Anda di halaman 1dari 7

* Struktur Sedimen Pre-Depositional

Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan dengan proses erosi oleh bagian
kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih.
Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute cast, groove cast.
* Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang penting dalam penentuan
suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan bersusun, planar, dan perlapisan
bergelombang.
* Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan dengan proses deformasi.
Salah satunya struktur load cast.

- cross bedding, laminasi, graded bedding

Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang penting dalam penentuan
suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan bersusun, planar, dan perlapisan
bergelombang

2. Cross Bedding
Dalam geologi, cross-bedding cenderung mengacu pada struktur sedimen di unit horizontal batu. Struktur miring ini adalah
merupakan deposito dari bedforms seperti riak dan bukit pasir, dan mereka menunjukkan bahwa lingkungan depositional berisi
fluida yang mengalir (biasanya, air atau angin). Singkatnya Cross Bedding (Current Bedding) dapat diartikan dengan
perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang lainnya.
Cross Bedding dapat dibagi 2 bentuk yaitu planar dan wavy cross bedding. Planar cross bedding memiliki bentuk relative seperti
garis, sedangkan wavy cross bedding berbentuk seperti kurva. Dapat dilihat pada gambar:

3. Graded Bedding
Graded Bedding merupakan struktur sedimen yang terbentuk bila butiran butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara
gradual, samakin menghalus atau semakin mengkasar. Pettijohn (1957) menggambarkan dua tipe pokok gradasi. Tipe pertama
yaitu tidak terdapat butiran halus pada bagian bawah gradasi . Sedangkan tipe kedua yaitu butiran-halus-terdapat-pada-seluruh-
gradasi-. (Pettijohn,1957 )
Struktur ini berguna dalam penentuan top and bottom suatu batuan dimana pada umumnya pada gradasi normal, butiran yang
berukuran lebih besar akan terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki ukuran butiran yang cenderung lebih
besar.
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana butiran makin ke atas makin halus. Secara genesa, graded
bedding oleh arus turbid juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga disebabkan oleh pengaruh arus turbulensi.


Penggolongan Bedding Menurut Ketebalan (Mc Kee and Weir, 1985)Ukuran Bedding (cm) Nama Bedding
>100 very thick bedded
30-100 thick bedded
10-30 medium bedded
3,0-10 thin bedded
1,0-3,0 very thin bedded
0,3-1,0 thick laminated
<0,3 thin laminated

1. Pelapukan (Weathering)

Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang
disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan
sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian
dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung
pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).

A. PELAPUKAN FISIK
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan
komposisi kimia dan mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai blok kekar (joint
block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik:
Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar
permukaan topografi
Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini tergantung:
1.keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2.keberadaan air/cairan dalam pori
3.temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena pengaruh matahari
Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.


B. PELAPUKAN KIMIA

Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak
oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu,
bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan.
Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.

Jenis pelapukan kimia:
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral
silikat dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari
proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.

2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah
dehidrasi, dimana mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada
pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada
mineral hematit sehingga membentuk gutit.

3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen.
Elemen lain yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).

4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi
seperti ini membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan
Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam pelarutan.

5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung
terbentuk komposisi yang baru.

6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi
pada mineral lempung.

2. Erosi dan Transportasi

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah
untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui
beberapa cara:
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau
menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke
tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-
pecahan batuan yang kecil ini.
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini
terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan
pecahan-pecahan batuan yang ada.

Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan.
Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sediment (transportasi) adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen
dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda.
Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya
sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua,
karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka
sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada
terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya
grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin
banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin
dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan
berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.

Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu
diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.

Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga g aya yang ada
pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir
dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan
sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fl uida
yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

3. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut,
angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan
terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan
diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang
lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.

4. Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami
litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi
disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses
pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.

Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan
biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses
diagenesis akan menyebabkan perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan
kimia.
Proses diagenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu:

a. Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat
pertambahan beban di atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan batuan akan tertekan
sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi.
b. Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika,
atau kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang lebih keras. Proses
ini sering disebut sementasi.
Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya
berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping
dapat dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat adanya
semen, dan juga adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.
c. Kristalisasi
Ketika air menguap, kumpulan bahan sediment ini akan menjadi kristal yang solid dan akan mengeras menjadi batu.
d. Reaksi Kimia
Reaksi kimia berlangsung secara oksidasi maupun reduksi sehingga ada perubahan biloks. Contohnya perubahan biloks pada
oksidasi ion bikarbonat.

Genesa Struktur struktur Batuan Sedimen
1. Massif
Batuan massif bila tidak menunjukan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.

2. Graded Bedding
Lapisan yang dicirakan oleh perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian bawah kasar dan keatas semakin
halus disebut normal grading.
3. Laminasi
Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila pola pengendapannya dengan
energi yang konstan.biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energy mekanis.
4. Cross lamination
- Cross lamination
Secara umum dipakai untuk lapisan miring dengan ketebalan kuranmg dari 5 cm, dengan fareset ketebalannya lebih dari 5 cm,
merupakan struktur sedimentasi yang tunggal yang terdiri dari urut urutan sistematik.
- Cross bedding
Secara umum bentuk fisik cross lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu lebih dari 5 cm untuk cross
bedding.
5. Clastic Imbrication
Adalah suatu struktur sedimentasi yang dicirikan oleh fragmen fragmen tabular yang overlapping dan menunjukan arus ke atas
pada daerah yang berbatu batu atau pada daerah yang miring. Biasanya pada daerah fluvial.
6. Primary current kination
Adalah struktur sdimentasi yang berbentuk garis pada di dalam batuan yang terbentuk oleh arus utama,sering diterapkan pada
batuan sedimen yang biasanya menunjukan pelurusan suatu garis tunggal dari kumpulan cangkang.
7. Fosil orientation
Adalah struktur sedimen yang menunjukan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang menunjukan arah arus sedimentasi yang
di akibatkan oleh pengenangan yang energy transportasinya berkurang, sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk bentuk
yang dapat berorientasi.
8. Load cast
Adalah struktur sedimen yanq terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan oleh material sedimen lain di
atasnya.
9. Flute cast
Adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus putus serta berbentuk kantong, dengan ukuran 2 10 cm, struktur
ini terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen dari air merupakan gerusan dari media transportasi yang
membawa material kemudian material material tersebut mengisinya yang biasanya berupa pasir.
10. Mud cracks
adalah struktur sedimen yang berupa retakan retakan pada tubuh sedimen bagian permukaan, biasanya pada tubuh campur
yang berkembang sifat kohesinya. Hal ini akibat perubahan suhu dan pengerutan.
11. Tool marks
Adalah material material pasir yang terbawa arus menggerus permukaan lumpur dan meninggalkan jejak yang menjadi tempat
berkumpul material pasir tersebut dan gerakan merupakan tonjolan lapisan pasir ke bawah.
12. Rain print
Adalah suatu lubang lingkaran atau elips kecil yang terbentuk di atas lumpur yang masih basah oleh air hujan yang kemudian
setelah lumpur itu kering di atasnya terendapkan lapisan batupasir.
13. Flame structure
Adalah structure sedimen yang berupa bentukan dari lumpir yang licin dan memisahkan ke bawah membesar membentuk load
cast dari pasir pada kontak antara lempung dan pasir. Kenampakan structure ini menyala pada cross section dari shale yang
memasuki batupasir akibat tekanan lateral.
14. Ball, pillow or pseudonodule structure
Adalah suatu bentuk akibat gaya beban dari atas pada shale oleh batupasir dimana shale tersebut belum dapat benar.
15. Convolute bedding
Adalah struktur deformasi dari suatu lapisan yang membentuk perlapisan meliuk liuk dengan ketebalan lapisan 2 25 cm.
16. Scours
Adalah struktur sedimen yang terbentuk pada tubuh sedimen di mana terbentuknya lebih awal yang kemudian tergerus oleh
arus berikutnya.
17. Channels
Struktur sedimen yang mempunyai ciri erosional yang kelok kelok dan merupakan bagian dari sistem transportasi yang
mempunyai energi penggerusan cukup besar.
18. Dish and pillow structure
Adalah struktur sedimen yang terbentuk oleh bantal dan mangkok yang terbentuk oleh sedimen pasir yang belum terkonsilidasi
telah tertimbun sedimen lain di atasnya sehingga mengalami penekanan ke bawah.
19. Low relief erosion surface
Adalah struktur sedimen yang terbentuk relief rendah pada permukaan tubuh sedimenakibat proses erosi.
20. Syndepositional fold and slumps
Adalah suatu bentukan lipatan kecil pada batupasir yang terjadi karena perlapisan batupasir tersebut belum terkonsilidasi benar.
21. Hard ground mass
Adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat dari akumulasi material sedimen yang khas di dalam tubuh sedimen lain yang
relatif lunak.

Anda mungkin juga menyukai