Anda di halaman 1dari 49

VERIFIKASI METODE PENETAPAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND

(COD) DALAM LIMBAH CAIR METODE REFLUKS TERTUTUP


Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. Pupuk Kalimantan Timur

Oleh :
ALBAYSSAG FAISAL TANJUNG
NIM. 1107035086

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, keridhaan dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) beserta laporannya di PT. Pupuk
Kalimantan Timur.
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan hasil kegiatan analisis di
PT. Pupuk Kalimantan Timur selama dua bulan dengan judul Verifikasi Metode
Penetapan Chemical Oxygen Demand (COD) Dalam Limbah Cair Metode
Refluks Tertutup. Dengan selesainya laporan praktik kerja lapangan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Engineering Idris, M.Si selaku Dekan FMIPA Universitas
Mulawarman.
2. Bapak Dr. Erwin, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Konsentrasi Industri,
FMIPA Universitas Mulawarman.
3. Bapak Drs. Alimuddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL dan Bapak Dr.
Erwin, M.Si selaku Dosen Penguji PKL.
4. Orang tua saya Ayah Drs. La Iro. Alm dan Ibunda Niboani serta kakak-kakak
tercinta Sabaniah Indjar Gama, Agung Albayssag L dan Novianty Indjar
Gama yang tiada henti memberikan dorongan semangat dan selalu mendoakan
penulis.
5. Ibu Ir. Lola Karmila selaku Manager Departemen Diklat dan Manajemen
Pengetahuan PT. Pupuk Kalimantan Timur.
6. Bapak Sudihardi selaku Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Diklat
PT. Pupuk Kalimantan Timur Indonesia.
7. Bapak Arus Salam, Bapak Siin, Bapak Masud yang telah banyak membantu
dan seluruh karyawan di Departemen Diklat dan Manajemen Pengetahuan PT.
Pupuk Kalimantan Timur.
8. Bapak M. Suriadarmawan, B.Sc selaku Manager Departemen Laboratorium
PT. Pupuk Kaltim.

iii

9. Bapak Anggono Wijaya, S.Si, MM selaku Koordinator Praktik Kerja


Lapangan.
10. Bapak Wahyudi & Ibu Lossi Hotmaida. S selaku Pembimbing Selama Praktik
yang telah mengarahkan, membimbing dan memberi petunjuk selama
pelaksanaan penelitian hingga penulisan laporan ini selesai.
11. Bapak Petrus.S, Bapak Sutisna, Bapak Bambang Hidayat dan Bapak Sofyan
sebagai seluruh personil Laboratorium Ligkungan PT. Pupuk Kalimantan
Timur yang telah banyak membantu dan menyumbangkan ilmunya kepada
penulis.
12. Segenap karyawan Laboratorium Kualitas, Laboratorium Air, Laboratorium
Uji Kalibrasi dan Pemeliharaan Alat, Laboratorium Inventori dan Sarana di
Departemen Laboratorium PT. Pupuk Kalimantan Timur.
13. Arifwan dan Roy Aditya yang merupakan teman seperjuangan penulis di
Laboratorium.
14. Teman-teman PKL seperjuangan di Camp Petrosea Ammonia.
15. Teman-teman Fakultas MIPA Program Studi Kimia 2011 yang telah
mendukung penulis selama kuliah.
16.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu selama penulisanl aporan dan selama Praktek Kerja Lapangan
dilaksanakan.
Harapan penulis, laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

khususnya sebagai bahan referensi untuk uji profisiensi. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar
laporan ini di masa mendatang akan lebih baik dan lebih mendekati
kesempurnaan.
WassalamualaikumWr. Wb.
Bontang, 16 Maret 2015

Penulis

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Profil Pupuk Kalimantan Timur........................................................ 3
2.2 Lokasi PT. Pupuk Kalimantan Timur ............................................... 4
2.3 Visi, Misi, dan Motto PT. Pupuk Kalimantan Timur ....................... 5
2.4 Sertifikasi .......... 6
2.5 Departemen Laboratorium ............................ 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Limbah .............................................................................................. 9
3.2 Dampak COD Terhadap Lingkungan ............................................... 12
3.3 Metode Penetapan COD Dalam Limbah Cair .................................. 13
3.4 Spektrofotometri ............................................................................... 15
3.5 Verifikasi Metode ............................................................. 17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 22
4.2 Alat Dan Bahan ................................................................................. 22
4.3 Metode Penelitian ............................................................................. 22
4.4 Prosedur Percobaan.. ............................................................. 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Linieritas ........................................................................................... 27
5.2 Keterulangan ..................................................................................... 29
5.3 Ketepatan .................................................................................. 31
5.4 Batas Deteksi Metode.. ................................................................. 32
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 33
6.2 Saran ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Nomor

2.1

Halaman

Kapasitas Produksi Tiap Pabrik Dalam Setahun ............................

5.1.1 Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range ........... 27


5.1.2 Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Hight Range ......... 27
5.2.1 Keterulangan Low Range Out Foll 2 ............................................. 29
5.2.2 Keterulangan Hight Range Out Foll 1 ........................................... 30
5.3.1 Hasil Uji Ketepatan ........................................................................ 31
5.4.1 Uji Method Detection Level (MDL) ............................................... 32

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

3.4

Halaman

Prinsip Kerja Spektrofotometer............. .............................

16

5.1.1 Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Low Range .................. 28


5.1.2 Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer High Range .................. 28
3.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer .......................................................... 18
3.5 Alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) ..................................... 19
3.6 Skema Kerja AAS ............................................................................... 22

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range.... 34


2. Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Low Range ..................... 34
3. Uji Linieritas dengan Spektrofotometri untuk Hight Range ............... 35
4. Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Hight Range.................... 35
5. Keterulangan Low Range Out Full 2 .................................................. 36
6. Keterulangan Hight Range Out Full 1 ................................................ 37
7. Ketepatan pada CRM .......................................................................... 38
8. Method Detection Level (MDL) .......................................................... 39

ix

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak terhadap keadaan
lingkungan, baik lingkungan air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Air
yang mengandung bahan pencemar yag bersifat racun dan berbahaya dinamakan
air limbah. Dalam bahasa ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka
limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikendaki oleh lingkungan. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri.
Sebagai perusahaan produsen pupuk urea dan amoniak terbesar di Indonesia,
PT. Pupuk Kalimantan Timur tentunya mempunyai bagian dalam pengelolaan
lingkungan yang bertugas memantau buangan air dari pabrik sebelum di lepas ke
lingkungan. Untuk mendukung kinerja perusahaan PT. Pupuk Kaltim memiliki
berbagai departemen yang terbagi berdasarkan fungsinya. Salah satu Departemen
yang dimiliki adalah Departemen Laboratorium,
Departemen Laboratorium mempunyai fungsi sebagai quality control untuk
bahan baku, bahan proses, produk yang dihasilkan, maupun lingkungan.
Departemen ini terdiri dari beberapa seksi, satu diantaranya adalah seksi
Laboratorium Lingkugan. Laboratorium Ligkungan mempunyai tugas utama
menganalisis limbah cair, padat dan limbah gas, memonitor udara, emisi gas
pabrik dan kebisingan. Selain itu juga melayani permintaan analisis dari pihak
luar. Sehingga limbah yang akan di buang ke lingkungan memenuhi standar yang
berlaku. Salah satu parameter limbah cair yang dianalisis adalah Chemical Oxygen
Deman (COD).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Untuk mengukur kadar Chemical
Oxygen Deman (COD) di air limbah dapat menggunakan alat spektrofotometri.
Mengingat pentingnya analisis tersebut, pemilihan metode analisis yang tepat

sangat diperlukan. Untuk memastikan mutu hasil analisa adalah menggunakan


peralatan atau instrumen yang terkalibrasi sehingga dapat menghasilkan data yang
valid. Selain itu, dipastikan metode yang digunakan telah divalidasi dan
diverifikasi.
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya, sedangkan verifikasi adalah
kegiatan laboratorium dan tata cara untuk menentukan karakteristik kinerja dari
metode analisis dan hubungannya untuk kebutuhan spesifik laboratorium
penggunanya.
Oleh karena itu, penelitian mendapatkan tugas melakukan verifikasi metode
penetapan Chemical Oxygen Demand (COD) dalam limbah cair metode refluks
tertutup secara spektrofotometri, sehingga dapat diketahui kelayakan dari metode
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Metode pada penetapan Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen
Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri pada air limbah
belum terakreditasi oleh lembaga KAN. Untuk itu harus dilakukan verifikasi yang
dilakukan meliputi uji linieritas, keterulangan ketepatan dan batas deteksi metode
(MDL).

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi metode pada penetapan
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) metode refluks
tertutup secara spektrofotometri pada air limbah, sehingga dapat diperoleh hasil
uji yang valid. Hasil uji verifikasi tersebut untuk ditambahkan sebagai ruang
lingkup yang baru bagi laboratorium lingkungan PT. Pupuk Kalimantan Timur.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Pupuk Kalimantan Timur


Pupuk Kalimantan Timur berdiri pada tanggal 7 Desember 1977 yang
berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur. Perusahaan ini didirikan dengan
tujuan utama untuk melaksanakan, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam
pengembangan industri dan ekonomi nasional, khususnya sektor industri pupuk
dan industri kimia (PSDM, 2012).
Pupuk Kalimantan Timur beroperasi di atas lahan seluas 493 ha dan saat
ini mengoperasikan 5 pabrik, yaitu Kaltim-1, Kaltim-2, Kaltim-3, Kaltim-4 dan
POPKA. Berikut tabel kapasitas produksi masing-masing pabrik tiap tahunnya.

Tabel 2.1 Kapasitas Produksi Tiap Pabrik Dalam Setahun

Pabrik

Amoniak

Urea

Kaltim-1

595.000 ton/tahun

700.000 ton/tahun

Kaltim-2

595.000 ton/tahun

570.000 ton/tahun

Kaltim-3

330.000 ton/tahun

570.000 ton/tahun

POPKA

570.000 ton/tahun

Kaltim-4

330.000 ton/tahun

570.000 ton/tahun

Pabrik 1A (ex KPA)

660.000 ton/tahun

Rencana Kaltim -5

850.000 ton/tahun

1.150.000 ton/tahun

1.850.000

2.980.000

2.700.000

3.430.000

Total sebelum Kaltim -5


Total setelah
Kaltim -5 Produksi

Ket. Jika kaltim -5 mulai produksi, maka kaltim -1 akan ditutup.

Produk utama Pupuk Kaltim adalah urea prill, urea granul dan amoniak.
Namun Pupuk Kaltim juga memproduksi pupuk majemuk NPK dan pupuk
organik.

2.2 Lokasi PT. Pupuk Kalimantan Timur


Lokasi pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur terletak di wilayah pantai
Kota Bontang, kira-kira 121 km sebelah utara Samarinda, ibukota Provinsi
Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 001046,9 LU dan
11702930,6 BT. Pabrik tersebut terletak pada areal seluas 493 Ha, di sebelah
selatan lokasi pabrik (sekitar 10 km) terdapat lokasi pabrik pencarian gas alam PT
Badak NGL Co. Lokasi perumahan dinas karyawan terletak sekitar 6 km sebelah
barat pabrik seluas 765 Ha. Pada daerah tersebut juga terdapat perumahan BTN
untuk karyawan. Untuk kebutuhan transportasi ke daerah Bontang dapat
digunakan jalan darat, laut, maupun udara. Jalur udara menggunakan pesawat PT.
Pupuk Kalimantan Timur dari Balikpapan yang terbang dengan jadwal rutin sekali
setiap hari. Transportasi udara tersebut memakan waktu 45 menit. Dasar
pertimbangan lokasi pabrik:
1. Lokasi dekat dengan sumber bahan baku berupa gas alam
2. Lokasi dekat dengan pantai sehingga memudahkan pengangkutan
3. Lokasi berada di tengah daerah pemasaran pupuk untuk ekspor maupun
pemasaran dalam negeri
4.

Pemetaan Zone Industry

5. Peluang untuk perluasan pabrik karena luasnya lahan yang dimiliki.

2.3 Visi, Misi, dan Motto PT. Pupuk Kalimantan Timur


2.3.1 Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan agro-kimia yang memiliki reputasi prima di
kawasan Asia.
2.3.2 Misi Perusahaan
Misi dari perusahaan diantaranya yaitu :
1. Menyediakan produk-produk pupuk, kimia, agro dan jasa pelayanan pabrik
serta perdagangan yang berdaya saing tinggi;
2. Memaksimalkan nilai perusahaan melalui pengembangan sumber daya manusia
dan menerapkan teknologi mutakhir;
3. Menunjang Program Ketahanan Pangan Nasional dengan penyediaan pupuk
secara tepat;
4. Memberikan manfaat bagi Pemegang Saham, karyawan dan masyarakat serta
peduli pada lingkungan.
2.3.3 Motto Perusahaan
Moto dari PT Pupuk Kalimantan Timur yaitu : Kami hadir dalam
semangat pionir, Kami kuat ditempa oleh tantangan Kami maju dengan karya
bermutu.
2.3.4 Bagaimana Mencapai Visi dan Misi
Dalam rangka mencapai visi misi di atas, Perusahaan menetapkan
sasaran yang ditetapkan dalam corporate plan 2008-2027 yang dirinci dalam
sasaran 5 tahunan. Sasaran perusahaan tahun 2008-2012 adalah menjadi industri
kimia paling kompetitif di Indonesia. Pencapaian sasaran ini diukur berdasarkan
indikator keberhasilan kunci, yakni :
1. Industri pupuk kimia dengan predikat best quality, cost competitive, shortest
lead time, best safety, high moral dan enviromental friendly.
2. Tersedianya pasokan pupuk secara berkesinambungan dengan prinsip 6
Tepat, yakni: Jumlah, Jenis, Waktu, Mutu, Tempat, dan Harga.
3. Jaringan distribusi menjangkau seluruh wilayah nasional.
4. Mencapai kriteria standar kinerja internasional yang setara dengan IQA
(Indonesia Quality Award) di atas 500.

2.4 Sertifikasi
Perusahaan menerapkan standar mutu untuk operasional produksinya,
dan pada tanggal 14 Oktober 1996 mendapatkan sertifikat ISO (International
Organization for Standardization) 9002, yaitu standar internasional di bidang
produksi dan instalasinya. Setelah itu, pada tanggal 30 Januari 1997, perusahaan
juga berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 14001 dalam bidang sistem manajemen
lingkungan. Tahun 2000 mendapatkan ISO 17025 untuk bidang laboratorium
(PSDM, 2012).

2.5 Departemen Laboratorium


Pupuk Kalimantan Timur memiliki banyak departemen yang terbagi
berdasar fungsinya. Salah satu departemen yang dimiliki oleh Pupuk Kalimantan
Timur adalah Departemen Laboratorium. Laboratorium harus menggunakan
metode pengujian yang memenuhi kebutuhan pelanggan, telah dipublikasikan
sebagai standar dan merupakan edisi terakhir yang absah. Ketika pelanggan tidak
menetapkan metode yang harus digunakan maka laboratorium harus memilih
metode yang sesuai, diantaranya:
a. Metode resmi/standar: ASTM (American Standard Testing Materils), SNI
(Standard Nasional Indonesia) dan ISO (International Organization for
Standardization).
b. Metode resmi/standar yang dimodifikasi: bahan kimia, peralatan dan tahapan
pengukuran.
c. Metode resmi/standar yang digunakan diluar kisaran peruntukannya dari
rancangan semula.
d. Metode tidak resmi: pemasok bahan kimia, pemasok peralatan atau badan yang
tidak berwenang.
e. Metode tidak resmi/In House.
f. Metode tidak resmi/Alternatif untuk keperluan tertentu.

Dalam struktur organisasi Pupuk Kalimantan Timur, Departemen


Laboratorium terdiri dari enam bagian :
A. Bagian laboratorium proses K1, K2 dan K3
Laboratorium proses K1, K2 dan K3 mempunyai tugas utama untuk
menangani ataumemonitor proses pabrik Kaltim-1, Kaltim-2 dan Kaltim-3 mulai
dari bahan baku gasalam sampai menjadi produk.
B. Bagian laboratorium proses K4, Popka dan K5
Laboratorium proses K4, Popka dan K5 mempunyai tugas utama untuk
menangani atau memonitor proses pabrik Kaltim-4, Popka dan Kaltim-5 yang
sedang dalam pembangunan, mulai dari bahan baku gas alam sampai menjadi
produk.
C. Bagian laboratorium pupuk NPK dan boiler batu bara
Laboratorium pupuk NPK dan boiler batu bara memiliki tugas untuk
menangani pembuatan pupuk NPK mulai dari bahan awal sampai produk akhir
dan menguji kualitas batu bara yang masuk ke wilayah Pupuk Kalimantan Timur.
D. Bagian laboratorium penguji
Bagian laboratorium penguji terdiri dari 5 seksi :
1) Seksi Laboratorium Uji Kualitas
Laboratorium Uji Kualitas Bahan Kimia dan Produk Akhir mempunyai tugas
utama memonitor produk (amoniak, urea, NPK dan UFC), menganalisis bahan
kimia pabrik yang akan dan telah dibeli oleh perusahaan, menganalisis kerak
pabrik serta menganalisis kualitas amonia dan urea yang akan dikapalkan.
2) Seksi Laboratorium Air Proses
Laboratorium Air mempunyai tugas utama menganalisis air proses pabrik
diantaranya raw water, boiler water dan cooling water, serta memonitor air bersih
seperti air minum yang dikonsumsi dan air kolam. Selain itu juga melayani
permintaan analisis dari pihak luar.
3) Seksi Laboratorium Gas Bumi dan Lube Oil in Service
Laboratorium Gas Bumi dan Lube Oil mempunyai tugas utama menganalisis gas
sebagai bahan baku, baik gas bumi, maupun gas proses. Selain itu, menganalisis
oil atau minyak yang masih baru maupun yang sedang dan telah dipergunakan

dalam proses pabrik, melakukan analisis Benfield dan MDEA, serta menganalisis
gas dari pabrik UFC.
4) Seksi Laboratorium Lingkungan
Laboratorium Lingkungan mempunyai tugas utama memonitor area lingkungan
industri Pupuk Kalimantan Timur dan sekitarnya, antara lain limbah padat dan
limbah gas, memonitor udara, emisi gas pabrik dan kebisingan. Selain itu juga
melayani permintaan analisis dari pihak luar.

E. Bagian laboratorium kalibrasi dan sarana


Bagian laboratorium kalibrasi dan sarana terdiri dari 3 seksi :
1) Seksi Laboratorium Kalibrasi
Laboratorium Kalibrasi mempunyai tugas melakukan kalibrasi.
2) Seksi Laboratorium Inventory dan Sarana
Laboratorium Inventory dan Sarana mempunyai tugas utama menyiapkan pereaksi
atau reagen siap pakai dan peralatan laboratorium lainnya.
3) Seksi Laboratorium Pemeliharaan Alat
Laboratorium Pemeliharaan Alat mempunyai tugas melakukan perbaikan
peralatan laboratorium dan instalasi alat baru.

F. Seksi administrasi pelayanan jasa laboratorium


Bertugas melakukan pengolahan data hasil analisis dari seluruh laboratorium
berupa pelaporan data hasil uji/analisis dan dokumentasi.
Selain yang disebutkan di atas, departemen laboratorium juga memiliki staf
laboratorium yang menangani pengembangan sistem manajemen mutu dan
pengembangan teknis (Nurliana, 2013).

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Limbah
Limbah dalam arti sederhana dapat diartikan sebagai sampah. Dalam bahasa
ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka limbah adalah buangan yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikendaki lingkungannya.
Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya. Sebagai
limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri
(sugiharto, 1987).
Limbah cair adalah limbah berwujud cair atau buangan yang sudah tidak
dapat dimanfaatkan lagi untuk jenis kegiatan penghasilnya. Kandungan didalam
limbah cair tidak selalu harus berupa zat cair, limbah cair dapat juga mengandung
gas dan juga padatan, namun biasanya dalam proporsi yang jauh lebih kecil
daripada zat cair. Karakteristik limbah air dari suatu industri umumnya lebih
dipengaruhi oleh proses produksi suatu industri seperti penggunaan air,
penggunaan bahan baku, penggunaan bahan pendukung, penggunaan energi
(Yuwono dan Adinugroho, 2012).
Limbah cair suatu industri memiliki suatu atau lebih kelompok pencemar
yang dianggap berpotensi menimbulkan dampak merugikan. Kelompok pencemar
tersebut meliputi sedimen, padatan tersuspensi logam berat, anorganik terlarut,
asam-basa, organik terurai, organik sulit terurai, patogen dll. Jenis kelompok
pencemar dominan akan menentukan prioritas dari upaya pengelolaan limbah cair
disuatu industry (Yuwono dan Adinugraha, 2012) .
Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat-sifat dan
karakteristik kimia, fisika dan biologi. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan
agar dapat dipahami sifat-sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana
tingkat pencemarannya terhadap lingkungan.

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus
diketahui yaitu :
1. Sifat fisik
2. Sifat kimia
3. Sifat biologi

3.1.1 Sifat fisik


Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut,
tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, daya hantar listrik,
baud an temperatur.
a. Padatan
Za padat limbah diklasifikasikan menjadi 3 golongan besar yaitu

Golongan zat yang mengendap, yaitu zat padat yang akan mengendap
pada kondisi tanpa bergerak atau diam kurang lebih selama 1 jam
sebagai akibat gaya beratnya sendiri.

Golongan zat yang tersuspensi, yaitu padatan yang mempunyai


diameter antara 0,01 mm sampai dengan 0,001 mm

Golongan zat yang terlarut, yaitu padatan yang mempunyai diameter


yang lebih kecil daripada diameter padata tersuspensi.

b. Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena adanya
partikel koloid (diameter 10-8 mm) yang terdiri dari tanah liat, sisa bahanbahan, protein dan gangguan yang terdapat dalam limbah
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan
penciuman yang tidak enak karena adanya campuran nitrogen, sulfur, dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah.
d. Temperatur
Tempratur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur
alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis.
10

e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan, humus,
plankton, tanaman air dan buangan industry. Warna air dikelompokkan
menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak
(apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan
oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya
disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh baha tersuspensi.

3.1.2

Sifat kimia
Kandungan bahan kimia yang ada didalam air limbah dapat merugikan

dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada
penyediaan air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan
bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada didalam air
limbah pada umumnya dapat ditentukan oleh:
a. Chemical oxygen demand (COD)
COD adalah kebutuhan oksigen kimia yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel, dimana pengoksidasinya
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen.
b. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air, adapun kadar yang baik
adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis didalam air
brjalan dengan baik. Air limba dengan konsentrasi air limba ang tidak netral
akan menyulitkan proses biologi sehingga mengganggu proses penjernihan.
c. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kuantitas anion didalam air yang dapat menetralkan pada limbah cair.

11

d. Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari proses
klasifikasi dan proses pembusukan, lemak dan minyak merupakan bahan
organik bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini membuat lapisan
pada permukaan air sehingga membentuk slaput.
e. Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap, sebagai khlor bebas
berfungsi disenfektan tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion
natrium menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.

3.1.3

Sifat biologi
Pemeriksaan biologi didalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah

ada bakteri-bakteri pathogen berada dalam air limbah. Keterangan biologi ini
diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan
sebagai air minum dan dibuang kelingkungan.

3.2 Dampak COD Terhadap Lingkungan


Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
buruk bagi mahluk hidup dan lingkungannya :
A. Gangguan kesehatan
Limbah cair dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air. Selain itu di dalam limbah cair terdapat zat-zat berbahaya
dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi mahluk hidup
yang mengkonsumsinya. Adakalanya air limbah yang tidak di kelola dengan baik
dapat juga menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk,lalat,kecoa dan lainlain).
B. Penurunan kualitas lingkungan
Limbah cair yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai atau
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh
bahan organic yang terdapat pada air limbah bila di buang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (dissolved oxygen) di

12

dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan yang di


dalam air yang membutuhkan oxygen akan terganggu, dalam hal ini akan
mengurangi perkembangannya. Adakalanya limbah cair juga dapat merembes ke
dalam air tanah sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah
tercemar maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dpat lagi digunakan
sesuai peruntukannya.
C. Gangguan terhadap keindahan
Adakalanya limbah cair mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yamg sederhana
adalah limbah cair yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan
perubahan pada badan air penerima. Kadang-kadang limbah cair juga dapat
mengandumng bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang berbau.

3.3 Metode Penetapan COD Dalam Limbah Cair


COD atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen mg O2
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L sampel
air, dimana pengoksidasi K2Cr207 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik
yang secara ilmiah dapat dioksidasi melalui proses reaksi kimia (Alerts, G dan
Sumestri, S. 1984).
Prinsip Chemical Oxygen Demand COD adalah jumlah oksidan
Cr2O72 yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap
1000 ml atau 1 L contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik
dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan
Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen
(O2 mg/L)

diukur

secara

spektrofotometri

sinar

tampak.

Cr2O72- kuat

mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900
mg/L ditentukan kenaikan Cr3+ pada panjang gelombang 600 nm.
Reaksi yang terjadi yaitu bahan buangan organik akan dioksidasi oleh
kalium bikromat K2Cr2O7 dalam suasana asam yang digunakan sebagai sumber

13

oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom
diperkirakan sekitar 95 % - 100% bahan buangan dapat dioksidasi (Effendi 2003).
Reaksinya sebagai berikut :
Katalis Ag2SO4
2-

HaHbOc + Cr2O7 + H
(organik)

(kuning)

CO2 + H2O + Cr3+


katalis Ag2SO4
(hijau) (Alerts, G dan Sumestri, S.

1984).
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan kalisator perak
sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam

bahan buangan

organik diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambah merkuri sulfat untuk meghilangkan gangguan tersebut (Wardhana,
1995).
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada
reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan, ini berarti makin
banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan organik.
Pada air tawar ion klorida tidak lebih besar dari 200 mg/L, ion klorida ikut
teroksidasi dalam refluks kromat menjadi gas klorin,
6 CL- + Cr2O72- + 14 H+

3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O

Sehingga nilai COD yang didapatkan akan lebih besar dari sebenarnya,
gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan garam merkuri sulfat (HgSO4)
sebanyak 10 : 1, artinya bila dalam contoh air terdapat 50 mg/L ion klorida, maka
HgSO4 yang ditambahkan kedalam contoh air adalaha sebanyak 500 mg/L hal ini
hanya berlaku untuk konsentrasi ion klorida dibawah 2000 mg/L.
Reaksinya sebagai berikut 4 Cl- + Hg 2+

HgCl42-

HgCl2 + 2 Cl-

Dalam reaksi oksidasi bahn organik kurang efektif karena ion klorida yang
tidak membentuk senyawa kompleks dengan HgSO4 akan membentuk endapan
dengan perak sulfat menjadi AgCl.

14

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik
yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan
dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga
lama-kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang.
Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,
detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh
manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya.
Lebih dari 700 bahan kimia organik sintesis ditemukan dalam jumlah relatif
sedikit pada permukaan air tanah untuk minum.
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti
Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk
diminum. Disamping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan
organisme lain-lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan
produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut karena
bersifat korosif ( Achmad, 2004)

3.4 Spektrofotometri
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Prinsip kerja spektrofotometer
adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam
medium itu dan sisanya diteruskan.
Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai
absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Penyerapan
sinar masuk dibatasi pada sejumalah gugus kromofor (gugus dengan ikatan tidak
jenuh) yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah.
Dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu : sigma, phi dan electron non-bonding.
Kromofor-kromofor organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil

15

mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak.Secara garis besar,


spektrofotometer terbagi menjadi 4 bagian (Mulja, 1997), yaitu:
a) Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
untuk daerah tampak, ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu
pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten).
b) Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi menguraikan cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
c)

Sel sampel
Sel sampel berfungsi sebagai wadah tempat ditaruhnya sampel.

d) Detektor
Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka
digital.
Gambar 3.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer

Sinar diserap oleh suatu materi hanya jika energi sinar sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh materi untuk melakukan transisi. Penyerapan atau absorpsi
yaitu sinar diserap oleh suatu atom, ion atau molekul sehingga tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Pemancaran atau emisi yaitu pelepasan foton oleh
suatu atom, ion atau molekul sehingga terdeteksi ke tingkat energi yang lebih
rendah (Mulja, 1997).

16

Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran harga A pada panjang


gelombang maksimum atau dilakukan pengukuran %T pada panjang gelombang
minimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang tersebut adalah
perubahan adsorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimal, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimal. Di samping itu pita serapan di sekitar panjang gelombang maksimal
datar dan pengukuran ulang dengan kesalahan yang kecil, maka akan memenuhi
hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa besarnya pengurangan intensitas
sinar proposional dengan jumlah spesi yang menyerap. Hukum Lambert-Beer
dinyatakan dalam persamaan
A= .b.c
Dimana: A = absorbansi
= absorptivitas molar ( L mol-1 cm-1 )
B = tebal kuvet ( cm )
c = konsentrasi (mol L-1 )

3.5 Verfikasi Metode


Validasi metode adalah proses evaluasi hasil kerja (performance) dan
kecocokan (suitability) sistem pengukuran untuk memperoleh data analisis
menurut cara-cara yang telah digariskan oleh consensus bersama organisasi
internasional (Garfield, 1992; Kateman dan Pijkers, 1981; Kirchmer, 1983;
Taylor, 1987). Kecocokan metode perlu dievaluasi karena suatu metode bisa valid
di suatu situasi, tetapi bisa tidak valid untuk situasi yang lain. Oleh karena itu,
validasi metode analisis adalah suatu keharusan sebelum metode dipakai sebagai
metode rutin.
Metode baku (standar) yang sudah divalidasi umumnya tidak lagi perlu
divalidasi ulang. Namun untuk mengetahui kinerjanya di suatu laboratorium,
metode tersebut perlu dicoba dulu atau dikonfirmasi (diverifikasi) keandalannya.
Dalam verifikasi ini dilakukan uji kinerja metode (akurasi, presisi).
Verifikasi metode merupakan suatu konfirmasi dengan cara menguji suatu
metode dan melengkapi bukti-bukti yang objektif apakah metode tersebut

17

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai tujuan tertentu. Dengan kata
lain, verifikasi metode merupakan kegiatan laboratorium dan tata cara untuk
menentukan karakteristik kinerja dari metode analisis dalam hubungannya untuk
kebutuhan spesifik laboratorium penggunanya.
Apabila

laboratorium

menggunakan

metode

standar

yang

telah

dipublikasikan dan sudah divalidasi oleh lembaga atau organisasi nasional


maupun internasional, idealnya laboratorium harus memverifikasi metode tersebut
meskipun hanya meliputi aspek-aspek tertentu saja. Hal ini dimaksudkan agar
laboratorium memiliki data verifikasi yang merupakan bukti objektif yang berlaku
di laboratorium tersebut dan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini penting
mengingat bahwa setiap laboratorium memiliki kondisi yang berbeda, misalnya
sarana akomodasi dan lingkungan, kompetensi personel, kemampuan peralatan
yang berbeda-beda dan lain-lain.
Bila dalam verifikasi metode analisis diperoleh hasil kerja yang cukup baik,
maka metode tersebut dapat digunakan untuk analisis rutin dilaboratorium dan
dapat dipakai dalam jangka panjang. Hasil kerja yang telah dicapai perlu
dipertahankan selama mungkin, dengan cara-cara tertentu yang umum disebut
dengan pengendalian mutu (quality control) dari analisis kimia. Namun bila hasil
kerja yang diperoleh tidak baik, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah
mencari sumber-sumber kesalahan pada setiap langkah analisis, optimasi pada
sebagian atau seluruh parameter yang mempengaruhi hasil kerja, bila perlu
diadakan perubahan total prosedur/teknik analisis, sampai ditemukan teknik yang
dihasil kerjanya diterima secara analitik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji, yaitu analis, peralatan,
waktu, bahan kimia, kondisi akomodasi, lingkungan dan demin. Dalam
melaksanakan verifikasi terdapat karakteristik yang dievaluasi, baik meliputi
beberapa atau seluruh aspek diantaranya adalah:

3.5.1 Akurasi
Akurasi atau adalah ukuran yang menunjukka derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya atau dengan hasil analisis dari bahan

18

bersertifikat Certified Reference Material (CRM) atau Standar Reference


Material (SRM) yang biasanya ditentukan oleh berbagai orang atau lembaga
dengan berbagai analisis (IK-MM. 010, 2010).
Ukuran Akurasi adalah:
R=

x 100 %

U = kadar contoh bersertifikat (CRM)


X = hasil analisis
Makin tinggi nilai R, berarti makin tinggi akurasi metode analisis yang diuji.
Persyaratan dari laboratorium PT Pupuk Kaltim untuk Akurasi adalah 95- 105%
(IK-MM.010, 2010)
Untuk uji akurasi dapat digambarkan dengan uji perolehan kembali
(recovery) standar yang ditambahkan ke dalam contoh uji. Uji recovery dilakukan
dengan menambahkan sejumlah analit ke dalam contoh yang telah diketahui
konsentrasinya
Penentuan nilai % perolehan kembali dapat dicari dengan menambahkan
sejumlah analit (standar) yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam larutan
contoh. Suatu metode dikatakan valid apabila nilai perolehan kembali dari suatu
standar berada diantara 90-110% (Sumardi, 2002).
Perolehan kembali (recovery) adalah tingkat perolehan kembali standar
yang ditambahkan ke dalam contoh. Pada umumnya bila tidak ada CRM maka
untuk menentukan ketepatan dengan melakukan standar isi. Penambahan standar
dilakukan dengan menambahkan senyawa yang telah diketahui konsentrasinya, ke
dalam contoh yang akan dianalisis. Jumlah senyawa yang ditambahkan kurang
lebih setengah dari kadar senyawa yang telah dianalisis pada contoh sebelum
penambahan. Perolehan kembali dapat dihitung dengan proentase perolehan
kembali yaitu :
% Perolehan Kembali =

x 100 %

Dimana,
C1 = Konsentrasi contoh (mg)
C2 = Konsentrasi contoh + analit (standar) (mg)

19

C3 = Konsentrasi analit (standar) teoritis (mg)

3.5.2 Presisi
Presisi adalah tingkat kedapatulangan suatu hasil uji diantara hasil-hasil
pengujian. Presisi dapat berarti derajat ketepatan diantara pengukuran yang
berulang-ulang dalam jumlah yang sama. Menurut Sumardi (2002), presisi adalah
kedekatan dan kesesuaian antara hasil uji dengan yang lainnya pada serangkaian
pengujian. Standar Deviasi (SD) dan Relatif Standar Deviasi (RSD) merupakan
ukuran dari ketelitian. Hasil presisi yang sangat baik apabila nilai % RSD 2%
dan nilai RSD tersebut lebih kecil dengan nilai % CV Horwitz. Untuk
mendapatkan nilai presisi dapat dihitung melalui persamaan :

SD =
% RSD =

Dimana,
SD

= Standar Deviasi

= rata-rata hasil analisis

RSD = Relatif Standar Deviasi


Xi

= nilai hasil analisis

= jumlah ulangan pengukuran

3.5.3 Linearitas
Linearitas adalah suatu metode analisis untuk memberikan hasil uji yang
proporsional dengan konsentrasi analit dalan contoh pada kisaran yang ada, serta
untuk mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi analit dalam contoh. Uji
ini dilakukan dengan pengukuran larutan baku yang memiliki minimal lima titik
konsentrasi yang semakin meningkat. Biasanya linearitas yang baik ditunjukka
dengan harga koefisien korelasi yang mendekati satu. Dalam suatu penetapan
harga r (koefisien korelasi) sebaiknya > 0,990 (Miller dan Miller, 1991).

20

Linearitas adalah unjuk kerja dari metode analisis yang digunakan


sehubungan dengan kemampuan untuk memperoleh hasil analisis langsung
berdasarkan kurva kalibrasi standar. AOAC mengajukan R = 0.9995 untuk suatu
metode yang baik. Adapun kirasan linier adalah jarak antara konsentrasiterendah
dan tertinggi pada tingkat R, ketelitian dan ketepatan tertentu. Parameter ini
digunakan juga untuk menetapkan rantang atau kisaran konsentrasi di mana
metode tersebut layak digunakan. Makin tinggi linearitas suatu metode analisis,
makin praktis metode itu digunakan (Hidayat, 1999).
Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperolah dari metode
kuadrat terkecil, yaitu y = a + bx. Persamaan ini akan menghasilkan koefisien
korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linearitas
suatu metode analisis. Penetapan linearitas minimum menggunakan lima
konsentrasi yang berbeda. Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan
adalah lebih besar dari 0.9970 (ICH, 1995). Sedangkan persyaratan dari
laboratorium PT Pupuk Kaltim untuk linearitas adalah lebih besar dari 0.9950
(IK-MM.010, 2010)

3.5.4 Method Detection Level (MDL)


Method Detection Limit atau Batas Deteksi Metode (MDL) adalah
konsentrasi analit yang ditentukan sesuai tahapan metode pengujian secara
menyeluruh sehingga menghasilkan signal dengan probabilitas 99% bahwa signal
tersebut berbeda dengan blanko (Hadi, 2010).
Nilai MDL dapat dihitung dengan menggunkan rumus:
MDL = t(0.01; n-1) SD
Keterangan :

SD = Standar Deviasi

t(0.01; n-1) = tabel t dengan tingkat kepercayaan 99% dan tingkat kebebasan -1
Untuk menentukan nilai spike yang dibutuhkan dalam penentuan MDL maka
secara teoritis perkiraan perbandingan hubungan antara Instrumen Detection Level
(IDL) : LOD : MDL : LOQ = 1 : 2 : 4 : 10.

21

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan, PT. Pupuk Kaltim,
yang berlokasi di Jl. James Simandjuntak No. 1 Bontang Kalimantan Timur.
Percobaan dilakukan pada Bulan Januari hingga Maret 2015.

4.2 Alat Dan Bahan


4.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer HARCH tipe DR 2700,
kuvet, digestion vessel ukuran 16 mm x 100 mm, Refluks HACH tipe DRB 200,
buret, labu ukur 50 mL, labu ukur 100 mL, labu ukur 250 mL labu ukur 500 mL
labu ukur 1000 mL, pipet volumetric 2 mL pipet volumetric 5 mL, pipet
volumetric 10 mL, pipet volumetric 15 mL, pipet volumetric 20 mL, pipet
volumetric 25 mL, gelas piala, magnetik stirrer, timbangan analitik dengan
ketelitian 0,1 g

4.2.2

Bahan
Bahan yang digunakan air bebas organik, digestion solution pada kisaran

konsentrasi tinggi, digestion solution pada kisaran konsentrasi rendah, larutan


pereaksi asam sulfat, larutan baku kalium hidrogen ftalat, Sampel Out fall 1,
Sampel Out Fall 2 dan larutan CRM Chemical Oxygen Demand (COD)

4.3 Metode Penelitian


Metode penelitian pada penetapan kadar Chemical Oxygen Demand dalam
air limbah secara spektrofotometri ini melalui beberapa tahap penelitian yaitu
pembuatan larutan standar, pengoperasian alat, pengujian dan pengolahan data.
Pada pembuatan larutan standar, dilakukan pembuatan beberapa deret standar
kalium hidrogen ftalat. Kemudian pengoperasian alat yaitu di refluks, 2 jam dan di

22

ukur adsorbansi dengan panjang gelombang 420-600 nm dengan menggunakan


spektrofotometer. Kemudian data yang diperoleh dari sampel dan standar diolah
menggunakan teknik statistika.

4.3.1

Pembuatan Larutan Standar contoh uji COD 10-90 mg/L

4.3.1.1 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 10 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 0,5
mL ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.1.2 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 20 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 2 mL
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.1.3 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 40 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 2 mL
ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.1.4 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 50 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 5 mL
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.1.5 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 80 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 4 mL
ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

23

4.3.1.6 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat 100 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 10 mL
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.2

Pembuatan Larutan Standar contoh uji COD 100-900 mg/L

4.3.2.1 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat mg/L 200 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 20 mL
ke dalam labu ukur 100 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.2.2 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat mg/L 400 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 20 mL
ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.2.3 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat mg/L 800 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/L sebanyak 40 mL
ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan tersebut ditambahkan dengan air
denim hingga tanda batas dan homogenkan.

4.3.2.4 Larutan Standar Kalium Hidrogen Ftalat mg/L 1000 mg/L


Dipipet larutan standar kalium hidrogen ftalat 1000 mg/mL

4.4

Prosedur Percobaan

4.4.1

Uji Linearitas
Larutan standar Kalium Hidrogen Ftalat disiapkan seperti pada pembuatan

larutan deret standar. Masing-masing larutan yaitu 10; 20; 40; 80; 100 untuk
contoh uji Low Range COD 10 - 90 mg/L dan dan masing-masing larutan yaitu
100; 200; 400; 800; 1000 untuk contoh uji Hight Range COD 100 - 900 mg/L dari
1000 mg/L diambil 2 mL, dimasukkan ke dalam kuvet yang telah berisi 1,50

24

larutan digestion solution dan 3,5 larutan pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan
kocok perlahan sampai homogen, letakan kuvet pada alat refluks dan dipanaskan
pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama 2 jam dengan alat refluks HACH tipe
DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga suhu ruang dan di ukur kadar
Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan alat spektrofotometer HARCH
tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600 nm. Berdasarkan data yang
diperoleh, dibuat kurva hubungan anara konsentrasi teoritis terhadap konsentrasi
terukur.

4.4.2

Uji Keterulangan
Sampel Outfall 1 dan Outfull 2 diambil 2 mL, dimasukkan ke dalam kuvet

yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan 3,5 larutan pereaksi asam
sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen, letakan kuvet pada alat
refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama 2 jam dengan
alat refluks HACH tipe DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga suhu ruang
dan di ukur kadar Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan alat
spektrofotometer HARCH tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600 nm,
dilakukan 8 kali penggulangan untuk Low Range pada pada Out Full 2, dan 8 kali
pengulangan untuk Out Fall 1.

4.4.3

Uji Ketepatan
Larutan CRM Chemical Oxygen Demand diambil 2 mL, dimasukkan ke

dalam kuvet yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan 3,5 larutan
pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen, letakan
kuvet pada alat refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C, lakukan refluks selama
2 jam dengan alat refluks HACH tipe DRB 200, dan setelah itu dinginkan hingga
suhu ruang dan di ukur kadar Chemical Oxygen Demand dengan menggunakan
alat spektrofotometer HARCH tipe DR 2700 dengan panjang gelombang 420-600
nm dilakukan 8 kali penggulangan.

25

4.4.4

Uji MDL
Larutan standar Kalium Hidrogen Ftalat 3 mg/L diambil 2 mL,

dimasukkan ke dalam kuvet yang telah berisi 1,50 larutan digestion solution dan
3,5 larutan pereaksi asam sulfat, tutup tabung dan kocok perlahan sampai
homogen, letakan kuvet pada alat refluks dan dipanaskan pada suhu 150 0C,
lakukan refluks selama 2 jam dengan alat refluks HACH tipe DRB 200, dan
setelah itu dinginkan hingga suhu ruang dan di ukur kadar Chemical Oxygen
Demand dengan menggunakan alat spektrofotometer HARCH tipe DR 2700
dengan panjang gelombang 420-600 nm dilakukan 7 kali penggulangan.

26

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang digunakan dalam verifikasi penentuan kadar Chemical
Oxygen Demand dalam air limbah meliputi linieritas, keterulangan, ketepatan dan
method detection level (MDL).

5.1 Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode memperoleh
hasil uji berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam suatu rentang yang
ditetapkan (Riyadi, 2009). Dalam penelitian ini Uji linieritas dilakukan dengan
menentukan kadar Chemical Oxygen Demand secara spektrofotometer. Deret
standar yang digunakan adalah 10; 20; 40; 80; dan 100 mg/L untuk Low Range
dan di ukur konsentrasi 100; 200; 400; 800; 1000 mg/L untuk Hight Range.
Tabel 5.1.1 Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range
No

Standar COD yang dibuat (mg/L)

COD Pembacaan Alat (mg/L)

10

12

20

21

40

42

80

84

100

101

Tabel 5.1.2 Uji Linieritas dengan Spektrofotometri untuk Hight Range


No

Standar COD yang dibuat (mg/L)

COD Pembacaan Alat (mg/L)

100

98

200

186

400

385

800

799

1000

975

27

Gambar 5.1.1 Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Low Range


120

Baca Alat mg/L

100
80

y = 1.0067x + 1.6667
R = 0.9991

60
40
20
0
0

20

40

60
konsentrasi mg/L

80

100

120

Gambar 5.1.2 Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Hight Range


1200

Baca Alat mg/L

1000
800

y = 0.9895x - 6.15
R = 0.9994

600
400
200
0
0

200

400

600

800

1000

1200

Konsentrasi

Berdasarkan kurva diatas dapat dilihat hubungan yang linear antara


konsentrasi secara teori dengan konsentrasi baca alat. Sehingga dapat diperoleh
nilai koefisien korelasinya (R2) yaitu sebesar 0,9991 untuk Low Range dan 0,9994
untuk Hight Range. Nilai uji liearitas yang diperoleh tersebut telah memenuhi
persyaratan linearitas yang ditentukan yaitu sebesar 0,995, sehingga dapat
28

dikatakan bahwa metode ini secara keseluruhan memiliki kelinearan yang tinggi
dan mampu memberikan hasil uji yang proporsional.

5.2 Keterulangan
Uji keterulangan bertujuan untuk mengetahui derajat kesamaan pengukuran
yang diulang beberapa kali dalam keadaan yang serba sama (Hidayat, 1999). Uji
keterulangan juga dilakukan untuk melihat apakah metode analisis yang dilakukan
dapat menunjukkan hasil yang konstan bila dilakukan berulang kali dengan
menghitung simpangan baku hasil analisis. Dalam penelitian ini uji keterulangan
dilakukan terhadap sampel Outfall 2 untuk Low Range sebanyak 10 kali
pengulangan dan Outfall 1 untuk Hight Range sebanyak 8 kali pengulangan,
kemudian dihitung nilai % SBR. Hasil uji keterulangan dapat dilihat pada.
Tabel 5.2.1 Keterulangan Low Range Out Foll 2
No

Pengulangan

COD ( mg/L)

24

23

24

24

23

24

24

22

Rata-rata

23,5

SD

0,76

RSD (%)

3,32

% KV

9,95

% KV

6,63

29

Table 5.2.2 Keterulangan Hight Range Out Foll 1


Pengulangan

Volume Sampel (mL)

Baca Alat (mg/L)

450

435

415

415

435

415

415

415

Rata-rata

424,38

SD

13,74

RSD (%)

3,24

% KV

6,44

% KV

4,29

Dari hasil uji keterulangan pada Low Range menunjukan bahwa metode
memiliki keterulangan yang baik dengan nilai SBR 3,23 Rata-rata konsentrasi
23,5 dengan simpangan baku 0,76 pada sampel Out Full 2. Dari hasil uji
keterulangan diperoleh nilai keterulangan yang baik, hal ini dapat dilihat dari
%RSD yang memenuhi persyaratan dimana nilai %RSD <

% KV Horwitz yaitu

3,23 < 6,63.


Dan pada hasil uji keterulangan pada Hight Range menunjukan bahwa
metode memiliki keterulangan yang baik dengan nilai SBR 3,24 Rata-rata
konsentrasi 424,38 dengan simpangan baku 13,74 pada sampel Out Full 1. Dari
hasil uji keterulangan diperoleh nilai keterulangan yang baik, hal ini dapat dilihat
dari %RSD yang memenuhi persyaratan dimana nilai %RSD < % KV Horwitz
yaitu 3,24 < 4,29.
30

Data yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup konsisten namun tetap
bervariasi. Variasi data yang diperoleh dapat terjadi karena adanya kesalahan
acak. Kesalahan ini memiliki sifat tidak tetap (tidak beraturan) dan dapat
menimbulkan penyimpangan yang tidak membentuk pola. Kesalahan ini dapat
mengakibatkan data yang tidak beraturan, kesalahan ini bisa saja disebabkan
karena kondisi lingkungan yang tidak tetap (tidak stabil).

5.3 Ketepatan
Uji ketepatan bertujuan untuk mengetahui derajat kesamaan antara hasil
analisa dengan nilai sesungguhnya dari contoh (Hidayat, 1999). Dalam penelitian
ini uji ketepatan dilakukan menggunakan CRM (certified Reference Material) dari
Phenova. Dengan nilai sertifikat 144 mg/L. Kemudian konsentrasi yang
diperoleh dibandingkan dengan nilai sertifikat.
Tabel 5.3.1 Hasil Uji Ketepatan
Pengulangan

COD Pembacaan Alat

% Akurasi

(mg/L)
1

141

97,92

141

CRM

97,92

145

144

100,69

146

mg/L

101,39

146

101,39

145

100,69

140

97,22

140

97,22

Rata-rata

143

99,31

Dari hasil uji ketepatan diperoleh beberapa data lebih kecil dari nilai
sertifikat dan beberapa data lebih besar dari nilai sertifikat, walaupun secara
keseluruhan nilai R yang diperoleh sangat baik yaitu berkisar 97,22 s.d. 101,39 %,
Rata-rata R adalah 99,31 % nilai tersebut memenuhi persyaratan ketepatan
(akurasi) yaitu 95,00 s.d. 105,00 (IK-MM-010).
31

5.4 Batas Deteksi Metode


Batas Deteksi metode atau method (MDL) menunjukkan kemampuan
sekaligus keterbatasan laboratorium dalam menerapkan suatu metode pengujian
tertentu pada kadar rendah. MDL juga bertujuan untuk menghindari penulisan
laporan hasil pengujian tidak terdeteksi yang merupakan informasi yang tidak
informatir (Hadi, 2010). Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengukur kadar
COD (Chemical Oxygen Demand) 3 mg/L dengan pengulangan sebanyak delapan
kali.
Tabel 5.4.1 Uji Method Detection Level (MDL)
Pengulangan

Baca Alat (mg/L)

Simpangan Baku

0,78

t-student

3,143

MDL

2,29

Konsentrasi standar yang diukur diperoleh dari perbandingan IDL : LOD :


MDL : LOQ yaitu 1 : 2 : 4 : 10, dimana nilai dari LOQ atau Limit Of Quantitation
yang telah diketahui dengan konsentrasi 3 mg/L sebagai standar dalam
menentukan MDL.
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui nilai MDL yang diperoleh adalah
2,29 dimana nilai tersebut merupakan konsentrasi terendah COD (Chemical
Oxygen Demand) yang dapat dideteksi dengan metode spektrofotometri ini. Jika
konsentrasi analit berada dibawah nilai MDL suatu metode, maka keberadaan
analit tidak terdeteksi atau data konsentrasi yang diperoleh menjadi tidak sesuai.
32

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Hasil dari pengujian verifikasi penentuan kadar Chemical Oxygen Demand
(COD) pada air limbah dengan parameter yaitu linieritas, keterulangan, ketepatan,
dan method detection level (MDL) ditentukan bertujuan agar hasil dari metode ini
dapat dipertanggungjawabkan dan vailid. Nilai dari % Recovery rata-rata yang
diperoleh dari hasil pengukuran adalah 99,31%, dimana kriteria dari nilai
ketepatan adalah 95-105%. Dan nilai keterulangan RSD yang didapatkan adalah
3,32 % dan nilai KV Horwitznya adalah 9,95% pada Low Range dan RSD yang
didapatkan adalah 3,24 % dan nilai KV Horwitznya adalah 4,29 % pada High
Range, dimana kriteria presisi yang baik adalah %RSD < % KV Horwitz. Nilai
linearitas yang diperoleh adalah 0,9991 untuk low range dan 0,9994 untuk high
range dimana kriteria nilai linearitas yang baik adalah 0,9950. Kemudian nilai
MDL yang diperoleh adalah 2,29 sebagai konsentrasi terendah chemical oxygen
demand yang dapat terdeteksi dengan metode ini.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode ini
dapat digunakan dalam penetapan chemical oxygen demand(COD) dalam limbah
cair metode refluks tertutup dengan spektrofotometer secara rutin dalam air
limbah di Laboratorium Lingkungan PT Pupuk Kalimantan Timur. Selain itu,
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua parameter verifikasi yang
digunakan telah memenuhi persyaratan.

6.2 Saran
Pada pengujian lebih lanjut terhadap penentuan Chemical Oxygen Demand
perlu dilakukan verifkasi dengan parameter yang lain yaitu selektivitas dan
kerepreduksian untuk lebih meyakinkan hasil metode yang digunakan.

33

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. R. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Alerts, G dan Sumestri, S. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional:


Surabaya

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Usaha Nasional : Surabaya.

Hadi, U. 2010. Pengujian Sulfida dalam Air dan Air Limbah dalam biru metilen
secara Spektrofotometri. Ecolab: Jakarta.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah


Ilmu Kefarmasian (Desember 2004).

Hidayat, A. 1999. Validasi Metode Analisis Kimia. Buletin AgroBio 2(2):22-28.


Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan: Bogor.

IK-MM. 010. 2010. Validasi/Verifikasi Metode Pengujian. Departemen


Laboratorium PT. Pupuk Kalimantan Timur: Bontang.

Miller, J. C. dan J. N. Miller. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik. Penerbit ITB:
Bandung.

Mulja, Muhammad. 1997. Analisis Instrumental. Erlangga: Jakarta.

Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press: Jakarta.

Sumardi. 2002. Validasi Metode Pengujian, hlm. 9-10. Pusat Standarisasi dan
Akreditasi Sekertariat Jendral Departemen Pertanian: Jakarta.

Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi : Yogyakarta

Yuwono, Rudy dan E. Adinugroho, 2012. Buku Pegangan Manager


Pengendalian Pencemaran Air. IATPT. Jakarta. Hlm. 1-3

LAMPIRAN
1. Uji Linieritas dengan Spektrofotometer untuk Low Range
No

Konsentrasi Standar (mg/L)

Pembacaan Alat mg/L

10

12

20

21

40

42

80

84

100

101

2. Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Low Range


120

Baca Alat mg/L

100
80
y = 1.0067x + 1.6667
R = 0.9991
60
40
20
0
0

20

40

60
konsentrasi mg/L

80

100

120

3. Uji Linieritas dengan Spektrofotometri untuk Hight Range


No

Konsentrasi Standar (mg/L)

Pembacaan Alat mg/L

100

80

200

146

400

385

800

799

1000

975

4 Kurva Linieritas dengan Spektrofotometer Hight Range


1200

Baca Alat mg/L

1000
800

y = 0.9895x - 6.15
R = 0.9994

600
400
200
0
0

200

400

600

Konsentrasi

800

1000

1200

5. Keterulangan Low Range Out Fall 2


Pembacaan Alat

X-

( X - )2

24

0,5

0,25

23

0,5

0,25

24

0,5

0,25

24

0,5

0,25

23

0,5

0,25

24

0,5

0,25

24

0,5

0,25

22

1,5

2,25

No

X=

= 23,5
S=

= 0,76
% RSD =
=

= 3,23
% KV =
% KV = 6,63

= 9,95

6. Keterulangan Hight Range Out Fall 1


Pembacaan Alat

X-

( X - )2

450

25,62

656,38

435

10,62

112,78

415

-9,38

87,98

415

-9,38

87,98

435

10,62

112,78

415

-9,38

87,79

415

-9,38

87,79

415

-9,38

87,79

No

X=

= 424,38
S=

= 13,74
% RSD =
=

= 3,24
% KV =
% KV = 4,29

= 6,44

7. Ketepatan pada CRM


Pengulangan

mg/L

%R

Pembacaan alat
1

141

141

CRM

97,92

145

144 mg/L

100,69

146

101,39

146

101,39

145

100,69

140

97,22

140

97,22

Rata-rata

143

99,31

Pengulangan 1
%R=

x 100

Keterangan
R = Ketepatan
U = mg/L CRM
X = mg/L CRM hasil uji
%R =
= 97,92 %

x 100

97,92

8. Method Detection Level (MDL)


Pengulangan

Pembacaan Alat

X-

( X - )2

-1,43

2,04

0,57

0,32

0,57

0,32

-0,43

0,18

0,57

0,32

0,57

0,32

-0,43

0,18

X=

= 3,43
S=

= 0,78
MDL = t ( 0,01 x n-1 ) x SD
= 3,143 x 0,78
= 2,29

Anda mungkin juga menyukai