1.1 JPKM
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
disebutkan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut,
diselenggarakan program pembangunan nasional yang berkesinambungan.
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kehidupan masyarakat yang setinggi-tingginya.Pembangunan kesehatan di
Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama
pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa
perinatal.Hal ini ditandai oleh tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.Angka
kematian ibu memang sangat tinggi, terbukti WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
meninggal saat hamil dan bersalin.(Syaifuddin, dkk, 2002).
Salah satu upaya pemerintah dalam menekan AKI adalah dengan mengadakan upaya
penjangkauan pelayanan kesehatan.Namun, adanya krisis multi dimensional berimbas juga
dalam bidang kesehatan yaitu semakin mahalnya pelayanan kesehatan.Oleh karena itu, peran
serta masyarakat diperlukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam
upaya penjangkauan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil.Wujud peran serta
masyarakat salah satunya melalui Dana Sehat JPKM.JPKM merupakan metode
penyelenggaraan kesehatan yang dilakukan secara bersama-sama melalui pembiayaan praupaya.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
JPKM merupakan model jaminan kesehatan pra bayar yang mutunya terjaga dan
biayanya terkendali. JPKM dikelola oleh suatu Badan penyelenggara (Bapel) dengan
merepakan jaga mutu dan kendali biaya. Badan Penyelenggara (Bapel) adalah badan yang
menyelenggarakan program JPKM. Badan penyelenggara harus telah memiliki izin
operasional sebagai penyelenggara program JPKM. Badan penyelenggara harus memberikan
informasi yang jelas mengenai isi paket pemeliharaan kesehatan sebelum kepesertaan
dimulai.Paket Pemeliharaan Kesehatan, yaitu suatu kumpulan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara untuk kepentingan peserta dalam rangka
melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan. Paket pemeliharaan kesehatan dalam
penyelenggaraan program JPKM meliputi paket pemeliharaan kesehatan dasar (wajib diikuti
setiap peserta) dan paket pemeliharaan kesehatan tambahan (sesuai dengan kemampuan
usaha Badan Penyelenggara).Pemeliharaan kesehatan dalam program JPKM meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat inap, penunjang (berupa pelayanan radiodiagnostik dan USG,
serta pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik), dan gawat darurat.Pelayanan rawat jalan
dalam paket pemeliharaan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan pencegahan;
penyuluhan kesehatan; pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan tidakan medis; serta
pelayanan pemulihan kesehatan. Pelayanan rawat jalan antara lain pemberian imunisasi dasar
sesuai ketentuan yang berlaku, pemberian pelayanan Keluarga Berencana sesuai ketentuan
yang berlaku, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk persalinan sesuai ketentuan
yang berlaku. Khusus untuk pelayanan pertolongan persalinan dalam rangka paket
pemeliharaan kesehatan dasar hanya diberikan sampai dengan anak kedua.Bagi anak ketiga
dan selanjutnya masuk dalam paket pemeliharaan kesehatan tambahan.
Pada program JPKM, pemberi pelayanan kesehatan (PPK) adalah sarana pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada peserta dalam penyelenggaraan
program JPKM.PPK merupakan bagian dari jaringan pelayanan yang dikontrak dan dibayar
pra-upaya/dimuka oleh Bapel, sehingga terdorong untuk memberikan pelayanan paripurna
yang terjaga mutu dan terkendali biayanya.PPK terdiri atas pelayanan tingkat pertama
(primer), sekunder, dan tersier. PPK I dapat berupa dokter umum/ dokter keluaraga, dokter
gigi, bidan praktek, puskesmas, balkesmas, maupun klinik yang dikontrak oleh bapel JPKM
yang bersangkutan. Jika diperlukan akan dirujuk ke tingkat sekunder (PPK II) yakni praktek
dokter spesialis, kemudian dapat dilanjutkan ke tingkat tersier (PPK III)yaitu pelayanan
spesialistik di rumah sakit untuk pemeriksaan atau rawat inap.
Peserta JPKM adalah setiap orang yang ikut dalam program JPKM, baik secara
berkelompok ataupun perorangan.. Peserta akan memperoleh pelayanan kesehatan paripurna
2
dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak, yang memenuhi
kebutuhan utama kesehatannya dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau.Kepesertaan setiap
orang dalam program JPKM dilakukan melalui pendaftaran peserta pada Badan
Penyelenggara.Kepesertaan melalui kelompok dilakukan oleh koordinator kelompok dengan
mencantumkan daftar anggota kelompok.Kepesertaan setiap orang dimulai pada saat
kesepakatan ditanda tangani.Setiap peserta wajib membayar beban biaya penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan dan mentaati segala kesepakatan yang telah dilakukan.Peserta berhak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dalam paket pemeliharaan kesehatan dasar dan paket
pemeliharaan kesehatan tambahan sesuai dengan kesepakatan.
Di negara-negara maju sering dikenal sebagai Manage Care, salah satu model
pelayanan yang dianggap paling efektif dan efisien dalam pemeliharaan kesehatan sesuai
dengan perkembangan jaman. Di Indonesia sistem JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat) secara prinsip merupakan adopsi dari manage care. Manage care adalah suatu
pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang dilaksanakan secara berjenjang dengan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagai ujung tombak, serta didukung oleh pembiayaan
di muka (pre payment) dan pra upaya (prospective payment). (Kongsvedt_citJulita, 2001)
Program JPKM bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui :
1) Pembudayaan perilaku hidup sehat
2) Penciptaan kemandirian masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan kesehatan
yang diperlukan
3) Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna dengan menggunakan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
4) Pemberian jaminan kepada setiap peserta untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhannya, bermutu, dan berkesinambungan
5) Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna
Manfaat pra-upaya dari JPKM antara lain :
1) Terhindar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berlebihan, tidak terencana
dan tidak tepat
2) Beban administrasi lebih ringan
3) Penghasilan lebih stabil dan merata
4) Mendorong pelayanan promosi dan prevensi penyakit
Konsep dasar JPKM antara lain :
1) JPKM adalah suatu cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan, bukan sekedar variasi
dari model pelayanan kesehatan.
2) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada JPKM bertujuan untuk memelihara kesehatan
para peserta, bukan hanaya sekedar penyembuhan penyakit.
3) Pelayanan kesehatan yang diselenggaraan pada JPKM bukanlah pelayanan kesehatan
yang parsial dan atau terkotak-kotak.
4) Mekanisme pembiayaan yang diterapkan pada JPKM bukanlah system pembayaran tunai
(fee for service) dan atau system tagihan (reimburstment), tetapi secara praupaya(prospektif payment).
Pembiayaan kesehatan di Indonesia 2,5% dari PDB ,70 % dari masyarakat dan 30%
dari pemerintah. Pengeluarannya kebanyakan hanya untuk upaya kuratif, hanya 3% dari
pengeluaran rumah tangga, 75% pengeluaran masyarakat merupakan pengeluaran langsung
(tunai). Berbagai perubahan semakin meningkatkan biaya kesehatan. Tiga hal yang
mempengaruhi peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan masyarakat:
1) Sistem pemeliharaan kesehatan masih berorientasi pada kuratif (belum paripurna)
2) Peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan kurang termobilisir dengan baik
3) Inefisiensi pengeluaran masyarakat, terbatasnya dana pemerintah, serta system
pembayarannya yang masih membebani perseorangan yang memerlukan perawatan di
saat sakit
Program KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan
produksi nasional (Depkes,1999).
Program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional yaitu gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono,1999).
Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di
masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
5
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
Program KB Nasional.
Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :
1.
sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam
mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3.
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan
dan memberi manfaat pada semua pihak.
4.
5.
mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program
KB nasional.
6.
program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE
yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.
b.
c.
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
a.
Coverage wilayah
Coverage khalayak
Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini
inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab
itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra
Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
1.
ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar
untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan
fungsi reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
Dampak Program KB
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian
ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan
keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi
manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
10
BAB II
PERMASALAHAN
11
b. Sosial Ekonomi.
Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu meningkatkan ekonomi
keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahan pendapatan yang akan
diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan benar, tetapi belum diperkirakan nasib anak
itu sendiri apakah anak itu memang bisa diharapkan pendidikannya dan masa depannya.
Kalan hal ini dipertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban dan
masalah.
c. Adat lstiadat.
Adat kebiasaan atan adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki
lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga
mempunyai banyak anak Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau
perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi
keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disini norma adat istiadat perlu
diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan
kemanusiaan.
tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek VOC (Value Of Children)
menemukan bahwa keluargakeluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand
mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi
dan rasa aman bagi keluarganya.
Salah satu dari tahap pertama proyek VOC adalah memperkembangkan sistem nitro
Hoffman dan Hoffman kedalam suatu kerangka kerja yang lebih luas yang memasukkan
semua dimensi nitro anak, termasuk manfaat dan beban ekonomi, biaya altematif, manfaat
dan beban psikologi atau emosional dan beban sosial. Juga dimasukkan pilihan antara jenis
kelamin, suatu dimensi penting yang sering dilupakan dalam penelitian-penelitian ekonomi.
Berbagai laporan menggali perbedaan-perbedaan antar sampel nasional dan juga antar
kelompok dalam setiap sampel itu. Secara umum disimpulkan bahwa orang tua desa lebih
menitikberatkan manfaat ekonomi dan kegunaan praktis (termasuk tunjangan hari tua) dari
anak-anak, sedangkan orang tua dikota (terutama yang berpendidikan tinggi) menekankan
aspek emosional dan psikologisnya. Pada negara berkembang didaerah pedesaan beban
ekonomi biasanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak
mulai dapat menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak
dan mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua anak-anak dapat
memberikan bantuan ekonomi, mungkin dengan bekerja disawah milik orang tua.
Cadwell (1979) mengatakan hal ini dengan cara lain yaitu di negara maju, kekayaan
mengalir dari orang tua ke anak, sedangkan negara berkembang sebaliknya kekayaan
mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka
masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi.
Masri Singmimbun (1974) melakukan penelitian pada penduduk di sekitar
Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak.
Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak merupakan
aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada
jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik. Sementara itu Arnold dan Fawcett (1975)
sebagaimana dikutip oleh Jamaluddin Ancok (1985) konsep anak memiliki dimensi :
a. Manfaat Positif Umum (Manfaat).
1. Manfaat Emosional.
Anak membawa kegembiraan dan kebahagiaan ke dalam hidup orang tuanya. Anak adalah
sasaran cinta kasih, dan sahabat bagi orang tuanya.
13
Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan kesepian).
2. Pilihan jenis kelamin.
Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak laki -laki atau anak
perempuan, atau suatu kombinasi tertentu.
3. Kelangsungan Hidup Anak.
Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa anak akan hidup terus
sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua.
d. Nilai Keluarga Kecil.
1. Kesehatan Ibu.
Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.
2. Beban masyarakat.
Dunia ini menjadi terlalu padat. Terlalu banyak anak merupakan beban masyarakat.
Sementara itu Hoffman dan Hoffman (1973) dalam studinya tentang hal-hal yang memotivasi
seseorang sehingga ingin memiliki anak antara lain:
1. Ingin membuktikan bahwa ia seorang dewasa.
2. Memiliki beberapa perluasan pribadi dan mungkin dari seorang leluhur yang akan berakhir
pada suatu waktu.
3. Memuaskan sejumlah standard yang pasti oleh keluarganya sendiri maupun religi.
4. Menciptakan suatu kemesraan, afeksi dalam kehidupan kelompok melebihi dari sekedar
keluarganya sendiri.
5. Mengalami petualangan dari kemampuan memiliki anak dan membesarkan anak.
6. Menciptakan manusia baru.
7. Memiliki seseorang untuk bergantung dan merawat.
8. Untuk memmjukkan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dibanding orang lain.
9. Memiliki anggota keluarga yang lain untuk berbagai kerja dan untuk menjamin di hari tua.
Masalah yang timbul dalam mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
sebagaimana diuraikan diatas adalah menekankan dan menggiring jumlah ideal ke arab
caturwarga ataupun keluarga dengan 2 anak. Dua anak dalam keluarga dua laki-laki, dua
perempuan atau satu laki-laki dan satu perempuan sudah cukup. Disini terdapat dua
permasalahan secara garis besar. yaitu:
a. Masalah memasyarakatkan Norma Keluarga Kecil atan Norma Keluarga dua anak yang
jelas rapat kaitannya dengan nilai-nilai sosial, ekonomi dan psikologi dari anak, begitu juga
dengan tingkat kematian yang relatif masih tinggi.
15
b. Bagaimana mencapainya secara teknis sekali norma itu sudah mulai berkembang. Dari
sudut teknologi kontrasepsi yang ada sekarang dan yang dapat diterima oleh masyarakat,
tidaklah begitu mudah untuk membatasinya pada 2 (dua) anak.
Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada
keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks
sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung
NKKBS yang dikampanyekan dalam program Keluarga Berencana di Indonesia.
1. SENGGAMA TERPUTUS
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi
pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu
tahu kapan spermanya keluar.
berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam
liang vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat
mencegah
penularan
penyakit
seksual,
termasuk
HIV/AIDS.
dalam
vagina
sebelum
berhubungan
seksual
dan
menutup
serviks.
17
3.SPERMISIDA
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan
atau membunuh sperma.
Jenis kontrasepsi spermasida :
1. Aerosol
2. Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
3. Krim
Cara kerja kontrasepsi spermisida :
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Manfaat kontrasepsi spermisida :
1. Efektif seketika (busa dan krim)
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
4. Kb Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal
1. Kb Suntik 1 bulan (kombinasi)
adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg esestradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat dan 5mg Estradional
Valerat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali
18
efektif
dan
aman
dengan
tingkat
keberhasilan
lebih
dari
99%.
Jangka panjang
3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda adalah mengandung berbagai
dosis progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil
aktif bervariasi. Maksud dari variasi ini adalah mempertahankan besarnya dosis pada
pasien serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam
pencegahan kehamilan yang setara
2. Pil khusus Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah
kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher
rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan
endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah
dibuahi.
Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh
darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises,
perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).
21
Jenis-jenis AKDR :
1. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik.
Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30
mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan
luka
atau
penyumbatan
usus,
sebab
terbuat
dari
bahan
plastik.
7. KONTRASEPSI IMPLANT
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam .Bentuknya semacam
tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek
22
api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang
akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada
juga yang diganti setiap tahun.
9. Kontrasepsi vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
Indikasi kontrasepsi vasektomi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
1. Infeksi kulit pada daerah operasi
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3. Hidrokel atau varikokel
4. Hernia inguinalis
5. Filarisasi(elephantiasis)
23
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoaglansia
Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur
: Lidya / 29 tahun
b. No. register
: Menengah ke bawah
24
Data Demografis
a. Alamat
: Sido Urip
b. Agama
: Islam
c. Pekerjaan
d. Bahasa Ibu
: Indonesia
e. Jenis Kelamin
: Perempuan
Data Biologik
a. Tinggi Badan
: 155 cm
b. Berat Badan
: 54 kg
c. Habitus
Data Klinis
a. Anamnesis
Riwayat Menstruasi:
Menarche: 12 tahun, siklus haid tidak teratur, lamanya 5-6 hari, banyaknya
2x ganti duk/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Perkawinan :
1 x tahun 2003
Riwayat Kontrasepsi : Suntik KB sekali 3 bulan sejak 1 tahun yang lalu tapi
sering tidak teratur
25
b. Pemeriksaan Jasmani
Tanda Vital :
- Kesadaran
- TD
: 110/70 mmHg
- Nadi
: 79 x/menit
- Nafas
: 18 x/menit
- Suhu
: afebris
Status Generalisata :
- Mata
- Leher
- Thorax
- Abdomen
- Genitalia
- Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Anjuran Pemeriksaan Penunjang :
Tidak ada
Diagnosis
Pseudocyesis
26
BAB III.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
3.1 Perencanaan
Perencanaan intervensi dilakukan dengan metode penyuluhan berkelompok dengan
sasaran utama para ibu (PUS) di Posyandu yang belum maupun telah menjadi peserta KB
yang belum memiliki asuransi kesehatan. Penyuluhan dilakukan dengan diskusi 2 arah yang
berupa Tanya jawab antara peserta penyuluhan dengan presentan.
3.2 Intervensi
-
Menjelaskan tentang kegunaan dan meningkatkan sosialisasi program JPKM pada PUS pada
27
BAB IV.
PELAKSANAAN
Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai pentingnya JPKM pada PUS agar dapat
memantapkan program KB yang ada sehingga target terbentuknya NKKBS dapat tercapai.
Segala masalah pembiayaan yang dihadapi oleh PUS untuk mendapat pelayanan KB bisa
diatasi dengan program JPKM. Tingginya resiko WUS untuk hamil harus dapat diintervensi
untuk menjarangkan kehamilan dan juga jika PUS sudah memiliki anak lebih dari dua orang.
Jika tidak cepat diintervensi maka program KB untuk mencapai NKKBS akan mengalami
kegagalan yang berujung pada pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.
28
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan mendata jumlah PUS yang mengikuti program
KB dan terdaftar sebagai peserta JPKM. Peningkatan kunjungan peserta KB yang
menggunakan JPKM untuk mendapat pelayanan KB di Puskesmas Arga Makmur dan
tercapainya SPM KB 80% akan digunakan sebagai indikator keberhasilan intervensi masalah
ini. Indikator keberhasilan jangka panjang dapat dievaluasi dengan melihat peningkatan
jumlah keluarga yang memenuhi kriteria NKKBS.
29
DAFTAR PUSTAKA
1) Azwar Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta : Binarupa
Aksara
2) Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Profil PerkembanganJaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Tahun 2000. Jakarta : DirektoratJaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat,
Direktorat
Jenderal
KesehatanMasyarakat.
on
th
January, 16 2013
30