3. Hukum Penerobosan
Suatu intrusi (penerobosan) batuan beku adalah lebih muda daripada batuan yang
diterobosnya.
Diversitas organisme mempelajari tingkatan dari suatu organisme yang anatominya
paling sederhana sampai dengan yang paling komplek. Organisme yang paling komplek
anatominya yang akan mampu bertahan.
Klasifikasi adalah esensi pengelompokan jenis organism dan diklaskan sesuai
dengan kategori utama. Sedangkan Taksonomi adalah upaya penyusunan klasifikasi suatu
organism secara berurutan dari kelompok terbesar hingga terkecil.
Masing-masing diturunkan pembagian kelompoknya menjadi : Kindom, Filum, Kelas,
Ordo, Famili, Genus, dan Spesies. Tata cara penamaan mengikuti Linnaeus, yang member
nama dengan bahasa latin, disebut istilah Binomial Nomenclature.
Dalam Procedure in Taxonomy, edisi 3 tahun 1956, disebutkan : Systema Naturae
oleh Carl Von Linnaeus (Naturalist Swedia, 1978) : Penamaan bersistem secara hierarki
berdasarkan perbedaan kategori, aturan :
1. Aturan penamaan ganda atau Binary/Binomial Nomenclature yang tetap
digunakan hingga sekarang.
2. Taksonomi merupakan tata cara sistematis, yang terdiri dari penamaan dan
klasifikasi.
3. Dalam aturan penamaan terkandung aspek nama legal/sah dan asli.
4. Esensi klasifikasi suatu keompok berupa aturan/rangking dari berbagai kategori
sistematika, yakni Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Famili, Genus, dan Spesies.
Sejak pengusulan nama binomial ini, maka penamaan suatu takson menjadi lebih
teratur, praktis, dan dipakai secara internasional. Tata cara penulisan sebagai berikut :
1. Penulisan menggunakan nama latin yang ditulis cetak miring tanpa garis bawah
atau ditulis tegak dengan garis bawah.
2. Huruf pertama pada kata pertama diawali dengan huruf capital yang
menunjukkan nama genus.
3. Kata kedua seluruhnya ditulis dengan huruf kecil yang menunjukkan nama
spesies.
4. Pada umumnya setelah nama genus dan spesies ditambah dengan nama
penemu spesies tersebut untuk menyertakan nama ilmiah takson tersebut.
Pemberian nama pada akhir jenis tersebut dikenal dengan Law of Priority.
Istilah-istilah lain yang sering dijumpai pada penulisan nama suatu spesies dapat
timbul karena kurangnya dokumentasi yang lengkap ataupun spesies yang dijumpai
mempunyai cirri agak berbeda dengan spesies asli menurut penulisan terdahulu, atau juga
karena rusak sehingga sangat meragukan dalam determinasi. Untuk kasus tersebut dapat
digunakan istilah-istilah sebagai berikut :
1. cf. (confer disebandingkan/disamakan). Digunakan untuk kesebandingan tetapi
penulis masih mempunyai sedikit keraguan karena individu fosil tersebut
terawetkan kurang baik sehingga terdapat sedikit perbedaan dengan yang asli.
2. aff. (affis mirip). Ditunjukkan untuk spesies yang mirip dari satu genus yang
sama karena memiliki hubungan yang sama.
3. sp. (species spesies). Ditunjukkan untuk lebih dari satu individu yang hampir
sama dengan satu genus dan nama spesiesnya tidak diketahui dengan pasti.
4. n.sp. (newl nouvelle species spesies baru). Digunakan oleh penulis pertama
yang memperkenalkan spesies tersebut dan baru dipublikasikan pertama kalinya.
Penggunaan seluruh istilah tersebut di atas dengan singkatan dalam huruf kecil yang
ditulis tegak, tidak digaris bawahi dan diakhiri dengan titik.
BAB II
PROSES PEMFOSILAN
Organisme segera terhindar dari proses perusakan yang diakibatkan oleh Scavenger
(bakteri pembusuk), proses-proses deformasi, aktivitas tektonik serta aktivitas gempa
bumi/longsoran.
Segera tertutup oleh material yang bersifat protektif, yaitu material yang memiliki
ukuran butir yang sangat halus, seperti lempung, karbonatan/gampingan,
napal/lempung karbonatan, dan pasir sangat halus.
daerah yang dingin sekali, daerah dengan kondisi salinitas tinggi, lingkungan anaerob (seperti
rawa-rawa), atau daerah yang kurang oksigen.
Untuk korelasi.
Korelasi berarti penghubungan titik-titik kesamaan waktu. Dengan
membandingkan fosil yang terdapat di suatu tempat dengan tempat lain, dapat dibuat
korelasinya. Fosil yang terdapat di suatu tempat karena kesamaan-kesamaan harus
dipersamakan dengan fosil di tempat lain.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
Thanatocoenosis
Thanatocoenosis adalah kumpulan organisme yang mati (fosil) yang dapat
berasal dari satu atau beberapa biotope yang tertransport setelah mati ke dalam
suatu lingkungan pengendapan dimana sisa-sisa organisme tersebut secara
keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan.
Perubahan salah satu atau beberapa fakotr lingkungan dapat mengakibatkan matinya
satu atau beberapa spesies tertentu dalam jumlah besar dan menimbulkan suatu
konsentrasi sisa-sisa organisme yang kemudioan tertransport atau terendapkan ke
tempat lain.
3.
Displaced Fossils
Displaced fossils adalah proses perpindahan fosil sebelum proses lithifikasi
terjadi.
4.
Reworked Fossils
Reworked fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih tua terendapkan
kembali pada lapisan batuan yang berumur lebih muda. Fosil-fosil tersebut terkikis
dari lapisan batuan awalnya, tertransport, dan terendapkan kembali dalam suatu
endapan yang berumur lebih muda. Peristiwa tersebut di atas umumnya terjadi pada
fosil-fosil dimana seluruh cangkang organisme tersebut dapat mengalami satu atau
beberapa kali daur sedimentasi dengan hanya sedikit menunjukan gejala aus, warna
yang lebih gelap, dan umur yang lebih tua. Fosil-fosil ini dapat tercampur dalam
presentase yang kecil bersama-sama dengan fosil asli dari sedimen baru atau dapat
juga merupakan satu-satunya penampilan pada sedimen tersebut.
5.
Fosil yang tak mengalami perubahan secara keseluruhan, yaitu fosil yang
jarang terjadi dan merupakan keistimewaan dalam proses pemfosilan.
Misalnya Mammoth di Siberia dalam endapan es Tersier ditemukan berupa
kepala, kaki depan, dan belalainya.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
2.
Mold, adalah cetakan tapak yang ditinggalkan oleh organisme berelief tinggi.
Mold terbagi menjadi dua bagian atas dasar bagian yang tercetak, yaitu :
Internal mold, yaitu impresi bagian dalam yang terjadi karena fosil itu
sendiri oleh suatu hal lain telah lenyap sehingga rongga kosong
dalam lapisan tanah yang ditinggalkan fosil tergantikan zat lain.
3.
Cast, adalah cetakan dari jejak (mold) oleh material asing yang terjadi apabila
rongga antar tapak dan tuangan terisi zat lain dari luar, sedang fosilnya
sendiri telah lenyap. Atas dasar bagian yang tercetak, cast dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
4.
5.
Gastrolit, adalah fosil yang dahulu tertelan oleh salah satu hewan tertentu
(misalnya reptil) untuk membantu pencernaan.
6.
7.
8.
9.
BAB III
FILUM COELENTERATA
III.1 DASAR TEORI
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata kilos/hollow (cekung) dan
enteron/intestine (di dalam). Jadi dapat disimpulkan bahwa Coelenterata adalah binatang
yang memiliki cekungan berlekuk di dalam tubuhnya atau semacam kantong yang berlapis
endoderm.
Filum ini meliputi golongan invertebrata yang berjumlah banyak dengan bentuk
beraneka ragam, berkembang biak secara seksual dan aseksual, hidup di lingkungan aquatic
secara soliter maupun koloni. Dinding tubuhnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu ectoderm,
mesoglea, dan endoderm. Sebagian besar memperlihatkan gejala diamorfisme (2 bentuk)
dalam suatu individu, yaitu polip dan medusa.
Ciri-ciri filum Coelenterata :
-
Memiliki rangka dari zat kapur dan zat tanduk atau chitin.
Menurut Robert R. Shrock, membedakan tiap-tiap klas pada filum Coelenterata didasarkan
pada :
-
II.
III.
IV.
Klas Hydrozoa
Ordo Hydroida
Ordo Hydrocorallia
Ordo Trachylina
Ordo Siphonospora
Klas Stromatoporoidae
Ordo Actinostroidae
Ordo Clathrodictynidae
Ordo Lobechiidae
Ordo Spongiomorphidae
Ordo Aulaceridae
Klas Schypozoa
Ordo Stauromedusae
Ordo Cubomedusae
Ordo Coranate
Ordo Discomedusae
Klas Anthozoa
Sub-klas Tentracorallia
-
Famili Disphyllidae
Famili Lophophyllidae
Sub-klas Hexacorallia
-
Ordo Scleractinia
Ordo Zoantidea
Ordo Zoanthipatharia
Ordo Ceantharia
Sub-klas Octocorallia
-
Ordo Stolonisfera
Ordo Telestacea
Ordo Alcyonacea
Ordo Gorgonacea
Sub-klas Tabulata
Sub-klas Schizocorallia
Klas Hydrozoa
Ordo Hydroidea
Ordo Milleporida
Ordo Stromatoporida
Ordo Siphonophorida
II.
Klas Schypozoa
III.
Klas Anthozoa
Sub-klas Alcyonaria
-
Ordo Pennatulacea
Ordo Gorgonacea
Ordo Stolonisfera
Sub-klas Tabulata
-
Ordo Schizocorallia
Ordo Thallocorallia
Sub-klas Zoantharia
-
Ordo Rogosa
Ordo Heterocorallia
Ordo Sclereactinia
*
Sub-ordo Astrocoeniida
Sub-ordo Fungiida
Sub-ordo Faviida
BAB IV
FILUM BRACHIOPODA
Klas Inartikulata
Ordo Atremata
-
Superfamili Lingulacea
Superfamili Trimerellacea
Ordo Neotremata
-
Superfamili Acrotoracea
Superfamili Siphonotretacea
Superfamili Disinacea
Superfamili Craniacea
II.
Klas Artikulata
Ordo Palaetremata
Ordo Protremata
-
Superfamili Orthacea
Superfamili Dalmanellacea
Superfamili Productacea
Superfamili Rhynconellacea
Superfamili Spiriferacea
Superfamili Restrospiracea
Klas Inartikulata
II.
Ordo Altremata
-
Sub-ordo Lingulacea
Sub-ordo Trimellacea
Ordo Neotremata
-
Sub-ordo Pateranicia
Sub-ordo Siphonotretacea
Klas Artikulata
Ordo Paleotremata
Ordo Arthida
-
Sub-ordo Orthacea
Sub-ordo Dalmanellacea
Ordo Terebratullida
Ordo Pentamerida
-
Sub-ordo Syntrophiacea
Sub-ordo Pentameracea
Ordo Rhynchonellacea
-
Sub-ordo Rhynchonellacea
Rhynchoporacea
Ordo Strophomenida
Ordo Spiriferida
-
Sub-ordo Spiriferacea
Sub-ordo Rostrospiracea
Sub-ordo Punctospiracea
Brachiopoda
In equivalen
Pelecypoda
Equivalen
Valvenya disebut ventral valve dan dorsal Valvenya disebut valve kiri dan valve kanan
valve
valve kiri
Equilateral (simetris)
In equilateral (asimetris)
valve kanan
Mempunyai pedicle
BAB V
FILUM MOLUSCA
VI.1 DASAR TEORI
KELAS GASTROPODA
Gastropoda berasal dari kata gastro yang berarti perut, dan podos yang berarti
kaki. Pada umumnya bersifat herbivora dan hidup di perairan laut dan payau. Gastropoda
hidup mulai dari zaman Kambrium hingga sekarang.
Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki, dan organ-organ dalam (visceral). Pada kepala
terdapat sepasang tentakel pendek yang berfungsi sebagai alat pembau dan sepasang
tentakel panjang yang berfungsi sebagai alat penglihat. Selain itu terdapat rongga mantel
yang berfungsi sebagai alat pengunyah, serta terdapat sepasang insang, khususnya untuk
jenis gastropoda yang hidup di lingkungan air. Sedangkan untuk jenis gastropoda yang hidup
di darat, rongga mantel berfungsi sebagai paru-paru.
2.
Bentuk test gastropoda bila dilihat dari atas mempunyai 2 kenampakan yaitu :
3.
II.
Sub-klas Protogastropoda
Ordo Cynostrata
Ordo Cochiostraca
Sub-klas Prosobranchia
III.
I.
Ordo Archeogastropoda
-
Superfamili Bellerophontacea
Superfamili Pleurotomariacea
Superfamili Eumophaiaea
Superfamili Trachonematacea
Superfamili Trachacea
Ordo Mesogastropoda
Ordo Neogastropoda
-
Superfamili Muricacea
Superfamili Buccinacea
Superfamili Volutacea
Superfamili Conacea
Sub-klas Opistobranchia
Ordo Pleurocoela
Ordo Pteropoda
Ordo Sacoglossa
Ordo Acoela
Sub-klas Pulmonata
Ordo Basommatophora
Ordo Stylommatophor
I.
II.
III.
Ordo Prosobranchia
Famili Trachidea
Famili Cyclostrematidae
Famili Turitellidae
Famili Naticidae
Famili Architectonicidae
Famili Muricidae
Famili Buccinidae
Famili Olividae
Ordo Ophistobranchia
Famili Bullidae
Famili Actonaeonidae
Ordo Pulmomata
Famili Lymnaeidae
Famili Planorbidae
Sub-klas Prosobranchia
Ordo Archaeogastropoda
-
Superfamili Pleurotomaricea
Superfamili Trochonematecea
Superfamili Trochacea
Superfamili Neritacea
Ordo Mesogastropoda
II.
Superfamili Nerineacea
Superfamili Cerithiacea
Superfamili Naticacea
Ordo Neogastropoda
-
Superfamili Muricacea
Superfamili Buccinacea
Sub-klas Opisthobranchia
III.
Ordo Pleurocoela
Ordo Pteropoda
Sub-klas Pulmonata
Ordo Basommatophora
Ordo Stylommatophora
KELAS PELECYPODA
Pelecypoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu pelekys yang berarti kapak kecil, dan
pous yang berarti kaki, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelecypoda adalah binatang
berkaki yang mirip kapak. Disebut juga Lamellibranchia yang berarti lempeng kecil,
mempunyai insang, test dari kulit kerang (bivalve) yang sama besar dan terbentuk dari zat
gampingan. Dimana kedua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi
dan socket. Hewan ini diperkirakan mulai muncul pada zaman Ordovisium Bawah sampai
resen.
Pada bagian dalam test dilapisi oleh membran yang tipis dimana ke arah posterior
kulit mantel dapat membentuk saluran-saluran. Saluran-saluran tersebut dapat tergantung
menjadi tabung besar yaitu Incurrent Siphon, yang merupakan saluran untuk memasukan air
+ O2 + makanan, dan Excurrent Siphon, yang merupakan saluran pengeluaran air dan
kotoran. Pada umumnya, Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon yang lebih
besar dibandingkan dengan yang hidup di laut.
Kulit mantel Pelecypoda melekat pada bagian pinggir kulit kerang (valve). Pallial line
(garis mantel) adalah garis (parit) yang merupakan bekas dari tempat melekatnya
Pelecypoda, dan muscle scar berfungsi untuk menutupi valve. Untuk membuka valve
digunakan ligamen, yaitu pita yang elastis yang terbuat dari konsiolin. Sedang jika tak
mempunyai ligamen menggunakan resillium, yaitu airan yang terletak pada bidang segitiga
(resilifer).
Cara untuk menentukan dan membedakan bagian Posterior dan Anterior :
Dilihat muscle scranya, jika besar berarti bagian posterior,
adanya lekuk (lunulue) disebut anterior, sedang bagian escutcheon adalah posterior.
Klasifikasi klas Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu insang,
susunan gigi, otot penutup kelopak, evolusi, maupun gabungan dari insang, susunan giginya
dan otot penutup kelopaknya. Klasifikasi berdasarkan struktur insangnya biasa dipakai oleh
ahli biologi dan terutama berguna bagi penyelidikan Pelecypoda zaman sekarang. Sedangkan
klasifikasi berdasarkan susunan gigi pada engsel dianggap penting sekali bagi Paleontologi
karena bisa diperiksa serta diamati pada fosil-fosilnya. Kemungkinan gigi-gigi ini mulai tumbuh
tidak rata pada tepi dorsal cangkang dengan tujuan mencegah pergesekan kedua kelopak.
Bentuk geligi yang sederhana sudah dijumpai pada zaman Ordovisium. Segera setelah itu
terjadi evolusi gigi menjadi dua susun.
Klasifikasi Pelecypoda menurut C.H. Oostingh :
I.
II.
Ordo Taksodonta
Famili Nuculida
Famili Arcidae
Ordo Anisomyaria
Famili Animiidae
III.
Famili Mytilidae
Ordo Eulamellibranchiata
Famili Cressatellidae
Famili Condylocardiidae
Famili Corbiculidae
Famili Veneridae
Famili Tellinidae
Famili Teredinae
III.
IV.
Ordo Taksodonta
Superfamili Nuculacea
Superfamili Arcaeca
Ordo Anisomyaria
Superfamili Ostreacea
Superfamili Ptericea
Superfamili Mytilacea
Superfamili Pectinacea
Superfamili anemoacea
Ordo Eulamellibranchiata
Superfamili Trigonacea
Superfamili Astratacea
Superfamili Carditace
Superfamili Cyprinacea
Superfamili Veneracea
Superfamili Tellinacea
Superfamili Myace
KELAS CEPHALOPODA
Cephalopoda berasal dari kata cephalon yang berarti kepala, dan podos yang
berarti kaki, sehingga dapat disimpulkan bahwa Cephalopoda adalah hewan yang memiliki
kaki yang tepat berbatasan langsung dengan kepalanya. Ciri dari chephalopoda secara umum
adalah mempunyai bentuk yang simetri bilateral dengan bentuk test yang bermacam-macam.
Cephalopoda merupakan hewan yang sangat progresif (dapat bergerak dengan cepat), dan
hanya hidup di perairan laut.
Cephalopoda memiliki cangkang di luar maupun di dalam dengan badan yang lunak.
Memiliki kepala dengan alat pendengaran dan sepasang mata besar yang berkembang
sangat baik. Mulut dan rahangnya menyerupai paruh burung kakaktua yang dikelilingi dengan
tentakel-tentakel. Cephalopoda menggunakan hyponome yang berfungsi untuk memompa air
keluar dari tubuhnya sehingga dapat berenang dengan cepat seperti torpedo. Tentakeltentakelnya dapat mengerluarkan sejenis cairan yang berwarna hitam pekat yang disebut
tinta untuk melindungi diri dari bahaya.
Cephalopoda mengalami masa puncak pasa masa Paleozoikum dan Mesozoikum.
Sehingga fosil cephalopoda sangat tepat digunakan sebagai fosil penunjuk pada masa
tersebut.
Sub-klas Nautiloidae
Ordo Ellesmerocetida
Ordo Endoceratida
Ordo Actinoceratida
Ordo Michelioceratida
Ordo Ascoceratida
Ordo Bassleroceratida
Ordo Oncoceratida
Ordo Discosorida
Ordo Tarphyceratida
Ordo Barrandeoceratida
Ordo Rutoceratida
Ordo Centroceratida
Ordo Solenochilida
Ordo Nautilida
II.
Sub-klas Ammonoida
III.
Sub-klas Coleoidea
Ordo Belemnoidea
Ordo Sepioidea
Ordo Teuthoidea
Ordo Octopoda
Sub-klas Nautiloidea
Ordo Ellesmeraceroida
Ordo Michelinoceroida
Ordo Asoceroida
Ordo Oncoceroida
Ordo Endoceroida
Ordo Actinoceroida
Ordo Nautiloida
II.
Sub-klas Ammonitida
III.
Ordo Ammnoitida
Sub-klas Dibranchiata
Ordo Belemnoida
Ordo Sepioida
Ordo Teuthoida
Ordo Octopodia
BAB VI
FILUM PROTOZOA
Protozoa adalah protista yang menyerupai hewan. Berasal dari kata protos yang
berarti pertama, dan zoon yang berarti hewan, jadi dapat disimpulkan bahwa protozoa
adalah hewan pertama dan merupakan hewan yang paling primitif serta paling sederhana
yang terdiri dari beberapa protoplasma.
Di perairan, protozoa adalah penyusun zooplankton. Makannanya berupa bakteri,
jenis protista lain, hingga detritus (materi organik dari organisme mati). Jika keadaan
lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri membentuk sista untuk
mempertahankan diri. Namun bila keadaan lingkungannya menguntungkan, protozoa akan
aktif kembali. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan hidup bebas.
Protozoa bersel tunggal serta memiliki organisasi sel yang sederhana. Semua
kegiatan dilakukan oleh sel itu sendiri. Protozoa berkembangbiak dengan cara reproduksi
aseksual (vegetatif), yaitu membelah diri. Namun ada juga yang secara seksual, yaitu
konjugasi (perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya). Alat
gerak protozoa bermacam-macam. Ada yang menggunakan bulu cambuk (flagela), bulu getar
(sillia), dan ada pula yang menggunakan kaki semu (pseudopodia).
Ciri-ciri protozoa secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Monoseluler.
2.
3.
4.
Jumlah individunya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah individu filum lainnya.
5.
Ukurannya dari 1 m 2 m atau lebih kecil, tapi ada juga protozoa yang berukuran
75 mm.
6.
7.
8.
II.
III.
Klas Sporozoa
IV.
1.
Ordo Proteomyxa
2.
Ordo Mycetozoa
3.
Ordo Amoeba
4.
Ordo Heliozoa
5.
Ordo Radiolaria
6.
Ordo Foraminiferida
Famili Discocyclinidae
-
Genus Actinocyclina
Genus Asterocyclina
Genus Discocyclina
Famili Camerinidae
-
Genus Assilina
Genus Cyclocypeus
Genus Heterostegina
Genus Nummulites
Famili Alveolinellidae
-
Genus Alveolina
Genus Alveolinella
Famili Miogypsinidae
-
Genus Miogypsina
Genus Miogysinoides
Famili Calcarinidae
-
Genus Biplanispira
Genus Pellatispira
Famili Orbitolinidae
BAB VII
FILUM ARTHROPODA
BAB VIII
FILUM ECHINODERMATA
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani, yaitu echinos yang berarti spiny/duri
dan derma yang berarti skin/kulit. Maka dapat disimpulkan bahwa Echinodermata adalah
binatang yang berkulit duri. Filum ini mencakup hewan yang hanya hidup di dalam air laut,
biasanya merupakan bentos, baik yang hidup secara vagile dan sessile. Echinodermata
mempunyai rangka luar atau cangkang berbentuk bola, bintang atau silinder yang terdiri dari
berbagai lempeng kecil. Pada masa hidupnya, cangkang itu diselubungi oleh selaput kulit,
yang kemudian hilang pada proses pemfosilan.
Ciri-ciri filum Echinodermata :
-
stem/columnal, keberadaan armos, komposisi test dan rangka, sifat atau bentuk saluran
air/pembuluh darah, serta cara hidup (sessile atau vagile).
Klasifikasi Echinodermata menurut Robert R. Shrock :
I.
Sub-filum Pelmatozoa
1.
Klas Cysoidea
Sub-klas Hydrophoridea
-
Ordo Diploporita
Ordo Pambifera
Sub-klas Blastoidea
-
2.
Ordo Eublastoidea
Klas Crynoidea
Sub-klas Inadunata
-
Ordo Disparata
Ordo Clodoidea
II.
III.
IV.
Sub-klas Flexibilia
-
Ordo Taxocrinoidea
Ordo Sagenocrinoidea
Sub-klas Camerata
-
Ordo Diplobathra
Ordo Monobothra
Sub-klas Artikulata
-
Sub-ordo apiocrinida
Sub-ordo Pentacrinida
Sub-ordo Holopocrinida
3.
Klas Endrioasteraidea
4.
Klas Paracrinoidea
5.
Klas Eucrinoidea
Sub-filum Homalozoa
1.
Klas Corporidea
2.
Klas Machoeridea
Sub-filum Haplozoa
1.
Klas Cymaidea
2.
Klas Cycloidea
Sub-filum Eleuterozoa
1.
Klas Stelleroidea
Sub-klas asteroidean
Sub-klas Aphiuroidea
Sub-klas Somasteroidea
2.
Klas Holothuraidea
3.
Klas Echinoidea
Ordo Lepidoentroidea
Ordo Bathiocodaroida
Ordo Cidaroidea
Ordo Achinocystaida
Ordo Exacycloida
-
Sub-ordo Halectypina
Sub-ordo Clypeastrina
Sub-ordo Spatangina
Sub-filum Pelmatozoa
1.
Klas Eocrinoidea
2.
Klas Paracrinoidea
3.
Klas Carpoidea
4.
Klas Edriostroidea
5.
Klas Cystoidea
Ordo Rhombiferida
Ordo Diploporida
6.
Klas Blastoidea
7.
Klas Crinoidea
II.
Sub-klas Inadunata
-
Ordo Disparida
Ordo Hybocrinida
Ordo Cladida
Sub-klas Flexibilia
-
Ordo Taxocrinoidea
Ordo Sagenocrinoidea
Sub-klas Camerata
-
Ordo Diplobathrida
Ordo Monobathrida
Sub-klas Articulata
Sub-filum Eleutheroidea
1.
Klas Holothuroidea
Sub-klas Somasteroidea
2.
Sub-klas Asteroidea
Sub-klas Ophiuroidea
Klas Echinoidea
Sub-klas Regularia
-
Ordo Melanochinoida
Ordo Cidaroida
Ordo Camarodonta
Sub-klas Irregularia
-
Ordo Helectypoda
Ordo Cassiduloida
Ordo Clypeastroida
Ordo Spatangoida
3.
Klas Bothriocidaroidea
4.
Klas Ophiocystia
BAB IX
b.
c.
d.
e.
1.
3.
Nektonik, organisme mampu berenang bebas dan bergerak tidak terpengaruh oleh arus
dan gelombang. Contoh : Cephalopoda, ikan, mamalia laut.
2.
Thanatocoenosis
Thanatocoenosis adalah kumpulan organisme yang mati (fosil) yang dapat
berasal dari satu atau beberapa biotope yang tertransport setelah mati ke dalam
suatu lingkungan pengendapan dimana sisa-sisa organisme tersebut secara
keseluruhan atau sebagian merupakan pembentuk sedimen yang bersangkutan.
Perubahan salah satu atau beberapa fakotr lingkungan dapat mengakibatkan matinya
satu atau beberapa spesies tertentu dalam jumlah besar dan menimbulkan suatu
konsentrasi sisa-sisa organisme yang kemudioan tertransport atau terendapkan ke
tempat lain.
3.
Displaced Fossils
Displaced fossils adalah proses perpindahan fosil sebelum proses lithifikasi
terjadi.
4.
Reworked Fossils
Reworked fossils adalah fosil-fosil yang berumur lebih tua terendapkan
kembali pada lapisan batuan yang berumur lebih muda. Fosil-fosil tersebut terkikis
dari lapisan batuan awalnya, tertransport, dan terendapkan kembali dalam suatu
endapan yang berumur lebih muda. Peristiwa tersebut di atas umumnya terjadi pada
fosil-fosil dimana seluruh cangkang organisme tersebut dapat mengalami satu atau
beberapa kali daur sedimentasi dengan hanya sedikit menunjukan gejala aus, warna
yang lebih gelap, dan umur yang lebih tua. Fosil-fosil ini dapat tercampur dalam
presentase. Hal ini dapat disebabkan infiltrasi larutan yang membawa fosil dari
lapisan yang di atas ke dalam ruang pori atau rekahan dari lapisan/formasi batuan
yang lebih tua.
5.
Spesies- spesies tertentu kadang memiliki masa hidup yang singkat. Fosil- fosil tersebut
dapat digunakan sebagai penentu umur relative batuan, itu disebut fosil indek. Syarat
fosil indek :
a. penyebaran geografis (lateral) yang luas.
b. Terbatas pada suatu zona (range umur) yang pendek.
c. Mudah dikenali dan dibedakan dengan fosil lainnya.
d. Tidak/sedikit terpengaruh oleh lingkungan yang bermacam-macam.
e. Terdapat dalam jumlah yang banyak.
3. Menentukan Lingkungan Pengendapan
Umurnya, fosil hanya dijumpai pada batuan sediment. Baik sediment kontinen maupun
marine. Dengan melihat kandungan fosilnya, kita dapat mengetahui lingkungan
pengendapan batuan tersebut.
4. Menentukan Iklim Masa Lampau / Paleoklimatologi
Kehidupan akan berkembang baik jika kondisinya sesuai. Dalam hal ini factor ekologi
yang paling berperan dalam iklim. Maka fosil yang ada pada batuan yang diendapkan
adalah pada kondisi iklim yang diperlukan yang sama dengan iklim yang dibutuhkan
organisme untuk berkembang dengan baik.
5. Memecahkan Masalah Struktur Geologi dan Statigrafi
Fosil yang didapatkan sebelumnya akan mengalami transportasi yang akhirnya akan
mencapai kedudukan yang stabil dalam suatu lapisan batuan, fosil yang tertransport
akan memperlihatkan orientasi ke satu arah. Dari itu maka dapat direkonstruksi kembali
lapisan-lapisan yang telah mengalami gaya tektonik sekaligus mengetahui bagian top
dan bottom suatu lapisan.
6. Mengetahui Geografi Masa Lampau/Paleogeografi
Suatu daerah memiliki kedudukan flora dan fauna yang menunjukkan suatu keadaan
geografis. Jadi dengan menyelidiki yang ada, dapat diketahui kondisi geografis pada
waktu fosil tersebut hidup.
7. Mengetahui Evolusi Kehidupan
Kehidupan dari masa ke masa, akan mengalami perkembangan dan perubahan menuju
kearah regenerasi dan penyempurnaan. Hal itu sangant dipengaruhi oleh keadaan
tempat dan lingkungan hidup. Karena perubahan berjalan sangat lambat, dengan
menyusun fosil dari masa ke masa menurut umur geologinya, maka dapat ditafsirkan
evolusi kehidupan di muka bumi dan urut-urutan sejarah kejadiannya.
LAPORAN EKSKURSI
SANGIRAN 2008
KESIMPULAN
1.
2.
Fosil adalah sisa bahan organik yang terawetkan secara alamiah dan
berumur lebih tua dari Holosen. Sedangkan fosilisasi adalah semua proses yang
melibatkan penimbunan hewan atau tumbuhan dalam sedimen yang terakumulasi
serta pengawetan seluruh atau sebagian maupun pada jejak-jejaknya.
3.
Untuk korelasi.
4.
KRITIK
Terima kasih kepada seluruh asisten Makropaleontologi yang telah memberikan
ilmunya kepada praktikan. Semoga praktikan dapat mengaplikasikannya, baik dalam disiplin
ilmu Paleontologi itu sendiri, maupun disiplin ilmu lainnya.
Namun, ada yang menjadi unek-unek di hati saya sebagai praktikan selama
mengikuti rangkaian acara praktikum. Apakah peraturan atau tata tertib Laboratorium
Paleontologi hanya berlaku untuk praktikan, atau siapapun yang masuk ke dalam
laboratorium ? Seringkali saya melihat beberapa asisten ketika berada dalam suasana
praktikum mengenakan kaos oblong, sandal, bahkan merokok. Padahal AC ruangan aktif.
Selama saya mengikuti praktikum mata kuliah lainnya, siapapun yang masuk ke dalam
ruangan laboratorium, baik itu praktikan, asisten, maupun dosen yang menjadi teladan kita
mematuhi tata tertib laboratorium tersebut. Rasulullah Saw pernah bersabda, Tidaklah
seorang muslim yang keluar dari setiap ucapannya adalah jati diri dan akhlaknya yang
sesungguhnya.
Mohon maaf bila kritik saya menyinggung asisten. Tetapi, hal ini saya lakukan
semata-mata demi perbaikan pada acara praktikum selanjutnya, dan semoga para asisten
dapat menjadi teladan bagi praktikan.
II.
SARAN
Berikan yang terbaik untuk laboratorium anda !
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN