Anda di halaman 1dari 63

BAB I

DIVERSITAS ORGANISME, KLASIFIKASI, DAN TAKSONOMI

I.1 DASAR TEORI


Sejarah ilmu Paleontologi dimulai oleh Abbe Giraud-Saulavie warga negara Perancis
pada tahun 1977 setelah melakukan penelitian pada batugamping. Dari hasil penelitiannya
tersebut kemudian membuat suatu prinsip mengenai Paleontologi yaitu jenis-jenis fosil itu
berada sesuai dengan umur geologinya, fosil pada formasi di bawah tidak sama dengan
lapisan yang diatasnya. Prinsip Abbe Giraud-Saulavie ini dikenal dengan hukum Faunal
Succesion atau urut-urutan fauna.
Setelah itu sejalan dengan perkembangan ilmu Biologi muncul Baron Cuvier (1769
1832) yang menyusun tentang sistematika Paleontologi. Dengan disusunnya sistematika
tersebut membuat penyelidikan-penyelidikan Paleontologi dapat lebih terarah.
Peneliti selanjutnya adalah William Smith (1816) yang memperkenalkan prinsip Strata
Identified by Fossils. Adapun terjemahan dari pernyataanya adalah lapisan yang satu dapat
dihubungkan dengan lapisan lainnya dengan berdasarkan pada kesamaan fosil.
Perkembangan yang makin maju di dalam bidang Paleontologi membuat C. R.
Darwin (1809 1882) mengeluarkan hipotesa evolusi. Pernyataannya yang dikenal adalah
perubahan makhluk hidup disebabkan oleh adanya faktor seleksi alam. Pernyataannya
tersebut memperkuat hipotesa yang dikeluarkan oleh Lamarck (1774 1829) bahawa fauna
melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam mengurutkan kejadian satu dengan yang lainnya berpedoman pada sejumlah
hukum atau prinsip, antara lain :
1. Hukum Superposisi
Dalam urut-urutan yang normal (urutan sedimentasi), lapisan yang termuda terletak
pada lapisan yang paling atas.
2. Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan sedimen akan diendapkan dengan permukaan yang horisontal dan
mendekati sejajar dengan permukaan dasar tempat pengendapan. Jika dasar tempat
pengendapan tidak rata, maka sedimen pada permulaannya akan mengikuti bentuk
dasar cekungannya namun kemudian akan tetap horisontal permukaannya.

3. Hukum Penerobosan
Suatu intrusi (penerobosan) batuan beku adalah lebih muda daripada batuan yang
diterobosnya.
Diversitas organisme mempelajari tingkatan dari suatu organisme yang anatominya
paling sederhana sampai dengan yang paling komplek. Organisme yang paling komplek
anatominya yang akan mampu bertahan.
Klasifikasi adalah esensi pengelompokan jenis organism dan diklaskan sesuai
dengan kategori utama. Sedangkan Taksonomi adalah upaya penyusunan klasifikasi suatu
organism secara berurutan dari kelompok terbesar hingga terkecil.
Masing-masing diturunkan pembagian kelompoknya menjadi : Kindom, Filum, Kelas,
Ordo, Famili, Genus, dan Spesies. Tata cara penamaan mengikuti Linnaeus, yang member
nama dengan bahasa latin, disebut istilah Binomial Nomenclature.
Dalam Procedure in Taxonomy, edisi 3 tahun 1956, disebutkan : Systema Naturae
oleh Carl Von Linnaeus (Naturalist Swedia, 1978) : Penamaan bersistem secara hierarki
berdasarkan perbedaan kategori, aturan :
1. Aturan penamaan ganda atau Binary/Binomial Nomenclature yang tetap
digunakan hingga sekarang.
2. Taksonomi merupakan tata cara sistematis, yang terdiri dari penamaan dan
klasifikasi.
3. Dalam aturan penamaan terkandung aspek nama legal/sah dan asli.
4. Esensi klasifikasi suatu keompok berupa aturan/rangking dari berbagai kategori
sistematika, yakni Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Famili, Genus, dan Spesies.
Sejak pengusulan nama binomial ini, maka penamaan suatu takson menjadi lebih
teratur, praktis, dan dipakai secara internasional. Tata cara penulisan sebagai berikut :
1. Penulisan menggunakan nama latin yang ditulis cetak miring tanpa garis bawah
atau ditulis tegak dengan garis bawah.
2. Huruf pertama pada kata pertama diawali dengan huruf capital yang
menunjukkan nama genus.
3. Kata kedua seluruhnya ditulis dengan huruf kecil yang menunjukkan nama
spesies.

4. Pada umumnya setelah nama genus dan spesies ditambah dengan nama
penemu spesies tersebut untuk menyertakan nama ilmiah takson tersebut.
Pemberian nama pada akhir jenis tersebut dikenal dengan Law of Priority.
Istilah-istilah lain yang sering dijumpai pada penulisan nama suatu spesies dapat
timbul karena kurangnya dokumentasi yang lengkap ataupun spesies yang dijumpai
mempunyai cirri agak berbeda dengan spesies asli menurut penulisan terdahulu, atau juga
karena rusak sehingga sangat meragukan dalam determinasi. Untuk kasus tersebut dapat
digunakan istilah-istilah sebagai berikut :
1. cf. (confer disebandingkan/disamakan). Digunakan untuk kesebandingan tetapi
penulis masih mempunyai sedikit keraguan karena individu fosil tersebut
terawetkan kurang baik sehingga terdapat sedikit perbedaan dengan yang asli.
2. aff. (affis mirip). Ditunjukkan untuk spesies yang mirip dari satu genus yang
sama karena memiliki hubungan yang sama.
3. sp. (species spesies). Ditunjukkan untuk lebih dari satu individu yang hampir
sama dengan satu genus dan nama spesiesnya tidak diketahui dengan pasti.
4. n.sp. (newl nouvelle species spesies baru). Digunakan oleh penulis pertama
yang memperkenalkan spesies tersebut dan baru dipublikasikan pertama kalinya.
Penggunaan seluruh istilah tersebut di atas dengan singkatan dalam huruf kecil yang
ditulis tegak, tidak digaris bawahi dan diakhiri dengan titik.

I.2 TUGAS MINGGUAN

BAB II
PROSES PEMFOSILAN

II.1 DASAR TEORI


Kata fosil berasal dari bahasa Latin (Fossils) yang berarti menggali dan sesuatu yang
diambil dari dalam tanah. Pengertian fosil adalah sisa bahan organik yang terawetkan secara
alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen ( 10.000 tahun yang lalu). Dan yang dimaksud
dengan fosilisasi adalah semua proses yang melibatkan penimbunan hewan atau tumbuhan
dalam sedimen yang terakumulasi serta pengawetan seluruh atau sebagian maupun pada
jejak-jejaknya. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana proses pemfosilan terjadi
disebut Taphonomy.
Tidak semua kehidupan organisme dapat terfosilkan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain proses oksidasi-reduksi, proses kimiawi, proses fisika, proses
biologi (seperti proses pelarutan air tanah), proses geologi (seperti orogenesa, perlipatan,
pengikisan, erupsi, dan gempa bumi) atau bahkan pada saat organisme tersebut mati justru
dimangsa oleh organisme lain atau rusak oleh bakteri pembusuk.
Dengan demikian, suatu kehidupan dapat terfosilkan apabila :
-

Organisme segera terhindar dari proses perusakan yang diakibatkan oleh Scavenger
(bakteri pembusuk), proses-proses deformasi, aktivitas tektonik serta aktivitas gempa
bumi/longsoran.

Segera tertutup oleh material yang bersifat protektif, yaitu material yang memiliki
ukuran butir yang sangat halus, seperti lempung, karbonatan/gampingan,
napal/lempung karbonatan, dan pasir sangat halus.

Memiliki bagian tubuh/rangka yang keras/resisten, seperti kalsit, aragonit, silika,


chitin/zat tanduk, dan selulosa.
Daerah yang mampu mengawetkan fosil hanyalah daerah yang panas sekali (arride),

daerah yang dingin sekali, daerah dengan kondisi salinitas tinggi, lingkungan anaerob (seperti
rawa-rawa), atau daerah yang kurang oksigen.

Kegunaan fosil diantaranya :


1.

Untuk korelasi.
Korelasi berarti penghubungan titik-titik kesamaan waktu. Dengan
membandingkan fosil yang terdapat di suatu tempat dengan tempat lain, dapat dibuat
korelasinya. Fosil yang terdapat di suatu tempat karena kesamaan-kesamaan harus
dipersamakan dengan fosil di tempat lain.

2.

Menentukan umur relatif.


Fosil-fosil tertentu dapat menentukan waktu karena suatu suatu kehidupan
akan berkembang pada waktu tertentu. Suatu spesies/genus atau satuan taxon
lainnya yang mendapat perhatian khusus karena dianggap berguna dalam
menentukan strata yang memiliki umur atau waktu geologi tertentu disebut dengan
Fosil Indeks atau Guide Fossils. Syarat-syarat fosil indeks, yaitu :

3.

Memiliki penyebaran yang geografis (horizontal) yang luas.

Terbatas pada suatu zona (range umur) yang pendek.

Mudah dikenal dan mudah dibedakan dari yang lain.

Tidak atau sedikit terpengaruh oleh lingkungan yang bermacam-macam.

Terdapat dalam jumlah yang banyak.

Menentukan lingkungan pengendapan.


Fosil hanya dijumpai pada batuan sedimen, baik sedimen kontinen maupun
sedimen marine. Dengan melihat fosil yang dikandung pada suatu sedimen, maka
kita dapat mengetahui lingkungan pengendapan batuan tersebut.

4.

Menentukan iklim masa lampau (Paleoklimatologi).


Kehidupan akan berkembang baik bila kondisinya sesuai. Dalam hal ini faktor
ekologi yang paling menentukan adalah iklim. Dengan demikian, fosil yang ada pada
batuan yang diendapkan adalah pada kondisi iklim yang diperlukan yang sama
dengan iklim yang dibutuhkan organisme untuk berkembang dengan baik.

5.

Memecahkan problem-problem struktur geologi dan posisi stratigrafi.


Fosil yang didapatkan sebelumnya sebagian akan mengalami transportasi
yang pada akhir proses fosil akan mencari kedudukan yang stabil. Di dalam suatu
lapisan batuan, fosil akan tertransport ini akan memperlihatkan orientasi ke suatu
arah. Melalui orientasi dan kedudukannya dapatlah direkonstruksi kembali perlapisanperlapisan yang telah mengalami gaya tektonik, sekaligus mengetahui lapisan bagian
atas (top) dan lapisan bagian bawah (bottom).

6.

Mengetahui geografi masa lampau (Paleogeografi).


Suatu daerah mempunyai kedudukan flora dan fauna yang menunjukan
suatu keadaan goegrafi. Jadi dengan menyelidiki fosil yang ada dapat diketahui
geografi pada waktu fosil tersebut hidup.

7.

Mengetahui evolusi kehidupan.


Kehidupan yang berjalan dari masa ke masa akan mengalami perkembangan
dan perubahan yang meliputi perubahan ke arah regenerasi dan penyempurnaan.
Perubahan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan tempat dan lingkungan hidup.
Karena perubahan ke arah kesmpurnaa ini berjalan sangat lambat dan sedikit demi
sedikit, dengan menyusun fosil dari masa ke masa menurut umur geologinya maka
dapat ditafsirkan evolusi kehidupan di muka bumi dan urut-urutan sejarah
kejadiannya.

Asal-usul fosil diantaranya :


1.

Biocoenosis (Moebius, 1877)


Biocoenosis adalah kumpulan organisme yang hidup, tumbuh, dan
berkembang biak dalam suatu tempat atau lingkungan pengendapan yang sama
(biotope). Lingkungan ini merupakan kombinasi ideal dari faktor-faktor lingkungan
seperti temperatur, cahaya matahari, suplay makanan, salinitas, rasio oksidasi dan
reduksi, proses turbidit dan perbandingan yang seimbang antara pemangsa dan
pemakan bangkai, sehingga merupakan lingkungan yang Favourable untuk hidup
organisme tersebut.

2.

Thanatocoenosis
Thanatocoenosis adalah kumpulan organisme yang mati (fosil) yang dapat
berasal dari satu atau beberapa biotope yang tertransport setelah mati ke dalam
suatu lingkungan pengendapan dimana sisa-sisa organisme tersebut secara
keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan.
Perubahan salah satu atau beberapa fakotr lingkungan dapat mengakibatkan matinya
satu atau beberapa spesies tertentu dalam jumlah besar dan menimbulkan suatu
konsentrasi sisa-sisa organisme yang kemudioan tertransport atau terendapkan ke
tempat lain.

3.

Displaced Fossils
Displaced fossils adalah proses perpindahan fosil sebelum proses lithifikasi
terjadi.

4.

Reworked Fossils
Reworked fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih tua terendapkan
kembali pada lapisan batuan yang berumur lebih muda. Fosil-fosil tersebut terkikis
dari lapisan batuan awalnya, tertransport, dan terendapkan kembali dalam suatu
endapan yang berumur lebih muda. Peristiwa tersebut di atas umumnya terjadi pada
fosil-fosil dimana seluruh cangkang organisme tersebut dapat mengalami satu atau

beberapa kali daur sedimentasi dengan hanya sedikit menunjukan gejala aus, warna
yang lebih gelap, dan umur yang lebih tua. Fosil-fosil ini dapat tercampur dalam
presentase yang kecil bersama-sama dengan fosil asli dari sedimen baru atau dapat
juga merupakan satu-satunya penampilan pada sedimen tersebut.
5.

Introduced Fossils (Infiltrated Fossils)


Introduced fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih muda yang terdapat
pada lapisan batuan yang berumur lebih tua. Pada beberapa kondisi, suatu lapisan
batuan dapat mengandung fosil-fosil yang umurnya jauh lebih muda dari umur lapisan
batuan yang sebenarnya. Hal ini dapat disebabkan infiltrasi larutan yang membawa
fosil dari lapisan yang di atas ke dalam ruang pori atau rekahan dari lapisan/formasi
batuan yang lebih tua.
Berdasarkan sifat terubahnya dan bentuk yang terawetkan, maka proses pemfosilan

dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :


I. Fosil Tak Termineralisasi
1.

Fosil yang tak mengalami perubahan secara keseluruhan, yaitu fosil yang
jarang terjadi dan merupakan keistimewaan dalam proses pemfosilan.
Misalnya Mammoth di Siberia dalam endapan es Tersier ditemukan berupa
kepala, kaki depan, dan belalainya.

2.

Fosil yang terubah sebagian, umumnya dijumpai pada batuan Mesozoikum


dan Kenozoikum. Contohnya gigi-gigi binatang buas, tulang dan rangka
Rhinoceros yang tersimpan di museum Rusia, serta cangkang moluska.

3.

Distilasi (Karbonisasi), yaitu menguapnya kandungan gas-gas atau zat lain


yang mudah menguap yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan yang
disebabkan tertekannya rangka atau tubuh kehidupan tersebut dalam
sedimentasi dan meninggalkan residu karbon (C) berupa lapisan-lapisan tipis
dan berupa kumpulan unsur C serta menyelubungi atau menyelimuti sisasisa organisme yang tertekan tadi.

4.

Amber, yaitu hewan atau tumbuhan yang terperangkap dalam getah


tumbuhan (damar) dan akhirnya terfosilkan. Contohnya insekta yang
terselubungi getah damar dalam endapan Oligosen di Teluk Baltik sebagaio
fosil resen.

II. Fosil Yang Termineralisasi (Mineralized Fossils)


1.

Replacement, yaitu pergantian total material penyusun rumah organisme oleh


mineral-mineral asing.

2.

Histometabasis, adalah penggantian total tiap-tiap molekul jaringan


tumbuhan oleh mineral-mineral asing yang meresap ke dalam jasad
tumbuhan. Walaupun seluruh molekul telah terganti, namun struktur
mikroskopisnya masih terpelihara dan nampak dengan jelas mineral-mineral
pengganti tersebut, antara lain agate, chert (kalsedon), dan opak.

3.

Permineralisasi, adalah proses pengisian oleh mineral-mineral asing ke


dalam tiap pori-pori dalam kulit kerang tanpa mengubah material
penyusunnya yang semula (tulang/kulit kerang).

4.

Leaching, adalah proses pelarutan dinding test oleh air tanah.

III. Proses Pemfosilan Yang Lain


1.

Impression, adalah jejak-jejak organisme yang memiliki relief rendah.


Contohnya bekas daun yang jatuh di lumpur, jadi yang tertinggal hanyalah
jejaknya.

2.

Mold, adalah cetakan tapak yang ditinggalkan oleh organisme berelief tinggi.
Mold terbagi menjadi dua bagian atas dasar bagian yang tercetak, yaitu :

Internal mold, yaitu impresi bagian dalam yang terjadi karena fosil itu
sendiri oleh suatu hal lain telah lenyap sehingga rongga kosong
dalam lapisan tanah yang ditinggalkan fosil tergantikan zat lain.

Eksternal mold, yaitu impresi bagian luar yang ditinggalkan oleh


organisme dalam batuan.

3.

Cast, adalah cetakan dari jejak (mold) oleh material asing yang terjadi apabila
rongga antar tapak dan tuangan terisi zat lain dari luar, sedang fosilnya
sendiri telah lenyap. Atas dasar bagian yang tercetak, cast dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :

4.

Internal cast, yang tercetak adalah bagian dalam dari mold.

Eksternal cast, yang tercetak adalah bagian luar dari mold.

Koprolit, adalah kotoran binatang yang terfosilkan dan berbentuk nodul-nodul


memanjang dengan komposisi phospatik.

5.

Gastrolit, adalah fosil yang dahulu tertelan oleh salah satu hewan tertentu
(misalnya reptil) untuk membantu pencernaan.

6.

Trail, adalah jejak ekor binatang yang terfosilkan.

7.

Track, adalah jejak kuku binatang yang terfosilkan.

8.

Foot print, adalah jejak kaki hewan yang terfosilkan.

9.

Borrow adalah lubang yang dibuat oleh organisme untuk mencari


mangsa/makan dan hidup yang telah terfosilkan. Borring adalah lubang yang
digunakan untuk menyimpan makanan yang telah terfosilkan. Sedanghkan
tube adalah lubang hasil aktivitas organisme yang berbentuk pipa/tabung
yang telah terfosilkan.

II.2 LEMBAR DESKRIPSI

II.3 TUGAS MINGGUAN

BAB III
FILUM COELENTERATA
III.1 DASAR TEORI
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata kilos/hollow (cekung) dan
enteron/intestine (di dalam). Jadi dapat disimpulkan bahwa Coelenterata adalah binatang
yang memiliki cekungan berlekuk di dalam tubuhnya atau semacam kantong yang berlapis
endoderm.
Filum ini meliputi golongan invertebrata yang berjumlah banyak dengan bentuk
beraneka ragam, berkembang biak secara seksual dan aseksual, hidup di lingkungan aquatic
secara soliter maupun koloni. Dinding tubuhnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu ectoderm,
mesoglea, dan endoderm. Sebagian besar memperlihatkan gejala diamorfisme (2 bentuk)
dalam suatu individu, yaitu polip dan medusa.
Ciri-ciri filum Coelenterata :
-

Memiliki lubang sebagai mulut yang dikelilingi bulu getar.

Memiliki semacam kantong yang dilapisi endoderm.

Memiliki semacam alat penyengat, disebut stinging cell atau knidoblast.

Memiliki organ pengumpul makanan.

Memiliki rangka dari zat kapur dan zat tanduk atau chitin.

Berkembang biak secara seksual dan aseksual.

Menurut Robert R. Shrock, membedakan tiap-tiap klas pada filum Coelenterata didasarkan
pada :
-

Hubungan antara phylogenetik.

Bagian-bagian tubuh yang lunak.

Siklus kehidupan termasuk cara perkembangbiakannya.

Struktur dan kenampakan arsitektur rangka luar.

Struktur rangka dalam.

Klasifikasi Coelenterata menurut Robert R. Shrock :


I.

II.

III.

IV.

Klas Hydrozoa

Ordo Hydroida

Ordo Hydrocorallia

Ordo Trachylina

Ordo Siphonospora

Klas Stromatoporoidae

Ordo Actinostroidae

Ordo Clathrodictynidae

Ordo Lobechiidae

Ordo Spongiomorphidae

Ordo Aulaceridae

Klas Schypozoa

Ordo Stauromedusae

Ordo Cubomedusae

Ordo Coranate

Ordo Discomedusae

Klas Anthozoa

Sub-klas Tentracorallia
-

Famili Disphyllidae

Famili Lophophyllidae

Sub-klas Hexacorallia
-

Ordo Scleractinia

Ordo Zoantidea

Ordo Zoanthipatharia

Ordo Ceantharia

Sub-klas Octocorallia
-

Ordo Stolonisfera

Ordo Telestacea

Ordo Alcyonacea

Ordo Gorgonacea

Sub-klas Tabulata

Sub-klas Schizocorallia

Klasifikasi Coelenterata menurut Moore dan Lalicker :


I.

Klas Hydrozoa

Ordo Hydroidea

Ordo Milleporida

Ordo Stromatoporida

Ordo Siphonophorida

II.

Klas Schypozoa

III.

Klas Anthozoa

Sub-klas Alcyonaria
-

Ordo Pennatulacea

Ordo Gorgonacea

Ordo Stolonisfera

Sub-klas Tabulata
-

Ordo Schizocorallia

Ordo Thallocorallia

Sub-klas Zoantharia
-

Ordo Rogosa

Ordo Heterocorallia

Ordo Sclereactinia
*

Sub-ordo Astrocoeniida

Sub-ordo Fungiida

Sub-ordo Faviida

III.2 LEMBAR DESKRIPSI

III.3 TUGAS MINGGUAN

BAB IV
FILUM BRACHIOPODA

IV.1 DASAR TEORI


Brachiopoda berasal dari kata branchia yang berarti tangan, dan podos yang
berarti kaki. Golongan ini menggunakan tangan atau lengannya pada bagian depan untuk
menambatkan diri pada dasar permukaan/sub-stratum dengan cangkang berkelopak dua ang
tidak sama besar. Mereka terutama hidup di laut meskipun beberapa diantaranya hidup di air
payau. Brachiopoda merupakan golongan hewan yang pernah memegang peranan penting di
zaman Paleozoikum hingga Resen.
Ciri-ciri filum Brachiopoda :
-

Terdiri dari 2 kulit kerang (valve/shell), disebut juga bivalve.

Hidup secara menambat (sessile) dengan menggunakan


padicle.

Tubuh tidak beruas.

Cangkang terbuat dari bahan gampingan (calcareous) atau


chitinofosfat.

Pada muka dalamnya dilapisi selaput tipis yang disebut

juga selaput mantel.


-

Bagian valve yang mempunyai lubang pedicle (pedicle opening/foramen) disebut


ventral valve (pedicle valve), sedangkan lawannya disebut dorsal valve (branchial valve).
Lubang tempat keluar masuknya pedicle disebut deltryrium (pedicle opening). Bagian kulit
kerang yang mula-mula terbentuk disebut apex (beak), bagian pertumbuhan kedua disebut
umbo, dan bagian pertumbuhan selanjutnya disebut growth line (garis tumbuh).
Dorsal valve dan ventral valve berhubungan satu dengan lainnya dengan
menggunakan engsel yang terdiri dari gigi-gigi socket (lubang-lubang gigi). Urat daging yang
membuka dan menutup kulit disebut adductor muscles, sedangkan yang menarik dan
mengeluarkan pedicle disebut adjustor muscles. Kedua bagian tersebut yang kemudian
meninggalkan bekas pada permukaan dalam valve, disebut juga muscle scars.
Klasifikasi dalam Brachiopoda didasarkan pada :
-

Ada tidaknya engsel (hinge line)

Bentuk-bentuk dari engselnya.

Bentuk-bentuk deltryrium (lubang pedicle).

Bentuk-bentuk muscle scarnya

Ada tidaknya pori-pori halus pada kulit kerangnya.

Klasifikasi Brachiopoda menurut Robert R. Shrock :


I.

Klas Inartikulata

Ordo Atremata
-

Superfamili Lingulacea

Superfamili Trimerellacea

Ordo Neotremata
-

Superfamili Acrotoracea

Superfamili Siphonotretacea

Superfamili Disinacea

Superfamili Craniacea

II.

Klas Artikulata

Ordo Palaetremata

Ordo Protremata
-

Superfamili Orthacea

Superfamili Dalmanellacea

Superfamili Productacea

Superfamili Rhynconellacea

Superfamili Spiriferacea

Superfamili Restrospiracea

Klasifikasi Brachiopoda menurut Moore dan Lalicker :


I.

Klas Inartikulata

II.

Ordo Altremata
-

Sub-ordo Lingulacea

Sub-ordo Trimellacea

Ordo Neotremata
-

Sub-ordo Pateranicia

Sub-ordo Siphonotretacea

Klas Artikulata

Ordo Paleotremata

Ordo Arthida
-

Sub-ordo Orthacea

Sub-ordo Dalmanellacea

Ordo Terebratullida

Ordo Pentamerida
-

Sub-ordo Syntrophiacea

Sub-ordo Pentameracea

Ordo Rhynchonellacea
-

Sub-ordo Rhynchonellacea

Rhynchoporacea

Ordo Strophomenida

Ordo Spiriferida
-

Sub-ordo Spiriferacea

Sub-ordo Rostrospiracea

Sub-ordo Punctospiracea

PERBEDAAN ANTARA BRACHIOPODA DENGAN PELECYPODA

Brachiopoda
In equivalen

Pelecypoda
Equivalen

Valvenya disebut ventral valve dan dorsal Valvenya disebut valve kiri dan valve kanan
valve
valve kiri
Equilateral (simetris)

In equilateral (asimetris)

valve kanan

Mempunyai pedicle

Tidak mempunyai pedicle

Gigi terdapat pada socket pada dorsal valve

Gigi terdapat pada socket di kedua valve atau


kedua sistem lekukan

IV.2 LEMBAR DESKRIPSI

IV.3 TUGAS MINGGUAN

BAB V
FILUM MOLUSCA
VI.1 DASAR TEORI
KELAS GASTROPODA
Gastropoda berasal dari kata gastro yang berarti perut, dan podos yang berarti
kaki. Pada umumnya bersifat herbivora dan hidup di perairan laut dan payau. Gastropoda
hidup mulai dari zaman Kambrium hingga sekarang.
Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki, dan organ-organ dalam (visceral). Pada kepala
terdapat sepasang tentakel pendek yang berfungsi sebagai alat pembau dan sepasang
tentakel panjang yang berfungsi sebagai alat penglihat. Selain itu terdapat rongga mantel
yang berfungsi sebagai alat pengunyah, serta terdapat sepasang insang, khususnya untuk
jenis gastropoda yang hidup di lingkungan air. Sedangkan untuk jenis gastropoda yang hidup
di darat, rongga mantel berfungsi sebagai paru-paru.

Di bawah kepala terdapat kelenjar mukosa yang menghasilkan lendir untuk


membasahi kaki sehingga mudah bergerak. Kaki gastropoda berbentuk pipih, lebar, dan
selalu basah, hal ini menyebabkan gastropoda dapat berpindah tempat secara merayap
dengan mudah. Kaki gastropoda sebenarnya merupakan perut yang tersusun otot yang
sangat kuat dan dapat bergerak bergelombang.
Gastropoda ada yang memiliki cangkang tunggal, cangkang ganda, dan ada pula
yang tanpa cangkang. Cangkok ini terbuat dari zat gampingan (kalsium karbonat) serta
tertutupi oleh Epifragma yang berguna untuk melindungi tubuh gastropoda yang lunak.
Cangkok tersebut terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang melalui satu
sumbu (satu garis lurus). Arah putaran cangkang gastropoda ada yang ke kanan (searah
jarum jam), dan ada yang ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Putaran dari cangkang
gastropoda ini menunjukan iklim lingkungan hidup asalnya. Bila arah putaran cangkangnya ke
kanan, menunjukan bahwa gastropoda tersebut berasal dari lingkungan yang beriklim tropis.
Namun bila arah putaran cangkangnya ke kiri, menunjukan bahwa gastropoda tersebut
berasal dari lingkungan yang beriklim sub-tropis hingga dingin.

Berikut adalah beberapa macam pembagian putaran cangkang gastropoda.


1.

2.

Bentuk test gastropoda bila dilihat dari atas mempunyai 2 kenampakan yaitu :

Dextral, bila putaran cangkang searah jarum jam.

Sinistral, bila putaran cangkang berlawanan arah dengan jarum jam.

Sedangkan jenis putaran yang lainnya adalah :

Involut, jika putaran yang terakhir menutupi putaran yang sebelumnya


(seluruhnya).

3.

Evolut, jika seluruh putarannya terlihat jelas.

Bila dilihat dari samping terdapat 2 macam putaran, yaitu :

Putaran tinggi, bila sudut putaran lebih kecil dari 30

Putaran rendah, bila sudut putaran lebih besar dari 30

Klasifikasi Gastropoda menurut Robert R. Shrock :


I.

II.

Sub-klas Protogastropoda

Ordo Cynostrata

Ordo Cochiostraca

Sub-klas Prosobranchia

III.

I.

Ordo Archeogastropoda
-

Superfamili Bellerophontacea

Superfamili Pleurotomariacea

Superfamili Eumophaiaea

Superfamili Trachonematacea

Superfamili Trachacea

Ordo Mesogastropoda

Ordo Neogastropoda
-

Superfamili Muricacea

Superfamili Buccinacea

Superfamili Volutacea

Superfamili Conacea

Sub-klas Opistobranchia

Ordo Pleurocoela

Ordo Pteropoda

Ordo Sacoglossa

Ordo Acoela

Sub-klas Pulmonata

Ordo Basommatophora

Ordo Stylommatophor

Klasifikasi Gastropoda menurut C.H. Oostingh :

I.

II.

III.

Ordo Prosobranchia

Famili Trachidea

Famili Cyclostrematidae

Famili Turitellidae

Famili Naticidae

Famili Architectonicidae

Famili Muricidae

Famili Buccinidae

Famili Olividae

Ordo Ophistobranchia

Famili Bullidae

Famili Actonaeonidae

Ordo Pulmomata

Famili Lymnaeidae

Famili Planorbidae

Klasifikasi Gastropoda menurut Moore dan Lalicker :


I.

Sub-klas Prosobranchia

Ordo Archaeogastropoda
-

Superfamili Pleurotomaricea

Superfamili Trochonematecea

Superfamili Trochacea

Superfamili Neritacea

Ordo Mesogastropoda

II.

Superfamili Nerineacea

Superfamili Cerithiacea

Superfamili Naticacea

Ordo Neogastropoda
-

Superfamili Muricacea

Superfamili Buccinacea

Sub-klas Opisthobranchia

III.

Ordo Pleurocoela

Ordo Pteropoda

Sub-klas Pulmonata

Ordo Basommatophora

Ordo Stylommatophora

KELAS PELECYPODA
Pelecypoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu pelekys yang berarti kapak kecil, dan
pous yang berarti kaki, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelecypoda adalah binatang
berkaki yang mirip kapak. Disebut juga Lamellibranchia yang berarti lempeng kecil,
mempunyai insang, test dari kulit kerang (bivalve) yang sama besar dan terbentuk dari zat
gampingan. Dimana kedua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi
dan socket. Hewan ini diperkirakan mulai muncul pada zaman Ordovisium Bawah sampai
resen.
Pada bagian dalam test dilapisi oleh membran yang tipis dimana ke arah posterior
kulit mantel dapat membentuk saluran-saluran. Saluran-saluran tersebut dapat tergantung
menjadi tabung besar yaitu Incurrent Siphon, yang merupakan saluran untuk memasukan air
+ O2 + makanan, dan Excurrent Siphon, yang merupakan saluran pengeluaran air dan
kotoran. Pada umumnya, Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih
besar dibandingkan dengan yang hidup di laut.
Kulit mantel Pelecypoda melekat pada bagian pinggir kulit kerang (valve). Pallial line
(garis mantel) adalah garis (parit) yang merupakan bekas dari tempat melekatnya

Pelecypoda, dan muscle scar berfungsi untuk menutupi valve. Untuk membuka valve
digunakan ligamen, yaitu pita yang elastis yang terbuat dari konsiolin. Sedang jika tak
mempunyai ligamen menggunakan resillium, yaitu airan yang terletak pada bidang segitiga
(resilifer).
Cara untuk menentukan dan membedakan bagian Posterior dan Anterior :
Dilihat muscle scranya, jika besar berarti bagian posterior,

sedang yang kecil berarti anterior.


Jika muscle scar sama besar, apabila ditemukan pallial

sinusnya maka bagian itu adalah anterior.


Jika Monomyaria (satu muscle scar), bila yang ditemukan

muscle scar maka bagian tersebut adalah posterior.


Dengan melihat escutcheonnya, bagian yang ditemukan

adanya lekuk (lunulue) disebut anterior, sedang bagian escutcheon adalah posterior.
Klasifikasi klas Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu insang,
susunan gigi, otot penutup kelopak, evolusi, maupun gabungan dari insang, susunan giginya
dan otot penutup kelopaknya. Klasifikasi berdasarkan struktur insangnya biasa dipakai oleh
ahli biologi dan terutama berguna bagi penyelidikan Pelecypoda zaman sekarang. Sedangkan
klasifikasi berdasarkan susunan gigi pada engsel dianggap penting sekali bagi Paleontologi
karena bisa diperiksa serta diamati pada fosil-fosilnya. Kemungkinan gigi-gigi ini mulai tumbuh
tidak rata pada tepi dorsal cangkang dengan tujuan mencegah pergesekan kedua kelopak.
Bentuk geligi yang sederhana sudah dijumpai pada zaman Ordovisium. Segera setelah itu
terjadi evolusi gigi menjadi dua susun.
Klasifikasi Pelecypoda menurut C.H. Oostingh :
I.

II.

Ordo Taksodonta

Famili Nuculida

Famili Arcidae

Ordo Anisomyaria

Famili Animiidae


III.

Famili Mytilidae

Ordo Eulamellibranchiata

Famili Cressatellidae

Famili Condylocardiidae

Famili Corbiculidae

Famili Veneridae

Famili Tellinidae

Famili Teredinae

Klasifikasi Pelecypoda menurut Robert R. Shrock :


II.

III.

IV.

Ordo Taksodonta

Superfamili Nuculacea

Superfamili Arcaeca

Ordo Anisomyaria

Superfamili Ostreacea

Superfamili Ptericea

Superfamili Mytilacea

Superfamili Pectinacea

Superfamili anemoacea

Ordo Eulamellibranchiata

Superfamili Trigonacea

Superfamili Astratacea

Superfamili Carditace

Superfamili Cyprinacea

Superfamili Veneracea

Superfamili Tellinacea

Superfamili Myace

KELAS CEPHALOPODA
Cephalopoda berasal dari kata cephalon yang berarti kepala, dan podos yang
berarti kaki, sehingga dapat disimpulkan bahwa Cephalopoda adalah hewan yang memiliki
kaki yang tepat berbatasan langsung dengan kepalanya. Ciri dari chephalopoda secara umum
adalah mempunyai bentuk yang simetri bilateral dengan bentuk test yang bermacam-macam.
Cephalopoda merupakan hewan yang sangat progresif (dapat bergerak dengan cepat), dan
hanya hidup di perairan laut.
Cephalopoda memiliki cangkang di luar maupun di dalam dengan badan yang lunak.
Memiliki kepala dengan alat pendengaran dan sepasang mata besar yang berkembang
sangat baik. Mulut dan rahangnya menyerupai paruh burung kakaktua yang dikelilingi dengan
tentakel-tentakel. Cephalopoda menggunakan hyponome yang berfungsi untuk memompa air
keluar dari tubuhnya sehingga dapat berenang dengan cepat seperti torpedo. Tentakeltentakelnya dapat mengerluarkan sejenis cairan yang berwarna hitam pekat yang disebut
tinta untuk melindungi diri dari bahaya.
Cephalopoda mengalami masa puncak pasa masa Paleozoikum dan Mesozoikum.
Sehingga fosil cephalopoda sangat tepat digunakan sebagai fosil penunjuk pada masa
tersebut.

Klasifikasi Chepalopoda menurut Robert R. Shrock :


I.

Sub-klas Nautiloidae

Ordo Ellesmerocetida

Ordo Endoceratida

Ordo Actinoceratida

Ordo Michelioceratida

Ordo Ascoceratida

Ordo Bassleroceratida

Ordo Oncoceratida

Ordo Discosorida

Ordo Tarphyceratida

Ordo Barrandeoceratida

Ordo Rutoceratida

Ordo Centroceratida

Ordo Solenochilida

Ordo Nautilida

II.

Sub-klas Ammonoida

III.

Sub-klas Coleoidea

Ordo Belemnoidea

Ordo Sepioidea

Ordo Teuthoidea

Ordo Octopoda

Klasifikasi Chepalopoda menurut Moore dan Lalicker :


I.

Sub-klas Nautiloidea

Ordo Ellesmeraceroida

Ordo Michelinoceroida

Ordo Asoceroida

Ordo Oncoceroida

Ordo Endoceroida

Ordo Actinoceroida

Ordo Nautiloida

II.

Sub-klas Ammonitida

III.

Ordo Ammnoitida

Sub-klas Dibranchiata

Ordo Belemnoida

Ordo Sepioida

Ordo Teuthoida

Ordo Octopodia

V.2 LEMBAR DESKRIPSI

V.3 TUGAS MINGGUAN

BAB VI
FILUM PROTOZOA

VI.1 DASAR TEORI

Protozoa adalah protista yang menyerupai hewan. Berasal dari kata protos yang
berarti pertama, dan zoon yang berarti hewan, jadi dapat disimpulkan bahwa protozoa
adalah hewan pertama dan merupakan hewan yang paling primitif serta paling sederhana
yang terdiri dari beberapa protoplasma.
Di perairan, protozoa adalah penyusun zooplankton. Makannanya berupa bakteri,
jenis protista lain, hingga detritus (materi organik dari organisme mati). Jika keadaan
lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri membentuk sista untuk
mempertahankan diri. Namun bila keadaan lingkungannya menguntungkan, protozoa akan
aktif kembali. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan hidup bebas.
Protozoa bersel tunggal serta memiliki organisasi sel yang sederhana. Semua
kegiatan dilakukan oleh sel itu sendiri. Protozoa berkembangbiak dengan cara reproduksi
aseksual (vegetatif), yaitu membelah diri. Namun ada juga yang secara seksual, yaitu
konjugasi (perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya). Alat
gerak protozoa bermacam-macam. Ada yang menggunakan bulu cambuk (flagela), bulu getar
(sillia), dan ada pula yang menggunakan kaki semu (pseudopodia).
Ciri-ciri protozoa secara umum adalah sebagai berikut :
1.

Monoseluler.

2.

Belum memiliki pembagian sistem organik.

3.

Dapat hidup di segala habitat, terutama di lingkungan perairan.

4.

Jumlah individunya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah individu filum lainnya.

5.

Ukurannya dari 1 m 2 m atau lebih kecil, tapi ada juga protozoa yang berukuran
75 mm.

6.

Ada pergantian regenerasi dalam perkembangbiakannya.

7.

Golongannya ada yang termasuk tumbuhan dan hewan.

8.

Hidup secara soliter dan ada pula yang berkoloni.

Klasifikasi Protozoa meliputi :


I.

Klas Mastigophora (Flagellata)

II.

Klas Ciliata (Infusoria)

III.

Klas Sporozoa

IV.

Klas Sarcodina (Rhyzopoda)

1.

Ordo Proteomyxa

2.

Ordo Mycetozoa

3.

Ordo Amoeba

4.

Ordo Heliozoa

5.

Ordo Radiolaria

6.

Ordo Foraminiferida

Famili Discocyclinidae
-

Genus Actinocyclina

Genus Asterocyclina

Genus Discocyclina

Famili Camerinidae
-

Genus Assilina

Genus Cyclocypeus

Genus Heterostegina

Genus Nummulites

Famili Alveolinellidae
-

Genus Alveolina

Genus Alveolinella

Famili Miogypsinidae
-

Genus Miogypsina

Genus Miogysinoides

Famili Calcarinidae
-

Genus Biplanispira

Genus Pellatispira
Famili Orbitolinidae

VI.2 LEMBAR DESKRIPSI

VI.3 TUGAS MINGGUAN

BAB VII
FILUM ARTHROPODA

VII.1 DASAR TEORI


Arthropoda merupan filum dengan jumlah spesies yang sangat besar. Dari hamper 1
juta spesies yang pernah dijumpai 75% diantaranya masih hidup hingga sekarang, 90%
diantaranya adalah klas insekta. Arthropoda diduga mulai muncul pertama kali pada zaman
Kambrium, yaitu dari kelompok Trilobit.
Merupakan binatang berhasil menyesuaikan diri pada macam-macam lingkungan
(air, darat dan udara). Sebagian besar memiliki tubuh berkerangka luar yang tersusun oleh
kalsium karbonat, meski begitu tapi yang terawetkan dalam bentuk fosil hanya sedikit.
Pengawetan sulit terjadi terutama pada golongan ysng hidup di darat. Beberapa fosil insekta
ditemukan dalam getah yang mengeras / amber, namun jumlahnya sedikit sekali. Ada 3
golongan yang banyak terawetkan dalam bentuk fosil, yaitu Trilobita, Ostrakoda, dan Balanus.
Secara harfiah, Arthropoda disebut sebagai hewan dengan bentuk tubuh bersegmen,
yaitu cephalon/kepala, thorax/dada, abdomen/pygidium/perut. Pada bagian kepala dan dada
terkadang dijumpai menjadi satu yang disebut cephalo-thorax atau prosoma. Tubuh
Arthropoda sendiri tersusun atas segmen-segmen yang disebut somites. Segmen tubuhnya
ada yang bentuknya memanjang/appendages. Setiap segmen tersusun atas dorsal
plate/tergite dan ventral plate/sternite. Ukuran tubuhnya sangat bervariasi, antara 0,25 mm
(insekta) sampai 3,4 m (Trilobit).
TRILOBITA
Termasuk dalam subphylum Trilobitomorpha, klas Trilobita.kelompok ini mencakup
binatang laut yang muncul pada awal zaman Kambrium dengan diwakili beberapa genus
utama, missal Olenellus, mulai menyusut pada Silur dan akhirnya punah di akhir Perm. Nama
Trilobita berasal dari kenampakan khas binatang tersebut, terdiri dari 3 bagian / three lobes
dan bagian pinggir dikedua sisinya / lateal lobes. Tubuhnya dibungkus oleh kerangka luar /
exoskeleton dari senyawa khitinan. Ruas-ruas kerangkanya begitu lentur sehingga
memungkinkan dirinya menggulung seperti bola.
Seperti Arthropoda yang lain, pertumbuhan Trilobita dilakukan dengan jalan berganti
rangka/molting. Seluruh hidupnya dijalani di dasar laut, sering membuat lubang dan melata
ketempat lain dengan meninggalkan fosil jejak berupa burrow/trail. Fosil Trilobita banyak
ditemukam bersama dengan koral, crinoid, brachiopoda dan cephalopoda, sehingga
ditafsirkan mereka hidup dengan baik di laut dangkal.

VII.2 LEMBAR DESKRIPSI

VII.3 TUGAS MINGGUAN

BAB VIII
FILUM ECHINODERMATA

VIII.1 DASAR TEORI

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani, yaitu echinos yang berarti spiny/duri
dan derma yang berarti skin/kulit. Maka dapat disimpulkan bahwa Echinodermata adalah
binatang yang berkulit duri. Filum ini mencakup hewan yang hanya hidup di dalam air laut,
biasanya merupakan bentos, baik yang hidup secara vagile dan sessile. Echinodermata
mempunyai rangka luar atau cangkang berbentuk bola, bintang atau silinder yang terdiri dari
berbagai lempeng kecil. Pada masa hidupnya, cangkang itu diselubungi oleh selaput kulit,
yang kemudian hilang pada proses pemfosilan.
Ciri-ciri filum Echinodermata :
-

Bentuk spherical maupun discoidal.

Komposisi test gampingan.

Struktur tubuhnya bersamaan antara coelon (rongga


tubuh), mulut, dan anus.

Hidup secara bentonik dengan stem columnal.

Hidup dari Kambrium hingga Resen.


Pembagian filum ini berdasarkan ciri-ciri tertentu antara lain keberadaan

stem/columnal, keberadaan armos, komposisi test dan rangka, sifat atau bentuk saluran
air/pembuluh darah, serta cara hidup (sessile atau vagile).
Klasifikasi Echinodermata menurut Robert R. Shrock :
I.

Sub-filum Pelmatozoa
1.

Klas Cysoidea

Sub-klas Hydrophoridea
-

Ordo Diploporita

Ordo Pambifera

Sub-klas Blastoidea
-

2.

Ordo Eublastoidea

Klas Crynoidea

Sub-klas Inadunata
-

Ordo Disparata

Ordo Clodoidea

II.

III.

IV.

Sub-klas Flexibilia
-

Ordo Taxocrinoidea

Ordo Sagenocrinoidea

Sub-klas Camerata
-

Ordo Diplobathra

Ordo Monobothra

Sub-klas Artikulata
-

Sub-ordo apiocrinida

Sub-ordo Pentacrinida

Sub-ordo Holopocrinida

3.

Klas Endrioasteraidea

4.

Klas Paracrinoidea

5.

Klas Eucrinoidea

Sub-filum Homalozoa
1.

Klas Corporidea

2.

Klas Machoeridea

Sub-filum Haplozoa
1.

Klas Cymaidea

2.

Klas Cycloidea

Sub-filum Eleuterozoa
1.

Klas Stelleroidea

Sub-klas asteroidean

Sub-klas Aphiuroidea

Sub-klas Somasteroidea

2.

Klas Holothuraidea

3.

Klas Echinoidea

Ordo Lepidoentroidea

Ordo Bathiocodaroida

Ordo Cidaroidea

Ordo Achinocystaida

Ordo Exacycloida
-

Sub-ordo Halectypina

Sub-ordo Clypeastrina

Sub-ordo Spatangina

Klasifikasi Echinodermata menurut Cecil G. Lalicker :


I.

Sub-filum Pelmatozoa
1.

Klas Eocrinoidea

2.

Klas Paracrinoidea

3.

Klas Carpoidea

4.

Klas Edriostroidea

5.

Klas Cystoidea

Ordo Rhombiferida

Ordo Diploporida

6.

Klas Blastoidea

7.

Klas Crinoidea

II.

Sub-klas Inadunata
-

Ordo Disparida

Ordo Hybocrinida

Ordo Cladida

Sub-klas Flexibilia
-

Ordo Taxocrinoidea

Ordo Sagenocrinoidea

Sub-klas Camerata
-

Ordo Diplobathrida

Ordo Monobathrida

Sub-klas Articulata

Sub-filum Eleutheroidea
1.

Klas Holothuroidea

Sub-klas Somasteroidea

2.

Sub-klas Asteroidea

Sub-klas Ophiuroidea

Klas Echinoidea

Sub-klas Regularia
-

Ordo Melanochinoida

Ordo Cidaroida

Ordo Camarodonta

Sub-klas Irregularia
-

Ordo Helectypoda

Ordo Cassiduloida

Ordo Clypeastroida

Ordo Spatangoida

3.

Klas Bothriocidaroidea

4.

Klas Ophiocystia

VIII.2 LEMBAR DESKRIPSI

VIII.3 TUGAS MINGGUAN

BAB IX

LINGKUNGAN HIDUP, LINGKUNGAN PENGENDAPAN,


DAN APLIKASI PALEONTOLOGI
IX.1 DASAR TEORI
Lingkungan hidup organisme ada tiga, yaitu darat, laut dan udara. Lingkungan udara dapat
diabaikan, karena kehidupan yang mati pasti jatuh ke darat atau air.
1. Lingkungan Darat
Organisme yang hidup di lingkungan ini sulit terawetkan, karena mudah terjadi proses
pembusukan. Lingkungan darat terdiri atas: flood plain, gurun, pegunungan, dataran, dsb.
2. Lingkungan Air
Lingkungan air banyak digunakan organisme yang dalam kehidupannya membutuhkan air
dalam jumlah yang banyak. Hal ini mengakibatkan sebagian besar organisme ditemukan
hidup di lingkunga air. Lingkungan air terdiri dari : sungai, danau dan laut. Lingkungan laut
adalah lingkungan sediment yang paling banyak ditemukan fosil. Secara umum lingkungan
laut terbagi atas zona :
a.

Lithoral, zona gelombang dan dekat dengan pantai. Organisme yang


terawetkan biasanya bertubuh lunak seperti algae. Sifat sedimennya kasar
sehingga fosil jarang dijumpai.

b.

Neritic, lingkungan laut dengan kedalaman 0-200 meter. Kondisi ekosistemnya


adalah sinar matahari masih tembus, air terlihat jernih, biasanya terjadi
simbiosis dan berkoloni, ukuran sediment halus dan banyak dijumpai fosil,
koral tumbuh dengan baik.

c.

Bathyal, lingkungan laut dengan kedalaman 200-2000 meter. Kondisi


ekosistemnya adalah sinar matahari tidak dapat menembus kecuali pada
bagian atas sehingga berupa zona gelap. Tumbuhan tidak dapat melakukan
fotosintesa. Fosil yang dijumpai umumnya bersifat planktonik sedang bentonik
jarang dijumpai. Pada lingkungan ini unsure karbonat biasanya akan
terlarutkan karena ada zona CCD.

d.

Abyssal, lingkungan laut dengan kedalaman 2000-6000 meter. Zona yang


sangat gelap dan dingin, tumbuh- tumbuhan tidak/sangat jarang.

e.

Hadal, lingkungan laut dengan kedalaman lebih dari 6000 meter.

Organisme sendiri dalam kehidup di air mempunyai cara tersendiri :

1.

Planktonik, organisme hidup pada permukaan air, pergerakannya sangat dipengaruhi


oleh arus, terdiri dari :
a. Fitoplankton, kemampuan menghasilkan makanan dari fotosintesa/autotropik. Contoh
: Coccolithofora, Diatomae, Dinoflagelata.
b. Zooplankton, tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, memakan fitoplankton,
bersifat heterotropik. Contoh : Foraminifera, Radiolaria, Graptolit.
c. Meroplankton,

pada usia muda sebagai plankton kemudian bebas pada saat

dewasa. Contoh : Molluska.


d. Pseudoplankton, organisme tersebar karena arus dan gelombang, namun menambat
pada rumput laut, kayu, dsb. Contoh : Berbakel, Brachiopoda.
2.

Bentonik, organisme merayap didasar laut, dapat dipermukaan substratum ataupun


dibawah, terdiri dari :
a. Sesil, menambat pada dasar . contoh : Brachiopoda , Crinoidea
b. Vagrant, Benton yang merayap atau berenang pada dasr atau menggali dasar .
contoh : Cacing

3.

Nektonik, organisme mampu berenang bebas dan bergerak tidak terpengaruh oleh arus
dan gelombang. Contoh : Cephalopoda, ikan, mamalia laut.

ASAL USUL FOSIL


1.

Biocoenosis (Moebius, 1877)


Biocoenosis adalah kumpulan organisme yang hidup, tumbuh, dan
berkembang biak dalam suatu tempat atau lingkungan pengendapan yang sama
(biotope). Lingkungan ini merupakan kombinasi ideal dari faktor-faktor lingkungan
seperti temperatur, cahaya matahari, suplay makanan, salinitas, rasio oksidasi dan
reduksi, proses turbidit dan perbandingan yang seimbang antara pemangsa dan
pemakan bangkai, sehingga merupakan lingkungan yang Favourable untuk hidup
organisme tersebut.

2.

Thanatocoenosis
Thanatocoenosis adalah kumpulan organisme yang mati (fosil) yang dapat
berasal dari satu atau beberapa biotope yang tertransport setelah mati ke dalam
suatu lingkungan pengendapan dimana sisa-sisa organisme tersebut secara
keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan.

Perubahan salah satu atau beberapa fakotr lingkungan dapat mengakibatkan matinya
satu atau beberapa spesies tertentu dalam jumlah besar dan menimbulkan suatu
konsentrasi sisa-sisa organisme yang kemudioan tertransport atau terendapkan ke
tempat lain.
3.

Displaced Fossils
Displaced fossils adalah proses perpindahan fosil sebelum proses lithifikasi
terjadi.

4.

Reworked Fossils
Reworked fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih tua terendapkan
kembali pada lapisan batuan yang berumur lebih muda. Fosil-fosil tersebut terkikis
dari lapisan batuan awalnya, tertransport, dan terendapkan kembali dalam suatu
endapan yang berumur lebih muda. Peristiwa tersebut di atas umumnya terjadi pada
fosil-fosil dimana seluruh cangkang organisme tersebut dapat mengalami satu atau
beberapa kali daur sedimentasi dengan hanya sedikit menunjukan gejala aus, warna
yang lebih gelap, dan umur yang lebih tua. Fosil-fosil ini dapat tercampur dalam
presentase. Hal ini dapat disebabkan infiltrasi larutan yang membawa fosil dari
lapisan yang di atas ke dalam ruang pori atau rekahan dari lapisan/formasi batuan
yang lebih tua.

5.

Introduced Fossils (Infiltrated Fossils)


Introduced fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih muda yang terdapat
pada lapisan batuan yang berumur lebih tua. Pada beberapa kondisi, suatu lapisan
batuan dapat mengandung fosil-fosil yang umurnya jauh lebih muda dari umur lapisan
batuan yang sebenarnya.

Kegunaan fosil dan aplikasi Paleontologi diantaranya :


1. Melakukan Korelasi
Korelasi ialah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu, dengan membandingkan fosil
yang telah diketahui umurnya secara relative ataupun absolute disuatu tempat dengan
tempat lain.
2. Menentukan Umur Relatif

Spesies- spesies tertentu kadang memiliki masa hidup yang singkat. Fosil- fosil tersebut
dapat digunakan sebagai penentu umur relative batuan, itu disebut fosil indek. Syarat
fosil indek :
a. penyebaran geografis (lateral) yang luas.
b. Terbatas pada suatu zona (range umur) yang pendek.
c. Mudah dikenali dan dibedakan dengan fosil lainnya.
d. Tidak/sedikit terpengaruh oleh lingkungan yang bermacam-macam.
e. Terdapat dalam jumlah yang banyak.
3. Menentukan Lingkungan Pengendapan
Umurnya, fosil hanya dijumpai pada batuan sediment. Baik sediment kontinen maupun
marine. Dengan melihat kandungan fosilnya, kita dapat mengetahui lingkungan
pengendapan batuan tersebut.
4. Menentukan Iklim Masa Lampau / Paleoklimatologi
Kehidupan akan berkembang baik jika kondisinya sesuai. Dalam hal ini factor ekologi
yang paling berperan dalam iklim. Maka fosil yang ada pada batuan yang diendapkan
adalah pada kondisi iklim yang diperlukan yang sama dengan iklim yang dibutuhkan
organisme untuk berkembang dengan baik.
5. Memecahkan Masalah Struktur Geologi dan Statigrafi
Fosil yang didapatkan sebelumnya akan mengalami transportasi yang akhirnya akan
mencapai kedudukan yang stabil dalam suatu lapisan batuan, fosil yang tertransport
akan memperlihatkan orientasi ke satu arah. Dari itu maka dapat direkonstruksi kembali
lapisan-lapisan yang telah mengalami gaya tektonik sekaligus mengetahui bagian top
dan bottom suatu lapisan.
6. Mengetahui Geografi Masa Lampau/Paleogeografi
Suatu daerah memiliki kedudukan flora dan fauna yang menunjukkan suatu keadaan
geografis. Jadi dengan menyelidiki yang ada, dapat diketahui kondisi geografis pada
waktu fosil tersebut hidup.
7. Mengetahui Evolusi Kehidupan
Kehidupan dari masa ke masa, akan mengalami perkembangan dan perubahan menuju
kearah regenerasi dan penyempurnaan. Hal itu sangant dipengaruhi oleh keadaan
tempat dan lingkungan hidup. Karena perubahan berjalan sangat lambat, dengan

menyusun fosil dari masa ke masa menurut umur geologinya, maka dapat ditafsirkan
evolusi kehidupan di muka bumi dan urut-urutan sejarah kejadiannya.

IX.2 LAPORAN LAPANGAN

IX.3 TUGAS MINGGUAN

LAPORAN EKSKURSI
SANGIRAN 2008

KESIMPULAN
1.

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sisa/jejak kehidupan yang


terbentuk secara alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen ( 10.000 tahun yang
lalu) dan menunjukan suatu silsilah.

2.

Fosil adalah sisa bahan organik yang terawetkan secara alamiah dan
berumur lebih tua dari Holosen. Sedangkan fosilisasi adalah semua proses yang
melibatkan penimbunan hewan atau tumbuhan dalam sedimen yang terakumulasi
serta pengawetan seluruh atau sebagian maupun pada jejak-jejaknya.

3.

Kegunaan fosil antara lain :


-

Untuk korelasi.

Menentukan umur relatif.

Menentukan lingkungan pengendapan.

Menentukan iklim masa lampau (Paleoklimatologi).

Memecahkan masalah-masalah struktur geologi dan posisi stratigrafi.

Mengetahui geografi masa lampau (Paleogeografi).

Mengetahui evolusi kehidupan.

4.

Materi fosil yang dipelajari dalam praktikum adalah :


-

Fosil dari berbagai macam jenis proses pemfosilan.

Fosil dari filum Coelenterata.

Fosil dari filum Brachiopoda.

Fosil dari filum Moluska, baik dari klas Pelecypoda, klas


Gastropoda, dan klas Cephalopoda.

Fosil dari filum Echinodermata.

Fosil dari filum Protozoa.

KRITIK DAN SARAN


I.

KRITIK
Terima kasih kepada seluruh asisten Makropaleontologi yang telah memberikan
ilmunya kepada praktikan. Semoga praktikan dapat mengaplikasikannya, baik dalam disiplin
ilmu Paleontologi itu sendiri, maupun disiplin ilmu lainnya.
Namun, ada yang menjadi unek-unek di hati saya sebagai praktikan selama
mengikuti rangkaian acara praktikum. Apakah peraturan atau tata tertib Laboratorium
Paleontologi hanya berlaku untuk praktikan, atau siapapun yang masuk ke dalam
laboratorium ? Seringkali saya melihat beberapa asisten ketika berada dalam suasana
praktikum mengenakan kaos oblong, sandal, bahkan merokok. Padahal AC ruangan aktif.
Selama saya mengikuti praktikum mata kuliah lainnya, siapapun yang masuk ke dalam
ruangan laboratorium, baik itu praktikan, asisten, maupun dosen yang menjadi teladan kita
mematuhi tata tertib laboratorium tersebut. Rasulullah Saw pernah bersabda, Tidaklah
seorang muslim yang keluar dari setiap ucapannya adalah jati diri dan akhlaknya yang
sesungguhnya.
Mohon maaf bila kritik saya menyinggung asisten. Tetapi, hal ini saya lakukan
semata-mata demi perbaikan pada acara praktikum selanjutnya, dan semoga para asisten
dapat menjadi teladan bagi praktikan.

II.

SARAN
Berikan yang terbaik untuk laboratorium anda !

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Asisten Makropaleontologi, 2008. Modul Praktikum Paleontologi Umum. Yogyakarta :


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
2. American Geological Institute, 1972. Glossary of Geology. Washington DC : Artisan Type
Inc.
3. www.geologyabout.com/sedimentary_rock

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai