Anda di halaman 1dari 20

i

EVALUASI IMPLEMENTASI INA-CBGs


KASUS DIABETES MELLITUS
PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP
DI RSUD A.WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Kebijakan Pembiayaan dan


Manajemen Asuransi Kesehatan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Diajukan oleh :
Ani Widyastuti
NIM : 10/31064/PKU/12123

Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Yogyakarta, Maret 2013

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan


kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul Evaluasi
Implementasi INA-CBGs Kasus Diabetes Mellitus Pasien Jamkesmas Rawat
Inap di RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda. Tesis ini diajukan untuk
memenuhi salah satu prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana
Minat Kebijakan Pembiayaan Dan Manajemen Asuransi Kesehatan Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada
DR.Drg.Yulita Hendrartini, M.Kes dan M.Rochimul Umam,SE, Akt.,
M.Kes

selaku pembimbing satu dan dua yang senantiasa telah memberikan

waktu untuk mengarahkan dan memotivasi penulis hingga selesainya tesis ini.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof.Dr.dr. Ali Gufron Mukti, MSc., PhD., selaku guru besar
pembiayaan kesehatan FK UGM yang telah menyumbangkan ilmunya kepada
penulis.

2.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ketua Pengelola Program S-2 Ilmu


Kesehatan Masyarakat yang berkenan menerima penulis sebagai mahasiswa
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

3.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda atas dukungan dan dorongan dalam
melakukan tugas belajar.

4.

Direktur RS, dr Cisca Nelwan M.Kes, dr Mazniati MPH, dokter PPK dan
seluruh staf RS A Wahab Sjahranie Samarinda atas ijin dan kerjasama dan
siport selama penelitian,

5.

Seluruh dosen dan staf akademik (bu yuni, mbak nana, dan mas wahyu)
Minat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang telah memfasilitasi
kegiatan perkuliahan dengan baik.

6.

Suami tercinta Sumeru Syahdaini yang banyak memotivasi dan selalu


mendampingi penulis selama menempuh pendidikan serta dalam penulisan
tesis ini, dan anakku Rahardian, Novaldy dan Sherin yang selalu memberi
memberi dorongan.

7.

Ibunda Mahyani di Salatiga, bapak mertua Soedharmo

di Malang yang

senantiasa memberi semangat dan doa selama perjalanan pendidikan penulis.


8.

Rekan-rekan mahasiswa Minat KP-MAK seangkatan, yang telah banyak


membantu, rekan seperjuangan tesis (Dewi, Bisri ) serta semua pihak yang
tak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan
dalam penyelesaian tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

keterbatasan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu saran dan kritik dari
berbagai pihak demi penyempurnaan tesis ini sangat diharapkan.

Yogyakarta, Maret 2013

Ani Widyastuti

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................

LEMBAR PERSETUJUAN................

ii

PERNYATAAN...............

iii

KATA PENGANTAR..........................

iv

DAFTAR ISI................

vi

DAFTAR TABEL....................

viii

DAFTAR GAMBAR....

INTISARI.................

xi

ABSTRAK

xii

.
BAB I PENDAHULUAN.................

A. Latar Belakang Masalah.............

B. Perumusan Masalah............

C. Tujuan Penelitian............ 10
D. Manfaat Penelitian.............

10

E. Keaslian Penelitian.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............

12

A. Telaah Pustaka...................

12

1. Sistem Pembayaran DRG.....................

12

2. Pembayaran pada program Jamkesmas...................

14

3. Rekam Medis dan koding.........................................

15

4. Pemahaman dokter PPK......................................................

19

5. Evaluasi Program Managed Care..........

20

6. Kendali Biaya dan Mutu.................

22

B. Landasan Teori.......................

24

C. Kerangka Konsep...

25

D. Pertanyaan Penelitian.

26

vii

BAB III METODE PENELITIAN.............

27

A. Jenis Rancangan Penelitian............

27

B. Lokasi Penelitian................

27

C. Unit Analisis dan Subjek Penelitian...................

27

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............

29

E. Instrumen Penelitian...............

30

F. Analisis data.......................

30

G. Etika Penelitian..................

30

H. Keterbatasan Penelitian.....................

32

I. Jalannya Penelitian.............................

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............

34

A. Hasil Penelitian..................

34

B. Pembahasan

50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............

59

A. Kesimpulan....................

59

B. Saran...

59

DAFTAR PUSTAKA...................

62

LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Besaran
Pendanaan
Biaya Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin Di Indonesia.............................

Tabel 2.

Data 10 Besar Penyakit


dengan Kode INADRG/INA-CBGs
Pasien Jamkesmas Rawat Inap
Maret-Desember Tahun 2010
Di RSUD A.Wahab
Sjahranie Samarinda........................................................

Tabel 3.

Tabel Selisih Tarif RS dan dengan Tarif INA-DRG/


INA-CBGs Maret-Desember Tahun 2010 Di RSUD
A.Wahab Sjahranie Samarinda.......................................

Tabel 4.

Tarif RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda.................

Tabel 5.

Lima Besar Kasus dengan Selisih Negatif Antara Tarif


Rumah Sakit dengan Tarif INA-DRG/INA-CBGs
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Maret-Desember 2010
di RS A. Wahab Sjahranie...............................................

Tabel 6.

Kelengkapan Data Sosial Kasus Diabetes Mellitus


Pasien Jamkesmas Rawat Inap Pasien Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie .......................................

30

Tabel 7.

Kelengkapan Data Administrasi dan Medis Kasus


Diabetes Mellitus (Kode INA-CBGs 1-41-5) Pasien
Jamkesmas
Rawat
Inap Pasien Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie .......................................

41

Tabel 8.

Kepatuhan Peresepan Dokter Spesialis Pasien Diabetes


Mellitus (Kode INA-CBGs 1-41-5) Jamkesmas Rawat
Inap Tahun 2011 Di RSUD A.Wahab Sjahranie............

43

Tabel 9.

Perbedaan
ALOS DRG dengan ALOS Pasien
Diabetes Mellitus
(kode INA-CBGs 1-41-5)
Jamkesmas
Rawat
Inap
Tahun
2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie.........................................

44

Tabel 10.

Kesesuaian Koding Pasien DM


Kasus Diabetes
Mellitus Pasien
(Kode INA-CBGs 1-41-5)
Jamkesmas Rawat Inap Pasien
Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahrani............................................

47

ix

Tabel 11.

Hasil
Entri
Data
Setelah
Koding
Ulang
Kasus Diabetes Mellitus (Kode INA-CBGs 1-41-5)
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Pasien Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie .........................................

48

Tabel 12.

Rerata Perbedaan Tarif RS dan Tarif INA-CBGs


Kasus Diabetes Mellitus (Kode INA-CBGs 1-41-5)
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Pasien Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie ........................................

48

Tabel 13.

Persentase
Biaya
dengan
Tarif
RS
Kasus Diabetes Mellitus (Kode INA-CBGs 1-41-5)
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Pasien Tahun 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie ........................................

49

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Selisih

Tarif

RS dan dengan

Tarif INA-DRG/

INA-CBGs Maret-Desember Tahun 2011 Di RSUD


A.Wahab Sjahranie Samarinda ................................
Gambar 2.

Penulisan Kode ICD-10...............................................

16

Gambar 3.

Contoh koding untuk ICD-9 CM...............................

17

Gambar 4.

Perbedaan Kode INA-DRG dan INA-CBGs............

17

Gambar 5.

DRG Decision Tree......................................................

18

Gambar 6.

Kerangka Konsep.........................................................

25

Gambar 7.

Proses Koding di RS A.Wahab Sjahranie..................

46

Gambar 8.

Resume Hasil Penelitian...............................................

50

xi

DAFTAR SINGKATAN

UU SJSN
ALOS
AMHP
BHP
BLUD

CMG's
Depkes
ICD10
ICD-9 CM
IGD
INA-CBG
INA-DRG
IP
JAMKESMAS
LOS
MDC
PEMDA
PPK
PPS
PRI/BP
PRI/P

Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional


Average Length of Stay
Alat Medis Habis Pakai
Bahan Habis Pakai
Badan Layanan Umum Daerah
Case-mix Main Groups
Departemen Kesehatan
International Classification of Diseases, Tenth Revision
International Classification of Diseases, Ninth Revision,
Clinical Modification

Instalasi Gawat Darurat


Indonesia Case Base Groups
Indonesia Diagnosis Related Group
Inpatient Procedure
Jaminan Kesehatan Masyarakat
Length of Stay
Mayor Diagnostic Categories
Pemerintah Daerah
Pemberi Pelayanan Kesehatan
Prospectif Payment System

RITL
RJTL

Pasien Rawat Inap/Bukan Prosedur


Pasien Rawat Inap/ Prosedur
Rawat Inap Tingkat Lanjut
Rawat Jalan Tingkat Lanjut

RSUD
SD
SDM
SKP
UNU

Rumah Sakit Umum Daerah


Standar Deviasi
Sumber Daya Manusia
Surat Keabsahan Peserta
United Nation University

WHO

The World Health Organitation

xii

EVALUASI IMPLEMENTASI INA-CBGs


KASUS DIABETES MELLITUS PASIEN JAMKESMAS RAWAT INAP
DI RSUD A. WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
INTISARI
Latar belakang : Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk menjamin kesehatan
masyarakat miskin di Indonesia dengan sumber dari dana Pemerintah (APBN). Salah satu
upaya Pemerintah untuk menekan anggaran kesehatan pada program Jamkesmas adalah
digunakannya sistem pembayaran prospektif yaitu
Indonesia Case Base Groups
(INA-CBGs). Pada sistem ini pemberi pelayanan ikut menanggung resiko finansial
apabila tidak efisien dalam melaksanakannya. Permasalahan pelaksanaan INA-CBGs,
diantaranya terdapat selisih negatif pada kasus-kasus tertentu, hal tersebut juga dialami
oleh RS A.Wahab Sjahranie di Samarinda. Penyebab selisih negatif sebagian besar
dikarenakan kurangnya pemahaman dokter, penulisan rekam medik tidak lengkap dan
belum adanya upaya untuk kendali mutu dan biaya. Tujuan penelitian ini melakukan
evaluasi implementasi INA-CBGs pada kasus diabetes mellitus (DM) pasien Jamkesmas
rawat inap di RSUD A.Wahab Sjahranie terhadap pengendalian biaya dan mutu.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah studi kasus deskriptif dengan rancangan
penelitian studi kasus tunggal holistik. Unit analisis penelitian ini adalah implementasi
INA-CBGs di RSUD A.Wahab Sjahranie kasus diabetes mellitus pasien jamkesmas rawat
inap tahun 2011. Variabel yang diteliti yaitu pemahaman dokter PPK tentang sistem
pembayaran INA-CBGs, kebijakan RS yang mendorong kendali biaya dan mutu,
menilai kelengkapan rekam medis (RM), kepatuhan peresepan sesuai formularium,
kesesuaian koding, Perbedaan ALOS dengan ALOS INA-CBGs, selisih tarif RS dengan
tarif INA-CBGs. Subyek penelitian adalah dokter PPK, Manajemen RS, rekam medis
dengan kriteria inklusi pasien DM dengan kode INA-CBGs 1-41-5 (PRI/BP Gangguan
pembuluh darah perifer dan lain) dan resep.
Hasil Penelitian : Input penelitian ini, didapatkan hasil bahwa dokter PPK kurang
memahami tentang sistem pembayaran INA-CBGs karena sosialisasi yang kurang
mendalam. Kebijakan RS untuk mengendalikan biaya dan mutu, yaitu 1) Melakukan
sosialisasi. 2) Memberikan kewenangan otorisasi dan pengendalian kepada Tim
Pengelola JPKM, Askes dan Jamsostek. 3) Mewajibkan dokter meresepkan obat sesuai
formularium Jamkesmas. 4) Adanya prosedur tetap medis akan tetapi belum ada clinical
pathways. 5) Mengalihkan pasien DM dengan gangguan sirkulasi perifer rawat inap ke
rawat jalan apabila secara medis memungkinkan. Proses dinilai dari rekam medis yang
tidak lengkap sebesar 74,98%, kepatuhan penulisan resep yang sesuai dengan
formularium Jamkesmas sebesar 97,48%. Hasil (ou come) pada penelitian ini didapatkan
koding yang tidak sesuai 11,36% menyebabkan besaran klaim menjadi lebih rendah
sebesar Rp . Persentase perbedaan rerata lama hari rawat inap (ALOS) pasien dengan
ALOS INA-CBGs sebesar 68,18%. Terdapat selisih negatif (defisit) 67,35% antara tarif
RS dan tarif INA-CBGs yaitu sebesar Rp 326.052.522,00.
Kesimpulan : Manajemen RSUD A. Wahab Sjahranie sudah berupaya untuk
mengendalikan biaya dan mutu melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, akan
tetapi belum efektif pada kasus DM dengan kode INA-CBGs 1-4-15 pasien rawat inap
Jamkesmas tahun 2011. Hal tersebut dapat dikarenakan pemahaman dokter PPK tentang
INA-CBGs yang kurang, rekam medis yang belum lengkap terutama dalam penulisan
diagnosis sekunder (50%) , ALOS pasien jamkesmas lebih lama dari ALOS INA-CBGs
(68,64%), sehingga masih didapatkan defisit sebesar Rp 326.052.522,00.
Kata kunci: Evaluasi INA-DRG, kendali biaya dan mutu, pemahaman dokter PPK.

xiii

EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF INA-CBGs


OF DIABETES MELLITUS CASES OF JAMKESMAS INPATIENTS
AT A. WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Ani Widyastuti1, Julita Hendrartini2, Rochimul Umam3
ABSTRACT
Background: Jamkesmas is social aid to ensure health of poor community in
Indonesia financed by the government. An effort to reduce cost for health in the
program of Jamkesmas is the utilization of prospective payment system, i.e. Indonesia
Case Base Groups (INA CBGs). In this sytem health providers partially take the financial
risk whenever they are inefficiency in budget utilization. One of the problems of INACBGs implementation is negative difference in certain cases. This condition also happens
at A.Wahab Sjahranie Hospital Samarinda. Causes of negative difference are mostly lack
of understanding of doctors, incomplete medical records, and lack of effort to control
quality and cost.
Objective: To evaluate implementation of INA-CBGs in DM cases of Jamkesmas
inpatients at A. Wahab Sjahranie Hospital on control over cost and quality.
Method: The study was descriptive with holistic single case study design. Unit of
analysis was implementation of INA-CBGs at A. Wahab Sjahranie Hospital Samarinda in
DM cases of Jamkesmas inpatients in 2011. The variables studied were understanding of
the doctors on payment system of Diagnosis Related Group (DRG), hospital policy that
supported control over cost and quality, completeness of medical records, compliance
with prescription according to the formularium, relevance of coding, difference between
average length of stay (ALOS) and ALOS of INA-CBGs difference between hospital tariff
and INA-CBGs tarif. Subjects of the study were doctors providing the service, hospital
management, medical records and prescription.
Result: Doctors providing health service lacked understanding on INA-CBGs
payment system due to minimum socialization. There was hospital policy that enforced
control over cost and quality, as indicated from the availability of Integrated
Management Team of Community Health Service Insurance, obligation to prescribe
according to Jamkesmas formularium, standard operational procedures of DM and
medical records. Incomplete medical records reached 74.98%. Compliance with
Jamkesmas formularium was 97.48%. As much as 11.36% of coding was irrelevant and
this caused lower amount of claim. Difference between ALOS and ALOS of INA-CBGs was
68.18%. There was tarif difference of 67.84% between hospital tarif and INA-CBGs tarif.
Conclusion: The results of this study can be concluded that the Management
RSUD A. Wahab Sjahranie has attempted to control cost and quality, but not effective in
the case of diabetes with the peripheral circulatory disorders Jamkesmas inpatients in
2011.
Keywords: INA-DRG evaluation, control of cost and quality, compliance,
formularium, Jamkesmas

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Konsitusi dan Undang-Undang SJSN Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN), Kementerian Kesehatan
telah melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin
dan tidak mampu melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Jamkesmas merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir
miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah dan dilaksanakan
sejak tahun 2008 (Kemenkes, 2010).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) program
Jamkesmas merupakan penyempurnaan dari program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program
Askeskin yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007. Perubahan mendasar
penyelenggaraan

dari

program

Askeskin

ke

program

Jamkesmas

atas

pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu,


transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program. Dinyatakan oleh Mukti
(2009) bahwa Jamkesmas pada hakekatnya adalah sebuah revolusi dalam
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin.
Anggaran pemerintah untuk pelayanan masyarakat miskin yang terus
meningkat dan jumlah orang yang berhak menerima layanan terus bertambah,
sehingga pemanfaatan anggaran negara harus semaksimal mungkin digunakan
untuk menjamin kesehatan rakyat. Menurut Kementerian Kesehatan (2010)
sasaran kepesertaan Jamkesmas seluruh Indonesia sebanyak 76,4 juta jiwa.
Dengan kepesertaan yang tetap sampai dengan Tahun 2010, ternyata anggaran
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin setiap tahun mengalami
peningkatan. Kepesertaan dan besaran anggaran dapat dilihat dalam tabel 1
dibawah ini :

Tabel 1.
Besaran Pendanaan Biaya Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di Indonesia

2005
2006

Peserta
(orang)
60,0
76,4

Anggaran
(trilyun rupiah)
2,256
3,615

2007
2008
2009

76,4
76,4
76,4

4,448
4,600
7,224

No

Tahun

1
2
3
4
5

Keterangan
Sisa 1,2 trilyun.
Ditambah sisa tahun
2005 1,2 trilyun
Sumber : Mukti, 2009

Upaya untuk kendali biaya dan mutu, program Jamkesmas menggunakan


sistem pembayaran pra upaya dengan tarif paket yang dinamakan Indonesia
Diagnostic Related Group (INA-DRG) untuk pelayanan di rumah sakit. Sistem
pembayaran dengan tarif DRG dimana pemberi pelayanan kesehatan (PPK) akan
menerima sejumlah imbalan yang besarnya sesuai dengan diagnosis penyakit,
apapun yang dilakukan terhadap pasien yang bersangkutan (Sulastomo, 2002).
Di Indonesia INA-DRG mulai

diuji coba di 15 rumah sakit (RS) vertikal

ditetapkan melalui KEPMENKES Nomor : 1663 /Menkes/SK/XII/2005. Surat


Edaran Menteri Kesehatan Nomor 807/Menkes/E/VIII/2008 mengatur tentang
dilaksanakan sistem INA-DRG di Rumah Sakit Daerah mulai tanggal
1 Januari 2009 (Husain, 2008).
Pelaksanaan INA-DRG di Rumah Sakit diperlukan perangkat lunak
(software) untuk proses klaim. Pada mulanya Kementerian Kesehatan
menggunakan software INA-DRG Versi 1.5. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010 yang memuat tentang pedoman
pelaksanaan program Jamkesmas diberlakukan ketentuan untuk menggunakan
INA-DRG Versi 1.6 sejak 1 maret 2010 dan pada 1 oktober 2010 melakukan
penggantian software dengan menggunakan Indonesia Case Base Groups
(INA-CBGs).
Pada pertemuan Pengenalan INA-CBGs oleh Tim Centre for Case Mix
Kementerian Kesehatan (2011) dijelaskan bahwa INA-CBGs menggunakan

software grouper dari United Nation University (UNU). Dasar pengelompokan


menggunakan International Classification of Diseases, Tenth Revision (ICD10)
untuk diagnosis dan International Classification of Diseases, Ninth Revision,
Clinical Modification (ICD9 CM) untuk prosedur / tindakan. INA-CBGs terdiri
dari 1077 kode, 31 case main groups, label menggunakan alphabet A-Z, terdiri
dari 5 digit kode 789 kode untuk rawat inap dan 288 untuk rawat jalan.
INA-CBGs membedakan tarif rumah sakit menjadi tarif rumah sakit umum dan
khusus, yang terdiri dari RS kelas A, B, C, D, tarif RSUP dr Cipto
Mangunkusumo, tarif RSAB Harapan Kita dan tarif RS Kanker Dharmais.
Penerapan sistem DRG di Indonesia, diantaranya karena dengan sistem ini,
pembayaran ke rumah sakit dapat meningkatkan efisiensi biaya pengobatan
sampai dengan 40%. Efisiensi tersebut dikarenakan penentuan biaya berdasarkan
standar prosedur sehingga tindakan medis yang dilakukan tidak berlebihan
(Adisasmito, 2008). Dalam sistem ini apabila RS mengeluarkan sumber daya
pelayanan sedikit maka akan memperoleh keuntungan, akan tetapi bila
mengeluarkan banyak maka akan merugi, akan ada keseimbangan antara
kekurangan dan kelebihan (Lee & Rock, 2000). DRG mendorong adanya insentif
pada pemberi pelayanan kesehatan untuk melakukan hal-hal yang secara medik
memang diperlukan dan menurunkan LOS (length of stay) sehingga kemungkinan
penggunaan sarana kesehatan yang berlebihan (over utilization) dapat dicegah
(Hendrartini, 2007). Rumah sakit akan concern terhadap akurasi diagnosis dan
kualitas rekam medis (RM) karena amat berpengaruh terhadap tarif. Pemberi
Pelayananan Kesehatan (PPK) dan dokter akan menjadi sensitif terhadap biaya,
sehingga berdampak pada rasionalisasi penggunaan obat, penggunaan teknologi
kedokteran. Peluang moral hazard pada penetapan tarif ini akan berkurang karena
tidak ada insentif apabila melakukan tindakan pemborosan (Kemenkes, 2010).
Selama proses implementasi, terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh
beberapa rumah sakit di Indonesia. Kendala tersebut antara lain masih belum
komprehensifnya pemahaman penyelenggaraan pelayanan berbasis paket dengan
INA-DRG oleh dokter pemberi pelayanan (dokter PPK) dan petugas pemberi
pelayanan langsung. di sisi lain clinical pathways sebagai instrumen untuk

pemberian pelayanan yang adekuat dan rasional belum digunakan oleh sebagian
besar rumah sakit (Kemenkes, 2010).
Pengalaman beberapa rumah sakit di Indonesia yang telah melaksanakan
sistem ini, misalnya studi kasus di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang dan Rumah
Sakit Pantiwaluyo di Surakarta, didapatkan data bahwa sebagian besar penyakit
dengan tindakan khusus, mengalami selisih negatif dibandingkan dengan tarif
DRG. Hal tersebut diatas sebagian besar dikarenakan masalah persepsi pemberi
pelayanan. Penyebab yang lain diantaranya pada rekam medis, diagnosis dan
prosedur tidak ditulis dengan lengkap, terjadinya kesalahan dalam melakukan
koding sehingga data menjadi tidak akurat. Penggunaan obat yang tidak efisien
juga menjadi kendala utama (Pardede,2011., Pitaloka,2011). Dari permasalahan
tersebut menunjukkan pemahaman dan komitmen dokter mengenai DRG masih
kurang.
Pada Rapat Koordinasi Jamkesmas se Kalimantan Timur di Balikpapan
tahun 2011, disampaikan bahwa pada penerapan tarif DRG di rumah sakit
diperlukan perubahan mindset pemberi pelayanan, peran manajemen dalam
pengendalian biaya dan adanya insentif dan disinsentif. Meskipun beberapa rumah
sakit di Kalimantan Timur mengalami selisih negatif, tetapi ada juga yang
mengalami selisih positif antara tarif RS dan tarif INA-DRG. Di dalam Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas tahun 2010, mengatur bahwa Pemerintah Daerah tidak
diperkenankan memberikan dana untuk menutupi selisih negatif, untuk itu
diperlukan efisiensi dalam pelaksanaannya.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, terletak di ibukota Kalimantan
Timur yang didirikan sejak tahun 1974. Rumah Sakit ini merupakan RS kelas B
pendidikan. Sejak tahun 2008 telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD). Sumber daya medis di RS yaitu 70 dokter dan dokter gigi
spesialis, 58 dokter dan dokter gigi umum. RS ini ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang cukup memadai. Dalam memberikan pelayanan pasien
Jamkesmas, selama tahun 2010 didapatkan data kunjungan pasien rawat jalan
sebanyak 18.156 pasien dan rawat inap sebanyak 3116 pasien.

Data sepuluh besar penyakit selama tahun 2010 kunjungan rawat inap dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.
Data 10 Besar Penyakit Terbanyak dengan Kode INA-DRG/INA-CBGs
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Maret Desember Tahun 2010
di RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda
No.

Kode

Keterangan

1.

O-6-13-I

PRI/BP Persalinan vaginal (normal) ringan

96

2.

K-4-18-I

PRI/BP Penyakit-penyakit sistem pencernaan yang


lain ringan

71

3.

L-1-40-I

PRI/BP Prosedur kulit, jaringan bawah kulit ringan

62

4.

K-4-17-I

PRI/BP Gastroenteritis
abdomen ringan

nyeri

53

5.

N-4-10-I

PRI/BP Tumor ginjal, saluran urin dan gagal ginjal


ringan

49

6.

I-4-15-I

PRI/BP Gangguan pembuluh darah perifer dan


yang lain ringan

44

7.

I-4-17-I

PRI/BP Hipertensi ringan

41

8.

O-6-10-I

PRI/P Operasi pembedahan Caesar ringan

39

G-4-15-I

PRI/BP Penyumbatan pre cerebral dan kecederaan


pembuluh darah otak non spesifik tanpa infark
ringan

38

10.

I-4-16-II

PRI/BP Artherosklerosis sedang

38

yang

Total

lain dan

Sumber : P2JK-Kementerian Kesehatan, 2010

Pada tabel diatas berdasarkan Kode O-6-13-I yaitu pasien rawat inap /
bukan prosedur (PRI/BP) persalinan vaginal (normal) ringan merupakan
kunjungan terbanyak dengan jumlah pasien 96 pasien.
Pada pelayanan Jamkesmas rawat inap didapatkan kelebihan biaya dari tarif
INA-CBGs

dibandingkan dengan tarif rumah sakit (tabel 3) sebesar 32%.

Kelebihan biaya tersebut kemungkinan karena masih menggunakan tarif lama.

Tarif yang digunakan berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2005,


yang belum berubah sampai sekarang.

Tabel 3.
Selisih Tarif RS dengan Tarif INA-DRG/INA-CBGs
April-Maret Tahun 2010/2011
Di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
Bulan

Tarif RS

Tarif

Selisih

INA-DRG/INA-CBGs

April

566,121,230.00

984,363,670.00

418,242,440.00

Mei

500,169,105.00

935,591,313.00

435,422,208.00

Juni

487,165,176.00

825,550,129.00

338,384,953.00

Juli

512,198,667.00

1,051,877,317.00

539,678,650.00

Agustus

626,481,944.00

899,502,768.00

273,020,824.00

September

626,815,007.00

957,527,738.00

330,712,731.00

Oktober

593,402,014.00

842,164,315.00

248,762,301.00

November

792,507,407.00

1,087,040,154.00

294,532,747.00

Desember

740,707,398.00

976,394,947.00

235,687,549.00

Januari

687,520,497.00

926,657,007.00

239,136,510.00

Februari

627,322,225.00

846,451,458.00

219,129,233.00

Maret

982,547,209.00

1,069,263,720.00

86,716,511.00

7,742,957,879.00

11,402,384,536.00

3,659,426,657.00

Jumlah

Sumber : Tim Pengelola JPKM, Askes & Jamsostek RSUD A.Wahab Sjahranie

Meskipun didapatkan kelebihan biaya (selisih positif) akan tetapi terdapat


kecenderungan selisih tarif yang semakin menurun (kecenderungan defisit),
seperti yang digambarkan pada gambar dibawah ini :

Selisih Tarif INA-DRG/INAA-CBGs dan


tarf RS (Rp)

600.000.000
500.000.000
400.000.000
300.000.000
200.000.000
100.000.000
-

Sumber : Tim Pengelola JPKM, Askes & Jamsostek RSUD A.Wahab Sjahranie

Gambar 1. Selisih Tarif RS dan Tarif INA-DRG/INA-CBGs


Bulan April 2010 Bulan Maret 2011
Di RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda
Pihak manajemen rumah sakit telah mengusulkan penyesuaian tarif baru
dengan kenaikan sekitar 86% untuk jasa sarana dan 34% untuk biaya tindakan
medis, seperti yang digambarkan pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4.
Rancangan Tarif RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda
Keterangan

Tarif Sekarang
(Rp)

Jasa sarana &


pelayanan

48,950.00

105,700.00

86%

1,243,125.00

1,642,188.00

32%

Tindakan
Medis

Rancangan
Tarif Baru (Rp)

Prosentase
Kenaikan Tarif
(Rp)

Sumber : Syiraffudin, 2011

Anda mungkin juga menyukai