Makalah Diaster
Makalah Diaster
KELAS A4
KELOMPOK 2
1. Muhammad Idris
2. Nuraeni
3. Momon mahardika
4. Nuramdani
5. Opi kurniati
6. Rima melati
7. Muhammad farid
8. Rima mutiahidayanti
9. Rikzal surya tanah
10.
KATA PENGANTA
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah DIASTER dengan judul
STRUKTUR
OPERASI
TANGGAP
DARURAT,SISTIM
MENEJEMEN
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN.
A. LATARBELAKANG
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan
dankesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,
sehinggamempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat
bencana.Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran
bantuan, distribusilogistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan
penanganan tanggapdarurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan
kondisi di lapangan yangseperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja
Pos Komando dan KoordinasiTanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan
sistematis.Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang
menjadi pusatKomando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan
tingkatan bencanayang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat
Bencana dapat dilengkapidengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan
gugus tugas yang terdiri dari unitkerja yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan system yang terpadu dalampenanganan Kedaruratan bencanaSetiap wilayah
tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana. Seringkali resiko tersebut
tidakterbaca oleh komunitas dan karenanya tidak dikelola dengan baik. Hal ini
menyebabkan terkadang, dan mungkin juga sering, bencana terjadi secara tak terdugaduga.
Dampak paling awal dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi
penurunan drastis dalam kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan mereka
tidak mampu memenuhi kebutuhankebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya sendiri.
Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan utama pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas hidup tidak makin parah
atau bahkan bisa membaik. Tetapi setelah situasi darurat itu direspons, bencana harus
ditangani secara menyeluruh. Sebagaimana setiap akibat pasti punya sebab dan
dampaknya, maka bencana sebagai sebuah akibat pasti punya sebab dan dampaknya,
agar penanganan bencana tidak terbatas pada simptonsimpton persoalan, tetapi
menyentuh substansi dan akar masalahnya. Dengan demikian kondisi darurat perlu
dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko bencana itu sendiri.
Penanganan kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah perspektif penanganan
terhadap keseluruhan siklus bencana. Setelah kondisi darurat, biasanya diikuti dengan
kebutuhan pemulihan (rehabilitasi), rekonstruksi (terutama menyangkut perbaikanperbaikan infrastruktur yang penting bagi keberlangsungan hidup komunitas), sampai
pada proses kesiapan terhadap bencana, dalam hal ini proses preventif. Ada perbedaan
mendasar antara kerja dalam kondisi darurat dengan kerja penguatan kapasitas
masyarakat secara umum.
Dalam kondisi darurat, waktu kerusakan terjadi secara sangat cepat dan skala
kerusakan yang ditimbulkan pun biasanya sangat besar. Hal ini menyebabkan
perbedaan dalam karakteristik respon kondisi darurat. Tetapi tetap saja sebuah
komitmen, kecekatan dan pemahaman situasi dan kondisi bencana (termasuk konflik)
dalam rangka memahami latar belakang kebiasaan, kondisi fisik maupun mental
komunitas korban dan karenanya kebutuhan mereka, sangat dibutuhkan. Selain itu,
sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi legitimasi kerja pemberian bantuan
yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa sumber daya sebesar apapun
yang kita miliki tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan komunitas
korban bencana. Di sisi lain, sekecil apapun sumber daya yang kita miliki akan
memberikan arti bila didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik dan perencanaan
yang tepat dan cepat, mengena pada kebutuhan yang paling mendesak.
B. TUJUAN
1) Untuk mengetahui struktur operasional tanggap darurat
2) Untuk mngetahui stndar sistim menejemn keadaan darurat
3) Untuk mengetahui menejemen bencana nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STRUKTUR OPERASIONAL TANGGAP DARURAT
satu
kesatuan
komando
dalam
mengkoordinasikan
di
semua
tingkatan
wilayah
bencana
baik
di tingkat
Darurat
Bencana
tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional.
Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan
pananganannya kepada media massa dan masyarakat luas
Fungsi
Komando
mengkoordinasikan,
Tanggap
mengintegrasikan
Darurat
dan
Bencana
adalah
mensinkronisasikan
dasar,
perlindungan
pengurusan
pengungsi,
yang
terdiri
atas
rencana
operasi,
permintaan,
Bencana.
Penyelenggaraan
Sistem
Komando
Tanggap
permintaan
darurat
sumberdaya
bencana
untuk
dilaksanakan
penanganan
sesuai
dengan
Bencana
tingkat
Tanggap
Darurat
mengajukan
sumberdaya
permintaan
kepada
kebutuhan
Kepala
BPBD
memenuhi
kebutuhan
dasar
hidup
dan
Instansi/lembaga
terkait
Departemen/Dinas
Departemen/Dinas
Pekerjaan
Umum,
dimaksud
Sosial,
adalah:
BULOG/DOLOG,
Kesehatan,
Departemen/Dinas
Departemen/Dinas
Perhubungan,
kewenangannya.
Instansi/lembaga terkait wajib segera mengirimkan
serta memobilisasi sumberdaya manusia, logistik dan
dilaksanakan
dibawah
kendali
Kepala
Bencana
perlu
menyiapkan
dan
menghimpun
Poskolap.
Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia
yang bertugas dalam organisasi Komando Tanggap
Darurat Bencana dengan kualifikasi dan kompetensi
yang diperlukan untuk penugasan penanganan darurat
bencana.
Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan.
2.
bencana.
Pengorganisasian
a) Organisasi Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana
merupakan Organisasi satu komando dengan mata rantai garis
komando serta tanggung jawab yang jelas. Lembaga / Majelis dapat
dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu kesatuan
komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah
b)
e.
Mengendalikan,
memantau
pemulihan
Menejen
kedaruratan
Pra bencana
Kesiap siagaan
prabencena
Pasca
bencana
Saat bencana
yaitu
upaya
yang
di
dengan
misalnya:melarang
menediakan
pembakaran
bahaya
hutan
dan
yang
di
lakukan
untuk
yaitu
upaya
yangdi
siapa
siaga.misalny:
persiapan
alat
lakukan
segera
pada
saat
kejadian
terutama
penyelamtankorban
dan
beruapa
harta
benda,evakuasi
dan pengungsian.
6) Bantuan darurat (relief )yaitu merupakan upya
untuk
memberikan
pemenuhan
bantuan
kebutuhandaar
sandan,tempat tinggal,dll
7) Pemuliahn (recovery) yaitu
darurat
berkaitan
kondisi
engan
berupa:pangan
proses
masyarakat
pemuliahn
yang
terkena
adalah
memperabiki
prasarana
dan
pelayanan dasar.
8) Rehabilitasi yaitu upaya langkah yngdi ambil
setelah
kejadian
bencana
untuk
membntu
kembali
roda
masyarakat tersebut.
9) Rekontruksi yaitu merupaka
perekonomian
program
jangka
untuk mengembalikan
bencana
Kesiapan
Pencegahan n mitigasi
pemulihan
Seperti yang kita tahu, sistem birokrasi di Indonesia terlalu rumit dan
panjang. Misalnya untuk mengurus sesuatu yang berhubungan dengan
kepemerintahan maka kita harus bolak-balik kesana-kemari barulah
tujuan kita dapat tercapai (ini merupakan suatu penyakit struktural
yang tak kunjung jua sembuh dikarenakan sistem yang ada secara tidak
langsung mendorong terjadinya hal tersebut). Birokrasi penanganan
dana rekonstruksi pun tak bisa lepas dari hal ini. Sistem birokrasi yang
berkelumit dan tersentralisasi ini menjadi salah satu penyebab kenapa
terjadi ketidak-efektifan dan ketidak-efisiensian, dalam hal ini
penanganan dana rekonstruksi, menjadi muncul dan berkembang.
Ketika SK dari presiden SBY perihal pemberian dana rekonstruksi
gempa Jogja dikeluarkan (yang disambut dengan gembira dan sukacita para korban gempa), tidak serta-merta dana tersebut dapat
langsung diambil mak clumutbegitu saja. SK dari presiden tersebut
ternyata hanyalah salah satu syarat untuk mendapatkan dana
rekonstruksi dari pemerintah pusat. Masih ada syarat-syarat lain yang
harus dipenuhi agar dana rekonstruksi dapat diambil seperti surat dari
Menteri Keuangan, data-data lengkap korban gempa yang akan
menerima bantuan dana rekonstruksi, dan berbagai dokumen lain yang
dibutuhkan, yang tentu saja untuk mendapatkannya memerlukan waktu
yang cukup lama. Baru setelah itu dana rekonstruksi dapat dicairkan.
Dicairkan (tentu saja) artinya dana tersebut diambil dari bank, jadi
sebenarnya semua dana rekonstruksi itu telah berada di bank tetapi
banyak pihak yang bingung dimana sebenarnya uang dana rekonstruksi
itu berada, apakah masih di Jakarta atau telah sampai di Jogja.
Bagan berikut mungkin memperjelas bagaimana alur birokrasi
keuangan yang terjadi (dimana alur keluarnya dana bantuan
rekonstruksi juga melewati alur ini
presiden
Menteri/ Ketua
Lembaga
Negara
Menteri Keuangan
Sekjen
Kepala Biro
Keuangan
Panglima
TNI
Dirjen
Anggaran
KPKN
Bendahara Umum
Bendahara
Khusus
Bendahara
Barang
BAB III
PENUTUP
A. PENUTUP
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan
tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain
berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, epidemi dan
wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
Kepala
BNPB/BPBD
Provinsi/Kabupaten/Kota
sesuai
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Buku Akuntansi Pemerintahan Indonesia oleh Revrisond Baswir http://www.walhi.or.id