Anda di halaman 1dari 15

DERMATITIS KONTAK

Pengertian
Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
unsure fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering
bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif
atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu,
ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.
Penyebab
Zat zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu Iritasi
( dermatitis iritan )
Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika ) : Sabun detergen dan logam logam
tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan.
Penyebab dermatitis kontak alergika :
Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis
bercukur, parfum, tabir surya.
Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel
Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar,
primros.
Obat obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin,
sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )
Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.
Manifestasi klinik
Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

Gatal gatal
Rasa terbakar
Lesi kulit ( vesikel )
Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi.
Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena
digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya
tersebar luas.

Patofisiologi Dermatitis Kontak Iritan


Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan
tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponenkomponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang
akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari
komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta
mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin.
PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediatormediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis
yaitu
dermatitis
kontak
iritan
tidak
melalui
fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang,
2. Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulangulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Patofisiologi Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama
18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel
LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang
berada
di
epidermis,
menjadi
komplek
hapten
protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen
HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen
presenting cell).

Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional


dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya
untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat
pada permukaan sel T.
Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition).
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang
akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan
proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke
seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak
berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21
hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah
tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak
alergik.
2 Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang
sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel
Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2.
Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid
akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai
dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan
sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag
akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta
mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut
berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen,
diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan
beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan
akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument
yaitu :
Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit
yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten
pada obat obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi
kulit.
o

Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus


Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor
pencahayaan memegang peranan penting.

Uji tempel

Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.


Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat
bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah
disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari
kontak dengan bahan pembersih.
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan
melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus
dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan, iritasi
local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi
kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis.
Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak
bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil. Kompres yang sejuk dan basah juga dapat
dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang
ditambahkan pada air kompres kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres basah
biasanya membantu membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret. Kemudian
preparat krim atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid dioleskan tipis
tipis. Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan, untuk dermatitis
dengan daerah daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang menyebar luas,
pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN


Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego

Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, Perubahan tonus


Tanda : pembentukan edema jaringan
Tanda : ansietas, menarik diri,

4. Gejala : Pekerjaan, masalah tentang keluarga


5. Eliminasi
Tanda : Diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi )
6. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum
7. Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, perilaku
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada kulit
9. Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
10. Keamanan
Tanda : adanya destruksi jaringan.

Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Sasaran

: pemeliharaan integritas kulit

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan integritas kulit


Tidak ada laserasi
Tidak ada tanda tanda cedera termal
Tidak ada infeksi
Memberikan obat topical yang diprogramkan
Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri:
1. pantau keadaan kulit pasien
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko
terjadinya
cedera
termal
akibat
penggunaan kompres hangat dengan
suhu yang terlalu tinggi dan akibat
cidera panas yang tidak terasa ( bantalan

Mengetahui kondisi kulit untuk


dilakukan pilihan intervensi yang
tepat
Penderita
dermatosis
dapat
mengalami
penurunan
sensitivitas terhadap panas.

pemanasan, radiator )
HE:

Banyak masalah kosmetika pada


hakekatnya semua kelainan
malignitas kulit dapat dikaitkan
dengan kerusakan kulit kronik.

Penggunaan anti histamine dapat


mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan


kosmetik dan preparat tabir surya.
kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep
kulit

Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit


Sasaran : peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :

Mencapai peredaan gangguan rasa


Mengutarakan dengan kata kata bahwa gatal telah reda
Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
Mematuhi terapi yang diprogramkan
Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan yang
sehat.
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri:
Periksa daerah yang terlibat

Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit


meliputi bantuan dalam menyusun rencana intervensi.

Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk


Upaya
untuk
menemukan memberikan kenyamanan.
penyebab gangguan rasa nyaman
Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan
Mencatat hasil hasil observasi untuk diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi kulit
secara rinci dengan memakai tampak serupa tetapi mempunyai etiologi yang
berbeda. Respons inflamasi kutan mungkin mati pada
terminology deskriptif.
pasien lansia.
Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan yang

Mengantisipasi reaksi alergi yang mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi terhadap
mungkin terjadi ; mendapatkan
obat.
riwayat pemakaian obat.
Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan fisik.
Kendalikan factor factor iritan
Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan
Pertahankan kelembaban kira kehilangan air.
kira 60 % ; gunakan alat
pelembab.
Kesejukan mengurangi gatal
Pertahankan lingkungan dingin

Gunakan sabun ringan ( Dove )


atau sabun yang dibuat untuk
kulit sensitive ( Neutrogena, Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detegen, zat
Avveno ).
pewarna atau bahan pengeras.
Lepaskan kelebihan pakaian atau
peralatan di tempat tidur.
Meningkatkan lingkungan yang sejuk
Cuci linen tempat tidur dan
pakaian dengan sabun ringan
Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
Hentikan pemajanan berulang
terhadap detergen, pembersih,
dan pelarut.
Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid atau
protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier
kulit.
Gunakan tindakan perawatan
kulit untuk mempertahankan
integritas kulit dan meningkatkan Kulit merupakan barier yang penting yang harus
kenyamanan pasien.
dipertahankan keutuhannya agar dapat berfungsi
dengan benar.
lakukan
kompres
penyejuk
dengan air suam suam kuku Penghisapan air yang bertahap dari kasa kompres akan
ataukompres
dingin
guna menyejukkan kulit dan meredakan pruritus.
meredakan rasa gatal.
Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah

dermatitis dengan kemerahan, gatal, deskuamasi dan


Atasi kekeringan ( serosis ) pada bentuk yang lebih berat, pembengkakan,
pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat.
sebagaimana dipreskripsikan.
Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah
gangguan lapisan barier pada kulit.

Kolaborasi:

Oleskan lotion dan krim kulit


Tindakan ini membantu meredakan gejala
segera setelah mandi
Gunakan terapi topical seperti Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau
sensitisasi karena pengobatan sendiri.
yang dipreskripsikan.
Anjurkan
pasien
untuk
menghindari pemakaian salep
ayau lotion yang dibeli tanpa
resep dokter.
Jaga agar kuku selalu terpangkas.
Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit
karena garukan.
perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :

Mencapai tidur yang nyenyak


Melaporkan peredaan rasa gatal
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur
pada malam hari.
Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri :
Bantu pasien melakukan gerak badan Gerak
badan
memberikan
efek
yang
secara teratur
menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan
pada sore hari.
jaga kamar tidur agar tetap memiliki

ventilasi dan kelembaban yang baik.


Kolaborasi:

Udara yang kering membuat kulit terasa gatal.


Lingkungan
yang
nyaman
meningkatkan
relaksasi.

Cegah dan obati kulit yang kering

Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal.

Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang


kering dan gatal biasanya tidak dapat
Anjurkan kepada klien menjaga kulit disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
selalu lembab
Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam sesudah
Anjurkan
klien
Menghindari dikonsumsi.
minuman yang mengandung kafein
menjelang tidur di malam hari.
Anjurkan klien Mengerjakan hal hal Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan
yang ritual dan rutin menjelang tidur. terjaga menjadi keadaan tertidur.
Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.
Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan :

Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.


Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.
Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik menyembunyikan
kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.

INTERVENSI
Mandiri:
Kaji adanya gangguan pada citra diri
pasien ( menghindari kontak mata,
ucapan yang merendahkan diri sendiri,
ekpresi keadaan muak terhadap kondisi
kulitnya ).

RASIONAL

Gangguan citra diri akan menyertai setiap


penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi
pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri
akan berpengaruh pada konsep diri.

Terhadap
hubungan
antara
stadium
Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan, citra diri dan reaksi serta
perkembangan.
pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.

Berikan
kesempatan
untuk Pasien membutuhkan pengalaman yang harus
pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara didengarkan dan dipahami.
yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk
mengekspresikan berduka / ansietas
tentang perubahan citra tubuh.
Tindakan ini memberikan kesempatan pada
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan petugas
kesehatan
untuk
menetralkan
pasien. Bantu pasien yang cemas dalam kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
mengembangkan kemampuan untuk memulihkan realitas situasi. Ketakutan
menilai diri dan mengenali serta merupakan unsure yang merusak adaptasi
mengatasi masalah.
pasien.

dorong sosialisasi dengan orang lain

Meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan
kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :

Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri


Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional
tindakan yang dilakukan.
Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang diprogramkan.
Gunakan obat topical dengan tepat
Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.

INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan apakah pasien mnegetahui Memberikan data dasar untuk mengembangkan
( memahami dan salah mengerti ) rencana penyuluhan.
tentang kondisi dirinya.
Jaga agar pasien mendapatkan
informasi yang benar ; memperbaiki Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu
kesalahan konsepsi / informasi
yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien
merasakan manfaatnya.
Peragakan penerapan terapi yang
diprogramkan ( kompres basah ; obat Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan
topical )
untuk menunjukkan cara yang tepat unutk
melakukan terapi.
Berikan nasihat kepada pasien untuk

Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas


kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau lotion
menjaga agar kulit tetap lembab dan
untuk melembabkan kulit akan memcegah agar
fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
kulit tidak menjadi kering, kasar, retak, dan
pengolesan krim serta lotion kulit.
bersisik.
Dorong pasien untuk mendapatkan
Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum
status nutrisi yang sehat.
seseorang.
Perubahan
pada
kulit
dapat
menandakan status nutrisi yang abnormal.

Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit
Sasran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :

Tetap bebas dari infeksi


Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan kebersihan dan
mencegah kerusakan.
Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas
perawatan kesehatan
Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian balutan, mandi )

INTERVENSI
RASIONAL
Miliki indeksi kecurigaan yang Setiap keadaan yang mneggangu status imun akan
tinggi terhadap suatu infeksi pada memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
pasien yang system kekebalannya
teganggu.
Berikan petunjuk yagn jelas dan Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada
rinci kepada pasien mengenai ketrampilan ketrampilan interpersonal professional
program terapi
kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas
yang diperkuat dengan instruksi tertulis.
Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat
pengisatan
yang
menimbulkan
vasokontriksi
pembuluh drah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi serum.
Laksanakan pemakaian kompres
basah seperti yang diprogramkan

untuk
mengurangi
inflamasi

intensitas

DAFTAR PUSTAKA

Sularsito, Dr. Sri Adi, Et all. 1986. Dermatologi Praktis. Edisi I. Penerbit: Perkumpulan
Ahli Dermato-Venereologi Indonesia, Jakarta
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit:
EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Pertama. Media Aesculapius.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. EGC. Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN
DERMATITIS

Disusun oleh
PUTRI NURVITA ROCHMAWATI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai