Oleh :
ALBAYSSAG FAISAL TANJUNG
NIM. 1107035086
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, keridhaan dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) beserta laporannya di PT. Pupuk
Kalimantan Timur.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan hasil kegiatan analisis di
PT. Pupuk Kalimantan Timur selama dua bulan dengan judul Verifikasi Metode
Penetapan Chemical Oxygen Demand (COD) Dalam Limbah Cair Metode
Refluks Tertutup. Dengan selesainya laporan praktik kerja lapangan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Engineering Idris, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas
Mulawarman.
2. Bapak Dr. Erwin, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Konsentrasi Industri,
FMIPA Universitas Mulawarman.
3. Bapak Drs. Alimuddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL dan Bapak Dr.
Erwin, M.Si selaku Dosen Penguji PKL.
4. Orang tua saya Ayah Drs. La Iro. Alm dan Ibunda Niboani serta kakak-kakak
tercinta Sabaniah Indjar Gama, Agung Albayssag L dan Novianty Indjar
Gama yang tiada henti memberikan dorongan semangat dan selalu mendoakan
penulis.
5. Ibu Ir. Lola Karmila selaku Manager Departemen Diklat dan Manajemen
Pengetahuan PT. Pupuk Kalimantan Timur.
6. Bapak Sudihardi selaku Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Diklat
PT. Pupuk Kalimantan Timur Indonesia.
7. Bapak Arus Salam, Bapak Siin, Bapak Masud yang telah banyak membantu
dan seluruh karyawan di Departemen Diklat dan Manajemen Pengetahuan PT.
Pupuk Kalimantan Timur.
8. Bapak M. Suriadarmawan, B.Sc selaku Manager Departemen Laboratorium
PT. Pupuk Kaltim.
iii
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu selama penulisanl aporan dan selama Praktek Kerja Lapangan
dilaksanakan.
Harapan penulis, laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
khususnya sebagai bahan referensi untuk uji profisiensi. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
laporan ini di masa mendatang akan lebih baik dan lebih mendekati
kesempurnaan.
WassalamualaikumWr. Wb.
Bontang, 16 Maret 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Profil Pupuk Kalimantan Timur........................................................ 3
2.2 Lokasi PT. Pupuk Kalimantan Timur ............................................... 4
2.3 Visi, Misi, dan Motto PT. Pupuk Kalimantan Timur ....................... 5
2.4 Sertifikasi .......... 6
2.5 Departemen Laboratorium ............................ 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Limbah .............................................................................................. 9
3.2 Dampak COD Terhadap Lingkungan ............................................... 12
3.3 Metode Penetapan COD Dalam Limbah Cair .................................. 13
3.4 Spektrofotometri ............................................................................... 15
3.5 Verifikasi Metode ............................................................. 17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 22
4.2 Alat Dan Bahan ................................................................................. 22
4.3 Metode Penelitian ............................................................................. 22
4.4 Prosedur Percobaan.. ............................................................. 24
vi
DAFTAR TABEL
Nomor
2.1
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
3.4
Halaman
16
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak terhadap keadaan
lingkungan, baik lingkungan air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Air
yang mengandung bahan pencemar yag bersifat racun dan berbahaya dinamakan
air limbah. Dalam bahasa ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka
limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikendaki oleh lingkungan. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri.
Sebagai perusahaan produsen pupuk urea dan amoniak terbesar di Indonesia,
PT. Pupuk Kalimantan Timur tentunya mempunyai bagian dalam pengelolaan
lingkungan yang bertugas memantau buangan air dari pabrik sebelum di lepas ke
lingkungan. Untuk mendukung kinerja perusahaan PT. Pupuk Kaltim memiliki
berbagai departemen yang terbagi berdasarkan fungsinya. Salah satu Departemen
yang dimiliki adalah Departemen Laboratorium,
Departemen Laboratorium mempunyai fungsi sebagai quality control untuk
bahan baku, bahan proses, produk yang dihasilkan, maupun lingkungan.
Departemen ini terdiri dari beberapa seksi, satu diantaranya adalah seksi
Laboratorium Lingkugan. Laboratorium Ligkungan mempunyai tugas utama
menganalisis limbah cair, padat dan limbah gas, memonitor udara, emisi gas
pabrik dan kebisingan. Selain itu juga melayani permintaan analisis dari pihak
luar. Sehingga limbah yang akan di buang ke lingkungan memenuhi standar yang
berlaku. Salah satu parameter limbah cair yang dianalisis adalah Chemical Oxygen
Deman (COD).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Untuk mengukur kadar Chemical
Oxygen Deman (COD) di air limbah dapat menggunakan alat spektrofotometri.
Mengingat pentingnya analisis tersebut, pemilihan metode analisis yang tepat
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi metode pada penetapan
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) metode refluks
tertutup secara spektrofotometri pada air limbah, sehingga dapat diperoleh hasil
uji yang valid. Hasil uji verifikasi tersebut untuk ditambahkan sebagai ruang
lingkup yang baru bagi laboratorium lingkungan PT. Pupuk Kalimantan Timur.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Pabrik
Amoniak
Urea
Kaltim-1
595.000 ton/tahun
700.000 ton/tahun
Kaltim-2
595.000 ton/tahun
570.000 ton/tahun
Kaltim-3
330.000 ton/tahun
570.000 ton/tahun
POPKA
570.000 ton/tahun
Kaltim-4
330.000 ton/tahun
570.000 ton/tahun
660.000 ton/tahun
Rencana Kaltim -5
850.000 ton/tahun
1.150.000 ton/tahun
1.850.000
2.980.000
2.700.000
3.430.000
Produk utama Pupuk Kaltim adalah urea prill, urea granul dan amoniak.
Namun Pupuk Kaltim juga memproduksi pupuk majemuk NPK dan pupuk
organik.
2.4 Sertifikasi
Perusahaan menerapkan standar mutu untuk operasional produksinya,
dan pada tanggal 14 Oktober 1996 mendapatkan sertifikat ISO (International
Organization for Standardization) 9002, yaitu standar internasional di bidang
produksi dan instalasinya. Setelah itu, pada tanggal 30 Januari 1997, perusahaan
juga berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 14001 dalam bidang sistem manajemen
lingkungan. Tahun 2000 mendapatkan ISO 17025 untuk bidang laboratorium
(PSDM, 2012).
dalam proses pabrik, melakukan analisis Benfield dan MDEA, serta menganalisis
gas dari pabrik UFC.
4) Seksi Laboratorium Lingkungan
Laboratorium Lingkungan mempunyai tugas utama memonitor area lingkungan
industri Pupuk Kalimantan Timur dan sekitarnya, antara lain limbah padat dan
limbah gas, memonitor udara, emisi gas pabrik dan kebisingan. Selain itu juga
melayani permintaan analisis dari pihak luar.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Limbah
Limbah dalam arti sederhana dapat diartikan sebagai sampah. Dalam bahasa
ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikendaki lingkungannya.
Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya. Sebagai
limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri
(sugiharto, 1987).
Limbah cair adalah limbah berwujud cair atau buangan yang sudah tidak
dapat dimanfaatkan lagi untuk jenis kegiatan penghasilnya. Kandungan didalam
limbah cair tidak selalu harus berupa zat cair, limbah cair dapat juga mengandung
gas dan juga padatan, namun biasanya dalam proporsi yang jauh lebih kecil
daripada zat cair. Karakteristik limbah air dari suatu industri umumnya lebih
dipengaruhi oleh proses produksi suatu industri seperti penggunaan air,
penggunaan bahan baku, penggunaan bahan pendukung, penggunaan energi
(Yuwono dan Adinugroho, 2012).
Limbah cair suatu industri memiliki suatu atau lebih kelompok pencemar
yang dianggap berpotensi menimbulkan dampak merugikan. Kelompok pencemar
tersebut meliputi sedimen, padatan tersuspensi logam berat, anorganik terlarut,
asam-basa, organik terurai, organik sulit terurai, patogen dll. Jenis kelompok
pencemar dominan akan menentukan prioritas dari upaya pengelolaan limbah cair
disuatu industry (Yuwono dan Adinugraha, 2012) .
Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat-sifat dan
karakteristik kimia, fisika dan biologi. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan
agar dapat dipahami sifat-sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana
tingkat pencemarannya terhadap lingkungan.
Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus
diketahui yaitu :
1. Sifat fisik
2. Sifat kimia
3. Sifat biologi
Golongan zat yang mengendap, yaitu zat padat yang akan mengendap
pada kondisi tanpa bergerak atau diam kurang lebih selama 1 jam
sebagai akibat gaya beratnya sendiri.
b. Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena adanya
partikel koloid (diameter 10-8 mm) yang terdiri dari tanah liat, sisa bahanbahan, protein dan gangguan yang terdapat dalam limbah
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan
penciuman yang tidak enak karena adanya campuran nitrogen, sulfur, dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah.
d. Temperatur
Tempratur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur
alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis.
10
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan, humus,
plankton, tanaman air dan buangan industry. Warna air dikelompokkan
menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak
(apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan
oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya
disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh baha tersuspensi.
3.1.2
Sifat kimia
Kandungan bahan kimia yang ada didalam air limbah dapat merugikan
dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada
penyediaan air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan
bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada didalam air
limbah pada umumnya dapat ditentukan oleh:
a. Chemical oxygen demand (COD)
COD adalah kebutuhan oksigen kimia yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel, dimana pengoksidasinya
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen.
b. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air, adapun kadar yang baik
adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis didalam air
brjalan dengan baik. Air limba dengan konsentrasi air limba ang tidak netral
akan menyulitkan proses biologi sehingga mengganggu proses penjernihan.
c. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kuantitas anion didalam air yang dapat menetralkan pada limbah cair.
11
3.1.3
Sifat biologi
Pemeriksaan biologi didalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah
ada bakteri-bakteri pathogen berada dalam air limbah. Keterangan biologi ini
diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan
sebagai air minum dan dibuang kelingkungan.
12
diukur
secara
spektrofotometri
sinar
tampak.
Cr2O72- kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900
mg/L ditentukan kenaikan Cr3+ pada panjang gelombang 600 nm.
Reaksi yang terjadi yaitu bahan buangan organik akan dioksidasi oleh
kalium bikromat K2Cr2O7 dalam suasana asam yang digunakan sebagai sumber
13
oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom
diperkirakan sekitar 95 % - 100% bahan buangan dapat dioksidasi (Effendi 2003).
Reaksinya sebagai berikut :
Katalis Ag2SO4
2-
HaHbOc + Cr2O7 + H
(organik)
(kuning)
1984).
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan kalisator perak
sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam
bahan buangan
organik diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambah merkuri sulfat untuk meghilangkan gangguan tersebut (Wardhana,
1995).
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada
reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan, ini berarti makin
banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan organik.
Pada air tawar ion klorida tidak lebih besar dari 200 mg/L, ion klorida ikut
teroksidasi dalam refluks kromat menjadi gas klorin,
6 CL- + Cr2O72- + 14 H+
Sehingga nilai COD yang didapatkan akan lebih besar dari sebenarnya,
gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan garam merkuri sulfat (HgSO4)
sebanyak 10 : 1, artinya bila dalam contoh air terdapat 50 mg/L ion klorida, maka
HgSO4 yang ditambahkan kedalam contoh air adalaha sebanyak 500 mg/L hal ini
hanya berlaku untuk konsentrasi ion klorida dibawah 2000 mg/L.
Reaksinya sebagai berikut 4 Cl- + Hg 2+
HgCl42-
HgCl2 + 2 Cl-
Dalam reaksi oksidasi bahn organik kurang efektif karena ion klorida yang
tidak membentuk senyawa kompleks dengan HgSO4 akan membentuk endapan
dengan perak sulfat menjadi AgCl.
14
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik
yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan
dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga
lama-kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang.
Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,
detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh
manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya.
Lebih dari 700 bahan kimia organik sintesis ditemukan dalam jumlah relatif
sedikit pada permukaan air tanah untuk minum.
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti
Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk
diminum. Disamping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan
organisme lain-lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan
produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut karena
bersifat korosif ( Achmad, 2004)
3.4 Spektrofotometri
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Prinsip kerja spektrofotometer
adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam
medium itu dan sisanya diteruskan.
Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai
absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Penyerapan
sinar masuk dibatasi pada sejumalah gugus kromofor (gugus dengan ikatan tidak
jenuh) yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah.
Dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu : sigma, phi dan electron non-bonding.
Kromofor-kromofor organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil
15
Sel sampel
Sel sampel berfungsi sebagai wadah tempat ditaruhnya sampel.
d) Detektor
Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka
digital.
Gambar 3.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer
Sinar diserap oleh suatu materi hanya jika energi sinar sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh materi untuk melakukan transisi. Penyerapan atau absorpsi
yaitu sinar diserap oleh suatu atom, ion atau molekul sehingga tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Pemancaran atau emisi yaitu pelepasan foton oleh
suatu atom, ion atau molekul sehingga terdeteksi ke tingkat energi yang lebih
rendah (Mulja, 1997).
16
17
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai tujuan tertentu. Dengan kata
lain, verifikasi metode merupakan kegiatan laboratorium dan tata cara untuk
menentukan karakteristik kinerja dari metode analisis dalam hubungannya untuk
kebutuhan spesifik laboratorium penggunanya.
Apabila
laboratorium
menggunakan
metode
standar
yang
telah
3.5.1 Akurasi
Akurasi atau adalah ukuran yang menunjukka derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya atau dengan hasil analisis dari bahan
18
x 100 %
x 100 %
Dimana,
C1 = Konsentrasi contoh (mg)
C2 = Konsentrasi contoh + analit (standar) (mg)
19
3.5.2 Presisi
Presisi adalah tingkat kedapatulangan suatu hasil uji diantara hasil-hasil
pengujian. Presisi dapat berarti derajat ketepatan diantara pengukuran yang
berulang-ulang dalam jumlah yang sama. Menurut Sumardi (2002), presisi adalah
kedekatan dan kesesuaian antara hasil uji dengan yang lainnya pada serangkaian
pengujian. Standar Deviasi (SD) dan Relatif Standar Deviasi (RSD) merupakan
ukuran dari ketelitian. Hasil presisi yang sangat baik apabila nilai % RSD 2%
dan nilai RSD tersebut lebih kecil dengan nilai % CV Horwitz. Untuk
mendapatkan nilai presisi dapat dihitung melalui persamaan :
SD =
% RSD =
Dimana,
SD
= Standar Deviasi
3.5.3 Linearitas
Linearitas adalah suatu metode analisis untuk memberikan hasil uji yang
proporsional dengan konsentrasi analit dalan contoh pada kisaran yang ada, serta
untuk mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi analit dalam contoh. Uji
ini dilakukan dengan pengukuran larutan baku yang memiliki minimal lima titik
konsentrasi yang semakin meningkat. Biasanya linearitas yang baik ditunjukka
dengan harga koefisien korelasi yang mendekati satu. Dalam suatu penetapan
harga r (koefisien korelasi) sebaiknya > 0,990 (Miller dan Miller, 1991).
20
SD = Standar Deviasi
t(0.01; n-1) = tabel t dengan tingkat kepercayaan 99% dan tingkat kebebasan -1
Untuk menentukan nilai spike yang dibutuhkan dalam penentuan MDL maka
secara teoritis perkiraan perbandingan hubungan antara Instrumen Detection Level
(IDL) : LOD : MDL : LOQ = 1 : 2 : 4 : 10.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.2.2
Bahan
Bahan yang digunakan air bebas organik, digestion solution pada kisaran
22
4.3.1
23
4.3.2
4.4
Prosedur Percobaan
4.4.1
Uji Linearitas
Larutan standar Kalium Hidrogen Ftalat disiapkan seperti pada pembuatan
larutan deret standar. Masing-masing larutan yaitu 10; 20; 40; 80; 100 untuk
contoh uji Low Range COD 10 - 90 mg/L dan dan masing-masing larutan yaitu
100; 200; 400; 800; 1000 untuk contoh uji Hight Range COD 100 - 900 mg/L dari
1000 mg/L diambil 2 mL, dimasukkan ke dalam kuvet yang telah berisi 1,50
24
larutan digestion solution dan 3,5 larutan pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan
kocok perlahan sampai homogen, letakan kuvet pada alat refluks dan dipanaskan
pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama 2 jam dengan alat refluks HACH tipe
DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga suhu ruang dan di ukur kadar
Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan alat spektrofotometer HARCH
tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600 nm. Berdasarkan data yang
diperoleh, dibuat kurva hubungan anara konsentrasi teoritis terhadap konsentrasi
terukur.
4.4.2
Uji Keterulangan
Sampel Outfall 1 dan Outfull 2 diambil 2 mL, dimasukkan ke dalam kuvet
yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan 3,5 larutan pereaksi asam
sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen, letakan kuvet pada alat
refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama 2 jam dengan
alat refluks HACH tipe DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga suhu ruang
dan di ukur kadar Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan alat
spektrofotometer HARCH tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600 nm,
dilakukan 8 kali penggulangan untuk Low Range pada pada Out Full 2, dan 8 kali
pengulangan untuk Out Fall 1.
4.4.3
Uji Ketepatan
Larutan CRM Chemical Oxygen Demand diambil 2 mL, dimasukkan ke
dalam kuvet yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan 3,5 larutan
pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen, letakan
kuvet pada alat refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama
2 jam dengan alat refluks HACH tipe DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga
suhu ruang dan di ukur kadar Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan
alat spektrofotometer HARCH tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600
nm dilakukan 8 kali penggulangan.
25
4.4.4
Uji MDL
Larutan standar Kalium Hidrogen Ftalat 3 mg/L diambil 2 mL,
dimasukkan ke dalam kuvet yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan
3,5 larutan pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai
homogen, letakan kuvet pada alat refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C,
lakukan refluks selama 2 jam dengan alat refluks HACH tipe DRB 200, dan
setelah itu dinginkan hingga suhu ruang dan di ukur kadar Chemical Oxygen
Demand dengan menggunakan alat spektrofotometer HARCH tipe DR 2700
dengan panjang gelombang 420-600 nm dilakukan 7 kali penggulangan.
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang digunakan dalam verifikasi penentuan kadar Chemical
Oxygen Demand dalam air limbah meliputi linieritas, keterulangan, ketepatan dan
method detection level (MDL).
5.1 Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode memperoleh
hasil uji berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam suatu rentang yang
ditetapkan (Riyadi, 2009). Dalam penelitian ini Uji linieritas dilakukan dengan
menentukan kadar Chemical Oxygen Demand secara spektrofotometer. Deret
standar yang digunakan adalah 10; 20; 40; 80; dan 100 mg/L untuk Low Range
dan di ukur konsentrasi 100; 200; 400; 800; 1000 mg/L untuk Hight Range.
Tabel 5.1.1 Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range
No
10
12
20
21
40
42
80
84
100
101
100
98
200
186
400
385
800
799
1000
975
27
100
80
y = 1.0067x + 1.6667
R = 0.9991
60
40
20
0
0
20
40
60
konsentrasi mg/L
80
100
120
1000
800
y = 0.9895x - 6.15
R = 0.9994
600
400
200
0
0
200
400
600
800
1000
1200
Konsentrasi
dikatakan bahwa metode ini secara keseluruhan memiliki kelinearan yang tinggi
dan mampu memberikan hasil uji yang proporsional.
5.2 Keterulangan
Uji keterulangan bertujuan untuk mengetahui derajat kesamaan pengukuran
yang diulang beberapa kali dalam keadaan yang serba sama (Hidayat, 1999). Uji
keterulangan juga dilakukan untuk melihat apakah metode analisis yang dilakukan
dapat menunjukkan hasil yang konstan bila dilakukan berulang kali dengan
menghitung simpangan baku hasil analisis. Dalam penelitian ini uji keterulangan
dilakukan terhadap sampel Outfall 2 untuk Low Range sebanyak 10 kali
pengulangan dan Outfall 1 untuk Hight Range sebanyak 8 kali pengulangan,
kemudian dihitung nilai % SBR. Hasil uji keterulangan dapat dilihat pada.
Tabel 5.2.1 Keterulangan Low Range Out Foll 2
No
Pengulangan
COD ( mg/L)
24
23
24
24
23
24
24
22
Rata-rata
23,5
SD
0,76
RSD (%)
3,32
% KV
9,95
% KV
6,63
29
450
435
415
415
435
415
415
415
Rata-rata
424,38
SD
13,74
RSD (%)
3,24
% KV
6,44
% KV
4,29
Dari hasil uji keterulangan pada Low Range menunjukan bahwa metode
memiliki keterulangan yang baik dengan nilai SBR 3,23 Rata-rata konsentrasi
23,5 dengan simpangan baku 0,76 pada sampel Out Full 2. Dari hasil uji
keterulangan diperoleh nilai keterulangan yang baik, hal ini dapat dilihat dari
%RSD yang memenuhi persyaratan dimana nilai %RSD <
% KV Horwitz yaitu
Data yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup konsisten namun tetap
bervariasi. Variasi data yang diperoleh dapat terjadi karena adanya kesalahan
acak. Kesalahan ini memiliki sifat tidak tetap (tidak beraturan) dan dapat
menimbulkan penyimpangan yang tidak membentuk pola. Kesalahan ini dapat
mengakibatkan data yang tidak beraturan, kesalahan ini bisa saja disebabkan
karena kondisi lingkungan yang tidak tetap (tidak stabil).
5.3 Ketepatan
Uji ketepatan bertujuan untuk mengetahui derajat kesamaan antara hasil
analisa dengan nilai sesungguhnya dari contoh (Hidayat, 1999). Dalam penelitian
ini uji ketepatan dilakukan menggunakan CRM (certified Reference Material) dari
Phenova. Dengan nilai sertifikat 144 mg/L. Kemudian konsentrasi yang
diperoleh dibandingkan dengan nilai sertifikat.
Tabel 5.3.1 Hasil Uji Ketepatan
Pengulangan
% Akurasi
(mg/L)
1
141
97,92
141
CRM
97,92
145
144
100,69
146
mg/L
101,39
146
101,39
145
100,69
140
97,22
140
97,22
Rata-rata
143
99,31
Dari hasil uji ketepatan diperoleh beberapa data lebih kecil dari nilai
sertifikat dan beberapa data lebih besar dari nilai sertifikat, walaupun secara
keseluruhan nilai R yang diperoleh sangat baik yaitu berkisar 97,22 s.d. 101,39 %,
Rata-rata R adalah 99,31 % nilai tersebut memenuhi persyaratan ketepatan
(akurasi) yaitu 95,00 s.d. 105,00 (IK-MM-010).
31
Simpangan Baku
0,78
t-student
3,143
MDL
2,29
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil dari pengujian verifikasi penentuan kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) pada air limbah dengan parameter yaitu linieritas, keterulangan, ketepatan,
dan method detection level (MDL) ditentukan bertujuan agar hasil dari metode ini
dapat dipertanggungjawabkan dan vailid. Nilai dari % Recovery rata-rata yang
diperoleh dari hasil pengukuran adalah 99,31%, dimana kriteria dari nilai
ketepatan adalah 95-105%. Dan nilai keterulangan RSD yang didapatkan adalah
3,32 % dan nilai KV Horwitznya adalah 9,95% pada Low Range dan RSD yang
didapatkan adalah 3,24 % dan nilai KV Horwitznya adalah 4,29 % pada High
Range, dimana kriteria presisi yang baik adalah %RSD < % KV Horwitz. Nilai
linearitas yang diperoleh adalah 0,9991 untuk low range dan 0,9994 untuk high
range dimana kriteria nilai linearitas yang baik adalah 0,9950. Kemudian nilai
MDL yang diperoleh adalah 2,29 sebagai konsentrasi terendah chemical oxygen
demand yang dapat terdeteksi dengan metode ini.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode ini
dapat digunakan dalam penetapan chemical oxygen demand(COD) dalam limbah
cair metode refluks tertutup dengan spektrofotometer secara rutin dalam air
limbah di Laboratorium Lingkungan PT Pupuk Kalimantan Timur. Selain itu,
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua parameter verifikasi yang
digunakan telah memenuhi persyaratan.
6.2 Saran
Pada pengujian lebih lanjut terhadap penentuan Chemical Oxygen Demand
perlu dilakukan verifkasi dengan parameter yang lain yaitu selektivitas dan
kerepreduksian untuk lebih meyakinkan hasil metode yang digunakan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, U. 2010. Pengujian Sulfida dalam Air dan Air Limbah dalam biru metilen
secara Spektrofotometri. Ecolab: Jakarta.
Miller, J. C. dan J. N. Miller. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik. Penerbit ITB:
Bandung.
Sumardi. 2002. Validasi Metode Pengujian, hlm. 9-10. Pusat Standarisasi dan
Akreditasi Sekertariat Jendral Departemen Pertanian: Jakarta.
LAMPIRAN
1. Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range
No
10
12
20
21
40
42
80
84
100
101
100
80
y = 1.0067x + 1.6667
R = 0.9991
60
40
20
0
0
20
40
60
konsentrasi mg/L
80
100
120
100
80
200
146
400
385
800
799
1000
975
1000
800
y = 0.9895x - 6.15
R = 0.9994
600
400
200
0
0
200
400
600
Konsentrasi
800
1000
1200
X-
( X - )2
24
0,5
0,25
23
0,5
0,25
24
0,5
0,25
24
0,5
0,25
23
0,5
0,25
24
0,5
0,25
24
0,5
0,25
22
1,5
2,25
No
X=
= 23,5
S=
= 0,76
% RSD =
=
= 3,23
% KV =
% KV = 6,63
= 9,95
X-
( X - )2
450
25,62
656,38
435
10,62
112,78
415
-9,38
87,98
415
-9,38
87,98
435
10,62
112,78
415
-9,38
87,79
415
-9,38
87,79
415
-9,38
87,79
No
X=
= 424,38
S=
= 13,74
% RSD =
=
= 3,24
% KV =
% KV = 4,29
= 6,44
mg/L
%R
Pembacaan alat
1
141
141
CRM
97,92
145
144 mg/L
100,69
146
101,39
146
101,39
145
100,69
140
97,22
140
97,22
Rata-rata
143
99,31
Pengulangan 1
%R=
x 100
Keterangan
R = Ketepatan
U = mg/L CRM
X = mg/L CRM hasil uji
%R =
= 97,92 %
x 100
97,92
Pembacaan Alat
X-
( X - )2
-1,43
2,04
0,57
0,32
0,57
0,32
-0,43
0,18
0,57
0,32
0,57
0,32
-0,43
0,18
X=
= 3,43
S=
= 0,78
MDL = t ( 0,01 x n-1 ) x SD
= 3,143 x 0,78
= 2,29