Anda di halaman 1dari 47

Pertemuan ke 9

Wujud

masyarakat madani untuk pertama kali


dalam sejarah umat manusia digagas oleh Rasul
Muhammad, ketika hijrah ke kota yathrib, beliau
mengganti nama kota tersebut dengan
madinah. Dengan tindakan itu, ia telah merintis
dan memberi teladan pada umat manusia dalam
membangun
masyarakat
madani,
yaitu
masyarakat yang berperadaban. Masyarakat
yang mengedepankan supremasi hukum dan
peraturan.

Masyarakat

madani pada hakekatnya


adalah
reformasi
total
terhadap
masyarakat tak kenal hukum (jahiliyah)
dan supremasi kekuasaan pribadi seorang
penguasa seperti yang selama ini menjadi
pengertian umum tentang negara.

Dasar-dasar

masyarakat
beradab
yang
diletakkan Nabi itu kemudian dikembangkan oleh
khalifah yang bijaksana (al-khulafa-ar-rasyidun).

Hasilnya adalah suatu tatanan sosial politik sebagaimana


digambarkan oleh Robert N. Bellah sangat modern untuk
ukuran masyarakat waktu itu, hingga Muawiyah
mengembalikan pada tatanan pra-Islam.
Segi modernitas yang tinggi menurut Robert adalah:
tingkat yang tinggi dalam komitmen, keterlibatan dan
partisipasi yang tinggi diharapkan dari seluruh jajaran
anggota
masyarakat,
dan
keterbukaan
posisi
kepemimpinannya dengan melembagakan puncak
kepemimpinan yang tidak bersifat keturunan.

Menurut

Bellah,
madinah
adalah
bangunan model untuk suatu masyarakat
nasional modern yang lebih baik daripada
yang dapat diimajinasikan dan menjadi
contoh sebenarnya bagi nasionalisme
partisipatoris yang egaliter.

Piagam madinah merupakan dokumen politik


pertama dalam sejarah umat manusia, yang
meletakkan
dasar-dasar
pluralisme
dan
toleransi.

Keengganan

msyarakat Islam indonesia


mencari otentisitas dan keabsahan akan
konsep kemasyarakatan dan kenegaraan
dalam ajaran agama akibat trauma masa
lalu mesti sudah ditinggalkan.
Misalnya, berkenaan dengan masalah
pluralisme, suatu unsur yang sangat asasi
dalam konsep masyarakat madani yang
dibangun Nabi.

Paham

pluralisme tidak cukup hanya


dengan mengakui kemajemukan, tapi
mesti disertai dengan sikap yang tulus
untuk menerima kenyataan tersebut
sebagai bernilai positif, sebagai rahmat
Tuhan kepada manusia, karena dengan
kemajemukan pendapat, kita punya
alternatif pilihan yang lebih banyak, dan
mendorong kita untuk berlomba-lomba
dalam menegakkan kebajikan.

Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati


kebhinekaan dalam ikatan keadaban. Bahkan pluralisme
merupakan suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan
dan pengimbangan yang dihasilkannya.
Dalam kitab suci disebutkan bahwa Allah menciptakan
mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara
sesama manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan
merupakan suatu wujud kemurahan Tuhan yang
melimpah pada umat manusia.

Demikian

pula dengan masalah toleransi


bukan hanya menyangkut prosedural dan
tata cara pergaulan yang enak antara
berbagai
kelompok
yang
berbeda.
Toleransi adalah persoalan prinsip, bukan
hanya sekedar prosedur. Toleransi adalah
sebuah
prinsip
ajaran
dan
umat
berkewajiban mengamalkannya.

Sebagai

sebuah
ajaran,
maka
mesti
dilaksanakan
dan
diwujudkan
dalam
masyarakat, sekalipun untuk kelompok tertentu
bisa jadi untuk kita sendiri pelaksanaan
toleransi secara konsekwen itu mungkin
menghasilkan sesuatu yang tidak enak.
Hal ini sebanding dengan ajaran al-quran
tentang keadilan yang kita laksanakan sekalipun
menyangkut pihak yang kita benci dan
membenci kita.

Toleransi

sebagai salah satu asas


masyarakat madani adalah lebih prinsip
daripada toleransi seperti yang pernah
tumbuh di masyarakat Eropa. Hal itu
tercermin dalam ungkapan Diderot, bahwa
agama dengan segala lembaga dan
pranatanya
adalah
sumber
segala
kebobrokan masyarakat, dengan ciri
utama tidak adanya sama sekali toleransi.

