Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum peristiwa adsorpsi yang terjadi pada larutan terbagi atas dua
bagian yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika merupakan
adsorpsi yang disebabkan oleh gaya Van de Waals yang ada pada permukaan
adsorben. Panas adsorbens biasanya rendah dan terjadi dilapisan pada permukaan
adsorbens yang umumnya lebih besar dari satu mol. Sedangkan adsorpsi kimia
merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya panas atau reaksi antara zat yang
diserap oleh adsorbens.
Kineka adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Zat-zat terlarut
dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya asam asetat oleh karbon aktif.
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai
gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya laun yang mengimbangi.
Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul
yang melekat pada permukaan.
Oleh karena itu, percobaan kali ini dilakukan untuk mempelajari kinetika
adsorpsi suatu adsorben (ziolite) terhadap asam asetat dalam larutan.

1.2 Tujuan
- Mengetahui perbedaan adsorpsi dan absorpsi.
- Mengetahui konsentrasi asam asetat setelah di adsorpsi.
- Mengetahui faktor yang mempengaruhi ketika adsorpsi.
- Mengetahui nilai K secara praktek dalam setiap orde.

77
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kineka adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh


adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul
pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik kearah dalam,
karena tidak ada gaya-gaya laun yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi. Pada absorpsi zat
yang diserap masuk kedalam adsorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap
hanya terdapat pada permukaannya.
(Sukardjo, 1990)
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan
substrat. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul
dipermukaan adsorbens. Dimana adsorben yang biasanya digunakan dalam
percobaan adalah karbon aktif, sedangkan zat yang diserap adalah asam asetat.
(Keenan,1999)
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika, disebabkan
oleh gaya Van de Waals. Penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan, yang ada pada permukaan adsorbens. Dan adsorpsi kimia, terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorbens, banyaknya zat yang teradsorpsi
tergantuk pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
(Atkins, 1990)
Adsorpsi digunakan untuk menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap
pada zat itu, misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul-molekul asam asetat
dalam larutannya. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap
karena terjadi interaksi tarik-menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh
zat padat, misalnya CH3COOH oleh karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif,
fenolftalein dari larutan asam atas basa oleh karbon aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl.

78
C (karbon) lebih baik menyerap non elektrolit dan makin besar BM semakin baik.
Zat anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap
menyebabkan timbulnya adsorpsi negative. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh
arang darah, sehingga konsentrasi naik.
(Sukardjo, 1990)
Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang
dapat diserap, makin besar bila temperature kritis semakin tinggi atau gas tersebut
mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan,
maka semakin banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan.
Hingga biasanya daya serap dihitung dari satuan massa adsorben. Daya serap zat
padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorbens. Jenis adsorbens, luas
permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas.
(Atkins, 1990)
Adsorbens yang banyak dipakai untuk menjadi zat warna pada larutan.
Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut zangat
mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat.
Dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi
waktu dan menganalisanya dengan harga K (konstanta kecepatan adsorpsi) atau
dengan grafik maka kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat
ditentukan.
(Brady, 1999)
Karbon aktif merupakan bahan adsorpsi dengan permukaan lapisan yang
luas dengan bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder). Bahan dasr utama
yang digunakan sebagai karbon aktif adalah material organik dengan kandungan
karbon yang tinggi. Karbon aktif biasa digunakan sebagai adsorben karena
kemampuan adsorpsinya yakni menyisihkan substansi dari air. Sebuah proses
penyisihan partikel yang terikat pada permukaan adsorben menggunakan gaya
tarik kimia maupun fisika.
Dalam pengolaha air, karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk
menghilangkan rasa, baud an warna yang disebabkan oleh kandungan bahan
organic dalam air.

79
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada keadaan yang dua rasa
yang bersih ditambahkan komponen ketiga, maka komponene ketiga ini akan
sangat mempengaruhi sifat permukaan komponen yang ditambahkan adalah
molekul yang teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface
aktif). Jumlah zat yang diserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari
zat terlarut. Namun demikian, bika adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi
berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan kesetimbangan.
(Atkins, 1990)

80
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-Alat
- Neraca analitik
- Spatula
- Beker Gelas
- Pipet Volume
- Bulp
- Gelas Ukur
- Klem
- Statif
- Buret
- Erlenmeyer
- Corong Kaca
- Pipet Tetes
- Keranjang

3.1.2 Bahan
- Larutan NaOH 0,1 N
- Larutan H2C2O4 0,1 N
- Larutan CH3COOH 0,5 M
- Kertas Saring
- Aquadest
- Tissue

81
3.2 Prosedur Percobaan
- Ditimbang 3 gram zeolite sebanyak 5 kali.
- Dimasukkan masing-masing ke dalam beker gelas.
- Ditambahkan 10 mL larutan CH3COOH 0,5 M ke masing-masing beaker
gelas.
- Digoyang-goyang dengan selang waktu 10, 20, 30, 40 dan 50 menit.
- Disaring masing-masing larutan.
- Diambil 5 mL dari masing-masing filtrat.
- Ditambahkan 2 tetes indikator pp pada masing-masing filtrat.
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.

82
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel 1
t [CH3COOH] Volume [CH3COOH] Volume N
(menit) awal CH3COOH Setelah diadsorpsi NaOH [NaOH]
10 0,323 M 10 mL 0,243 M 24,3 mL 0,1 M
20 0,323 M 10 mL 0,214 M 21,4 mL 0,1 M
30 0,323 M 10 mL 0,235 M 23,5 mL 0,1 M
40 0,323 M 10 mL 0,186 M 18,6 mL 0,1 M
50 0,323 M 10 mL 0,205 M 20,5 mL 0,1 M

4.1.2 Tabel 2
t (menit) ln [CH3COOH] 1/[CH3COOH] 1/[CH3COOH]2
10 -1,415 4,115 16,935
20 -1,542 4,673 21,836
30 -1,448 4,225 18,108
40 -1,682 5,376 28,905
50 -1,585 4,878 23,795

4.2 Reaksi
- H2C2O4 dan NaOH
H2C2O4 + NaOH NaC2O4 + H3O
- CH3COOH dan NaOH
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

83
- Indikator pp dan NaOH
OH OH O
OH

C C
+ 2 NaOH + 2 H20

C C ONa

O O

4.3 Perhitungan
4.3.1 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
V H2C2O4 = 10 mL
N H2C2O4 = 0,1 N
V NaOH = 8,5 mL
V1.N1 = V2.N2
10.0,1 = 8,5.N2
1 = 8,5.N2
N2 = 0,1
Jadi, Normalitas NaOH = 0,1 N

4.3.2 Secara teori


Untuk orde 1
ln C = -Kt + ln Co
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡

- t = 10 menit
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡
−1,130−(−1,415) 0,285
= 10
= 10
= 2,85.10−2

84
- t = 20 menit
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡
−1,130−(−1,542) 0,412
= 20
= 20
= 0,0206
- t = 30 menit
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡
−1,130−(−1,448) 0,318
= = = 0,0106
30 30

- t = 40 menit
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡
−1,130−(−1,448) 0,552
= = = 0,0138
40 40

- t = 50 menit
ln 𝐶𝑜−ln 𝐶
K= 𝑡
−1,130−(−1,585) 0,455
= = = 9,1.10−3
50 50

Untuk orde 2
1/C = Kt + 1/Co
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
K= 𝑡

- t = 10 menit
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
K = 𝑡
3,096−4,673 −1,019
= = = −0,1019
10 10

- t = 20 menit
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
K = 𝑡
3,096−4,673 −1,577
= = = −0,07885
20 20

- t = 30 menit
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
K= 𝑡
3,096−4,255 −1,159
= = = −0,0386
30 30

85
- t = 40 menit
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
𝐾= 𝑡
3,096−5,376 −2,28
= = = −0,057
40 40

- t = 50 menit
1/ 𝐶𝑜−1/[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
𝐾=
𝑡
3,096−4,878 −1,782
= = = −0,03564
50 50

Untuk orde 3
1/C2 = 2Kt + 1/Co2
1/ 𝐶𝑜2 − 1/𝐶𝑜2
𝐾=
2𝑡

- t = 10 menit
9,585−16,935 −7,35
= = = −0,3675
2,10 20

- t = 20 menit
9,585−21,836 −12,251
= = = −0,3062
2,20 40

- t = 30 menit
9,585−18,108 −8,523
= = = −0,14205
2,30 60

- t = 40 menit
9,585−28,905 −19,32
= = = −0,2415
2,40 80

- t = 50 menit
9,585−23,795 −14,21
- = = = −0,1421
2,50 100

4.3.3 Secara Praktek


Untuk orde 1
y = Δx + b y = - 0,004x – 1,395
ln C = - Kt + ln Co

86
-K=a
K=-a
K = - (- 0,004) = 0,004
Untuk orde 2
y = Δx + b
y = 0,002x + 3,990
1/C = Kt + 1/Co
K=a
K = 0,002
Untuk orde 3
y = Δx + b
y = 0,207x + 15,67
1/C2 = 2Kt + 1/Co2
2K=a
K=½a
K = ½ . 0,207 = 0,1035

4.4 Pembahasan
Kineka adsorpsi menyatakan adanya proses perubahan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion
atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai
kebawah permukaan disebut absorpsi.
Adsorbat yaitu zat atau substansi yang terserap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya. Desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion/
molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi antara lain:
- Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang
diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif semakin kecil
ukuran diameter maka semakin luas permukaan adsorbennya.

87
- Macam adsorben
Suatu adsorben dipandang baik dilihat dari sisi waktu, yaitu waktu
pengerapan hingga komposisi diinginkan dan waktu pengeringan adsorben
makin cepat dua variable tersebut, berarti makin baik untuk kerja suatu
adsorben.
- Macam adsorbat
Jenis adsorbat yang diadsorpsi karbon aktif sesuai dengan besar partikel
zatnya, semakin kecil partikel kemungkinan semakin mudah diadsorpsi.
- Konsentrasi adsorbat dan adsorben
Semakin tinggi konsentrasi adsorbat, maka semakin besar zat yang
diserap, begitu pula dengan adsorben, semakin tinggi konsentrasi
adsorben, semakin baik proses penyerapannya.
- Temperatur
Semakin tinggi temperatur maka proses adsorpsi semakin rendah.
- Tekanan
Semakin tinggi tekanan, maka proses adsorpsi semakin besar.
Standarisasi merupakan proses pembakuan suatu larutan untuk mengetahui
konsentrasi dari larutan tersebut. Dengan adanya standarisasi kita dapat
menentukan secara teliti konsentrasi dari suatu larutan. Suatu larutan lebih umum
distandarisasikan dengan cara titrasi, dimana pada proses ini ia akan bereaksi
dengan sebagian berat dari standar primer.
Komponen-komponen dari standarisasi meliputi:
- larutan standar primer, yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui
secara pasti.
- Larutan atau zat terpilih, yaitu larutan yang ingin distandarisasi / diketahui
konsentrasinya secara teliti.
- Indikator, yaitu zat yang dapat menunjukan adanya perubahan warna.
Dengan adanya indikator dapat diketahui titik akhir dari proses titrasi.
- Alat titrasi berupa buret, klem, statif dan Erlenmeyer.
Adsorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.

88
Penyerapan adalah suatu peristiwa penyerapan suatu unsur ke dalam unsur
lain sehingga bercampur atau menggantikan unsur yang lama. Sedangkan
penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan (zat
penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film zat dan
akhirnya terjerap absorbat pada permukaannya.
Dalam percobaan ini didapat nilai R untuk asam asetat pada orde 1 R2 =
0,558, pada orde 2 R2 = 0,486, pada orde 3 R2 = 0,471. dari nilai R yang
didapatkan yang paling mendekati angka 1 adalah nilai orde 1. dengan demikian
kinetika adsorpsi yang berlangsung antara asam asetat dengan karbon aktif
(ziolite) dalam percobaan ini berlangsung pada orde 1.

4.5 Grafik
4.5.1 Grafik orde 1

Grafik orde 1 (Ln c vs t)


-1.4
0 10 20 30 40 50 60
-1.45

-1.5
Ln c

-1.55

-1.6

-1.65

-1.7
t (menit) y = -0.0048x - 1.3904
R² = 0.4995

89
4.5.2 Grafik orde 2

Grafik orde 2 (t vs1/c)


6

4
1/c

3 y = 0.0223x + 3.9907
R² = 0.4864
2

0
0 10 20 30 40 50 60
t (menit)

4.5.3 Grafik orde 3

Grafik orde 3 (t vs 1/c2)


35
30
25
20
1/c2

15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
y = 0.2079x + 15.679
t (menit) R² = 0.4713

90
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa:
- Adsorpsi adalah perostiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul.
Sedangkan bila penyerapan sampai kebawah permukaan disebut
absorpsi.
- Konsentrasi asam asetat setelah diadsorpsi selama 10 menit yaitu 0,243
M, selama 20 menit yaitu 0,214 M, selama 30 menit yaitu 0,235 M,
selama 40 menit yaitu 0,186 M, dan selama 50 menit yaitu 0,205 M.
- Factor-faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi antara lain:
macam adsorben, macam zat yang diadsorpsi, konsentrasi adsorben,
luas permukaan, temperature dan tekanan.
- Nilai K secara praktek pada orde 1 yaitu 0,004;orde 2 yaitu 0,022; dan
pada orde 3 yaitu 0,1035.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan juga adsorben lain
seperti silika gel.

91
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


Brady. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Keenan.1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta.

92

Anda mungkin juga menyukai