Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data pengamatan
Perlakuan
Dimasukkan 5 mL aquades, 5

Pengamatan
Larutan bening

mL alkohol 95 % dan 5 mL
CHCl3 kedalam beaker glass
Disiapkan kertas kromatografi
dengan panjang 14 cm dan lebar
7cm, lalu diberi tanda 1 cm pada
bagian atas dan bawah ketas
kromatografi
Ditotolkan asam amino dari
serin,

alanin,

triptofan

dan

senyawa x
Direndam bagian bawah kertas

Pelarut eluen naik

kromatografi selama 30 menit


hingga pelarut naik
Dikeringkan
Disemprot kertas kromatografi
dengan pereaksi ninhidrin
Dikeringkan dalam oven
Diamati dan hitung nilai Rfnya

Terbentuk asam amino, serin =


0,91 cm

triptofan = 0,875 cm senyawa x =


0,94 cm

4.2 Reaksi-reaksi

alanin = 0,50 cm

4.3 Perhitungan
Rf =

jarak noda
jarak pelarut

4.3.1 Rf alanin
Rf alanin =

jarak noda
jarak pelarut
6,1 cm
12 cm

= 0,50 cm
4.3.1 Rf serin
Rf serin =

jarak noda
jarak pelarut
11 cm
12 cm

= 0,91 cm
4.3.1 Rf triptofan
jarak noda
jarak pelarut

Rf triptofan =

10,5 cm
12 cm

= 0,875 cm
4.3.1 Rf senyawa x
Rf senyawa x =

jarak noda
jarak pelarut
11,5 cm
12 cm

= 0,94 cm

4.4 pembahasan
Alanin (Ala) atau asam 2-aminopropanoat merupakan salah satu asam amino
bukan esensial. Bentuk yang umum di alam adalah L-alanin (S-alanin) meskipun
terdapat pula bentuk D-alanin (R-alanin) pada dinding sel bakteri dan sejumlah
antibiotika. L-alanin merupakan asam amino proteinogenik yang paling banyak
dipakai dalam protein setelah leusin.
Gugus metil pada alanina sangat tidak reaktif sehingga jarang terlibat
langsung dalam fungsi protein (enzim). Alanina dapat berperan dalam pengenalan
substrat atau spesifisitas, khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti
karbon. Dalam proses pembentukan glukosa dari protein, alanina berperan dalam
daur alanina.
Serin merupakan asam amino penyusun protein yang umum ditemukan pada
protein hewan. Protein mamalia hanya memiliki L-serin. Serina bukan merupakan
asam amino esensial bagi manusia.
Serin penting bagi metabolisme karena terlibat dalam biosintesis senyawasenyawa purin dan pirimidin, sistein, triptofan (pada bakteria), dan sejumlah besar
metabolit lain. Sebagai penyusun enzim, serina sering memainkan peran penting
dalam fungsi katalisator enzim. Ia diketahui berada pada bagian aktif kimotripsin,
tripsin, dan banyak enzim lainnya. Berbagai gas-gas perangsang saraf dan senyawa
aktif yang dipakai pada insektisida bekerja melalui residu serina pada enzim
asetilkolin esterase, sehingga melumpuhkan enzim itu sepenuhnya. Akibatnya,
asetilkolin (suatu neurotransmiter) yang seharusnya segera diuraikan oleh enzim itu
segera setelah bekerja malah menumpuk di sel dan mengakibatkan kekejangan dan
kematian. Sebagai penyusun protein non-enzim, rantai sampingnya dapat mengalami
glikolisasi yang dapat menjelaskan gangguan akibat diabetes. Serin juga merupakan
satu dari tiga asam amino yang biasanya terfosforilasi oleh enzim kinase pada saat
transduksi signal pada eukariota.

Triptofan merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein yang bersifat
esensial bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino
lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di alam.
Gugus fungsional yang dimiliki triptofan, indol, tidak dimiliki asam-asam
amino dasar lainnya. Akibatnya, triptofan menjadi prekursor banyak senyawa biologis
penting yang tersusun dalam kerangka indol. Triptofan adalah prekursor melatonin
(hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan niasin
(suatu vitamin).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert.
Kromatografi lapis tpis merupakan salah satu jenis kromatografi analitik.
Kromatografi lapis tipis sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
keuntungan menggunakan kromatografi lapis tipis, di antaranya adalah sederhana dan
murah. Kromatografi lapis tipis termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain
kromatografi kertas.
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan
adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben
tersebut berperan sebagai fasa diam.
Pada hakekatnya kromatografi lapis tipis merupakan metoda kromatografi cair
yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa
campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang
berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi
sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada
KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di
dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai
sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium
oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap
paling banyak dipakai dalam kromatografi lapis tipis.

Pada percobaan didapatkan hasil dari kromatografi kertas asam amino sebagai
berikut. Pertama-tama disiapkan larutan dari 5 mL aquades, ditambahkan 5 mL
alkohol 95 % dan ditambahkan 5 mL CHCl 3 (kloroform) sehingga didapatkan larutan
bening, kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil, digunakannya,
aquadest, alakohol dan kloroform pada percobaan inin dikarenakan ketiga laritan
tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda, karena sifat dari asam amino pada
serin, alanin dan triptofan berbeda juga kepolarannya, sehingga asam amino tersebut
dapat bereaksi, dan fungsi dari perlakuan menutup beaker glass dengan aluminium
foil agar larutan kloroform yang terdapat pada beaker glass tidak menguap, karena
klorofrom mempunyai sifat volatil, yaitu mudah menguap, dan langkah kedua.
Disiapkan kertas kromatografi dengan panjang 14 cm dan lebar 7cm, dan diberi jarak
1 cm untuk tempat asam amino, kemudian ditotolkan asam amino pada kertas
kromatografi, yang ditotolkan serin, alanin, triptofan, dan senyawa x, setelah kertas
kromatografi yang diteteskan asam amino serin, alanin,triptofa, dan senyawa x,
dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi pelarut, kemudian ditutup dengan
aluminium foil untuk mencegah pelarut menguap, dan dibiarkan selama 30 menit
agar pelarut eluen naik, stelah 30 menit kertas kromatografi, diambil dan dikeringkan,
berfungsi untuk menguap pelarut dikertas kromatografi, setelah dikeringkan
kromatografi disemprot dengan pereaksi ninhidrin, agar diketahui asam amino yang
terbentuk, kemudian dikeringkan kembali dalam oven dan setelah dikeringkan
terdapat noda biru keunguan pada kertas kromato grafi, yang menandakan adanya
asam amino yang terbentuk dan didapatkan nilai Rfnya pada, serin, alanin, triptofan,
dan senyawa x yaitu sebagai berikut nilai R f serin = 0,91 cm, alanin = 0,50 cm,
triptofan 0,875 cm dan senyawa x = 0,94 cm, dan senyawa x merupakan triptofan,
bila dilihat dari hasil nilai Rf yang seharusnya merupakan senyawa x adalah serin,
tetapi terjadi kesalahan ketika kertas kromatografi yang dimasukkan kedalam beaker
glass, berada dalam posisi miring sehingga hasil yang didapat tidak akurat dan benar.
Adapun fungsi perlakuan pada percobaan :

Dikeringkan dengan oven bertujuan untuk pelarut tersebut menguap


sehingga memudahkan untuk melihat noda asam amino
Disemprotkan pereaksi ninhidrin untuk mengetahui adanya asam amino
dan memudahkan menghitung nilai Rf
Ditutup dengan aluminium foil berfungsi untuk agar pelarut tidak
menguap.
Dimasukkan kertas kromatografi kedalam beaker glass agar pelarutnya
meresap pada kertas saring dan pelarut dapat naik.
Dibuat eluen dari aquades, alcohol, dan klorofrom agar sifat
kepolarannya sama dengan asam yang digunakan yaitu alanin, serin, dan
triptofan.
Adapun fungsi reagen pada percobaan
Serin, alanin, triptofan, berfungsi sebagai asam amino
Alkohol 95 % berfungsi sebagai pelarut yang mempunyai sifat semi
polar
Aquadest berfungsi sebagai pelarut yang memiliki sifat polar
Dan CHCl3 (klorofrom) berfungsi sebagai pelarut yang mempunyai sifat
non polar.
Pelarut membawa noda naik kekertas kromatografi semakin tingi noda maka
sifat antara noda(asam amino) dengan pelarut semakin mirip/sama, dan pelarut akan
naik berdasarkan proses kapilaritas dan akan membawa senyawa-senyawa asam
amino. Asam amino yang mempunyai sifat kepolaran yang sama dengan pelarut
(mudah larut) maka akan terbawa naik lebih jauh daripada asam amino yang sifat
polarnya tidak sama dengan pelarut (sukar larut).
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu
Ketika memasukkan kertas kromatografi kedalam beaker glasss berada
dalam keadaan miring
Saat menggantungkan kertas saring didalam beaker glass kertas saring
miring sehingga eluen yang terserap tidak merata.

Noda warna ungu yang terdapat pada kertas saring tidak terlihat jelas,
sehingga menyulitkan saat pengukuran.
Seharusnya kertas saring dikeringkan didalam oven sebanyak 2 kali
yaitu saat setelah direndam didalam eluen dan setelah disemprot dengan
pereaksi ninhidrin.

Anda mungkin juga menyukai