Anda di halaman 1dari 140

PENDAHULUAN

Modul XX II Medikolegal diberikan pada mahasiswa semester VI. Tujuan


Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari subsistem
ini disajikan pada permulaan buku modul ini agar tutor dan mahasiswa dapat
mengerti secara menyeluruh tentang konsep dasar mekanisme penyakit pada
pediatric dan lansia yang akan didiskusikan.
Modul bisa terdiri dari 6 (enam) skenario yang menunjukkan beberapa
tanda & gejala klinik serta faktor-faktor risiko yang bisa ditemukan pada beberapa
penyakit. Diskusi bukan hanya difokuskan pada inti permasalahan tetapi juga
akan dibicarakan semua hal yang ada hubungannya dengan hal tersebut.
Mahasiswa harus mampu menjelaskan semua aspek tentang proses
pengaturan diuresis normal, perubahan saluran kemih akibat penuaan, penyebab
dan tipe-tipenya, serta penatalaksanaan inkontinensia urin yang sering dialami
oleh pasien Geriatri/Usia Lanjut.
Diskusi kelompok harus mengikuti 7 langkah pemecahan masalah yang
akan diberikan pada petunjuk selanjutnya.Sebelum menggunakan buku ini, Tutor
dan Mahasiswa harus membaca TIU dan TIK sehingga diharapkan diskusi tidak
menyimpang dari tujuan, dan dapat dicapai kompetensi minimal yang diharapkan.
Peranan Tutor dalam mengarahkan tutorial sangat penting. Bahan untuk diskusi
bisa diperoleh dari bahan bacaan yang tercantum pada akhir setiap unit.
Kemungkinan seorang ahli dapat memberikan kuliah dalam pertemuan konsultasi
antara kelompok mahasiswa peserta diskusi dengan ahli yang bersangkutan yang
bisa diatur dengan dosen yang bersangkutan.

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN UMUM

Pada akhir modul XX, mahasiswa semester VI FK UNAYA diharapkan mampu


melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, menegakkan

diagnose, penatalaksanaan terapetik dan preventif secara rasional, holistic dan


professional terhadap yang berhubungan dengan Medikolegal.

SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan penilaian pada kasus Medikolegal secara


efektif (SL)

Mampu melakukan informed consent secara lisan dan tulisan (SL)

Mahasiswa mampu menggali dan mencatat rekam medis pasien (SL)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa pemeriksaan


penunjang yang dibutuhkan dalam rangka menegakkan diagnose (T & K)

Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga


secara holistik, komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan bersinambung
dalam mengelola penyakit yang berhubungan dengan Medikolegal. (T &
K)

Mahasiswa mampu mengidentifkasi peraturan-peraturan yang mengatur


profesi dan jabatan dokter (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifkasi indikasi dilakukan visum et repertum


dan menjelaskan hasilnya(T,K&SL).

Mahasiswa mampu mengidntifikasi pihak-pihak yang berwewenang dalm


membuat VeR (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi peranan komite etik dalam praktek


kedokteran (T&K)

Mahasiswa mampu mengidentifikasi isu-isu legal dalam praktek


kedokteran (UU praktek kedokteran, Medical council, IDI, Perda yang
berkaitan dengan praktek kedokteran) (T,K & SL)

Mahasiswa mampu memahami UU kesehatan RI (T&K).

AREA KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI OLEH MAHASISWA :


Area 1 : Komunikasi Efektif
1. Mampu Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran maupun
harapanya.

2. Mampu mengunakan open-ended maupun closed question dalam mengali


informasi (move from opening to closed question properly)
3. Meminta penjelasan pada pasien terhadap pernyataan (statement) yang
kurang dimengerti
Area 2 : Keterampilan Klinis
1. Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas dan
benar
2. Menetukan pemeriksaan penunjang untuk penanpisan penyakit.
3. Memilih prosedur kedaruratan Klinis sesuai kebutuhan pasien atau
menetapkan rujukan.
Area 3 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
1. Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekuler
2. Menjelaskan perubahan proses patofisiologis setelah pengobatan
3. Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan
4. Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.
5. Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan penyakit.
Area 4 : Pengelolaan Masalah Kesehatan
1. Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
sementara dan diagnosis banding
2. Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit.
Area 5 : Pengelolaan Informasi
Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun
data relavan menjadi arsip pribadi.
Area 6
Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas
kesehatan lain, serta bertindak secara profesional.
DAFTAR MASALAH YANG SERING DIJUMPAI
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau
masalah pasien atau masalah klien. Melalui penelusuran riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga


dan lingkungannya, dokter melakukan analisis terhadap masalah kesehatan
tersebut untuk kemudian menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian
masalah tersebut.
Daftar ini berisikan masalah, keluhan atau gejala yang banyak dijumpai pada
tingkat pelayanan kesehatan primer berdasarkan alasan yang membawa pasien
atau klien mendatangi dokter atau pelayanan kesehatan. Selama pendidikan
dokter, mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan atau
gejala tersebut, serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut. Semakin banyak terpapar oleh berbagai jenis masalah, keluhan atau
gejala yang akan dijumpai di pelayanan kesehatan primer, lulusan dokter
diharapkan memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang lebih baik.
Daftar masalah ini dibagi menjadi dua, yaitu daftar masalah individu dan
daftar masalah komunitas. Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan
dokter, karena merupakan masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai
pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar masalah individu berisikan
keluhan, gejala maupun hal-hal yang membuat individu sebagai pasien atau
klien mendatangi dokter atau institusi pelayanan kesehatan.
Daftar masalah komunitas berisikan daftar masalah yang dirasakan oleh
masyarakat

di

sekitar

tempat

dokter

praktik

dan

berpotensi

dapat

menimbulkan masalah kesehatan di ingkat individu, keluarga dan masyarakat.


Daftar ini tidak menunjukkan urutan prioritas masalah kesehatan.

Topik Tree
Penyidik

Dokter

Korban

Pemeriksaan post mortem

Penuntut Hukum
Tanda sekunder

Sebab kematian

a. Lebam mayat

Pembunuhan

b. Kaku Mayat

Bunuh diri

c. Penurunan suhu

Penembakan, dll.

d. Pembusukan
e. Adiposa
f. Mumifikasi

Hasil pemeriksaan

Hakim

FORMAT AKTIVITAS BELAJAR


Aktifitas belajar dirancang dalam bentuk PBL (Problem Based Learning) dengan
beberapa aktivitas belajar dipersiapkan untuk mencapai kompetensi pada modul
ini berupa :
1. Kuliah pakar
2. Diskusi Tutorial
3. Skill Lab
4. Belajar Mandiri
5. Konsultasi Pakar
Ad. 1. Kuliah Pakar
Kuliah pakar diberikan oleh seseorang yang dianggap memiliki kompetensi
akademik dalam bidang yang menjadi topik masalah yang dibahas dalam diskusi
dan tutorial. Kuliah pakar seminggu dapat berlangsung 2-5 kali, diruang kuliah.
Kuliah pakar ini dikemas dalam bentuk komunikasi dua arah. Kuliah pakar akan
sangat membantu mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan yang didapatkanya
melalui proses belajar mandiri, praktikum maupun diskusi.
Kuliah kuliah dalam Modul XXII ini adalah :
No
1.
2.

Judul Kuliah
Introduksi Modul XXII
Autopsi

Bagian
MEU
Ilmu Kedokteran

Pemberi Kuliah
Dr. Chairul Zulfi, M.Si
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

3.

Tanatologi

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

4.

Visum et Repertum

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

Traumatologi Forensik

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

6.

Cause of Death

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

7.

Informed

Conset

dan

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Chairul Zulfi, MSi

8.

Rekam Medik
Hubungan
Dokter

dan

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

Dr. Chairul Zulfi, MSi

5.

9.

Pasien
Perlindungan Hukum dalam

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

Dr. Chairul Zulfi, MSi

10.

praktek kedokteran
Organisasi Kesehatan

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

Dr. Chairul Zulfi, MSi

11

Sumpah Dokter

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

dr. Arif Fadillah, Sp.PD-

12.

Malpraktek dan kesalahan

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

FINASIM
dr. Arif Fadillah, Sp.PD-

13.

prosedur
Asfiksia Mekanik

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

FINASIM
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

14

Toksikologi

Kehakiman
Ilmu Kedokteran

SH SpF
Dr. Reinhard J.D Hutahaean,

15.

Pleno

Kehakiman
Penangung Jawab

SH SpF
Dr. Chairul Zulfi, MSi

Modul
Ad. 2 Diskusi Tutorial
Pra tutorial
1. Mempelajari dengan seksama modul ini termasuk TIU dan TIK
2. Jika ada materi yang tidak jelas mohon ditanyakan pada dosen pengampu
(nama, no telfon setiap dosen pengampu terlampir)
3. Membuat rencana pembelajaran
4. Membuat tabulasi penyakit penyakit yang menyebabkan produksi kurang
dan menghubungkannya dengan kata kunci
5. Mengecek kelengkapan ruang tutorial
Tutorial tahap 1
1. Membantu mahasiswa menunjuk ketua dan sekertaris kelompok
2. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu :

Menyusun kata kunci

Membahas TIU dan TIK

Membuat daftar pertanyaan sebanyak banyaknya yang diarahkan


ke TIK

Menjawab pertanyaan-pertanyaan

Membuat tabulasi penyakit penyakit yang menyebabkan kencing


kurang dan menghubungkannya dengan kata kunci

Membuat tujuan pembelajaran selanjutnya

Membagi tugas pencarian informasi berdasarkan jenis penyakit


yang menimbulkan kencing kurang

3. Melakukan penilaian untuk mahasiswa dan menandatanganinya


4. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya
5. Mengingatkan mahasiswa agar pertemuan selanjutnya masing masing
sudah mengisi lembaran kerja
Tutorial tahap 2
6. Mengecek apakah mahasiswa datang dengan membawa lembaran
kerjanya
7. Memfasilitasi diskusi agar berjalan sesuai urutannya yaitu :

Melaporkan informasi tambahan yang baru diperolehnya

Mahasiswa mendiskusikan satu persatu penyakit yang bergejala


utama produksi kencing kurang, etiologinya, patomekanismenya,
cara mendiagnosis (anamnesis, inspeksi, palpasi perkusi dan
auskultasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaannya.

Mahasiswa menganalisa kembali tabulasi yang dibuat berdasarkan


setiap penyakit dan kata kunci.

Mengurutkan penyakit mulai dengan diagnosis terdekat sampai


diagnosis yang terjauh

Tutor menanyakan beberapa pertannyaan mendasar yang perlu


diketahui mahasiswa dan mendiskusikannya

Mahasiswa membuat tujuan pembelajaran selanjutnya dengan


mencatat pertanyaan yang belum terjawab untuk dicari pada
perpustakaan, ditanyakan langsung kepada dosen pengampu atau
ditanyakan dalam diskusi panel.

8. Membuat penilaian terutama saat mahasiswa melaporkan informasi yang


diperoleh.
9. Mengecek kehadiran mahasiswa dan menandatangani daftar hadirnya
Saat Panel Diskusi
1. Wajib mengikuti diskus panel
2. Membuat penilaian pada penampilan, cara menjawab, isi jawaban dan
lain-lain pada mahasiswa yang melapor atau menjawab pertanyaan.
Setelah satu Seri Tutorial Selesai
1. Mengumpulkan semua absensi kelompok di Koordinator PBL
2. Membuat penilaian ahir: dari semua nilai
3. Memeriksa laporan mahasiswa bersama nara sumber
Tugas dan Kewajiban Mahasiswa
Tugas Untuk Mahasiswa
1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas, mahasiswa mendiskusikannya
dalam satu kelompok diskusi yang terdiri dari 12-15 orang, dipimpin oleh
seorang ketua dan sekretaris yang dipilih oleh mahasiswa sendiri. Ketua dan
sekretaris ini sebaiknya berganti-ganti pada setiap kali diskusi. Diskusi
kelompok ini bisa dipimpin oleh tutor atau secara mandiri
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan
menggunakan buku ajar, majalah, slide, tape atau video, dan internet, untuk
mencari informasi tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri

(tanpa tutor),

melakukan curah

pendapat bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa dan atau


mensintese informasi dalam menyelesaikan masalah.
4. Melakukan penilaian atas pelaksanaan tutorial pada umunya dan kinerja tutor
5. Melakukan penilaian atas kinerja mahasiswa lain dalam kelompoknya.
6. Berkonsultasi pada nara sumber yang ahli pada permasalahan dimaksud untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam (tanya pakar).

7. Mengikuti kuliah khusus (kuliah pakar) dalam kelas untuk masalah yang
belum jelas atau tidak ditemukan jawabannya..
8. Melakukan praktikum di laboratorium Anatomi dan Histologi.
9. Melakukan latihan di Laboratorium Keterampilan Klinik
Dalam semua aktivitas mahasiswa diharuskan memakai Name tag dan
mematuhi semua tata tertib yang ada.
PROSES PEMECAHAN MASALAH
Dalam diskusi kelompok, mahasiswa memecahkan problem yang terdapat dalam
skenario ini, dengan melakukan 7 langkah di bawah ini :
1. Klarifikasi

isitilah yang tidak jelas dalam skenario di atas dan tentukan

minimal 5 kata kunci.


2. Identifikasi problem

penting dalam skenario di atas, dengan membuat

pertanyaan mendasar.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan brain storming menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas.
4. Urutkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
5. Tentukan tujuan pembelajaran selanjutnya yang ingin dicapai oleh mahasiswa
atas kasus di atas.
Langkah 1 sd 5 dilakukan dalam diskusi pertama bersama tutor.
6. Cari informasi tambahan tentang kasus di atas di luar kelompok tatap muka.
Langkah 6 dilakukan dengan belajar sendiri-sendiri atau diskusi berkelompok
tidak dengan tutor.
7. Laporkan

hasil diskusi

dan sintesis

informasi-informasi yang baru

ditemukan.
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok diskusi dengan tutor.
Bila pada pelaporan masih ada pertanyaan-pertanyaan yang masih
membutuhkan informasi baru maka proses 6 diulangi lagi dan seterusnya.

10

Penjelasan :

Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada

informasi yang diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses
6 bisa diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah diatas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah
informasi dirasa cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang
biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk
bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.
Jadwal Kegiatan
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor,
mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 15-17
orang tiap kelompok.
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara
menyelesaikan modul, dan membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan
pertama buku modul dibagikan.
2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih
menjadi ketua dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor Tujuan :
*

Memilih ketua dan sekretaris kelompok,

Brain-storming untuk proses 1 5,

Pembagian tugas

3. Pertemuan ketiga: diskusi tutorial 2 seperti pada tutorial 1. Tujuan: untuk


melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan
melakukan klassifikasi, analisa dan sintese dari semua informasi.
4. Anda belajar mandiri baik sendiri-sendiri. Tujuan: untuk mencari informasi
baru yang diperlukan,
5. Diskusi mandiri; dengan proses sama dengan diskusi tutorial. Bila informasi
telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan penyajian dan
laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakukan berulang-ulang diluar jadwal.

11

6. Pertemuan keempat: diskusi panel dan tanya pakar. Tujuan: untuk


melaporkan hasil

analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk

menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau
kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada
pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai
urutan yang tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiwa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan
tentang salah satu penyakit yang memberikan gambaran seperti pada skenario
yang didiskusikan pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam bentuk laporan
penyajian dan laporan lengkap.
8. Pertemuan terakhir: laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masingmasing mahasiswa.
Ad. 3. Skill Lab
Skill Lab dilakukan di ruangan skill lab yang terkait dengan modul I, dimana
setiap kelompok akan di bimbing oleh 1 orang instruktur yang telah ditunjuk.
Skill lab dalam modul I terdiri sebanyak 5 kali dimana sklil lab dimulai pada
minggu pertama modul I dan berakhir padan minggu ke lima modul I.
Minggu

Ke-II

Materi Skill Lab

Jenis

VeR Korban Meninggal

VeR Korban Luka

Demo

Belajar Mandiri

Evaluasi

Demo

Waktu

KLP

2x50 menit

10 Klp

2x50 menit
Ke-III

Ke-IV

Bad Delivery News

12

Belajar Mandiri

Evaluasi

Demo

10 Klp

10 Klp

Ke-V

Pasien Safety

Belajar Mandiri

Evaluasi

Demo

Belajar Mandiri

Evaluasi

2x50 menit

2x50 menit

10 Klp

Ad. 4. Belajar Mandiri


Pada format belajar mandari ini diharapkan mahasiswa mampu untuk mencari,
memahami, mensitesa serta merekontruksi pengetahuan yang baru diperoleh
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Belajar mandiri terdiri dari
50 dari total waktu belajar, yaitu 20-25 jam dalam seminggu (waktu belajar
seminggu 45 jam). Belajar mandiri merupakan format utama dalam PBL.
Topic-topik yang perlu dipelajari secara mandiri dapat dilihat pada topic tree.

Ad. 5. Konsultasi Pakar


Konsultasi pakar bertujuan untuk membantu mahasiswa yang menghadapi
kesulitan dalam memahami materi yang ada maupun tidak terdapat dalam materi
kuliah. Konsultasi pakar dapat dilakukan dengan membuat janji dengan pakar
untuk waktu konsultasi yang diketahui oleh pihak Medical Education Unit
(MEU).

Tim Pakar dalam modul ini adalah :


No

Nama

1.

Dr. Arief

fadillah,

2.

FINASIM
Dr. Chairul Zulfi, M.SI

Bagian
Sp.PD

ILMU PENYAKIT
DALAM
MEU

13

HP
08126914937
081688889

3.

Dr. Said Aandy saida

KURIKULUM/MEU

085260044239

PENILAIAN
Modul ini mempunyai kompentensi sedang dengan penilaian :
1.

Nilai proses 40% teridir atas


a. Tutorial 20 % (Pertemuan 15% dan Log Book 5%)
b. Skill Lab 20 %

2.

Nilai Ujian Akhir Modul 60%

SKENARIO 1
Korban Genk Motor
Pada suatu malam di sebuah tempat yang sangat gelap, Tn. Ziyaudin, 24 tahun
melewati sebuah jalan raya dan melihat perkelahian oleh sekelompok genk motor

14

terhadap petugas Pom Bensin. 15 menit kemudiaan ternyata petugas ditemukan


dalam keadaan tak bernyawa, Tn Ziyaudin binggung untuk melakukan tindakan
apa, dengan saran masyarakat agar melaporkan kasus tersebut ke kantor polisi.
Setelahpolisi tiba di TKP, pihak kepolisian dengan tim Forensik melakukan olah
TKP dan membawa jenazah ke Rumah Sakit Negeri Zainal Abidin untuk
dilakukan Autopsi dalam untuk melihat perkara yang sebenarnya terjadi dan
mencari barang bukti untuk proses penengakan hukum.
Tn. Ziyaudin binggung kenapa petugas pom bensin tersebut dibawa oleh pihak
kepolisian dan petugas yang berpakaian putih ke rumah sakit. Padahal pasien
sudah tidak bernyawa bukan untuk diantarkan ke keluarganya langsung untuk
dikuburkan.
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang Ilmu Forensik dan Ilmu-ilmu yang terkait lainnya
2. Menjelaskan tentang Prinsip dasar ilmu Forensik
3. Menjelaskan tentang Definisi serta klasifikasi Autopsi
4. Menjelaskan tentang Aspek Medikolegal pada ilmu forensik
5. Menjelaskan Tentang Tanatologi dan prinsipnya
6. Menjelaskan tentang manfaat ilmu forensic dan tanatologi

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 1


Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

15

Tanatologi

Forensik

PostMortem

Antenatal Care

Langkah 2 (identifikasi masalah)


Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan
mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang

ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun


beberaptugas tersebut ke rumah sakit?a masalah yang mungkin dikemukakan
adalah sebagai berikut :
1. Apa Yang menyebabkan petugas tersebut tidak bernyawa?
2. Kenapa tim forensik terjun ke TKP?
3. Apa tujuan di lakukan pemeriksaan Autopsi?
4. Apa yang dimaksud dengan Postmortem?
5. Apa Tujuan dibawa mayat ke rumah sakit?
Langkah 3 (Analisa Masalah)
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :
Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari
pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja

16

yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat


memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
1. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
2. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ). Sebagai bahan pegangan untuk tutor dapat
dilihat pada tulisan berikut.

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


Cabang ilmu Kedokteran yang semula bernama Medicolegal Science di berbagai
negara namanya disesuaikan. Dalam perkembangannya muncul istilah Forensic
Medicine. Forensic berasal dari kata forum, yaitu tempat berlangsungnya siding
peradilan pada zaman Romawi, dan medicine berarti kedokteran. Istilah lain yang

17

dipakai ialah Legal medicine, Medical Jurisprudence, Gerichtliche Medizine,


Gerechtelijke Geneeskunde, Medicine Forensic, Medico-Legal dan lain-lain
adalah padanan kedokteran. Pasca kemerdekaan para pakar di bidang medicolegal
science sepakat menggantinya penyesuaian menjadi ilmu Dokter Kehakiman,
kemudian mengalami penyesuaian menjadi ilmu Kedokteran Kehakiman. Istilah
ini dipakai hingga sekarang. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang berlaku sejak tanggal 31 Desember 1981 memakai istilah
Kedokteran Kehakiman dalam pasal-pasalnya.
Sejak awal tahun 1990 para ahli ilmu Kedokteran Kehakiman di Indonesia, mulai
mempopulerkan nama ilmu Kedokteran Forensik. Ahli dalam bidang ini merasa
lebih tepat memakai istilah Kedokteran Forensik ketimbang Kedokteran
Kehakiman. Alasannya antara lain : tidak semua bantuan yang diberikan akan
sampai ke pengadilan (kehakiman), sebagian hanya sampai di tingkat penyidikan,
di samping itu pemakaian istilah kehakiman dapat menyesatkan, karena sebutan
dokter kehakiman dapat menimbulkan asosiasi sebagai dokter yang bekerja di
Departemen Kehakiman. Spesialisasi dalam bidang ini disebut Spesialis
Kedokteran Forensik atau disingkat Spesialis Forensik (Sp.F).
Cabang-cabang ilmu forensik lainnya adalah: kedokteran forensik, toksikologi
forensik, odontologi forensik, psikiatri forensik, entomologi forensik, antrofologi
forensik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi / biologi molekuler
forensik. Biologi molekuler forensik lebih dikenal dengan DNA-forensic.
Ada berbagai pengertian yang dikemukan oleh ahli Kedokteran Forensik, di
antaranya Sidney Smith mendefinisikan yaitu ilmu Kedokteran Forensik
merupakan kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan
penegak hukum.
Simpson K. mendefinisikan yaitu terjemahan bebasnya ialah ilmu kedokteran
yang berhubungan dengan pengeluaran surat-surat keterangan untuk orang hidup
maupun mati demi kepentingan hukum, mempelajari kematian tiba-tiba, karena
kekerasan atau kematian yang mencurigakan sebabnya, penyidikan tindakan
kriminal secara ilmiah, hal-hal yang berhubungan dengan penyidikan, kesaksian,
etika kedokteran dan sebagainya.
Jaising P. Modi dalam bukunya Medical Jurisprudence and Toxicology yang
sudah dicetak ulang puluhan kali sesudah penerbitan pertama tahun 1920
menyatakan cabang ilmu Kedokteran yang menggunakan prinsip-prinsip dan
pengetahuan kedokteran untuk membantu proses hukum, baik sipil maupun
kriminal.

AUTOPSI

18

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan


terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit
dan atau adanya sedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Berdasarkan tujuannya autopsy terbagi atas :


1. autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit.
Tujuannya untuk menentukan peneyebab kematian yang pasti, menganalisis
kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem, patogenesis
penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan izin keluarga
terdekat mayat tersebut, sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara lengkap,
namun dalam keadaan amat memaksa dapat dilakukan juga autopsy parsial
atau needle necropsy terhadap organ tertentu meskipun pada kedua keadaan
tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat.

2. Autopsi forensic / medikolegal


Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab
yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunhu diri.
Tujuan pemeriksaan autopsy forensic adalah :
1.1 Membantu menentukan identitas mayat
1.2 Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat
kematian.
1.3 Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan.
1.4

Membuat laporan tertulis yang obyektif berdasarkan fakta dalam


bentuk visum et repertum

19

Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri,
dan sedini mungkin.

3. autopsy Anatomi
dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa
kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia, untuk autopsy ini
diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau keluarganya. Dalam
keadaan darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya
maka tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk autopsi anatomi.

TIPE AUTOPSI
Berdasar konvensi medik dan system legal dari negara-negara, secara umum ada 2
tipe autopsi yaitu :
1) Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian karena
bencana alam atau yang berhubungan medis dan operasi, kematian industri
dan lain-lain
2) Autopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada investigasi
polisi, kematian ini terdiri dari pembunuhan , pembunuhan orang dewasa,
pembunuhan bayi dan kategari lain dari berbagai macam hukum yang
berbeda.
Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan tempat lain
dalam sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi harus dilatih dan
berpengalaman. Beberapa negara dibedakan praktisi forensik patologi dengan
orang yang mengajar di Universitas sehingga tidak mudah untuk menjadi pengajar
yang baik dan dapat dipercaya kecuali jika praktek langsung pada subjek.
Medikolegal autopsi oleh dokter tidak terlatih tidak menguntungkan sangat
penting untuk mendukung berjalannya hukum dan administrasi keadilan.
Dasar Hukum

20

Pasal 133, KUHAP


Bila yang diperiksa adalah manusia sebagai korban atau diduga sebagai korban
suatu pidana baik hidup ataupun mati.
Ayat 1 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai seseorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati nyang diduga karena peristiwa yang
merupakan tinfdakan pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ayat 2 : Permintaan keterangan ahlisebagaiman dimadsud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Ayat 3 : Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang
dilekaktkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 134, KUHAP


1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelasjelasnya tentang madsud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan
tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak adatanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimadsud dalam pasal 133 ayat (3)
undang-undang ini.
Pasal 6
Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan bedah mayat, maka
adalah kewajiban petugas polisi pemeriksa untuk secara persuasive memberikan
penjelasan tentang perlunya dan pentingnya autopsy untuk kepentingan
penyelidikan. Kalo perlu bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP.
PROSEDUR AUTOPSI

21

Banyak aspek dari autopsi pada setiap kematian, hal ini akan dibahas berdasarkan
semua hal yang bermakna dari barang. Tujuan dari Sebuah Autopsi :
a. Membuat identifikasi dari tubuh memperkirakan ukuran, fisik dan
perawatan
b. Menetapkan sebab kematian
c. Menetapkan cara kematian dan waktu kematian yang penting dan mungkin
d. Untuk mendemonstrasikan segala kelaian luar dan dalam, malformasi dan
penyakit
e. Mendeteksi, menggambarkan dan mengukur luka luar dan luka dalam
f. Mendapatkan sampel untuk analisis, pemeriksaan mikrobiologi dan
histologi dan infestigasi penting lainnya
g. Menahan organ dan jaringan yang relevan sebagai bukti
h. Mendapatkan foto dan video untuk keterangan dan pendidikan
i. Menyediakan laporan tertulis yang lengkap untuk temuan otopsi
j. Memberikan interpretasi ahli terhadap semua yang ditemukan
k. Memperbaiki kondidi tubuh, sebelum diberikan kepada keluarga.
Persiapan Sebelum melakukan Autopsi
1. Melengkapi suratsurat yang berkaitan dengan autopsy yang akan
dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan
atau pembuatan Visum Et Repertum.
2. Jenis pemeriksaan mayat yang diminta
3. Memastikan mayat yanga akan di autopsy adalah mayat yang dimadsud
dalam surat tersebut.
4. Lebel identitas pada mayat
5. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian
selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan
jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan.
6. Memastikan alatalat yang diperlukan.

22

Bedah Mayat
Ada satu hal yang perlu dikemukan untuk meluruskan salah pengertian yang
sering dipakai banyak orang, yaitu menyamakan ilmu Kedokteran Forensik
dengan ilmu Bedah Mayat. Perkiraan demikian mungkin berangkat dari
kenyataan, bahwa bagian ilmu Kedokteran Forensik yang berada di rumah sakit
umumnya melayani pemeriksaan bedah mayat, atau karena dokter yang bekerja di
bagian Kedokteran Forensik tugas utamanya adalah melakukan bedah mayat.
Asosiasi pikiran demikian tidak benar, sebab ruang lingkup pelayanan ilmu
Kedokteran Forensik meliputi pemeriksaan orang hidup maupun pemeriksaan
jenazah dan pemeriksaan bahan yang berasal dari tubuh manusia seperti rambut,
kuku, cairan semen, darah dan lain-lain untuk kepentingan penyidikan dan
pengadilan. Dalam kenyataan seharu-hari terlihat jumlah pemeriksaan korban
hidup yang dilayani dokter jauh lebih banyak dibanding pemeriksaan jenazah.
Oleh karena itu pemikiran bahwa ilmu Kedokteran Forensik sama dengan ilmu
Bedah Mayat, atau bagian Kedokteran Kehakiman sama dengan bagian Bedah
Mayat harus dikesampingkan.
Lintas Disiplin
Ilmu kedokteran forensik adalah ilmu lintas dispilin. Pada dasarnya ilmu ini hadir
untuk membantu proses hukum dan keadilan. Proses hukum ini dimulai dari
adanya korban. Untuk dapat membuktikan telah terjadi tindak pidana, penyidik
memerlukan bukti atau kebenaran material. Karena kekerasan terjadi pada
manusia, maka diperlukan bantuan ahli (dokter) untuk memeriksa korban.
Hasil pemeriksaan ini yang di Indonesia disebut Visum et Repertum (VeR)
diserahkan oleh dokter kepada penyidik yang akan menggunakannya sebagai
petunjuk atau pedoman dalam mengusut dan menyidik perkara tersebut. Bila
penyidik yakin telah terjadi tindak pidana, maka berkas perkara disampaikan
kepada jaksa, di antaranya VeR yang akan berperan sebagai alat bukti yang sah
oleh jaksa, pembela dan hakim.
Pada keadaan lain dokter diperlukan sebagai saksi ahli di sidang pengadilan
sehubungan dengan VeR yang dibuatnya atau sebagai saksi ahli karena
pengetahuannya di bidang Kedokteran.

Lingkup Pelayanan
Ternyata pelayanan di bidang medikolegal dalam beberapa kasus masih
diperlukan displin lain. Di bidang kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup
Patologi Forensik, Psikiatri Forensik, Toksiklogi Forensik, Antrpologi Forensik,
Odontologi Forensik dan Radiologi Forensik. Juga jurusan biologi yang dekat

23

dengan ilmu Kedokteran yaitu Entomologi Forensik yang dalam 2 dekade terakhir
menunjukkan peranan yang meningkat.
Yang dimaksud dengan Patologi Forensik adalah pengetahuan tentang
pemeriksaan kelainan pada jaringan tubuh oleh karena kekerasan atau mati tibatiba untuk kepentingan peradilan. Psikiatri Forensik adalah tentang pembuktian
adanya kelainan jiwa pada tersangka. Toksikologi Forensik adalah peristiwa
keracunan yang berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang
sudah lama berperan adalah cabang ilmu Kedokteran yang banyak membantu
dalam pemeriksaan korban atau jaringan tubuh menggunakan pengetahuan dan
teknologi radiologi. Odontologi Forensik adalah penggunaan pengetahuan ilmu
Kedokteran Gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan terutama dalam
identifikasi. Entomologi Forensik adalah pengetahuan tentang serangga yang
berguna untuk masalah forensik. Semua disiplin ilmu ini bila dihubungkan dengan
ilmu Balistik, ilmu Kimia, ilmu Fisika dan lain-lain yang digunakan untuk
kepentingan hukum dan peradilan, berada di bawah bendera forensic sciences.
Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang kedokteran Forensik adalah
dalam rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :
1. Apa yang terjadi (what)
2. Siapa yang terlibat (who)
3. Dimana terjadi (where)
4. Kapan terjadi (when)
5. Bagaimana terjadinya (how)
6. Dengan apa melakukannya (with what)
7. Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why)
Dalam perkembangannya bidang kedokteran forensik tidak hanya berhadapan
dengan mayat (atau bedah mayat), tetapi juga berhubungan dengan orang hidup.
Dalam hal ini peran kedokteran forensik meliputi:
1. Melakukan otopsi medikolegal dalam pemeriksaan menyenai sebab-sebab
kematian, apakah mati wajar atau tidak wajar, penyidikan ini juga bertujuan
untuk mencari peristiwa apa sebenarnya yang telah terjadi,
2. Identifikasi mayat,
3. Meneliti waktu kapan kematian itu berlansung time of death
4. Penyidikan pada tidak kekerasan seperti kekerasan seksual, kekerasan
terhadap anak dibawah umur, kekerasan dalam rumah tangga,
5. Pelayanan penelusuran keturunan,
6. Di negara maju kedokteran forensik juga menspesialisasikan dirinya pada
bidang kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh obat-obatan driving under
drugs influence. Bidang ini di Jerman dikenal dengan Verkehrsmedizin
Hukum Kesehatan
Ilmu Kedokteran Forensik harus dibedakan dari ilmu Hukum Kedokteran dan
Hukum Kesehatan yang berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini,

24

walaupun sama menggabungkan ilmu Kedokteran dan Kesehatan dengan ilmu


Hukum, tetapi keduanya berbeda. Hukum Kedokteran atau Hukum Kesehatan
adalah cabang ilmu yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan hukum yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Titik berat
penerapan ilmu Kedokteran Forensik adalah untuk kepentingan penegakan hukum
dan keadilan, (medicine for the law) sedangkan titik berat penerapan Hukum
Kesehatan adalah untuk kepentingan kalangan kesehatan dan pemakai jasa di
bidang kesehatan (pasien dan masyarakat) yaitu agar pelayanan kesehatan
berlangsung dengan baik (law for medicine atau law regulating the practice of
medicine).
KETENTUAN HUKUM DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Perdanakusuma (1984) mengelompokkan ilmu forensik berdasarkan peranannya
dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah hukum.
Dalam kelompok ini termasuk hukum pidana dan hukum acara pidana.
Kejahatan sebagai masalah hukum adalah aspek pertama dari tindak kriminal
itu sendiri, karena kejahatan merupakan perbuatan-perbuatan yang melanggar
hukum.
2. Ilmu-Ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah teknis.
Kejahatan dipandang sebagai masalah teknis, karena kejahatan dari segi wujud
perbuatannya maupun alat yang digunakannya memerlukan penganan secara
teknis dengan menggunakan bantuan diluar ilmu hukum pidana maupun acara
pidana. Dalam kelompok ini termasuk ilmu kriminalistik, kedokteran forensik,
kimia forensik, fisika forensik, toksikologi forensik, serologi/biologi
molekuler forensik, odontologi forensik, dan entomogoli forensik. Pada
umumnya suatu laboratorium kriminalistik mencangkup bidang ilmu
kedokteran forensik, kimia forensik dan ilmu fisika forensik. Bidang kimia
forensik mencangkup juga analisa racun (toksikologi forensik), sedangkan
ilmu fisika forensik mempunyai cabang yang amat luas termasuk: balistik
forensik, ilmu sidik jari, fotografi forensik. Apabila terjadi suatu kasus
kejahatan, maka pada umumnya timbul pertanyaan-pertanyaan seperti:
1. Peristiwa apa yang terjadi?
2. Di mana terjadinya?
3. Bilamana terjadinya?

25

4. Dengan alat apa dilakukannya?


5. Bagaimana melakukannya?
6. Mengapa perbuatan tersebut dilakukan?
7. Siapa yang melakukan?
Pertanyaan peristiwa apa yang terjadi adalah mencari jenis kejahatan yang
terjadi, misalnya pembunuhan atau bunuh diri. Dengan bantuan ilmu
kedokteran forensik atau bidang ilmu lainnya, dapat disimpulkan penyebabnya
adalah bunuh diri. Oleh sebab itu penyidik tidak perlu melakukan penyidikan
selanjutnya guna mencari siapa pelaku dari peristiwa tersebut, karena
kematian diakibatkan oleh perbuatannya sendiri.
3. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah manusia.
Dalam kelompok ini termasuk kriminologi, psikologi forensik, dan
psikiatri/neurologi forensik. Kejahatan sebagai masalah manusia, karena
pelaku dan objek penghukuman dari tindak kriminal tersebut adalah manusia.
Dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak terlepas dari unsur jasmani
(raga) dan jiwa. Disamping itu, kodrat manusia sebagai mahluk sosial, yang
hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan
juga dipengaruhi oleh faktor internal (dorongan dari dalam dirinya sendiri)
dan faktor eksternal (dipengaruhi oleh lingkungannya). Atas asas keadilan,
dalam pemutusan sangsi dari tindak pidana, perlu ditelusuri faktor-faktor yang
menjadi sebab seseorang itu melakukan kejahatan. Untuk itu perlu diteliti
berbagai aspek yang menyangkut kehidupannya, seperti faktor kejiwaan,
keluarga, dan faktor lingkungan masyarakatnya. Seseorang melakukan tindak
kriminal mungkin didorong oleh latar belakang kejiwaannya, atau karena
keadaan ekonomi keluarganya, ataupun karena pengaruh dari keadaan sosial
masyarakatnya. Dalam hal ini peran serta kriminolog, psikolog forensik, dan
psikiater forensik mempunyai peran penting dalam menyelesaikan kasus
kejahatan.
Berdasarkan klasifikasi diatas peran ilmu forensik dalam menyelesaikan masalah /
kasus-kasus kriminal lebih banyak pada penanganan kejahatan dari masalah teknis
dan manusia. Sehingga pada umumnya laboratorium forensik dimanfaatkan untuk
kepentingan peradilan, khususnya perkara pidana.
Proses Peradilan
Dikenal dua macam peradilan yang sering melibatkan kalangan dokter, yaitu :

26

1. Perakara pidana
2. Perkara perdata
Perkara Pidana
Perkara pidana adalah perkara yang menyangkut kepentingan dan ketentraman
masyarakat dimana pihak yang berperkara adalah antara jaksa penuntut umum
mewakili negara dengan tertuduh.
Proses peradilan pidana terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap I Penyidikan oleh
penyidik, tahap II Penuntutan oleh penuntut umum dan tahap III Mengadili
perkara oleh hakim.
Penyidikan dimulai dari penyidikan oleh penyidik yaitu seluruh pejabat
kepolisian. Penyidik dapat melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk mencari
dan menentukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidak dilakukan penyidikan. Jika penyelidik yakin adanya
peristiwa pidana, maka tindakan selanjutnya dalah membuat dan menyampaikan
laporan kepada penyidik. Penyidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari
dan mengumpulkan bukti-bukti sehingga perkaranya menjadi jelas dan
menemukan tersangka.
Keterlibatan ahli (pemeriksaan dokter dalam perkara yang berkaitan dengan
kekerasan pada manusia) untuk membantu penyidik sangat penting yaitu sebagai
kompas dalam mengarahkan penyidikan. Sesudah bahan penyidikannya cukup,
maka penyidik akan melimpahkan berkas-berkasnya kepada penuntut umum
untuk dipelajari, bila belum lengkap maka penuntut umum akan meminta
penyidik untuk melakukan pemeriksaan tambahan disertai petunjuk yang
diperlukan agar proses untuk penuntutan dapat dilaksanakan. Setelah penuntut
umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan, maka segera
menentukan dapat tidaknya melimpahkan berkas ke pengadilan untuk proses
hukum lebih lanjut. Penuntut akan akan membuat surat dakwaan secepatnya.
Hakim berdasarkan alat-alat bukti yang sah mencari kebenaran materiil atau
kebenaran sesungguhnya agar peristiwa pidana tersebut menjadi terang dan
meyakinkan atau sebaliknya. Kehadiran saksi ahli di sidang pengadilan mungkin
diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang pemeriksaan yang telah
dilakukannya (visum et repertum) atau tentang pengetahuan di bidang yang
dikuasainya yang diperlukan hakim.
Perkara Perdata
Perkara perdata adalah perkara antar pribadi atau badan hukum yaitu antara
penggugat dengan tergugat. Inisiatif berperkara datang dari pihak yang merasa
dirugikan. Penggugat dan tergugat dapat diwakili oleh pengacara. Untuk
memenangkan perkara maka pihak penggugat dan tergugat dapat mengemukakan

27

dalil-dalil dan bukti-bukti yang diusahakannya sendiri. Tugas hakim yang pertama
adalah menasehati kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara di luar
pengadilan, sebab prosesnya bisa berlangsung lama, birokratis, biaya mungkin
besar, dan keputusannya dapat mengecewakan satu atau mungkin kedua belah
pihak. Hakim dalam memutuskan perkara akan berpegang kepada kebenaran
formal. Sistem pembuktian cara ini digolongkan dalam pembuktian positif.
Peranan ahli (termasuk dokter) adalah membantu para pihak mendapatkan buktibukti atau dalil-dalil yang menguatkan gugatan atau mematahkan gugatan.
Pada proses hukum pidana maupun perdata dapat dilihat bahwa keduanya
memerlukan bantuan ahli baik dalam memeriksa maupun memberi keterangan
dan penjelasan secara medis.

Sistem Pemeriksaan Medikolegal


Bila ada korban yang meninggal akibat pembunuhan , bunuh diri atau mati yang
mencurigakan sebabnya, maka diperlukan bantuan ahli untuk memeriksanya.
Bagaimana keterlibatan dokter diperlukan untuk memeriksa korban, tergantung
dari sistem yang dipakai. Terdapat 3 sistem dalam menangani korban tersebut,
yaitu sistem coroner, sistem medical examiner dan sistem Continental.
1. Sistem Coroner
Pada sistem coroner perlu tidaknya pemeriksaan bedah mayat ditentukan oleh
seorang coroner. Bila seorang coroner datang ke tempat kejadian perkara
melihat tidak ada kecurigaan sebab kematian korban, maka ia meminta dokter
mengeluarkan surat keterangan kematian. Sebaliknya ia meminta dokter untuk
melakukan pemeriksaan bedah mayat untuk mengetahui sebab dan cara
kematian korban. Sistem ini awalnya dipakai di Inggris. Pada mulanya
coroner hanyalah petugas yang mewakili kerajaan (crown) dalam membantu
mengutip pajak di wilayah kekuasaannya.
Seorang coroner biasanya diangkat berdasarkan pemilihan di daerahnya. Pada
mulanya sebagai seorang coroner tidak diperlukan orang yang mempunyai
latar belakang pengetahuan di bidang Hukum atau Kedokteran, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya seorang coroner lebih sering dipilih dari kalangan
yang memahami salah satu dari kedua bidang ini. Sistem ini dipakai di Inggris
dan di beberapa negara bagian Amerika atau di bekas jajahan Inggris.
2. Sistem Medical Examiner
Yang menentukan perlu tidaknya bedah mayat pada korban adalah seorang
medical examiner atau deputy-nya. Medical examiner adalah seorang ahli
Patologi Forensik. Pada setiap peristiwa kematian, medical examiner akan
datang ke tempat kejadian perkara, sementara pihak kepolisian hanya
mengamankan daerah sekitar kejadian yang telah diberi tanda dengan pita
kuning. Dengan sistem ini sebab dan cara kematian lebih mudah ditentukan,

28

sebab dokter mempunyai banyak bahan yang dapat dipakai sebagai petunjuk.
Biasanya pemeriksaan lebih lanjut dilakukan di Medical Examiner office atau
gedug pemeriksaan. Di dalam sistem atau kantor ini terdapat semua tim yang
diperlukan untuk menyelidiki peristiwa seperti pemeriksaan autopsi, Kimia
Forensik, Toksikologi, Balistik dan lain-lain.
3. Sistem Continental
Sistem cotinental adalah sistem yang umumnya dipakai di darata Eropa dan
juga dianut di negara kita sebagai warisan penjajahan Belanda. Pada sisitem
ini yang menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan bedah mayat
adalah polisi (penyidik) atau dalam hukum acara pidana yang lama (RIB)
adalah magistrat (pegawai penuntut umum). Pada sistem ini orang yang mati
karena kekerasan atau mencurigakan sebabnya, dikirim oleh yang berwenang
ke rumah sakit setempat, jadi pada sistem ini dokter menunggu di rumah sakit.
Sistem ini sampai sekarang masih dipakai di Indonesia.
Hukum Kedokteran Forensik
1. Hukum kedokteran/Medical Law adalah Hukum mempelajari hubungan
yuridis
dimana seorang dokter merupakan bagian dari hokum (Health Law), antara
Dokter dan pasien dan berhubungan dengan Hukum pidana.
2. Hukum Kedokteran Forensik/Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensic
Nadicine) Ialah mempelajari Hukum Kedokteran Kehakiman dalam proses
peradilan.
3. Ilmu kedokteran Jiwa Kehakiman (Psychiatri Forensic) Mempelajari Tentang
gangguan Jiwa Hubungannya dengan pasal 44 KUHP.
4. Hukum Kesehatan (Health Law) ialah Hukum yang mempelajari berkaitan
dengan
pemberian perawatan dan penerapannya pada hokum perdata, pidana dan
hokum
administras dan sebaginya.
Hukum kesehatan meliputi:
1. Hukum kedokteran/Medical Law.
2. Hukum Kedokteran Kehakiman (Forensik Nadicine)/(Legal Medicine)/
(Medical Yurisprudenc).

29

3. Hukum Keperawatan (Nurse Law).


4. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law).
5. Hukum Lingkungan (Enveronmental Law).
6. Hukum Keselamatan Kerja Law (Savety Law).
Istilah Kedokteran kehakiman terdapat pada pasal 133 KUHP.
Negara-negara Angola saxon menafsirkan Hukum Kedokteran dan Kedokteran.
Kehakiman di satukan yaitu MEDIC LEGAL. Hakekat Ilmu Kedokteran
Forensik
Menyelesaikan kejahatan-kejahatan dengan pembuktian setepattepatnya, Abad pertengahan dikenal yang namanya Judicia Dei atau Keputusan
Tuhan. Kemudian dalam perkembangannya E. Ferry 1859-1927 ahli hokum Italia
menemukan suatusystem pembuktian yang mana penentuannya guility/not
guility dilakukan oleh ilmuannon Hukum.Forensik berarti berhubungan dengan
bidang kehakiman/peradilan, jadi ilmu Kedokteran forensik ialah hukum yang
berkaitan dengan penggunaan ilmu kedokteran gunamembantu proses pembuktian
dalam hokum acara pidana. Dalam proses pem,buktian di pengadilan Hakim harus
berpedoman pada alat bukti sesuai dengan pasal 184 KUHP.
Tugas Ilmu Kedokteran Forensik :
1. Menurut Objek Pemeriksaan
1. Manusia yang masih hidup Mayat
2. Benda-benda Tubuh
2. Menurut bentuk Kerja
1. melakukan pemeriksaan dan mengemukakan hasil pemeriksaan
2. mengemukakan hasil pendapat saja.
3. memberi nasihat tentang penyidikan.
3. menurut tempat kerja
1. rumah sakit atau laboratorium
2. TKP
3. Ruang kantor/ ruang siding
4. menurut waktu pemeriksaan
1. pemeriksaan mula-mula oleh polisi
2. pemeriksaan lanjutan oleh jaksa
3. pemeriksaan di siding pengadilan
Beberapa kejahatan yang memerlukan bantuan ilmu kedokteran forensic yaitu
perzinahan/pemerkosaan, penganiayaan/pembunuhan, pengguguran kandungan
dan keracunan.

30

Dalam hal keadaan yang sangat mendesak di mana penyidik harus memerlukan
surat izin terlebih dahulu.tampa mengurangi ketentuan ayat 1, penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untik itu wajib melaporkan
segera kepengadilan setempat guna mendapat persetujuan.
Ketentuan Hukum di Tingkat Pendidikan
Ditingkat pendidikan, wewenang penyidik minta bantuan kepada dokter maupun
ahli lainya dijelaskan KUHAP pasal 133. bila tidak ada penyidik maka sesuai
KUHAP pasal 10, wewenang dilaksanakan oleh penyidik bantu. Penyidik dan
penyidik Bantu di atur dalam KUHAP pasal 6 sampai 10.
KUHAP pasal 6
1.

Penyidik adalah:
1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia.
2. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
2.
Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimadsud dalam ayat (1)
akan diataur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pejabat polisi negara yang menjadi penyidik adalah pejabat polisi tertentu yang
ditunjuk untuk itu dengan pangkat serendah rendahnya pembantu letnan dua
(pelda). Penyidik umumnya adalah kepala polisi sector (Kapolsek atau
Kapolsekta) atau kepala kepolisian resort (Kapolres).
Yang dimadsud dengan penyidik pegawai negri sipil (polisi kusus) adalah pejabat
bea dan cukai, imigrasi, kehutanan dan kereta api yang diangkat berdasarkan surat
keputusan Kapolri. Penyidik pegawai negri sipil mempunyai wewenang sesuai
ketentuan undang undang didaerah hukumnya masing-msing, namun dalam
pelaksanaan tugasnya tetap dibawah orgaanisasi dan pengawasan penyidik
kepolisian. Pejabat pegawai negeri sipil ini biasanya tidak lansung meminta
pemeriksaan korban kepada dokter.
KUHAP pasal 7
Penyidik POLRI karena kewajibanya mempunyai wewenang
1. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tetntang adanya tindak pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tada pengenal diri
tersangka
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
5. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memnaggil seseorang untuk didengar dn diperiksa sebagai tersangka atau
saksi

31

8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan


perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan.
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Yang perlu diperhatikan dokter dalam ketentuan hukum ini adalah adanya
wewenag penyidik memnaggil orang ahli (termasuk dokter) untuk memberi
pemeriksaan dan penjelasan yang ada dalam hubungan perkara, seperti
pemeriksaan di TKP.
KUHAP pasal 8
Berisi ketentuan tentang kewajiban penyakit membuat berita acara (laporan) dan
menyerahkan hasilpemeriksaan kepada penuntut umum dengan ketentuan:
1. Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.
2. Dalam penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung
jawab atas tersangka dan barang bukti pada penuntut umum.
KUHAP pasal 10
Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Negara republic Indonesia yang
diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Penyidik pembantu dengan pangkat serendah rendahnya sersan dua (serda)
mempunyai wewenang sama seperti penyidik, kecuali dalam hal penahanan.
Ketentuan mengenai penyidik dalam KUHAP, hamper sama dengan yang
teerdapat dalam keputusan menhankam/pangab tahun 1974.keputusan
hankam/pangab no Ke/B/17/IV/1974
1. Penyidik adalah tindakan selama pemeriksaan pendahuluan untuk mencari
bukti-bukti tentang tindak pidana
2. Penyidik dilakukan oleh penyidik dan penyidik pembantu
3. Penyidik di jabat oleh pejabat kepolisian negara yang berpangkat sersan dua
sampai dengan sersan mayor dan anggota kepolisian khusus yang atas usul
komandan atau kepala jawatan instansi pemerintahan yang diangkat Kapolri.

KUHAP pasal 134


1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebihdahulu kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelasjelasnya tentang madsud dan tujuan perlu dilakukan pembedahan tersebut.

32

3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atas
pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimadsud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
Pasal ini menjelaskan bahwa bedah mayat hanya dilakukan bila sangat diperlukan
yaitu bila tidak mungkin dihindari. Artinya pilihan utama penyidik adalah
;pemeriksaan luar mayat saja. Ini sebetulnya bertentangan dengan prinsip ilmu
kedokteran dalam menentukan sebab kematian. Dari pandangan dokter sebab
kematian hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar dan dakam jenazah.
Ini juga bertentangan dengan intruksi Kapolri no:Ins/E/20/IX/75 tentang tatacara
permohonan/ pencabutan visum et repertum, yang menyebutkan bahwa dengan
visum atas mayat harus berdasarkan pemeriksaan luar dan dalam. Intruksi ini
dijelaskan pada pasal 3 dan pasal 6.
Pasal 3
Dengan visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sedekah
tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan
pemeriksaan luar saja.
TANATOLOGI (THANATOLOGY)
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulai
dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan
teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara
buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang
otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.
Tanatologi ini berguna dalam :
1. Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
2. Menentukan lama korban telah mati, dan
3. Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.

Beberapa istilah tentang mati


Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah berikut:
1. Mati somatis (mati klinis)
2. Mati suri
3. Mati seluler

33

4. Mati serebral
5. Mati otak (batang otak)
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu kedoktran forensic yang mempelajari tentang
hal-hal yang ada hubungannya denga kematian dan perubahan yang terjadi setelah
seseorang mati dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
1. Mati somatic
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan secara
menetap (ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan
pernapasan dan suara pernapasan tidak terdengar pada auskultasi.
2. Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh
alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami
mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai
kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam,
dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau
penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian
pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis
hingga 20 jam paska mati.
Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen,
spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis,
kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk
transfusi sampai 6 jam pasca-mati.
4. Mati serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Untuk dapat memastikan bahwa aktifitas otak telah berhenti secara tepat dan
cepat, yaitu bila dikatkan dengan kepentingan transplantasi, ialah dengan
melakukan pemeriksaan dengan elektro ensefalografi, dimana akan terlihat
mendatar selama 5 menit
Mati otak (batang otak)

34

Adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang


ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati
otak (mati batang otak), maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan
tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
Tanda-tanda kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian.
Terdapat tanda-tanda kematian dini (primer) dan tanda-tanda kematian lanjut
(sekunder), yaitu:
1. Tanda-tanda kematian dini
1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi
dan auskultasi).
2. Terhentinya sirkulasi pada nadi karotis tidak teraba, dinilai selama 15
menit.
3. Kulit pucat, diakibatkan aliran darah tidak ada lagi, tetapi ini bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan ataupun pada keracunan CO maka
dapat berwarna cherry red.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi, di mana terjadi relaksasi dari otototot wajah yang menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang
membuat orang menjadi tampak lebih muda. Selain itu, dapat terjadi
relaksasi otot tonus berkurang sehingga dapat membuat rahang bawah
melorot yang mengakibatkan mulut terbuka, otot polos pada pupil juga
akan merelaksasi sehingga akan melebar/dilatasi (midriasis), dan mulai
dari jantung ke otot leher wajah akan lunglai. Kelemasan otot sesaat
setelah kematian disebut relaksasi primer, yang mengakibatkan pendataran
daerah-daerah yang tertekan seperti pada daerah belikat dan bokong pada
mayat yang terlentang (Gambar 1).
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian (vena retina mengalami kerusakan dalam 10 detik kematian), dan
segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian
menetap.
6. Terjadi pengeringan kornea sehingga menimbulkan kekeruhan dalam
waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air
(Gambar 2). Selain itu, pandangan mata menjadi kosong, refleks cahaya
dan refleks kornea negatif, dan terjadi penurunan tekanan bola mata
sehingga menjadi lembek.
2. Tanda kematian lanjut
Tanda-tanda kematian lanjut atau tanda-tanda kematian selular terbagi atas
penurunan suhu tubuh (algor mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku mayat
(rigor mortis), pembusukan (decomposition/putrefaction), lilin mayat
(adiposera), dan mumifikasi.

35

Penurunan suhu tubuh (algor mortis)


Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitar
sesuai suhu sekitarnya (sesuai dengan hukum fisika), di mana penurunan suhu
tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda lain yang
lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pascamati ditemukan sebagai
hasil untuk menentukan lama kematian, tetapi karena pedoman yang ada bukan
dari penelitian Indonesia maka pedoman ini tidak tepat digunakan atau paling
tidak harus diperhitungkan dengan keadaan di daerah sekitar.
Penelitian-penelitian penurunan suhu tubuh, antara lain (Gambar 3):
1. Menurut Sympson (Inggris) menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh
yang tertutup pakaian maka akan mengalami penurunan temperatur 2,5oF
setiap jam pada 6 jam pertama, dan 1,6-2oF pada 6 jam berikutnya, sehingga
dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.
2. Menurut Jasing P. Modi (India) menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh
dengan lama kematian, yaitu:
1. Di mana 2 jam pertama, suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara
suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
2. Lalu 2 jam berikutnya, akan terjadi penurunan suhu setengah dari nilai
pertama (suhu tubuh pertama).
3. Dan 2 jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau
1/8 dari perbedaan suhu initial tadi.
3. Menurut Marshall dan Hoare (tahun 1962), yang dilakukan pada mayat
telanjang dengan suhu lingkungan 15,5oC, yaitu penurunan suhu dengan
kecepatan 0,55oC tiap jam pada 3 jam pertama pascamati, lalu terjadi
penurunan 1,1oC tiap jam pada 6 jam berikutnya, dan terjadi penurunan 0,8 oC
tiap jam pada periode selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun
hingga 60% bila mayat berpakaian.
4. Menurut penelitian di Medan, rata-rata terjadi penurunan suhu mayat 0,40,5oC setiap jamnya, suhu tubuh ternyata turun tidak sama rata setiap jam
karena suhu yang diambil untuk pengukuran adalah suhu bagian dalam tubuh
yang diambil secara rektal sedalam 10 cm dengan mempergunakan
termometer panjang berskala 0-50oC. Penurunan suhu bagian luar tubuh yang
dipengaruhi suhu udara luar tidak berlangsung sama dengan bagian dalam
tubuh, di mana suhu bagian dalam tubuh tetap bertahan sama untuk 2-3 jam
dan sesudah tahap ini suhu turun secara bertahap sampai mendekati suhu
sekitarnya. Dan biasanya dalam waktu 12 jam suhu mayat akan sama dengan
suhu sekitarnya.
5. Henssege (tahun 1995) melakukan penelitian untuk menentukan saat kematian
dari suhu rektal dan membuat nomogram untuk lingkungan di bawah 23oC
(subtropis) dan di atas 23oC (tropis), dan penilaian saat kematian dapat
ditentukan dengan hanya sekali penentuan suhu rektal.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembusukkan, yaitu:

36

1. Temperatur, temperatur optimum di mana bakteri-bakteri mudah berkembang


adalah 26-38oC, dan di daerah tropis maka abdomen akan gembung dalam 2448 jam, bentuk muka akan berubah dalam 3 hari 3 hari dan sesudah 15 hari
jaringan lunak akan menjadi hancur.
2. Kelembaban, udara lembab akan mempercepat terjadinya pembusukan.
3. Ruangan dan pakaian, mayat yang terletak di alam terbuka membusuk lebih
cepat sedangkan bila menggunakan baju yang ketat, perut di bawah korset,
ikat pinggang, kaus atau sepatu yang dipakai akan memperlambat
pembusukan di daerah tersebut.
4. Umur, orang tua dan anak lebih lambat membusuk sebab lebih sedikit
mengandung H2O dan bila pada bayi yang baru lahir akan lambat membusuk
karena kuman di usus dan lain tempat masih sedikit serta hilangnya panas
tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.
5. Penyakit, penyakit infeksi seperti sepsis, peritonitis, dan lainnya akan
mempercepat jalannya pembusukkan, pada anemia dan penyakit kronis akan
memperlambat pembusukan karena kurangnya darah di otot-otot dan jaringan
tubuh, dan kematian oleh racun arsenik dan raksa memperlambat pembusukan
karena hancurnya sebagian bakteri-bakteri.
6. Keadaan tubuh, tubuh yang luka akan cepat mengalami pembusukan karena
masuk bakteri melalui luka, bila anggota tubuh dipotong terutama waktu darah
masih segar maka bagian yang terpotong (kaki atau tangan) akan lambat
membusuk dibandingkan bagian tubuh lainnya dan disebabkan hilangnya
darah pada bagian tersebut, serta pada tubuh yang gemuk akan mempercepat
terjadinya pembusukan.
7. Media, di mana mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk
dibandingkan yang terdapat di dalam air atau di dalam tanah. Dan berdasarkan
rumus Casper yang memperlihatkan perbedaan kecepatan pembusukkan yaitu
perbandingan antara mayat yang berada di udara terbuka berbanding di air
berbanding di tanah (udara : air : tanah) adalah 1:2:8 (1 minggu di udara
terbuka : 2 minggu air : 8 minggu di dalam tanah).
Kepala mayat dalam air akan berada dalam posisi lebih rendah karena lebih berat
dibandingkan tubuh yang lain, akibatnya darah dan cairan lain akan berkumpul di
daerah ini dan tanda pembusukan akan terlihat jelas pada daerah muka, kepala dan
leher. Perut gembung karena pembusukkan akan menyebabkan korban yang
tenggelam akan terapung kembali. Pakaian melindungi tubuh dari santapan ikan,
kepiting dan hewan lainnya, dan akan menghambat pembusukan dibandingkan
dengan bagian tubuh yang lain.
Karena suhu di dalam tanah lebih tinggi maka pembusukan berlangsung lebih
lama, dan perubahan-perubahan yang terjadi sama dengan pembusukan di udara
terbuka. Cepat atau lambatnya perjalanan pembusukan sangat bergantung pada
keadaan tanah (pasir, tanah liat, dll), banyak sedikitnya air, kadungan kapur, dan
temperatur sekitarnya. Dalam beberapa bulan hanya didapati sisa jaringan lunak.
Luka-luka pada jaringan lunak dapat tidak terlihat lagi, kecuali pada tulang.
Sangat sulit untuk menentukan kematian dari mayat yang telah dikubur.

37

Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan
sebagainya. Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh
kegagalan sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan
oksigen dapat terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).
Asphyxial injuries dapat dibagi menjadi empat kategori umum, yaitu:
1.

Suffocation (kekurangan napas).


Kekurangan napas atau kegagalan oksigen untuk mencapai darah dapat terjadi
akibat kurangnya kadar oksigen di lingkungan sekitar atau terhalangnya
saluran napas eksternal. Contoh klasik dari tipe asfiksia ini adalah anak kecil
yang terjebak di lemari es dan pada kasus pembunuhan yang dilakukan
dengan menutup kepala korban dengan plastik. Pengurangan kadar oksigen
sampai pada level 16% adalah keadaan yang cukup membahayakan.
Suffocation juga terjadi pada choking. Diagnosis dan penatalaksanaan dalam
choking asphyxiation (obstruksi pada saluran napas internal) tergantung pada
lokasi dan pengeluaran benda yang menyebabkan obstruksi. Suffocation dapat
juga terjadi karena kompresi pada daerah dada atau abdomen yang dapat
menghalangi pergerakan respirasi normal.

2.

Strangulation (pencekikan)
Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan
jalan napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini
menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan
atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada
arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.

3.

Hanging (penggantungan)
Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas,
kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral
karena sumbatan pada arteri karotis dan vertebralis, syok vagal karena tekanan
pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut, dan
fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang menekan medulla
oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan.

4.

Drowning (tenggelam)

38

Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat


udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena
sebagian atau seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin
bisa memasuki saluran pernapasan.
5.

Keracunan
Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika.
Patofisiologi
Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan asfiksia adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran udara pernapasan.
2. Penurunan kadar oksigen (O2) dalam darah (hipoksia).
3. Peningkatan kadar karbondioksida (CO2) dalam darah (hiperkapnea).
4. Penurunan suplai oksigen (O2) ke jaringan tubuh.
Kerusakan akibat asfiksia disebabkan oleh gagalnya sel menerima atau
menggunakan oksigen. Kegagalan ini diawali dengan hipoksemia. Hipoksemia
adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Manifestasi kliniknya terbagi dua
yaitu hipoksia jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh. Tingkat kecepatan
rusaknya jaringan tubuh bervariasi. Yang paling membutuhkan oksigen adalah
sistem saraf pusat dan jantung. Terhentinya aliran darah ke korteks serebri akan
menyebabkan kehilangan kesadaran dalam 10-20 detik. Jika PO2 jaringan
dibawah level kritis, metabolisme aerob berhenti dan metabolisme anaerob
berlangsung dengan pembentukan asam laktat. Tanda dan gejala hipoksemia
dibagi menjadi 2 kategori yaitu akibat ketidakseimbangan fungsi pusat vital dan
dan akibat aktivasi mekanisme kompensasi. Hipoksemia ringan menyebabkan
sedikit manifestasi yaitu gangguan ringan dari status mental dan ketajaman
penglihatan, kadang-kadang hiperventilasi. Hal ini karena saturasi Hb masih
sekitar 90% ketika PO2 hanya 60 mmHg.Hipoksemia yang lebih berat bisa
menyebabkan perubahan kepribadian, agitasi, inkoordinasi otot, euphoria,
delirium, bisa sampai stupor dan koma.

39

SKENARIO 2
MAHASISWA YANG MALANG.......
Beberapa waktu lalu seorang mahasiswa Aceh bernama M. Fuad Ramadhan di
medan yang menghebohkan akibat di hajar oleh sekelompok pria yang berprofesi
sebagai tentara, Akibat kejadian tersebut seluruh tubuh Fuad mengalami memar
dan kebiruan sehingga membuat Fuad tak sadarkan diri dan di bawa ke rumah
sakit.
Menurut pemeriksaan dokter Andi bahwa Fuad mengalami Luka Abrasi di
punggung kanan, Kontusio di daerah pelipis serta beberapa Laserasi di pipi kanan
dan kepala bagian belakang. Selain itu fuad mengalami perdarahaan hebat akibat
luka firearm wound di dada bagian kanan yang diprediksikan sekitar 15 meter
sehingga Fuad perlu dilakukan operasi emergency untuk mengeluarkan peluru
mengingat keadaan umum Fuad yang semakin menurun.
Setelah operasi selesai. keadaan Fuad mengalami stabil dan mulai sadarkan diri,
Mengetahui hal tersebut keluarga Fuad tidak bisa menerima anaknya diperlakukan
seperti itu, dan langsung meminta dokter untuk membuat Laporan terhadap
kejadian tersebut. Tetapi dokter menolak untuk dilakukan Visum. Sehingga
keluarga tersebut merasa bahwa dokter takut terhadap kelompok pria yang sudah
memukuli anaknya tersebut.

40

Kenapa Dokter menolak untuk dilakukan Visum?


Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Traumatologi Forensik?
2. Menjelaskan tentang Visum et Repertum (VeR) ?
3. Menjelaskan Tentang Aspek Medikolegal VeR ?
4. Menjelaskan Tentang peran dokter dan Penyidik?
5. Menjelaskan tentang manfaat dan kedudukan VeR dalam Hukum yang
berlaku?
PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 2
Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

Visum

Abrasi

Kontusio

Laserasi

Firearm wound

Langkah 2 (identifikasi masalah)


Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan
mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang

ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun


beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Kenapa dokter menolak untuk dikeluarkan nya Visum?
2. Apakan tentara berlaku aturan Hukum di Indonesia?
3. Apa tujuan keluarga meminta dikeluarkan Visum ?

41

4. Bagaimanakah dokter bisa mengetahui luka tembak tersebut berjarak 15


Meter?
Langkah 3 (Analisa Masalah)
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :
Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari
pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja
yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
3. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
4. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang

42

mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ). Sebagai bahan pegangan untuk tutor dapat
dilihat pada tulisan berikut.

TRAUMATOLOGI FORENSIK
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus
forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar
atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam
beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.
A.TRAUMA MEKANIK
1. Trauma Tumpul
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
a. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
b. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut
terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.Organ atau jaringan pada
tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau
alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Abrasi (luka lecet)


kontusio (luka memar)
laserasi (luka robek)
Fraktur (patah tulang, pergeseran sendi)
Kompresi
Perdarahan

43

1.Abrasi (luka lecet)


Abrasi perdefinisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya
epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau
lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih
dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi
perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka.
Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka
yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.
Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar
usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi
(beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari
benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi
pada abrasi yang luas.
2. Kontusio (luka memar)
2.1 kontusio superfisial
Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar
dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah
kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit berwarna memar sulit
dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang ditimbulkannya.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun
waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak
ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik. Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan
pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama
waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar
menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan
untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian
pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan
darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat
menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah
terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena
pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian
jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak
kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob

44

dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat


memproduksi gas gangren.
Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan
subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel sel lemak, cairan
lemak kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran
darah dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain
termasuk otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap sehingga memar sulit dinilai
sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah pada jaringan subkutan dapat
dilakukan dan dilegalkan.
2.2 Kontusio pada organ dan jaringan dalam
Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki
karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi
kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian. Kontusio
pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan
dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat
menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena
pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada
daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat
menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas
yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan
menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
3. Laserasi (luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit
yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya
runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit
dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian
yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan,
tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka
oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah
terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai
menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga
menunjukkan arah awal kekerasan. Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan

45

bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan
regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi.
Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu
atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan
swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan
tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari
darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau
membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan
jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali
tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.
Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan
selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,
rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti
luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan
lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan
ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus
menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan
kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan
kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka
masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan
terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian
maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah
laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga
dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi
pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi
organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya
dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi
bersamaan pada satu pukulan.
4. Fraktur (patah tulang)

46

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya
memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi
fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa
faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak,
sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat
menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa menyebabkan fraktur tulang
tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami osteoporosis, dimana
dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. Pada kasus dimana tidak terlihat
adanya deformitas maka untuk mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan
pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero
radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur. Fraktur
mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat
menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah
kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami
penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan
tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros dapat dibedakan
menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah sembuh,
dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan
akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur
dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi
yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi
seperti tulang aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub
periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ
tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah
terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran
darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi
kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai
meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding
dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala
pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan
dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres
pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat
menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak merupakan tanda
antemortem dari sebuah fraktur.
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi
tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat
membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya.
Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat
terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian.

47

5. Kompresi (tekanan)
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal
maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat
tidak terjadi pertukaran udara.
6. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi.
Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna.
Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi
berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok
yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada
ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan
terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka
pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau,
perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri
besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk
dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah
sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang
berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi
perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat
menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang
dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang
yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki
mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki
perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh
perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari
penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau
memperberat situasi perdarahan.
A. Cedera Kepala
A.Cedera Kepala pada Penutup Otak
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut
duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat
berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan
dura terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini
penting dalam bidang forensic
Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat
rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan
ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik.

48

Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut
arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini
disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu
diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural
atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.
B. Perdarahan Epidural (Hematoma)
Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak.
Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian
dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri
terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong
lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang epidural menjadi lebih luas. yang
terdorong ke dalam, otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya
menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap
mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak
dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala
sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut
sebagai lucid interval
C. Perdarahan Subdural (Hematoma)
Perdarahan ini timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah
berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi
pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung
perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan
epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan
pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan
subdural yang fatal.
Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa
kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan
kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan.
Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk
dekompresi otak.
Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan
pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap
meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah
mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya
jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali,
pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan
terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini
bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap
individu sendiri.

49

Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun


dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orangorang dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol
kronik, meskipun tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada
kasus-kasus perdarahan subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil
yang tidak berisiko apabila terjadi pada orang normal. Akan tetapi, pada orangorang yang memiliki gangguan pada mekanisme pembekuan darah, dapat bersifat
fatal.
Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di
tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari
substansi otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan
arakhnoid dan mencapai ruang subdural.
D. Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan
dengan trauma. Penyebabnya antara lain:
1. Nontraumatik:
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki
subarakhnoid
2. Traumatik:
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya
menyebabkan perdarahan subarakhnoid
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal
yang menyebabkan robeknya arteri vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang
diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.
Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh
dindingnya dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun
dapat menyebabkan ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang
subarakhnoid dengan darah dan akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau
bahkan kematian.
Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang
menyebabkan ruptur pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami
nyeri kepala lebih dahulu akibat mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan
gangguan tingkah laku berupa perilaku mudah berkelahi yang berujung pada
trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh dari ketinggian tertentu
menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami ruptur
aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan
akhirnya kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi
yang teliti disertai dengan otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki
tersebut.

50

Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari tekanan


terhadap kepala yang disertai goncangan pada otak dan penutupnya yang ada di
dalam tengkorak. Tekanan dan goncangan ini menyebabkan robeknya pembuluhpembuluh darah kecil pada lapisan subarakhnoid, dan umumnya bukan
merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak ditemukan faktor pemberat lain
seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk, perdarahan ini dapat
menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada kepala.
Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat
mengakibatkan fraktur pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior.
Karena arteri vertebralis melewati bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di
daerah leher, maka fraktur pada daerah tersebut dapat menyebabkan robeknya
arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang biasanya menembus sampai
lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya terjadi
penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas
meningkat dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer
serebri. Pada beberapa kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan
nontraumatikyang mungkin disebabkan oleh ruptur aneurisma.
Tipe perdarahan subarakhnoid traumatic yang akan dibicarakan kali ini
merupakan tipe perdarahan yang massif. Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan
meluas hingga ke sisi lateral otak sehingga serupa dengan perdarahan yang
berhubungan dengan aneurisma pada arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan
tetapi, pada pemeriksaan yang cermat dan teliti, tidak ditemukan adanya
aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab terjadinya
perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah berdinding tipis pada bagian
bawah otak, serta tidak terdapat aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak
selalu ada, yang bisa mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh
trauma terlebih dahulu. Bukti pertama yaitu adanya riwayat gerakan hiperekstensi
tiba-tiba pada daerah kepala dan leher, yang nantinya dapat menyebabkan kolaps
dan bahkan kematian.

B. Kontusio otak
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu.
Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya
pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan
adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran
kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema
otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma,
dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah
penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang
akan menyebabkan adanya fokus epilepsi. Yang harus dipertimbangan adalah
lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang
terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan
komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak.

51

Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol
bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi
dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya
terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak
mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit
kepala dan pada kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda
yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada
tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio
contra-coup.
Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari
semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai
dengan demontrasi yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang
terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang
diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai
benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur,
membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah
putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil
atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball hemorrhages sesuai dengan
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk
ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis
yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma
kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus
lain yang menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak
berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang
dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.
Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya
mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi
eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah
muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat
tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis.
Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
C. Pola trauma
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :

52

1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan
menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,
kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan
fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya
fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di
pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.
Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk
mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya
pola luka pada dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada
satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh
sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang
kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari
luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di
depan gigi geligi.
1.2. TRAUMA TAJAM
Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet
menyebabkan luka yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas
di bawah ini :
A. Luka sayat (incised wound)
Luka insisi/sayat disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau
atau silet. Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan
dalam. Panjang dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam,
kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini
yang membedakan dengan laserasi adalah tepinya yang rata.
B. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah
satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau
bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.
Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang
sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk
dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis

53

tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi
paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi.
Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
1.

Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian


ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan
tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari
satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun
pada organ.

2.

Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah


satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan
luka pada permukaan kulit seperti ekor.

3.

Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah


lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat
juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

4.

Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan


titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik
terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih
besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

5.

Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka


berbentuk ireguler dan besar.

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio


minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan,
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang
digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan
pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat
disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan
pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk
sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin
lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota
tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya raguragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan
mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik
senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang
tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada

54

tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang
dengan pasangannya.
C. Luka Bacok (chopped wound)
Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan
menggunakan instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak
kecil, atau parang. Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk
tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi
tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin tajam instrument makin
tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh instrument tajam
yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi
lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat
penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen
pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat
dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan
cekungan pada salah satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau
menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di
bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan
menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah dilaporkan bahwa parang dapat
membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan tulang yang hebat tidak pernah
disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan diakukannya
pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata.
Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan
pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-kaki luka bacok.
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan.
Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk
yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang
menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka kecil yang dengan
keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup setelah intrumen dicabut,
dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es, awls, dan hatpins diakui
dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada
pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh
karena luka tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan
yang sama yang disebabkan luka tembak.
Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka
tusuk, lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya
dipakai jarak jauh, pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan.
Potongan tajam gelas, botol pecah, dan objek gelas lain yang tajam terkdang
dipakai sebagai senjata untuk merobek atau menusuk. Pisau bedah, jarum jahit,
dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang mematikan.
Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh
instrumen tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata

55

dua atau sejata sejenis digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan
sudut tajam atau robekan dengan kaki-kaki bersudut akut. Senjata bermata satu
seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut tajam dan yang satunya
tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat memeberi perkiraan ciriciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat penting nilainya
apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara
lebih akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk
menilai apakah senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan
dibawahnya. Beberapa individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh
diri dapat membuka sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan
robekan tembus pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai
oleh korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat
menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.
Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan
memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. tanda percobaan adalah
insisi dangkal, luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal
oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali
terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan
tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka
tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan,
luka bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan
menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau kematian.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan.
Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang
ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari
ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen tajam.
Jelas bahwa tanda percobaan merupakan ciri khas bunuh diri dan tanda
perlawanan menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir
bahwa luka lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher,
disebabkan oleh penyerang pada kasus pembunuhan. Luka lecet multipel di
lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda perlawanan, namun
tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda perlawanan dan percobaan
yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang lengkap dan
seksama.
Pemeriksaan untuk ketiga luka diatas:
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak
boleh dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga, sebab pada banyak kasus
ada kecendrungan korban memperbesar keluhannya dengan maksud
mendramatisir perlukaan untuk kepentingannya.

56

Pemeriksaan ditunjukan untuk menentukan:


1.

jumlah luka2

2.

lokasi luka

3. arah luka
4. ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
5. jenis kekerasan
6. bentuk alat
7. kualifikasi atau derajat keparahan luka
8. medikolegal luka
9. luka ante-mortem atau post-mortem
lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah-daerah yang berdekatan
dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah
tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain-lain. Bentuk luka sebaiknya
dibuat dalam bentuk sketsa untuk menggambarkan kerusakan permukaan kulit,
jaringan dibawahnya dan bila perlu organ dalam (visera). Luka diukur secara tepat
(dalam milimeter atau sentimeter), tidak boleh dalam ukuran kira-kira saja. Bila
ada keraguan apakah luka terjadi ante-mortem atau post-mortem maka jaringan
luka diambil untuk pemeriksaan mikroskopik.
Bila timbul pertanyaan dari hakim apakah suatu alat yang ditunjukan dalam
sidang pengadilan yang menyebabkan luka pada korban, maka jangan sekali-kali
menjawab dengan pasti., sebab mungkin saja ada alat lain yang dapat
menyebabkan luka yang sama sifatnya. Walaupun memang terdapat hubungan
antara bentuk alat dan luka yang terjadi.
Kualifikasi luka
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter menentukan juga derajat
keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kwalifikasi luka. Ini
sebagai usaha untuk membantu yudex facti dalam menegakkan keadilan. Perlu
diingat bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian

57

medis yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis
dalam visum oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter
tidak mungkin menentukan apakah itu karena perbuatan penganiyaan atau tidak,
apalagi menentukan penganiyaan atau bukan adalah hakim dengan
menghubungkan dengan alat bukti yang lain.
Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter
dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami
korban pada waktu atau selama perawatan yang dilalukannya.kualifikasi luka
yang dapat dibuat dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka ringan,
sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak
menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian.tidak menggangu
kegiatan sehari-hari.sedangkan luka berat harus disesuiakan dengan ketentuan
undang-undangyaiti yang diatur dalam KUHP pasal 90. luka sedang adalah
keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat.

D. Luka Tembak (firearm wound)


Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3
substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak
terbakar, dan gas. Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang
memberikan tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses
tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi
pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu
akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya
diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing
memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi
yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang
ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan
dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk
mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih
jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar
bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja
membuatnya terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau tidak
ditentukan.
a. Jarak Tembakan

58

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau
menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh
diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak
tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak
dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa
ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan oleh senapan dan pistol,
termasuk juga revolver dan pistol otomatis.
b. Luka tembak tempel
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong
anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang
keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya,
yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap. Terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru:
(1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu;
(2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan
(3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.
Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar
memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat
dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan
kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan
suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua
yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di
sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di
jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang
dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi
yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.
c. Luka Tembak Jarak Dekat (near wound) dibawah 15 cm
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah
adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga
tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang
terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka
tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar
tepi luka dan disepanjang saluran luka. kelim tato yang biasa tampak pada luka

59

jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek
penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit
secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya
rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena
sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan
sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar
dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.
d. Luka Tembak Jarak Sedang
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang
tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona
kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan
kecil.
Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.
Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam,
tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk
pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,
menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan
lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan
lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal.
Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama,
amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat
yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.
Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat
dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak
tembak melebihi 4-5 kaki.
e. Luka tembak jarak jauh (distad wound) diatas 70 cm
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya
anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada
disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat
dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka
compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular
maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.

60

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan
perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan
terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak.
Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga
dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil
pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak
jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga
atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah
tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat
berakibat serius terhadap penyelidikan.
f. Luka Tembak Keluar
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak
keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi.
Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit
pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka
bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang
disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan
luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak
keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada
luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang
digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah
kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian,
pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat
pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat
keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada
objek yang keras.
Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan
ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam
tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang
kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan
kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya
telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

61

g. kecepatan anak peluru


Jarak tembakan harus ditentukan atau dipikirkan untuk menilai kecepatan tolakan
anak peluru. Perkiraan kecepatan bisa dinilai dengan melakukan pemeriksaan
cartridge manufacturers range tables atau untuk lebih tepat dapat menggunakan
kronografi, menguji ulang tembakan dengan menggunakan tipe senjata yang sama
dan tipe amunisi yang sama yang dicoba-coba pada beberapa jarak tertentu.
h. Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak
Ada 4 situasi yang akan diterangkan pada bab ini, yaitu mengenai peluru yang
berhubungan dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan
abnormal. Situasi tersebut adalah:
1.

Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini
sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada
tangan terjadi ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang
pelatuk senjata. Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada
korban penyerangan atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering
ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah
membersihkan percikan tersebut. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki
atau bagian bawah yang lain dari korban.

2. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa
menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau
bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder senjata bisa
menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang digunakan. Percikan
bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban.
3. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga
dan bubuk mesiu korban bunuh diri.
j. Residu senjata api
Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap
inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu senjata api dengan sudut
pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan mengartikan residu dengan
menghubungkan yang tersisa di tangan penyerang dengan senjata api penyerang.
Sedangkan ahli senjata lebih tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan
senjata api yang digunakan. Ahli patologi forensik menguraikan antara residu
yang terdapat pada tubuh korban dan luka tembak yang ditemukan.
Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi
identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi
yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.

62

Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi
akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat
setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal.
Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan
forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh
pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan.
Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai
sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu
peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit
dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal,
tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa detail mengenai keberadaan residu
pada luka tembak dalam atau luka tembak luar pada bagian tubuh korban yang
telah mengalami pembusukan.
k. Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka
Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada
kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi
forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan
bahwa memang kematian disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik
juga mendemonstrasikan hubungan residu yang tertinggal dengan korban melalui
bahasa tubuh (gesture) korban yang bertahan atau terdapat perlawanan korban
terhadap kontrol senjata api.
m. Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk
luka
Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga,
minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga
yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa
material primer dan partikel metal yang telah menguap yang berasal dari peluru,
jaket, atau selongsong peluru.
Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka
(pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api
apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan,
residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna
kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang
terbaik adalah dengan mengambil bagian sekeliling kulit yang rusak akibat
tembakan, dan termasuk lapisan subkutan dan mungkin jaringan yang lebih dalam
lagi untuk menemukan bubuk mesiu. Hal ini sangat baik dilakukan dengan
mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk
membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar pada tubuh yang sudah
membusuk atau berubah karena dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak
dekat atau jarak jauh, dan luka oleh kaliber 22.

63

Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik
ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa
dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini
teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja
pada jaringan yang masih baru (fresh).
Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak,
pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray
akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah
yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun
selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.
Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi
akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit,
karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada
jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan hemoglobin darah dan
mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan karboksimioglobin.
n. Deskripsi luka senjata api
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung
pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup,
deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang
utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka,
membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian
membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran
luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua kondisi gawat darurat
dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban
untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk
pasien hidup terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

lokasi luka
ukuran dan bentuk defek
lingkaran abrasi
lipatan kulit yang utuh dan robek
bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
tattoo, jika ada
bagian yang ditembus/dilewati
titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing
dan susunannya
9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan
rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan
gawat darurat atau pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat
perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada

64

pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin
sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup
dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka
sebenarnya.
Identifikasi senjata api
Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api mana
peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi.
2. ASPEK MEDIKOLEGAL
Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan?
Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan adalah merupakan permasalahan yang
harus dapat dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter dan khususnya oleh
penyidik. Kejelasan tersebut memang diperlukan dan harus diusahakan oleh
karena baik kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan membawa implikasi yang
berbeda-beda, baik ditinjau dari sudut penyidikan maupun dari sudut proses
peradilan pada umunya.
A. Kematian karena kecelakaan
Kematian karena kecelakaan (accidental death) masih merupakan kasus yang
masuk didalam rung lingkup penyidikan dalam kasus kecelakaan ini penyidik
sering dihadapkan dengan kasus dimana tanda-tanda kekerasan jelas terlihat akan
tetapi tidak ada satu petunjuk pun atau tanda-tanda yang mengarahkan adanya
unsur-unsur criminal sebagai penyebab kecelakaan itu sendiri.Yang termasuk
didalam pengertian kecelakaan disini adalah:
1. Kematian yang terjadi sewaktu seseorang penderita kelainan dalam kehidupan
seksual, dan melampiaskan hasrat seksual yang tak wajar tersebut dengan cara
yang tak wajar juga.Kematian yang seperti ini disebut dengan anteoritik death.
Pada tubuh korban banyak terdapat lilitan diantaranya ada yang melingkaran alat
kelamin dan leher, bila lilitan tersebut terlambat keras korban dapat mati
lemas.Mati lemas dalam kasus ini dusebut seksual asphiixia.Keadaan di TKP
teratur dan sering dijumpai bacaan atau gambar yang bersifat pornografi, juga
tidak jarang ditemukan perlengkapan aneh-aneh yang dipakai untuk
melampiaskan hastrat seksual yang tidak wajar, dengan kata lain korban
menderita penyakit penyimpangan seksual.
2. kematian karena tergantung atau accidental hanging death,biasa terjadi pada
anak-anak, dimana anak-anak tersebut tersangkut lehernya tersangkut ditempat
tidur yang memepunyai jaruji, atau tersangkut lehernya pada percabangan pohon
yang berbentuk V.

65

3.kematian karena tersumbatnya jalan udara pernafasan oleh sesuatu benda


(choking death). Hal ini sering terjadi pada orang-orang jompo, dimana gigi
palsunya tertelan atau gumpalan daging yang menyumbat jalan udara pernafasan
secara tidak langsung. Chocking death juga sering dijumpai pada orang-orang
yang terbelakangan mentalnya/retardasi mental.
4.kematian karena tubuh mendapat tekanan yang sangat hebat (crushing death),
sehingga dinding dada tidak dapat berkembang dengan demikian berarti
pernafasan akan berhenti. Kematian seperti ini dapat terjadi misalnya bila korban
tergencet oleh kendaraan, terhimpit diantara orang yang berjejal-jejal ingin keluar
dari pintu yang kecil atau karena tertimbun tanah longsor.
5.kematian karena arus listrik atau electrical shoc death sering terjadi pada musim
hujan dan orang menutupi kebocoran kebocoran yang ada akan tetapi dengan
tidak disadari terpegang kabel beraliran listrik yang isolatornya tidak baik. Atau
korban memegang atap seng yang bersentuhan dengan kabel listrik tadi. Dalam
kasus-kasu kematian karena kecelakaan seperti yang diuraikan, penyidik, dokter
atau bahkan orang awam dengan mudah dapat melihat dan menemukan tandatanda kekerasan yang dapat diklarifikasikan sebagai luka lecet, luka memar, luka
bakar karena arus listrik, tanda-tanda tergantung yang jelas dan tanda-tanda mati
lemas.
Akan tetapi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik ternyata tidak
ada unsure kriminalnya. Dalam kasus seperti ini tentu penyidik dihadapkan pada
permasalahan papakah korban perlu dilalukan bedah mayat atau hanya
pemeriksaan luar saja.
Seperti telah disinggung pada bab II tentang fungsi penyidikan serta status dari
penyidik bahwa tidaknya suatu tindakan atau langkah yang harus diambil
tergantung sepenuhnya pada penyidik sebagai pimpinan penyidikan jika menurut
penyidik memang tidak ada unsure criminal maka pemeriksaan luar saja cukup
dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku. Akan tetapi bila penyidik
6. kematian karena tenggelam sering kali terjadi terutama dimusim hujan yang
menyebabkan banjir.pada umumnya kematian tenggelam bersifat kecelakaan, non
criminal sehingga pembedahan mayat pada kasus tenggelam sering tidak
diperlukan. Kemungkinan adanya unsure criminal tetap harus difikirkan
teruutama jika ada petunjuk-petunjuk kearah itu.
Dokter yang melakukan pemeriksaan bedah mayat pada umumnya hanya dapat
menentukan apakah korban yang diperiksanya memang benar mati karena
tenggelam atau mati karena penyebab lain yang kemudian mayatnya dibuang
kesungai atau sumur untuk menghilangkan kecurigaan pihak penyidik.
Seperti diketahui bahwa pada tenggelam kemattian biasanya karena mati lemas.
Dengan demikian air serta benda-benda asing yang terdapat dalam air seperrti
pasir, ganggang atau binatang air dapat ikut masuk kedalam tubuh korban.

66

Adanya benda-benda asing tersebut dapat dibuktikan dan nilai kasus ini tidak
ditemukan tanda-tanda kekerasan lain dapat disimpulkn bahwa cara kematian
korban adalah kecelakaan. Bila pada pemeriksaan terdapat luka-luka pada daerahdaerah yang sulit terkena benturan tanpa sengaja seperti pada daerah pelipis atau
tanda-tanda perlawanan maka kemungkinan pembunuhan cukup besar.Dalam
kasus tenggelam pihak penyidik yang paling berperan mengingat bahwa tidak
selamanya kekerasan itu meninggalkan bekas berbentuk luka.
Pemeriksaan dokter sekali lagi hanya terbatas dalam hal apakah korban mati
tenggelam atau bukan dan bila matinya karena tenggelam apakah ditemukan pula
tanda-tanda kekerasan yang dapat menjuruskan penyidik untuk melakukan
tugasnya.
B. bunuh diri atau pembunuhan
Bunuh diri atau pembunuhan dapat diketahui dari pemeriksaan di TKP,
pemeriksaan mayat, pemeriksaan benda-benda bukti lainnya, informasi para saksi
dan lain sebagainya.
1. pemeriksaan di TKP
Pada bunuh diri, tempat yang dipilih biasanya tersembunyi, pintu dikunci dari
dalam, keadaan ruangan tenang dan teratut rapih, alat yang sering dipakai
biasanya alat yang ada didalam ruangan itu sendiri, alat tersebut biasanya masi
ada, sering didapatkan surat-surat peninggalan yang isinya berkisar pada keputusasaan atau merasa bersalah, korban berpakaian rapih dan dalam keadaan baik.
pada pembunuhan, tidak ada tempat yang tertentu, keadaan ruang kacau balau dan
sering ada barang yang hilan, alat yang dipakai biasanya alat yang
dibawa/dipersiapkan oleh pembunuh sehingga biasanya alat tersebut tidak
ditemukan pada tempat kejadian, pakaian korban tidak beraturan dan sering
terdapat robekan dan mungkin pula dapat ditemukan surat yang bernada ancaman.
Keadaan bercak darah, pada bunuh diri darah berkumpul pada satu
tempat/tergenang, bercak yang terdapat pada pakaian distribusinya teratur mencari
tempat yang terendah tergantung dari tempat luka yang mengeluarkan darah.
Pada kasus pembunuhan, bercak atau genangan darah tidak beraturan menunjukan
arah pergerakan dari korban sewaktu korban berusaha menghindar, dapat tampak
bercak darah yang menunjukan bahwa korban diseret, bercak darah juga sering
tampak mengotori dinding terutama jika korban tersudut pada dinding.
2. pemeriksaan mayat
a. pada kasus yang menggunakan senjata tajam
pada kasus bunuh diri daerah yang dipilih adalah daerah leher, dada, perut bagian
atas atau pergelangan tangan, sering ditemukan luka-luka percobaan yang berjalan
sejajar baik disekitar luka yang fatal maupun pada bagian tubuh lain. Senjata yang

67

dipakai sering dijumpai masih dalam keadaan tergenggam ditangan korban (ingat
cadaveric spasm)
pada pembuunuhan tidak ada tempat khusus, jumlah luka lebih dari satu, adanya
luka pada bagian belakang merupakan cirri khas pembunuh, pada lengan dsan
telapak sering didapatkan luka-luka tangkis, pada beberapa kasus kadang-kadang
korban selain ditusuk juga dihantam dengan bagian tumpul dari senjata sehingga
selain luka akibat benda tajam didapatkan luka akibat benda tumpul.luka terbuka
pada daerah leher pada kasus bunuh diri umumnya berjalan seorang, dimulai dari
bagian dibawah telinga kearah bawah melewati garis pertengahan leher. Lokasi
luka apakah terletak disebelah kiri atau disebelah kanan tergantung dari cara
menggenggam senjata tajamnya, dengan demikian pada orang yang kidal lokasi
lukanya ada pada sebelah kanan sedangkan pada orang yang tidak kidal lukanya
terdapat pada sebelah kiri.
Pada kasus pembunuhan dengan memotong daerah leher, luka yang ada pada
umunya berjlan mendatar oleh karena pada umumnya pembunuh menyerang
korban dari belakang.
1. mutilasi
pada beberapa kasus pembunuhan khususnya dimana motif seksual yang menjadi
dasar didalam tidakan kejahatn tersebut, tidak jarang tubuh korban setelah
meninggal dunia dirusak, dipotong-potong menjadi beberapa bagian, tindakan
tersebut dikenal sebutan mutilasi.
Bila motif seksual yang menyebabkan korban dibunuh, maka pemotongan
tersebut biasanya pada daerah genitalia, buah dada dan kepala serta serta
pengirisan pada bagian-bagian tubuh lainnya.
Mutilasi serta perusakan tubuh korban yang telah menjadi mayat dimaksudkan
pula dengan menghilangkan identitas korban, dengan demikian penyidikan akan
menjadi sulit, dan tindakan tersebut memang ditunjukan untuk menghilangkan
jejak si pembunuh. didalam kasus mutilasi terdapat 4 masalah pokok yang harus
diperoleh kejelasan baik kepada dokter yang membuat visum et repertum dan
khususnya penyidik dalam usaha untuk mendapatkkan kelengkapan barang bukti
sehingga proses penyidik dan peralihan dapat berjalan dengan lancer.
Masalah pokok tersebut adalah:
1. apakah bagian-bagian tubuh itu memang berasal dari tubuh manusia?
2. jika bagian-bagian tubuh tersebut memang berasal dari manusia, apakah
berasal dari orang yang sama/satu individu?
3. identitasnya?
4. apa yang menyebabkan kematian?
Masalah pokok yang pertama penting harus diperoleh kejelasanya, yaitu bila
tubuh korban dipotong-potong menjadi bagian yang kecil-kecil, sehingga dengan
pemeriksaan visual biasa sukar attau tidak mungkin untuk dapat dipastikan bahwa

68

potongan tersebut berasal dari manusia. Untuk ini perlu dilakukan pemeriksaan
secara serologis, yaitu test precipitin.
Masalah pokok yang kedua tidak sulit untuk diselesaikan bila tubuh korban tidak
terlalu banyak dipotong-potong, yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan
yang teliti dari tepi/pinggir potongan tubuh dan dibandingkan dengan tepi/pinggir
potongan tubuh lainnya. Apakah cocok atau tidak, bila memang berasal dari satu
orang maka didalam melakukan rekontruksi tersebut akan didapat bentuk yang
sesuai, misalnya bagian dada ternyata cocok dengan bagian perut atau dengan
leher, pemeriksaan serologis juga dapat membantu didalam mencari kejelasan
permasalahan ini. Penentuan identitas tidak sulit bila tubuh korban dalam keadaan
cukup baik, didalam hal ini maka pemeriksaan sidik jari, gigi, medis serta
pemeriksaan perhiasan sangat bermamfaat bila dilakukan dengan cermat, tepat
dan teliti. Penentuan identitas dengan metode identifikasi melalui gigi dan medis
(antrofometri). Sangat menentukan keberhasilan penyidikan pada kasus-kasus
dimana hanya tulang- belulang yang diajukan sebagai barang bukti.
Penyebab kematian korban dapat diketahui bila keadaan tubuh yang terpotongpotong tersebut masih lengkap dalam penentuan penyebab kematian ini
pemeriksaan toksikologi serta pemeriksaan laboratorium lainnya harus dilakukan.
Kemungkinan bahwa korban mati wajar karena penyakit tetap ada.
Bila kekerasan yang terjadi pada tubuh korban mengenai bagian tulang misalnya
tengkorak maka perkiraan sebab kematian dapat ditentukan , misalnya pada kasus
penembakan atau pemukulan dengan benda tumpul, yaiti dari sifat-sifat kelainan
yang terdapat pada tengkorak tersebut.
D. Pada kasus menggunakan penjerat
Jika kasus bunuh diri, maka alat penjerat yang terdapat pada leher berjalan dengan
simpul pada sebelah atas, julah lilitanb sekali atau berulang kali,simpulnya simpul
hidup ,jejes jeratan yang sebenarnya merupakan luka lecettekan yang berwarna
merah kecoklatan debagn perabaan seperti perkamen dan letaknya sesuai dengan
letak alat penjerat,dan disekitar jeratan terdapat gelembung-gelembung dan
pelebaran pembuluh darah yang merupakan tanda intr vital.
Pada pembunuhan alat jerat yang datar , biasanya satu lilitan dengan simpul mati
dan letak alat penjerat umumnya lebih kebawah,menjahui rahang bawah dan
kelenjar gondok,pada daerah leher mungkin terdapat tanda-tanda bekas
pencekikan yang berbentuk luka lecet seperti bulan sabit atau luka memar, pada
keadaan yang demikian tulang ludah korban dapat patah.
Kematian pada kasus penjeratan umumnya karena mati lemas,akan tetapi mati
tanda-tanda mati lemas tidak ditemukan jangan terburu-buru mengambil
kesimpulan bahwa korban bukan mati penjeratan,alat penjertan hanya untuk
menyulitkan penyedik.Selain karena mati lemas pada kasus ini bisa juga
disebabkan karena reflek vagal,yang menyebabkan hentinya denyut jantung,dan

69

otak tidak mendapt suplai oksigen yang cukup .keluar air mani, air seni, tinja
bukan merupakan tanda khas dari penjeratan.
Perlu diketahui bahwa semakin dekat tubuh korban jatuh dilantai pada kasus
penggantungan semakin besar dugaan bunuh diri,sebaliknya semakin jauh jatuh
tubuh korban dari lantai maka kemungkinan adalah kasus pembunuhan.
Penjeratan dengan tangan
Penjeratan dengan tangan sendiri itu hal yang tak mungkin, karena bisa
mengakibatkan hilangnya kesadaran dan dengan sedirinya upaya yang dilakukan
akan terhenti.kelainan yang didapat pada korban pencekikan adalah jejas kuku,
yang sering disertai dengan memar.Jika pencekikan dengan menggunakan satu
tangan yaitu tangan kanan maka jejas kuku dan memar akan tampak lebih jelas.
Pada kasus pencekikan dimana tersangka dengan segera dapat ditangkap maka
pemeriksaan kuku tersangka harus dilkukan dengan tujuan mencari jaringan kulit
korban yang terbawa pada kuku si pelaku.
E. Penyidikan pada kasus kematian terbenam
Tenggelam adalah salah satu bentuk asfiksia yang disebabkan sebagian atau
seluruh tubuh korban terbenam dalm benda cair.Penyidikan bertujuan untuk
mengetahui apakah korban terbenam saat masih hidup atau sudah mati.
Tanda-tanda pada pemeriksaan luar
1.

tubuh korban pucat,terjadi penurunan suh kira-kira 2 kali lebih cepat


dengan rata 5F per jam dan biasa suhu mayat akan sama dengan suhu
lingkungan dalam waktu 5-6 jam.
2.
lebam mayat berwarna merah terang seprtii halnya keracuna gas
CO,lebam ini terdapat didaerah kepala, leher dan bagian dada.
3.
dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih, ini
merupakan bahwa korban mati karena terbenam.dan bus atresebut lamalama akan merah dan bila dihilangkan busa tersebut akan kembali jika
korban mengalami penekanan didada.
4.
meta tampak kongestif dan terdapat bintik peerdarahan.
5.
Pada tangan akan memgenggam sepeti menggenggam pasir,dahan
atau rumput.
Tanda-tanda pada pemeriksaan dalam/bedah mayat
1.

busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air akan


ditemukan dalam saluran nafas
2.
padaterbenam di air tawar paru-paru sangat mengembang,pucat,
berat dan bila ditekan akan cekung keadaan ini disebut emphysema
aquasum
3.
pada kasus terbenam dalam air yang asin paru-paru akan
berat,penuh berisi air, perabaan memberi kesan jelly.

70

F. Pada kasus dengan menggunakan racun


Pembunuhan dengna racun biasanya membutuhkan persiapan teliti danyang
dibekali pengetahuanyang memmadai pula.Jika racun yang digunakan bersifat
korosif pembunuhan dapat dengan mudah diketahui.Pada keracunan morfin
kematian umumnya bersifat kecelakaan karena korban tidak mengetahui dosis
penggunaannya Pembunuhan dengan menyuntikan morfin mungkin saja dapat
terjadi Karena pengedar takut operasinya dibongkar oleh korban.
G. penyidikan pada kasus kematian karena terbakar
peristiwa kebakaran yang meminta korban jiwa seringkali dan penyidikan
peristiwa tersebut termasuk didalam ruang lingkup kepolisian serta merupakan
kasus yang diperiksa dengan sebaik-baiknya oleh dokter, karena termasuk kasus
forensic dimana kematiannya merupakan yang tidak wajar.
Didalam melakukan pemeriksaan korban yang terbakar, dokter harus dapat
memberikan kejelasan kepada penyidik dalam hal:
1. apakah korban dalam keadaan hidup atau mati sewaktu kebakaran itu
mulai terjadi?
2. penyebab kematian?
3. identitas korban?
4. perlukaan yang mengakibatkan secara langsung oleh api
5. adanya racun, obat-obatan dan alcohol didalam tubuh korban
6. cara kematian, kecelakaan atau pembunuhan
Yang perlu diingat oleh dokter
Dalam menghadapi kasus kematian mendadak, terutama bila dokter tidak pernah
merawat korban, maka sebaiknya dokter jangan membuatkan surat keterangan
kematian, kecuali jika ia yakin bahwa kematian korban menurut pengetahuannya
tidak disebabkan oleh tindakan kekerasan, pada kasus kecelakaan yang berarti
merupakan kematian yang tidak wajar dan mungkin ada penuntutan, dokter
jangan membuat surat keterangan kematian.
Sikap penyidik dalam kasus mati mendadak.
Penyidik harus melakukan tindakan-tindakan sbb:
1. jangan mengajukan pertanyaan yang mendatangkan syok.
2. tentukan keadaan sekitar korban dan memperkenalkan diri dengan semua
anggota keluarga.
3. berusaha untuk mendapatkan informasi baik didalam hal penyakit atau
perlukaan dari korban sebelum korban meninggal dunia.
4. perhatikan tubuh korban:
a. adakah tanda-tanda kekerasan atau perlawanan
b. adakah tanda-tanda keracunan.

71

c. Adakah tanda-tanda bahwa korban pernah mendapatkan perawatan


atau pengobatan.
SKENARIO 3
SENTUHAN AVISENA
Dr. Andi, merupakan dokter muda yang energik, meskipun masih berusia kurang
dari 25 tahun, kewibawaan dan kecerdasan terlihat nyata diwajahnya. Ketertarikan
dalam ilmu kedokteran disebabkan sejarah panjang ilmu kedokteran, sejak masa
hipokrates dan avisena yang telah meletakkan pelayanan pada keselamatan pasien.
Sehari-hari ia bertugas dibagian gawat darurat RSCM (Rumah Sakit Cut Mutia).
Dokter Andi menghadapi seorang pasien yang di diagnosis sebagai tuberculosis
paru berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (BTA staining &
Ro thorak) yang telah dilakukan. Mengingat kondisi pasien yang sangat lemah,
dokter Andi menganjurkan pemasangan pipa NGT dan IVFD. Saat pemasangan
NGT pasien merasa tercekik dan sulit bernafas dan terlihat gelisah. Melihat hal itu
keluarga pasien langsung emosional mereka menuding dokter tidak profesional,
memasang NGT saja tidak becus dan lagi mereka mempertanyakan apakah Dr.
Andi telah meminta izin pada keluarga untuk memasang NGT?, dengan marahmarah mereka menyatakan akan menuntut Dr. Andi. Dokter Andi merasa dia
telah memberikan Informet Consent dan prosedur rekam medik dengan baik. Apa
sebenarnya yang terjadi antara dokter ini dengan pasiennya?
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang sejarah ilmu kedokteran
2. Menjelaskan tentang etika dan profesionalisme dokter
3. Menjelaskan tentang komunikasi dokter dan pasien
4. Menjelaskan tentang Informed Concent
5. Menjelaskan tentang rekam medik
6. Menjelaskan tentang konflik antara dokter dan pasien serta cara
penyelesaianya

72

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 3


Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

TBC ( tuberculosis ) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh


mikrobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang semua alat tubuh
yang tersering ialah paru dan tulang.

Informed Consent Merupakan memberikan persetujuan, permohonan izin


seorang dokter kepada pasien atau keluarga pasien untuk melakukan
tindakan medis.

NGT ( Nasso Gastric Tube ) Merupakan alat Bantu untuk memasukan


makanan melalui hidung

IVFD ( Intara Vena Fliud Drip ) Merupakan cara pengobatan dengan


maemasukan larutan tertentu, misalnya larutan garam kedalam pembuluh
balik

Rekam medik Merupakan keterangan baik yang tertulis maupun rekaman


tentang identitas, ananesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnisis, segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien.

BTA Staining ( Basil Tahan Asam ) Merupakan pemeiksaan laboratorium


dengan pewarnaan BTA dan dianalisa berdasarkan mikroskopis

Langkah 2 (identifikasi masalah)


Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan
mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang
ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk
mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun
beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Mengapa Dokter Andi memasang NGT tanpa minta izin dengan
keluarga pasien?
2. Apa Tujuan dipasang NGT ?
3. Bagaimanakah cara meminta izin tindakan dengan keluarga Pasien ?
4. Kepada siapa Izin tindakan dimintaoleh dokter?

73

Langkah 3 (Analisa Masalah)


Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :
Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari
pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja
yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
5. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
6. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

74

INFORMED CONSENT
KOMUNIKASI DOKTER DAN PASIEN
Tahun 1700 SM, Raja Hammurabi dari Babylonia mengeluarkan Legal
Codeyang mengatur tentang praktek kedokteran dan hukum-hukum bila terjadi
kegagalan dalam pelayanan kesehatan. Misalnya penjelasan tentang imbalan yang
diterima dokter dalam suatu usaha menyembuhkan penyakit mata atau tindakan
operasi, tetapi jika dokter gagal dan menyebabkan pasien buta atau meninggal
maka sebagai sanksinya dokter dihukum potong tangan. Pada masa Raja
Hammurabi ini para dokter berperan dalam menyelesaikan perkara-perkara sosial
seperti perzinahan, abortus, penganiayaan, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain.
Di Yunani pada tahun 460-355 SM Hipocrates menganjurkan agar abortus
provokatus dilakukan sebelum lewat 40 hari masa kehamilan, karena dianggap
bahwa roh memasuki tubuh janin pada hari keempat puluh. Hipocrates
mengangkat ilmu kedokteran sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terlepas dari ilmu
Filsafat karena itu Hipocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu kedokter. Hipocrates
juga mengemukakan etika kedokteran yang dikenal dengan Sumpah Hipocrates.
Sumpah Hipocrates jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berbunyi
sebagai berikut :
Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, Aesculapius, Hygeia, Panacea
dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan kemampuan dan
fikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut ini :
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika
perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya.
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya,
kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya
sendiri, dan kepada anak-anak guru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal lainnya.
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan
kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita, dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu.
Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk
menggugurkan kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini
dengan tetap suci dan bersih.

75

7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang, walaupun ia


menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka
yang berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan
untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk atau
mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap
wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba sahaya.
9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang yang
tidak patut disebar luaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati
hidup dalam mempraktekkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang,
disepamjang waktu! Tetapi jika sampai saya menghianati sumpah ini,
balikkanlah nasib saya.
Dieropa perkembangan ilmu kedokteran kehakiman sesuai dengan perkembangan
ilmu kedokteran. Pada waktu itu kota bologne merupakan pusat pengenbangan
ilmu hokum, kalangan hokum memikirkan perlunya diadakan autopsi ( bedah
mayat ). Gagasan ini kemudian diambil alih oleh kalangan kedokteran dan
mengambil inisiatif membentuk suatu bagian yang disebut dikuasai dengan
medico Legal Science.
Tahun 1663 Bartholin menemukan Hydrostatis
apakah pernah bernafas atau belum.

test untuk menentukan bayi

Tahun 1789, Prof. Andrew Duncan memberikan penyajian ilmu kedokteran


kehakiman secara sistematis untuk pertama kalinya di beberapa fakultas
kedokteran di inggris. Pada tahun 1807, raja inggris dengan resmi mendirikan dan
melantik staf dari bagian Forensic Medicine di Universitas Edinburg.
Etika Dokter Dalam Menghadapi Pasien
Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti yang baik, yang layak.Etika
dan hukum memiliki tujuan yang sama yaitu tertib dan ketentraman pergaulan
hidup dalam masyarakat,ini merupakan norma-norma ,nilai-nilai atau polah
tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa
terhadap masyarakat. Etika kedokteran adalah prinsip-prinsip moral atau asas-asas
ahlak yang harus diterapkan oleh para dokter dalam hubungannya dengan
paien,teman sejawat dan masyarakat umum.Seorang dokter harus memeliki etika
atau tingkah laku yang baik karena tujuan etika kedokteran adalah menjaga harkat
dan martabat seorang dokter dan menjaga mutu seorang dokter.Ciri dari seorang
dokter yang baik sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Mengikuti pendidikan sesuai setandar nasional


Pekerjaanya berlandaskan etik profesi
Mengutamakan panggilan kemanusian dari pada keuntungan
Pekerjaannya legal melalui perijinan
Anggota-angotanya belajar sepanjang hayat

76

Selain itu seorang dokter harus memiliki sikap yang dapat membuat pasien
merasa nyaman.Adapun sikap atau etika dokter yang baik dalam menghadapi
pasien, misalnya :
-

Dokter tidak menganggap remeh pasien


Tidak sombong dan angkuh
Memiliki rasa empati terhadap pasien
Menggunakan bahasa yang baik dan tidak menyinggung pasien
Harus mampu bersikap professional
Landasan etik kedokteran adalah :

a. Sumpah Hippokrates
b. International Code of Medical Ethic
c. Lafal Sumpah Dokter Indonesia
d. Kode etik Kedokteran Indonesia
e. Pernyataan-pernyataan ( Deklarasi ) Ikatan Dokter Sedunia
Apabila seorang dokter melakukan pelanggaran etikka akan ditangani oleh
MKEK (Majelis Kehormatan EtikmKedokteran Indonesia).Fungsinya adalah
menjaga kehormatan dan martabat profesi dokter.Pedomannya adalah Kode Etik
Kedokteran Indonesia,namun yang termasuk pelanggaran di bidang Etika adalah
urusan organisasi intern itu sendiri yaitu IDI (Ikatan Dokter Indonesia).Badan
inilah yang dapat menjatuhkan sanksi yang berupa:

Teguran
Skorsing
Rekomendasi kepala badan profesi untuk pemecatan dari
keanggotaannya
Profesionalisme dokter
seorang dokter atau ahli bedah yang memberikan pelayanan pengobatan
professional harus memenuhi syarat-syarat
a. ia harus memiliki tingkat pengetahuan professional, keterampilan
kemampuan seperti orang setingkat kedudukan dengannya
b. ia harus bertindak hati-hati dan teliti dalam penerapan pengetahuan
dan kepandaiannya terhadap pasien
c. ia harus mempertimbangkan sebaik-baiknya dalam mengobati dan
merawat pasien
Dokter yang professional selain memiliki skill harus memiliki empati terhadap
pasien dan etika. Dimana akan ada etika kedokteran yang mengatur sikap atau
membatasi ruang gerak dokter dalam berbuat yang tidak baik. Ukuranya adalah
seorang Reasonable Man , seorang yang wajar, yang biasa dan bertindak secara
hati-hati dengan ukuran layak. Bukan seorang yang terpandai atau yang paling
hati-hati. Hukum hanya meminta agar semua warga dan profesi harus dengan
cara yang wajar. Seorang dokter bisa dianggap bertanggung jawab terhadap
professional negligence apabila sikap tindakannya tidak berdasarkan standar

77

yang berlaku yang berlaku umum didalam profesinya sehingga pasien mengalami
cidera.
Komunikasi dokter-pasien
Beberapa pengertian komunikasi.
Komunikasi adalah:
1.

Pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain ,
pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb, 1995).
2. Proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu (William
Ablig).
3. Proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang
(biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain
(komunikan) (Carl I. Hovland).
4. Proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan
pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone).
Model komunikasi:
1.

Model komunikasi satu arah.


Melibatkan tiga unsur dasar dalam komunikasi,
(komunikator), pesan, dan penerima pesan (komunikan).

yaitu

pengirim

2.

Model komunikasi dua arah.


Unsur-unsur yang terlibat pada model ini meliputi unsur pengirim atau
sumber, pesan, saluran, penerima, dan umpan balik (feedback). Disini fungsi
sumber adalah mempersiapkan dan mengirim pesan. Pesan adalah produk
aktual yang dihasilkan sumber atau komunikan. Pesan dapat berupa katakata, pembicaraan, percakapan telepon, grafik dan gambar, gerak tubuh
(gestur), atau memo (tulisan). Saluran adalah media yang dipilih untuk
menyampaikan pesan sehingga sama pada penerima. Penerima dalah
individu atau kelompok yang mendapatkan pesan. Selanjutnya seorang
penerima pesan data memberi umpan balik terhadap apa yang telah
disampaikan kepadanya.

3.

Model komunikasi heliks.


Komunikasi yang dilakukan manusia dapat dilakukan secara terus-menerus
dan bersifat dinamis, sehingga komunikasi yang terbentuk antara satu
manusia dan manusia yang lain dapat berkembang, baik dalam tema
maupun konteks yang terjadi.

4.

Model komunikasi Eliis & McClintok (1990).


Ada pesan tambahan yang menyertai suatu proses komunikasi. Pada proses
pertukaran pesan dalam komunikasi, tidak selamanya pesan diterima secara
utuh oleh penerima. Sebagian penerima hanya menangkap sebagian pesan
dan bahkan beberapa pesan mungkin hanya dapat ditangkap ketika telah
berada di luar interaksi.

78

Terdapat banyak factor yang mempengaruhi komunikasi. Potter dan Pery ( 1987 )
mengemukakan 7 faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu :

Persepsi
Persepsi merupakan ekspresi perasaan seseorang terhadap stimulan yang
terjadi dilingkunganya, baik yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan maupun yang diluar dirinya.

Nilai
Merupakan tingkat keyakinan seseorang terhadap ide atau keadaan.
Perbedaan pangalaman dan harapan akan membentuk pola nilai yang
berbeda. Nilai akan mempengaruhi seseorang dalam mengekspresikan ideide nya.

Emosi
Merupakan perasaan subjective seseorang terhadap suatu hal atau keadaan.
Dalam konsep komunikasi ini dokter diharapkan mampu memfasilitasi
proses komunikasi.

Latar belakang social budaya


Bahasa, gerak isyarat ( gesture ) dan sikap seseorang akan mencerminkan
budaya yang dimiliki. Dalam konteks ini,dokter harus mampu menerima
perbedaan latar budaya yang dimiliki pasien. Dokter harus mampu
beradaptasi dengan karakter social budaya yang dimiliki pasien

Pengetahuan
Pengetahuan sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses komunikasi.
Perbedaan tingkat pengetahuan akan mempersilit komunikasi. Dalam hal ini
Dokter harus menjembatani perbedaan pengetahuan dengan pasien.

Peran dan pola hubungan


Hal ini berkaitan dengan kapan Dokter menggunakan bahasa formal dan
kapan dengan bahasa informal dalam berkomunikasi dengan pasien.

Kondisi lingkungan
Proses komunikasi akan lebih baik jika dilakukan dalam suasana yang
nyaman dan kondusif.

Hubungan dokter dan pasiennya :


Hubungan dokter dan pasien secara yuridis dapat digolongkan kedalam golongan
kontrak. Suatu kontrak adalah pertemuan pikiran (meeting of minds) dari dua hal
mengenai satu hal (solis). Pihak poertama mengikat diri untuk memberikan
pelayanan, sedangkan pihak kedua menerima pelayanan tersebut. Pasien datang
meminta kepada dokter untuk di berikan pelayanan pengobatan sedangkan dokter
menerima untuk memberikannya.

79

Ciri dari sifat hubungan antara dokter dan pasien :

Adanya persetujuan (consensual, agreement) atas dasar saling menyetujui


dari pihak dokter dan pasien tentnag pemberian pelayanan pengobatan
Adanya suatu kepercayaan (fiduciary) karena hubungan kontrak tersebut
berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain
Persyararatan yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan sifat kontrak antara
dokter dan pasien :
Harus adanya persetujuan (consent) dari pihak pihak yang berkontrak
Harus ada suatu obyek yang merupakan subtansi dari kontrak
Harus ada sebab (cause) atau pertimbangan (consideration)
Bentuk hubungan kontrak dokter dan pasien :

Kontrak nyata (expressed contract)


Dalam bentuk ini sifat atau luas jangkauan pemberian pelayanan
pengobatan sudah ditawarkan oleh sang dokter yang dilakukan secra nyata
dan jelas, baik secara tertulis maupun secara lisan.

Kontrak yang tersirat (implied contract)


Dalam bentuk ini adanya kontrak disimpulkan oleh tindakan tindakan
para pihak. Timbulnya bukan karena adanya persetujuan, tetapi di anggap
ada oleh hukum berdasarkan akal sehat dan keadilan. Maka jika seorang
pasien datang ke klinik dan sang dokter mengambil riwayat penyakitnya,
memeriksa keadaan fisik pasien dan memberikan pengobatan yang
diperlukan, maka dianggap tersirat sudah ada hubungan antara dokter dan
pasien.

Menurut Sollis beberapa keputusan pengadilan telah menetapkan beberapa kasus,


dimana di anggap tidak terdapat hubungan pasien dan dokter :

Suatu pemeriksaan kesehatan sebelum masuk bekerja untuk menentukan


apakah calon tersebut cocok atau tidak untuk lowongan pekerjaan tersebut

Pemeriksaaan fisik untuk mengetahui apakah seseorang memenuhi syarat


untuk asuransi tidak menimbulkan hubungan dokter dan pasien

Apabila seorang dokter ditunjuk oleh pengadilan untuk memeriksa apakah


tertuduh menderita penyakit jiwa atau tidak dan melaporkan kepada
pengadilan, maka tidak terdapat hubungan dokter dan pasien

Seorang spesialis bedah yang melakukan suatu otopsi terhadap tubuh


mayat, tidak teedapat hubungan dokter dan pasien. Hal ini disebabkan karena
suatu mayat bukanlah seorang pasien

Suatu Tanya jawab dalam percakapan antara seseorang dengan seorang


dokter tidak menciptakan hubungan dokter dan pasiennya
Dimulainya hubungan dokter dan pasien :

80

Hubungan dokter dan pasien diuawali dari pasien yang meminta seorang dokter
untuk mengobatinya dan sang dokter menerimanya maka pada saat itu hubungan
kontrak antara dokter dan pasien dimulai dimana pada saat itu sang dokter harus
memenuhi kewajiban hokum dan timbulnya tanggung jawab terhadap
pasiennya.Berakhirnya hubungan dokter dan pasien :

Sembuhnya pasien dari keadaan sakitnya dan sang dokter


menganggap tidak diperlukan lagi pengobatan karena tidak ada manfaatnya
lagi pasien meneruskan pengobatan.

Dokter mengundurkan diri

Pengakhiran oleh pasien

Meninggalnya pasien

Meninggalnya atau tidak lagi mampu menjalani lagi (incapacity)


profesinya dari sang dokter

Sudah selesainya kewajiban dokter seperti ditentukan di dalam


kontrak

Di dalam kasus gawat darurat, apabila dokter yang mengobati atau


dokter pilihan pasien sudah datang atau terdapat penghentian kegawat
daruratannya

Lewatnya jangka waktu, apabila kontrak medik itu ditentukan untuk


jangka waktu tertentu

Persetujuan kedua belah pihak antara dokter dan pasiennya bahwa


hubungan dokter dan pasiennya itu sudah berakhir.
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Hak-hak pasien yang terdapat didalam literatur hukum kesehatan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

hak untuk mendapat informasi


hak untuk memberikan persetujuan
hak atas rahasia kedokteran
hak untuk memilih dokter
hak untuk menolak pengobatan atau perawatan
hak untuk menolak tindakan medis tertentu
hak untuk menghentikan pengobatan atau perawatan
hak atas second opinion ( pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
pebjelasan dari dokter lain mengenai penyakitnya )
9. hak inzage rekam medik ( pasien berhak untuk mengetahui atau memeriksa
rekam medis tersebut atau membuat fotocopianya dengan biaya
permohonan, namun ada bagian-bagia tertentu yang bukan milik pasien.
10. hak beribadat menurut agama dan kepercayaan
kewajiban pasien
pasien atau keluarga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
untuk kesembuhannya dan sebagai imbangan dari hak-hak yang diperoleh.
Kewajiban tersebut bisa dikelompokkan menjadi kewajiban terhadap :

81

A. dokter
memberika informasi, berupa anamesis mengenai keluahn utama,
keluhan tambahan, riwayat. Juga kerja sama pasien diperlukan
pada waktu dokter melakukan pemerikasaan fisik.
Mengikuti petunjuk atau nasihat untuk mempercepat proses
kesembuhan.
Memberikan honorium
B. rumah sakit
mentaati peraturan R.S yang pada dasarnya dibuat dalam
rangka menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang
dirawat, misalnya jam kunjungan keluarga-kerabat,
kebersiahn dll.
Melunasi biaya perawatan.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Kewajiban dokter:
1. kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus
bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek
kedokterannya secara lege artis
2. kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hakhak asasi dalam bidang kesehatan
3. kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan
kesehatan. Misalnya : dokter harus mempertimbangkan dalam penulisan
resep obat-obat yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira
sama.
Hak dokter
hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi medis
hak menolak melakukan tindakan medis yang tidak dapat
dipertanggung jawabkannya secara profesional
hak menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan
hati nurani
hak untuk memilih pasien
hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien apabila kerja sama
sudah tidak dimungkinkan lagi
hak atas privancy
hak atas itikad baik dari pasien dalam memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyakitnya
hak atas suatu fair play
hak untuk membela diri
hak untuk menerima honorium
hak menolak memberikan kesaksian mengenai pasienya di
pengadilan

82

Prosedur tindakan medik


Seorang dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan harus berdasarkan
standard tertentu. Menurut Prof. Leenen suatu tindakan medik harus memenuhi
syarat :
a. Harus ada indikasi medik
b. Dilakukan berdasarkan standar
c. Dilakukan dengan teliti dan hati-hati
d. Harus ada Informed Consent
Selain tindakan yang diambil harus seimbang dengan keadaan tingkat penyakit
pasienya menurut ukuran kepandaian yang layak daari golongan dokter rata-rata
yang setingkat.Tindakan medik ini juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati
dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.Informed Consent atau surat persetujuan
juga perlu dilakukan, karena dengan adanya infomed consent ini kita dapat
menghindari tuntutan pasien atau keluarga pasien apabila terjadi kesalah
pahaman.
Informed Consent
Informed consent adalah suatu bentuk persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau walinya yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis
terhadap pasien sesudah memperoleh informasi dan penjelasan yang lengkap dan
yang telah difahaminya mengenai tindakan itu. Dimana persetujuan (consent) ini
dapat dibagi 2 yaitu :
Expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan
Persetujuan yang paling sederhana ialah secara lisan,bisanya untuk tindakantindakan yang rutin. Untuk tindakan-tindakan yang lebih kompleks dan beresiko
tinggi yang kadang tidak dapat diperhitungkan dari awal dan dapat
menghilangkan nyawa dan cacat permanen,digunakan persetujuan yang tertulis
agar suatu saat apabila diperlukan persetujuan itu dapat menjadi bukti.
Namun persetujuan tertulis itu tidak dapat dipakai sebagai alat untuk melepaskan
diri dari tuntutan apabila terjadi sesuatu pada pasien,apabila ada suatu kelalaian
dari pihak dokter maka dokter itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
itu,begitu juga dengan pihak pasien tidak bisa langsung menuntut apabila terjadi
sesuatu pada pasien,karna harus ada bukti adanya kelalaian karna dalam hal ini
harus dapat dibedakan antara kelalaian dan kegagalan.
Implied , yang dianggap telah diberikan
Implied consent merupakan peristiwa yang terjadi sehari-hari,misalnya seorang
yang datang kerumah sakit dengan keluhan yang ada,dalam hal ini, ia dianggap
telah memberikan persetujuan untuk dilakukan pemerikasaan sesuai
prosedur.Implied consent dapat juga terjadi pada keadaan gawat darurat,dimana
pasien dalam keadaan tidak sadar,kritis sementara wali tidak ada untuk diminta

83

persetujuannya.dalam hal ini secara etik dokter wajib menolong pasien bila
diyakini tidak ada lagi yang sanggup.
Informed consent menurut jenis tindakannya atau tujuanya dapat dibagi 3 yaitu :
a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi
penelitian
b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis
c. Yang bertujuan untuk terapi
Prosedur informed consent

subjek

Informasi
Bagian yang terpenting dalam pembicaran mengenai informed consent adalah
mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien dan
keluarga.
Persetujuan
Persetujuan haruslah didapat sesudah pasien mendapat informasi yang adekuat.
Yang perlu diperhatikan adalah yang berhak memberikan persetujuan adalah
pasien yang sudah dewasa ( diatas 21 tahun atau sudah menikah ) dan dalam
keadaan sehat mental.
Penolakan
Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang akan
dilakukan dokter. Dalam hal ini, kalangan dokter maupun kalangan kesehatan
lainya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak untuk
menolak usul tindakan yang kan dilakukan. Ini disebut sebagai informed refusal.
Tidak ada hak dokter untuk memaksakan pasien untuk mengikuti anjuranya,
walaupaun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian.
Bila dokter gagal dalam menyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang
diperlukan, maka untuk keamanan di kemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah
sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap
anjuran tindakan medik yang diperlukan.
Dalam infoemed consent, untuk memperoleh persetujuan dari pihak pasien dan
untuk menghindari adanya salah satu pihak yang dirugikan maka dokter dapat
memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat mempertimbangkan apa
yang akan terjadi terhadap dirinya,informasi itu meliputi :

Sifat dan tujuan tindakan medik


Keadaan pasien sehingga memerlukan tidakan medik
Resiko dari tindakan itu apabila dilakukan atau tidak.

84

Informed consent dianggap baik dan diperlukan karena hasilnya dapat :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Meningkatkan kemandirian seseorang


Melindungi pasien
Menghindari penipuan dan pemerasan
Memacu sikap teliti pada pihak dokter
Meningakatkan pengambilan keputusan yang rasional
Meningatkan keikutsertaan masyarakat

REKAM MEDIS
Sejarah dan perkembangan rekam medik
Sejarah rekam medik di awali pada zaman purba sekitar 25000 tahun yang lalu
(pada zaman paleolitikum), yaitu didapatinya lukisan pada dinding gua batu
tentang tata cara praktek pengobatan, antara lain tentang amputasi jari tangan.
Aesculapius, Hipokrates, Gelen dan lain-lain telah membuat catatan tentang
penyakit pada kasus-kasus yang ditemuinya.Di Indonesia juga dijumpai hal yang
sama dengan adanya resep-resep jamu warisan nenek moyang yang diturunkan
dari generasi ke generasi melalui catatan pada daun lontar dan sarana yang lain
dapat digunakan sesuai dengan zamannya.
Pengertian
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rekam medik adalah kumpulan
keteranagan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala
kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam
PERMENKES No. 794a/Men Kes/XII/89 tentang RM adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentan identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada pelayanan kesehatan.
Isi rekam medik
Di rumah sakit didapat 2 jenis RM, yaitu :
-

RM untuk pasien rawat jalan


RM untuk pasien rawat inap
Untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat, RM mempunyai
informasi pasien antara lain :

a. Identitas dan formulir perizinan


b. Anamnesa
c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto
roentgen, scaning dan lain-lain
d. Diagnosa atau diagnosa banding
e. Instruksi diagnostic dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan
yang berwenang.

85

Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan rawat jalan, dengan
tambahan :
a.
b.
c.
d.
e.

Persetujuan tindakan medik


Catatan konsultasi
Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Catatan hasil klinik dan hasil pengobatan
Resume akhir dan evaluasi pengobatan.
Isi dari resume akhir ini harus singkat dan jelas, yaitu menjelaskan informasi
penting tentang penyakit, pemeriksaan yang di lakukan dan pengobatannya.

Isinya antara lain :


1. mengapa pasien masuk rumah sakit
2. hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rontgen dan lainlain.
3. pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan
4. keadaan pasien saat keluar
5. anjuran pengobatan dan perawatan ( nama obat dan dosisnya, tindakan
pengobatan lain, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi dan lainlain )
tujuan pembuatan resume adalah :
1. untuk menjamin konstinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang
tinggi serta bahan yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien
untuk dirawat kembali
2. bahan penilaian staf medik rumah sakit
3. untuk memenuhi permitaan dari bahan-bahan resmi atau perorangan
tentang perawatan seorang pasien. Misalnya dari perusahaan asuransi.
4. sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim
dan dokter konsultan.
Penyimpanan rekam medik
Lama penyimpanan rekam medik selalu menjadi masalah dan pertanyaan
mengenai hal itu sering diajukan orang sebagai akibat dari :
1.
2.
3.
4.

Kurang nya ruang penyimpanan berkas yang tersedia di RS


Kurangny tenaga pengola
Kurangnya rak sarana tempat panyimpanan berkas
adanya rasa kekhawatiran untuk menghapus berkas ( dibuang/dibakar )
karena adanya kemungkinan kegunaan dimasa yang akan datang
5. adanya rasa was-was atas sangsi hukum bilamana berkas disimpan
Berpedoman pada PERMENKES tentang rekam medik tahun 1989, pada pasal 7
dinyatakan :
1. lama penyimpanan rekam medik sekurang-kurannya lima (5) tahun
terhitung tanggal terakhir pasien berobat.

