Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 21-28

KORELASI PARAMETER KUAT GESER


HASIL UJI GESER LANGSUNG DAN UJI TRIAKSIAL
PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG PASIR
Soewignjo Agus Nugroho1, Zul Azmy2 dan Rapida Safitri3
1,2)
3)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru
Jurusan Teknik Sipil, Program S-1, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru
E-mail : nugroho_52yk@yahoo.com, nug_sa@unri.ac.id

ABSTRAK
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis daya dukung tanah, stabilisasi lereng dan tegangan lateralpada
dinding penahan tanah. Nilai parameter kuat geser tanah dapat diperoleh dari uji laboratorium, seperti UCS, Vane
shear, Direct Shear,dan Triaxial. Pengujian triaksial lebih sering dilakukan karena dapat disesuaikan dengan kondisi
tegangan lapangan sehingga menghasilkan data yang lebih akurat akan tetapi pelaksanaan pengujiannya lebih komplek
dan membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan pengujian geser lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bentuk hubungan (perumusan korelasi) antara parameter kuat geser tanah
yang dihasilkan dari uji Triaksial dengan hasil uji Direct Shear. Pada penelitian ini digunakan metode eksperimental
dan model. Benda uji merupakan tanah yang dibentuk kembali (remolded) campuran tanah lempung/pasir dengan kondisi tidak terganggu, kemudian hasil pengujian dianalisis dengan analisis regresi linier berganda antara hasil pengujian Triaksial, hasil pengujian Geser Langsung, dan sifat fisis tanah campuran.
Korelasi antara parameter kuat geser ( dan c) hasil pengujian triaksial.didapatkan dengan analisis regresi linier berganda. Nilai sudut gesek hasil pengujian Triaksial lebih kecil 4 sampai 12 derajat dari nilai sudut gesek hasil pengujian
Direct Shear, dengan selisih rata-rata 7 derajat. Sedangkan kohesi hasil pengujian Triaksial lebih besar 2-8 kPa dari
kohesi hasil pengujian Direct Shear, dengan selisih rata-rata 5 kPa.

Kata kunci: direct shear, korelasi, kuat geser, triaksial

ABSTRACT
The Soil Shear Strength parameters are needed to analyze of bearing capacity, slope stability and stability of earth
retaining wall. The value of soil parameter acquired from shear test at laboratory such as Unconfined Compression
Strength, Laboratory Vane Shear, Direct Shear, and Triaxial apparatus. People usually use triaxial test to obtain soil
parameter because triaxial apparatus can set as same as field condition so the test results more accurate but the procedure and work mechanism of triaxial apparatus more complicated and need long duration for a test than another.
The aim of this research is to determine the correlation between test results of soil parameter obtain from triaxial test
and Direct Shear test, so soil parameter can obtain in simple test but get a accurate result. In this research applied
experimental and model method. It used several remolded soils in undisturbed condition. As samples for Triaxial test
and Direct Shear test were made in same condition, result of those test were analyzed by multiple linier regression
between those two apparatus and its properties
Correlation between result of two tests and soil properties were analyzed by doubled linear correlation. The internal
skin frictions value of triaxial tests is smaller 4 until 12 degree from Direct Shear with mean difference are 7 degree.
While cohesion result of triaxial test are bigger 2 until 8 kPa, with mean difference 5 kPa
Keywords: correlation, direct shear, shear strength, triaxial

21

Korelasi Parameter Kuat Geser Hasil Uji Geser Langsung dan Uji Triaksial (Nugroho, et al)

PENDAHULUAN

Keuntungan uji geser langsung adalah alat uji


geser langsung lebih mudah dioperasikan, lebih
cepat dan sample mudah dibuat, maka perlu
ditemukan suatu formula yang bisa menghubungkan hasil uji geser langsung dengan Triaksial.

Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk


analisis daya dukung tanah, stabilitas lereng dan
stabilitas dinding penahan tanah, dan nilai
parameter ini diperoleh dengan melakukan
pengujian di laboratorium.

Uji Direct Shear (geser langsung) dilakukan


dengan menempatkan contoh tanah ke dalam
kotak geser yang terbelah, dengan setengah bagian bawah merupakan bagian yang tetap dan
bagian atas bebas untuk bertranslasi. Sampel
berbentuk silinder berdiameter 6,35 cm dengan
tinggi 2 cm. Sampel secara hati-hati diletakkan
di dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu pori untuk drainase yang cepat diletakkan di atas contoh, kemudian suatu beban
normal sebesar P dikerjakan (BSN, 1994).

Pengujian kuat geser tanah di laboratorium dapat


dilakukan dengan memakai berbagai peralatan,
seperti Unconfined Compression Strength, Direct
Shear, dan Triaxial. Sesuai dengan karakteristik
peralatan tersebut, setiap pengujian menghasilkan
nilai parameter yang berbeda beda untuk sampel
uji yang sama. Hal ini terjadi karena prosedur
pengujian dan cara kerja alat yang berbeda serta
target hasil uji utama dari masing-masing
peralatan dalam menentukan parameter tanah
(Ardana, 2008). Pengujian yang sering dilakukan
yaitu pengujian triaksial karena dapat dimodelkan
sesuai kondisi lapangan sehingga menghasilkan
data yang lebih akurat. Pengujian Triaksial lebih
rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan pengujian geser lainnya.

Pengujian Triaxial benda uji berupa tanah (c


dan ) berbentuk silinder yang dibungkus
membran karet kedap air yang diberi tekanan
sel (s3) kesemua arah kemudian diberi tekanan
aksial sampai terjadi keruntuhan (BSN, 1992).
Uji geser triaksial adalah pengujian yang paling
dapat diandalkan dalam menentukan parameter
tegangan geser tetapi lebih mahal dan butuh
waktu cukup lama. Pada pengujian ini
digunakan sampel tanah dengan diameter 3,8
cm dan tinggi 7,6 cm.

Pada penelitian ini akan membandingkan antara


hasil pengujian Triaksial dan pengujian
unconfined compression strength pada kondisi
consolidated undrained. Dengan membandingkan
kedua hasil pengujian ini akan dibuat korelasi
nilai parameter kuat geser tanah sehingga
nantinya dengan melakukan pengujian UCS dapat
diperoleh nilai kuat geser tanah yang setara
dengan pengujian triaksial dengan waktu yang
relatif singkat

BAHAN DAN METODE

Tanah merupakan material berbutir, sehingga


keruntuhan tanah terutama disebabkan oleh terguling atau tergelincirnya butiran-butiran dan bukan
oleh tarikan atau tekanan yang sederhana saja.
Oleh karena sifat keruntuhan ini, tegangan yang
ditinjau adalah tegangan geser, sedangkan tahanan tanah atau kekuatannya yang ditinjau adalah
kuat geser.

Metode yang dilakukan pada penelitian ini


adalah metode eksperimental dan model. Model
berupa silinder berdiameter 30 cm dan tinggi 20
cm (Gambar 1) yang dipakai untuk membuat
benda uji dari campuran pasir dan lempung
dengan prosentasi berbeda beda (Tabel 1). Benda uji kemudian diberi air sampai kondisi plastis, diletakan dalam cetakan/model kemudian
dijenuhkan serta dikonsolidasikan dengan
beban 28 kg sampai tidak terjadi penurunan
tanah lagi (14 hari).

Uji triaksial lebih rumit dari pada uji geser langsung, namun uji triaksial juga lebih memuaskan.
Kita bisa mengontrol kondisi pengaliran air
dengan baik, pengukuran perubahan volume lebih
teliti, kondisi tegangan bisa diketahui pada semua
tahapan pembebanan sepanjang uji triaksial dimana pada uji geser langsung hanya kondisi tegangan pada saat runtuh saja yang dapat kita
ketahui, dan pengujian triaksial lebih bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Gambar 1. Model alat penjenuhan dan konsolidasi

22

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 21-28

Tabel 1. Macam Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik


Tanah
Prosentase
(%)

Gs

clay sand

Attterberg
Limits

Triaksial Geser
langsung

LL

PL

IP

100

30

70

35

65

40

60

45

55

50

50

55

45

60

40

65

35

70

30

100

Gambar 2. Pencetakan sampel sebelum dicetak


dgn cetakan standar

dengan cetakan standar untuk Pengujian geser


langsung dan triaksial (Gambar 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel tanah lempung (100%) dan pasir (100%)
yang akan dicampur terlebih dahulu diuji karakteristik sifat fisik dan mekanik tanahnya meliputi
Pengujian Specific Gravity, Atterberg Limits, dan
kuat geser. Setelah tanah lempung dan pasir
dicampur dengan prosentasi tertentu kemudian
diuji kembali sifat fisik dan mekanik (Bowles,
1999). Hasil Pengujian selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2.

Catatan. : N/A = not available, A = available

Metode eksperimen dibagi menjadi dua tahap


yaitu Pengujian pendahuluan dan Pengujian utama. Pengujian pendahuluan meliputi pengujian
properties tanah pasir, tanah lempung, dan properties tanah campuran (BSN, 2008). Pengujian
utama berupa Pengujian geser langsung dan pengujian triaksial. Sampel untuk Pengujian triaksial
dan geser langsung diambil dari cetakan dari pipa
PVC, setelah dikonsolidasi selama 14 hari (BSN,
1992). Kemudian tanah dari pipa PVC dicetak

Berdasarkan klasifikasi menurut USCS, tanah


lempung yang memiliki batas cair 49,78% dan
Indeks plastisitas 21,76% tergolong dalam tanah
CL (lempung non organik plastisitas rendah)
(Hardiyatmo, 2006). Pasir dapat dikatagorikan
sebagai poorly graded sand (SP) (Das, 1988).
Untuk klasifikasi menurut USCS (Das, 1993) pada
variasi campuran lempung dan pasir selengkapnya
dapat di lihat pada Tabel 3

Tabel 2. Hasil pengujian sifat fisik tanah campuran


Prosentase (%)

Gs

Atterberg Limits (%)

Triaksial

Geser Langsung

LL

PL

IP

c (kPa)

( o)

c (kPa)

( o)

2,664

N/A

N/A

N/A

N/A

N/A

5,00

31,63

70

2,666

18,93

15,12

3,81

7,27

8,34

4,47

20,62

35

65

2,673

20,50

16,75

3,75

7,92

7,35

5,47

14,62

40

60

2,677

23,77

18,33

5,44

8,66

7,04

4,63

13,69

45

55

2,681

29,21

19,50

9,71

11,22

6,86

6,94

13,35

50

50

2,685

30,65

20,25

10,40

9,80

6,41

5,58

13,09

55

45

2,689

35,25

24,52

10,73

13,35

6,06

6,63

12,41

60

40

2,692

37,17

26,47

10,70

14,28

5,89

5,79

10,63

65

35

2,695

39,60

27,35

12,25

14,76

6,25

6,57

9,99

70

30

2,699

46,21

30,75

15,46

13,87

3,81

5,05

8,16

100

2,727

49,78

28,02

21,76

18,88

13,14

N/A

N/A

clay

sand

100

30

23

Korelasi Parameter Kuat Geser Hasil Uji Geser Langsung dan Uji Triaksial (Nugroho, et al)

yang menyebabkan indeks plastisitas, IP (IP=LLPL) akan semakin besar.

Tabel 3. Klasifikasi Tanah Campuran berdasarkan USCS

50

Lolos
(%)

Tertahan
(%)

30

70

35

Batas
cair (%)

Indek
plastisitas
(%)

Klasifikasi
USCS

45

LL
PL
IP

40

Kadar Air,LL,PL,IP (%)

Saringan No. #200

35
30
25

18,93

3,81

SC

65

20,50

3,749

SC

40

60

23,77

5,439

SC

45

55

29,21

9,708

SC

50

50

30,65

10,405

CL

Gambar 4. Hasil pengujian pastisitas tanah

55

45

35,25

10,732

CL

60

40

37,17

10,697

CL

65

35

39,60

12,247

CL

70

30

46,21

15,46

CL

Hasil Pengujian kuat geser berupa sudut gesek


internal tanah (), untuk tanah dengan campuran
yang sama, terlihat bahwa hasil pengujian dengan
alat uji geser langsung (Gambar 5) menghasilkan
sudut gesek yang lebih besar dibandingkan bila di
uji dengan alat uji triaksial (Gambar 6). Hal ini
dikarenakan, pada Pengujian geser langsung
tanah dipaksa untuk bergeser pada bidang geser
alat uji, sementara pada alat triaksial tanah
bergeser pada bidang terlemah (Lambe, 1969).

20
15
10
5
0
30

35

40

45

50

55

60

65

70

fraksi lempung (%)

Berdasarkan pada Tabel 3, tanah campuran


dengan penambahan butiran halus (lempung)
akan merubah klasifikasi tanah dari pasir (SP)
menjadi clayey sand (SC) kemudian menjadi lean
clay (CL) dengan semakin bertambahnya kadar
lempung.

24

SudutGesek ( o )

Hasil pengujian Spesifik Gravity (Gs) dapat


disimpulkan bahwa nilai Gs tanah semakin besar
seiring dengan bertambahnya prosentase kadar
lempung (Gambar 3).
2.71

21
18
15
12
9

2.70

2.70

30

35

40

45

50

55

60

65

70

Gs

2.69

fraksi lempung (%)

2.69

Gambar 5. Hasil uji Direct Shear untuk

2.68
2.68
Gs pengujian
2.67

Besar sudut gesek internal tanah () semakin


mengecil dengan membesarnya prosentase
lempung (mengecilnya prosentase butiran kasar/
pasir). Ini disebabkan nilai friksi tanah
merupakan sumbangan dari tanah granular
(pasir). Jadi semakin kecil prosentase pasir, maka
sumbangan friksi juga akan semakin mengecil.

2.67
2.66
30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

fraksi lempung (%)

Gambar 3. Hasil pengujian berat jenis

Grafik hasil pengujian Atterberg limit (Gambar


4), kadar air kondisi liquid limit (LL) bertambah
sesuai dengan pertambahan fraksi lempung.
Keadaan yang sama juga terjadi pada kadar air
kondisi plastis (PL). Hal tersebut dikarenakan
partikel lempung memiliki ikatan hidrogen antara
molekul air dengan permukaan partikel lempung
yang menimbulkan gaya tarik-menarik antar
partikel lempung dan menghasilkan plastisitas.
Sehingga rentang kadar air pada kondisi cair (LL)
dan pada kondisi plastis (PL) semakin melebar

Nilai kohesi hasil Pengujian geser langsung


berbentuk fluktuatif (Gambar 7), kemungkinan
disebabkan karena kecepatan pergeseran yang
tidak konstan. Nilai kohesi hasil uji geser
langsung, jika dilihat tren grafiknya cenderung
naik seiring dengan bertambahnya prosentase
lempung. In juga terjadi jika tanah diuji triaksial
(Gambar 8). Nilai kohesi hasil Pengujian kedua
alat, menghasilan nilai maksimum (c, ) pada

24

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 21-28


9.0

(1)
dengan:
b 0, b 1, b 2
Y
X1
X2

sudut gesek ( )

7.5

6.0

4.5

X1
X 2

3.0
30

35

40

45

50

55

60

65

70

Fraksi Lempung (%)

:
:
:
:

konstanta
Nilai TX (o)
Nilai DS hasil uji (o)
Fraksi Lempung, Fc (%)

X
X
( X ) ( X X )
( X X ) ( X )
1

xi = X i X

kadar/prosentase lempung 60% atau prosentase


pasir berkisar 30%-40%.

y i = Yi Y

(4)
Maka didapatkan b0=6.817; b1=-0,15 dan
b2=0,046, kemudian dihasilkan persamaan
sebagai berikut:
TX (analysis) = 6.817 (0.150DS) + (0.046Fc).
Dengan cara yang sama, menggunakan regresi
linier berganda dengan Pers. (1-5), hubungan
antara TX , DS, dan Batas Cair (LL) adalah :
TX (analysis) = 7,540 + (0,199DS) - (0,084LL).
Sementara hubungan antara TX , DS, dan Batas
Plastis (PL) adalah :
TX (analysis) = 7,540 + (0,138DS) - (0,130PL).
Dan hubungan antara TX , DS, dan Indek
Plastisitas (IP) adalah :
TX (analysis) = 5,766 + (0,163DS) - (0,157IP).
Perbandingan antara Nilai Sudut gesek pengujian
[TX = TX(pengujian)] dengan Sudut gesek analisis
[TX (analysis)] untuk seluruhnya dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut ini.

7.0

Kohesi c (kPa)

6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
c
1.0
0.0
35

40

45

50

55

60

65

(2)
(3)

Gambar 6. Hasil uji Triaksial untuk

30

2
2

Y
b0
b = ( X Y )
1
1
( X2Y )
b2

70

Fraksi Lempung(%)

Gambar 7. Hasil uji Direct Shear untuk c

Korelasi Sudut gesek () Triaksial, sudut gesek


() Direct Shear, dan Sifat Fisik Tanah didapat
dengan
menggunakan
persamaan
untuk
memperkirakan nilai Sudut gesek internal ()
hasil pengujian Triaksial, Direct Shear dan Fraksi
Lempung nya dapat ditentukan dengan mencari
hubungan antara nilai TX , DS, dan Fraksi
Lempung (Fc) dengan menggunakan analisis
korelasi linier berganda (Supranto, 2004).

Grafik perbandingan antara nilai sudut gesek internal hasil analisis (regresi berdasarkan nilai
geser langsung) dan hasil Pengujian Triaksial
dengan melihat parameter fraksi lempung, batas
cair, batas plastis, dan indek plastisitas dapat
dilihat berturut-turut pada Gambar 9 sampai
Gambar 12.

18
15

Kohesi C (kPa)

12

Korelasi Kohesi (c) Triaksial dengan Batas Cair


(LL) dan Fraksi Lempung dengan menggunakan
analisa regresi linier berganda, maka hasilkan
persamaan sebagai berikut: Ctriaksial=1.147(0.022LL)+(0.216FClay). Perbandingan antara
nilai kohesi hasil pengujian dengan hasil analisis
dapat dilihat pada Gambar 13.
Hasil pengujian dengan kohesi hasil analisis, dari
Gambar 11 di atas terlihat hasil kohesi analisis
hampir mendekati hasil pengujian, dengan
koefisien korelasi sebesar 0.94, maka persamaan
ini dianjurkan untuk digunakan sebagai
pendekatan untuk memperkirakan kohesi
Triaksial bila diketahui nilai LL dan Fraksi

9
6
3

0
30

35

40

45

50

55

60

65

70

F ra k s i L e m p un g ( % )

Gambar 8 Hasil uji Triaksial untuk c

Dengan mengasumsikan DS dan Fc merupakan


variabel bebas, dan nilai TX merupakan variabel
tak bebas, maka:

25

Korelasi Parameter Kuat Geser Hasil Uji Geser Langsung dan Uji Triaksial (Nugroho, et al)

Tabel 4. Rekapitulasi TX hasil pengujian dengan TX hasil analysis (korelasi)


Fraksi Lempung
(%)

hasil pengujian
Triaksial

TX & DS

TX, DS & Fc

TX, DS & LL

TX, DS &PL

TX, DS & IP

30

8,34

8,86

8,52

8,40

8,42

8,53

35

7,35

6,97

7,39

7,55

7,38

7,56

40

7,04

6,68

7,02

7,16

7,04

7,15

45

6,86

6,57

6,74

6,66

6,84

6,42

50

6,41

6,49

6,47

6,51

6,71

6,27

55

6,06

6,28

6,13

6,04

6,06

6,11

60

5,89

5,71

5,63

5,67

5,56

5,82

65

6,25

5,51

5,31

5,39

5,35

5,47

70

3,81

4,94

4,80

4,61

5,92

4,67

Koef. Korelasi (r) 0,79

0,79

0,92

0,94

0,93

0,94

hasil korelasi

10

10
9

7
6

Y=X

TX pengujian

TX pengujian

9
8

7
6
5

Y=X

3
3

7
T X analisis

Gambar 9 Korelasi f(analysis), f (Pengujian), Fc

7
T X analisis

Gambar 11. Korelasi (analysis), (Pengujian), PL

10

10

TXpengujian

TX pengujian

6
5

Y=X

X=Y

3
3

7
T X analisis

3
3

10

TX analisis

Gambar 12 Korelasi (analysis), (Pengujian), IP

Gambar 10 Korelasi ( analysis), (Pengujian), LL

Hasil pengujian dengan kohesi hasil analisis


dengan koefisien korelasi sebesar 0.94, maka
persamaan ini dianjurkan untuk digunakan
sebagai pendekatan untuk memperkirakan kohesi
Triaksial bila diketahui nilai PL dan Fraksi
lempung.

lempung, dengan memperhatikan kondisi tanah


asal dan fraksi lempung tanah.
Korelasi Kohesi Triaksial dengan Batas Plastis
(PL) dan Fraksi Lempung diperoleh dengan
analisa regresi linier berganda, maka dihasilkan
persamaan sebagai berikut: CTriaksial= 1.147(0.022LL)+(0.216F.Clay). Perbandingan antara
nilai kohesi hasil pengujian dengan hasil analisis
dapat dilihat pada Gambar 14.

Korelasi Kohesi Triaksial dengan Indeks


Plastisitas (IP) dan Fraksi Lempung diperoleh
dengan analisa regrsi linier berganda seperti di
atas,maka hasilkan persamaan sebagai berikut:
26

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 21-28


18

cTX=0,565+
0,116Fc-0,22PL,
dan
cTX=0,490+0,242Fc-0,146IP. Dengan Fc adalah
fraksi lempung, LL adalah batas cair, PL adalah
batas plastis, IP adalah indek plastisitas dan DS
merupakan hasil uji Direct Shear.

C TX pengujian (kPa)

15

12

c
X=Y

Korelasi antara parameter kuat geser ( dan c)


hasil pengujian triaksial.didapatkan dengan analisis regresi linier berganda. Nilai sudut gesek
hasil pengujian Triaksial lebih kecil 4 sampai 12
derajat dari nilai sudut gesek hasil pengujian Direct Shear, dengan selisih rata-rata 7 derajat. Sedangkan kohesi hasil pengujian Triaksial lebih
besar 2-8 kPa dari kohesi hasil pengujian Direct
Shear, dengan selisih rata-rata 5 kPa.

3
3

9
C

TX

12
analisis (kPa)

15

18

Gambar 13. Perbandingan kohesi Triaksial hasil


18

CTX pengujian (kPa)

15
12

UCAPAN TERIMA KASIH

9
6

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima


kasih kepada Rugun Ermina S atas data-data nya
dan kepada Syawal Satibi dan Agus Ika Putra atas
saran dan masukannya untuk perbaikan tulisan
ini.

c
X=Y

3
3

9
12
CT X analisis (kPa)

15

18

Gambar 14. Perbandingan kohesi Triaksial hasil

DAFTAR PUSTAKA

CTX pengujian(kPa)

18

Ardana, M. D. W., 2008. Korelasi Kekuatan


Geser Undrained Tanah Lempung dari Uji
Unconfined Compression dan Uji Laboratory
Vane Shear (studi pada remolded Clay).
Jurnal Teknik Sipil ITB, 12(2).
Bowles, Joseph E., 1999. SifatSifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta:
Erlangga.
BSN., 2008. SNI 03-1964, 2008, Cara Uji Berat
Jenis Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional
BSN., 1992. SNI 03-2812, 1992, Cara uji
Konsolidasi Tanah Satu Dimensi. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional
BSN., 2008. SNI 03-1967, 2008, Cara Uji
Penentuan Batas Cair Tanah. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional
BSN., 2008. SNI 03-1966, 2008, Cara Uji
Penentuan Batas Plastis Dan Indeks Plastisitas
Tanah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
BSN., 1992. SNI 03-2815-1992, Cara Uji Tekan
Triaksial Pada Laboratorium. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional
BSN., 1994. SNI 03-3638-1994, Metode
Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
Das, Braja M., 1988. Mekanika Tanah (PrinsipPrinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. Jakarta,
PT. Erlangga.

15
12
9
c
X=Y

6
3
3

12

15

18

CT X analisis (kPa)

Gambar 15. Perbandingan kohesi Triaksial hasil

CTriaksial
=
0.490(0.146IP)+(0.242F.Clay).
Perbandingan antara kedua nilai kohesi tersebut
dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.
Berdasarkan pada Gambar 15 di atas terlihat hasil
kohesi analisis hampir setara dengan hasil
pengujian, dengan koefisien korelasi sebesar
0.95, maka persamaan ini dianjurkan untuk
digunakan
sebagai
pendekatan
untuk
memperkirakan kohesi Triaksial bila diketahui
nilai IP dan Fraksi lempung.

KESIMPULAN
Dengan memperhatikan hasil dari pengujian
triaksial dan hasil pengujian direct shear, dengan
memperhatikan sifat fisik dan mekanik tanah bisa
di buat korelasi sebagai berikut: TX =6,817-0,150
DS+ 0,046FC, TX=7,540+0,119DS-0,084LL,
TX=7,540+0,138DS-0,130PL, TX=5,766+0,163
DS
-0,157IP,
cTX=1,147+0,216Fc-0,022LL,
27

Korelasi Parameter Kuat Geser Hasil Uji Geser Langsung dan Uji Triaksial (Nugroho, et al)

Das, Braja M., 1993. Mekanika Tanah (PrinsipPrinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2. Jakarta:
PT. Erlangga.
Hardiyatmo, Hary Christady., 2006. Mekanika
Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Lambe, T.W & Whitman,R.V., 1969. Soil


Mechanics. New York: John Wiley and
Son,inc.
Supranto, J., 2004, Statistik (Teori dan Aplikasi).
Jakarta: Erlangga.

28

Anda mungkin juga menyukai