Amanat Edisi 117 PDF
Amanat Edisi 117 PDF
Compang-camping
Sentuhan Sahabat
TERAS
A M A N A T U R
Penerbit:
Unit Kegiatan Mahasiswa
Surat Kabar Mahasiswa (SKM) AMANAT
IAIN Walisongo Semarang
Izin Terbit:
SK Rektor IAIN Walisongo Semarang
No. 026 Tahun 1984
International Standart Serial Number (ISSN):
0853-487X
SURAT PEMBACA
SALAM REDAKSI
Redaksi menerima saran dan kritik mengenai kampus maupun SKM AMANAT. Surat dikirim melalui jasa pos/ kurir/ e-mail. Atau ke dapur redaksi
SKM AMANAT di Student Centre Kampus 3
IAIN Walisongo. Surat harus dilengkapi KTM,
KTP, SIM atau identitas lainnya.
Kemandirian untuk memapar informasi kepada publik salah satunya diperlukan media on
line. Selama ini LPM Idea telah memiliki website
http://ideastudies.com, tapi belum maksimal
karena tidak ada fasilitas untuk koneksi internet
di PKM.
Padahal di IAIN ada lima LPM dan sangat butuh fasilitas itu. Kami berharap Pusat Komputer
IAIN Walisongo mengupayakan fasilitas hotspot
area di setiap PKM. Terima kasih.
--M. Zulfa,
Pegiat Idea Studies
Pohon apel itu bagai dalam pesakitan. Daun-daunnya terus meranggas. Hama menyerang di mana-mana.
Sekilas, buahnya memang nampak
segar. Padahal banyak penyakit bersarang. Nahas, pemiliknya tak tahu.
Setiap hari apel tak sehat itu dipetik
kemudian dihidangkan kepada anak
isterinya.
Sampai suatu ketika, beberapa
pemuda berpakaian rapi datang. Kepada pemilik pohon itu, mereka menawarkan diri melakukan penelitian dan
pengobatan untuk pohon tersebut.
Permintaan dikabulkan. Beberapa pemuda itu mengambil beberapa
sampel dari apel busuk. Apel yang sudah membusuk itu kemudian dikorekkorek sampai bagian dalam.
Pemilik pohon menggeleng heran.
Pikirnya, buat apa apel busuk itu terus
dikorek-korek. Pertanyaan itu akhirnya terjawab.
Beberapa pemuda itu datang
membawa apel busuk yag sudah dikorek. Kepada pemiliknya, mereka menjelaskan, banyak penyakit merundung
pohon apel itu. Hanya dengan cara
mengorek itulah dapat diketemukan
apa saja penyakitnya, bagaimana penyakit itu menyerang, serta bagaimana
mengobatinya.
Redaksi menerima artikel, resensi, dan puisi, maksimal 5.000 karakter (termasuk spasi), sedang cerpen maksimal 8.000 karakter (termasuk spasi). Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan sederhana, yang tidak dimuat akan dikembalikan jika disertai perangko
balasan. Redaksi berhak mengedit tulisan selama tidak mengubah isi. Tulisan dapat dikirim melalui email: skmamanat@yahoo.com
AMANAT
KKN compang-camping
Bukane tura-turu?
PELINDUNG
Rektor IAIN Walisongo
PENANGGUNG JAWAB
Pembantu Rektor III IAIN Walisongo
PEMBINA
Kabag. Akademik dan Kemahasiswaan
Dosen Bina SKK
PEMIMPIN UMUM
Khoirul Muzakki
BENDAHARA
Nazilatun Nihlah
Yestik Arum
PEMIMPIN REDAKSI
Hammidun Nafi Syifauddin
SEKRETARIS REDAKSI
Abdul Arif
DESK BERITA
Shodiqin
DESK ARTIKEL
Ngabidin
DESK SASTRA BUDAYA
Eny Rifaatul M
LAYOUTER
Akhmad Baihaqi Arsyad
Rohman Kusriyono
ILUSTRATOR
Aufal Marom
FOTOGRAFER
Slamet Tridadi
KOORDINATOR REPORTER
Alfian Guntur A
REPORTER
Ahmad Munib, Siswo Ari Wibowo, Siti
Nur Anisah, Dita Kurniawati, Lailatul
Fadilah, Nur Aziroh, Yulianti, Zulaikhah,
Azid Fitriyah, Irma Muflikhah, M
Mufid, M Faizun, Anik Sukhaifah, Ulfa
Mutmainnah, Nanang Taufiq M, Lailatus
Syarifah, Ani rosidah
PEMIMPIN USAHA
Fathul Jamil
PUSAT DOKUMENTASI
Afiyati Badriyah
PERIKLANAN
Nur Ayu Rizqiya
SIRKULASI
M Izzudin
HUMAN RESOURCES DEPARTMENT
Amin Fauzi, Farih Lidinillah, Musyafak,
Munaseh, Suhardiman, Fani
Setyaningrum, Nanik Kurniawati, Farid
Helmi.
STAF AHLI
Joko Tri Haryanto, Ajang ZA, Sohirin,
Siti Alfiah, Nur Budi Handayani, Ingwuri
Handayani, Lutfil Kirom, Heri Nugroho,
Abdul Hakim, Muallim, Khusnul Huda,
Ali Romdhoni, Muh Slamet, Rosidi,
Siswanto, Ali Mustofa, Fakhrudin
Karmani, Wahyu Agung, Edi Purnomo,
Pujianto, M Olis.
Pengabdian
Compang-camping
L APORAN U TAMA
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Pengabdian Compang-camping
Amanat.Hammidun Na i S
Misi pengabdian yang dicitakan dari awal kabur. Mahasiswa gagal menerjemahkan
makna pengabdian di setiap kegiatannya.
Peserta KKN angkatan ke-57 tengah mengikuti upacara pelepasan di pelataran samping Gedung Auditorium I kampus 1 IAIN
Walisongo Semarang.
Setelah menimba ilmu sekitar tujuh semester, mahasiswa harus terbiasa melibatkan
diri dalam masyarakat. Bekalnya, ilmu yang
diperoleh selama kuliah. Dengan bekal itu,
mahasiswa diharapkan mampu menghadirkan inovasi. Bukan sekadar ikut-ikutan,
apalagi kehilangan kreatifitas.
Kalau hanya ikut-ikutan, nothing! tegas Rasdi.
Khoirul Huda menengarai, kegiatan yang
hanya ikut-ikutan itu, selain karena kesalahan
mahasiswa, juga karena kesalahan kampus.
Kampus kurang berperan dalam melakukan
kontrol. Sebelum KKN mustinya kampus
bisa mengukur sejauh mana pengetahuan
mahasiswa terkait pengabdian.
Paling tidak, menurut Huda, kampus bisa
memberi penjelasan terkait KKN dengan
mengacu pengalaman-pengalaman KKN
sebelumnya. Mana program kerja yang baik,
mana yang tidak. Kampus harus benar-benar
membimbing.
Kepala Desa Wringinputih, Sugiyanto
membenarkan itu. Kampus, kata Sugiyanto,
kurang memberikan bimbingan dan arahan.
Bahkan, kampus terkesan menelantarkan
mahasiswa.
Mahasiswa dilepas sendiri, katanya.
Ketika datang saja, mahasiswa hanya diantar sampai kantor kecamatan. Mereka datang sendiri menuju lokasi. Setidaknya kampus menitipkan ke Desa, tandasnya.
