A. Pengertian Hanif
1. Pengertian Secara Etimologi
Istilah hanif berasal dari kata kerja - yang
mempunyai arti cenderung dan jamaknya dari adalah yang
mempunyai arti yang lurus atau betul.1
Dan mempunyai sinonim dengan kata yang mempunyai arti
lurus dan hanif bisa juga diartikan
yaitu setiap
orang yang mengikuti agamanya Nabi Ibrahim.2
Kata hanif ini semata-mata dikaitkan dengan diri Nabi Ibrahim atau
dengan agama Nabi Ibrahim sebagaimana yang tertera dalam al-Quran.3
Sedangkan di sisi lain dikatakan bahwa setiap orang arab yang melakukan
ibadah haji atau berkhitan dinamakan hanif untuk mengingatkan bahwa ia
menganut agama Ibrahim.4
Hanif juga dapat diartikan dengan orang yang menyerahkan
urusannya kepada Allah dan tidak mengalihkannya pada yang lain.
Artinya setiap orang yang berserah diri kepada perintah Allah dan tidak
berpaling sedikit pun dinamakan hanif.5
Di samping itu hanif juga diartikan suatu proses pencarian
kebenaran secara tulus dan murni. Sejalan dengan sikap manusia yang
memihak pada yang benar dan yang baik (fitrah).
Idrus H. al-Kaff, Kamus Pelik-pelik al-Quran (Bandung : Pustaka, 1993), hlm. 107.
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta : Krapyak, 1984), hlm. 328.
3
W. Mont Gomery Watt, Pengantar Studi al-Quran, (Jakarta : Rajawali Press, 1991),
2
hlm. 22.
4
12
13
Budi Munawar Rahman, Dialog Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1993), hlm. 129.
7
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia al-Quran, (Jakarta : Paramadina, 2002), hlm. 62.
8
Ibid, hlm 65.
9
Mahmud Ayyub, Quran dan Para Penafsirnya, terj. Nick G. Dharma Putra (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 235.
14
10
Nur Khalik Ridwan, Pluralisme Borjuis, (Yogyakarta : Galang Press, 2002), hlm. 151.
Budi Munawar Rahman, Op.Cit.
12
Harun Nasution, dkk (Ed.), Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1992),
hlm. 297.
13
Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi, Jurnal Kebudayaan dan Peradaban Ulumul
Quran, PT. Grafimatra Tata Media, no. 1, vol. VII, 1996, hlm. 46.
14
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz XIII XIV (Jakarta : PT. Panji Mas, 1983), hlm. 315.
15
Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz VII (Jakarta : PT. Panji Mas, 1983), hlm. 258.
11
15
seorang Yahudi maupun kristen, tetapi seorang hanif, seorang muslim, bukan
seorang penyembah berhala (musyrik) terdapat pernyataan historis yang
senada mengenai Ibrahim yang menyembah Tuhannya sebagai orang hanif
(QS. 6 : 79 dan QS. 16 : 120) dan terdapat perintah yang tersurat dan tersirat
kepada Nabi Muhammad dan kaum muslimin untuk mengikuti kepercayaan
atau agama Ibrahim sebagai seorang hanif (QS. 2: 135), (QS. 3: 95), (QS. 4:
125), (QS. 6: 161), (QS. 16: 123), (QS. 10: 105), (QS. 22: 31), (QS. 30: 30),
(QS. 98: 5).16
Dalam hal ini penulis memaparkan pembahasan term tersebut, dengan
berusaha mencari kontekstualisasi pemahaman terhadap term hanif dengan
melihat sisi turunnya ayat dan kronologi sebab turunnya ayat.
Dilihat dari tempat turunnya, kata hanif yang terdapat pada surat
Makkiyah berjumlah enam ayat yakni pada: al-Anam (6): 79, al-Anam (6):
161, Yunus (10): 105, an-Nahl (16):120, ar-rum (30): 30 ayat-ayat tersebut
adalah:
1. Ayat-ayat Makiyah
a.
QS. al-Anam: 79
.
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan wajah dengan lurus
(hanif) kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dan
aku bukanlah termasuk golongan orang yang musyrik. (alAnam: 79)
b.
.
16
16
.
Artinya: Dan (aku diperintahkan pula) Hadapkan mukamu pada
agama yang tulus (hanif) dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang musyrik. (Yunus: 105).
d. QS. An-Nahl: 120:
.
Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang pemimpin yang dapat
dijadikan teladan (rujukan), karena sikapnya yang patuh
kepada Allah dan bersikap hanif (berpegang kepada
kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya). Dan sekalikali ia bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukanNya. (an-Nahl: 120)
e. QS. An-Nahl: 123:
.
Artinya: kemudian Kami wahyukan kepada engkau (Muhammad):
Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah
ia termasuk orang yang menyekutukan Allah. (An-Nahl:
123).
f. QS. Ar-Rum: 30:
17
adalah orang
mukmin.
Dan pada ayat 105 surat Yunus seruan Muhammad ditujukan pada
politheis Mekkah untuk menghadapkan muka (menegakkan agama Allah)
secara tulus dan ikhlas (hanif). Dan kata hanif tersebut dipertentangkan
dengan kata musyrik. Jika demikian hanif di sini bisa juga diartikan
dengan tauhid karena kata hanifan adalah hal dan dalam bahasa hanif
artinya al-mail. Jika condong bukan kepada kesyirikan maka berarti
condongnya kepada ketauhidan.
Dengan demikian ayat pertama tentang hanif tersebut terkait
dengan seruan Muhammad
17
Hendra Sakti dkk, Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Quran dan Hadits, Vol-6, no. 1, 2005,
hlm. 72 73.
18
:)
yang haq:
yakni mengikuti millah Ibrahim yang hanif. Disini hanif juga dilawankan
musyrik, yang berarti tauhid.
Dijelaskan pada surat al-anam:162, bahwa melaksanakan agama
dengan hanif itu harus dengan totalitas penyerahan diri kepada Allah,
karena hanya dengan demikian dapat disebut muslim.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku (pengabdianku), hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam, dan yang demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertamatama menyerahkan diri (muslim).(al-Anam:162)
Jika dalam surat Yunus: 104-106, sikap hanif lebih ditekankan
kepada ketulusan dalam menjalankan agama dengan meninggalkan segala
19
Dalam
an-Nahl: 123
juga
dijelaskan
bahwa
Muhammad
20
.
Artinya: Dan mereka berkata: hendaklah kamu menjadi penganut
Yahudi atau Nasrani niscaya kamu mendapatkan petunjuk
Katakanlah: Tidak, kami mengikuti agama Ibrahim yang
lurus (hanif). Bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan musyrik.
(al-Baqarah: 135).
b. QS. Ali Imran: 67:
.
Artinya: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang
Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi
berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk golongan orang-orang musyrik."
c. QS. Ali Imran: 95:
.
Artinya: Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka
ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia
termasuk orang-orang yang musyrik.
d. QS. An-Nisa: 125:
.
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
21
.
Artinya: dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu
dengan Dia. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan
Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat
yang jauh.
f. QS. Al-Bayyinah: 5:
.
Artinya: Dan mereka tidak disuruh selain untuk mengabdi (hanya)
kepada Allah dengan ikhlas dan patuh kepada-Nya dengan
lurus (hanif) dan supaya menegakkan shalat dan membayar
zakat dan itulah agama yang kuat dasarnya.( Al-Bayyinah:
5)18
Berdasarkan atas susunan kronologis surat Madaniyah riwayat
Ibnu Abbas, maka ayat-ayat hanif yang turun di Madinah dapat diurutkan
sebagai berikut: al-Baqarah (2): 135; Ali Imran (3): 67, 95; al-Nisa (4):
125; al-Bayyinah (98): 5; dan yang terakhir al-Hajj (22): 31.
Pada surat al-Baqarah 135 tersebut, orang-orang Yahudi dan
Nasrani mendakwa kepada Muhammad dan orang-orang mukmin untuk
mengikuti Yahudi atau Nasrani agar mendapatkan hidayah, maka Allah
18
22
23
.
Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah
orang (yang kini masih menjadi) pengikutnya dan Nabi ini
(Muhammad) serta orang-orang yang percaya (kepada
Muhammad) dan Allah adalah perlindungan orang-orang yang
beriman.
Dalam surat ali Imran 68 tersebut dinyatakan bahwa di masyarakat
Arab sendiri memang masih ada pengikut setia Ibrahim(
)yang
untuk
mengakui
kebenaran
firman-firman
Allah
dan
24
dengan
musyrik
yang
ayat ini
berarti
adalah
bahwa haji adalah termasuk rukun Islam yang terakhir. Maka haji
berkaitan erat dengan rukun Islam yang pertama yaitu shahadat (tauhid).19
Istilah hanif ini sering disandingkan dengan istilah muslim, yang
berarti tunduk dan pasrah. Sedangkan kata hanifiyyah (ke-hanif-an) sering
digabungkan dengan kata samhah. Yang berarti toleran atau lapang dada
19
25
20
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), hlm. 76.
26
ayat (QS al-Baqarah (2): 130) yang menegaskan bahwa hanya orang-orang
bodohlah yang tidak beriman kepada agama Ibrahim.21
Di lain riwayat dari Ibnu Uyainah setelah turun ayat tersebut dalam
surat al-Baqarah ayat 135 dikemukakan bahwa dalam suatu riwayat bahwa
Ibnu Suria berkata kepada Nabi Petunjuk itu tiada lain kecuali apa yang
kami anut, maka turutilah kami hai Muhammad, supaya tuan mendapat
petunjuk.
Kaum nashara berkata seperti itu juga. Maka Allah menurunkan
ayat tersebut di atas (al-Baqarah: 135) yang menegaskan bahwa agama
Ibrahim adalah agama yang bersih dari perubahan yang menimbulkan
syirik.22
2. Surat ali-Imran: 67
Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya (ali Imran: 66) dan ayat
sesudahnya (ali Imran 68) sehingga saling bermunasabah antara satu
dengan yang lainnya.
Dalam riwayat Muhammad bin Ishak dari Muhammad bin Abi
Muhammad dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas berkata: bahwa Allah
menurunkan surat ali Imran: 66 sebagai keingkaran terhadap perkataan
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berselisih tentang Nabi Ibrahim.
Mereka berselisih tidak didukung dengan jalan pikiran yang sehat
dan ilmu. Bagaimana bisa Nabi Ibrahim beragama Yahudi, padahal dia
hadir sebelum diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa. Dan
bagaimana pula Nabi Ibrahim beragama Nasrani, padahal
dia hadir
21
Qomaruddin Shaleh dan H. AA Dahlan, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis
Turunnya ayat al-Quran), (Bandung : Diponegoro, 1997), hlm. 45.
22
Ibid.
27
23