Akibatnya,

toleransi dikembangkan hanya


sebagai suatu cara (prosedur) agar
manusia dapat menyingkir dari suatu
agama, atau agama menyingkir dari
manusia. Itulah sebabnya dibarat ada
keengganan
besar
sekali
untuk
menjadikan agama sebagai tempat
mencari rujukan otentifikasi dan validasi
pandangan hidup sosial politik yang
diperlukan masyarakat.

Betapapun

akhirnya barat menerima dan


memperjuangkan
sungguh-sungguh
pluralisme dan toleransi, sebagai bagian
integral dari demokrasi.
Pluralisme dan toleransi juga dinyatakan
dalam ajaran al-quran dengan tegas
terbukti dengan pengakuan adanya ajaran
keselamatan bagi agama-agama lain dan
prinsip tak dibenarkannya paksaan dalam
beragama.

Karena

kebenaran itu nyata berbeda


dengan yang palsu, sehingga manusia
dapat memilih dengan bebas dan penuh
tanggungjawab
.
Ketika
Rasullah
mengajarkan paham atau meletakkan
asas pluralisme dan toleransi dalam
piagam madinah, tidaklah bertindak atas
dasar kepentingan sesaat tapi karena
ajaran prinsip dalam agama.

1.

Dan bagi setiap umat ada arah yang ia


menghadap kepadanya. Maka berpaculah
kamu dalam berbuat kebajikan. (Surat
2:148).
2. Untuk setiap umat diantara kamu, kami
telah beri aturan dan jalan. Dan
seandainya Allah menghendaki, niscaya
kamu Ia jadikan umat yang satu . (QS
5:48.).

3.

Seandainya Tuhanmu menghendaki,


tentulah beriman semua manusia dibumi,
seluruhnya!
Maka
apakah
engkau
(muhammad) akan memaksa manusia
sehingga mereka beriman semuanya? (QS
10:99).
4. Tidak ada paksaan dalam agama;
sesungguhnya jalan hidup yang benar
telah jelas berbeda dari jalan hidup yang
sesat. (QS 2:256).

5.

Ibnu Abbas menuturkan bahwa Nabi


saw ditanya: agama mana yang paling
dicintai Allah? Nabi menjawab: semangat
kebenaran yang toleran.
6.Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah
saw besabda: hari ini pastilah kaum
Yahudi tahu bahwa dalam agama kita ada
kelapangan. Sesungguhnya aku ini diutus
dengan semangat kebenaran yang toleran
(al-hanifiyat as-samhah).

Masyarakat

madani memerlukan prasarana


sosial budaya yang memadai untuk menopang
perwujudannya.
Seperti
dikatakan
Rober
N.Bellah, prasarana budaya untuk menopang ide
masyarakat madani ajaran Nabi pada bangsa
arab lima belas abad yang lalu itu belum
seluruhnya terbentuk, maka dapat dijegal oleh
Muawiyah dengan mengembalikan sistem
kekuasaan atas pertalian darah alias tidak
mengedepankan
asas
musyawarah
(demokratis).

Meski

semangat utuh konsep masyarakat


madani yang digagas Nabi berakhir pada
kekuasaan Yazid bin Muawiyah, namun
tak
berarti
cahaya
hikmah
yang
dipancarkannya padam sama sekali.
Konsep negara modern saat ini jika kita
telusuri sejarahnya dengan jujur dan
obyektif , banyak sekali yang berasal dari
warisan ajaran Nabi.

Contoh

yang palig mudah adalah konsep hak


asasi manusia.
Seperti isi pidato wada
Rasulullah adalah konsep pertama kali yang
memperkenalkan tentang hak asasi manusia
dengan inti dan titik tolak kesucian hidup, harta,
dan martabat kemanusiaan (ad-dima wa alamwal wa al-aradh). Konsep ini menyebar ke
barat melalui falsafah kemanusiaan Giovani Pico
Della Mirandola dan sebagian diadopsi oleh
John Locke yang pikirannya mempengaruhi para
pendiri Amerika Serikat.

Tantangan

masa depan demokrasi dinegeri kita


ialah bagaimana mendorong berlang-sungnya
proses-proses
yang
diperlukan
untuk
mewujudkan nilai-nilai madani, yaitu bagai-mana
nilai-nilai
madaniyah
menjadi
jiwa
dan
pandangan hidup nyata dalam kehidupan seharihari masyarakat kita.
Beberapa nuktah penting pandangan hidup
demokratis:

1.
Pentingnya
kesadaran
kemajemukan
atau
kebhinekaan sebagai prinsip ajaran yang dijaga
keberadaannya yang melahirkan sikap toleransi
menerima perbedaan sebagai anugerah Tuhan yang tak
bisa ditolak. Pandangan hidup demokratis seperti itu
menuntut moral pribadi yang tinggi.
2. Prinsip musyawarah mengharuskan adanya
keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan tulus
menerima kemungkinan kompromi atau bahkan kalah
suara sebagai sebuah perjuangan menegakkan
kebenaran dengan jalan benar dan menerima kenyataan
(kekalahan)dengan tawakkal.

3.

Pengalaman sejarah bangsa yang


dibayangi oleh dua Bapak bangsa yang
pengaruhnya begitu kuat (Sukarno dan
Suharto) telah membuat kita kurang
terbiasa membuat keputusan sendiri (dari
bawah) dan kurang mampu melihat dan
memanfaatkan alternatif-alternatif, sebab
selama ini kita digiring untuk selalu melihat
satu-satunya alternatif.

tujuan menghalalkan cara,


mengisyaratkan suatu kutukan kepada
orang yang berusaha meraih tujuannya
dengan cara-cara yang tidak peduli
kepada pertimbangan moral. Pandangan
hidup demokratis mengklaim bahwa tujuan
yang baik harus diabsahkan oleh kebaikan
cara memperolehnya, antara keduanya tak
boleh ada pertentangan.

4.Ungkapan

5.Permufakatan

yang jujur dan sehat adalah


hasil akhir dari musyawarah yang juga jujur dan
sehat, maka masyarakat dituntut untuk
menguasai
dan
menjalankan
seni
permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna
mencapai
hasil
sebaik-baiknya
(banyak
maslahahnya). Permufakatan yang diperoleh
melalui rekayasa dan manipulasi merupakan
permufakatan yang curang dan cacat , malah
merupakan penghianatan langsung terhadap
nilai dan semangat demokrasi.

6.

Terpenuhinya keperluan pokok (Pangan,


sandang dan papan) adalah sebagai salah satu
unsur kehidupan bersama yang baik dalam
suatu masyarakat. Untuk itu masyarakat
demokratis dituntut mampu dapat merencanakan
pemenuhan keperluan pokok tersebut sebagai
perencanaan sosial budaya berdasar nilai-nilai
kemanusiaan universal dengan memperhatikan
kenisbian budaya lokal

7.

Kerjasama dan sikap waga masyarakat yang


saling mempercayai Iktikad baik masing-masing,
kemudian jalinan dukung mendukung secara
fungsional antara berbagai unsur kelembagaan
kemasyarakatn yang ada merupakan segi
penunjang
efisiensi
untuk
masyarakat
demokrasi. Sedang masyarakat yang terkotakkotak dengan masing-masing saling curiga
kepada lainnya akan berdampak lahirnya
masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai
asasi demokrasi.

Demokrasi

bukanlah suatu yang mudah terwujud


bak durian jatuh dari langit, melainkan menyatu
dengan pengalaman-pengalaman nyata yang
boleh jadi melibatkan proses-proses trial and
eror
Untuk itu diperlukan ideologi yang terbuka, yaitu
ideologi yang tidak dirumuskan sekali dan untuk
selamanya, karena ideologi tertutup akan
cenderung ketinggalan zaman . Maka Pancasila
harus ditatap dan ditangkap sebagai ideologi
terbuka dan dinamis.

Nilai

Strategis Zakat:
Zakat sebagai salah satu rukun islam
memiliki nilai yg sangat strategis
mengingat
fungsi
sosialnya
yaitu
terwujudnya keadilan sosial bercita
kerohanian.
Untuk itu diperlukan sarana kelembagaan
yg berfungsi sebagai wadah, yg bentuknya
bisa dirancang sendiri sesuai dgn dhuruf
yg melingkupi (zaman)nya

Apa

yg disunnahkan Nabi sebenar nya


bukan hanya keteladanan yg baik tapi juga
harus menjadi sumber inspirasi bagi
masyarakat.
Seperti tujuan etis daripada konsep zakat,
mesti harus digelar dlm kehidupan nyata,
yaitu dibentuknya format/wadah yg sesuai
dengan tuntutan zamannya.

Pada

dasarnya tak ada syariat yg bersifat


absolud mutlak yg secara apriori berlaku untuk
segala dhuruf (waktu, tempat dan keadaan).
Syariat
itu mesti dinamis, konstruktif dan
kontekstual karena syariat itu jalan/cara menuju
tujuan, maka tak boleh diberi derajat kemutlakan
seperti halnya tujuan (ghoyah) itu sendiri.
Prinsip itu jelas disebutkan dlm al-quran:
masing-masing kalian kami canangkan syariat
dan metode yang berbeda-beda, Al-maidah ayat
48 dan al-haj ayat 67.

