Anda di halaman 1dari 39

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Helm
Sejarah menceritakan bahwa helm pertama kali diciptakan sebagai bagian dari
baju pelindung peradaban Yunani kuno yaitu Romawi klasik hingga akhir abad ke17, karena helm pada masa itu sebagai baju pelindung jadi materialnya terbuat dari
besi. Fungsi helm ini sebatas untuk keperluan perang yang dapat melindungi kepala
dari sabetan pedang musuh dan datangnya anak panah atau peluru berkecepatan
rendah.
Namun sekitar periode 1670, penggunaan helm menurun akibat kedatangan
kecepatan peluru senapan yang bisa menembus pelindung kepala ini imbasnya di
abad ke-18 tak ada lagi pasukan infantri yang menggunakan helm. Hanyalah seorang
Napoleon yang kembali menerapkan penggunaan helm bagi prajurit kavaleri. Walau
saat itu lesatan peluru punya kecepatan yang dahsyat helm masih dianggap sebagai
pelindung kepala yang efektif. Kehadiran helm pun sangat berperan di Perang Dunia I
dan Perang Dunia II.

2.2

Perkembangan Helm
Dalam pergerakannya, perkembangan helm sangat pesat. Helm yang awalnya

hanya ala kadarnya berubah menjadi canggih dan keren. Terobosan demi terobosan
terus dilancarkan produsen helm. Mulai dari material yang dipakai, busa dalam yang
nyaman, jenis kaca yang melindungi hingga pengait helm. Semuanya dilakukan

berdasarkan penelitian helm oleh ahlinya. Tren helm dari tahun ke tahun pun selalu
berkembang. Bila di era 2000 sangat tren dengan helm batok berwarna-warni yang
dijual Rp 10 ribu, kini helm half face ( helm cetok ) yang merajarela. Bila dulu hanya
rider saja yang bergaya kini boncenger pun bisa tampil eksis. Dan bila dulu helm
diciptakan untuk kaum adam berusia dewasa, kini kaum hawa dan anak-anak bisa
tampil trendi dengan helm yang dirancang khusus produsen. Proses perkembangan
pelindung kepala ini terus meningkat.
Kini helm bisa sebagai ajang mengekspresikan diri, pilihan modelnya sangat
beragam dengan desain yang menawan. Khusus untuk anak-anak banyak produsen
yang menyediakan ukuran helm kecil yang telah ber-SNI dengan desain kartun atau
super hero. Untuk orang dewasa apalagi pilihannya sangat beragam dengan tawaran
desain yang menarik. Tren demi tren terus bergulir di dunia helm. Produsen helm
terus melakukan inovasi untuk mendatangkan helm yang berkualitas dan bersafety,
tak ketinggalan sisi teknologi dan sains ikut diterapkan pada perkembangan helm.

2.3 Sosialisasi Helm SNI


Standar Nasional Indonesia atau disebut SNI adalah satu-satunya standar yang
berlaku di Indonesia yang di keluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional yang
disebut BSN. Pemerintah melalaui Badan Standarisasi Nasional telah mengeluarkan
ketentuan SNI 1811-2007 tentang Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua.
Standarisasi ini dibentuk untuk memastikan kualitas produk yang benar-benar baik,
sehingga tidak merugikan dan menjamin konsumen. Selain itu punya daya saing

bukan di pasar nasional, tetapi juga internasional. Standar ini menetapkan syaratsyarat teknis untuk helm pelindung yang digunakan oleh pengendara dan penumpang
kendaraan bermotor roda dua atau sepeda motor. Helm yang distandarisasi meliputi
helm tertutup ( full-face ) dan helm terbuka ( open-face).
Sosialisasi pengguna helm SNI itu ternyata terhambat oleh perilaku masyarakat,
khususnya pengguna kendaraan sepeda motor yang cenderung mengabaikan
keselamatan diri mereka. Banyak pengendara sepeda motor masih menggunakan
helm apa adanya atau abal-abal ( istilah untuk menyebut tidak memenuhi standar )
dan mengendarai sepeda motor yang membiarkan penumpang ( diboncengin ) tidak
mengenakan heln standar. Mereka tidak taat terhadap peraturan yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
( LLAJ ).
Jajaran Polisi Lalu Lintas ( Polantas ) disibukkan dengan sosialisasi penggunaan
helm SNI yang dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 40/MIND/PER/6/2008 Tentang Perberlakuan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) Helm
Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua, yang mulai efektif berlaku sejak 1 April
2010. Tidak ketinggalan juga media cetak (koran/majalah ) serta media elektronik
( televisi ) yang memberikan informasi tentang helm standar SNI.
Fakta di lapangan mencatat bahwa kecelakaan tetap saja ada di angka yang
mengkhawatirkan korban kecelakaan pengendara sepeda motor mengalami cidera di
kepala, ini berarti yang terjadi memang akan memposisikan korban pada situasi yang
berbahaya. Luka di kepala merupakan bagian terbesar dari kecelakaan parah dan fatal

yang dialami oleh pengendara sepeda motor. Tipe kerusakan kepala berupa retaknya
tempurung kepala, luka pada dahi atau wajah, bagian kepala belakang atau samping.
Dan disinilah helm SNI menjalankan sebagai fungsinya demi mengurangi tingkat
cidera yang mengenai ke kepala.
Mengenai helm SNI adalah helm yang sudah memenuhi standar SNI pada helm
itu sendiri diantaranya adalah minimal melindungi bagian atas dan belakang kepala
( seperti helm full-face dan open-face ), dengan kondisi busa, kaca dan tempurung
helm yang sudah memenuhi syarat-syarat keselamatan yang berlogo huruf timbul
yang bertulisan SNI.

Gambar 1 : Contoh Helm Berlogo Timbul SNI

2.3.1

Bagian-Bagian Helm SNI


1) Tempurung, yaitu bagian yang keras dan halus merupakan bagian
paling luar dari helm.
2) Pelindung Muka, yaitu bagian muka helm yang dapat melindungi
sebagian atau seluruh bagian muka dan terbuat dari bahan yang
bening.
3) Lapisan Pelindung, yaitu lapisan bagian dalam yang dipasang
dengan maksud untuk menyerap energi benturan.
4) Lapisan Pengaman, yaitu lapisan lunak yang dipasang bagian paling
dalam dari helm untuk memberikan kenyamanan pada waktu
digunakan dan juga berfungsi untuk melindungi kepala pemakainya.
5) Tali Pengaman, yaitu bagian dari helm berupa tali yang dilengkapi
dengan kunci pengikat yang berfungsi sebagai pengikat helm dengan
kepala pemakainya sehingga tidak mudah lepas.
6) Tutup Dagu, yaitu kelengkapan dari tali pemegang yang menutupi
rahang bawah pemakai helm pada waktu tali pemegang dalam
keadaan terkunci.
7) Pelindung Mata, yaitu bagian dalam helm yang terbuat dari bahan
bening dan berfungsi melindungi pemakainya.
8) Lubang Ventilasi, yaitu lubang pada helm yang dibuat agar ada
sirkulasi udara didalam helm.

9) Lubang Pendengaran, yaitu lubang pada helm yang terletak dibagian


telinga sehingga pemakai tetap dapat mendengar pada waktu
menggunakan helm.
10) Jaring Helm, yaitu bagian dari helm yang langsung bersentuhan
dengan kepala dan ukuran jaring dapat bersifat tetap atau dapat
berubah-ubah pemakaiannya.
11) Tempurung Helm dan lapisan pelindungnya harus menutupi bagian
kepala dan diteruskan sekurang-kurangnya sampai pada kedua sisi
dari kepala.

2.3.2 Helm SNI Yang Baik


Helm yang baik adalah helm yang aman dan nyaman. Ada beberapa hal
dan cara untuk mengetahui apakah helm tersebut berkualitas baik atau tidak
yang harus diperhatikan antara lain :
1)

Memiliki ukuran proporsional - helm tidak terlalu besar dan sebaliknya,


dengan helm ukuran yang pas tidak terasa longgar dan sempit saat
dipakai

2)

Memiliki berat proporsional helm tidak terlalu berat dan sebaliknya,


karena dengan helm berat pemakainya aka terasa pegal dan cepat lelah.

3)

Tidak kopong bila diketuk bagian batoknya atau shell tidak berbunyi
nyaring.

4)

Tidak lentur helm diposisikan terbalik bila kedua sisinya ditekan tidak
berubah bentuknya.

5)

Memiliki ketebalan batok helm sekitar 1 cm dan terdapat lapisan busa


setebal 1 cm bagian depan.

6)

Jarak dari mulut pemakai dengan ujung helm sekitar 1 1,5 cm.

7)

Kaca helm tidak terlau tipis dan terbuat dari plastik atau mika,
ketebalannya sekitar 2 3 mm dan kaca helm tidak mudah mengembun
maupun kemasukan angin.

8)

Ketika ventilasi helm dibuka hembusan angin masuk melalui lubang


ventilasi tersebut.

Helm merupakan pelindung kepala yang wajib dipakai saat mengendarai sepada
motor. Disamping berguna untuk menghindari di tilang polisi helm juga berfungsi
melindungi kepala bila terjadi benturan. Saat ini banyak beredar helm dengan
tampilan desain serta corak yang menarik tetapi belum tentu memiliki kualitas serta
kemampuan melindungi kepala pemakainya secara maksimal.

2.4 Istilah Dan Definisi Helm


Helm yang baik adalah helm yang aman dan nyaman. Helm yang aman
memberikan perlindungan yang maksimal dan helm bagian dari perlengkapan
kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi
kepala pemakainya apabila terjadi benturan karena kecelakaan.

Dengan semakin meningkatnya teknologi kendaraan sepeda motor, maka


meningkat pula produsen helm. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
menggunakan helm tidaklah mudah. Sekarang ini telah tersedia berbagai jenis dan
merek helm dipasarkan dengan harga yang cukup terjangkau para pembeli sepeda
motor. Banyaknya helm yang bertebaran dipasar memang bisa membingungkan
konsumen, sebelum membeli helm konsumen harus mengenali jenis-jenis helm dan
fungsi manfaatnya.
Untuk itu, sudah sepatutnyalah setiap pengendara sepeda motor untuk
menggunakan helm yang sesuai dengan peruntukannya. Mengingat terdapat beberapa
jenis helm yang ditujukan bagi aktivitas yang dilakukan, seperti untuk bersepeda,
berkuda, skateboarding dan helm khusus pengendara motor roda dua. Dimana helm
tersebut telah disesuaikan atau dirancang sesuai dengan resiko yang diakibatkan oleh
aktivitas tersebut, sehingga jangan salah mengenalinya, pada awalnya untuk
keselamatan malah sebaliknya yang didapat.
Untuk pengendara sepeda motor roda dua ada 5 jenis helm yang dikenal, yaitu :
1)

Helm Full-Face

2)

Open-Face

3)

Modular atau Flip-Up

4)

Helm Off-Road atau Motorcroos

5)

Helm Half-Face, Shorty, Cetok ( helm sejenis topi )

Masing-masing helm memang pada dasarnya dapat memberikan perlindungan,


namun perlu digunakan sesuai syarat keamanan. Berikut masing-masing keunggulan,
mulai dari yang memberikan keamanan maksimal hingga keamanan minimum.

2.4.1 Helm Full-Face


Sesuai namanya, helm ini tidak hanya menutupi bagian kepala tetapi
punya tingkat keamanan yang maksimal mengingat helm menutupi seluruh
kepala, leher, telinga, dagu hingga wajah. Biarpun memiliki kesan seperti
terisolasi, masih dapat melihat dengan jelas karena terdapat kaca pelindung
fleksibel dibagian tengah wajah yang bisa dibuka dan ditutup. Kaca helm ini
juga aman dipakai saat hujan serta melindungi mata dari debu, kerikil dan
serangga dijalan. Helm jenis ini mampu melindungi pemakainya dari cidera
yang tidak diinginkan saat terjadi kecelakaan. Selain itu, helm-helm full-face
yang telah beredar dipasaran sekarang banyak telah dilengkapi ventilasi udara,
ventilasi ini berfungsi sebagai menjaga sirkulasi udara dan temperatur udara
dalam helm.
Namun, karena tertutup rapat si pemakai helm full-face sulit untuk bias
mendengar suara sekelilingnya. Sekarang ini jarang ada helm full-face memiliki
ventilasi telinga untuk mendengar suara sekelilingnya. Bagi pengguna kacamata
helm full-face sangat tidak nyaman digunakan karena tangkai dan frame
kacamata terasa terganjal rapat oleh pembungkus pelindung kepala serta helm
ini tidak praktis kalau pengendara sepeda motor ingin makan, minum apalagi

merokok jika melakukan perjalanan jauh dan ingin mengendarai sepeda motor
dengan santai.

Gambar 2 : Contoh Helm Full-Face

Harga relatif lebih mahal dibanding dengan helm lainnya. Mulai Rp


300.000 hingga jutaan rupiah. Ada juga yang harganya melebihi Rp 1 juta.
Biasanya ini adalah helm impor. Misalnya helm merek Arai yang harganya Rp
4 juta hingga Rp 8 juta. Ada juga helm AGV atau kerap disebut helmnya
Valentino Rossi pembalap MotoGP yang harganya mulai Rp 1 juta hingga Rp 7
juta.

2.4.2 Helm Open-Face


Helm ini juga dikenal dengan sebutan helm half-face. Bentuknya
menutupi bagian kepala atas dan belakang, tapi tidak menutupi wajah
melainkan terbuka. Namun, karena bagian depan tidak tertutupi, perlindungan
di bagian muka, dagu, gigi, hidung, leher dan mata pun tidak ada. Tapi, kadangkadang helm open-face ada yang memakai kaca dan ada yang tidak, sekarang

ini yang ber-SNI harus menggunakan kaca pelindung agar dapat melindungi
pemakainya dari hujan, debu, angin, serangga bahkan kerikil kecil yang
bertebaran dijalan.

Gambar 3 : Contoh Helm Open-Face

Pengguna helm ini tak akan kesulitan untuk melakuka aktivitas makan,
minum, merokok atau menjawab telepon selular dan helm ini cocok untuk
perjalanan jarak dekat serta perjalanan santai. Helm open-face harganya mulai
dari Rp 150.000 hingga Rp 300.000.

2.4.3 Helm Flip-Up Atau Modular


Helm Flip-up atau modular merupakan helm hasil perkawinan silang
antara helm full-face dengan helm open-face. Bentuknya hampir sama seperti
helm full-face, dilihat dari bentuknya helm ini sekilas mirip dengan helm yang
menutup seluruh wajah. Bedanya hanya pada bagian rahang, helm flip-up bisa
di buka ke atas.

Gambar 4 : Contoh Helm Flip-Up atau Modular

Dengan begitu, pengguna helm ini tak akan kesulitan untuk melakukan
aktivitas makan, minum, merokok atau menjawab telepon selular. Keunggulan
lainnya helm ini dapat memberikan perlindungan yang maksimal seperti pada
helm full-face.
Namun helm ini juga memiliki kelemahan karena bagian depannya bisa
dibuka dan ditutup, ada kemungkinan bagian depan tersebut dapat terbuka
ketika terjadi benturan pada kecelakaan, sehingga bisa melukai bagian muka
dan dagu pengendara sepada motor. Harga helm ini lumayan mahal dari helm
full-face, yaitu mulai Rp 450.000 hingga jutaan rupiah.

2.4.4 Helm Motorcroos


Helm ini juga dikenal sebagai helm off-road, karena biasanya digunakan
saat ajang balap off-road atau motorcroos. Helm ini merupakan hasil modifikasi
helm full-face. Hanya saja dibagian dagu helm tampak lebih menjorok keluar.

Gambar 5 : Contoh Helm Motorcross

Selain itu helm ini tidak memiliki kaca helm. Sebagai pengganti
pengguna helm ini biasanya menggunakan kacamata khusus yang disebut
google dan juga dilengkapi masker wajah yang berfungsi melindungi wajah dari
debu berterbangan saat meliuk-liuk di rintangan off-road maupun motorcroos.
Tak heran bila helm ini juga mampu memberikan perlindungan yang maksimal
seperti helm full-face. Harga tidak jauh beda dengan helm full-face.

2.4.5 Helm Half-Face, Shorty, Cetok ( helm sejenis topi )


Helm ini hampir mirip dengan helm proyek yang selama ini dikenal
dengan sebutan helm cetok. Ukuran helm ini sangat kecil dan hanya menutupi
kepala bagian atas saja.
Helm ini paling minim memberikan perlindungan karena hanya
menutupi bagian setengah dari bagian kepala. Helm ini dirancang untuk
memudahkan penglihatan, pendengaran dan bebas memandang serta terpaan
angin sepoi-sepoi menjadi keunggulan helm ini bagi penggunanya. Biasanya

digunakan pada pengendara sepeda motor Harley Davidson. Helm shorty


mudah dibawa dan disimpan karena bentuknya sangat simple. Harga helm jenis
ini biasanya murah yakni di bawah Rp 30.000.

Gambar 6 : Contoh Helm Half-face, Shorty, Cetok

Namun, karena bentuknya kecil helm ini tidak bisa memberikan


perlindungan maksimal. Sebab, helm shorty tidak menutupi kepala bagian
belakang hingga telinga. Helm ini dapat membahayakan pendengaran bagi
penggunanya akibat suara bising lalu lintas yang masuk langsung ke
pendengaran.

2.5

Persyaratan Dasar Helm


2.5.1 Material Helm
Helm didefinisikan sebagai suatu alat yang dikenakan dikepala untuk
melindungi bagian kepala untuk melindungi kepala yang peka dari benturan,
goresan dan tusukan dari benda-benda keras pada saat terjadi kecelakaan lalu
lintas. Bahan helm harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a)

Dibuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah jika
ditempatkan di ruang terbuka pada suhu 0 oC sampai 55 oC dan tidak
terpengaruh oleh radiasi ultra violet, serta harus tahan dari akibat pengaruh
bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan pembersih lainnya.

b)

Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak dapat
terpengaruh oleh perubahan suhu.

c)

Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh terbuat dari bahan
yang dapat menyebabkan iritasi atau penyakit pada kulit, dan tidak
mengurangi kekuatan terhadap benturan maupun perubahan fisik sebagai
akibat dari bersentuhan langsung dengan keringat, minyak dan lemak si
pemakai.

2.5.2 Konstruksi Helm


Untuk memenuhi kriteria diatas, konstruksi helm haruslah kokoh, kuat
dan mempunyai daya redam yang baik terhadap energi kejut. Helm haruslah

tetap utuh dan harus tetap terpasang dengan baik di kepala pemakai disaat
terjadi benturan dengan benda keras.
Konstruksi helm harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Helm harus terdiri dari tempurung keras atau shell dengan permukaan halus,
lapisan peredam benturan dan tali pengikat ke dagu.
b) Tinggi helm sekurang-kurangnya 114 milimeter diukur dari puncak helm ke
bidang utama yaitu bidang horizontal yang melalui lubang telinga dan
bagian bawah dari dudukan bola mata.
c) Keliling lingkaran bagian dalam helm adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Persyaratan Keliling Lingkaran Bagian Dalam
Ukuran

Keliling Lingkaran Bagian Dalam(mm)

Antara 500 kurang dari 540

Antara 540 kurang dari 580

Antara 580 kurang dari 620

XL

Lebih dari 620

Sumber : Data SNI 1811:2007

d) Tempurung terbuat dari bahan yang keras, sama tebal dan homogen
kemampuannya, tidak menyatu dengan pelindung muka dan mata serta tidak
boleh mempunyai penguatan setempat.
e) Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut yang dipasang pada
permukaan bagian dalam tempurung dengan tebal sekurang-kurangnya 10
milimeter dan jaring helm atau konstruksi lain yang berfungsi seperti jaring
helm.

f) Tali pengikat dagu lebarnya minimum 20 milimeter dan harus benar-benar


berfungsi sebagai pengikat helm ketika dikenakan dikepala dan dilengkapi
dengan penutup telinga dan tengkuk.
g)

Tempurung tidak boleh ada tonjolan keluar yang tingginya melebihi 5


milimeter dari permukaan luar tempurung dan setiap tonjolan harus ditutupi
dengan bahan lunak dan tidak boleh ada bagian tepi yang tajam.

h)

Lebar sudut pandang sekeliling sekurang-kurangnya 105 derajat pada tiap


sisi dan sudut pandang vertikal sekurang-kurangnya 30 derajat di atas dan
45 derajat di bawah bidang utama.

i)

Helm harus dilengkapi dengan pelindung telinga, penutup leher, pet yang
bisa dipindahkan, tameng atau tutup dagu.

j) Helm tidak boleh mempengaruhi fungsi aura dari pengguna terhadap suatu
bahaya. Lubang ventilasi dipasang pada tempurung sedemikian rupa
sehingga dapat mempertahankan temperatur pada ruang antara kepala dan
tempurung.
k) Setiap penonjolan ujung dari paku atau keling harus berupa lengkungan dan
tidak boleh menonjol lebih dari 2 mm dari permukaan luar tempurung.
l)

Helm harus dapat dipertahankan di atas kepala pengguna dengan kuat


melalui atau menggunakan tali dengan cara mengaitkan di bawah dagu atau
melewati tali pemegang di bawah dagu yang dihubungkan dengan
tempurung.

Gambar 7 : Contoh Kontruksi dan Bagian-bagian Helm

2.5.3 Bagian-Bagian Utama Helm


Fungsi dari bagian-bagian utama tersebut adalah sebagai berikut :
1)

Lapisan Keras, Cangkang Keras ( Shell ) terbuat dari bahan fiberglass


atau yang ringan dan kuat, berfungsi melindungi kepala terhadap
benturan, goresan dan tusukan dari benda keras atau tajam.

2)

Lapisan Peredam terbuat dari semacam sterofoam atau busa padat tapi
mampu meredam goncangan, berfungsi meredam energi benturan
sehingga energi benturan tidak diteruskan ke kepala. Lapisan ini bersifat
lunak dan liat, tetapi tidak kenyal.

3)

Lapisan Bantalan Lunak terbuat dari lapisan kain halus dan tebal terdiri
dari bagian kepala atas, kepala belakang, pipi dan leher, berfungsi untuk
memberikan kenyamanan pada pemakai helm.

4)

Tali Dagu atau Chin Ctrap terbuat dari bahan kain bercampur nilon
bahan yang tidak melar atau mulur, berfungsi untuk menetapkan atau
mengikat helm ke kepala dengan baik. Tali bersifat kuat dan tidak mulur
jika terkena keringat atau lemak pemakai helm.

5)

Kaca atau Visor ( kaca pelindung depan ) terbuat dari plastik bening,
berfungsi untuk melindungi wajah pemakai helm dari terpaan hujan,
debu, kerikil dan hewan serangga.
Komponen-komponen

tersebut

membentuk

helm

yang

mampu

memberikan perlindungan yang maksimum terhadap resiko cidera kepala pada


saat terjadi kecelakaan.

Namun demikian, sebagus apapun helm jika tidak benar-benar pas pada
kepala justru berbahaya. Helm yang longgar tidak ada gunanya. Baik helm yang
digunakan dalam olah raga maupun berkendara akan kehilangan manfaat
perlindungannya bila terlepas saat kecelakaan. Semahal apapun helm harganya
dan sebagus apapun modelnya. Ada baiknya jangan menggunakan helm
kesempitan. Helm yang sempit memang dapat membahayakan. Aliran udara
maupun aliran darah dalam kepala terganggu.
Sabuk pengaman ( sistem pengikat ) merupakan salah satu bagian
terpenting dari helm, bagian ini berfungsi untuk menjaga posisi helm pada
kepala agar helm dapat berfungsi maksimal dalam meredam benturan saat
terjadi kecelakaan.
Helm ini harus pula memungkinkan melihat dengan jelas, baik saat
siang maupun malam atau terik panas maupun hujan. Beberapa helm harus
memilih dengan kaca mika yang bagus didesain untuk anti embun atau anti
berkabut. Ada juga yang apabila siang cukup bisa menahan cahaya panas dan
silau karena ada lapisan filmnya tetapi jika malam cukup terang. Yang jelas
harus menghindari menggunakan kaca yang gelap saat malam dan sebailknya
saat siang. Hindari penggunaan jenis mika yang kurang bening yang
mengurangi jarak pandang, terutama saat malam. Mika helm yang sudah penuh
goresan sebaiknya diganti saja, karena bisa memilih kaca helm yang berkualitas
bagus yang ditandai oleh kebeningan dan tidak berefek cembung atau cekung.

Jenis helm yang mikanya cenderung memberi efek cekung atau cembung bisa
membuat yang matanya masih normal merasa pusing.

2.6

Standar Dan Pengujian Helm


Helm yang baik adalah helm yang aman dan nyaman dipakai dan dapat

melindungi kepala dari kecelakaan. Resiko kecelakaan tidak diketahui bagaimana


terjadinya kecelakaan dalam benturannya, maka dari itu helm yang aman dan nyaman
serta baik harus lulus uji yang menjadi helm tersebut layak dipakai.
Pengujian helm meliputi :
2.6.1 Uji Penyerapan Kejut
2.6.2 Uji Impak Miring
2.6.3 Uji Penetrasi
2.6.4 Uji Penahan Dagu
Dibawah ini akan diuraikan berbagai berbagai macam uji bagi helm yang
memenuhi standar SNI yaitu :

2.6.1.1 Uji Penyerapan Kejut


Uji penyerapan kejut ini untuk mengetahui kekuatan helm bila terjadi
kecelakaan yang disebabkan benturan bagian kepala atas dengan benda keras
seperti aspal, coran ( beton ) dan lain-lain. Biasanya benturan ini terjadi bila
posisi kepala menabrak atau membentur kearah depan.

Cara menguji helm standar yang di ijinkan ini dengan cara yang umum
yaitu menjatuh bebaskan helm pada ketinggian rata-rata 3 meter dengan beban
minimal 300 gram s/d 500 gram dan dijatuhkan dengan kecepatan 50 km/jam
sampai 100 km/jam sesuai dengan kecepatan kendaraan yang maksimal.
Dengan pengujian tersebut dapat diketahui bagaimana kondisi helm tersebut
setelah dijatuhkan dan bagaimana bahan material helm tersebut.
Gambar alat uji impak yang direkomendasikan oleh BSN helm yang
berSNI untuk perusahaan produksi helm seperti gambar dibawah ini.

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 8 : Tahap Uji Penyerapan Kejut Atau Benturan Helm Bagian


Atas/Depan

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 9 : Tahap Uji Penyerapan Kejut Atau Benturan Helm Bagian


Atas/Depan

2.6.1.2

Uji Impak Miring


Cara pengujian ini sama dengan pengujian diatas hanya saja posisi

helm ini dalam posisi miring, dikarenakan kecelakaan pada posisi miring yaitu
jatuh dan membentur dalam posisi miring. Helm dijatuhkan dengan posisi
miring, dengan asumsi banyak kejadian jatuh pada posisi miring
Inilah gambar alat penguji impak miring yang dimiliki oleh
perusahaan produksi helm yang sasuai dengan rekomendasi oleh BSN helm
yang berSNI.

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 10 : Tahap Uji Impak Miring

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 11 : Tahap Uji Impak Miring

2.6.1.3

Uji Penetrasi
Pengujian helm ini adalah mengetahui apakah helm dapat menahan

atau tidak tembus kepada suatu benda tajam seperti paku, besi runcing dan
kerikil tajam yang ada di jalanan ke permukaan helm tersebut.
Cara mengujinya adalah dengan cara yang sama dengan uji
penyerapan kejut hanya saja untuk menjatuhkan helm tersebut sebelumnya
dibawah meletakkan atau menancapkan sebuah benda yang runcing atau tajam
dan sebaliknya posisi helm dalam keadaan diam lalu dihujamkan atau
ditancapkan suatu benda atau logam yang runcing atau tajam ke helm tersebut.
Paku pemukul dijatuhkan ke arah bagian paling atas dari helm, jika pemukul
tembus kepala bagian dalam, maka helm dinyatakan tidak sesuai. Itulah
pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan bahan
material helm yang layak dipakai atau tidak.
Inilah gambar dibawah ini alat penguji penetrasi yang sesuai
rekomendasi BSN helm ber SNI untuk perusahaan produksi helm.

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 12 : Tahap Uji Penetrasi

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 13 : Tahap Uji Penetrasi

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 14 : Tahap Uji Penetrasi

2.6.1.4

Uji Penahan Dagu


Bagian dari helm berupa penahan dagu ini dilengkapi tali dengan

kunci pengikat yang berfungsi sebagai pengikat helm jika berkendara


mengalami pengereman mendadak maka posisi helm tidak terlepas dari kepala.
Rakitan kelengkapan penahan dagu yang berfungsi untuk mempertahankan
posisi helm diatas kepala. Alat uji penahan dagu berfungsi untuk mengetahui
kemuluran tali dagu jika terjadi kecelakaan benturan, sehingga helm tidak
terlepas dari kepala.
Untuk pengunjian ini pada sistem pengikat helm yang akan diuji
dipasang pada model kepala manusia. Tali pengencang dipasangkan dan
diikatkan pada sistem pembebanan. Pembebanan dilakasanakan secara bertahap
dengan kecepatan dan beban pertambahan yang berbeda yang telah ditetapkan
dalam standar SNI.

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 15 : Uji Penahan Tali Dagu

Sumber : Data SNI 1811:2007

Gambar 16 : Uji Penahan Tali Dagu

2.7

K3 Berkendaraan Sepeda Motor Roda Dua


Aspek K3 pada waktu mengendarai sepeda motor adalah Keselamatan : selamat

selama berkendara dan Kesehatan : sehat selama berkendara dan setelah berkendara.
Aspek selamat selama berkendara meliputi ; tidak timbul kecelakaan yang fatal,
timbul kecelakaan tetapi dilindungi dengan alat perlengkapan berkendara seperti
helm, jaket, sarung tangan dan sepatu.
Aspek kesehatan selama berkendara meliputi ; pernapasan tidak terpapar
pencemar udara ( debu, asap, panas ) selama berkendara, mata tidak terpapar
pencemar udara ( debu dan asap ), telinga tidak terpapar pencemar udara ( debu, asap
dan bising ).
Berkendara bukan sebuah perkara mudah, pengendara dihadapkan ke dalam
dunia baru yang senantiasa berubah tiap detik, dari melihat ujung jalan ( gang )
sebagai pintu keluar untuk masuk ke jalan raya, sapaan dan ucapan hati-hati oleh
keluarga juga tetangga hingga terbentur kemacetan yang kadang tak habis pikir
bagaimana kemacetan itu bisa terjadi.
Tiga ( 3 ) faktor yang idealnya patut dimengerti dan dijalani oleh setiap
pengendara sepeda motor roda dua, masing-masing merupakan satu dari 3 faktor tadi
bisa saja membuat pengendara terjebak dalam potensi bahaya baik berupa bahaya
pelanggaran maupun bahaya akan kecelakaan. 3 faktor di bawah ini semoga dapat
menempatkan pengendara sepeda motor roda dua yang mau peduli tentang
keselamatan saat berkendara dijalan raya.

2.7.1

Attribute ( Perlengkapan )
Attribute ( Perlengkapan ) menjadi persiapan pertama yang harus

dipenuhi sebelum berkendara. Lengkapi diri dengan proteksi maksimal yang


diharapkan mampu mengurangi tingkat luka jika terlibat masuk sebagai bagian
dari sebuah insiden dijalan raya.
2.7.1.1 Helm
Pilih helm yang benar-benar di rekomendasikan untuk sebuah
keselamatan. Paling safety adalah memilih helm jenis penuh (Full-Face)
selanjutnya yaitu model setengah (Open-Face) dan jangan pernah
menyentuh atau memilih helm yang lebih dikenal di masyarakat sebagai
helm cetok yang notabene aspek keselamatannya adalah nol besar.
2.7.1.2

Jaket
Pilih jaket bermaterial tebal dan menyesuaikan cuaca yang ada

demi menghindari efek tidak nyaman. Jaket yang baik sesungguhnya


hadir pada jenis jaket yang dapat mengurangi luka akibat gesekan.
2.7.1.3 Sarung Tangan
Pilih sarung tangan model penuh tertutup dan bahan tebal
namun nyaman dan tinggalkan kebiasaan mengendarai motor tanpa
sarung tangan. Ini demi menghindari luka akibat benturan maupun
gesekan.
2.7.1.4 Celana
Untuk kondisi berkendara di jalan raya, pemilihan celana
panjang bermaterial keras model jeans atau bermateri sejenis adalah

baik ketimbang memilih bahan yang amat tipis seperti celana bahan
yang kerap dipakai untuk ke kantor. Jika dirasa merepotkan ada baiknya
menyediakan celana pengganti disaat kita berkendara atau kita sedang
bekerja di kantor.
2.7.1.5 Sepatu
Pilih sepatu yang mengamankan bagian bawah hingga mata
kaki dan berbahan keras yang setidaknya demi menghindari luka akibat
gesekan.

2.7.2

Attitude ( sikap )
Bicara Aman Berkendara tentu tak akan lepas dari yang namanya

attitude atau sikap. Poin ini bisa senantiasa ditunjukkan saat kita berkendara
dijalan raya yang harapannya jika kita ber-tingkah baik maka perilaku tersebut
bisa menjadi contoh bagi pengendara lain. Fakta di jalan memang masih jauh
dari kondisi ideal dimana sering terjadi perebutan hak badan jalan, pelanggaran
rambu-rambu lalu lintas, diabaikannya perintah-perintah petugas hingga
mempertunjukkan sikap berbahaya saat berkendara seperti perilaku zig-zag,
pemakaian kelengkapan berkendara yang tidak pada tempatnya hingga
penolakan pemakaian atribut perlengkapan standar berkendara. Perilaku itulah
penyebab dasar seringnya terjadi insiden baik dalam skala besar maupun kecil.

2.7.3

Action ( aksi )
Disinilah action (aksi) itu akan bergerak. Jika attribute ( perlengkapan )

sudah mendukung dan attitude ( sikap ) yang berkaitan dengan sopan santun
dalam berkendara sudah terpenuhi maka waktunyalah untuk mewujudkan dalam
bentuk sebuah aksi ( action ). Atribut standar lengkap akan sia-sia tanpa sikap
yang tak jauh dari mengabaikan sopan santun, begitu juga sebaliknya. Aksi
akan menjadi pelengkap dalam mewujudkan sebuah arti keselamatan dimana
kita bisa menjadi pihak yang selamat saat pulang dan pergi dari dan ke sebuah
tujuan. Keluarga tetap menanti dan jangan sampai kita hadir ditengah keluarga
hanya berupa sebuah berita kecelakaan saja. action atau aksi haruslah dilakukan
oleh setiap pengendara yang sudah sadar tentang pentingnya manajemen resiko
saat berkendara.
Semua attribute ( perlengkapan ) dan attitude ( sikap ) sudah nyaman
menjadi bagian dari diri sendiri maka action ( aksi ) lah yang akan menjadi
penentu utama saat kita dapat selamat. Wujudkan 3 A dan sadar aman
berkendara untuk keselamatan bersama.
Ada

persyaratan

berkendara

yang

perlu

diperhatikan

dalam

melaksanakan kegiatan berkendara sepeda motor roda dua yaitu :


Sebelum Berkendara :
2.7.3.1

Pemanasan Tubuh
Dikarenakan pentingnya menjaga keseimbangan pada waktu

mengendarai sepeda motor, maka pastikan tubuh dan mental dalm


kondisi sehat dan siap untuk berkendara.

2.7.3.2

Menggunakan Perlengkapan Berkendara :


2.7.3.2.1 Helm
Biasakanlah untuk selalu menggunakan helm
pelindung ketika mengendarai sepeda motor, karena kepala
merupakan bagian tubuh terpenting dari manuasia dan tali
pengikat helm harus dipasang dan dikencangkan secara benar
untuk mencegah helm terlepas ketika terjatuh.
2.7.3.2.2 Sepatu
Gunakanlah

sepatu,

tidak

dianjurkan

menggunakan sandal atau telanjang kaki ketika mengendarai


sepeda motor, ( karena ketika berhenti pengendara harus
bertumpu pada kaki untuk menjaga keseimbangan sehingga
cenderung kehilangan kestabilannya yang memungkinkan
terjadinya cidera ).
2.7.3.2.3 Pakaian
Gunakan jaket lengan panjang dan celana panjang
yang pas dan nyaman di tubuh pengendara saat mengendarai
sepeda motor ( gunakan pakaian yang memang dirancang
untuk keselamatan dan kenyamanan berkendara ).

2.7.3.3

Pengecekan Sepeda Motor


2.7.3.3.1

Rem
Periksa rem depan dan belakang apakah berfungsi

secara normal, khususnya rem depan karena lebih efektif


dalam pengereman.

Peralatan

yang

digunakan

untuk

mengendalikan kecepatan dan menghentikan jalannya sepeda


motor hanyalah rem.
2.7.3.3.2 Ban
Periksa tekanan angin sesuai sesuai standard dan
keausan alur ban serta ban yang aus dan tekanan angin yang
tidak sesuai akan menyebabkan jarak pengereman semakin
panjang dan pengendalian menjadi tidak stabil saat
menikung. Tekanan angin yang sesuai menghasilkan
pemakaian bahan bakar yang ekonomis.
2.7.3.3.3 Lampu-lampu
Pastikan lampu sein, lampu rem dan lampu depan
berfungsi dengan baik. Lampu sein dan lampu rem
digunakan sebagai tanda bagi pengguna jalan yang lain untuk
mengetahui tujuan kendaraan, karena sepeda motor berbagi
jalan dengan pengguna jalan umum seperti pengendara
mobil, pengendara sepeda dan pejalan kaki.

2.7.3.3.4 Kaca Spion


Adalah penting untuk melihat kaca spion dan
mengecek langsung kondisi di sekitar pengendara, dan
sesuaikan posisi kaca spion dengan benar untuk mendapatkan
pandangan yang lebih luas.

2.7.3.4

Sepeda Motor Berada di Jalur Kiri


Gunakan selalu jalur kiri dan hati-hati dengan kemunculan

kendaraan yang datang mendadak dari arah yang berlawanan. Jangan


berkendara sepanjang sisi kanan jalan walaupun tidak ada kendaraan
lain dari arah yang berlawanan, ( berkendara disebelah kanan jalan akan
menyebabkan tabrakan yang dapat mengakibatkan luka yang serius atau
kematian ).

2.7.3.5

Berpindah Jalur Jalan


Ketika hendak berpindah jalur sangat penting untuk

memberi tanda kearah yang dituju bagi pengendara lain dengan


menyalakan lampu sein sebelumnya. Pengendara harus memperhatikan
kaca spion, terutama memeriksa kendaraan di belakangnya sebelum
berpindah jalur.

2.7.3.6

Melewati Persimpangan
Ketika belok ke kiri atau ke kanan dipersimpangan sangat

penting untuk menyalakan lampu sein 20-30 m sebelum mendekati


persimpangan untuk memberikan tanda arah yang hendak di tuju kepada
pengguna jalan yang lain. Sebelum berpindah jalur, pastikan kondisi
keamanan dan keadaan lalu lintas disekitarnya ( jangan hanya melihat
kaca spion, karena kaca spion memiliki keterbatasan pandangan ).

2.7.3.7

Berkendara Dengan Satu Tangan


Tidak dibenarkan mengendarai sepeda motor dengan satu

tangan ( misal : memegang payung untuk menghindari hujan atau sinar


matahari, membawa barang, memegang anak kecil dan lain-lain ).

2.7.3.8

Berkendara Pada Malam Hari


Pensinaran lampu khususnya lampu depan memiliki

keterbatasan penyinaran pada malam hari, oleh sebab itu tingkatkan


kewaspadaan saat berkendara di malam hari. Tidak dibenarkan
berkendara malam tanpa menggunakan lampu depan.

2.7.3.9

Berkendara Dalam Pengaruh Minuman/Obat-obatan


Kondisi tubuh dan mental yang tidak sehat karena

pengaruh minuman beralkohol ( misal : minumana keras ) dan obatobatan ( misal : yang menimbulkan kantuk atau obat-obatan terlarang ),

dapat mengurangi konsentrasi dan refleks pada saat berkendara dan


sangat berbahaya untuk keselamatan diri sendiri serta orang lain.

2.7.3.10

Patuhi Rambu-rambu Lalu Lintas


Rambu-rambu lalu lintas dibuat untuk memberikan panduan

keselamatan bagi pengguna jalan dan jangan lupa untuk selalu


membawa SIM dan STNK demi kenyamanan berkendara.

Anda mungkin juga menyukai