Buku Panduan Budidaya Tembakau Besuki NaOogst ini merupakan petunjuk untuk melaksanakan praktek
budidaya tembakau yang baik (Good Tobacco Practices/GTP)
bagi petani tembakau. Materi yang tertuang dalam buku
panduan ini merupakan Paket Teknologi Usahatani
Tembakau Cerutu Besuki Na-Oogst mulai dari pemilihan
lokasi lahan, kegiatan budidaya (prapanen) sampai teknis
pengolahan hasil pasca panen) yang sangat berguna dan
menentukan bagi keberhasilan usaha tani tembakau cerutu
Besuki Na-Oogst.
Buku Panduan ini disusun dalam rangka
meningkatkan pembinaan pertembakauan di Jawa Timur,
dengan harapan dapat menambah wawasan dan dijadikan
acuan bagi para penyuluh perkebunan khususnya dan
petani pada umumnya.
Kami menyadari bahwa dalam buku panduan ini akan
dijumpai adanya kekurangan-kekurangan, oleh karena itu
kami mengharap adanya masukan dari semua pihak untuk
penyempurnaan buku panduan ini selanjutnya.
Semoga buku panduan ini bermanfaat untuk
mendukung kegiatan petani dalam melaksanakan usaha tani
tembakau Kasturi, sehingga diperoleh hasil yang lebih
memadai dan menguntungkan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani.
Surabaya,
i
2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I. PEMILIHAN LOKASI PRODUKSI ................ 1
1. Medan Lokasi Tanaman ...................................... 1
2. Sumber Air Pengairan .......................................... 1
3. Drainasi ................................................................... 2
4. Kesuburan Lahan ................................................. 2
5. Kesehatan Lahan .................................................. 3
6. Kesehatan Lingkungan ......................................... 4
BAB II. PEMBIBITAN ......................................................... 5
1. Pembibitan Tradisional ........................................ 5
2. Pembibitan BSC dan Polibag ............................. 7
3. Pembibitan Pottray .............................................. 9
4. Mengendalikan Pertumbuhan Bibit .................. 11
5. Mengendalikan Hama Penyakit di Pembibitan. 16
BAB III. TEKNIK PENANAMAN ..................................... 22
1. Rancang Bangun Tanaman .................................. 22
2. Penetapan Jadwal Tanam .................................... 25
3. Tehnik Pengolahan Tanah .................................. 29
4. Mengantisipasi Masalah Persiapan ..................... 32
5. Menanam Dan Menyulam ................................. 35
BAB IV. PENGENDALIAN PERTUMBUHAN
TANAMAN ............................................................... 38
1. Pertumbuhan Tanaman Besuki NaOogst .... 38
2. Standard Pertumbuhan Tanaman ....................... 41
3. Pengolahan Tanah Susulan ................................. 42
4. Perlakuan Pemupukan ......................................... 43
5. Perlakuan Pengairan ............................................ 45
ii
iii
48
48
50
54
57
62
66
66
73
79
85
91
109
1. Lokasi Tanaman
a. Terbuka dan mendapatkan sinar matahari penuh.
b. Intensitas sinar matahari rendah menghasilkan bahan
dekblad karena daun tembakau lebih tipis.
c. Intensitas sinar matahari sedang menghasilkan
bahan
2. Sumber Air
a. Tembakau Besuki NaOogst tradisional membutuhkan air
cukup besar, diperkirakan kebutuhan airnya mendekati
kebutuhan tanaman padi.
b. Tembakau Besuki NaOogst tanam awal (Besnota) yang
ditanam pada awal musim kemarau seringkali harus
menggunakan springkler irrigation apabila musim kemarau
panjang.
c. Sumber air dapat berupa pengairan teknis, sungai alami,
air sumur dan air hujan.
3. Drainasi
Tanaman tembakau tidak menghendaki air berlebihan/
tergenang yang dapat menyebabkan layu/lengger apabila
terjadi genangan air dalam waktu cukup lama. Defisiensi
oksigen terjadi pada tanah ringan/sedang pada lahan yang
permukaan air tanahnya tinggi.
4. Kesuburan Lahan
a. Kedalaman lapis olah (top soil)
Semakin tebal lapisan top soil akan memungkinkan akar
tembakau berkembang lebih luas. Lapisan top soil
2
2025
akar
berkembang
terbatas,
tetapi
apabila
5. Kesehatan Lahan
Kesehatan lahan berkaitan erat dengan timbulnya hama
penyakit soil borne, seperti nematoda, ulat tanah, Virus
TMV, Phytophthora nicotianae, Bacteri Erwinia carotovora dan lainlain.
Lahan tanaman padi (sawah) merupakan lahan yang lebih
sehat bila dibandingkan dengan lahan kering atau tanah
tegalan. Lahan sehat dapat diperoleh bila rotasi tanaman padi
selama kurang lebih 2 tahun sekali (glebakan). Lahan sawah
tekstur ringan yang hanya ditanami padi satu kali saja beresiko
mendapatkan serangan hama penyakit soil borne.
6. Kesehatan Lingkungan
a. Kesehatan lingkungan sangat berkaitan dengan penularan
hama penyakit soil borne, seperti ulat Helicoverpa,
Spodoptera; serangga penghisap; virus CMV, TEV, TCLV
(Krupuk = Pseudo Mozaik)
b. Lingkungan sehat adalah medan terbuka dengan tanaman
padi dengan hamparan sangat luas.
c. Lingkungan kurang sehat adalah lingkungan yang ditanami
secara bersamaan Solanaceae (Lombok, terong), dan
Cucurbitaceae (mentimun, semangka, melon).
benih
tembakau
disebar
tanpa
benih
pilen
sedangkan
TTN
bedengan
tradisional
maupun
10
3. Pembibitan pottray
3.1. Pembibitan sistem pottray adalah menumbuhkan bibit
tembakau pada media bibit yang diletakkan pada pottray
yang terbuat dari bahan plastik. Ukuran pottray yang
tersedia dipasaran bervariasi antara :
38 cm X 58 cm
b. Media
tumbuh
untuk
pembibitan
dapat
bibit
per
hektar
secara
umum
jumlah
populasi
12
tanaman
sampai
karena
itu
perlu
diperhitungkan
dalam
kebutuhan tanaman.
c. Bibit untuk cadangan sulaman perlu dilakukan
Bedengan tradisional berkisar 30%
Bedengan BSC berkisar 5%
Bedengan polibag atau pottray berkisar 3%
d. Persediaan bibit untuk tanam ulang, apabila ada
serangan hama penyakit berkisar 10 %.
e. Kekurangan bibit tidak dapat dikejar dengan
menyebar ulang dalam waktu dekat.
4.2. Tujuan mengendalikan pertumbuhan bibit
a. Pengendalian pertumbuhan bibit bertujuan :
Menyesuaikan jadwal tanam dilapangan.
Membuat bibit sehat dan kuat (tahan terhadap
cuaca kering dan serangan hama/penyakit).
13
polibag
atau
pottray
yang
ditahan
14
kekeringan
dilapangan
dan
tahan
terpaksa
melakukan
torapan
pada
16
dan
penyakit
yang
dapat
menyerang
dipembibitan
yang
beresiko
menular
adalah
Phytium
sp.,
penyakit
lanas
18
menghindari
penularan
penyakit
virus
Pestisida
Buldok 25 EC
Umpan semut
- Gula
- Dedak Jagung
Konsentrasi
Dosis
2 cc/lt
4 bed/KSS
Manzate 200
20 gr / KSS
Manzate 200
Decis 2,5 EC
Antracol 70 WP
Buldok 25 EC
Manzate 200
Buldok 25 EC
Antracol 70 WP
20 gr / KSS
8 bed/KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
7 bed/KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
10 cc / KSS 7 bed/KSS
20 gr / KSS
Keterangan
Racun Semut
0.25 kg
2.00 kg
20
6 bed
Dipinggir
bedengan
Jika terdapat
sisa bibit
Jika terdapat
sisa bibit
Pestisida
Manzate 200
Decis 2,5 EC
Bion M
Buldok 25 EC
Antracol 70 WP
Decis 2,5 EC
Antracol
Confidor 200 SL
Alto 100 SL
Buldok 25 EC
Agrept 20 WP
Decis 25 EC
FT
Regent 50 SC
Antracol 70 WP
Buldok 25 EC
Bayleton
Confidor 200 SL
FT
Decis 2,5 EC
Folicur
Buldok 25 EC
Antracol 70 WP
Regent 50 SC
FT
Buldok 25 EC
Konsentrasi Dosis
Keterangan
20 gr / KSS
KSS = saval
7 bed/KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
6 bed /KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
5 bed / KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
5 bed / KSS
2 cc / KSS
2 cc / KSS
4 bed / KSS
10 cc / KSS
5 gr / KSS
4 bed / KSS
10 cc / KSS
20 gr / KSS
FT= fumgisida
3 bed / KSS
TTN
10 cc / KSS
20 gr / KSS
3 bed / KSS
10 cc / KSS
2 cc / KSS
3 bed / KSS
3 cc / KSS
20 gr / KSS
Jika bibit
3 bed / KSS
belum ditanam
10 cc / KSS
2 cc / KSS
Jika bibit
3 bed / KSS
belum ditanam
10 cc / KSS
20 gr / KSS
Jika bibit
3 bed / KSS
belum ditanam
10 cc / KSS
20 gr / KSS
Jika bibit
3 bed / KSS
belum ditanam
10 cc / KSS
21
3. Pengendalian ekstra
Tabel 3. Contoh Pengendalian Ekstra Bedengan Tanam Sistem
Polibag
Umur
Racun
ekstra
Bedengan
Sebar
Racun
ekstra
Bedengan
Tanam
Setiap kali
clipping
Setiap kali
habis
clipping
Setiap kali
akan tanam
Pestisida
Ridomil Gold
350 ES
Agrept 20 WP
Apsa
Ridomil Gold
350 ES
Agrept 20 WP
Apsa
Konsentrasi
Dosis
5 gr/KSS
6 bed/
KSS
5 gr/ KSS
2 cc/KSS
5 gr/KSS
10 cc/KSS
Apsa
2 cc/KSS
Sabun Hijau
atau
Rovral 50 SC
Rovral 50 SC
3 bed/
KSS
Jika ada
serangan
Thrips tabaci
atau Virus
15 gr /
liter air
2 gr/
liter air
20 gr/KSS
(Iprodion 50
gr/liter)
Apsa
2 cc/KSS
FT (Fungisida
TTN)
20 gram /
KSS
22
3 bed/
KSS
5 gr/ KSS
2 cc/KSS
Regent 50 SC
Keterangan
Desifektan
pada gunting
pangkas
3 bed/
KSS
3 bed/
KSS
Diluar jadwal
rutin
Diluar jadwal
rutin
barisan
Timur
Barat.
Setiap
tanaman
23
24
pengolahan
dapat
disempurnakan
selama
5 - 10 m.
b. Jalan kontrol/transportasi. Tidak adanya jalan angkutan, maka daun tembakau yang tumbuh dipinggir
akan rusak terkena singgungan keranjang petik.
c. Pembagian seri/blok. Penanaman seri awal biasa
dibuat dari tempat yang jauh dari jalan atau jauh dari
sumber air, untuk menghindatri penularan penyakit.
2. Penetapan Jadwal Tanam
2.1. Fungsi Perencanaan
a. Masa produksi sangat pendek. Masa produksi
tanaman tembakau Besuki Na-Oogst terpendek
dibandingkan dengan tanaman tembakau lainnya.
Tembakau Besuki-NO dapat dipanen pada umur 45
HST. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang baik.
26
dapat
diibaratkan
Beberapa
bulan
pesta
perkawinan
sebelumnya
harus
27
penyakit
jamur
khususnya
Cercospora
padi
drainage.
Untuk
membuang
air
yang
31
tanaman,
dalam
keadaan
basah
akan
perakaran.
Perakaran
kurang
33
34
agak
maju
untuk
Na-Oogst,
untuk
35
dilakukan
sebelum
pengolahan
tanah,
diatas
guludan,
untuk
mengurangi
tanam
cukup
gembur,
jika
kondisi
tanaman
diperlukan
untuk
39
daun
sangat
tebal
40
yang
hanya
Umur
(hari)
Tinggi
(cm)
KOS I
20
15
15 20
25
20
20 - 30
18 25
30
30
34 - 37
26 37
35
45
36 - 40
30 40
20 - 30
40
70
37 - 42
40 46
33 - 39
22 35
45
100
46 49
40 - 45
34 - 40
26 - 33
50
130
45 - 49
40 - 49
34 - 38
55
160
48 - 50
46 - 50
37 - 41
KOS II
41
KAK I
KAK II
TNG
Umur
(hari)
Tinggi
(cm)
KOS I
20
15
20 25
25
30
28 - 34
21 25
30
50
37 - 40
33 40
35
80
39 - 44
36 43
21 - 32
40
110
41 - 47
45 47
36 - 41
25 36
45
145
48 51
42 - 47
34 - 42
29 - 35
50
185
47 - 51
44 - 50
34 - 40
55
225
48 - 52
46 - 52
37 - 43
KOS II
42
KAK I
KAK II
TNG
Umur
(hari)
Tinggi
(cm)
KOS I
20
20
20 26
25
40
24 - 35
30
65
34 - 38
31 - 35
35
100
35 - 41
40
140
45
165
50
185
55
235
KOS II
KAK I
KAK II
36 - 45
20 40
28 - 32
43 - 47
45 - 51
36 48
35 39
45 - 52
52 55
49 53
40 - 47
19 - 35
53 - 57
51 56
44 - 50
29 - 39
54- 58
53 - 56
37 - 44
43
TNG
pertumbuhan
sesuai
dengan
umur
tanaman.
d. Memacu pertumbuhan tanaman apabila ada gejala tumbuh
terlalu lambat.
e. Menghentikan
pertumbuhan
tanaman
apabila
44
pertama
45
46
tergantung
pertumbuhan
tanaman
untuk
perengan
guludan
yang
sebelumnya.
4.4. Pemupukan berkaitan dengan cuaca
47
telah
digarit
melakukan
tambahan
pupuk
perlu
5. Perlakuan Pengairan
5.1. Merupakan kunci utama dalam pengendalian
pertumbuhan tanaman
a. Memacu
pertumbuhan
48
tanaman
dengan
b. Mengerem
pertumbuhan
dengan
mengurangi
perlakuan air.
c. Menjaga kadar lengas air didalam tanah berkisar 60 %
sampai 80 %, agar petumbuhan tanaman berjalan
normal utamanya pada fase tumbuh cepat.
5.2. Beberapa
pengairan
pertimbangan
dalam
perlakuan
49
penyiraman
dengan
gembor
untuk
menciptakan
kelembaban
udara
untuk
50
c. Dilakukan
tidak
bersamaan
penyemprotan pestisida.
51
dengan
perlakuan
tanah
akan
keluar
menyerang
tanaman
jelaga
yang
berwarna
hitam
yang
hama
57
rusak
atau
membusuk
berwarna hitam.
3. Tanaman tembakau mati dan tidak menghasilkan
produksi.
Sumber penularan :
1. Ditularkan dari tanah yang tidak sehat (bekas
tanaman Solanaceae dan bekas tanaman Cucurbitaceae.
2. Dari aliran air lokasi tanaman yang terserang.
59
3. Dalam cuaca basah bersifat air borne yang ditularkan melalui daun tembakau.
Ledakan penyakit lanas terjadi karena :
1. Bibit yang terbawa dari pembibitan sudah terinfeksi
penyakit lanas.
2. Lahan tidak sehat dan cuaca basah (banyak hujan)
pada masa pertumbuhan tanaman.
Mengendalikan penyakit lanas non pestisida :
1. Rotasi dengan tanaman padi selama minimal 2 kali
tanam padi dengan pengairan yang baik.
2. Membakari lahan dengan jerami (dengan tanah masih
agak basah).
Mengendalikan penyakit lanas secara preventif :
1. Pestisida Ridomil 350 ES (0,5 cc/liter air), Saromil 35
SD (2 gram /liter air) yang diaplikasikan ditanah
(drenching) sebanyak 100 cc/lubang tanam dan racun
FT 2 gr/liter air secara drenching pula.
2. Dilakukan
penyemprotan
secara
berkala
pada
3.2.Erwinia carotovora
Nama lain : penyakit busuk batang, hollow stalk.
terjadi
carotovora).
61
serangan
penyakit
Erwinia
cuaca
basah
penyakit
Erwinia
carotovora
62
yang
biasanya
mendapatkan
serangan
dan
konsentrasi
pertumbuhan tanaman.
64
disesuaikan
dengan
orang
yang
memasuki
areal
tanaman
Tenaga
kerja
dilapangan
sesedikit
mungkin
66
khusus
67
untuk
serangga
penghisap
tanaman
68
perangkap
dilapangan.
69
kupu
dengan
lampu
dilapangan
dengan
melakukan
api
ditingkatkan
dalam
rangka
mengurangi
kerusakan
busuk
gagang
71
72
tembakau
berpedoman
pada
umur
oksigen
juga
menunjukkan
gejala
74
Tabel 7.
Posisi daun
Pada sinar
matahari
Menjelang
tua
Tepat
tua
Tua
Terlalu
tua
SP
KP
KV
VV
BV
MV
VVM
BB
MM
MT
Kurang sinar
matahari
Cukup sinar
matahari
Mendapatkan sinar
matahari penuh
makin
membutuhkan
lebih
banyak
maupun
untuk
jarak
75
jauh
(dengan
tingkat
ketuaan
daun
yang
dapat
76
kelas
daun
sebagai
dasar
Tanaman
sedang
Tanaman
baik
Tanaman
sangat
baik
Cuci kaki
KOS
KAK
TNG
PUT
4
6
6
4
4
6
8
4
6
6
8
4
6
8
8
4
Jumlah
22
24
26
28
77
tembakau
yang
kehujanan
yang
tidak
78
TNG
PUT
Tumbuh Cepat
Umur
45
48
51
55
58
61
64
70
73
76
79
85
Tumbuh
Sedang
Lembar Umur Lembar
2
50
2
2
53
2
2
56
2
2
60
2
2
63
2
2
66
2
2
69
2
2
75
2
2
78
2
2
81
2
2
84
2
4
90
4
Tumbuh
Lambat
Umur Lembar
55
2
58
2
61
2
65
2
68
2
71
2
76
2
80
2
83
2
86
2
89
2
95
4
79
kerusakan
mekanis.
Meletakkan
sinar
matahari
langsung
yang
dapat
daun
tidak
terlalu
tinggi
untuk
82
melaksanakan
pekerjaan
memikul
daun
83
respirasi.
Dimana
dalam
respirasi
mengalami
penurunan
kualitas
dengan
3. Gudang Pengering
3.1. Persyaratan gudang pengering
1. Syarat utama gudang pengering tembakau Besuki
NaOogst adalah memiliki kerangka yang kuat atau
tidak mudah roboh terkena angin kencang dan
memiliki atap yang tidak bocor (kemungkinan hujan
turun atau perlakuan mendinginkan atap dengan air)
dan tidak tembus cahaya matahari.
2. Tembakau
yang
diproses
secara
air
cured
sinar
matahari
langsung,
yang
dapat
85
kondisi
atau
perlengkapan
yang
(dibawah
23C)
akan
menyebabkan
87
Kelembaan
udara
yang
terlalu
tinggi
gudang
pengering.
memberikan
air
diatas
atap
gudang
pengering.
Sumber air yang baik berasal dari sungai atau air
pengairan (irigasi) yang selalu tersedia sepanjang
tahun.
Sumur biasa maupun sumur pompa diperlukan
apabila tidak ada sumber air berupa sungai yang
dekat gudang pengering.
88
89
yang
meletakkan
akan
dipergunakan
tembakau
sebagai
untuk
alas
tempat
sebelum
terlalu
lembab sehingga
pengering
membujur
Barat
Timur
pepohonan
dapat
menyebabkan
pengering
kemungkinan
ukuran
lebih
kecil
mudah
mempunyai
mengendalikan
yang
berpotensi
91
menghasilkan
daun
4. Persiapan pengeringan
4.1. Persiapan peralatan
1. Alat sunduk rakit (kejin, tali goni, plastik, dolok)
bermacam macam persiapan alat-alat kecil ini tidak
boleh dilupakan untuk disiapkan dalam jumlah yang
cukup agar tidak terjadi kekacauan selama panen
berlangsung.
2. Alat untuk menaikkan tembakau (dolok beserta STG
nya) berupa tali dengan kolong untuk memudahkan
menaikkan hasil rakitan keatas galang gudang.
3. Alat untuk menyalakan api (tungku, japit, serok dsb).
Tungku yang baik dapat menghemat pemakaian kayu
bakar. Alat bantu berupa japit, serok api dapat
membantu pelaksanaan pemberian api. Gentong air
atau drum yang diisi air dipergunakan untuk
mematikan api apabila sudah tidak diperlukan lagi.
4. Alat untuk menurunkan temperatur udara dan
menaikkan kelembaban udara, berupa mesin PS
beserta paralon yang telah dipasang diwuwungan
gudang pengering. Paralon dilubangi pada kedua
sisinya dengan jarak yang teratur agar keluarnya air
dari paralon dapat lebih merata.
92
didalam
dan
diluar
gudang
pengering.
93
dipergunakan
hanya
untuk
starter
94
mengalami
kesulitan
dalam
perlakuan
pemberian api.
5. Daun hijau yang tidak memenuhi persyaratan kualitas
atau karena cacat perlu dikeluarkan dan dibuang
kedalam lubang sampah yang telah disiapkan
dihalaman gudang pengering.
4.4. Sunduk rakit
1. Tehnis menyunduk daun hijau adalah dengan cara
gentang nengeb atau dengan cara adu punggung
agar dalam proses pengeringan tidak terjadi daun
tembakau yang lengket satu dengan lainnya.
95
96
dari
tengah-tengah
gudang
pengering,
97
daun
pertumbuhan
hijau
tanaman,
yang
tergantung
mikroklimat
pada
selama
pepohonan
disekitarnya.
98
atau
bangunan
lain
tingkat
pemberian
api,
perlakuan
dan
kelembaban
Kondisi
Temperatur
( oC)
Kelembaban
(%)
Positif
Kering
30 35
40 - 60
Stem drying
Normal
23 30
70 - 80
Lembab
18 23
> 90
Kategori
udara
99
Proses
pemasakan
Persiapan
rompos
Negatif
Daun mati
Nemor
Busuk lamina
Busuk gagang
Kualitas daun
Hijau
Awal
proses
Pertengahan
proses
Akhir proses
Daun tipis
Hijau terang
Hijau /coklat
Coklat terang
Hijau/kuning
Coklat
Kuning/hijau
Coklat tua
Daun berbody
Daun tebal
Hijau
kekuningan
Kuning
kehijauan
Awal
proses
Hijau
kekuningan
Pertengahan
proses
Kuning
kehijauan
Daun berbody
Kuning
Kuning
Kuning
Daun tebal
Kuning
kehijauan
Sangat kuning
Kuning
kecoklatan
Daun tipis
Akhir proses
Kuning
terang
100
perlakuan
curing
atau
terhadap
102
Pelayuan
Pemasakan daun
Pengeringan daun
Stabilitas warna
Pengeringan gagang
Daun
lemah
1
3
3
2
4
Daun
Sedang
2
4
4
3
5
Daun
kuat
3
5
4
4
6
Daun
agak kuat
4
6
5
4
7
Jumlah
14
18
22
26
Proces
sangat
berpengaruh
pada
kualitas,
sepenuhnya
dimaksud
memperhatikan
perubahan
daun
tembakau
dilakukan
secara
temperatur
udara
diluar
gudang
105
yang
dapat
menyebabkan terjadinya
elstisitasnya.
Untuk
mencegah
hal
menjadi
kacep/lemas
yang
dapat
mudah menjadi
minyak.
5. Membasahi lantai dan atap gudang pengering (yang
dilakukan dengan alat mesin Power Sprayer) ditujukan
untuk menurunkan tem-peratur udara dan menaikkan
kelembaban
udara
dalam
Kelembaban udara
gudang
didalam gudang
pengering.
pengering
warna
daun.
Untuk
meningkatkan
membuka
jendela
pada
malam
hari,
gula
sehingga
warna
tembakau
yang
terlambat
dirompos
akan
110
secara
hati-hati
dengan
112
kendaraan
pengangkut
tembakau
pengantar
perlu
diilengkapi
berupa
113
Prosessing
Tahapan
Proses
Proses Pelayuan
Pemasakan
Yellowing
Pemasakan
Browning
Drying
Lamina
Stem
Drying
Tujuan Utama
Daun Tembakau
Umur
Kondisi Ruangan
Temperatur
(C)
RH
(%)
Segar
23-27
75-90
Segar
25-30
75-85
Segar
23-27
Kesap/
Bengkak
Keras
Lamina Gagang
Segar/
Layu
Layu/
Kesap
Sirkulasi
Udara
Perlakuan Teknis
Siang
Hari
Malam
Hari
Perkecualian
Cuaca
Basah
Keluarkan
CO2
Masukkan
CO2
Cuaca
basah
Cuaca
kering
70-80
Masukkan
CO2
Buka jendela .
Perlakuan air atas
Api pelan
Cuaca
kering
25-30
65-70
Keluarkan
uap air
Api sedang
Cuaca
kering
Keras
Kesap
14-15 % Kering
27-32
60-65
Keluarkan
uap air
Api sedang
Cuaca
kering
Tutup ventilasi
Tanpa api
Mengendalikan
kelembaban
udara
Tutup jendela
Api khusus
Supel/
Kesap
Stabilizing Colour
Meratakan warna
14-20
Supel Kesap/
18-20 % Kering
25-27
Rompos
Persiapan fermentasi
18-22
Supel Kering/
16-18 % Ngawat
25-27
114
70
Cuaca
basah
Cuaca
sangat
kering
Daftar Pustaka
Abdul Kahar Muzakir (2009), Mengenang Kejayaan Tembakau
Besuki Na oogst Dan Upaya Mempertahankan
Eksistensinya, Kopa TTN, Jember
Hartana, I., (1999), Penyakit-penyakit Virus pada tanaman
Tembakau, makalah diskusi di PTP Nusantara II
(Persero), Medan.
Muzakir, A.K. dan Soeripno, (2003), Pelatihan Tembakau Besuki
NO dan VO Untuk Petugas lapangan Disbun,
Proyek Kerjasama Dinas Perkebunan Pemerintah
Kabupaten jember dengan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Tembakau Jember, Jember.
Soeripno, (2003), Pembibitan dan Persiapan Tanam Tembakau
Besuku Na-Oogst, Proyek Kerjasama Dinas
Perkebunan Pemerintah Kabupaten jember dengan
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tembakau
Jember, Jember.
_______, (2006), Laporan Penelitian Pupuk KS Plus, Litbang
Kopa TTN, Jember
_______,