Peran Kampus
Dalam lingkup pembangunan nasional,
posisi kampus sangat strategis. Rasdi mengatakan, banyak masalah di masyarakat
yang sebenarnya bisa ditangani kampus sesuai bidang dan konsentrasi keilmuannya.
Bahkan, lanjut Rasdi, kampus harusnya
berani menawarkan diri untuk turut menangani permasalahan nasional. Kerja sama
bisa dijalin antara kampus dengan pemerintah. Tindak lanjutnya, memberdayakan mahasiswa KKN untuk menangani permasalahan tersebut.
Melalui kerja sama itu, KKN kemudian
dikhususkan pada satu tujuan. Memperhatikan konsentrasi IAIN Walisongo yang lebih
mengarah bidang agama, Rasdi menilai, akan
lebih baik jika KKN diarahkan pada permasalahan masyarakat dalam hal keagamaan.
Seperti misalnya, ada daerah yang masih
membudayakan kawin cerai. Di sana, mahasiswa bisa diterjunkan untuk membangun
kesadaran masyarakat. Begitu juga hal lain
yang masih berkaitan dengan pengetahuan
keagamaan. Bisa juga, mahasiswa difokuskan
pada masalah moral para remaja. Seperti
misalnya, anak jalanan dan geng-geng remaja yang rentan perselisihan.
Intinya, kampus harus punya desain
kegiatan jelas. Bidang apa yang akan ditangani, bekal apa yang musti dimiliki mahasiswa,
sampai pada parameter untuk mengukur
kesuksesan, semua harus jelas.
Sukses dilihat dari berapa besar perubahan, jelas Rasdi.
Menggunakan desain itu, kampus harus
benar-benar membuat perancangan. Fokus
masalah yang akan dibidik harus jelas dari
awal. Kemampuan mahasiswa yang akan
mengurusi masalah itu harus memadai.
Selama ini kampus kurang memperhatikan itu. Ketika memilih tempat KKN saja,
kampus tidak proaktif mencari lokasi sendiri.
Lokasi dipilih atas dasar permintaan Kepala
Daerah.
Sebagaimana dijelaskan Ilyas, kampus
melakukan pemerataan ke semua daerah
yang mengajukan permohonan KKN. Mereka yang meminta, katanya.
Untuk memberikan gambaran jelas lokasi
KKN, saat pembekalan kampus menghadirkan instansi daerah terkait. Namun, menurut
kesaksian Husni, materi yang dipaparkan
kurang. Penjelasan masih sebatas potensi
wisata dan lain-lain, bukan permasalahanpermasalahan yang harus dipecahkan mahasiswa.
Kampus juga tak memberi gambaran
kepada mahasiswa terkait apa yang harus
dilakukan. Salah satu sumber Amanat yang
enggan disebutkan identitasnya menceritakan, ketika ia bertanya bagaimana harus menghadapi masyarakat (dalam hal ini
bandungan yang identik dengan lokalisasi
tuna susila), pihak kampus justru meminta
mahasiswa untuk tak mengambil sikap.
Tak ada bimbingan bagaimana menghadapi masyarakat, katanya.
Kejar Nilai
Jangan heran jika kemudian mahasiswa
menganggap KKN sebatas formalitas kuliah.
Fokus mereka tak lagi pada pengabdian. Di
balik semua kegiatan, ada ambisi mengejar
nilai.
Sugiyanto, ditemui di kediamannya menceritakan, hampir semua mahasiswa hanya
mengincar nilai. Mereka seperti menganggap KKN sebatas formalitas kuliah. Mereka
tak peduli sudah berkontribusi sebesar apa.
Yang penting nilai keluar, katanya.
Rasdi menjelaskan, KKN sebenarnya bukan sekadar formalitas, apalagi ajang mencari nilai. Jika di lapangan melenceng, yang
bertanggung jawab memperbaiki adalah
kampus. Kampus harus bisa merubah paradigma itu.
Setidaknya ada desain kegiatan yang
jelas. Sebagaimana dijelaskan di awal. Program KKN harus jelas, tindakan mahasiswa di
lapangan harus terarah, termasuk kejelasan
parameter pengukur kesuksesan tindakan
mahasiswa.
Kalau hanya mengincar nilai mereka
akan rugi. Tidak dikenang! tegas Rasdi.
Hammidun Nafi S, Abdul Arif
Pengabdian
Compang-camping
L APORAN U TAMA
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Dok.Amanat
uhammad Zulfa sibuk mengurus barang bawaan. Beberapa pakaian ganti dijejal
dalam sebuah ransel besar.
Menggendong ransel itu, Zulfa berjalan
agak lamban menyusul teman-temannya
yang sudah berkerumun di sekitar Gedung
Auditorium I Kampus 1 IAIN Walisongo
Semarang.
Pagi itu (11/10/2011), Zulfa bersama
sekitar 380 mahasiswa lainnya mengikuti
upacara pelepasan KKN angkatan ke-57.
Usai itu, mereka akan disebar ke beberapa
kecamatan di Semarang.
Sampai detik keberangkatan, Zulfa beserta teman-temannya masih ragu. Terus
terang, mereka belum tahu akan melakukan apa di tempat KKN. Bahkan, mereka
belum tahu gambaran keadaan masyarakat.
Kami belum tahu apa-apa, kata peserta KKN Desa Jetis itu.
Sebelum KKN, sebenarnya mahasiswa
sudah diberi waktu khusus untuk observasi. Wakil Ketua PPM Ilyas Supena menjelaskan, observasi itu sebagai langkah
awal peserta untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan di daerah yang akan
mereka tempati.
Praktiknya, observasi kurang bisa dimaksimalkan. Kendalanya, menurut Zulfa,
waktu yang terlalu singkat. Ia menjelaskan,
mahasiswa hanya diberi waktu satu hari
untuk observasi. Jaraknya dengan hari
pelaksanaan KKN pun terlalu singkat.
Enam hari menjelang keberangkatan.
Terlalu mepet dan singkat, ujarnya.
Padahal, lanjut Zulfa, banyak yang harus dicari. Termasuk mencari tempat tinggal sementara. Tak jarang, dalam observasi
mahasiswa justru mengutamakan mencari
tempat tinggal dibanding mencari informasi terkait permasalahan masyarakat.
Hal serupa dialami Attabik Basyir. Wakil
Koodinator Desa Wujil itu menceritakan,
waktu observasi habis untuk mencari tempat tinggal. Menuju lokasi KKN, informasi
yang mereka kantongi adalah, posko berada di Desa Munding. Ketika didatangi,
ternyata lokasi dipindah ke Wujil. Praktis,
waktu observasi habis untuk mondarmandir.
Sudah waktu singkat, pasca observasi
kampus tak melakukan tindak lanjut. Data
yang diperoleh masih mentah, bagaimana
mengolah data menjadi program kerja, apa
garis besar kegiatan mahasiswa untuk merealisasikan program kerja itu, dari kesemuanya itu, kata Zulfa, tak ada kejelasan.
Minim Bekal
Tercantum dalam buku pedoman KKN,
mahasiswa diharap bisa melatih kemampuannya untuk menerapkan teori yang sudah diperoleh kepada masyarakat melalui
rangkaian kegiatan KKN.
Mempraktikkan itu, kata Zulfa, bukan hal mudah. Terlebih, mahasiswa tak
memiliki cara merealisasikan teori yang
diperoleh selama kuliah. Dalam pembekalan hal-hal seperti itu tak diajarkan.
Waktu pembekalan juga terlalu singkat.
Hanya sehari.
Ilyas menjelaskan, pembekalan sebenarnya adalah upaya mengkomunikasikan
apa yang sudah diperoleh mahasiswa di
fakultas dengan kemungkinan data-data
yang berkembang di masyarakat. Asumsi yang digunakan, mahasiswa sudah
dibekali selama tujuh semester. Sehingga,
pembekalan sehari cukup.
Pengabdian
Compang-camping
L APORAN U TAMA
Sosialisasi perpustakaan kecamatan oleh tim KKN Desa Jetis Kecamatan Bandungan.
Tujuannya?
Agar mahasiswa mengetahui persoalan yang dihadapi masyarakat. Diharapkan, ketika mereka jadi sarjana, mereka
memiliki kepedulian kepada masyarakat.
Jangan sampai hanya jadi mercusuar.
Pengabdian
Compang-camping
L APORAN P ENDUKUNG
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)
Kinerja Minim
Fungsi DEMA sangat signifikan. Di
antaranya, sebagai lembaga perwakilan mahasiswa untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa (SK
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI No
Dj.I/253/2007).
Namun, fungsi itu tak banyak dirasakan
mahasiswa. Mahasiswa masih kesulit-an
dalam menyalurkan aspirasi. Hal itu diakui
Busro Asmuni. Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) ini mengaku belum merasakan fungsi tersebut. Menurutnya, seharusnya DEMA bisa menampung aspirasi
dan memihak kepentingan mahasiswa.
DEMA dibutuhkan terutama untuk menjembatani mahasiswa dengan birokrasi.
DEMA harus pro mahasiswa, tambahnya.
Hal serupa dikatakan Ketua Walisongo Sport Club (WSC), Muhamad Anik.
Alih-alih menyalurkan aspirasi, menjalin
komunikasi dengan DEMA pun ia merasa
kesulitan. Sebab, pengurus DEMA tak pernah ngantor.
Ketemu saja susah, keluhnya.
DEMA memiliki tugas melakukan
pengembangan potensi mahasiswa. Termasuk, menjalin kerja sama serta koordinasi dengan lembaga kemahasiswaan lain,
semisal UKM.
Fungsi tersebut belum terlaksana secara maksimal. Salah seorang pengurus
UKM Nafilah, Abdurrahman membenarkan hal tersebut. Menurutnya, DEMA
jarang melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap UKM. Padahal, tambahnya,
salah satu tugas DEMA adalah melakukan
koordinasi dengan UKM.
Boro-boro koordinasi, kantor saja
dibiarkan kosong, ujar mahasiswa yang
kerap disapa Gusdur ini.
Padahal, dalam Proker DEMA 2011, rapat koordinasi dengan UKM diagendakan
bulanan, tiap tanggal 10, disertai alokasi
dana rapat. Sebagaimana penuturan Abdurrahman, DEMA hanya melakukan
koordinasi kurang lebih tiga kali dalam
setahun.
Kenyataan itu diakui Idris. Ia mengatakan, hanya beberapa kali mengadakan
rapat koordinasi dengan UKM.
Pria yang selalu memakai peci ini mengakui, kinerja DEMA tahun ini belum
Amanat.Hamid
Kantor DEMA yang beberapa waktu lalu sempat dijadikan musholla oleh para penghuni PKM lantaran kosong.
Pengabdian
Compang-camping
L APORAN P ENDUKUNG
Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa)
Mendadak Pemilwa
Pemilwa berlangsung singkat. Tidak transparan.
Seleksi KPM
Mengacu Surat Keputusan (SK) Rektor
No 8 tahun 2011. Wewenang pembentukan
KPM mutlak di tangan DEMA. Dengan landasan itulah, pada 5 Desember 2011, DEMA
secara tertutup menunjuk Muhammad
Irham Fakhuludin sebagai ketua KPM.
Irham mengambil langkah. Segera ia
merekrut anggota KPM dari empat fakultas.
Setiap fakultas diambil 10 orang. Semua
dilakukan secara tertutup, jelas mahasiswa
asal Kendal itu.
Setelah semua nama terkumpul, formasi KPM disetorkan ke Pembantu Rektor (PR)
III dan disahkan oleh Rektor.
Melihat persiapan Pemilwa kali ini, PR
III, Darori Amin menilai, persiapan kurang.
Pembentukan anggota KPM terlalu singkat.
Dia khawatir, anggota KPM yang terpilih
kurang berkualitas.
Doktor alumnus UIN Sunan Kalijaga Yog-
Amanat.Akhmad Baihaqi A
Khoirul Anam
Ketua DEMA 2012 Terpilih
Kampanye Berisik
Agus Salim, mahasiswa Siyasah Jinayah
tidak bisa konsentrasi ketika sedang kuliah
di kelas. Saya terganggu gara-gara kampanye Pemilwa, keluhnya.
Untuk pemilihan seperti itu, lanjut Salim, tak perlu diadakan kampanye. Apalagi
sampai mengusik kuliah.
Irham tak sependapat. Menurutnya, kampanye tetap penting dilaksanakan.
Kampanye adalah rangkaian
agenda Pemilwa. Agenda itu untuk mensosialisasikan visi-misi calon. Kampanye
dan orasi politik untuk mensosialisasikan
pemilwa, jelasnya.
Bagaimanapun Irham tetap mengacu
aturan yang berlaku. Ia menunjukkan UU
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) No
1 tahun 2010 pasal 13 tentang tahapan
penyelenggara pemilwa. Dalam peraturan
tersebut, menggelar kampanye ialah kewajiban yang harus dilaksanakan KPM.
Meski kampanye menjadi kewajiban,
tak sepatutnya kegiatan itu dilaksanakan
dengan berisik. KPM semestinya bisa mencari cara yang lebih ramah.
Darori Amin mengamini itu. Dosen
Filsafat ini merasa terganggu saat mengisi
kuliah. Tak seharusnya kampanye pengusungan calon dilaksanakan seperti itu.
Kampanye bisa dengan seminar atau
sosialisasi langsung kepada mahasiswa,
usulnya.
Minat Menurun
Tibalah hari Rabu di pekan keempat
bulan Desember, pemilwa digelar. Diikuti
tujuh partai mahasiswa yang lolos verifikasi.
Dari seleksi KPM, terpilih tiga pasang
calon presiden dan wakil presiden. Misbahul Ulum-Koirul Waro dari Partai Insan
Cita, Khoirul Anam-Siswoyo dari Partai
Pembaharuan Mahasiswa koalisi Partai
Mahasiswa Demokrat, dan Ayis MukholikSiti Nur Malikha perwakilan Partai Kebangkitan Mahasiswa.
Dari hasil perhitungan KPM, Pasangan
Anam mendapat 1340 suara, mengungguli
kedua lawannya, pasangan Misbahul Ulum
103 suara, dan pasangan Ayis 421 suara.
Berdasar perhitungan KPM, minat mahasiswa mengalami penurunan. Prosentase pemilih hanya mencapai 38,67%. Beda
dengan tahun lalu yang bisa mencapai
angka 42,83%.
Terjadi pernurunan 4,16%, jelas
Irham.
Alfian Guntur A
Pengabdian
Compang-camping
K AJIAN
Organisasi Keagamaan
WACANA
Pengabdian
Compang-camping
Nikah Siri
batasi secara ketat dengan syarat keadilan. Padahal, di ayat lain Allah menegaskan
bahwa manusia sekali-kali tidak akan bisa
berbuat adil terhadap istri-istrinya meskipun ia menghendakinya (QS. 4:129)
Pada umumnya, para fuqaha klasik
seperti imam Syafii dan Abu Hanifah
cenderung memahami ayat tersebut secara
tekstual. Tidak banyak disinggung tentang
keadilan maupun hak istri. Keadilan lebih
ditekankan pada masalah lahiriah, misal
nafkah, penggiliran istri, dan warisan.
Keadilan batin, misal kepuasan psikologis
tidak disinggung. Perempuan, lagi-lagi dipandang sebagai objek untuk memenuhi
kepuasan lelaki.
Dalam keadaan normal, tidak ada alasan bagi kaum pria untuk mengambil istri kedua. Dalam Hadis Sahih dijelaskan,
ketika Rasulullah mendengar Ali ibn Abi
Thalib ingin mengambil istri kedua sementara ia sudah menikah dengan Fatimah
r.a, Rasulullah menentang keras dan naik
di atas mimbar seraya berkata, aku tidak
mengizinkannya, sekali lagi aku tidak mengizinkannya. Putriku adalah bagian dari
hidupku. Apa saja yang meyusahkannya
adalah menyusahkanku dan apa saja yang
menyakitinya adalah menyakitiku. (Shahih
Al-Bukhari).
Ideologi Gender
Gender merupakan cerminan cara
pandang dan tuntutan masyarakat tentang
bagaimana laki-laki dan perempuan harus
berpikir dan berperilaku. Semua itu ditentukan oleh konstruksi sosial yang dihayati
sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah,
dianggap sebagai kodrat, bahkan menjadi
semacam ideologi. Penghayatan seperti
itu ditanamkan melalui proses sosialisasi
dan internalisasi sehingga tercermin dalam
sistem tata nilai yang ada. (Wardah Hafidz:
1995)
Pada kenyataannya, pembedaan gender
itu menimbulkan berbagai masalah karena
sarat diskriminasi dan ketidakadilan gender pada jenis kelamin tertentu, terutama
perempuan. Diskriminasi baik secara langsung, atau tak langsung, seperti melalui aturan, atau kebijakan diskriminatif terhadap
jenis kelamin tertentu. Atau diskriminasi
sistemik, karena sudah mengakar dalam sejarah, adat, norma, dan struktur masyarakat
yang mewariskan keadaan diskriminatif.
(Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial: 1996)
Menurut Masdar Masudi, dalam Islam dan Hak Reproduksi Perempuan:1997,
ketidakadilan dan diskriminasi gender
berawal dari pelabelan sifat-sifat tertentu
(stereotype) pada kaum perempuan yang
cenderung merendahkan. Karena stereotip
tersebut, perempuan sering dimanfaatkan
laki-laki. Antara lain, perlakuan seksual
yang menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan.
Laki-laki selalu berusaha untuk melestarikan kekuasaannya melalui berbagai
cara, termasuk melalui seks. Seks menjadi
wilayah penting untuk berlangsungnya
hubungan kekuasaan laki-laki terhadap
perempuan.
Kehidupan seks yang pada dasarnya
dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan, kenyataannya dimanipulasi manusia
melalui lembaga untuk menaikkan status sosial. Misal, memiliki istri dua, tiga,
atau empat untuk gengsi. Fungsinya pun
berubah menjadi pemuas naluri dasar di
luar perkawinan, dan pemuas nafsu seks
belaka. (Gani Abdullah, Seks, Gender dan
Reproduksi Perempuan :2001).
Pengabdian
Compang-camping
ARTIKEL
10
Oleh Musyafak
dan pikiran. Sikap itu terlalu mahal
untuk menebus masa depan sebagai buruh halus di lembaga-lembaga atau perusahaan kolonial.
Lain lubuk lain belalang.
Kondisi kaum intelektual di India
berbeda, meski sama-sama negeri
jajahan. Kolonialisme Inggris bercorak imperialisme dagang. Inggris memproyeksikan masyarakat
jajahan sebagai konsumen barangbarang yang diproduksi dari negerinya. Hasrat belanja dipacu dengan memberi pendidikan seluas
mungkin kepada warga pribumi.
Meningginya kadar pengetahuan
otomatis meningkatkan tingkat kebutuhan. Modernisasi pikiran jadi
pijakan untuk melesatkan hasrat
konsumsi. Meski begitu, pola pendidikan kolonial Inggris yang maju
dan relatif terbuka, menyebabkan
kaum intelektual di India lebih progresif. Kaum terdidik kala itu memi-
TAJUK
Harus ada satu program yang jelas. Dalam program itu, mahasiswa diharapkan bisa mengaplikasikan
penelitian, pengabdian sekaligus pendidikan. Ragam
kegiatan dalam satu bingkai kegiatan itu setidaknya
bisa ditemukan dalam penelitian model participatory
action research. Melalui itu, mahasiswa bisa meneliti
sekaligus mengajar masyarakat.
Keadaan masyarakat yang bagi meraka baru itu terlebih dahulu harus diteliti. Masalah apa yang ada, bagaimana cara memecahkannya, apa solusinya, teori (ilmu) mana yang cocok untuk
menyelesaikan permasalahan itu.
Runtutan atau prosedur semacam itu tidak serta-merta dimiliki mahasiswa setelah semester tujuh. Artinya, mahasiswa harus
benar-benar digembleng dengan metodologi penelitian yang sebenarnya. Bukan penelitian untuk skripsi seperti yang sekarang
sudah ada.
Di lapangan, mahasiswa kerap membuat agenda yang kurang
tepat. Kegiatan itu adalah mengajar, baik di lembaga formal maupun non formal. Sayang, kegiatan itu, ditengarai sebatas pelarian.
Sekali lagi, mereka melakukan itu supaya tak terlihat tak punya
agenda.
Ketika mengajar di sekolah misalnya, mustinya jika program itu
seriusbukan pelarianmereka harus mengikuti koridor pembelajaran formal yang telah ditetapkan. Mereka harus mengerti apa
itu model pembelajaran, mengerti silabus, bisa membuat Rencana
Proses Pembelajaran (RPP), dll. Karena itu lah, nampaknya mustahil menerapkan unsur pendidikan di sekolah formal. Kecuali bagi
mahasiswa jurusan pendidikan (tarbiyah).
Untuk itu, harus ada satu program yang jelas. Dalam program
itu, mahasiswa diharapkan bisa mengaplikasikan penelitian, pengabdian sekaligus pendidikan. Ragam kegiatan dalam satu bingkai
kegiatan itu setidaknya bisa ditemukan dalam penelitian model
participatory action research. Melalui itu, mahasiswa bisa meneliti
sekaligus mengajar masyarakat.
Integrasi semacam itulah yang ke depan musti tercapai. Tinggal
bagaimana kampus sebagai penyelenggara bisa mempersiapkan
itu. Mutlak pembekalan yang serius harus mahasiswa dapatkan.
Tujuannya agar mahasiswa tidak menjadi pesuruh yang diberi
imbalan nilai.
Redaksi
ARTIKEL
KOLOM
Sampean Sukses?
Pengabdian
Compang-camping
Suhardiman
11
Pengabdian
Compang-camping
HUMANIORA
Sikep Samin
Amanat.Internet
tuk keluar dari tradisi bertani wajar. Mengingat, kondisi lahan di Blora tidak mendukung untuk mengembangkan pertanian,
terutama saat kemarau tiba.
Cari air saja sulit, kata mbah Lasio.
Kondisi masyarakat Samin di dukuh
Karangpace, menurut Jayadi, masih terbelakang. Terutama, dalam hal perekonomian. Minimnya akses pendidikan dan
ekonomi menyebabkan komunitas Samin
semakin tertinggal.
Di sisi lain, Jayadi menyayangkan minimnya perhatian pemerintah terhadap
komunitas Samin. Padahal, tambahnya,
Samin memiliki kebudayaan unik yang
merupakan bagian dari kekayaan budaya
nasional. Dibutuhkan peran dan tanggungjawab pemerintah untuk melestarikannya.
Masyarakat Samin perlu disentuh, tuturnya.
12
Samin Pati
Berbeda dengan Samin Blora, komunitas Samin di kecamatan Sukolilo, Pati lebih
total dalam memegang tradisi Samin. Misalnya, anak-anak masyarakat Samin tidak
diperbolehkan menempuh pendidikan formal.
Sekolah orang sikep ya di sawah, kata
mbah Badi, sesepuh Samin Pati.
Meski tak menempuh jalur pendidikan
formal, bukan berarti anak-anak Samin
buta aksara. Anak-anak Samin masih mendapatkan pendidikan non formal dari orang
tua mereka.
Anak Samin bisa baca tulis semua, kata
mbah Badi.
Soal mata pencahariaan, masyarakat
Samin pati masih melestarikan tradisi bertani. Konsistensi masyarakat Samin Pati
dalam bertani mendorong mereka untuk
mengembangkan sistem pertanian. Bahkan,
beberapa diantara mereka sudah mampu
mengembangkan pertanian organik.
Salah seorang tokoh Samin, Gunritno,
mengatakan, pengelolaan pertanian organik didorong atas sikap mereka yang
tak mau bergantung dengan pemerintah.
Apalagi, menurutnya, pupuk yang disuplai
dari pemerintah tidak baik untuk pertanian
karena mengandung bahan kimia. Bahkan,
bisa merusak kesuburan tanah.
Ia menyayangkan sikap petani di Indonesia yang terlalu bergantung dengan
pemerintah. Sikap kebergantungan itu
membuat petani tak mampu mandiri. Padahal, menurutnya, petani dapat mengelola pertanian mereka secara mandiri tanpa
mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Salah satunya dengan menerapkan sistem
pertanian organik dengan menggunakan
pupuk organik buatan sendiri.
Pupuk organik bisa dibuat sendiri, lebih hemat, anjurnya.
Konsistensi masyarakat Samin Pati
dalam bertani kentara. Terutama, ketika di
kecamatan Sukolilo, beberapa tahun lalu,
akan didirikan pabrik semen oleh PT. Semen Gresik. Masyarakat Samin menentang dan melakukan perlawanan terhadap
pendirian pabrik tersebut, sebelum akhirnya pabrik gagal didirikan. Sikap penentangan itu karena pendirian pabrik semen
akan mengancam kelangsungan hidup bertani mereka.
Pendirian pabrik akan mengancam
sumber air warga, tutur Gunritno.
Aufal Marom
HUMANIORA
Pengabdian
Compang-camping
Anak Jalanan
Amanat.Yestik Arum
Bocah kecil menjajakan koran di tengah-tengah kendaraan bermotor. Dia hanya satu dari beberapa anak di Semarang yang
bernasib serupa.
Aspirasi
Anak jalanan punya segudang mimpi.
Aku ingin jadi Polisi, pekik Joko penuh
semangat. Joko adalah siswa kelas empat
SD. Ia mengemis di jalan untuk uang saku
di sekolah.
Joko rela turun ke jalanan untuk mengais rupiah atas inisiatif sendiri. Lain kisah
dialami Riska. Ia mengaku, turun ke jalan
atas dorongan orang tua. Ibu yang menyuruh minta-minta di jalan, aku gadis kecil
yang masih duduk di kelas satu SD itu.
Prihatin melihat nasib anak jalanan itu,
beberapa pemuda yang tergabung dalam
Setara mencoba melakukan upaya pendampingan. Setara adalah sebuah organisasi nonpemerintah yang memberikan
perhatian terhadap hak-hak anak di Semarang. Lembaga ini berdiri sejak 1996.
Kami sebatas partner pemerintah
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, jelas Ira Nita Wijayanti salah satu
pengelola Setara.
Ira mengatakan, lebih dari seratus anak
jalanan berada dalam naungan lembaganya. Kebanyakan mereka adalah anak-anak
Amanat.Kompasiana
Kepada pengendara mobil, satu dari tiga bocah menyodorkan kemasan bekas minuman
sekadar meminta rupiah.
13
Pengabdian
Compang-camping
POLING
DEMA
mata mahasiswa, dalam melaksanakan kegiatan, DEMA masih jauh dari yang diharapkan.
Sepanjang pengamatan mahasiswa, kegiatan
yang dilaksanakan DEMA masih jauh dari
menyentuh kepentingan mahasiswa.
Terhitung, sebanyak 86,1% berpendapat,
kegiatan yang diselenggarakan DEMA belum
menyentuh kepentingan mahasiswa. Hanya
13,3% mengatakan DEMA sudah memihak
kepentingan mahasiswa. Sisanya, 0,6% abstain.
Dalam beberapa kegiatan, DEMA belum
bisa memenuhi janji-janjinya dulu. Kepada
Amanat DEMA 2011 pernah menyampaikan,
dengan wewenang yang di miliki, DEMA akan
mengembangkan SDM di IAIN Walisongo.
Merealisasikan itu, DEMA hanya mencatatkan kegiatan seminar empat kali. itu pun tak
semua mahasiswa mengikuti.
Mahasiswa berpendapat seragam. Dalam
hal intelektual, kegiatan yang diselenggarakan
DEMA kurang berpengaruh bagi mahasiswa.
4. Dalam hal organisasi, kegiatan yang diselenggarakan Dema berpengaruh bagi mahasiswa?
a. Berpengaruh
b. Tidak berpengaruh
c. Abstain
c =0,6%
a =8,9%
b =21,5%
a =41,8%
b =57,6%
b =89,2%
a = 77,2%
b =86,1%
Varia Kampus
Turnamen
Tenis, Rekatkan
Ukhuwah
Budaya Lokal
sebagai Nafas
Pendidikan
14
a=37,3%
Aufal Marom
Pengabdian
Compang-camping
REHAT
Kuis Asah Otak (KAO ) 05/2012
1
8
4
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
22
23
20
21
27
24
25
26
28
Mendatar:
1. Surat Kabar Mahasiswa IAIN Walisongo
2. Manis, asam, pahit, pedas
4. (.....) Palsu (Ayu ting-ting)
5. Timbangan
6. Sarjana Ekonomi
7. Upah/bayaran
8. Parah (penyakit)
15. Orang ketiga
16. Peti besar tempat menyimpan sesuatu
17. Sesuatu untuk memancing
18. Giat/ulet
20. Balasan perbuatan di masa lalu
21. Orang-orang berilmu (arab)
22. Lawan dari berbeda
24. Kependidikan Islam
25. Gangguan jiwa
26. Lawan surga
27. Sistem Informasi Akademik
28. Permohonan untuk datang
Menurun:
1. Untuk diminum
3. Huruf
5. Sesuatu yg sudah ditentukan oleh Tuhan
atas diri seseorang
8. Perbuatan baik/buruk
9. Bahari
10. Tidak memberikan suara/tidak memilih
11. Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
12. Tidak sebentar
13. (....) Ashor
14. Menjadi lemah (hati)
19. Pengetahuan
23. Jenuh dan jijik
25. Fungsi, manfaat
27. Tempat ibadat dan mengaji
Kupon KAO
(KAO) 05/2012
Ketentuan Menebak:
1. Tulis jawaban di kertas, cantumkan
nama, alamat, foto kopi KTM/KTP
dan nomor HP yang bisa dihubungi.
2. Masukkan ke dalam amplop, tempel
kupon di sampul luar.
3. Kirim jawaban ke alamat redaksi:
Gedung PKM Lantai 1 Kampus 3 IAIN
Walisongo Semarang Jl. Boja-Ngaliyan Km. 2 Semarang 50185.
4. Jawaban ditunggu paling lambat 30
Maret 2012.
5. Pemenang akan diumumkan di Tabloid Amanat edisi berikutnya.
6. Diambil 2 pemenang. Masing-masing
mendapat buku menarik.
Cerita Mini
Universitas Facebook
#1
Farah, terima kasih selama ini telah
memotivasiku. Kini aku benar-benar senang sebentar lagi mimpiku terwujud. Aku
masih ingat betul kalimat terakhir yang kau
ucap sebelum kita berpisah.
Ya, kukira tiga tahun sangatlah cukup
untuk sekadar merajut persahabatan.
Bangku SMA yang mempertemukan kita
ternyata menciptakan jalinan yang tak bisa
kita tinggalkan. Dan kau telah menyatu di
hatiku. Kau tahu, betapa ngilu dadaku usai
wisuda SMA saat itu.
Namamu dan teman-teman lainnya disebut-sebut kepala sekolah saat pidatonya.
Kau pasti senang telah diterima di universitas ternama di negeri ini. Aku juga masih
ingat, kau menyambut dengan tawa histeris
saat namaku juga disebut kepala sekolah.
Lalu aku hanya menyunggingkan bibir
dengan terpaksa. Aha, mungkin kau senang aku juga diterima di universitas kota
ini meski tak lagi bersamamu. Tapi kau tak
melihat bukan, tatapan ayah dan ibuku di
pojok sana. Wajahnya seketika mendung.
Entahlah, sejurus kemudian kulihat hujan
merintik di pipinya.
Di antara tawamu, aku mencuri waktu
untuk menangis. Tangis yang barangkali
muncul tiba-tiba. Padahal jauh-jauh benar
telah kupersiapkan menyambut wisuda.
Sambutan bukan dengan tangisan, tapi persiapan itu mungkin belum matang.
#2
Farah, kau punya facebook ndak?
begitu tanyamu suatu pagi lewat sms. Aku
yang baru saja mencuci piring tergagap
membaca pesanmu. Lama tak kubalas.
Kuabaikan saja pesanmu. Lantas kuta-
Selamat Kepada
Suudut Tasdiq, M. Priyo Manfaat, K. Rohmah Safitri, M. Abdul
Nafi, Siti Maemunah, Intan Nur Asih, Muhammad Iqbal, Nur Faidatun Naimah, Arif Khoirudin, Lusi Eka Sari, Hartiningsih, Miftahul Arifin, Khoirul Umam, Mahya Afiyati Ulya, Ahmad Muhlisin,
Muqoyyimah, Abdul Aziz, Nur Alawiyah, Evi Riani, Abdul latif
Genggam penamu !
Toreh sejarah dengan caramu.
AMANAT bukan segalanya tapi segalanya bisa berawal dari AMANAT
15
Pengabdian
Compang-camping
RESENSI
Mengabdikan Diri di
Pelosok Negeri
Judul
Penulis
Penyunting
Penerbit
Cetakan
Resensator
16
: Indonesia Mengajar ;
Kisah Para Pengajar Muda di Pelosok Negeri
: Pengajar Muda
: Ikhdah Henny dan Retno Widyastuti
: Bentang, Yogyakarta
: Cetakan 1, November 2011
: Muhammad Faizun
Menggali Hubungan
Pancasila-Syariat Islam
an pertama.
Kejadian itu memunculkan
banyak reaksi, bahkan sampai
sekarang. Ada kecenderungan
oleh beberapa kelompok untuk
melakukan upaya Desoekarnoisasi
secara sistematis. Kelompok itu
selalu menistakan Bung Karno.
Mereka menilai, menempatkan
sila Kebangsaan sebagai sila pertama adalah kesalahan besar. Apalagi menempatkan sila Ketuhanan
pada urutan terakhir.
Pada dasarnya, kebangsaan
atau nasionalisme Indonesia sama
sekali tidak bertentangan dengan
Syariat Islam, nasionalisme dalam
artinya yang luhur justru disyariatkan oleh Allah SWT.
Sebaliknya, secara filosofis,
penempatan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa pada urutan terakhir tak
dapat dikatakan sebagai penistaan
keyakinan terhadap agama. Dalam
Syariat Islam, secara tekstual dan
kontekstual, adalah sangat kuat
dasarnya untuk menempatkan sila
itu pada urutan terakhir. Dalam AlQuran, nama Allah tak selalu disebutkan di awal.
Hubungan Kultural
Indonesia bukanlah Negara
Agama, dan tak satu pun Agama di
Indonesia menjadi Agama Negara.
Dengan kata lain antara Agama
dan Negara tidak terdapat hubungan struktural.
Maka dalam sila ketuhanan,
bukan berarti bahwa agama yang
transendental itu menjadi aspek
yang tunduk dalam aturan Negara.
Sila tersebut hanyalah pernyataan
penegasan dan komitmen bangsa
Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bangsa yang berketuhanan.
Antara negara dan agama terdapat hubungan kultural, bahwa
negara Indonesia dibangun oleh
bangsa yang beragama.
M. Izzudin
Film
Politik Kentut
Judul : Kentut
Produser : Deddy Mizwar, Zairin Zain
Sutradara : Aria Kusumadewa
Penulis : Aria Kusumadewa
Pemeran : Deddy Mizwar, Ira Wibowo,
Keke Soeryo, Cok Simbara
Tanggal edar : Rabu, 01 Juni 2011
Film ini diawali dengan kampanye pilkada. Jasmera (Dedy Miswar)
adalah salah satu kandidat pilkada
kabupaten yang disebut Kuncup Mekar didampingi Delarosa (Iis Dahlia),
penyanyi dangdut terkenal. Sangat
jelas Jasmera memilih Delarosa
sebagai pasangannya, sebab, ketenaran Delarosa adalah senjata ampuh penarik masa.
Jasmera selalu berkampanye
dengan arak-arakan yang terlihat
mencolok di sepanjang jalan, Jasmera adalah kandidat pilkada yang
dianggap kontroversial dengan ideidenya yang konyol dan tidak masuk
akal tanpa menunjukkan kemampuannya memajukan kabupaten
Kuncup Mekar.
Di lain pihak, Patiwa (Keke Soeryo) juga salah satu kandidat, didampingi tim kampanyenya Irma (Ira
Wibowo). Beda dengan Jasmera,
Patiwa berkampanye tidak dengan
arak-arakan. Ia memilih cara yang
lebih bermanfaat bagi rakyat. Membantu mengembangkan sektor pertanian, kesehatan dan peternakan.
MONUMEN
Pengabdian
Compang-camping
2011
17
Pengabdian
Compang-camping
SKETSA
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Membesarkan UKM
Dok.KSMW
iskusi sore itu tampak sepi. Perkumpulan itu hanya diikuti tak
lebih dari lima orang. Padahal,
jika berangkat semua, peserta
diskusi mencapai tiga puluhan orang. Itu
adalah suasana diskusi salah satu Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang diadakan
saban minggu.
Itu salah satu gambaran kegiatan UKM
yang semakin lesu sebab penurunan anggota.
Minat mahasiswa dalam mengikuti organisasi dirasakan sebagian pengurus UKM
semakin menurun. Pengurus UKM Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW)
Khoirul Anam mengamini penurunan itu.
Mula pendaftaran, diakuinya, jumlah
pendaftar cukup banyak, sekitar empat puluh anggota. Namun, dalam perkembangannya, jumlah itu terus mengalami penurunan.
Yang aktif tak lebih dari sepuluh orang.
Hal senada dialami UKM Nafilah. Melihat jumlah pendaftar anggota baru, cukup
menggembirakan. Mulanya, ungkap ketua
UKM Nafilah Fatmawati Ningsih, pendaftar
anggota baru mencapai ratusan orang. Namun, dalam perjalanannya, jumlah anggota
yang aktif hanya tersisa belasan orang.
Semakin lama semakin menurun.
Hal serupa dialami UKM Mimbar. Ketua
UKM Mimbar Ahmad Nasiudin mengungkapkan, minat mahasiswa dalam mengikuti
UKM sangat kurang. Pada tahun 2011 misalnya, UKM Mimbar hanya mampu merekrut
16 anggota baru.
Yang aktif sekarang tinggal 6.
Fenomena serupa terjadi di setiap UKM.
Terutama, UKM yang bergerak di bidang
pengembangan intelektual mahasiswa
(UKM Penalaran). Semisal, Nafilah, WEC,
AMANAT, An-Niswa, dan KSMW.
18
Pragmatis
Gejala penurunan minat mahasiswa sebenarnya sudah dirasakan sejak lama. Penurunan itu disebabkan banyak faktor. Salah
satunya, seperti dituturkan mantan Pembantu Rektor III, Erfan Soebahar, disebabkan oleh perubahan paradigma mahasiswa.
Menurutnya, pragmatisme menjadi sebab
utama penurunan antusiasme mahasiswa
dalam mengikuti organisasi.
Mahasiswa sekarang lebih pragmatis.
nilai kuliah sehingga mengabaikan organisasi. Pengejaran itu tak lain demi memenuhi hasrat pragmatis.
Kuliah cepet lulus, cepet kerja, itu praktis.
Beberapa mahasiswa lebih memilih
berfokus pada kuliah, atau bekerja paruh
waktu, di banding aktif di UKM. Keduanya
dianggap lebih menjanjikan kepraktisan
ketimbang mengikuti organisasi.
Mahasiswa Fakultas Syariah, Wahyudi
misalnya, mengaku tidak mengikuti UKM
lantaran alasan sibuk kuliah. Beban tugas
perkuliahan menuntutnya untuk fokus terhadap kuliah.
Saya pilih fokus kuliah saja.
Pembantu Rektor III, Darori Amin menyayangkan sikap mahasiswa yang mengabaikan UKM. Menurutnya, untuk mencapai
tujuan pendidikan, kuliah saja tak cukup.
Mahasiswa dituntut dapat mengembangkan keilmuan dan keterampilan lewat
jalur lain. Salah satunya dengan mengikuti
UKM.
Waktu luang dimanfaatkan ikut UKM,
sarannya.
Stagnasi
Minimnya animo mahasiswa mengikuti
UKM tak hanya dipengaruhi faktor eksternal. Menurut Ibnu Thalhah, faktor internal
juga turut mempengaruhi kemunduran
UKM. Semisal, UKM tak memiliki nilai
jual untuk menarik mahasiswa. Sehingga,
mahasiswa lebih memilih mengikuti lembaga atau aktivitas lain yang lebih menjanjikan.
UKM mengalami kemandekan.
Mantan ilustrator harian Suara Merdeka itu menilai, UKM tidak mengalami
perkembangan. Padahal, agar mampu bersaing, UKM harus mampu meningkatkan
citra. Makanya, UKM perlu membangun
kreativitas untuk mendongkrak citra di
mata mahasiswa.
UKM harus berinovasi.
Hal itu diamini Pembantu Dekan III
Fakultas Tarbiyah, Muhammad Ridwan.
UKM memiliki peran penting dalam menggait mahasiswa. Menurutnya, tertarik tidaknya mahasiswa dalam mengikuti UKM
bergantung dari seberapa besar peran dan
manfaat UKM bagi mahasiswa.
Terkait hal itu, Kepala Bagian (Kabag)
Kemahasiswaan, Priyono mengimbau, UKM
perlu melakukan evaluasi agar ke depannya
lebih baik.
UKM seharusnya melakukan evaluasi
tahunan, imbau Priyono.
Terhambat Dana
Di sisi lain, UKM sulit mengembangkan
diri karena beberapa sebab. Di antaranya,
seperti dituturkan ketua UKM Mimbar Nasiudin, karena terhambat dana. Menurutnya,
dana yang diberikan pihak birokrasi belum
mencukupi kebutuhan UKM. Sering kali,
UKM terbentur masalah pembiayaan dalam
mengagendakan kegiatan.
Gimana mau berkembang, dananya
tidak cukup.
Tak hanya masalah dana. Minimnya
fasilitas turut menghambat UKM dalam
mengembangkan diri. Menurut Nasiudin,
birokrasi kurang memberikan perhatian terhadap fasilitas UKM.
Fasilitasnya hanya seperti ini, keluhnya sembari menunjuk gitar yang sudah bopeng.
Sependapat diungkapkan ketua UKM
Nafilah, Fatmawati Ningsih. Baginya, dana
operasional organisasi dari Dana Isian Pengajuan Anggaran (DIPA) sebesar 4,5 juta
yang diterima UKM Nafilah tak mencukupi
kebutuhan organisasi tersebut selama setahun. Untuk menambal kekurangan dana,
UKM Nafilah biasa mencari dana tambahan
dari luar (sponsorship).
Alokasi dana UKM mesti ditambah,
harapnya.
Banyak Manfaat
Mengikuti UKM bukan merupakan keharusan. Tidak ada peraturan dari kampus yang mewajibkan setiap mahasiswa
mengikuti UKM. Mahasiswa punya hak untuk tidak atau aktif mengikuti UKM.
Meskipun begitu, Muhammad Ridwan
menganjurkan pada mahasiswa untuk terlibat dan aktif di dalam UKM.
Ikut UKM banyak manfaatnya, sarannya.
Sependapat dengan Erfan Soebahar.
Guru Besar Ilmu Hadits ini menerangkan,
UKM merupakan wadah efektif bagi mahasiswa untuk menempa dan mengembangkan potensi diri, baik dalam keterampilan
maupun intelektual.
Aktif di UKM kan gratis, sayang jika tak
dimanfaatkan, kata Erfan.
Di samping itu, banyak manfaat lain yang
bakal dirasakan mahasiswa ketika mengikuti
UKM. Seperti diungkapkan Ibnu Thalhah.
Mahasiswa akan mendapatkan ilmu dan
pengalaman yang tak didapatkan di bangku
kuliah. Di dalam UKM, tambahnya, mahasiswa dapat belajar tentang organisasi yang
meliputi, kepemimpinan, kerja tim, dan
komunikasi.
Di samping itu, soft skill yang didapatkan
dari UKM dapat digunakan ketika terjun
di masyarakat. Misal, untuk mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang
didapat dari UKM.
Mahasiswa harus multitalenta, karena
di era persaingan ini, mengandalkan ijasah
saja tak cukup, tutupnya.
Rohman Kusriyono,
Ulfa Mutmainnah
Pengabdian
Compang-camping
SKETSA
Auditorium
Amanat.Hamid
lah direncanakan.
Sebagaimana termaktub dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2005, tujuan BLU untuk meningkatkan pelayanan lembaga kepada masyarakat luas. Salah satunya menyediakan akses
bagi masyarakat umum untuk memanfaatkan fasilitas lembaga.
Pembisnisan fasilitas kampus pun disahkan. Sejak BLU diterapkan, berbagai fasilitas kampus dapat dikomersilkan kepada
masyarakat. Bukan cuma Auditorium yang
dipinjamkan, tapi juga bus, mobil elf, kursi,
lapangan sepak bola, lapangan tenis, asrama, dan kantin.
Meski begitu, BLU mengembangkan
bisnis tanpa keuntungan, ujar Mahin.
Amanat.Hamid
Kebutuhan
Secara kuantitas, mahasiswa Fakultas
Tarbiyah tergolong banyak. Sementara,
banyaknya jumlah mahasiswa tak sebanding jumlah ruang. Tarbiyah hanya memiliki tiga ruang kuliah. Jumlah itu sangat
kurang.
Hal itu dibenarkan Pembantu Dekan
II Fakultas Tarbiyah, Abdul Wahid. Menurutnya, keterbatasan ruang kuliah kerap
menghadirkan persoalan. Seperti misalnya
benturan jadwal. Ditambah lagi Tarbiyah
memiliki mahasiswa non reguler yang aktif
kuliah pada hari jumat, sabtu dan minggu.
Tentu dibutuhkan ruang lebih.
Keterbatasan jumlah ruang kuliah dirasakan benar oleh mahasiswa. Apalagi jika
beberapa dosen mengganti jadwal kuliah.
Hal itu dirasakan sendiri oleh Ibnu Wahid.
Mahasiswa Tadris Matematika angkatan
2008 itu kerap berkeliling kampus hanya
sekadar mencari ruang kosong.
Sulit menemukan ruang kosong, katanya.
Keterbatasan ruang, sebenarnya oleh
fakultas sudah disiasati dengan mengatur
jadwal kuliah sampaipukul 18.00. Beda
dengan fakultas lain yang hanya sampai
pukul 16.00. Namun, benturan jadwal
masih saja terjadi.
Ibnu berharap, dengan semakin ban-
19
Pengabdian
Compang-camping
CERITA
ERITA P ENDEK
ENDEK
20
*
Keesokan hari. Di televisi, di radio
dan di koran-koran semua ramai memberitakan ambruknya jembatan alas
tua. Salah satu saluran televisi secara
langsung menayangkan proses evakuasi korban, sementara saluran lain mempertontonkan drama dua orang yang
sedang berdebat saling menyalahkan.
Satu pihak berpendapat ambruknya
jembatan lantaran murni kecelakaan,
namun pihak lain menjelaskan jika
jembatan sudah tak layak digunakan,
mendesak diperbaiki. Ia menyalahkan
pihak-pihak yang tetap mengijinkan
kereta tetap melaju di atas jembatan.
Siang menjelang, perdebatan masih
panjang, bahkan seru. Tentu saja, dengan logika dan bahasa yang rumit khas
kaum elit. Sementara di luar rumah,
orang-orang dukuh alas tua sedang
berkumpul, membincangkan penyebab
ambruknya jembatan. Orang-orang
mengira ambruknya jembatan alas tua
karena butuh tumbal untuk menyangga
kokohnya jembatan.
Semarang, 12 Januari 2012
Pengabdian
Compang-camping
SASTRA
ASTRA B UDAYA
UDAYA
Dolanan Anak
Ia
menjelaskan,
substansi
dolanan anak tradisional adalah
agar anak-anak bisa berkumpul,
bekerjasama, serta mampu bersosialisasi dengan teman-temannya.
Jazuli meyakini dolanan anak tradisional memiliki misi tertentu. Ia
mencontohkan lagu lir-ilir sebagai
dakwah Sunan Kalijogo. Lagu lir-ilir
diciptakan untuk menggiring perhatian masyarakat agar tertarik dengan
Islam, jelas Jazuli.
Kroeber dalam Sukirman Dharmamulya (2008) berpendapat bahwa
seandainya nenek moyang manusia
tidak mempunyai gairah bermain,
barangkali kita akan mewarisi kebudayaan yang miskin akan keindahan
ataupun miskin dengan kecendikiawan.
Dolanan tradisional anak-anak
sarat akan nilai. Sebagaimana yang
dikatakan Tashadi (1993), permainan tradisional anak-anak di Jawa
mengandung nilai-nilai budaya tertentu. Di samping itu dolanan memiliki fungsi melatih pemainnya untuk
melakukan hal-hal yang berguna
untuk kehidupan mereka di tengah
masyarakat nantinya.
Nilai-nilai itu akan tertanam
sejak dini dan ketika dewasa tinggal
dikembangkan, Jazuli menambahi.
Permainan modern, seperti dikatakan Sumintarsih (2008), semakin
menjauhkan anak-anak dari hubungan perkawanan, dari komunalistik
ke individualistik.
Alternatif
Jazuli mengakui, setiap zaman
memiliki warna tersendiri. Anakanak yang lahir pada zaman tertentu diikuti dengan dolanan yang
berkembang pada zaman itu. Tidak
menutup kemungkinan, generasi
sekarang menciptakan permainan
baru yang bisa membungkus nilainilai sosial, tuturnya.
Sementara itu sebuah komunitas
yang berjuluk Toys Design Center
(TDC) mencoba inovasi terhadap
mainan anak. Komunitas yang didalangi mahasiswa UNDIP ini berhasil
menciptakan berbagai permainan
anak.
Seper i,
Seperti daun,
Tumbuh, tambah
Meranggas dan jatuh
Bersetubuh dengan tanah,
Menyisakan tangkai
Seperti bunga,
Kuncup, mekar,
Kelopak jatuh mengering,
Bersetubuh dengan tanah,
Menyisakan buah
Seperti manusia,
...
Semarang, 04.2011
21
Pengabdian
Compang-camping
CERMIN
Amanat.Slamet Tridadi
Ranggawarsita
22
Pengabdian
Compang-camping
MIMBAR
23
Pengabdian
Compang-camping
SOSOK
Abdul Muti
24