Anda di halaman 1dari 1

Menurut perlambangan, bangsa Israel menikmati Kristus dalam tiga tahap: di Mesir, di padang gurun, dan di

tanah permai. Paskah yang mereka nikmati di Mesir tidak saja untuk penebusan mereka, tetapi juga untuk
menguatkan mereka agar mereka dapat keluar dari Mesir. Di padang gurun umat Allah itu hidup bersandarkan
manna, yang memungkinkan mereka membangun Kemah Pertemuan Allah dan membawanya sebagai
kesaksian. Setelah bangsa Israel memasuki tanah permai, mereka mulai menikmati hasil yang berlimpah dari
tanah tersebut. Hasil itu memungkinkan mereka membangun bait bagi kesaksian yang lebih kokoh. Dipandang
dari segi perlambangan, bait di tanah permai adalah inti kehendak Allah di bumi. Allah damba
memperoleh tempat kediaman di antara umat pilihan-Nya bagi ekspresi-Nya. Kehendak Allah tidak
tercapai melalui menikmati Kristus sebagai domba Paskah di Mesir, tidak pula melalui menikmati Kristus
sebagai manna di padang gurun. Kehendak-Nya tercapai hanya bila umat-Nya menikmati Kristus sebagai
tanah permai mereka.

Setelah menciptakan manusia, Allah beristirahat, dan manusia pun beristirahat bersama Allah. Ini menunjukkan
bahwa begitu muncul, manusia memiliki perhentian. Karena itu, menurut prinsip Alkitab, kita memiliki
perhentian dulu kemudian baru bekerja. Dalam Perjanjian Baru kita nampak bahwa kita terlebih

dahulu

menerima anugerah, baru bekerja. Bekerja sebelum menerima anugerah berarti hidup menurut hukum
Taurat; tetapi menerima anugerah sebelum kita bekerja berarti menurut prinsip keselamatan Allah oleh
anugerah.

Tidak menurut Kristus pertama-tama berarti kita tidak menerima Kristus sebagai hayat (3:4). Kedua, berarti
kita tidak berpegang pada Kristus sebagai Kepala Tubuh. Selain itu, berarti tidak mengenal Kristus sebagai
rahasia Allah (2:2), juga tidak mengalami Kristus yang berhuni di batin sebagai pengharapan akan kemuliaan
(1:27). Akhirnya, tidak menurut Kristus berarti tidak berperilaku di dalam Kristus (2:6).

Jika kita mengambil Kristus sebagai hayat, berpegang teguh kepada Dia sebagai Kepala Tubuh, mengenal Dia
sebagai rahasia Allah, mengalami Dia sebagai pengharapan akan kemuliaan, dan hidup di dalam Dia sebagai
Roh yang almuhit, kita tidak akan tertipu oleh apa pun atau siapa pun. Orang-orang yang tidak
mengalami Kristus dalam aspek-aspek ini mudah sekali tertipu. Jika Anda menganalisis situasi orang-orang
yang telah teperdaya dan tertawan, Anda akan memahami bahwa mereka tidak mengalami Kristus dalam kelima
aspek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai