Weleh Weleh
Weleh Weleh
SASARAN PEMBELAJARAN
di
sekitar
tempat
dokter
praktik
dan
berpotensi
dapat
Topik Tree
Penyidik
Dokter
Korban
Penuntut Hukum
Tanda sekunder
Sebab kematian
a. Lebam mayat
Pembunuhan
b. Kaku Mayat
Bunuh diri
c. Penurunan suhu
Penembakan, dll.
d. Pembusukan
e. Adiposa
f. Mumifikasi
Hasil pemeriksaan
Hakim
Judul Kuliah
Introduksi Modul XXII
Autopsi
Bagian
MEU
Ilmu Kedokteran
Pemberi Kuliah
Dr. Chairul Zulfi, M.Si
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
3.
Tanatologi
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
4.
Visum et Repertum
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
Traumatologi Forensik
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
6.
Cause of Death
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
7.
Informed
Conset
dan
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Chairul Zulfi, MSi
8.
Rekam Medik
Hubungan
Dokter
dan
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
5.
9.
Pasien
Perlindungan Hukum dalam
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
10.
praktek kedokteran
Organisasi Kesehatan
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
11
Sumpah Dokter
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
12.
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
FINASIM
dr. Arif Fadillah, Sp.PD-
13.
prosedur
Asfiksia Mekanik
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
FINASIM
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
14
Toksikologi
Kehakiman
Ilmu Kedokteran
SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,
15.
Pleno
Kehakiman
Penangung Jawab
SH SpF
Dr. Chairul Zulfi, MSi
Modul
Ad. 2 Diskusi Tutorial
Pra tutorial
1. Mempelajari dengan seksama modul ini termasuk TIU dan TIK
2. Jika ada materi yang tidak jelas mohon ditanyakan pada dosen pengampu
(nama, no telfon setiap dosen pengampu terlampir)
3. Membuat rencana pembelajaran
4. Membuat tabulasi penyakit penyakit yang menyebabkan produksi kurang
dan menghubungkannya dengan kata kunci
5. Mengecek kelengkapan ruang tutorial
Tutorial tahap 1
1. Membantu mahasiswa menunjuk ketua dan sekertaris kelompok
2. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu :
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
(tanpa tutor),
melakukan curah
7. Mengikuti kuliah khusus (kuliah pakar) dalam kelas untuk masalah yang
belum jelas atau tidak ditemukan jawabannya..
8. Melakukan praktikum di laboratorium Anatomi dan Histologi.
9. Melakukan latihan di Laboratorium Keterampilan Klinik
Dalam semua aktivitas mahasiswa diharuskan memakai Name tag dan
mematuhi semua tata tertib yang ada.
PROSES PEMECAHAN MASALAH
Dalam diskusi kelompok, mahasiswa memecahkan problem yang terdapat dalam
skenario ini, dengan melakukan 7 langkah di bawah ini :
1. Klarifikasi
pertanyaan mendasar.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan brain storming menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas.
4. Urutkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
5. Tentukan tujuan pembelajaran selanjutnya yang ingin dicapai oleh mahasiswa
atas kasus di atas.
Langkah 1 sd 5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor.
6. Cari informasi tambahan tentang kasus di atas di luar kelompok tatap muka.
Langkah 6 dilakukan dengan belajar sendiri-sendiri atau diskusi berkelompok
tidak dengan tutor.
7. Laporkan
hasil diskusi
dan sintesis
ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok diskusi dengan tutor.
Bila pada pelaporan masih ada pertanyaan-pertanyaan yang masih
membutuhkan informasi baru maka proses 6 diulangi lagi dan seterusnya.
10
Penjelasan :
informasi yang diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses
6 bisa diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah diatas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah
informasi dirasa cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang
biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk
bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.
Jadwal Kegiatan
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor,
mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 15-17
orang tiap kelompok.
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara
menyelesaikan modul, dan membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan
pertama buku modul dibagikan.
2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih
menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor Tujuan :
*
Pembagian tugas
11
menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau
kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada
pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai
urutan yang tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan
tentang salah satu penyakit yang memberikan gambaran seperti pada skenario
yang didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan
penyajian dan laporan lengkap.
8. Pertemuan terakhir: laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masingmasing mahasiswa.
Ad. 3. Skill Lab
Skill Lab dilakukan di ruangan skill lab yang terkait dengan modul I, dimana
setiap kelompok akan di bimbing oleh 1 orang instruktur yang telah ditunjuk.
Skill lab dalam modul I terdiri sebanyak 5 kali dimana sklil lab dimulai pada
minggu pertama modul I dan berakhir padan minggu ke lima modul I.
Minggu
Ke-II
Jenis
Demo
Belajar Mandiri
Evaluasi
Demo
Waktu
KLP
2x50 menit
10 Klp
2x50 menit
Ke-III
Ke-IV
12
Belajar Mandiri
Evaluasi
Demo
10 Klp
10 Klp
Ke-V
Pasien Safety
Belajar Mandiri
Evaluasi
Demo
Belajar Mandiri
Evaluasi
2x50 menit
2x50 menit
10 Klp
Nama
1.
Dr. Arief
fadillah,
2.
FINASIM
Dr. Chairul Zulfi, M.SI
Bagian
Sp.PD
ILMU PENYAKIT
DALAM
MEU
13
HP
08126914937
081688889
3.
KURIKULUM/MEU
085260044239
PENILAIAN
Modul ini mempunyai kompentensi sedang dengan penilaian :
1.
2.
SKENARIO 1
Korban Genk Motor
Pada suatu malam di sebuah tempat yang sangat gelap, Tn. Ziyaudin, 24 tahun
melewati sebuah jalan raya dan melihat perkelahian oleh sekelompok genk motor
14
15
Tanatologi
Forensik
PostMortem
Antenatal Care
16
17
AUTOPSI
18
19
Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri,
dan sedini mungkin.
3. autopsy Anatomi
dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa
kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia, untuk autopsy ini
diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau keluarganya. Dalam
keadaan darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya
maka tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk autopsi anatomi.
TIPE AUTOPSI
Berdasar konvensi medik dan system legal dari negara-negara, secara umum ada 2
tipe autopsi yaitu :
1) Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian karena
bencana alam atau yang berhubungan medis dan operasi, kematian industri
dan lain-lain
2) Autopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada investigasi
polisi, kematian ini terdiri dari pembunuhan , pembunuhan orang dewasa,
pembunuhan bayi dan kategari lain dari berbagai macam hukum yang
berbeda.
Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan tempat lain
dalam sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi harus dilatih dan
berpengalaman. Beberapa negara dibedakan praktisi forensik patologi dengan
orang yang mengajar di Universitas sehingga tidak mudah untuk menjadi pengajar
yang baik dan dapat dipercaya kecuali jika praktek langsung pada subjek.
Medikolegal autopsi oleh dokter tidak terlatih tidak menguntungkan sangat
penting untuk mendukung berjalannya hukum dan administrasi keadilan.
Dasar Hukum
20
21
Banyak aspek dari autopsi pada setiap kematian, hal ini akan dibahas berdasarkan
semua hal yang bermakna dari barang. Tujuan dari Sebuah Autopsi :
a. Membuat identifikasi dari tubuh memperkirakan ukuran, fisik dan
perawatan
b. Menetapkan sebab kematian
c. Menetapkan cara kematian dan waktu kematian yang penting dan mungkin
d. Untuk mendemonstrasikan segala kelaian luar dan dalam, malformasi dan
penyakit
e. Mendeteksi, menggambarkan dan mengukur luka luar dan luka dalam
f. Mendapatkan sampel untuk analisis, pemeriksaan mikrobiologi dan
histologi dan infestigasi penting lainnya
g. Menahan organ dan jaringan yang relevan sebagai bukti
h. Mendapatkan foto dan video untuk keterangan dan pendidikan
i. Menyediakan laporan tertulis yang lengkap untuk temuan otopsi
j. Memberikan interpretasi ahli terhadap semua yang ditemukan
k. Memperbaiki kondidi tubuh, sebelum diberikan kepada keluarga.
Persiapan Sebelum melakukan Autopsi
1. Melengkapi suratsurat yang berkaitan dengan autopsy yang akan
dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan
atau pembuatan Visum Et Repertum.
2. Jenis pemeriksaan mayat yang diminta
3. Memastikan mayat yanga akan di autopsy adalah mayat yang dimadsud
dalam surat tersebut.
4. Lebel identitas pada mayat
5. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian
selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan
jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan.
6. Memastikan alatalat yang diperlukan.
22
Bedah Mayat
Ada satu hal yang perlu dikemukan untuk meluruskan salah pengertian yang
sering dipakai banyak orang, yaitu menyamakan ilmu Kedokteran Forensik
dengan ilmu Bedah Mayat. Perkiraan demikian mungkin berangkat dari
kenyataan, bahwa bagian ilmu Kedokteran Forensik yang berada di rumah sakit
umumnya melayani pemeriksaan bedah mayat, atau karena dokter yang bekerja di
bagian Kedokteran Forensik tugas utamanya adalah melakukan bedah mayat.
Asosiasi pikiran demikian tidak benar, sebab ruang lingkup pelayanan ilmu
Kedokteran Forensik meliputi pemeriksaan orang hidup maupun pemeriksaan
jenazah dan pemeriksaan bahan yang berasal dari tubuh manusia seperti rambut,
kuku, cairan semen, darah dan lain-lain untuk kepentingan penyidikan dan
pengadilan. Dalam kenyataan seharu-hari terlihat jumlah pemeriksaan korban
hidup yang dilayani dokter jauh lebih banyak dibanding pemeriksaan jenazah.
Oleh karena itu pemikiran bahwa ilmu Kedokteran Forensik sama dengan ilmu
Bedah Mayat, atau bagian Kedokteran Kehakiman sama dengan bagian Bedah
Mayat harus dikesampingkan.
Lintas Disiplin
Ilmu kedokteran forensik adalah ilmu lintas dispilin. Pada dasarnya ilmu ini hadir
untuk membantu proses hukum dan keadilan. Proses hukum ini dimulai dari
adanya korban. Untuk dapat membuktikan telah terjadi tindak pidana, penyidik
memerlukan bukti atau kebenaran material. Karena kekerasan terjadi pada
manusia, maka diperlukan bantuan ahli (dokter) untuk memeriksa korban.
Hasil pemeriksaan ini yang di Indonesia disebut Visum et Repertum (VeR)
diserahkan oleh dokter kepada penyidik yang akan menggunakannya sebagai
petunjuk atau pedoman dalam mengusut dan menyidik perkara tersebut. Bila
penyidik yakin telah terjadi tindak pidana, maka berkas perkara disampaikan
kepada jaksa, di antaranya VeR yang akan berperan sebagai alat bukti yang sah
oleh jaksa, pembela dan hakim.
Pada keadaan lain dokter diperlukan sebagai saksi ahli di sidang pengadilan
sehubungan dengan VeR yang dibuatnya atau sebagai saksi ahli karena
pengetahuannya di bidang Kedokteran.
Lingkup Pelayanan
Ternyata pelayanan di bidang medikolegal dalam beberapa kasus masih
diperlukan displin lain. Di bidang kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup
Patologi Forensik, Psikiatri Forensik, Toksiklogi Forensik, Antrpologi Forensik,
Odontologi Forensik dan Radiologi Forensik. Juga jurusan biologi yang dekat
23
dengan ilmu Kedokteran yaitu Entomologi Forensik yang dalam 2 dekade terakhir
menunjukkan peranan yang meningkat.
Yang dimaksud dengan Patologi Forensik adalah pengetahuan tentang
pemeriksaan kelainan pada jaringan tubuh oleh karena kekerasan atau mati tibatiba untuk kepentingan peradilan. Psikiatri Forensik adalah tentang pembuktian
adanya kelainan jiwa pada tersangka. Toksikologi Forensik adalah peristiwa
keracunan yang berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang
sudah lama berperan adalah cabang ilmu Kedokteran yang banyak membantu
dalam pemeriksaan korban atau jaringan tubuh menggunakan pengetahuan dan
teknologi radiologi. Odontologi Forensik adalah penggunaan pengetahuan ilmu
Kedokteran Gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan terutama dalam
identifikasi. Entomologi Forensik adalah pengetahuan tentang serangga yang
berguna untuk masalah forensik. Semua disiplin ilmu ini bila dihubungkan dengan
ilmu Balistik, ilmu Kimia, ilmu Fisika dan lain-lain yang digunakan untuk
kepentingan hukum dan peradilan, berada di bawah bendera forensic sciences.
Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang kedokteran Forensik adalah
dalam rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :
1. Apa yang terjadi (what)
2. Siapa yang terlibat (who)
3. Dimana terjadi (where)
4. Kapan terjadi (when)
5. Bagaimana terjadinya (how)
6. Dengan apa melakukannya (with what)
7. Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why)
Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan
dengan mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup.
Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi:
1. Melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebab-sebab
kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan
untuk mencari peristiwa apa sebenarnya yang telah terjadi,
2. Identifikasi mayat,
3. Meneliti waktu kapan kematian itu berlansung time of death
4. Penyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan
terhadap anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga,
5. Pelayanan penelusuran keturunan,
6. Di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada
bidang kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan driving under
drugs influence. Bidang ini di Jerman dikenal dengan Verkehrsmedizin
Hukum Kesehatan
Ilmu Kedokteran Forensik harus dibedakan dari ilmu Hukum Kedokteran dan
Hukum Kesehatan yang berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini,
24
25
26
1. Perakara pidana
2. Perkara perdata
Perkara Pidana
Perkara pidana adalah perkara yang menyangkut kepentingan dan ketentraman
masyarakat dimana pihak yang berperkara adalah antara jaksa penuntut umum
mewakili negara dengan tertuduh.
Proses peradilan pidana terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap I Penyidikan oleh
penyidik, tahap II Penuntutan oleh penuntut umum dan tahap III Mengadili
perkara oleh hakim.
Penyidikan dimulai dari penyidikan oleh penyidik yaitu seluruh pejabat
kepolisian. Penyidik dapat melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mencari
dan menentukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidak dilakukan penyidikan. Jika penyelidik yakin adanya
peristiwa pidana, maka tindakan selanjutnya dalah membuat dan menyampaikan
laporan kepada penyidik. Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari
dan mengumpulkan bukti-bukti sehingga perkaranya menjadi jelas dan
menemukan tersangka.
Keterlibatan ahli (pemeriksaan dokter dalam perkara yang berkaitan dengan
kekerasan pada manusia) untuk membantu penyidik sangat penting yaitu sebagai
kompas dalam mengarahkan penyidikan. Sesudah bahan penyidikannya cukup,
maka penyidik akan melimpahkan berkas-berkasnya kepada penuntut umum
untuk dipelajari, bila belum lengkap maka penuntut umum akan meminta
penyidik untuk melakukan pemeriksaan tambahan disertai petunjuk yang
diperlukan agar proses untuk penuntutan dapat dilaksanakan. Setelah penuntut
umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan, maka segera
menentukan dapat tidaknya melimpahkan berkas ke pengadilan untuk proses
hukum lebih lanjut. Penuntut akan akan membuat surat dakwaan secepatnya.
Hakim berdasarkan alat-alat bukti yang sah mencari kebenaran materiil atau
kebenaran sesungguhnya agar peristiwa pidana tersebut menjadi terang dan
meyakinkan atau sebaliknya. Kehadiran saksi ahli di sidang pengadilan mungkin
diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang pemeriksaan yang telah
dilakukannya (visum et repertum) atau tentang pengetahuan di bidang yang
dikuasainya yang diperlukan hakim.
Perkara Perdata
Perkara perdata adalah perkara antar pribadi atau badan hukum yaitu antara
penggugat dengan tergugat. Inisiatif berperkara datang dari pihak yang merasa
dirugikan. Penggugat dan tergugat dapat diwakili oleh pengacara. Untuk
memenangkan perkara maka pihak penggugat dan tergugat dapat mengemukakan
27
dalil-dalil dan bukti-bukti yang diusahakannya sendiri. Tugas hakim yang pertama
adalah menasehati kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara di luar
pengadilan, sebab prosesnya bisa berlangsung lama, birokratis, biaya mungkin
besar, dan keputusannya dapat mengecewakan satu atau mungkin kedua belah
pihak. Hakim dalam memutuskan perkara akan berpegang kepada kebenaran
formal. Sistem pembuktian cara ini digolongkan dalam pembuktian positif.
Peranan ahli (termasuk dokter) adalah membantu para pihak mendapatkan buktibukti atau dalil-dalil yang menguatkan gugatan atau mematahkan gugatan.
Pada proses hukum pidana maupun perdata dapat dilihat bahwa keduanya
memerlukan bantuan ahli baik dalam memeriksa maupun memberi keterangan
dan penjelasan secara medis.
28
sebab dokter mempunyai banyak bahan yang dapat dipakai sebagai petunjuk.
Biasanya pemeriksaan lebih lanjut dilakukan di Medical Examiner office atau
gedug pemeriksaan. Di dalam sistem atau kantor ini terdapat semua tim yang
diperlukan untuk menyelidiki peristiwa seperti pemeriksaan autopsi, Kimia
Forensik, Toksikologi, Balistik dan lain-lain.
3. Sistem Continental
Sistem cotinental adalah sistem yang umumnya dipakai di darata Eropa dan
juga dianut di negara kita sebagai warisan penjajahan Belanda. Pada sisitem
ini yang menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan bedah mayat
adalah polisi (penyidik) atau dalam hukum acara pidana yang lama (RIB)
adalah magistrat (pegawai penuntut umum). Pada sistem ini orang yang mati
karena kekerasan atau mencurigakan sebabnya, dikirim oleh yang berwenang
ke rumah sakit setempat, jadi pada sistem ini dokter menunggu di rumah sakit.
Sistem ini sampai sekarang masih dipakai di Indonesia.
Hukum Kedokteran Forensik
1. Hukum kedokteran/Medical Law adalah Hukum mempelajari hubungan
yuridis
dimana seorang dokter merupakan bagian dari hokum (Health Law), antara
Dokter dan pasien dan berhubungan dengan Hukum pidana.
2. Hukum Kedokteran Forensik/Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensic
Nadicine) Ialah mempelajari Hukum Kedokteran Kehakiman dalam proses
peradilan.
3. Ilmu kedokteran Jiwa Kehakiman (Psychiatri Forensic) Mempelajari Tentang
gangguan Jiwa Hubungannya dengan pasal 44 KUHP.
4. Hukum Kesehatan (Health Law) ialah Hukum yang mempelajari berkaitan
dengan
pemberian perawatan dan penerapannya pada hokum perdata, pidana dan
hokum
administras dan sebaginya.
Hukum kesehatan meliputi:
1. Hukum kedokteran/Medical Law.
2. Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensik Nadicine)/(Legal Medicine)/
(Medical Yurisprudenc).
29
30
Dalam hal keadaan yang sangat mendesak di mana penyidik harus memerlukan
surat izin terlebih dahulu.tampa mengurangi ketentuan ayat 1, penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untik itu wajib melaporkan
segera kepengadilan setempat guna mendapat persetujuan.
Ketentuan Hukum di Tingkat Pendidikan
Ditingkat pendidikan, wewenang penyidik minta bantuan kepada dokter maupun
ahli lainya dijelaskan KUHAP pasal 133. bila tidak ada penyidik maka sesuai
KUHAP pasal 10, wewenang dilaksanakan oleh penyidik bantu. Penyidik dan
penyidik Bantu di atur dalam KUHAP pasal 6 sampai 10.
KUHAP pasal 6
1.
Penyidik adalah:
1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia.
2. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
2.
Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimadsud dalam ayat (1)
akan diataur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pejabat polisi negara yang menjadi penyidik adalah pejabat polisi tertentu yang
ditunjuk untuk itu dengan pangkat serendah rendahnya pembantu letnan dua
(pelda). Penyidik umumnya adalah kepala polisi sector (Kapolsek atau
Kapolsekta) atau kepala kepolisian resort (Kapolres).
Yang dimadsud dengan penyidik pegawai negri sipil (polisi kusus) adalah pejabat
bea dan cukai, imigrasi, kehutanan dan kereta api yang diangkat berdasarkan surat
keputusan Kapolri. Penyidik pegawai negri sipil mempunyai wewenang sesuai
ketentuan undang undang didaerah hukumnya masing-msing, namun dalam
pelaksanaan tugasnya tetap dibawah orgaanisasi dan pengawasan penyidik
kepolisian. Pejabat pegawai negeri sipil ini biasanya tidak lansung meminta
pemeriksaan korban kepada dokter.
KUHAP pasal 7
Penyidik POLRI karena kewajibanya mempunyai wewenang
1. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tetntang adanya tindak pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tada pengenal diri
tersangka
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
5. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memnaggil seseorang untuk didengar dn diperiksa sebagai tersangka atau
saksi
31
32
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atas
pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimadsud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
Pasal ini menjelaskan bahwa bedah mayat hanya dilakukan bila sangat diperlukan
yaitu bila tidak mungkin dihindari. Artinya pilihan utama penyidik adalah
;pemeriksaan luar mayat saja. Ini sebetulnya bertentangan dengan prinsip ilmu
kedokteran dalam menentukan sebab kematian. Dari pandangan dokter sebab
kematian hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar dan dakam jenazah.
Ini juga bertentangan dengan intruksi Kapolri no:Ins/E/20/IX/75 tentang tatacara
permohonan/ pencabutan visum et repertum, yang menyebutkan bahwa dengan
visum atas mayat harus berdasarkan pemeriksaan luar dan dalam. Intruksi ini
dijelaskan pada pasal 3 dan pasal 6.
Pasal 3
Dengan visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sedekah
tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan
pemeriksaan luar saja.
TANATOLOGI (THANATOLOGY)
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai
dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan
teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara
buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang
otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.
Tanatologi ini berguna dalam :
1. Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
2. Menentukan lama korban telah mati, dan
3. Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.
33
4. Mati serebral
5. Mati otak (batang otak)
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu kedoktran forensic yang mempelajari tentang
hal-hal yang ada hubungannya denga kematian dan perubahan yang terjadi setelah
seseorang mati dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
1. Mati somatic
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan secara
menetap (ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan
pernapasan dan suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh
alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami
mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai
kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam,
dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau
penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian
pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis
hingga 20 jam paska mati.
Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen,
spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis,
kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk
transfusi sampai 6 jam pasca-mati.
4. Mati serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Untuk dapat memastikan bahwa aktifitas otak telah berhenti secara tepat dan
cepat, yaitu bila dikatkan dengan kepentingan transplantasi, ialah dengan
melakukan pemeriksaan dengan elektro ensefalografi, dimana akan terlihat
mendatar selama 5 menit
Mati otak (batang otak)
34
35
36
37
Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan
sebagainya. Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh
kegagalan sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan
oksigen dapat terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).
Asphyxial injuries dapat dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu:
1.
2.
Strangulation (pencekikan)
Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan
jalan napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini
menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan
atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada
arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.
3.
Hanging (penggantungan)
Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas,
kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral
karena sumbatan pada arteri karotis dan vertebralis, syok vagal karena tekanan
pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut, dan
fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang menekan medulla
oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan.
4.
Drowning (tenggelam)
38
Keracunan
Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika.
Patofisiologi
Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan asfiksia adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran udara pernapasan.
2. Penurunan kadar oksigen (O2) dalam darah (hipoksia).
3. Peningkatan kadar karbondioksida (CO2) dalam darah (hiperkapnea).
4. Penurunan suplai oksigen (O2) ke jaringan tubuh.
Kerusakan akibat asfiksia disebabkan oleh gagalnya sel menerima atau
menggunakan oksigen. Kegagalan ini diawali dengan hipoksemia. Hipoksemia
adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Manifestasi kliniknya terbagi dua
yaitu hipoksia jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh. Tingkat kecepatan
rusaknya jaringan tubuh bervariasi. Yang paling membutuhkan oksigen adalah
sistem saraf pusat dan jantung. Terhentinya aliran darah ke korteks serebri akan
menyebabkan kehilangan kesadaran dalam 10-20 detik. Jika PO2 jaringan
dibawah level kritis, metabolisme aerob berhenti dan metabolisme anaerob
berlangsung dengan pembentukan asam laktat. Tanda dan gejala hipoksemia
dibagi menjadi 2 kategori yaitu akibat ketidakseimbangan fungsi pusat vital dan
dan akibat aktivasi mekanisme kompensasi. Hipoksemia ringan menyebabkan
sedikit manifestasi yaitu gangguan ringan dari status mental dan ketajaman
penglihatan, kadang-kadang hiperventilasi. Hal ini karena saturasi Hb masih
sekitar 90% ketika PO2 hanya 60 mmHg.Hipoksemia yang lebih berat bisa
menyebabkan perubahan kepribadian, agitasi, inkoordinasi otot, euphoria,
delirium, bisa sampai stupor dan koma.
39
SKENARIO 2
MAHASISWA YANG MALANG.......
Beberapa waktu lalu seorang mahasiswa Aceh bernama M. Fuad Ramadhan di
medan yang menghebohkan akibat di hajar oleh sekelompok pria yang berprofesi
sebagai tentara, Akibat kejadian tersebut seluruh tubuh Fuad mengalami memar
dan kebiruan sehingga membuat Fuad tak sadarkan diri dan di bawa ke rumah
sakit.
Menurut pemeriksaan dokter Andi bahwa Fuad mengalami Luka Abrasi di
punggung kanan, Kontusio di daerah pelipis serta beberapa Laserasi di pipi kanan
dan kepala bagian belakang. Selain itu fuad mengalami perdarahaan hebat akibat
luka firearm wound di dada bagian kanan yang diprediksikan sekitar 15 meter
sehingga Fuad perlu dilakukan operasi emergency untuk mengeluarkan peluru
mengingat keadaan umum Fuad yang semakin menurun.
Setelah operasi selesai. keadaan Fuad mengalami stabil dan mulai sadarkan diri,
Mengetahui hal tersebut keluarga Fuad tidak bisa menerima anaknya diperlakukan
seperti itu, dan langsung meminta dokter untuk membuat Laporan terhadap
kejadian tersebut. Tetapi dokter menolak untuk dilakukan Visum. Sehingga
keluarga tersebut merasa bahwa dokter takut terhadap kelompok pria yang sudah
memukuli anaknya tersebut.
40
Visum
Abrasi
Kontusio
Laserasi
Firearm wound
41
42
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ). Sebagai bahan pegangan untuk tutor dapat
dilihat pada tulisan berikut.
TRAUMATOLOGI FORENSIK
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus
forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar
atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam
beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.
A.TRAUMA MEKANIK
1. Trauma Tumpul
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
a. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
b. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut
terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.Organ atau jaringan pada
tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau
alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
43
44
45
bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan
regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi.
Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu
atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan
swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan
tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari
darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau
membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan
jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali
tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.
Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan
selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,
rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti
luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan
lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan
ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus
menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan
kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan
kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka
masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan
terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian
maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah
laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga
dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi
pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi
organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya
dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi
bersamaan pada satu pukulan.
4. Fraktur (patah tulang)
46
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya
memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi
fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa
faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak,
sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat
menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang
tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana
dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. Pada kasus dimana tidak terlihat
adanya deformitas maka untuk mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan
pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero
radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur. Fraktur
mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat
menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah
kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami
penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan
tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan
menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh,
dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan
akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur
dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi
yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi
seperti tulang aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub
periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ
tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah
terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran
darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi
kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai
meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding
dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala
pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan
dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres
pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat
menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak merupakan tanda
antemortem dari sebuah fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi
tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat
membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya.
Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat
terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.
47
5. Kompresi (tekanan)
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal
maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat
tidak terjadi pertukaran udara.
6. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi.
Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna.
Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi
berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok
yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada
ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan
terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka
pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau,
perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri
besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk
dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah
sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang
berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi
perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat
menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang
dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang
yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki
mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki
perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh
perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari
penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau
memperberat situasi perdarahan.
A. Cedera Kepala
A.Cedera Kepala pada Penutup Otak
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut
duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat
berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan
dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini
penting dalam bidang forensic
Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat
rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan
ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik.
48
Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut
arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini
disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu
diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural
atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.
B. Perdarahan Epidural (Hematoma)
Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak.
Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian
dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri
terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong
lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas. yang
terdorong ke dalam, otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya
menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap
mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak
dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala
sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut
sebagai lucid interval
C. Perdarahan Subdural (Hematoma)
Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah
berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi
pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung
perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan
epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan
pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan
subdural yang fatal.
Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa
kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan
kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan.
Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk
dekompresi otak.
Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan
pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap
meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah
mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya
jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali,
pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan
terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini
bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap
individu sendiri.
49
50
B. Kontusio otak
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.
Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya
pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan
adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran
kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema
otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma,
dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah
penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang
akan menyebabkan adanya fokus epilepsi. Yang harus dipertimbangan adalah
lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang
terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan
komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.
51
Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol
bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi
dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya
terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak
mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit
kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda
yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada
tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio
contra-coup.
Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari
semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai
dengan demontrasi yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang
terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang
diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai
benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur,
membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah
putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil
atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball hemorrhages sesuai dengan
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk
ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis
yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma
kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus
lain yang menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak
berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang
dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.
Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya
mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi
eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah
muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat
tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis.
Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
C. Pola trauma
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :
52
1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan
menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,
kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan
fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya
fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di
pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.
Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk
mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya
pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada
satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh
sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang
kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari
luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di
depan gigi geligi.
1.2. TRAUMA TAJAM
Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet
menyebabkan luka yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas
di bawah ini :
A. Luka sayat (incised wound)
Luka insisi/sayat disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau
atau silet. Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan
dalam. Panjang dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam,
kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini
yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya yang rata.
B. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah
satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau
bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.
Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang
sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk
dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis
53
tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi
paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi.
Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
1.
2.
3.
4.
5.
54
tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang
dengan pasangannya.
C. Luka Bacok (chopped wound)
Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan
menggunakan instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak
kecil, atau parang. Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk
tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi
tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin tajam instrument makin
tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh instrument tajam
yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi
lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat
penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen
pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat
dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan
cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau
menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di
bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan
menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat
membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan tulang yang hebat tidak pernah
disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan diakukannya
pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata.
Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan
pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-kaki luka bacok.
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan.
Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk
yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang
menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang dengan
keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen dicabut,
dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan hatpins diakui
dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada
pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh
karena luka tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan
yang sama yang disebabkan luka tembak.
Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka
tusuk, lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya
dipakai jarak jauh, pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan.
Potongan tajam gelas, botol pecah, dan objek gelas lain yang tajam terkdang
dipakai sebagai senjata untuk merobek atau menusuk. Pisau bedah, jarum jahit,
dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang mematikan.
Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh
instrumen tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata
55
dua atau sejata sejenis digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan
sudut tajam atau robekan dengan kaki-kaki bersudut akut. Senjata bermata satu
seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut tajam dan yang satunya
tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi perkiraan ciriciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting nilainya
apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara
lebih akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk
menilai apakah senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan
dibawahnya. Beberapa individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh
diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan
robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai
oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat
menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.
Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan
memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. tanda percobaan adalah
insisi dangkal, luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal
oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali
terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan
tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka
tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan,
luka bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan
menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau kematian.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan.
Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang
ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari
ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen tajam.
Jelas bahwa tanda percobaan merupakan ciri khas bunuh diri dan tanda
perlawanan menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir
bahwa luka lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher,
disebabkan oleh penyerang pada kasus pembunuhan. Luka lecet multipel di
lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda perlawanan, namun
tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan dan percobaan
yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan
seksama.
Pemeriksaan untuk ketiga luka diatas:
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak
boleh dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga, sebab pada banyak kasus
ada kecendrungan korban memperbesar keluhannya dengan maksud
mendramatisir perlukaan untuk kepentingannya.
56
jumlah luka2
2.
lokasi luka
3. arah luka
4. ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
5. jenis kekerasan
6. bentuk alat
7. kualifikasi atau derajat keparahan luka
8. medikolegal luka
9. luka ante-mortem atau post-mortem
lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah yang berdekatan
dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah
tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain-lain. Bentuk luka sebaiknya
dibuat dalam bentuk sketsa untuk menggambarkan kerusakan permukaan kulit,
jaringan dibawahnya dan bila perlu organ dalam (visera). Luka diukur secara tepat
(dalam milimeter atau sentimeter), tidak boleh dalam ukuran kira-kira saja. Bila
ada keraguan apakah luka terjadi ante-mortem atau post-mortem maka jaringan
luka diambil untuk pemeriksaan mikroskopik.
Bila timbul pertanyaan dari hakim apakah suatu alat yang ditunjukan dalam
sidang pengadilan yang menyebabkan luka pada korban, maka jangan sekali-kali
menjawab dengan pasti., sebab mungkin saja ada alat lain yang dapat
menyebabkan luka yang sama sifatnya. Walaupun memang terdapat hubungan
antara bentuk alat dan luka yang terjadi.
Kualifikasi luka
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter menentukan juga derajat
keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kwalifikasi luka. Ini
sebagai usaha untuk membantu yudex facti dalam menegakkan keadilan. Perlu
diingat bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian
57
medis yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis
dalam visum oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter
tidak mungkin menentukan apakah itu karena perbuatan penganiyaan atau tidak,
apalagi menentukan penganiyaan atau bukan adalah hakim dengan
menghubungkan dengan alat bukti yang lain.
Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter
dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami
korban pada waktu atau selama perawatan yang dilalukannya.kualifikasi luka
yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka ringan,
sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak
menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian.tidak menggangu
kegiatan sehari-hari.sedangkan luka berat harus disesuiakan dengan ketentuan
undang-undangyaiti yang diatur dalam KUHP pasal 90. luka sedang adalah
keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat.
58
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau
menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh
diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak
tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak
dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa
ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan oleh senapan dan pistol,
termasuk juga revolver dan pistol otomatis.
b. Luka tembak tempel
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong
anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang
keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya,
yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap. Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru:
(1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu;
(2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan
(3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.
Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar
memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat
dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan
kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan
suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua
yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di
sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di
jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang
dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi
yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.
c. Luka Tembak Jarak Dekat (near wound) dibawah 15 cm
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah
adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga
tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang
terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka
tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar
tepi luka dan disepanjang saluran luka. kelim tato yang biasa tampak pada luka
59
jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek
penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit
secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya
rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena
sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan
sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar
dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.
d. Luka Tembak Jarak Sedang
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang
tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona
kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan
kecil.
Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.
Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam,
tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk
pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,
menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan
lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan
lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal.
Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama,
amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat
yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.
Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat
dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak
tembak melebihi 4-5 kaki.
e. Luka tembak jarak jauh (distad wound) diatas 70 cm
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya
anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada
disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat
dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka
compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular
maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.
60
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan
perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan
terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak.
Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga
dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil
pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak
jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga
atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah
tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat
berakibat serius terhadap penyelidikan.
f. Luka Tembak Keluar
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak
keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi.
Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit
pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka
bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang
disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan
luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak
keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada
luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang
digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah
kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian,
pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat
pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat
keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada
objek yang keras.
Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan
ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam
tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang
kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan
kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya
telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.
61
Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini
sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada
tangan terjadi ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang
pelatuk senjata. Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada
korban penyerangan atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering
ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah
membersihkan percikan tersebut. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki
atau bagian bawah yang lain dari korban.
2. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa
menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau
bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder senjata bisa
menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang digunakan. Percikan
bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban.
3. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga
dan bubuk mesiu korban bunuh diri.
j. Residu senjata api
Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap
inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu senjata api dengan sudut
pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan mengartikan residu dengan
menghubungkan yang tersisa di tangan penyerang dengan senjata api penyerang.
Sedangkan ahli senjata lebih tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan
senjata api yang digunakan. Ahli patologi forensik menguraikan antara residu
yang terdapat pada tubuh korban dan luka tembak yang ditemukan.
Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi
identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi
yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.
62
Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi
akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat
setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal.
Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan
forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh
pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan.
Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai
sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu
peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit
dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal,
tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa detail mengenai keberadaan residu
pada luka tembak dalam atau luka tembak luar pada bagian tubuh korban yang
telah mengalami pembusukan.
k. Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka
Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada
kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi
forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan
bahwa memang kematian disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik
juga mendemonstrasikan hubungan residu yang tertinggal dengan korban melalui
bahasa tubuh (gesture) korban yang bertahan atau terdapat perlawanan korban
terhadap kontrol senjata api.
m. Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk
luka
Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga,
minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga
yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa
material primer dan partikel metal yang telah menguap yang berasal dari peluru,
jaket, atau selongsong peluru.
Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka
(pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api
apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan,
residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna
kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang
terbaik adalah dengan mengambil bagian sekeliling kulit yang rusak akibat
tembakan, dan termasuk lapisan subkutan dan mungkin jaringan yang lebih dalam
lagi untuk menemukan bubuk mesiu. Hal ini sangat baik dilakukan dengan
mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk
membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar pada tubuh yang sudah
membusuk atau berubah karena dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak
dekat atau jarak jauh, dan luka oleh kaliber 22.
63
Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik
ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa
dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini
teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja
pada jaringan yang masih baru (fresh).
Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak,
pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray
akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah
yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun
selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.
Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi
akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit,
karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada
jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan hemoglobin darah dan
mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan karboksimioglobin.
n. Deskripsi luka senjata api
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup,
deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang
utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka,
membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian
membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran
luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua kondisi gawat darurat
dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban
untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk
pasien hidup terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
lokasi luka
ukuran dan bentuk defek
lingkaran abrasi
lipatan kulit yang utuh dan robek
bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
tattoo, jika ada
bagian yang ditembus/dilewati
titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing
dan susunannya
9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan
rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan
gawat darurat atau pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat
perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada
64
pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin
sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup
dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka
sebenarnya.
Identifikasi senjata api
Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api mana
peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi.
2. ASPEK MEDIKOLEGAL
Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan?
Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan adalah merupakan permasalahan yang
harus dapat dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter dan khususnya oleh
penyidik. Kejelasan tersebut memang diperlukan dan harus diusahakan oleh
karena baik kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan membawa implikasi yang
berbeda-beda, baik ditinjau dari sudut penyidikan maupun dari sudut proses
peradilan pada umunya.
A. Kematian karena kecelakaan
Kematian karena kecelakaan (accidental death) masih merupakan kasus yang
masuk didalam rung lingkup penyidikan dalam kasus kecelakaan ini penyidik
sering dihadapkan dengan kasus dimana tanda-tanda kekerasan jelas terlihat akan
tetapi tidak ada satu petunjuk pun atau tanda-tanda yang mengarahkan adanya
unsur-unsur criminal sebagai penyebab kecelakaan itu sendiri.Yang termasuk
didalam pengertian kecelakaan disini adalah:
1. Kematian yang terjadi sewaktu seseorang penderita kelainan dalam kehidupan
seksual, dan melampiaskan hasrat seksual yang tak wajar tersebut dengan cara
yang tak wajar juga.Kematian yang seperti ini disebut dengan anteoritik death.
Pada tubuh korban banyak terdapat lilitan diantaranya ada yang melingkaran alat
kelamin dan leher, bila lilitan tersebut terlambat keras korban dapat mati
lemas.Mati lemas dalam kasus ini dusebut seksual asphiixia.Keadaan di TKP
teratur dan sering dijumpai bacaan atau gambar yang bersifat pornografi, juga
tidak jarang ditemukan perlengkapan aneh-aneh yang dipakai untuk
melampiaskan hastrat seksual yang tidak wajar, dengan kata lain korban
menderita penyakit penyimpangan seksual.
2. kematian karena tergantung atau accidental hanging death,biasa terjadi pada
anak-anak, dimana anak-anak tersebut tersangkut lehernya tersangkut ditempat
tidur yang memepunyai jaruji, atau tersangkut lehernya pada percabangan pohon
yang berbentuk V.
65
66
Adanya benda-benda asing tersebut dapat dibuktikan dan nilai kasus ini tidak
ditemukan tanda-tanda kekerasan lain dapat disimpulkn bahwa cara kematian
korban adalah kecelakaan. Bila pada pemeriksaan terdapat luka-luka pada daerahdaerah yang sulit terkena benturan tanpa sengaja seperti pada daerah pelipis atau
tanda-tanda perlawanan maka kemungkinan pembunuhan cukup besar.Dalam
kasus tenggelam pihak penyidik yang paling berperan mengingat bahwa tidak
selamanya kekerasan itu meninggalkan bekas berbentuk luka.
Pemeriksaan dokter sekali lagi hanya terbatas dalam hal apakah korban mati
tenggelam atau bukan dan bila matinya karena tenggelam apakah ditemukan pula
tanda-tanda kekerasan yang dapat menjuruskan penyidik untuk melakukan
tugasnya.
B. bunuh diri atau pembunuhan
Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan di TKP,
pemeriksaan mayat, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para saksi
dan lain sebagainya.
1. pemeriksaan di TKP
Pada bunuh diri, tempat yang dipilih biasanya tersembunyi, pintu dikunci dari
dalam, keadaan ruangan tenang dan teratut rapih, alat yang sering dipakai
biasanya alat yang ada didalam ruangan itu sendiri, alat tersebut biasanya masi
ada, sering didapatkan surat-surat peninggalan yang isinya berkisar pada keputusasaan atau merasa bersalah, korban berpakaian rapih dan dalam keadaan baik.
pada pembunuhan, tidak ada tempat yang tertentu, keadaan ruang kacau balau dan
sering ada barang yang hilan, alat yang dipakai biasanya alat yang
dibawa/dipersiapkan oleh pembunuh sehingga biasanya alat tersebut tidak
ditemukan pada tempat kejadian, pakaian korban tidak beraturan dan sering
terdapat robekan dan mungkin pula dapat ditemukan surat yang bernada ancaman.
Keadaan bercak darah, pada bunuh diri darah berkumpul pada satu
tempat/tergenang, bercak yang terdapat pada pakaian distribusinya teratur mencari
tempat yang terendah tergantung dari tempat luka yang mengeluarkan darah.
Pada kasus pembunuhan, bercak atau genangan darah tidak beraturan menunjukan
arah pergerakan dari korban sewaktu korban berusaha menghindar, dapat tampak
bercak darah yang menunjukan bahwa korban diseret, bercak darah juga sering
tampak mengotori dinding terutama jika korban tersudut pada dinding.
2. pemeriksaan mayat
a. pada kasus yang menggunakan senjata tajam
pada kasus bunuh diri daerah yang dipilih adalah daerah leher, dada, perut bagian
atas atau pergelangan tangan, sering ditemukan luka-luka percobaan yang berjalan
sejajar baik disekitar luka yang fatal maupun pada bagian tubuh lain. Senjata yang
67
dipakai sering dijumpai masih dalam keadaan tergenggam ditangan korban (ingat
cadaveric spasm)
pada pembuunuhan tidak ada tempat khusus, jumlah luka lebih dari satu, adanya
luka pada bagian belakang merupakan cirri khas pembunuh, pada lengan dsan
telapak sering didapatkan luka-luka tangkis, pada beberapa kasus kadang-kadang
korban selain ditusuk juga dihantam dengan bagian tumpul dari senjata sehingga
selain luka akibat benda tajam didapatkan luka akibat benda tumpul.luka terbuka
pada daerah leher pada kasus bunuh diri umumnya berjalan seorang, dimulai dari
bagian dibawah telinga kearah bawah melewati garis pertengahan leher. Lokasi
luka apakah terletak disebelah kiri atau disebelah kanan tergantung dari cara
menggenggam senjata tajamnya, dengan demikian pada orang yang kidal lokasi
lukanya ada pada sebelah kanan sedangkan pada orang yang tidak kidal lukanya
terdapat pada sebelah kiri.
Pada kasus pembunuhan dengan memotong daerah leher, luka yang ada pada
umunya berjlan mendatar oleh karena pada umumnya pembunuh menyerang
korban dari belakang.
1. mutilasi
pada beberapa kasus pembunuhan khususnya dimana motif seksual yang menjadi
dasar didalam tidakan kejahatn tersebut, tidak jarang tubuh korban setelah
meninggal dunia dirusak, dipotong-potong menjadi beberapa bagian, tindakan
tersebut dikenal sebutan mutilasi.
Bila motif seksual yang menyebabkan korban dibunuh, maka pemotongan
tersebut biasanya pada daerah genitalia, buah dada dan kepala serta serta
pengirisan pada bagian-bagian tubuh lainnya.
Mutilasi serta perusakan tubuh korban yang telah menjadi mayat dimaksudkan
pula dengan menghilangkan identitas korban, dengan demikian penyidikan akan
menjadi sulit, dan tindakan tersebut memang ditunjukan untuk menghilangkan
jejak si pembunuh. didalam kasus mutilasi terdapat 4 masalah pokok yang harus
diperoleh kejelasan baik kepada dokter yang membuat visum et repertum dan
khususnya penyidik dalam usaha untuk mendapatkkan kelengkapan barang bukti
sehingga proses penyidik dan peralihan dapat berjalan dengan lancer.
Masalah pokok tersebut adalah:
1. apakah bagian-bagian tubuh itu memang berasal dari tubuh manusia?
2. jika bagian-bagian tubuh tersebut memang berasal dari manusia, apakah
berasal dari orang yang sama/satu individu?
3. identitasnya?
4. apa yang menyebabkan kematian?
Masalah pokok yang pertama penting harus diperoleh kejelasanya, yaitu bila
tubuh korban dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil, sehingga dengan
pemeriksaan visual biasa sukar attau tidak mungkin untuk dapat dipastikan bahwa
68
potongan tersebut berasal dari manusia. Untuk ini perlu dilakukan pemeriksaan
secara serologis, yaitu test precipitin.
Masalah pokok yang kedua tidak sulit untuk diselesaikan bila tubuh korban tidak
terlalu banyak dipotong-potong, yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan
yang teliti dari tepi/pinggir potongan tubuh dan dibandingkan dengan tepi/pinggir
potongan tubuh lainnya. Apakah cocok atau tidak, bila memang berasal dari satu
orang maka didalam melakukan rekontruksi tersebut akan didapat bentuk yang
sesuai, misalnya bagian dada ternyata cocok dengan bagian perut atau dengan
leher, pemeriksaan serologis juga dapat membantu didalam mencari kejelasan
permasalahan ini. Penentuan identitas tidak sulit bila tubuh korban dalam keadaan
cukup baik, didalam hal ini maka pemeriksaan sidik jari, gigi, medis serta
pemeriksaan perhiasan sangat bermamfaat bila dilakukan dengan cermat, tepat
dan teliti. Penentuan identitas dengan metode identifikasi melalui gigi dan medis
(antrofometri). Sangat menentukan keberhasilan penyidikan pada kasus-kasus
dimana hanya tulang- belulang yang diajukan sebagai barang bukti.
Penyebab kematian korban dapat diketahui bila keadaan tubuh yang terpotongpotong tersebut masih lengkap dalam penentuan penyebab kematian ini
pemeriksaan toksikologi serta pemeriksaan laboratorium lainnya harus dilakukan.
Kemungkinan bahwa korban mati wajar karena penyakit tetap ada.
Bila kekerasan yang terjadi pada tubuh korban mengenai bagian tulang misalnya
tengkorak maka perkiraan sebab kematian dapat ditentukan , misalnya pada kasus
penembakan atau pemukulan dengan benda tumpul, yaiti dari sifat-sifat kelainan
yang terdapat pada tengkorak tersebut.
D. Pada kasus menggunakan penjerat
Jika kasus bunuh diri, maka alat penjerat yang terdapat pada leher berjalan dengan
simpul pada sebelah atas, julah lilitanb sekali atau berulang kali,simpulnya simpul
hidup ,jejes jeratan yang sebenarnya merupakan luka lecettekan yang berwarna
merah kecoklatan debagn perabaan seperti perkamen dan letaknya sesuai dengan
letak alat penjerat,dan disekitar jeratan terdapat gelembung-gelembung dan
pelebaran pembuluh darah yang merupakan tanda intr vital.
Pada pembunuhan alat jerat yang datar , biasanya satu lilitan dengan simpul mati
dan letak alat penjerat umumnya lebih kebawah,menjahui rahang bawah dan
kelenjar gondok,pada daerah leher mungkin terdapat tanda-tanda bekas
pencekikan yang berbentuk luka lecet seperti bulan sabit atau luka memar, pada
keadaan yang demikian tulang ludah korban dapat patah.
Kematian pada kasus penjeratan umumnya karena mati lemas,akan tetapi mati
tanda-tanda mati lemas tidak ditemukan jangan terburu-buru mengambil
kesimpulan bahwa korban bukan mati penjeratan,alat penjertan hanya untuk
menyulitkan penyedik.Selain karena mati lemas pada kasus ini bisa juga
disebabkan karena reflek vagal,yang menyebabkan hentinya denyut jantung,dan
69
otak tidak mendapt suplai oksigen yang cukup .keluar air mani, air seni, tinja
bukan merupakan tanda khas dari penjeratan.
Perlu diketahui bahwa semakin dekat tubuh korban jatuh dilantai pada kasus
penggantungan semakin besar dugaan bunuh diri,sebaliknya semakin jauh jatuh
tubuh korban dari lantai maka kemungkinan adalah kasus pembunuhan.
Penjeratan dengan tangan
Penjeratan dengan tangan sendiri itu hal yang tak mungkin, karena bisa
mengakibatkan hilangnya kesadaran dan dengan sedirinya upaya yang dilakukan
akan terhenti.kelainan yang didapat pada korban pencekikan adalah jejas kuku,
yang sering disertai dengan memar.Jika pencekikan dengan menggunakan satu
tangan yaitu tangan kanan maka jejas kuku dan memar akan tampak lebih jelas.
Pada kasus pencekikan dimana tersangka dengan segera dapat ditangkap maka
pemeriksaan kuku tersangka harus dilkukan dengan tujuan mencari jaringan kulit
korban yang terbawa pada kuku si pelaku.
E. Penyidikan pada kasus kematian terbenam
Tenggelam adalah salah satu bentuk asfiksia yang disebabkan sebagian atau
seluruh tubuh korban terbenam dalm benda cair.Penyidikan bertujuan untuk
mengetahui apakah korban terbenam saat masih hidup atau sudah mati.
Tanda-tanda pada pemeriksaan luar
1.
70
71
72
73
74
INFORMED CONSENT
KOMUNIKASI DOKTER DAN PASIEN
Tahun 1700 SM, Raja Hammurabi dari Babylonia mengeluarkan Legal
Codeyang mengatur tentang praktek kedokteran dan hukum-hukum bila terjadi
kegagalan dalam pelayanan kesehatan. Misalnya penjelasan tentang imbalan yang
diterima dokter dalam suatu usaha menyembuhkan penyakit mata atau tindakan
operasi, tetapi jika dokter gagal dan menyebabkan pasien buta atau meninggal
maka sebagai sanksinya dokter dihukum potong tangan. Pada masa Raja
Hammurabi ini para dokter berperan dalam menyelesaikan perkara-perkara sosial
seperti perzinahan, abortus, penganiayaan, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain.
Di Yunani pada tahun 460-355 SM Hipocrates menganjurkan agar abortus
provokatus dilakukan sebelum lewat 40 hari masa kehamilan, karena dianggap
bahwa roh memasuki tubuh janin pada hari keempat puluh. Hipocrates
mengangkat ilmu kedokteran sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari ilmu
Filsafat karena itu Hipocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu kedokter. Hipocrates
juga mengemukakan etika kedokteran yang dikenal dengan Sumpah Hipocrates.
Sumpah Hipocrates jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berbunyi
sebagai berikut :
Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, Aesculapius, Hygeia, Panacea
dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan kemampuan dan
fikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut ini :
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika
perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya.
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya,
kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya
sendiri, dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal lainnya.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita, dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk
menggugurkan kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini
dengan tetap suci dan bersih.
75
76
Selain itu seorang dokter harus memiliki sikap yang dapat membuat pasien
merasa nyaman.Adapun sikap atau etika dokter yang baik dalam menghadapi
pasien, misalnya :
-
a. Sumpah Hippokrates
b. International Code of Medical Ethic
c. Lafal Sumpah Dokter Indonesia
d. Kode etik Kedokteran Indonesia
e. Pernyataan-pernyataan ( Deklarasi ) Ikatan Dokter Sedunia
Apabila seorang dokter melakukan pelanggaran etikka akan ditangani oleh
MKEK (Majelis Kehormatan EtikmKedokteran Indonesia).Fungsinya adalah
menjaga kehormatan dan martabat profesi dokter.Pedomannya adalah Kode Etik
Kedokteran Indonesia,namun yang termasuk pelanggaran di bidang Etika adalah
urusan organisasi intern itu sendiri yaitu IDI (Ikatan Dokter Indonesia).Badan
inilah yang dapat menjatuhkan sanksi yang berupa:
Teguran
Skorsing
Rekomendasi kepala badan profesi untuk pemecatan dari
keanggotaannya
Profesionalisme dokter
seorang dokter atau ahli bedah yang memberikan pelayanan pengobatan
professional harus memenuhi syarat-syarat
a. ia harus memiliki tingkat pengetahuan professional, keterampilan
kemampuan seperti orang setingkat kedudukan dengannya
b. ia harus bertindak hati-hati dan teliti dalam penerapan pengetahuan
dan kepandaiannya terhadap pasien
c. ia harus mempertimbangkan sebaik-baiknya dalam mengobati dan
merawat pasien
Dokter yang professional selain memiliki skill harus memiliki empati terhadap
pasien dan etika. Dimana akan ada etika kedokteran yang mengatur sikap atau
membatasi ruang gerak dokter dalam berbuat yang tidak baik. Ukuranya adalah
seorang Reasonable Man , seorang yang wajar, yang biasa dan bertindak secara
hati-hati dengan ukuran layak. Bukan seorang yang terpandai atau yang paling
hati-hati. Hukum hanya meminta agar semua warga dan profesi harus dengan
cara yang wajar. Seorang dokter bisa dianggap bertanggung jawab terhadap
professional negligence apabila sikap tindakannya tidak berdasarkan standar
77
yang berlaku yang berlaku umum didalam profesinya sehingga pasien mengalami
cidera.
Komunikasi dokter-pasien
Beberapa pengertian komunikasi.
Komunikasi adalah:
1.
Pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain ,
pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb, 1995).
2. Proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu (William
Ablig).
3. Proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang
(biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain
(komunikan) (Carl I. Hovland).
4. Proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan
pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone).
Model komunikasi:
1.
yaitu
pengirim
2.
3.
4.
78
Terdapat banyak factor yang mempengaruhi komunikasi. Potter dan Pery ( 1987 )
mengemukakan 7 faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu :
Persepsi
Persepsi merupakan ekspresi perasaan seseorang terhadap stimulan yang
terjadi dilingkunganya, baik yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan maupun yang diluar dirinya.
Nilai
Merupakan tingkat keyakinan seseorang terhadap ide atau keadaan.
Perbedaan pangalaman dan harapan akan membentuk pola nilai yang
berbeda. Nilai akan mempengaruhi seseorang dalam mengekspresikan ideide nya.
Emosi
Merupakan perasaan subjective seseorang terhadap suatu hal atau keadaan.
Dalam konsep komunikasi ini dokter diharapkan mampu memfasilitasi
proses komunikasi.
Pengetahuan
Pengetahuan sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses komunikasi.
Perbedaan tingkat pengetahuan akan mempersilit komunikasi. Dalam hal ini
Dokter harus menjembatani perbedaan pengetahuan dengan pasien.
Kondisi lingkungan
Proses komunikasi akan lebih baik jika dilakukan dalam suasana yang
nyaman dan kondusif.
79
80
Hubungan dokter dan pasien diuawali dari pasien yang meminta seorang dokter
untuk mengobatinya dan sang dokter menerimanya maka pada saat itu hubungan
kontrak antara dokter dan pasien dimulai dimana pada saat itu sang dokter harus
memenuhi kewajiban hokum dan timbulnya tanggung jawab terhadap
pasiennya.Berakhirnya hubungan dokter dan pasien :
Meninggalnya pasien
81
A. dokter
memberika informasi, berupa anamesis mengenai keluahn utama,
keluhan tambahan, riwayat. Juga kerja sama pasien diperlukan
pada waktu dokter melakukan pemerikasaan fisik.
Mengikuti petunjuk atau nasihat untuk mempercepat proses
kesembuhan.
Memberikan honorium
B. rumah sakit
mentaati peraturan R.S yang pada dasarnya dibuat dalam
rangka menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang
dirawat, misalnya jam kunjungan keluarga-kerabat,
kebersiahn dll.
Melunasi biaya perawatan.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Kewajiban dokter:
1. kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus
bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek
kedokterannya secara lege artis
2. kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hakhak asasi dalam bidang kesehatan
3. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan
kesehatan. Misalnya : dokter harus mempertimbangkan dalam penulisan
resep obat-obat yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira
sama.
Hak dokter
hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi medis
hak menolak melakukan tindakan medis yang tidak dapat
dipertanggung jawabkannya secara profesional
hak menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan
hati nurani
hak untuk memilih pasien
hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien apabila kerja sama
sudah tidak dimungkinkan lagi
hak atas privancy
hak atas itikad baik dari pasien dalam memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyakitnya
hak atas suatu fair play
hak untuk membela diri
hak untuk menerima honorium
hak menolak memberikan kesaksian mengenai pasienya di
pengadilan
82
83
persetujuannya.dalam hal ini secara etik dokter wajib menolong pasien bila
diyakini tidak ada lagi yang sanggup.
Informed consent menurut jenis tindakannya atau tujuanya dapat dibagi 3 yaitu :
a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi
penelitian
b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis
c. Yang bertujuan untuk terapi
Prosedur informed consent
subjek
Informasi
Bagian yang terpenting dalam pembicaran mengenai informed consent adalah
mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien dan
keluarga.
Persetujuan
Persetujuan haruslah didapat sesudah pasien mendapat informasi yang adekuat.
Yang perlu diperhatikan adalah yang berhak memberikan persetujuan adalah
pasien yang sudah dewasa ( diatas 21 tahun atau sudah menikah ) dan dalam
keadaan sehat mental.
Penolakan
Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan
dilakukan dokter. Dalam hal ini, kalangan dokter maupun kalangan kesehatan
lainya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak untuk
menolak usul tindakan yang kan dilakukan. Ini disebut sebagai informed refusal.
Tidak ada hak dokter untuk memaksakan pasien untuk mengikuti anjuranya,
walaupaun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian.
Bila dokter gagal dalam menyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang
diperlukan, maka untuk keamanan di kemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah
sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap
anjuran tindakan medik yang diperlukan.
Dalam infoemed consent, untuk memperoleh persetujuan dari pihak pasien dan
untuk menghindari adanya salah satu pihak yang dirugikan maka dokter dapat
memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat mempertimbangkan apa
yang akan terjadi terhadap dirinya,informasi itu meliputi :
84
REKAM MEDIS
Sejarah dan perkembangan rekam medik
Sejarah rekam medik di awali pada zaman purba sekitar 25000 tahun yang lalu
(pada zaman paleolitikum), yaitu didapatinya lukisan pada dinding gua batu
tentang tata cara praktek pengobatan, antara lain tentang amputasi jari tangan.
Aesculapius, Hipokrates, Gelen dan lain-lain telah membuat catatan tentang
penyakit pada kasus-kasus yang ditemuinya.Di Indonesia juga dijumpai hal yang
sama dengan adanya resep-resep jamu warisan nenek moyang yang diturunkan
dari generasi ke generasi melalui catatan pada daun lontar dan sarana yang lain
dapat digunakan sesuai dengan zamannya.
Pengertian
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rekam medik adalah kumpulan
keteranagan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala
kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam
PERMENKES No. 794a/Men Kes/XII/89 tentang RM adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada pelayanan kesehatan.
Isi rekam medik
Di rumah sakit didapat 2 jenis RM, yaitu :
-
85
Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan rawat jalan, dengan
tambahan :
a.
b.
c.
d.
e.
86
87
o Curang / menipu
Seseorang dokter yang digugat secara perdata oleh pasiennya baru dapat
dipersalahkan jika penggugat dapat membuktikan adanya unsur 4 D sebagai
berikut :
1. Duty : bahwa dokter tersebut punya kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu terhadap pasiennya.
2. Decreliction of duty (breach of duty) : kewajiban dokter tersebut telah di
langgar oleh dokter.
3. Damage : ditemukan adanya kerugian pada pasiennya
4. Direct causation : adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan
pelanggaran kewajiban oleh dokter tersebut.
BAGAIMANA SIKAP DOKTER BILA DITIMPA MUSIBAH
SENGKETA MEDIK
Yang pernah dilakukan :
1. Berdamai dengan keluarga pasien
a. Tanpa Pengacara
b. Melalui Pengacara
2. Minta pertololongan sejawat lain untuk menyelesaikan
3. Maju tak gentar ke pengadilan
Kenapa tidak kepengadilan :
-
88
SKENARIO 4
BIANG ONAR
Dr. Icut, 50 tahun merupakan dokter senior di Aceh dan juga ketua Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) cabang Aceh. Sehari-hari ia bertugas sebagai Direktur di Rumah
Sakit Daerah. Beberapa hari terakhir Dr. Icut merasa tak enak hati terkait dengan
laporan tentang perilaku seorang dr. Yusuf yang sering bermasalah dengan teman
sejawat dokter umum, perawat dan petugas rumah sakit lainnya, baik medis
maupun non medis. Bahkan baru-baru ini dia terlibat pertengkaran serius dengan
dokter ahli ortopedi hanya gara-gara ditegur oleh dokter tersebut berprakterk
tanpa mengunakan izin.
Akhirnya dr. Icut memberikan teguran kepada dr. yusuf, setelah di coba telusuri
ternyata dr. Yusuf tidak terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sehingga membuat dr. Icut kesal akan sikap dan perilaku dr. yusuf yang tidak
pernah mau mengikuti program-program serta aturan- aturan profesi dokter yang
telah ditetapkan oleh IDI cab. Aceh tetapi justru menjelekan serta menebarkan
blackcampain terhadap IDI. Dengan mengatakan tidak ada keuntungan bergabung
dengan organisasi profesi tersebut.
Bagaimanakan menurut pengamatan Anda terhadap sikap dr. Yusuf ini??
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang sistem ketenagaan kesehatan
2. Menjelaskan tentang hubungan dokter dengan tenaga medis dan
penyelesaian
89
3. Menjelaskan tentang konflik antara dokter dengan tenaga non medis dan
penyelesaiannya
4. Menjelaskan tentang kedudukan dan peran organisasi IDI
5. Menjelaskan tentang hukum yang mengatur praktek dokter
PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 4
Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :
90
91
92
93
Pasal 5
Untuk memperoleh surat izin praktek (SIP) selaku swasta perseorangan bagi
dokter umum yang telah memiliki surat izin dokter (SID) sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 2 dan 3, harus mengajukan permohonan kepada kepala
kantor wilayah departemen kesehatan dan provinsi setempat.
Pasal 6
Surat izin praktek (SIP) dimaksud pada pasal 5 dapat diberikan apa bila telah
memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
1.
2.
3.
4.
94
95
o
o
o
o
Pasal 7b
96
UU NO.29 T HN 2004
Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia ( LSDI ) pada butir 10 disebutkan saya
akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung
Berbeda dengan yang tercantum dalam kode etik kedokteran indonesia
sebagaimana terdapat pada pasal 14 : setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Adapun yang mendasari perubahan ini adalah antara lain :
97
Dokter merujuk pasien ke rumah sakit lain, kemudian pasien tersebut tidak
di serahkan ke dokter yang merujuk.
- Menjelek-jelekkan pengobatan dokter lain
- Dokter sombong akan jabatannya sebagai dokter dan menganggap rendah
para medis dan non medis.
- Perbedaan pendapat dalam mengambil tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien.
- Perbedaan pendapat dalam suatu seminar
- Kurangnya komunikasi antara sesama dokter, para medis maupun non
medis sehingga menimbulkan konflik.
Acuan yang diberikan dapat berguna dalam memecahkan konflik tersebut:
Konflik harus diselesaikan seinformal mungkin seperti melalui negosiasi
langsung antar orang yang tidak setuju. Penyelesaian melalui jalur yang lebih
formal hanya dilakukan jika cara informal memang sudah tidak bisa lagi.
Pendapat dari orang-orang yang terlibat langsung harus diperoleh dan dihargai.
Pilihan pasien yang berdasarkan pemahaman, atau dari wakil pasien yang sah
untuk mengambil keputusan terhadap perawatan harus menjadi pertimbangan
utama.
Jika memang pilihan harus ditawarkan kepada pasien maka lebih baik
menawarkan pilihan dengan lingkup yang lebih luas dari pada yang sempit. Jika
98
terapi yang dipilih tidak tersedia karena keterbatasan sumber maka pasien harus
diberi tahu mengenai hal tersebut.
Jika memang setelah usaha yang maksimal persetujuan atau kompromi tidak
dapat dicapai melalui dialog, keputusan dari orang yang mempunyai hak atau
bertanggung jawab dalam membuat keputusan harus diterima. Jika tidak jelas
siapa yang bertanggung jawab membuat keputusan, maka harus dicari mediasi,
arbitrasi atau ejudikasi.
SKENARIO 5
TIDAK BERMORAL
Pak Husen sangat terkejut setelah membaca berita sebuah harian kota yang
menyebutkan seorang dokter tertangkap setelah melakukan puluhan kali upaya
abortus terhadap pasiennya dan juga dokter yang melakukan operasi tanpa
meminta izin pada keluarga pasien serta dokter yang melakukan operasi sampai
meninggalkan kain kasa dalam perut pasien.
Dia teringat akan anaknya yang juga seorang dokter dan bertugas di rumah sakit
umum. Dokter tersebut jelas telah melanggar etika kedokteran, sumpah dokter,
ajaran agama, sosial budaya dan secara nyata melakukan suatu tindakan
malpraktek. Pak Husen sangat memperhatikan isu-isu yang terkait dunia
kedokteran, kesalahan dokter seperti apakah yang dikatakan sebagai malpraktek
atau hanya kesalahan prosedur. Sebab banyak kasus kedokteran jika dibawa
kepengadilan nantinya dianggap kesalahan prosedur.
99
dokter yang tidak memperhatikan aturan hukum, moral dan agama serta sosial
budaya. Dapat dikatakan sebagai dokter yang sudah tidak bermoral dan
berbudaya. Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan diatas....??
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang sumpah dokter
2. Menjelaskan tentang etika kedokteran
3. Menjelaskan tentang pengaruh ajaran agama dan sosial budaya dalam
praktek kedokteran
4. Menjelaskan tentang malpraktek dan hukum yang mengatur nya
5. Menjelaskan tentang perbedaan antara malpraktek dengan kesalahan
prosedur
PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 5
Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :
Sumpah dokter Merupakan janji janji luhur yang diucapkan oleh setiap
dokter yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya.
100
101
MALPRAKTEK MEDIK
Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan
malpraktek makin menimngkat dimana-mana, termasuk dinegara kita. Ini
menunjukan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana
masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk
melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan lebih hati-hati dan penuh
tanggyung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnisis dengan
benar sesuaia prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai
standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan.
Pengertian malpraktek
Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati
pasien atau orang lain yan terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Yang
dimaksud kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati yaitu melakukan apa yang
seseoarang dengn sikap hati-hati melakukanya dengan wajar, atau sebaliknya
102
melakukan apa yang seseorang dengn sikap hati-hati tidak akan melakukan nya
dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan
kedokteran dibawah standar pelayanan medik.
Walaupun UU No.6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan sudah dicabut oleh UU
No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, namun perumusan malpraktek/kelalaian
medik yang tercantum pada pasal 11b masih dapat dipergunakan, yaitu :
1.
103
2.
3.
4.
PENANGANAN MALPRAKTEK
Walaupun dalam KODEKI telah tercantum tindakan-tindakan yang selayaknya
tidak dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya akan tetapi
sanksi bila terjadi pelanggaran etik tidak dapat diterapkan dengan seksama.Dalam
etik sebenarnya tidak ada batasan-batasan yang jelas antara boleh dan tidak, oleh
karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksi nya.
Dinegara kita IDI telah mempunyai Mejelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK ), baik di tingkat pusat maupun dicabang. Walaupun demikian, MKEK
ini belum lagi dimanfaatkan dengan baik oleh para dokter ataupun
masyarakat.Masih banyak kasus yang keburu diajukan kepengadilan sebelum
ditangani oleh MKEK. Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka
pada tahun 1982 Departemen Kesehatan membentuk Panitia Pertimbangan dan
Pembinaan Etik Kedokteran ( P3EK ) yang terdapat pula ditingkat pusat dan
provinsi.
Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat
ditangani oleh MKEK, dan memberikan pertimbangan serta usul-usul kepada
pejabat yang berwenang. Tentulah jika suatu pelanggaran merupakan malpraktek
hukum pidana atau perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam
hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena kurangna pengetahuan pihak penegak
hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang ditindak
menerima hukuman yang tidak adil.
UU yang mengatur tentang praktek Dokter (Malpraktek & abortus)
Pasal 1365 KUH Perdata : Tiap tiap perbuatan melanggar hokum yang
membawa kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya, menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata : Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatinya
Pasal 1367 KUH Perdata : Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang orang yang menjadi
104
105
Malpraktek adalah salah cara mengobati suatu penyakit atau luka, karena
disebabkan sikap yang acuh, sembarangan atau berdasarkan motivasi
kriminal.
b.
106
Abortus
Perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan abortus selama puluhan tahun yang
terakhir merupakan suatu contoh yang meminta perhatian terhadap perubahan
dalam definisi kesehatan dan peranan profesi kedokteran. Dapat dikatakan bahwa
abotrtus dilakukan karen asecara langsung hal itu menyelamatkan jiwa si ibu.
Abortus provokatus dapat dianggap euthanasia bagi sijanin untuk menyalamatkan
nyawa si ibu.
Di Amrika Serikat,seperti yang telah dianjurkan di Indonesia tiap rumah sakit atau
lembaga kesehatan dianjurkan untuk mempunyai sebuah panitia yang diminta
persetujuannya untuk melakukan tindakan terminasi kehamilan atas indikasi yang
telah ditetapkan oleh panitia tersebut. Indikasi yang umum adalah untuk
menyelmatkan hidup wanita hamil atau mempertahankan kehidupan wanita hamil,
tetapi kemudian keadaan si janin juga dapat indikasi untuk terminasi yang dapat
mengakhiri atau membahayakan kehidupannya.
Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
Definisi ini sekarang telah berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah abortus
adalah kurang dari 20 minggu. Dari segi mediko-legal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukan
pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
Penyebab abortus secara umum :
a.
Infeksi akut
infeksi bakteri
107
b.
Infeksi kronis
Sifilis,
biasanya
menyebabkan
abortus
trimester kedua
-
Tuberkulosis
c.
d.
e.
f.
abortus spontan
merupkan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang abnormal.abortus ini terjadi tanpa disengaja, biasanya disebabkan
karena pengaruh kesehatan ibu maupun kelainan pada janin.
2.
abortus buatan
abortus ini sengaja dilakukan oleh manusia, dibedakan menjadi 2 :
abortus terapeutik yaitu abortus yang dilakukan demi menyelamatkan jiwa ibu dan
bukan dilakukan untuk mempertahankan nama baik atau kehormatan keluarga.
Hal yang harus diperhatikan :
-
setiap
usaha
untuk
mempertahankan
kehamilan harus dicoba terlebih dahulu jika tidak membahayakan ibu.
Melakukan konsultasi dengan dokter ahli
Tanda persetujuan harus diperoleh baik dari
wanita maupun dari suaminya
108
Hukum yang mengatur tentang abortus : Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan yang berkaitan dengan abortus yang legal.
Pasal 15
1. dalam kaeadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.
2. tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan :
a. bersdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut
b. oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau
suami atau keluarganya
d. pada sarana kesehatan tertentu
3. ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Secara rinci KUHP mengancam perilaku-perilaku abortus buatan ilegal sebagai
berikut :
1. wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh
orang lain melakukannya ( KUHP pasal 346, hukuman maksimal 4
tahun )
2. seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya
( KUHP pasal 347, hukuman maksimal 12 tahun, dan bila wanita
tersebut meninggal hukuman maksimal 15 tahun )
3. seorang yang menggugurkan kandungan wanita seizin wanita
tersebut ( KUHP 348, hukuman maksimal 5tahun 6 bulan dan bila
bila wanita tersebut meninggal, maksimal hukuman 7 tahun )
4. dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan diatas
( KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan
pencabutan hak pekerjaannya )
109
110
11. saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan
12. saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
13. saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri sendiri
Sumpah Dokter Indonesia diucapkan pada suatu upacara di Fakultas Kedokteran
setelah Sarjana Kedokteran ( S.Ked ) lulus ujian profesinya. Acara ini dihadiri
oleh pimpinan fakultas, senat fakultas, pemuka agama, para dokter baru beserta
keluarganya. Sebelum para dokter baru mengucapkan butir-butir lafal sumpah
tersebut, bagi yang beragama islam mengucapkan wallahi, wabillahi, wathallahi,
Demi Allah saya bersumpah ,bagi yang beragama khatolik mengucapkan juga
Demi Allah saya bersumpah, bagi yang beragama kristen protestan saya
berjanji, bagi yang beragama budha Om Atah Parama Wisesa Om Shanti Om
dan bagi yang beragama hindu Mai Kasm Khasahan. Setelah para dokter baru
mengucapkan lafal sumpahnya, mereka menandatangani berita acara sumpah
dokter beserta saksi-saksi.
Jika dibandingkan lafal sumpah Hippokrates dengan lafal Sumpah Dokter
Indonesia, maka dapat dilihat bahwa Lafal Sumpah Dokter Indonesia ini
mengandung intisari yang berakar dari lafal Sumpah Hippokrates.
Lafal sumpah Hippokrates ini mengandung butir-butir yang berkaitan dangan
larangan melakukan euthanasia aktif, abortus provokatus dan melakukan
pelecehan seksual. Juga mengandung kewajiban melakukan rujukan jika tidak
mampu dan memelihara rahasia jabatan dokter. Secara lebih terperinci Lafal
Sumpah Hippokrates mengandung perlakuan yang selayaknya terhadap guru-guru
beserta anak-anaknya, bahkan jika perlu membagikan harta kepada gurunya, yang
tentunya disaat guru membutuhkan.
Butir-butir lain dalam Sumpah Hippokrates juga terdapat dalam bentuk yang
sedikit berbeda, namun prinsipnya sama. Hanya sesuai perkembangan ilmu
kedokteran pada masa Hippokrates, pengobatan ditujukan pada individu, kerena
belum diketahuinya tentang penyakit menular dan belumberkembangnya ilmu
kesehatan masyarakat. Juga karena belum diketahuinya tentang fisiologi
reproduksi manusia, maka butir khusus tentang hidup insani sejak saat pembuahan
tidak tercantum.
111
Sumpah Hippocrates.
2.
Deklarasi Geneva.
3.
4.
112
5.
6.
113
114
yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau
42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan
pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan
yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak
apa-apa. Wallahu alam [M. Shiddiq al-Jawi]
Sosial Budaya
Sosiologi Kedokteran: Mengamati Sehat dan Sakit dari sudut pandang sosial,
budaya, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan masih berlaku di dalam
masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan atau perilaku individu untuk memelihara,
meningkatkan, atau mengisi kesehatan atau menanggulangi keadaan sakit,
penyakit, atau kecacatan.
Kesehatan Etnis
Kebudayaan (culture) artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan juga berarti
meliputi semua hasil cipta, karsa dan karya manusia baik yang material maupun
nonmaterial (baik kebendaan maupun kerohanian), segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah atau mengubah alam.
Etnis: Masyarakat yang membentuk (terbentuk) dan berpegang pada
presumsi bahwa kehidupan sosial yang turun-temurun merupakan suatu ciri yang
nyata.
115
SKENARIO 6
MAFIA ASURANSI
116
19 Juni 2012 jaringan mafia asuransi yang melibatkan dua orang warga Aceh
Besar yaitu seorang perwira Polisi dan seorang dokter ahli forensik terbongkar.
Komplotan tersebut menurut Jaksa Penuntut Umum telah membunuh dua orang
korban untuk mengambil santunan asuransi jiwa yang bernilai ratusan juta.
Pada 4 Januari 2010 pelaku membawa korban dengan speed boat ke tengah laut
lalu membunuhnya, mayatnya di drowning dengan batu pemberat di Laut. Polisi
yang menangani kasus tersebut sebelum menguburkan jenazah polisi terlebih
dahulu mengambil paru-paru korban untuk dikirim ke Laboratorium Kriminologi.
Pada pemeriksaan di temukan wajah mengalami sianosis, adanya Ptechie
haemorrage, Tangan bisa dijumpai cadaveric spasme, adanya bintik-bintik
perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan Tardeou's spot, menurut dugaan
dr. Nandes bahwa sebelumnya pasien mengalami dispneu yang ditandai adanya
gerakan klonik pada kuat pada otot tubuh korban sehingga korban Apneu, besar
kemungkinan korban di smothering tetapi tidak dtertutup kemungkinan gagging
dan choking.
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang definisi asfiksia mekanik.
2. Menjelaskan tentang Etiologi Asfiksia Mekanik.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi Asfiksia Mekanik.
4. Menjelaskan tentang gejala-gejala Asfiksia Mekanik
5. Menjelaskan tentang tanda tanda post mortem pada asfiksia mekanik ?
117
Drowning
Sianosis
Ptechiae Hemorage
Cadaveric spasme
Tardeu Spot
Apneu
Choking
118
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
11. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
12. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ).
ASFIKSIA
1.
Pendahuluan
119
Etiologi
a.
b.
120
Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada
anemi berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan
sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.
3.
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal
jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet
tersendat jalannya.
4.
Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat rnenggunakan oksigen secara efektif.
T'ipe ini dibedakan atas :
a. Ekstra Sekuler
Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan sianida
terjadi perusakan pada enzim sitokhrom oksidase, yang dapat
menyebabkan kematian segera. Pada keracunan barbiturat dan hipnotik
lainnya, sitokhrom dihambat secara partial sehingga kematian berlangsung
perlahan.
b. Intra selular
Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan
permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang
larut dalam lemak seperti kloroform, eter dan sebagainya.
c. Metabolik
Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu
pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia.
d. Subtrat
Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien,
misalnya pada hipoglikemia.
2.
Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2 golongan:
2.1
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari
asfiksia. Sel- sel otak sangat sensitif tehadap kekurangan O 2. bagian bagian otak
tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian tersebut lebih
121
rentan terhadap kekurangan O2. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel
serebrum, serebellum dan basal ganglia.
Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
2.2
122
4.
Tanda-tanda post-mortem
Wajah bengkak dan biru (sianose), bibir kebiruan dan mata menonjol lidah sering
bengkak dan menjulur, dan kadang-kadang tergigit, terlihat buih di rongga mulut
dan hidung, bintik perdarahan (Ptechie haemorrage) di muka, kelopak mata dan
konjungtiva. Tangan bisa dijumpai mencekam/mengepal (kejang mayat, cadaveric
spasme). Lebam mayat berwarna rnerah kebiruan jelas terlihat dan distribusi luas
karena kadar CO2 tinggi dan darah rnenjadi lebih encer, sukar membeku akibat
kerja fibrinolysin.
Mukosa trakhea dan bronkhus merah karena kongesti dan sering dijumpai buih
bercampur darah. Paru-paru bengkak (congested) dan berwarna gelap, adanya
bintik-bintik perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan selaput otak yang
dikenal dengan Tardeou's spot. Bintik-bintik perdarahan ini terjadi karena
permeabilitas kapiler meningkat dan kapiler rnudah pecah. Selain dipermukaan
organ, sering didapati konjuntiva palpebra dan konjuntiva bulbi serta di kulit
wajah. Organ-organ mengalami perbendungan, sering didapati jantung kanan
masih terisi darah dan janntung kiri kosong. Tanda-tanda lain didapati sesuai
dengan penyebab asfiksia, seperti di paru-paru pada tenggelam, leher pada
penjeratan, pencekikan dan mati gantung, luka di mulut dan hidung pada
pernbekapan dan cedera dada pada traumatic asphyxia. Pada mati gantung proses
hambatan terjadi serentak pada pembuluh darah arteri dan vena, maka wajah
korban tampak pucat.
Dalam bidang forensik ada beberapa keadaan atau jenis asfiksia yang sering
dijumpai. Biasanya berkaitan dengan hambatan saluran nafas secara mekanik atau
disebut juga asfiksia mekanik.
Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai:
1. Pembekapan (smothering), yaitu saluran nafas bagian luar, mulut dan
hidung ditutup serentak.
2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
3. Tekanan di daerah leher:
a. Pengaruh berat badan (mati gantung, hanging)
b. Tenaga dari luar
- Penjeratan (strangulation)
- Pencekikan (throttling, manual stragulation)
- Gantung (hanging)
4. Tersumbat oleh cairan (tenggelam, drowning)
5. Gangguan gerakan pernafasan (dada ditekan, traumatic asphyxia)
1.
Pembekapan
Pembekapan (smoothering) adalah asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran
nafas bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus. Biasanya dilalukan
terhadap korban yang lemah atau tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak
tangan atau benda lain seperti kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka
korban ke kasur dan lain-lain. Pembunuhan anak atau pembunuhan pada orang tua
dan orang lemah lainnya sering menggunakan cara ini. Bila daerah mulut dan
hidung kecil maka pemakaian telapak tangan cukup untuk itu, tetapi bila lebih
123
luas dan kemungkinan tidak dapat ditutup sekaligus maka dipergunakan bantal,
selimut atau bahan yang lain.
Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau
tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang,
dapat juga terjadi bunuh diri dengan cara rnengikatkan gulungan kain atau bantal
menutup muka.
1.1
Tanda post mortem
Dijumpai tanda-tanda perbendungan, muka bengkak (congested), bintik
perdarahan pada bola dan kelopak mata (Tardeau's spot), mata melotot dan
sianose pada bagian akral tubuh seperti kuku, bibir, hidung dan kuping, luka lecet
dan hematom karena tekanan di bagian dalam bibir.
Pada pembunuhan, bila digunakan tenaga lebih dari seperlunya, didapati luka
lecet di sekitar mulut dan hidung.Tetapi bila dipakai bahan yang halus atau muka
korban dibalikkan ke kasur tanda-tanda kekerasan seperti lecet mungkin sedikit
atau tidak didapati sama sekali. Sebab kematian, murni karena kekurangan
oksigen.
2.
Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing. Pada gagging sumbatan
pada orofaring, mulut disumpal dengan kain, sedangkan pada choking sumbatan
pada laringofaring. Ini sering pada anak-anak karena tertelan bonbon, kacang dan
lain-lain. Jenis asfiksia ini jarang ditemukan, kecuali pada pembungkaman korban
dengan penyumpalan mulut dengan kain, begitu juga pada pembunuhan anak.
2.1 Tanda post mortem
Tanda post mortem yang penting adalah tanda-tanda asfiksia dan adanya benda
asing di dalam mulut. Benda asing bisa berupa potongan kain, kertas koran, tisu,
sapu-tangan, gigi palsu dan sebagainya.
3.
Mati gantung(hanging)
Mati gantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri
dengan cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan di mana dan kapan saja
dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher.
Demikiaa pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan
yang sudah digunakan sejak zaman dahulu.
3.1
Jenis mati gantung
Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan 2 tipe :
1. Tergantung total (complete), tubuh tergantung di atas lantai.
2. Setengah tergantung (partial), bagian dari tubuh masih menyentuh lantai.
Sisa berat badan 10-15 kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan
tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan 5 kg untuk
rnenyumbat arteri karotis. Partial hanging hampir selamanya karena bunuh
diri.
Dari letak jeratan dibedakan:
124
Pemeriksaan luar
125
126
Pembunuhan dengan cara hanging jarang terjadi kecuali orang tidak berdaya atau
dilemahkan terlebih dahulu dengan kekerasan atau racun. Tidak jarang korban
yang telah mati, kemudian digantung untuk menghilangkan jejak pembunuhan.
Bila demikian dokter perlu mencari dan memastikan sebab kematian korban. Ini
merupakan bagian penting dari pemeriksaan dokter untuk rnengarahkan adanya
unsur pembunuhan.
Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya berhubungan dengan
pekerjaan yang sering menggunakan tali atau pada anak-anak. Bisa terjadi
accidental hanging yang berhubungan dengan sexual asphyxia, di mana korban
secara masochistik sengaja membuat partial asfiksia untuk mencapai derajat
orgasme lebih tinggi. Dengan menyetel tali yang dapat menjerat leher lebih
kencang maka ia dapat mencapai orgasme dan setelah itu tali dilonggarkan
kembali tetapi perbuatan melonggarkan ikatan ini kadang-kadang tidak sempat
dilakukan karena korban kehilangan kesadaran akibat asfiksia dan akhirnya mati.
Dalam hal ini, di dekat korban sering didapati gambar-gambar porno, korban
telanjang atau pakai baju wanita dan ada eyakulat.
4. Penjeratan (strangulation)
Penjeratan adalah terhalangnya udara pernafasan akibat adanya tenaga dari luar.
Terdapat beberapa tipe:
1. Penjeratan dengan tali
2. Dicekik (manual strangulation)
3. Ditekan leher dengan bahan selain tali (misalnya potongan kayu,lengan)
4. Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku.
Dua jenis pertama sering didapati, sementara yang lain jarang.
4.1
Penjeratan dengan tali
Sama dengan mati gantung, bahan apa saja dapat dipakai untuk maksud ini.
Biasanya penjeratan dilakukan dalam pembunuhan, apalagi korban perkosaan.
Walaupun sama-sama ada bekas jeratan di leher seperti hanging, tetapi strangulasi
mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak datang ke TKP, maka
pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang didapati dokter di meja
autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis tali dan simpul sering tidak
disertakan pada mayat (telah dilepas), bila masih ada, tali diputuskan di luar
simpul supaya bisa di rekonstruksi kembali.
4.2
Sebab kematian.
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut:
1. Asfiksia, karena saluran nafas tertutup.
2. Venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran
vena tertutup.
3. Iskerni otak, darah arteri tidak rnengalir lagi ke otak.
4. Refleks vagal (Vagal reflex).
4.3
Pemeriksaan post-mortem
127
4.3.1
Pemeriksaan luar
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung (continous) di
bawah atau setentang cartilago thyroid, lecet di sekitar jeratan karena perlawanan
korban, kadang-kadang ada vesikel halus. lni menunjukkan korban masih hidup
waktu dijerat. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan karena tali segera dilepas
atau longgar setelah korban dijerat. Bila tetap terjerat dalam waktu lama, bisa
didapati warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen. Kematian
biasanya berlangsung lebih lama dari hanging, karena korban memberi
perlawanan dengan menegangkan leher, sehingga proses kematian berlangsung
lama. Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan lebih jelas terlihat. Muka
terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur. Bintik
perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa
didapati keluar faeces dan urine. Karena strangulasi umumnya karena
pembunuhan maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang
mayat, maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti rambut,
kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa pelaku
kejahatan.
4.3.2
Pemeriksaan dalam
Paling penting pemeriksaan daerah leher di mana terdapat lebam di setentang dan
sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trachea
lainnya. Mucosa laring dan trachea menebal dan berwarna merah, kadang disertai
perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan,
Tardieu's spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ lain.
4.4
Medikolegal
Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri dengan
rnelilitkan tali beberapa kali sampai ia kehilangan kesadaran dan akhirnya mati
karena ia tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai kawat waja yang tetap
terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah dililit dengan tali beberapa kali
kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong kayu.
Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat oleh
mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan bukanlah
hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan membuat
partial asfiksia.
Tabel Perbedaan Mati Gantung dan Penjeratan
OBSERVASI
Motif
Tanda asfiksia
Tanda jeratan dileher
Letak jeratan
Bekas tali
Lecet setentang tali
MATI GANTUNG
PENJERATAN
Bunuh diri
Pembunuhan
Kurang jelas
Jelas
Miring, tidak kontinu
Horizontal dan kontinu
Antar dagu dan laring
Dibawah tyroid
Keras, kering, coklat tua Lunak dan kemerahan
seperti kulit disamak
Jarang dijumpai
Umumnya ada
128
Tanda perlawanan
Fraktur laring dan trachea
Fraktur os hyoid
Dislokasi vertebra
Perdarah
pada
saluran
pernafasan
Air ludah
Tardieus spot
Muka
Tidak ada
Jarang
Sering
Ada pada juridicial hanging
Sangat jarang
Sering ada
Sering
Jarang
Jarang
Ada, bersama buih dari mulut
dan hidung
Mengalir dari salah satu Tidak ada
sudut mulut
Jarang
Sering
Pucat
Sianose dan kongesti
5. Pencekikan
Pencekikan sering terjadi pada perkelahian, sebab leher merupakan salah satu
sasaran yang dapat melumpuhkan dan mematikan. Sebab kematian dan
mekanisme kematian sedikit berbeda pada strangulasi dengan tali, karena di sini
penyebab kematian lebih sering karena asfiksia. Kongesti otak atau iskemi otak
jarang terjadi karena aliran darah tidak tertutup total. Tanda post mortem yang
khas adalah didapati adanya bekas kuku jari tangan pada banyak tempat di leher
korban.
Dari letak cengkrarnan jari-jari, bisa diperkirakan penyerang memakai satu atau
kedua tangan, pakai tangan kanan atau kiri, menyerang dari depan atau belakang.
Yang sering juga sebagai penyebab kematian adalah reflex vagal, di mana tekanan
pada sinus karotis dapat menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Pernah dilaporkan sebuah kasus di mana pelaku menyatakan dalam sidang
pengadilan bahwa ia mencekik korban tidak dengan niat mernbunuh, tetapi hanya
untuk menakuti dengan rnemegang leher korban, tetapi akibatnya korban
rneninggal juga. Ini bisa terjadi karena vagal refieks.
6. Sufokasi (suffocation)
Sufokasi terjadi karena kekurangan atau ketiadaan O2. Bisa terjadi karena korban
berada dalam ruangan kecil tertutup atau kepala dimasukkan dalam kantong
plastik tertutup yang diikat dibagian leher. Kasus sufokasi sering terjadi pada anak
anak yang tidak sengaja bersembunyi dalam lemari es atau korban masuk
kedalam selokan yang pengat atau sumur yang kering. Bisa juga terjadi bila
berada dipegunungan dimana tekanan O2 sangat rendah. Sufokasi adalah bentuk
asfiksia murni.
7. Tenggelam (drowning)
Korban mati tenggelam hamper selalu didapati dari waktu kewaktu. Ini tidak
mengherankan karena sekeliling kita ada selokan, sumur, kolam, sungai, danau
atau laut, bahkan ember berisi air atau bak kamar mandi. Banjir bukan hal yang
jarang terjadi.baru saja kita menghadapi korban mati tenggelam dalam jumlah
ratusan ribu orang akibat gelombang tsunami. Bila itu yang berkaitan dengan
kecelakaan tidaklah merupakan peristiwa kriminal yang memerlukan bantuan
dokter untuk menentukan sebab dan cara kematian. Pemeriksaan korban yang
129
diangkat dari air diluar musim banjir atau bencana, adalah kematian yang
diragukan sebagi peristiwa pembunuhan. Penting sekali penentuan apakah korban
masih hidup waktu masuk keair atau sudah mati baru ditenggelamkan.
Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara
masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh cairan.
Terhalangnya udara masuk ke paru-paru tidak perlu orang harus terbenam ke air,
tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati
tenggelam.
1.1
Proses tenggelam
Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai
berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain).
Proses tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau
kelelahan, maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan
menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi
dengan berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air
yang masuk menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban
tenggelam.
Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari korban terapung kembali karena
gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada maka korban akan
muncul permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau di makan
binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, korban kembali
tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam.
Kematian karena tenggelam bisa melalui berbagai proses maka tenggelam
dibedakan atas berbagai tipe:
1. Dry drowning, mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan.
Mungkin karena spasme laring atau inhibisi vagal yang mengakibatkan
jantung berhenti berdenyut sebelum korban tenggelam. Ini dikenal sebagai
Drowning type l.
2. Wet drowning, tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar
(Drowing type 2a) maupun air asin (Drowing type 2b).
3. Immersion syndrome, mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang
menyebabkan inhibisi vagal.
4. Secondary drowning, tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati
sesudah dirawat akibat tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan
kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau oedem).
1.1.1
Tenggelam basah (Wet drowning)
Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian seharihari :
1.1.1.1
Air tawar.
130
Air masuk ke panr-paru sarnpai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih tinggi
dari air, maka cairan di paru-paru rnasuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi
hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum
darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah,
beban jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel,
berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati
penambahan volume darah bisa sampai 72%. kadar ion Chlor di jantung kiri
turun sampai 50%.
1.1.1.2
Air laut.
Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik air
dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi
hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg
dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah
tampak mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.
1.2
Sebab kematian
Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian tenggelam
juga terjadi karena berbagai bentuk:
1. Asfiksia, karena spasme laring.
2. Fibrilasi, ventikuler karena tenggelam di air tawar.
3. Oedem paru, karena tenggelam di air asin.
4. Inhibisi vagal, karena reflex.
1.3
1.3.1
Tanda post-mortem
Pemeriksaan luar
Tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku, bibir. Mata merah karena
perdarahan sub conjuctiva, dari mulut dan hidung terdapat buih halus yang sukar
pecah, kadang menjulur sepeti lidah. Lebam mayat lebih banyak di bagian kepaia,
muka, dan leher (karena posisi kepala di air lebih rendah). Bila didapati kejang
mayat (cadaveric spasme) tangan menggenggam rumput atau kayu merupakan
bukti kuat korban masih hidup waktu masuk ke air. Bila korban lama di dalam air
bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti tukang cuci (washer
woman's hand). Kadang didapati kulit kasar seperti kulit bebek (cutis anserine),
tapi tidak patognomonis karena itu terbentuk akibat kontraksi m. erector pilli
karena dingin atau proses kaku mayat. Adanya lumpur di badan, tangan korban, di
bawah kuku atau pakaian penting diperhatikan. Pastikan juga adanya luka-luka
post mortem apalagi bila korban terseret arus di sungai atau gigitan ikan dan
binatang lainnya. Luka post mortem oleh batu-batuan di sungai didapati di tubuh
bagian luar.
1.3.2
Periksa dalam
131
Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing lainnya dalam
mulut dan saluran nafas, lumen laring, trachea dan bronchus sampai ke cabangcabangnva. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan berisi buih halus yang
mungkin bercampur dengan lumpur. Paru-paru tampak lebih besar voluminous
dan oedematous apalagi tenggelam di air laut, dengan cetakan iga di permukaan
paru. Pada perabaan kenyal ada pitting oedem, bila dipotong dan diperas tampak
banyak buih. Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di
bagian kiri kosong. Oesofagus dan lambung bias terisi cairan sesuai dengan
tempat di mana korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur, pasir dan lainlain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apa
lagi bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus.
Harus di ingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di paru
maupun di lambung.
Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat dilakukaa
dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk rnendapatkan adanya pasir atau
telur cacing bila air kontaminasi dengan faeses, ini dilakukan bila pembuktian
secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan kimia darah dapat dilakukan tetapi
memerlukan fasilitas dan biaya.
2.
Medikolegal
Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena kecelakaan
apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam bukan hal yang
jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk meloncat dan
biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting sekali menentukan apakah
korban mati karena tenggelam atau sudah mati baru ditenggelamkan. Pemeriksaan
menjadi sulit bila korban telah mengalami pembusukan atau pembusukan lanjut.
Perlu diperhatikan bahwa korban yang diangkat dari air, mengalami pembusukan
lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit
pemeriksaan, selain bau yang akan dihadapi pemeriksa.
DAFTAR PUSTAKA
132
133
SEVEN JUMP
No
1
Langkah
Uraian
2
3
Identifikasi masalah
menyamakan persepsi.
Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan
Analisa masalah
Strukturisasi
mengelompokkan
masalah
dan
konsep
lalu
Belajar Mandiri
Presentasi
mandiri
hasil
kelompok
kecil
kuliah,
134
08.00 - 10.00
SENIN/11 Juni
SELASA/12 Juni
RABU/13 Juni
KAMIS/14 Juni
Diskusi Tutorial 1
Kuliah Pakar 2
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Kuliah Pakar 4
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Diskusi Tutorial II
Skenario 1 Lantai 2
10.00 12.00
Belajar Mandiri
12.00 14.00
Kuliah Pakar 1
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
JUMAT/15 Juni
SABTU/16 Juni
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Skenario 1 Lantai 2
Kuliah Pakar 3
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
14.00 16.00
Belajar Mandiri
16.00 18.00
JAM
KEGIATAN
135
08.00 - 10.00
SENIN/18 Juni
SELASA/19 Juni
RABU/20 Juni
KAMIS/21 Juni
Diskusi Tutorial I
Kuliah Pakar 6
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Kuliah Pakar 7
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Diskusi Tutorial II
Skenario 2 Lantai 2
Kelompok I-V
12.00 14.00
Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Kelompok I-V
SABTU/23 Juni
Skenario 2 Lantai 2
JUMAT/22 Juni
Kelompok VI-X
Kelompok I-V
Belajar Mandiri
16.00 18.00
Kuliah Pakar 5
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Belajar Mandiri
Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
JAM
KEGIATAN
136
08.00 - 10.00
SENIN/25 Juni
SELASA/26 Juni
RABU/27 Juni
KAMIS/28 Juni
Diskusi Tutorial I
Kuliah Pakar 8
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Kuliah Pakar 9
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Diskusi Tutorial II
Skenario 3 Lantai 2
Kelompok I-V
12.00 14.00
Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Kelompok I-V
SABTU/30 Juni
Skenario 3 Lantai 2
JUMAT/29 Juni
Kelompok VI-X
Kelompok I-V
Belajar Mandiri
14.00 16.00
Belajar Mandiri
16.00 18.00
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
SENIN/02 Juli
SELASA/03 Juli
RABU/04 Juli
137
KAMIS/05 Juli
JUMAT/06 Juli
SABTU/07 Juli
08.00 - 10.00
Diskusi Tutorial I
Skenario 4 Lantai 2
Kuliah Pakar 10
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Kuliah Pakar 11
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Diskusi Tutorial II
Skenario 4 Lantai 2
Kelompok I-V
Belajar Mandiri
Kelompok I-V
Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1
Kelompok VI-X
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
14.00 16.00
Belajar Mandiri
16.00 18.00
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
SENIN/09 Juli
SELASA/10 Juli
RABU/11 Juli
Diskusi Tutorial I
Kuliah Pakar 12
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Kuliah Pakar 13
Ruang Kuliah Umum A
Skenario 5 Lantai 2
138
KAMIS/12 Juli
JUMAT/13 Juli
SABTU/14 Juli
Diskusi Tutorial II
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Skenario 5 Lantai 2
Lantai 1
Skill Lab IV/Demo
10.00 12.00
Kelompok I-V
Belajar Mandiri
Kelompok I-V
Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1
Kelompok VI-X
Belajar Mandiri
14.00 16.00
Belajar Mandiri
Kelompok VI-X
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
SENIN/23 Juli
SELASA/24 Juli
RABU/25 Juli
Diskusi Tutorial I
Kuliah Pakar 14
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
Belajar Mandiri
Skenario 6 Lantai 2
139
KAMIS/26 Juli
JUMAT/27 Juli
SABTU/28 Juli
Diskusi Tutorial II
Kuliah Pakar 15
PLENO
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1
UJIAN
Skenario 6 Lantai 2
MODUL XX
10.00 12.00
12.00 14.00
14.00 16.00
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
Belajar Mandiri
16.00 18.00
140