Anda di halaman 1dari 5

Pengkajian Talasemia

a. Identitas ( Data Biografi)


1. Nama
2. Usia
Pada talasemia mayor, gejala klinis tampak jelas sejak anak berumur
kurang dari 1 tahun. Pada talasemia minor yang gejalanya kurang nampak
menyebabkan anak akan mulai dibawa ke pelayanan kesehatan pada usia 46 tahun.
3. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi angka kejadian penyakit
talasemia.
4. Nama orang tua
Nama orang tua diperlukan untuk kelengkapan data pasien. Orang tua akan
menjadi wali yang akan bertanggung jawab pada pasien.
5. Alamat
Bergantung masing-masing pasien. Jarak tempuh pelayanan kesehatan
dengan rumah akan membuat keluarga lebih cenderung tidak membawa
anak ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Umur/pendidikan/pekerjaan orang tua
Pendidikan dan pekerjaan orang tua akan mempengaruhi pengetahuan
orang tua mengenai penyakit talasemia dan dana pembayaran saat anak
harus dirawat di sarana pelayanan kesehatan.
7. Agama dan suku bangsa
Talasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar Laut Tengah
(mediterania) seperti Yunani, Turki, Cyprus, dan lain-lain. Di Indonesia,
penyakit talasemia banyak dijumpai pada anak dan merupakan penyakit
darah yang paling banyak diderita.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang sering dialami pasien berupa pucat, lemah dan
lelah saat beraktifitas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan pasien sejak sebelum di bawa ke pelayanan
kesehatan hingga mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang pernah dialami pasien


khususnya yang berkaitan dengan sistem hematologi, seperti anemia,
perdarahan, dan lain-lain.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang memiliki riwayat gangguan pada sistem
hematologi. Talasemia merupakan penyakit keturunan sehingga diperlukan
pengkajian terhadap riwayat penyakit pada keluarga. Jika kedua orang tua
memiliki riwayat penyakit talasemia, maka anak akan menderita talasemia
mayor.
5. Riwayat kehamilan
Selama kehamilan

perlu

dilakukan

pengkajian

terhadap

adanya

kemungkinan faktor risiko penyakit talasemia sehingga saat hamil, ibu


akan dapat mengetahui kemungkinan bahwa anaknya akan mengalami
talasemia. Diagnosis talasemia perlu ditunjang pemeriksaan lebih lanjut ke
pelayanan kesehatan.
6. Riwayat kelahiran
Selama periode melahirkan, diperhatikan adanya faktor resiko perdarahan
yang terjadi dan adanya tatalaksana pembedahan (operasi caesar).
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pada penyakit talasemia banyak ditemukan adanya data mengenai
kecenderungan gangguan tumbuh kembang sejak anak masih bayi karena
adanya pengaruh hipoksia jaringan kronik yang terutama terjadi bila anak
menderita talasemia mayor. Pertumbuhan fisik anak cenderung lebih kecil
untuk anak seusianya dan adanya keterlambatan kematangan seksual
seperti tidak adanya pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan
anak

juga

dapat

mengalami

penurunan.

Pada

talasemia

minor,

pertumbuhan dan perkembangan anak cenderung terlihat normal.


8. Riwayat imunisasi
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui kelengkapan imunisasi pada anak
seperti imunisasi campak, dan lainnya.
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan bentuk wajah
Pada inspeksi kepala terlihat membesar dan bentuk muka mongoloid yaitu
hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang
dahi terlihat melebar.

2. Mata
Pada inspeksi konjungtiva terlihat pucat kekuningan.
3. Mulut
Pada inspeksi mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman.
4. Dada
Pada inspeksi dada terlihat membesar pada bagian kiri dan jika dilakukan
palpasi akan teraba keras akibat adanya pembesaran jantung karena adanya
anemia kronik.
5. Abdomen
Pada inspeksi perut terlihat membesar atau buncit dan jika dilakukan
palpasi akan teraba keras akibat adanya pembesaran limpa (splenomegali)
dan hati (hepatomegali).
6. Kulit
Warna kulit terlihat pucat kekuningan. Jika anak telah sering mendapatkan
transfusi darah, maka warna kulit menjadi berwarna kelabu seperti besi
akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
7. Ekstremitas
Pada umumnya tidak ada kelainan yang terjadi pada ekstremitas, hanya
pada ukuran tubuh ekstremitas cenderung lebih kecil dari anak seusianya.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hapusan darah tepi
Hasil apusan darah tepi didapatkan gambaran perubahan-perubahan sel
darah

merah,

yaitu

mikrositosis,

anisositosis,

hipokromi,

anisofolkilositosis, polikromasia sel target, normoblas, pragmentosit,


hipokrom mikrositer, poikilositosis, kadar besi dalam serum meninggi,
eritrosit yang imatur, kadar Hb dan Ht menurun, jumlah trombosit dalam
batas normal
2. Elektroforesis hemoglobin: hemoglobin klien mengandung HbF dan A2
yang tinggi, biasanya lebih dari 30 % kadang ditemukan hemoglobin
patologis. Kadar Hb Fe meningkat pada talasemia mayor. Kadar Hb A2
meningkat pada talasemia minor
3. Fungsi sumsum tulang
Sumsum tulang yang ditandai adanya hiperplasia eritrosit, eritroblast
abnormal dengan stippling, sideroblas meningkat dan juga meningkatnya
kerusakan zat besi dalam darah.
4. Pemeriksaan radiologis

Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medula yang labor,


korteks tipis dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan hairon-end yang disebabkan perluasan sumsum tulang ke dalam tulang
korteks.
e. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
1.

Persepsi kesehatan dan pola manajemen


Keluarga pasien biasanya tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami
oleh pasien. Penyakit talasemia merupakan penyakit keturunan, biasanya
keluarga juga tidak mengetahui bahwa terdapat riwayat penyakit talasemia
di dalam keluarganya sehingga pemahaman mengenai penyakit ini juga
kurang.

2.

Pola nutrisi dan metabolisme


Pasien biasanya mengalami anoreksia akibat adanya distensi abdomen
sehingga intake nutrisi pasien kurang dan mengakibatkan berat badan

3.

pasien rendah dari anak seusianya.


Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien biasanya tidak mengalami gangguan, namun
biasanya karena pasien mengalami anoreksia sehingga pada eliminasi:

4.

defekasi cenderung lebih sedikit.


Pola aktivitas dan latihan
Dalam melakukan aktivitas, pasien biasanya mengalami gangguan yang
berupa kelemahan dan keletihan sehingga pada umumnya pasien enggan

5.

untuk beraktivitas.
Pola istirahat dan tidur
Pasien lebih cenderung sering tidur ataupun beristirahat karena lebih

6.

mudah lelah dan lemah.


Pola persepsi dan kognitif
Pasien merasa lebih tenang apabila berada ditengah keluarga terutama
anggota keluarga yang dekat yang peduli pada kondisi pasien, dan pasien
sedih apabila ditinggal keluarga. Usia pasien yang biasanya tergolong usia
anak akan lebih tergantung pada kedua orang tuanya. Terkadang

7.

kecerdasan anak juga mengalami penurunan.


Pola konsep diri
Pasien merasa tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya yang disebabkan
adanya perubahan pada fisik pasien seperti perubahan bentuk wajah.

8.

Pola peran dan hubungan


Hubungan sosial pasien dengan orang disekitarnya kurang terjalin dengan
baik. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan pasien lebih mudah lelah
dan letih sehingga banyak waktu yang dihabiskan oleh pasien untuk

9.

beristirahat.
Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengalami gangguan seksualitas seperti tidak adanya pertumbuhan
rambut pubis, ketiak, ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat

mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.


10. Pola koping dan stress
Keluarga pasien merasa putus asa dengan keadaan anaknya terlebih pada
keluarga yang memiliki ekonomi rendah sehingga tidak dapat membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang
lebih baik.
11. Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien dan berpasrah
pada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai