0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
288 tayangan8 halaman
Teks tersebut membahas tiga tokoh sukses asal Aceh, yaitu:
1. Azwar Abubakar, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh
2. Bachtiar Aly, pakar komunikasi politik yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Mesir
3. Jusman Syafii Djamal, mantan Menteri Perhubungan yang sebelumnya menjabat sebagai
Teks tersebut membahas tiga tokoh sukses asal Aceh, yaitu:
1. Azwar Abubakar, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh
2. Bachtiar Aly, pakar komunikasi politik yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Mesir
3. Jusman Syafii Djamal, mantan Menteri Perhubungan yang sebelumnya menjabat sebagai
Teks tersebut membahas tiga tokoh sukses asal Aceh, yaitu:
1. Azwar Abubakar, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh
2. Bachtiar Aly, pakar komunikasi politik yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Mesir
3. Jusman Syafii Djamal, mantan Menteri Perhubungan yang sebelumnya menjabat sebagai
Haji Azwar Abubakar (lahir di Banda Aceh, 21 Juni 1952; umur 62
tahun) adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia yang ke-14. Riwayat hidup Abubakar dilahirkan di Banda Aceh, Indonesia pada 21 Juni 1952. Dia lulus Sarjana Arsitek dari Institut Teknologi Bandung, lalu mendapatkan gelar Magister Management dari Universitas Syiah Kuala di Aceh.[1][2] Setelah lulus, dia bekerja sebagai konsultan dan pengusaha.[2] Setelah kejatuhan Presiden Soeharto pada tahun 1998, dia mulai bergerak di dunia politik, dan menjadi salah satu pendiri Partai Amanat Nasional cabang Aceh. Dari tahun 2000 sampai 2004, Abubakar berjabatan sebagai Wakil Gubernur Aceh, kemudian menjadi gubernur sementara setelah Gubernur Abdullah Puteh terkena tuntutan korupsi. Sebagai gubernur sementara, dia menangani periode setelah Gempa bumi Samudra Hindia 2004, dengan jumlah pegawai sipil diperkira pada saat itu berkurang sebanyak dua pertiga. Dia juga harus mengatasi masalah Gerakan Aceh
Merdeka. Dia mencalonkan diri untuk menjadi gubernur pada pemilihan
umum tahun 2006 dengan Nasir Djamil, seorang anggota Partai Keadilan Sejahtera, sebagai wakilnya. Namun, dia terkalahkan Irwandi Yusuf. Abubakar terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 2009, mewakili Aceh. Dia juga menjadi anggota Komisi I, yang mengamati pertahanan dan urusan luar negeri. Pada tanggal 19 Oktober 2011, Abubakar menggantikan E.E. Mangindaansebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia.
2. Bachtiar Aly
Bachtiar Aly (lahir di Banda Aceh, 21 Desember 1949; umur 64 tahun)
adalah seorang pakar komunikasi politik Indonesia. Namanya mulai dikenal setelah beliau menjabat menjadi duta besar Indonesia untuk Mesir tahun 2002-2005 dan penasihat ahli Kapolri RI saat ini. Dalam masa jabatannya, Beliau telah mencatat banyak prestasi, diantaranya berhasil membangun Rumah Indonesia dan memberikan pembinaan bagi 4.488 orang masyarakat Indonesia di Mesir dengan baik. Riwayat Hidup Kisah sukses Bachtiar Aly dimulai ketika beliau menempuh pendidikan publistik di Universitas Padjajaran, Bandung, dan kemudian dilanjutkan di Belanda dan Jerman. Tahun 1980, Beliau berhasil menyelesaikan pendidikan S2 nya di Jerman dan meraih gelar Magister Artium (M.A). Setelah meraih gelar tersebut, Beliau meneruskan pendidikan (studi)nya ke jenjang S3, dan berhasil meraih gelar Doktor der Philosophie (Dr. Phil) dari Jerman pada tahun 1983. Seusai menamatkan pendidikan doktornya, Bachtiar Aly aktif menulis
beberapabuku. Tahun 1988, Bachtiar menikah dengan R.Indrijati
Inawangsih dan dikaruniai dua orang anak. Karya Beberapa karya beliau yang telah berhasil dipublikasikan, diantaranya adalah :
Tahun 1984: Geschichte und Gegenwart der
Kommunikationssysteme in Indonesien, Peter Lang, Frankfurt am Mainz, Bern, New York.
Tahun 1989: Retorika, UT, Jakarta.
Tahun 1997: Pro PR. Kharisma Aksara, Jakarta.
Tahun 2001: Balada aceh, Insolusi, Jakarta.
Tahun 2004: Melampaui Seperempat Abad Merajut Opini, Kharisma
Aksara, Jakarta.
Di luar itu, beliau juga menulis buku-buku bidang komunikasi lainnya,
seperti Sejarah Media Massa, Refleksi Media Politik, Pergulatan Pers Profesional, Pers Mandiri Beretika, Menuju Radio Independen, Wajah Televisi Kita, Analisis Informasi Internasional, Merajut Mata Rantai Diplomasi-Komunikasi, Kapita Selekta Komunikasi, Komunikasi Bisnis,Dinamika Komunikasi Politik, dan Opini Wacana Demokrasi.[1]
3. Jusman Syafii Djamal
Jusman Syafii Djamal (lahir di Kota Langsa, Aceh, Indonesia, 28
Juli 1954; umur 60 tahun) adalah Komisaris Utama Telkom Indonesia yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia sejak 2007 hingga 22 Oktober 2009. Ibunya berasal dari perantau Jawa yang lahir dari generasi kedua pekerja perkebunan karet yang telah menetap di Aceh. Jusman menikah dengan Arita puteri pertama dari Prof.Matthias Aroef (Guru Besar Teknik Industri ITB) dan dikaruniai dua orang puteri dan satu orang putera. Karier Jusman Syafii Djamal lahir di Kota Langsa pada tanggal 28 Juli 1954. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan SMP dilaluinya di Kota Langsa, selanjutnya ia meneruskan ke SMA Negeri 1 Medan dan lulus tahun 1972. Pada tahun 1973 ia masuk ITB jurusan Teknik Mesin pada subjurusan Teknik Penerbangan/Aeronautika (sekarang sudah menjadi program studi tersendiri). Selama hampir empat tahun dari 1977-1981 masa studinya tertunda karena harus memfokuskan diri sebagai salah seorang pemimpin aktivis mahasiswa ITB yang saat itu dianggap sebagai pengeritik utama kebijakan ekonomi dan kepimpinan Orde Baru yang authoritarian. Kritik mahasiswa ini dibukukan dalam sebuah tulisan berjudul "Buku Putih Perjuangan Mahasiswa tahun 1978" yang dikeluarkan oleh Dewan Mahasiswa (DM) ITB pada tanggal 14 Januari
1978.[1] Ia menjadi Pj. Ketua Dewan Mahasiswa ITB, ketika DM ITB
dan seluruh Dewan Mahasiswa di Indonesia dibekukan dan beberapa mass media dibreidel tahun 1978. Kegiatan mahasiswa tahun 1978 ini oleh seorang penulis lulusan serajah dari Universitas Indonesia Hurri Junisar setelah mewawancara banyak tokoh kemudian dibukukan dalam sebuah novel berjudul "Golak Ganesha". Selama menjadi mahasiswa teknik penerbangan ITB, ia memiliki pengalaman sebagai junior flight test engineer dari pesawat LT200, sebuah pesawat kecil berkapasitas 4 penumpang yang merupakan hasil karya PT Nurtanio generasi pertama, dengan Test Pilot Kolonel Sukandar dan Mayor Tamawi di bawah komando Kolonel Sumarlan dari TNI AU. Setelah lulus dalam bidang Teknik Mesin subjurusan Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung tahun 1982, Djamal langsung diajak oleh Prof. Oetarjo Diran, pembimbing thesis sarjananya dalam bidang computational aerodinamics yang ketika itu menjadi Wakil Direktur Teknologi PT Nurtanio dan disetujui oleh Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie yang ketika itu menjadi Direktur Utama, untuk bekerja di IPTN (kini PT. Dirgantara Indonesia). Ia ditugaskan menjadi junior aerodynamist bidang komputasional untuk menghitung distribusi gaya aerodinamika pesawat CN-235 dalam berbagai posisi terbang, di Getafe Madrid Spain. Kemudian bekerja dalam program uji terowongan angin di NLR Noordoostfolder Belanda. Dan perancangan awal Pesawat Terbang generasi baru PropFan di MBB Hamburg Jerman bersama Dr. Klug. Dan menjadi anggota configuraton development tim feasibility study pesawat Advanced Technology Regional Aircraft, kerja sama IPTN-Fokker-Boeing untuk mengkaji kemungkinan pengembangan pesawat jet generasi baru pengganti DC-9 dan Fokker 28. Pengalaman penugasan dari computational aerodynamics, windtunnel testing dan flight testing selama tujuh tahun yang membuat ia mengikuti semua jenjang keahlian dalam satu siklus yang utuh untuk diangkat sebagai Professional Aerodynamicist. Kemudian pada tahun 1989-1995 diangkat Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie menjadi Chief Project Engineer Pesawat N250 advanced turboprop, berteknologi fly by wire untuk 50-70 penumpang. Pesawat ini merupakan karya putra-putri Indonesia dengan Chief Designer Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie, yang melaksanakan penerbangan perdananya
pada tanggal10 Agustus 1995 sebagai persembahan tahun emas
Kemerdekaan Republik Indonesia. Pesawat N250 ini telah pernah terbang hingga ke Paris Airshow, dan memiliki akumulasi jam terbang 800 jam, sebelum program pengembangan pesawat N250 dihentikan oleh Letter of Intent IMF pada masa krisis ekonomi Asia tahun 1997. Pada tahun 1996 ia pernah mendapatkan assignment untuk membuat program simulasi komputer dengan model numerik "matriks koeffisien pengaruh" yang sering digunakan dalam perhitungan aerodinamika dan aeroelastik untuk diterapkan dalam menyusun interaksi dan inter-relasi dari pengaruh fluktuasi suku bunga, inflasi dan pelbagai parameter ekonomi lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Suatu model pendekatan yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie yang kemudian dikenal dengan istilah "teori zig zag" suku bunga, olehnya. Ia penah mendapat tugas sebagai salah satu anggota tim advanced penjajagan kemampuan teknologi pesawat tempur MIG29 dan Sukhoi 27 Russia pada tahun 1997. Pernah juga mendapat tugas untuk memimpin tim perancangan mobil Maleo di Australia dan penjajagan kemungkinan pembangunan fasilitas perakitan akhir N250 di Mobile Alabama. Pelbagai penugasan yang melahirkan pelbagai pengalaman rancang bangun pesawat terbang. Pada 17 Agustus 1995, Jusman Syafii Djamal dianugerahi Bintang Jasa Nararya oleh Presiden Suharto. Setelah 13 tahun menjadi insinyur dengan spesialisasi aerodinamika dan perancangan pesawat terbang, tahun 1996-1998 ia diangkat sebagai Kepala Divisi Aircraft Technology. Tahun 1996-1998 ia dipercaya menjadi Direktur Sistem Senjata Sistem Hankam & Helikopter (HDS3). Kemudian diminta oleh Ir. Hari Laksono, Direktur Utama IPTN untuk menjadi Direktur Sumber Daya Manusia selama setahun lima bulan, bersamaan dengan pemberian tugas oleh Meneg BUMN (Tanri Abeng) untuk menjadi Ketua Tim Implementasi Restrukturisasi PT IPTN, yang melakukan proses right sizing (penurunan jumlah karyawan dari 1600(??) menjadi 9000(??)), Reorientasi Bisnis (dari technology push oriented menjadi market driven company), dan Restrukturisasi Organisasi untuk landasan proses turn-around IPTN. Pada September 2000, ia diangkat oleh Presiden Abdurachman Wachid menjadi Direktur Utama Dirgantara Indonesia hingga 2002. Ia pensiun dini dari PT Dirgantara Indonesia pada tahun 2003.
Tahun 2005 menjadi Chairman Matsushita Gobel Foundation. Yayasan
nirlaba didirikan Konosuke Matshushita founding father Panasonic dan Thayeb Mohamad Gobel, founding father National Gobel. Pada Januari 2007 diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, -- ditengah meningkatnya jumlah kecelakaan Transportasi baik darat, kereta api, laut maupun udara,-- menjadi salah satu Anggota Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (TimNas EKKT) yang dipimpin oleh Marsekal (P) Chappy Hakim. Mei 2007 hingga Oktober 2009 diberi amanah oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu Pertama, menggantikan Ir. Hatta Radjasa. Pada 1 Januari 2011 dangkat oleh RUPS PT Telkom Indonesia Tbk, menjadi Komisaris Utama. Dan pada 20 Mei 2011 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diangkat menjadi Anggota Komite Inovasi Nasional yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Muhammad Zuhal, M.Sc.EE.