Anda di halaman 1dari 6

TROMBOFLEBITIS

Gol Penyakit SKDI : 3A


ELDA MAHARANI
0907101050036
DEFINISI
Tromboflebitis adalah suatu penyakit yang menghalangi bekuan darah
(yang merupakan trombus) jika terbentuk maka akan menyebabkan pembuluh
darah sekitarnya menjadi meradang (flebitis).
Peradangan

yang

disertai

sumbatan

pada

sistem

vena

disebut

tromboflebitis, paling sering pada sistem vena tepi. Sedangkan sistem vena dalam
biasanya menderita trombosis.
Tromboflebitis pada sistem vena tepi biasanya disebabkan oleh trauma
mekanik ,kimiawi atau termal, misalnya pemasangan infuse atau pemberian obat
intravena Kadang-kadang oleh aliran darah yang terganggu. Sistem vena pada
kedua ekstremitas atas dan bawah mempunyai banyak katup, berbeda dengan
anatomi vena pada anggota badan yang lain, turbulensi yang terjadi di sudut
antara katup dan dinding vena menyebabkan thrombus lebih mudah terjadi,
apalagi pada kelainan vena dengan varises (Anggita, 2011).
PATOGENESIS
Berdasarkan Triad of Virchow, terdapat 3 faktor yang berperan dalam
patogenesis terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding
pembuluh darah, perubaha naliran darah dan perubahan daya beku darah.
Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel
darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Patogenesis terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
1. Stasis vena.
2. Kerusakan pembuluh darah.
3. Aktivitas faktor pembekuan.

Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena


adalah statis alirandarah dan hiperkoagulasi.
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis
terutama pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang
cukup lama.Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal
karena dapatmenimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas
faktor pembekuan darahsehingga memudahkan terbentuknya trombin.
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis
vena,
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktifitas sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan
jaringan dan proses peradangan.
Reaksi setiap peradangan thrombus berbeda unbtuk setiap kasus , bisa
minimal tapi dapat pulamelibatkan seluruh lapisan pembuluh vena. Sel radang
seperti llekosit, limfosit dan fibroblastterlihat jelas dan mungkin terlihat sumbatan
pada jaringan kapiler setempat. Gambaran tromboflebitis pun berbeda, bila
disebabkan oleh bahan kimia, proses organisasi thrombus biasanya lengkap yaitu
akhirnya akan berbentuk seperti benang yang berkontraksi akibat fibrosis.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel.
Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan
beberapa substansi seperti prostaglandin (PG12), proteoglikan, aktifator
plasminogen dan trombo-modulin, yang dapa tmencegah terbentuknya trombin.
Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan
terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan
trombosir akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen,
membran basalis dan mikro-fibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan

adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan merangsang trombosit lain yang
masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel
sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3. Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan
darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun.
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas
pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin
III, defisiensi protein C,defisiensi protein S dan kelainan plasminogen (Anggita,
2011).
GAMBARAN KLINIS
Tanda dan Gejala Umum
1. Peningkatan denyut nadi tanpa sebab yang jelas, kerap terjadi sebagai tanda
pertama peradangan.
2. Ditandai dengan menggigil yang berat dan berulang.
3. Terjadi fluktuasi suhu tubuh yang ekstrem, suhu menanjak mulai di bawah
normal sampai 40,5 derajat celsius dan lalu turun secara drastis dalam waktu 1
jam.
4. Hipotensi sebagai akibat syok bakteria.
5. Emboli paru yang berukuran kecil menyebabkan pleurisi dan pneumonia
(Morgan and Hamilton, 2009)

PROSEDUR DIAGNOSTIK
Tanda-tanda klinis penyakit pembuluh vena tidak dapat dipercaya
sehingga sangat penting melakukan metode-metode evaluasi invasif dan noninvasif. Tujuannya untuk mendeteksi dan mengevaluasi obstruksi atau refluks
vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik.
1. Pemeriksaan fisik
Katup vena yang tidak berfungsi baik dapat dievaluasi secara klinis
dengan mengujiwaktu pengisian vena. Tes brodie-trandelenburg dilakukan dengan
mengosongkan vena safena melalui peninggian anggota gerak dan mengurangi
aliran arteri melalui oklusi. Pada katup yang tidak berfungsi baik, terlihat
pengisian vena yang cepat pada saat oklusi dilepas dan kemungkinan juga pada
posisi berdiri. Teknik lain adalah tes kompresi manual, yaitu dengan melakukan
kompresi disebelah proksimal vena dan palpasi disebelah distal untuk
mengevaluasi pengisian vena retrograde karena refluks katup.
2. Diagnostik Khusus
Pada pemeriksaan dengan metode ultrasonic Doppler digunakan
gelombang ultrasonic (8-20 MHz) untuk mencatat aliran darah. Alat ini
dilengkapi dengan unit penulis sehingga gelombang yang menunjukkan
perubahan kualitatif dapat sekaligus diukur ( penilaiankuantitatif).
Teknik Doppler dipakai untuk menentukan kecepatan aliran darahdan pola
aliran darah sistem vena superfisialis dan profunda. Aliran vena dapat dibedakan
dari aliran arter ikarena aliran vena tidak berpulsasi dan berubah-ubah pada saat
respirasi, pola aliran vena normal ditandai dengan peningkatan aliran ekstremitas
bawah selama ekspirasi dan menurun selama inspirasi. Pada obstruksi vena,
variasi pernapasan pasif ini tidak terlihat. Pada vena-vena dengan obstruksi lumen
total karena tromus tidak terdapat sinyal. Sedangkan pada vena thrombosis
sebagian, puncak sinyal lebih tinggi karena peningkatan kecepatan aliran melalui
segmen yang menyempit, selain itu, thrombosis akan menurunkan aliran fasik.

Teknik Doppler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan


katup pada vena profunda, vena penghubung, dan vena yang mengalami perforasi.
Obstruksi vena profunda dan superfisalis dapat dideteksi, meskipun ultrasound
Doppler lebih peka terhadap thrombosis vena proksimal dari pada thrombosis
vena betis. Teknik ini tidak mahal dan sederhana : tetapi memerlukan kemampuan
teknik tingkat tinggi dan perlu pengalaman untuk menjamin keakuratan hasil
pemeriksaan.
Pada plestimografi dicatat perubahan volume suatu segmen ektremitas
akibat terganggunya peredaran darah disana. Metode ini dapat digunakan untuk
sistem arteri dan untuk sistem vena.
Pada penyakit vena (venografi, atau flebografi) adalah teknik standard
sebagai perbandinganuntuk semua teknik lain. Bahan kontras disuntikkan secara
bolus kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran opaque pada vena-vena
di ektremitas bawah dan pelvis. Venografi descendens dengan suntikan bahan
kontras ke dalam vena femoralis digunakan untuk menunjukkan adanya perluasan
aliran retrograde pada pasien dengan insufisiensi vena-venakronis. Venografi
dianggap sebagai teknik yang dapat dipercaya untuk mengevaluasi lokasi dan
perluasan penyakit vena. Namun, kerugian uji invasive tersebut relative lebih
banyak

daripada

uji

non-invasif,

termasuk

biaya

yang

lebih

besar,

ketidaknyamanan, dan resiko yang lebih besar. Tingginya korelasi antara


kombinasi, pengukuran, obstruksi vena non-invasif- termasuk pemindai duplex
dengan aliran berwarna dan pletismogafi dengan teknik venografi invasive,
menyebabkan uji non-invasif semakin sering digunakan, venografi dapat tetap
digunakan pada kasus-kasus non-invasif yang tidak jelas atau pada pembedahan
vena kava yang direncanakan dalam kasusemboli paru (Price and Wilson, 2006).
PENANGANAN
Selain tanda radang lokal terdapat pula bekuan serta indurasi sepanjang
vena yang terlibat. Biasanya dengan menyingkirkan penyebab trauma dan
pemberian analgetik lokal, kita dapat mengatasi rasa nyeri. Yang paling disenangi
dari para ahli ialah menuliskan resepzalf/krim yang mengandung heparin, biarpun

hasilnya terasa kurang memuaskan. Bila tidak berhasil atau kambuh lagi, maka
dilakukan tindakan operatif, yaitu membuat sayatan kecil diatas sumbatan vena
dan mendorong isinya keluar kalau perlu dapat pula dilakukan flebektomi
setempat.
Gejala tromboflebitis akan berkembang selama 1-3 minggu. Bila
pembuluh vena utamayang terlibat, maka dapat terjadi gejala sisa yang menetap,
biarpun reaksi radang pada dindingsudah menghilang. Ini disebut kegagalan vena
menahun ( chronic venous insufficiency = CVI), dulu pernah dinamakan sindrom
pasca flebitis atau tromboflebitis menahun. Insufisiensi vena ini menetap karena
adanya fibrosis serta melebarnya lumen pembuluh vena dan katup yang
inkompeten (Anggita, 2011).
KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada paru-paru, yaitu infark, abses dan pneumonia.
2. Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang di ikuti
proteinuria dan hematuria.
3. Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan (Anggita, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Anggita, M.P. 2011. Penyakit Vena Perifer. Referat. Jakarta: Ilmu Penyakit Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Morgan, G and Hamilton, C. 2009. Obtetri dan Ginekologi: Panduan Praktik.
Jakarta: EGC
Price, S.A and Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai