LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Helm
Sejarah menceritakan bahwa helm pertama kali diciptakan sebagai bagian dari
baju pelindung peradaban Yunani kuno yaitu Romawi klasik hingga akhir abad ke17, karena helm pada masa itu sebagai baju pelindung jadi materialnya terbuat dari
besi. Fungsi helm ini sebatas untuk keperluan perang yang dapat melindungi kepala
dari sabetan pedang musuh dan datangnya anak panah atau peluru berkecepatan
rendah.
Namun sekitar periode 1670, penggunaan helm menurun akibat kedatangan
kecepatan peluru senapan yang bisa menembus pelindung kepala ini imbasnya di
abad ke-18 tak ada lagi pasukan infantri yang menggunakan helm. Hanyalah seorang
Napoleon yang kembali menerapkan penggunaan helm bagi prajurit kavaleri. Walau
saat itu lesatan peluru punya kecepatan yang dahsyat helm masih dianggap sebagai
pelindung kepala yang efektif. Kehadiran helm pun sangat berperan di Perang Dunia I
dan Perang Dunia II.
2.2
Perkembangan Helm
Dalam pergerakannya, perkembangan helm sangat pesat. Helm yang awalnya
hanya ala kadarnya berubah menjadi canggih dan keren. Terobosan demi terobosan
terus dilancarkan produsen helm. Mulai dari material yang dipakai, busa dalam yang
nyaman, jenis kaca yang melindungi hingga pengait helm. Semuanya dilakukan
berdasarkan penelitian helm oleh ahlinya. Tren helm dari tahun ke tahun pun selalu
berkembang. Bila di era 2000 sangat tren dengan helm batok berwarna-warni yang
dijual Rp 10 ribu, kini helm half face ( helm cetok ) yang merajarela. Bila dulu hanya
rider saja yang bergaya kini boncenger pun bisa tampil eksis. Dan bila dulu helm
diciptakan untuk kaum adam berusia dewasa, kini kaum hawa dan anak-anak bisa
tampil trendi dengan helm yang dirancang khusus produsen. Proses perkembangan
pelindung kepala ini terus meningkat.
Kini helm bisa sebagai ajang mengekspresikan diri, pilihan modelnya sangat
beragam dengan desain yang menawan. Khusus untuk anak-anak banyak produsen
yang menyediakan ukuran helm kecil yang telah ber-SNI dengan desain kartun atau
super hero. Untuk orang dewasa apalagi pilihannya sangat beragam dengan tawaran
desain yang menarik. Tren demi tren terus bergulir di dunia helm. Produsen helm
terus melakukan inovasi untuk mendatangkan helm yang berkualitas dan bersafety,
tak ketinggalan sisi teknologi dan sains ikut diterapkan pada perkembangan helm.
bukan di pasar nasional, tetapi juga internasional. Standar ini menetapkan syaratsyarat teknis untuk helm pelindung yang digunakan oleh pengendara dan penumpang
kendaraan bermotor roda dua atau sepeda motor. Helm yang distandarisasi meliputi
helm tertutup ( full-face ) dan helm terbuka ( open-face).
Sosialisasi pengguna helm SNI itu ternyata terhambat oleh perilaku masyarakat,
khususnya pengguna kendaraan sepeda motor yang cenderung mengabaikan
keselamatan diri mereka. Banyak pengendara sepeda motor masih menggunakan
helm apa adanya atau abal-abal ( istilah untuk menyebut tidak memenuhi standar )
dan mengendarai sepeda motor yang membiarkan penumpang ( diboncengin ) tidak
mengenakan heln standar. Mereka tidak taat terhadap peraturan yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
( LLAJ ).
Jajaran Polisi Lalu Lintas ( Polantas ) disibukkan dengan sosialisasi penggunaan
helm SNI yang dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 40/MIND/PER/6/2008 Tentang Perberlakuan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) Helm
Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua, yang mulai efektif berlaku sejak 1 April
2010. Tidak ketinggalan juga media cetak (koran/majalah ) serta media elektronik
( televisi ) yang memberikan informasi tentang helm standar SNI.
Fakta di lapangan mencatat bahwa kecelakaan tetap saja ada di angka yang
mengkhawatirkan korban kecelakaan pengendara sepeda motor mengalami cidera di
kepala, ini berarti yang terjadi memang akan memposisikan korban pada situasi yang
berbahaya. Luka di kepala merupakan bagian terbesar dari kecelakaan parah dan fatal
yang dialami oleh pengendara sepeda motor. Tipe kerusakan kepala berupa retaknya
tempurung kepala, luka pada dahi atau wajah, bagian kepala belakang atau samping.
Dan disinilah helm SNI menjalankan sebagai fungsinya demi mengurangi tingkat
cidera yang mengenai ke kepala.
Mengenai helm SNI adalah helm yang sudah memenuhi standar SNI pada helm
itu sendiri diantaranya adalah minimal melindungi bagian atas dan belakang kepala
( seperti helm full-face dan open-face ), dengan kondisi busa, kaca dan tempurung
helm yang sudah memenuhi syarat-syarat keselamatan yang berlogo huruf timbul
yang bertulisan SNI.
2.3.1
2)
3)
Tidak kopong bila diketuk bagian batoknya atau shell tidak berbunyi
nyaring.
4)
Tidak lentur helm diposisikan terbalik bila kedua sisinya ditekan tidak
berubah bentuknya.
5)
6)
Jarak dari mulut pemakai dengan ujung helm sekitar 1 1,5 cm.
7)
Kaca helm tidak terlau tipis dan terbuat dari plastik atau mika,
ketebalannya sekitar 2 3 mm dan kaca helm tidak mudah mengembun
maupun kemasukan angin.
8)
Helm merupakan pelindung kepala yang wajib dipakai saat mengendarai sepada
motor. Disamping berguna untuk menghindari di tilang polisi helm juga berfungsi
melindungi kepala bila terjadi benturan. Saat ini banyak beredar helm dengan
tampilan desain serta corak yang menarik tetapi belum tentu memiliki kualitas serta
kemampuan melindungi kepala pemakainya secara maksimal.
Helm Full-Face
2)
Open-Face
3)
4)
5)
merokok jika melakukan perjalanan jauh dan ingin mengendarai sepeda motor
dengan santai.
ini yang ber-SNI harus menggunakan kaca pelindung agar dapat melindungi
pemakainya dari hujan, debu, angin, serangga bahkan kerikil kecil yang
bertebaran dijalan.
Pengguna helm ini tak akan kesulitan untuk melakuka aktivitas makan,
minum, merokok atau menjawab telepon selular dan helm ini cocok untuk
perjalanan jarak dekat serta perjalanan santai. Helm open-face harganya mulai
dari Rp 150.000 hingga Rp 300.000.
Dengan begitu, pengguna helm ini tak akan kesulitan untuk melakukan
aktivitas makan, minum, merokok atau menjawab telepon selular. Keunggulan
lainnya helm ini dapat memberikan perlindungan yang maksimal seperti pada
helm full-face.
Namun helm ini juga memiliki kelemahan karena bagian depannya bisa
dibuka dan ditutup, ada kemungkinan bagian depan tersebut dapat terbuka
ketika terjadi benturan pada kecelakaan, sehingga bisa melukai bagian muka
dan dagu pengendara sepada motor. Harga helm ini lumayan mahal dari helm
full-face, yaitu mulai Rp 450.000 hingga jutaan rupiah.
Selain itu helm ini tidak memiliki kaca helm. Sebagai pengganti
pengguna helm ini biasanya menggunakan kacamata khusus yang disebut
google dan juga dilengkapi masker wajah yang berfungsi melindungi wajah dari
debu berterbangan saat meliuk-liuk di rintangan off-road maupun motorcroos.
Tak heran bila helm ini juga mampu memberikan perlindungan yang maksimal
seperti helm full-face. Harga tidak jauh beda dengan helm full-face.
2.5
Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah jika
ditempatkan di ruang terbuka pada suhu 0 oC sampai 55 oC dan tidak
terpengaruh oleh radiasi ultra violet, serta harus tahan dari akibat pengaruh
bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih lainnya.
b)
Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak dapat
terpengaruh oleh perubahan suhu.
c)
Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh terbuat dari bahan
yang dapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit, dan tidak
mengurangi kekuatan terhadap benturan maupun perubahan fisik sebagai
akibat dari bersentuhan langsung dengan keringat, minyak dan lemak si
pemakai.
tetap utuh dan harus tetap terpasang dengan baik di kepala pemakai disaat
terjadi benturan dengan benda keras.
Konstruksi helm harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Helm harus terdiri dari tempurung keras atau shell dengan permukaan halus,
lapisan peredam benturan dan tali pengikat ke dagu.
b) Tinggi helm sekurang-kurangnya 114 milimeter diukur dari puncak helm ke
bidang utama yaitu bidang horizontal yang melalui lubang telinga dan
bagian bawah dari dudukan bola mata.
c) Keliling lingkaran bagian dalam helm adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Persyaratan Keliling Lingkaran Bagian Dalam
Ukuran
XL
d) Tempurung terbuat dari bahan yang keras, sama tebal dan homogen
kemampuannya, tidak menyatu dengan pelindung muka dan mata serta tidak
boleh mempunyai penguatan setempat.
e) Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut yang dipasang pada
permukaan bagian dalam tempurung dengan tebal sekurang-kurangnya 10
milimeter dan jaring helm atau konstruksi lain yang berfungsi seperti jaring
helm.
h)
i)
Helm harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup leher, pet yang
bisa dipindahkan, tameng atau tutup dagu.
j) Helm tidak boleh mempengaruhi fungsi aura dari pengguna terhadap suatu
bahaya. Lubang ventilasi dipasang pada tempurung sedemikian rupa
sehingga dapat mempertahankan temperatur pada ruang antara kepala dan
tempurung.
k) Setiap penonjolan ujung dari paku atau keling harus berupa lengkungan dan
tidak boleh menonjol lebih dari 2 mm dari permukaan luar tempurung.
l)
2)
Lapisan Peredam terbuat dari semacam sterofoam atau busa padat tapi
mampu meredam goncangan, berfungsi meredam energi benturan
sehingga energi benturan tidak diteruskan ke kepala. Lapisan ini bersifat
lunak dan liat, tetapi tidak kenyal.
3)
Lapisan Bantalan Lunak terbuat dari lapisan kain halus dan tebal terdiri
dari bagian kepala atas, kepala belakang, pipi dan leher, berfungsi untuk
memberikan kenyamanan pada pemakai helm.
4)
Tali Dagu atau Chin Ctrap terbuat dari bahan kain bercampur nilon
bahan yang tidak melar atau mulur, berfungsi untuk menetapkan atau
mengikat helm ke kepala dengan baik. Tali bersifat kuat dan tidak mulur
jika terkena keringat atau lemak pemakai helm.
5)
Kaca atau Visor ( kaca pelindung depan ) terbuat dari plastik bening,
berfungsi untuk melindungi wajah pemakai helm dari terpaan hujan,
debu, kerikil dan hewan serangga.
Komponen-komponen
tersebut
membentuk
helm
yang
mampu
Namun demikian, sebagus apapun helm jika tidak benar-benar pas pada
kepala justru berbahaya. Helm yang longgar tidak ada gunanya. Baik helm yang
digunakan dalam olah raga maupun berkendara akan kehilangan manfaat
perlindungannya bila terlepas saat kecelakaan. Semahal apapun helm harganya
dan sebagus apapun modelnya. Ada baiknya jangan menggunakan helm
kesempitan. Helm yang sempit memang dapat membahayakan. Aliran udara
maupun aliran darah dalam kepala terganggu.
Sabuk pengaman ( sistem pengikat ) merupakan salah satu bagian
terpenting dari helm, bagian ini berfungsi untuk menjaga posisi helm pada
kepala agar helm dapat berfungsi maksimal dalam meredam benturan saat
terjadi kecelakaan.
Helm ini harus pula memungkinkan melihat dengan jelas, baik saat
siang maupun malam atau terik panas maupun hujan. Beberapa helm harus
memilih dengan kaca mika yang bagus didesain untuk anti embun atau anti
berkabut. Ada juga yang apabila siang cukup bisa menahan cahaya panas dan
silau karena ada lapisan filmnya tetapi jika malam cukup terang. Yang jelas
harus menghindari menggunakan kaca yang gelap saat malam dan sebailknya
saat siang. Hindari penggunaan jenis mika yang kurang bening yang
mengurangi jarak pandang, terutama saat malam. Mika helm yang sudah penuh
goresan sebaiknya diganti saja, karena bisa memilih kaca helm yang berkualitas
bagus yang ditandai oleh kebeningan dan tidak berefek cembung atau cekung.
Jenis helm yang mikanya cenderung memberi efek cekung atau cembung bisa
membuat yang matanya masih normal merasa pusing.
2.6
Cara menguji helm standar yang di ijinkan ini dengan cara yang umum
yaitu menjatuh bebaskan helm pada ketinggian rata-rata 3 meter dengan beban
minimal 300 gram s/d 500 gram dan dijatuhkan dengan kecepatan 50 km/jam
sampai 100 km/jam sesuai dengan kecepatan kendaraan yang maksimal.
Dengan pengujian tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi helm tersebut
setelah dijatuhkan dan bagaimana bahan material helm tersebut.
Gambar alat uji impak yang direkomendasikan oleh BSN helm yang
berSNI untuk perusahaan produksi helm seperti gambar dibawah ini.
2.6.1.2
helm ini dalam posisi miring, dikarenakan kecelakaan pada posisi miring yaitu
jatuh dan membentur dalam posisi miring. Helm dijatuhkan dengan posisi
miring, dengan asumsi banyak kejadian jatuh pada posisi miring
Inilah gambar alat penguji impak miring yang dimiliki oleh
perusahaan produksi helm yang sasuai dengan rekomendasi oleh BSN helm
yang berSNI.
2.6.1.3
Uji Penetrasi
Pengujian helm ini adalah mengetahui apakah helm dapat menahan
atau tidak tembus kepada suatu benda tajam seperti paku, besi runcing dan
kerikil tajam yang ada di jalanan ke permukaan helm tersebut.
Cara mengujinya adalah dengan cara yang sama dengan uji
penyerapan kejut hanya saja untuk menjatuhkan helm tersebut sebelumnya
dibawah meletakkan atau menancapkan sebuah benda yang runcing atau tajam
dan sebaliknya posisi helm dalam keadaan diam lalu dihujamkan atau
ditancapkan suatu benda atau logam yang runcing atau tajam ke helm tersebut.
Paku pemukul dijatuhkan ke arah bagian paling atas dari helm, jika pemukul
tembus kepala bagian dalam, maka helm dinyatakan tidak sesuai. Itulah
pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan bahan
material helm yang layak dipakai atau tidak.
Inilah gambar dibawah ini alat penguji penetrasi yang sesuai
rekomendasi BSN helm ber SNI untuk perusahaan produksi helm.
2.6.1.4
2.7
selama berkendara dan Kesehatan : sehat selama berkendara dan setelah berkendara.
Aspek selamat selama berkendara meliputi ; tidak timbul kecelakaan yang fatal,
timbul kecelakaan tetapi dilindungi dengan alat perlengkapan berkendara seperti
helm, jaket, sarung tangan dan sepatu.
Aspek kesehatan selama berkendara meliputi ; pernapasan tidak terpapar
pencemar udara ( debu, asap, panas ) selama berkendara, mata tidak terpapar
pencemar udara ( debu dan asap ), telinga tidak terpapar pencemar udara ( debu, asap
dan bising ).
Berkendara bukan sebuah perkara mudah, pengendara dihadapkan ke dalam
dunia baru yang senantiasa berubah tiap detik, dari melihat ujung jalan ( gang )
sebagai pintu keluar untuk masuk ke jalan raya, sapaan dan ucapan hati-hati oleh
keluarga juga tetangga hingga terbentur kemacetan yang kadang tak habis pikir
bagaimana kemacetan itu bisa terjadi.
Tiga ( 3 ) faktor yang idealnya patut dimengerti dan dijalani oleh setiap
pengendara sepeda motor roda dua, masing-masing merupakan satu dari 3 faktor tadi
bisa saja membuat pengendara terjebak dalam potensi bahaya baik berupa bahaya
pelanggaran maupun bahaya akan kecelakaan. 3 faktor di bawah ini semoga dapat
menempatkan pengendara sepeda motor roda dua yang mau peduli tentang
keselamatan saat berkendara dijalan raya.
2.7.1
Attribute ( Perlengkapan )
Attribute ( Perlengkapan ) menjadi persiapan pertama yang harus
Jaket
Pilih jaket bermaterial tebal dan menyesuaikan cuaca yang ada
baik ketimbang memilih bahan yang amat tipis seperti celana bahan
yang kerap dipakai untuk ke kantor. Jika dirasa merepotkan ada baiknya
menyediakan celana pengganti disaat kita berkendara atau kita sedang
bekerja di kantor.
2.7.1.5 Sepatu
Pilih sepatu yang mengamankan bagian bawah hingga mata
kaki dan berbahan keras yang setidaknya demi menghindari luka akibat
gesekan.
2.7.2
Attitude ( sikap )
Bicara Aman Berkendara tentu tak akan lepas dari yang namanya
attitude atau sikap. Poin ini bisa senantiasa ditunjukkan saat kita berkendara
dijalan raya yang harapannya jika kita ber-tingkah baik maka perilaku tersebut
bisa menjadi contoh bagi pengendara lain. Fakta di jalan memang masih jauh
dari kondisi ideal dimana sering terjadi perebutan hak badan jalan, pelanggaran
rambu-rambu lalu lintas, diabaikannya perintah-perintah petugas hingga
mempertunjukkan sikap berbahaya saat berkendara seperti perilaku zig-zag,
pemakaian kelengkapan berkendara yang tidak pada tempatnya hingga
penolakan pemakaian atribut perlengkapan standar berkendara. Perilaku itulah
penyebab dasar seringnya terjadi insiden baik dalam skala besar maupun kecil.
2.7.3
Action ( aksi )
Disinilah action (aksi) itu akan bergerak. Jika attribute ( perlengkapan )
sudah mendukung dan attitude ( sikap ) yang berkaitan dengan sopan santun
dalam berkendara sudah terpenuhi maka waktunyalah untuk mewujudkan dalam
bentuk sebuah aksi ( action ). Atribut standar lengkap akan sia-sia tanpa sikap
yang tak jauh dari mengabaikan sopan santun, begitu juga sebaliknya. Aksi
akan menjadi pelengkap dalam mewujudkan sebuah arti keselamatan dimana
kita bisa menjadi pihak yang selamat saat pulang dan pergi dari dan ke sebuah
tujuan. Keluarga tetap menanti dan jangan sampai kita hadir ditengah keluarga
hanya berupa sebuah berita kecelakaan saja. action atau aksi haruslah dilakukan
oleh setiap pengendara yang sudah sadar tentang pentingnya manajemen resiko
saat berkendara.
Semua attribute ( perlengkapan ) dan attitude ( sikap ) sudah nyaman
menjadi bagian dari diri sendiri maka action ( aksi ) lah yang akan menjadi
penentu utama saat kita dapat selamat. Wujudkan 3 A dan sadar aman
berkendara untuk keselamatan bersama.
Ada
persyaratan
berkendara
yang
perlu
diperhatikan
dalam
Pemanasan Tubuh
Dikarenakan pentingnya menjaga keseimbangan pada waktu
2.7.3.2
sepatu,
tidak
dianjurkan
2.7.3.3
Rem
Periksa rem depan dan belakang apakah berfungsi
Peralatan
yang
digunakan
untuk
2.7.3.4
2.7.3.5
2.7.3.6
Melewati Persimpangan
Ketika belok ke kiri atau ke kanan dipersimpangan sangat
2.7.3.7
2.7.3.8
2.7.3.9
pengaruh minuman beralkohol ( misal : minumana keras ) dan obatobatan ( misal : yang menimbulkan kantuk atau obat-obatan terlarang ),
2.7.3.10