Disebut syariat strategis krn menggariskan kebijakan


pokok bagaimana suatu tujuan dicapai.
Disebut taktis karena merupakan penjabaran operasional
teknis
bagaimana
kebijakan
pokok
tadi
diimplementasikan dlm praktek.
Yang strategis memiliki tingkat kesesuaian yg lebih tinggi
dlm menghadapi berbagai dhuruf ketimbang syariat yg
hanya bersifat taktis.
Kesesuaian disini bukan dgn tolok ukur selera nafsu,
melainkan sejauh mana ia sebagai cara atau metode
cukup handal dlm mencapai apa yg dituju dan itu tak lain
adalah jiwa atau ruhnya syariat yakni kemaslahatan
(kesejahteraan dan keadilan) hidup ummat manusia
sebagai makhluk yg dicipta kan dgn fitrah dan kodrat
kemanusiaan yg sama.

Pada

ortodoksi: misi keagamaan dihayati pd


usaha menegakkan tafsir pemahaman yg paling
sesuai dgn bunyi ajaran. Apa yg benar adalah
apa yg secara harfiyah didukung oleh ajaran.
Pada ortopraksi: misi keagamaan lebih dihayati
sebagai usaha mewujudkan kemaslahatan hidup
yg notabena merupa kan inti pesan ajaran. Apa
yg benar adalah apa yg diyakini membawa
kemaslahatan (keadilah dan kesejahteraan
bersama).

Perintah salat dan zakat sering dikemuka kan secara


bergandengan karena kedua nya merupakan induk
dari seluruh jalan ke islaman itu sendiri.
Penggandengan itu mengandung makna yg sangat
dalam, salat dimaksudkan upaya peneguhan
keislaman jati diri manusia sebagai hamba pd
dimensi spiritualitasnya yg personal, sedang perintah
zakat dimaksudkan untuk mengaktualisasikan jati diri
pada dimensi etis dan moralnya yg terkait pada
realitas sosial sbg khalifatullah fil ardi.

Salat

merupakan sisi keislaman yg terkait


dengan Tuhan sebagai obyek percarian
personal yg subyektif dan transendent.
Zakat merupakan sisi keislaman yg terkait
dgn Tuhan sebagai cita pencarian sosial
yg obyektif dan immanent (keadilan).
Jadi manusia adalah hamba yg mengkhalifah dan khalifah yang menghamba
kedua fungsi itu mesti integral.

Pencanangan syariat zakat oleh Rasulullah terdiri dari unsur tasyri


dengan derajat yg berbeda-beda.
Pertama terkait dgn fungsi zakat sbg sarana fital bagi ter capainya
keadilan sosial, dengan tegas ditetapkan bhw zakat (pajak)
merupakan kewajiban yg tak dpt ditawar. Setiap orang yg telah
mencapai tingkat kelonggaran (ekonomi) tertentu wajib menunaikan
zakat.
Kedua terkait dengan obyek yg dikenakan zakat. Nabi menetapkan
bahwa zakat dikenakan atas jiwa (zakat fitrah) dan semua jenis
harta kekayaan yg dimilimi oleh masyarakat dimana zakat(pajak)
ditetapkan (zakat mal). Maka jenis kekayaan yg dikenakan zakat
meliputi: hasil pertanian, hasil kebun, ternak, harta niaga, uang dan
hasil tambang serta harta karun (temuan).
Ketiga menyangkut besar kecilnya tarip atau kadar zakat secara
absolud yg harus dibayar oleh masyarakat, Nabi menetapkan
berdasar berat ringannya tantangan.

Keempat,

menyangkut kadar relatif tarip zakat.


Muhammad menentukan tarip itu berdasar
sektor ekonomi mana yg telah mencuatkan
kesenjangan sosial pada masyarakat yg
bersangkutan.
Kelima, menyangkut waktu pembayaran zakat.
Rasulullah
menetapkan
sebagian
zakat
dibayarkan secara periodik, tapi ada yg dibayar
berdasar kapan diperoleh.
Nabi menetapkan tarip zakat antara 2.5 % s/d 10
%, ada yg dikenakat tarip tinggi 20% karena
perolehannya yg tanpa upaya yaitu harta
rikaz(karun).

Keenam,

Muhammad menetapkan bahwa


penunaian zakat mestilah melewati pihak ketiga
(amil) yg secara struktural memiliki kewenangan
politis untuk menegakkan kesejahteraan dan cita
keadilan bersama yaitu Imam atau pemerintah
yg efektif dan memiliki komitmen pd
kemaslahatan hidup warganya, tanpa pilih kasih.
Tanpa melewati lembaga amil yg otoritatif ini,
zakat tidaklah dapat disebut zakat(pajak)
melainkan hanya sedekah biasa yg bersifat
karitatif.

Siapa

yang diuntungkan (berhak meneri ma)


zakat haruslah dikatakan sebagai yg sangat
penting dari seluruh pembicaraan tentang zakat
(pajak).Oleh karena itu pen canangannya
lagsung oleh Tuhan sendiri dlm al-quran srt atTaubah ayat 60. Siapa mereka adalah : fakir dan
miskin, amilin, muallaf qulubu hum, riqab,
gharimin, sabilillah dan ibnu sabil. Jumlah
mustahiq itu delapan diberi definisi sesuai
konteks sosialnya.

Fakir

dan Miskin. Fakir dlm konteks


ekonomi menunjuk pada orang yg secara
ekonomi berada pada garis yg paling
bawah, sedang miskin menunjuk pada
orang yg secara ekonomi lebih beruntung
daripada fakir tetapi secara keseluruhan ia
tergolong orang yg masih tetap kerepotan
dalam memenuhi kebutuhan pokok
kesehariannya

mereka yg biasa disebut imam atau


disebut Khalifah alias pemerintah yg efektif yg
dpt dipercaya.
Muallaf qulubuhum, orang yg sedang dijinakkan
hatinya atau disadarkan hatinya untuk kembali
kejalan fitrah kemanusiaannya. Dana digunakan
untuk penyadaran kembali orang yang
terperosok dlm tindak asusila, rehabilitasi mental
dan usaha rehabilitasi kemanusiaan yg lainnya.
Amilin,

Riqab,

yaitu status budak atau gugusan


manusia yg tertindas dan dieksploitasi oleh
manusia lain, baik secara personal
maupun struktural. Manusia yg menderita
secara budya terutama politis.
Gharimin, orang yg tertindih hutang atau
usahanya bangkrut. Dana ini di gunakan
untuk menutupi hutang ter sebut, atau jg
untuk usaha peningka tan managemen
usaha kceil

Sabilillah,

yakni menegakkan jalan Allah sendiri,


yakni wilayah lain yg jauh lebih luas namun
kurang diperhatikan yaitu pembangunan bidang
sosial dlm konteks kemaslahatan manusia. Dana
ini digunakan untk menyelenggarakan sistem
kenegaraan, melindungi keamanan warga,
menegakka keadilan hukum, membangun
sarana dan prasarana, membangun peradaban
manusia dll.

Ibnu

sabil, yaitu musafir kehabisan bekal


atau anak jalanan yg lazim kita pahami
mengacu pd pengertian orang-orang yg
tengah dlm keadaan tuna wisma atau
terpental dari tempat tinggalnya bukan
lantaran kemiskinan yg diderita, melainkan
lebih disebabkan oleh hal-hal lain yg
bersifat kecelakaan. Dana ini digunakan
untuk pengungsi baik karena alasan politik
maupun bencana alama

Sodaqah

merupakan bentuk kepedulian


sosial yang bersifat karitatif yang
pencanangannya tidak mesti melibatkan
pihak ketiga (Imam atau pemerintah). Jadi
sodaqah lebih merupakan tanggungjawab
masyarakat yang memiliki rizki lebih untuk
peduli kepada masyarakat yang lebih
miskin sebagai tanggungjawab agama dan
sosial.

Sebagaimana

sodaqah, infaq juga merupakan


wujud kepedulian sosial yang dianjurkan agama
kepada pemeluknya melalui lembaga sosial
keagamaan. Berbeda dengan sodaqah, infaq
biasanya dilakukan secara terencana dan
terprogram untuk kebutuhan kegiatan yang
berkelanjutan (seperti dana untuk pendidikan,
operasional masjid, dll) dalam upaya mendidik
dan memberdayakan
masyarakat
secara
bersama dalam meningkatkan kepedulian sosial.

Wakaf,

sebagaimana juga sodaqah dan infak


adalah merupakan alternatif wujud kepedulian
sosial yang diajarkan agama.
Persoalan
sosial yang sangat kompleks
membutuhkan cara penanganan yang kompleks
pula.
Wujud wakaf
biasanya berupa penyerahan
harta berharga (tanah dan bangunan) dari
seorang kepada lembaga sosial keagamaan
untuk digunakan kepentingan umum yang
mendapat legalitas pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai