresi keadaan batin tertentu dalam diri +rjuna. Karena
itu, jumlah wayang kulit yang semestinya 3ukup *AA biji dalam satu k!tak, karena
adanya wanda tersebutjumlahnya bisa menjadi ?.A biji lebih.

Ini belum lagi nilai estetika pada seni musiknya. Dalam pergelaran baku
wayang kulit semalam suntuk, bunyi gamelan yang mengiringinya terbagai dalam
tujuh pase. %aitu, klenengan, talu, patet nem, patet sanga, patet manyura, tancep
kayon (penutup), dan golek. Sambil menunggu kehadiran pen!nt!n atau tamu,
pertunjukan diawali dengan klenengan dengan gending"gendhing !riwidana, %adrang
!lamet,dan )angkur, baru kemudian masuk ke talu. Selain mengandung nilai <il!s!<i,
dalam dramaturgi sebuah pertunjukan, <ungsi gending patalon sebagai intr! dari
sebuah pertunjukan wayang.

". Telaah Sastra Lak$n *ur+akala

@ika di depan diuraikan tentang aspek <il!s!<i dan etika dalam ruwatan
dengan lak!n 'urwakala, pada bagian ini diuraiakan tentang aspek lak!n Murwakala,
khususnya dari aspek seni sastranya. Sastra menurut pangawikan @awa ialah
pengetahuan bukan saja yang diper!leh dari apa yang tersurat, melainkan juga
tersirat. +lur kisah 'urwakala mulai jejer awal sampai tan3ap kay!n, ditemukan suatu
k!mp!sisi lak!n yang unik yang tidak laim jejer awal sampai tancep kayon, ditemukan
suatu k!mp!sisi lak!n yang unik yang tidak laim ditemui dalam lak!n"lak!n lainnya.
Dalam 'urwakala, terdapat dua bagian yang masing"masing berdiri sendiri, meski
saling mengisi. 7agian pertama tentang kelahiran 7athara Kala darikama salah
7athara 1uru di atas Iembu +ndini. ;erita ini diakhiri dengan 7athara Kala yang
turun ke bumi dengan hak untuk memakan manusia sukerta, antara lain manusia lahir
tunggal (!ntang"anting).
Sampai di sini, 3erita pertama itu selesai, lalu disusul bagian kedua yang
temanya berlainan sekali. 7agian ini mengisahkan bertapa anak ontang
anting bernama @atusmati merusaha menghindar dan menyelamatkan diri dari
kejaran 7athara Kala. Ia akhirnya diselamatkan Dalang Kandha 7uwana
lewatruwatan"nya. 7agaian kedua inilah yang merupakan inti masalah yang
membentuk lak!n 'urwakala. @adul'urwakala memang terasa dubius. 7isa diartikan
asal mula 7athara Kala, tetapi bisa juga berarti DMenguasai Sang KalaE. Di sini Kala
diartikan sukerta (kendala, kesulitan, kerawanan). #ema Murwakala dalam
lak!n 'urwakala bukan terletak pada lahirnya 7athara Kala, melainkan
pada ruwatan itu sendiri DMenguasai Sang KalaE. Kisah lahirnya 7athara Kala dalam
ruwatan sekadar sebagai pr!l!g untuk menerangkan Sang KalaE. Kisah lahirnya
7athara Kala dalam ruwatan sekadar sebagai pr!l!g untuk menerangkan alur
ruwatan.

$erbedaan men3!l!k antara pr!l!g dan lak!n utama Murwakala, dapat dilihat
dari struktur k!mp!sisi para pelaku pendukung yang mewakili karakter masing"
masing. Dalam sebuah lak!n terdapat tiga kel!mp!k kekuatan yang saling
berhubungan dan berlawanan, yakni apa yang disebut pr!tag!nis, antag!nis, dan
tritag!nis. Dalam pr!l!g atau 3erita pertama, jelas sekali 7athara Kala lah yang
menjadi t!k!h pr!tag!nisnya (pemeran utama), sedang para dewa yang memerangi
(Wisnu, Narada) sebagai pihak pr!tag!nis. 7athara 1uru bisa disebut sebagai t!k!h
tritag!nis karena dialah penyebab utama timbulnya k!n<lik karena ulahnya itu.

$ada bagian kedua (tema p!k!k), p!la kedudukan peranan masing"masing
berbalik. 7athara Kala menjadi t!k!h antag!nis, sedang pr!tag!nisnya @atusmati,
dan para dewa (7athara Wisnu, Narada, 7rahma) menjadi tritag!nis sebab 7athara
Wisnu menjadi Dalang Kandha 7udawa dan dewa"dewa lain meruwat Jatusmati. *etapi
yang paling unik dalam pakeliran Murwakala adalah, bahwa yang menjadi pr!tag!nis
paling utama adalah anak"anak laki"laki dan5atau perempuan dari !rang tua yang
punya gawe ruwatan, yang dipr!yeksikan pada adegan akhir. $ada adegan akhir
inilah dilakukan upa3ara ruwatan yang sebenarnya dan bukan lagi sebagai adegan
wayang.

Dengan kemampuan kita menangkap apa yang tersirat dari ruwatan, kita bisa
memba3a simb!l"simb!l atau pasem!n yang tersiratkan melalui
3erita 'urwakala yang terkesan m!n!t!n atau terlalu datar itu. Di sinilah letak b!b!t
nilai sastra dalam lak!n Murwakala, hingga menjadi bergitu indah mempes!nakan.
Wayang memberikan peluang besar kepada !rang @awa untuk melakukan kajian
<ilsa<at tentang kehidupan di dunia yang penuh tantangan ini. 9pa3ara ruwatan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia menjawab tantangan tersebut yang dilakukan
dengan pertunjukan wayang, dalam hal ini melalui Sang Dalang Sejati Kandha
7uwana dalam lak!n 'urwakala.

I. Penutu)

Demikianlah, dengan menikmati wayang, !rang akan memper!leh nilai"nilai
<il!s!<i yang terkandung di dalamnya, di samping nilai"nilai etika atau budi pekerti
dan nilai estetika yang tinggi. Wajarlah jika seni dan budaya wayang kulit dari
Ind!nesia ini din!batkan sebagai karya adi luhung lisan warisan kemanusiaan yang
tak dapat dinilai ketinggiannya. Dalam ikut membangun peradaban m!dern seperti
sekarang ini, kiranya nilai"nilai yang terkandung dalam wayang masih rele8an untuk
dikembangkan.

DA#TA! PUSTAKA

Direkt!rat $embinaan Kesenian Depdikbud. (FBF. 5nsiklopedi Wayang $urwa (
(/ompendium), ;et ke"(, @akarta.

1urirn!, $andam. (F>>. Wayang, %ebudayaan Indonesia dan )ancasila, ;et ke"(, @akarta4
9I"$ress.

:ardj!wir!g!. (F>* !ejarah Wayang )urwa ;et ke"(. @akarta4 7alai $ustaka.

K!entj!r!ningrat, /.M. (F>(. )engantar Ilmu .ntropologi ;et ke",. 7alai $ustaka,
@akarta4 7alai $ustaka.

Mulder, Niels. Dr. (F>-. %ebatinan dan ,idup !eharihari +rang Jawa ;et ke"*. @akarta4
$er3etakan 1ramedia.

Mulder, D.;.Dr. (F??. $embimbing ke Dalam Ilmu Cilsa<at ;et ke"(. @akarta4 7$K.

Muly!n!, Sri. Ir. (F>F. Wayang6 .salusul, 7ilsafat dan 'asa Depannya ;et ke",. @akarta4
:aji Masagung.

$adm!s!ek!tj!, S. (F>.. !ilsilah Wayang )urwa 'awa carita I8II ;et ke"( Surabaya4 $#
Mitra @aya Murti.

$remadasa, ;. (F>F. Darah 'erah di %uruhsetra ;et ke"(. @akarta4 %ayasan Dharma
Sarati.

$!erbatjaraka, /M Ng. (F.-. %apustakan Djawi #jet ke"*. Djakarta4 $enerbit
Djambatan. /asjidi, :.M. (F?B. Islam dan %ebatinan ;et ke"(. @akarta4 @ajasan
Islam Studi ;lub Ind!nesia.

Sajid, /aden Mas. (F.>. Bauwarna Wayang ;et ke"(. @!gjakarta4 $ertjetakan /epublik
Ind!nesia.

S!ekm!n!, /. (FB,. )engantar !ejarah %ebudayaan Indonesia (,*,,, ;et. Ke"..
%!gyakarta4 %ayasan Kanisius.

#irt!hamidj!j!, S. (F>B. Wayang Ilmu )engetahuan ,idup ;et ke"(. @akarta4 Wiratama
$rasetya Sakti.

/I&DATA

Nama 4 /M %unani $rawiranegara
Iahir 4 Ngawi, A( 6kt!ber (F->
Istri 4 Sumiati
+nak 4 (. :eti $alestina
4 *. +hmad /!mawi
+lamat 4 /umah 4 $utat @aya ; 7arat LI5*A Surabaya
4 Kant!r 4 7ukit Darm! 1!l< /egen3y Ka8. / ,(",* Surabaya
#elep!n 4 A>(..A?B*-*, A,(.B,>*>AA, Caks A,(,B,>*BAA
)mail 4 redaksiMsurabayap!st.in<!
$endidikan 4 SI#+
@abatan 4 (. K!misaris $# Mitra Media S$ Surabaya
4 *. /edaktur 6pini dan 7udaya :arian S!re Surabaya $!st
@abatan lain 4 (. +ngg!ta Dewan Keh!rmatan $WI @awa #imur
4 *. $enasihat $aguyuban $engarang Sastra @awa Surabaya ($$S@S)
4 ,. Seksi :umas Ikatan $ersaudaraan haji (I$:I) @awa #imur.

Anda mungkin juga menyukai