86

2. lama penyimpanan rekam medik yang berkaitan dengan hal-hal yang


bersifat khusus dapat ditetapkan sendiri.
Masalah lama tidaknya penyimpanan berkas melahirkan istilah penghapusan
( penyusutan pemusnahan ). Usaha tersebut dimaksudkan untuk suatu berkas yang
dianggap tidak mempunyai nilai pakai/guna dalam kepentingan administratif,
keuangan, hukum, penelitian, pendidikan,dokumentasi sehingga selanjutnya dapat
digunakan.
Konflik Dokter-pasien dan cara penyelesaiannya
Latar Belakang Timbulnya Tuntutan atau Gugatan Malpraktek Medis (Pemicu)
A. Amerika Serikat dan Australia dilaporkan bahwa sejumlah faktor yang
menyebabkan meningkatnya tuntutan atau gugatan hukum terdapat kasus
malpraktek dokter, antara lain :
a. Adanya komunikasi yang buruk antara dokter dengan pasiennya.
b. Meningkatkan harapan dan pemahaman di kalangan warga masyarakat,
bahwa memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal merupakan hak
asasi mereka
c. Adanya harapan atau keinginan yang tidak realistis dari warga masyarakat
atas hasil perawatan atau pelayanan kesehatan yang diberikan dokter
d. Warga masyarakat memiliki kesadaran bahwa segala persoalan atau
sengketa di dalam kehidupan mereka lebih baik diselesaikan melalui jalur
hukum / pengadilan
e. Tingginya dan meningkatkan biaya perawatan atau pelayanan kesehatan,
semakin modern, maju atau canggihnya teknologi atau pelayanan
kesehatan
f. Meningkatnya jumlah penasihat hukum dan mereka yang beminat atas
kasus malpraktek medis
g. Meningkatnya kebebasan yang dimiliki para saksi ahli dibidang ilmu
kedokteran untuk memberikan bantuan pada praktisi hukum atas kasus
malpraktek medis,
B. Yang sering terjadi
a. Pelayanan tidak memuaskan (kelalaian)
b. Pasien tidak rasional
c. Diprovokasi oleh :
o Dokter Lain
o Pengacara
d. Persaingan tidak sehat
e. Dokter arogan / sombong
f. Diduga ada kesalahan dokter/bidan/perawat yang dikemukakan oleh
tenaga kesehatan lainnya
g. Saling menyalahkan sesama tenaga kesehatan
h. Komunikasi yang minim (kurang)
i. Dosa-dosa dokter :
o Tidak jujur

87

o Curang / menipu
Seseorang dokter yang digugat secara perdata oleh pasiennya baru dapat
dipersalahkan jika penggugat dapat membuktikan adanya unsur 4 D sebagai
berikut :
1. Duty : bahwa dokter tersebut punya kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu terhadap pasiennya.
2. Decreliction of duty (breach of duty) : kewajiban dokter tersebut telah di
langgar oleh dokter.
3. Damage : ditemukan adanya kerugian pada pasiennya
4. Direct causation : adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan
pelanggaran kewajiban oleh dokter tersebut.
BAGAIMANA SIKAP DOKTER BILA DITIMPA MUSIBAH
SENGKETA MEDIK
Yang pernah dilakukan :
1. Berdamai dengan keluarga pasien
a. Tanpa Pengacara
b. Melalui Pengacara
2. Minta pertololongan sejawat lain untuk menyelesaikan
3. Maju tak gentar ke pengadilan
Kenapa tidak kepengadilan :
-

Sulitnya mendapat keadilan


Tidak percaya diri
Menyadari adanya keteledoran
Kelalaian administratif
Rekam medik amburadul
Takut dimuat di media massa
Tidak ada waktu untuk berperkara

88

SKENARIO 4
BIANG ONAR
Dr. Icut, 50 tahun merupakan dokter senior di Aceh dan juga ketua Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) cabang Aceh. Sehari-hari ia bertugas sebagai Direktur di Rumah
Sakit Daerah. Beberapa hari terakhir Dr. Icut merasa tak enak hati terkait dengan
laporan tentang perilaku seorang dr. Yusuf yang sering bermasalah dengan teman
sejawat dokter umum, perawat dan petugas rumah sakit lainnya, baik medis
maupun non medis. Bahkan baru-baru ini dia terlibat pertengkaran serius dengan
dokter ahli ortopedi hanya gara-gara ditegur oleh dokter tersebut berprakterk
tanpa mengunakan izin.
Akhirnya dr. Icut memberikan teguran kepada dr. yusuf, setelah di coba telusuri
ternyata dr. Yusuf tidak terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Sehingga membuat dr. Icut kesal akan sikap dan perilaku dr. yusuf yang tidak
pernah mau mengikuti program-program serta aturan- aturan profesi dokter yang
telah ditetapkan oleh IDI cab. Aceh tetapi justru menjelekan serta menebarkan
blackcampain terhadap IDI. Dengan mengatakan tidak ada keuntungan bergabung
dengan organisasi profesi tersebut.
Bagaimanakan menurut pengamatan Anda terhadap sikap dr. Yusuf ini??
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang sistem ketenagaan kesehatan
2. Menjelaskan tentang hubungan dokter dengan tenaga medis dan
penyelesaian

89

3. Menjelaskan tentang konflik antara dokter dengan tenaga non medis dan
penyelesaiannya
4. Menjelaskan tentang kedudukan dan peran organisasi IDI
5. Menjelaskan tentang hukum yang mengatur praktek dokter
PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 4
Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

Ortopedi Merupakan cabang ilmu bedah yang khusus berhubungan dengan


pemeliharaan dan perbaikan fungsi kerangka, sendi, serta struktur-struktur
pembantu lainnya.

IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ) Merupakan Suatu badan yang mengatur


tentang kode etik kedokteran Indonesia.

Medis Merupakan ilmu menyembuhkan penyakit khususnya dengan


memberi obat-obat

Langkah 2 (identifikasi masalah)


Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan
mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang

ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut. Adapun


beberapa masalah yang mungkin dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apakah setiap praktek dokter membutuhkan izin?
2. Apakah setiap dokter harus terdaftar sebagai anggota IDI?
3. Apa keuntungan menjadi anggota IDI?
Langkah 3 (Analisa Masalah)
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :

90

Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari


pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja
yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
7. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
8. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri

91

Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )


Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ).
IDI ( IKATAN DOKTER INDONESIA )
Ikatan Dokter Indonesia disingkat IDI adalah organisasi profesi kedokteran
di Indonesia. Organisasi ini berawal dari dibentuknya perhimpunan yang bernama
Vereniging van lndische Artsen tahun 1911, dengan tokohnya adalah dr.
J.A.Kayadu yang menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ini. Selain itu, tercatat
nama-nama tokoh seperti dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo,
yang bergerak dalam lapangan sosial dan politik. Pada tahun 1926 perkumpulan
ini berubah nama menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau
disingkat VIG.
Organisasi IDI mempunyai misi sebagai berikut
1. Mengupayakan, peningkatan kemampuan para dokter Indonesia agar dapat
memberikan pelayanan kedokteran yang bermutu, profesional yang
menjunjung tinggi etika kedokteran, serta peningkatan kemampuan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, melalui
pemberdayaan para dokter dan penetapan etika profesi, kompetensi profesi
dan kebebasan profesi kedokteran.
2. Menyuarakan aspirasi dokter Indonesia.
Bertolak dari dasar pemikiran pembentukan organisasi IDI, perlu ditetapkan suatu
Visi Organisasi IDI yang merupakan kondisi dimasa depan yang ingin dicapai
oleh IDI. Visi merupakan pemandu kegiatan organisasi agar tetap berjalan pada
arah yang benar. Adapun visi organisasi IDI adalah :
"Menjadikan IDI sebagai satu-satunya organisasi profesi para dokter di
Indonesia yang berwibawa, mempunyai peranan yang bermakna dalam
pembangunan kesehatan dan pengembangan ilmu kedokteran di Indonesia".
IDI didirikan dengan maksud agar dapat menggali segala potensi untuk dapat
melanjutkan cita-cita perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
19945 (Mukadimah AD/ART)
IDI bertujuan untuk:
a. Meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia.

92

b. Mengembangkan jimu kesehatan dan IPTEK Kedokteran.


c. Membina dan mengembangkan kemampuan profesi anggota.
d. Meningkatkan kesejahteraan anggota.

Untuk mencapai tujuannya IDI melakukan usaha sebagai berikut:


1. Membantu pemerintah dalam kelancaran pelaksanaan program-program
kesehatan.
2. Membantu masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
3. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah dokter dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
4. Mempertinggi derajat ilmu kesehatan dan ilmu kedokteran serta ilmu-ilmu
lainnya yang berhubungan dengan itu.
5. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta kedudukan dokter di
Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat profesi kedokteran.
6. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan-badan lain yang
mempunyai tujuan sama atau selaras, pemerintah maupun swasta di dalam
atau di luar negeri.
7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota.
8. Melaksanakan upaya lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan asas
dan sifat IDI.
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud :
1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesahatan.
2. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktek kedokteran
diseluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.

93

3. Registrasi adalah pencacatan resmi terhadap dokter yang telah


memilikisertifikat kompetensi da telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui oleh hokum untuk melakukan tindakan profesinya.
4. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap dokter yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
5. Surat izin praktek adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah
kepada dokter yang akan menkjalankan praktek kedokteran setelah
memenuhi persyaratan
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 560 / Men. Kes / Per / X / 81 TENTANG IJIN MENJALANKAN
PEKERJAAN DAN IJIN PRAKTEK BAGI DOKTER UMUM.

Pemberian surat izin praktek (SIP).


Untuk menjalankan pekerjaan dokter umum selaku swasta perseorangan di
suatu tempat wilayah negara Republik Indonesia dan persyaratannya.

Pasal 5

Untuk memperoleh surat izin praktek (SIP) selaku swasta perseorangan bagi
dokter umum yang telah memiliki surat izin dokter (SID) sebagaimana yang
dimaksud pada pasal 2 dan 3, harus mengajukan permohonan kepada kepala
kantor wilayah departemen kesehatan dan provinsi setempat.
Pasal 6

Surat izin praktek (SIP) dimaksud pada pasal 5 dapat diberikan apa bila telah
memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
1.
2.
3.
4.

Warga negara Indonesia.


Berijazah dokter.
Memiliki surat izin dokter (SID) yang masih berlaku.
Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
kepolisian.
5. Telah berkedudukan sebagai calon pegawai negeri sipil, pegawai
negeri sipil, anggota korps kesehatan ABRI dan karyawan swasta yang
dibuktikan dengan surat keputusan pengangkatan.
6. Mempunyai rekomendasi dari dokabu / dokodya / kakandep.
7. Mempunyai rekomendasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pasal 7

Dalam memberikan surat izin praktek(SIP) sebagaimana yang dimaksud pada

94

pasal 5 perlu dipertimbangkan penunjukan tempat atau lokasi maupun kota


dimana izin tersebut akan digunakan atau dipertimbangkan lain berdasarkan
azas pemerataan.
Hubungan antara dokter dengan tenaga medis dan non medis lainnya
RUANG LINGKUP TENAGA KESEHATAN
Hukum kesehatan memiliki arti yang lebih luas daripada hukum
kedokteran yang meliputi ketentuan ketentuan hukum yang berhubungan
dengan pemeliharaan kesehatan, di dalamnya terdapat hukum lain seperti hukum
rumah sakit, hukum keperawatan, hukum farmasi, hukum kesehatan lingkungan
dan hukum keselamatan kerja. Antara masing masing bidang hukum tersebut
terdapat daerah kelabu yang merupakan persinggungan antar masing masing
bidang. Hukum kedokteran dianggap bagian terpenting dari hukum kesehatan
karena hampir selalu bersinggungan atau daerah kelabu antara hukum kedokteran
dengan bidang budang hukum lainnya, yang tidak demikian halnya antar bidang
bidang hukum yang lain tersebut.
Dokter bisa melakukan profesinya dalam bentuk praktek pribadi atau
dalam praktek swasta berkelompok atau dalam suatu RS. Terutama di RS,
pelaksanaan profesi dokter akan hampir selalu berhubungan dengan profesi lain
seperti perawat, petugas farmasi, bidan, penata roentgen, analis laboraturium,
fisioterapis, petugas kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.
Tenaga Kesehatan : ( PP 32 Thun 1996 ) adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.Terdiri dari :
a.

Tenaga Medis meliputi Dokter ( Dr ) dan Dokter Gigi ( Drg )

b. Tenaga Keperawatan meliputi Perawat dan Bidan


c. Tenaga Kefarmasian meliputi Apoteker,Analisa Farmasi dan Asisten
Apoteker.
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, MicroBiologi Kesehatan, Penyuluh Kesehatan,
Administaror Kesehatan dan Sanitarian.
e. Tenaga Gizi meliputi Nutrisionis dan Dietisien
f. Tenaga Keterapian Fisik meliputi Fisioterapis,Ocupasiterapis dan Terapis
Wicara
g. Tenaga Keteknisian Medis meliputi Radiografer,Radioterapis, Teknisi
Gigi,Teknisi Elektro Medik,Analisis Kesehatan,Refraksionis,Optisien, Otorik
Prostetik,Teknisi Transfusi dan Perekam Medik

95

Tenaga Kesehatan dituntut tidak saja menambah, mengasah dan memperdalam


pengetahuan dan ketrampilan di bidang Kesehatan, tetapi juga harus se lalu
memperdalam dan mengikuti perkembangan HUKUM dan Aspek Me dikoLegal dari pelayanan kesehatan,artinya
tidak hanya bertanggung jawab di bidang kesehatan pasien
( Profesional Responsibility ) tapi juga bertanggung jawab di bidang Hukum
( Legal Responsibility ) terhadap pelayanan yang diberikan.
o
bekerja sebagai pekerja yang profesional dengan dikawal oleh
Etika Profesi sesuai bidang keahliannya (Etika asal kata Ethos=yang
baik/yang layak.Profesio=pengakuan)
Kewajiban Dokter tersebut meliputi : ( BAB.III KODEKI )
o

o
o
o
o

Kewajiban UMUM pasal 1 - 9


Kewajiban terhadap Penderita....pasal 10 - 14
Kewajiban terhadap Teman Sejawat pasal 15 -16
Kewajiban terhadap Diri Sendiri ...pasal 17 -18

Khusus Kewajiban Terhadap Teman Sejawat :


Diatur dalam KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA ( KODEKI )
Pasal

Pasal 7b

: Dalam melakukan pekerjaan Kedokterannya,seorang Dokter tidak


boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi
: Setiap Dokter harus bersikap jujur dalam hubungannya dengan
pasien dan Sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan
dalam menangani pasien

Pasal 7c : Seseorang Dokter harus menghormati hak


sejawatnya,dan TENAGA KESEHATAN
menjaga kepercayaan pasien

hak pasien, hak-hak


lainnya, dan harus

Pasal 14 : Setiap Dokter memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana Ia


sendiri ingin diperlakukan
Pasal 15 : Setiap Dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari Te
man Sejawatnya kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.
Para Dokter seharusnya membina kesatuan dan persatuan.Bersama di bawah panji
Perikemanusiaan memerangi penyakit yang menggang gu kesehatan dan
kebahagiaan umat manusia. Diantara sesama TS hendak nya terjalin rasa

96

kebersamaan,kekeluargaan dan keakraban, sehingga


dalam menjalankan
profesinya dapat saling membantu,saling mendu kung,dan saling belajar dengan
penuh pengertian. Pengalaman dan penemuan baru dijadikan milik bersama.
Iklim yang seperti ini telah mendudukkan Dokter pada tempat yang terhormat
ditengah tengah ma syarakat.Mencemarkan nama baik TS berarti mencemarkan
nama baik diri sendiri. Bahwa pasien ingin adakan second opinion kepada
Dokter lain,itu hal biasa, namun dalam hal berbeda pendapat,agar diselesaikan
secara musyawarah mufakat melalui IDI.
Untuk menjalin kebersamaan,kalau
ada Dokter baru kesuatu daerah, maka sebaiknya datanglah,temui dan nyatakan
ingin bergabung dsbnya .

UU NO.29 T HN 2004

: tentang Praktek KEDOKTERAN

Pasal 51 butir (b) : merujuk

pasien ke DOKTER atau Dokter Gigi lain yang

mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,apabila


tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia ( LSDI ) pada butir 10 disebutkan saya
akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung
Berbeda dengan yang tercantum dalam kode etik kedokteran indonesia
sebagaimana terdapat pada pasal 14 : setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Adapun yang mendasari perubahan ini adalah antara lain :

Para Dokter merupakan kawan kawan seperjuangan dalam suatu kesatuan


aksi dibawah panji perikemanusiaan dalam memerangi penyakit yang
mengganggu keselamatan dan kebahagiaan ummat manusia.

Sejarah Kedokteran penuh dengan peristiwa kejujuran, ketekunan dan


pengabdian yang
mengharukan sehingga
etika
kedokteran
mengharuskan setiap Dokter untuk memelihara hubungan baik dengan
sesama Teman Se Jawat sebagaimana termuat dalam butir butir Lafal
Sumpah Dokter Indonesia.
Konflik antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya
Walaupun dokter dapat mengalami banyak konflik dengan dokter dan profesi
kesehatan lain contohnya dalam hal prosedur perkantoran atau penggajian, yang
menjadi fokus di sini adalah konflik dalam perawatan pasien. Idealnya keputusan
layanan kesehatan merupakan persetujuan antara pasien, dokter, dan orang lain
yang terlibat dalam perawatan pasien. Namun ketidak pastian dan sudut pandang
yang luas dapat memunculkan pendapat yang berbeda mengenai tujuan perawatan

97

dan cara-cara mencapainya. Sumber-sumber layanan kesehatan dan kebijakan


organisatoris yang terbatas mungkin membuat sulit mencapai konsensus.
Perbedaan di antara penyedian layanan kesehatan mengenali hasil yang hendak
dicapai dari perawatan dan tindakan yang diberikan kepada pasien atau cara-cara
yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut harus diklarifikasi dan dipecahkan
oleh anggota tim medis sehingga tidak mempengaruhi hubungan dengan pasien.
Perbedaan antara penyedia layanan kesehatan dan administrator yang
berhubungan dengan alokasi sumber-sumber daya, harus dipecahkan di dalam
lingkup fasilitas atau agennya, bukan debat di depan pasien. Karena kedua macam
konflik ini menyangkut etika, maka diperlukan saran dari komite etik klinik atau
konsultan etika dimana sumber tersedia.
Penyebab terjadinya konflik :
-

Tidak saling menghargai


Tidak saling menghormati
Sombong
Tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku

Macam-macam konflik lainnya yaitu :


-

Dokter merujuk pasien ke rumah sakit lain, kemudian pasien tersebut tidak
di serahkan ke dokter yang merujuk.
- Menjelek-jelekkan pengobatan dokter lain
- Dokter sombong akan jabatannya sebagai dokter dan menganggap rendah
para medis dan non medis.
- Perbedaan pendapat dalam mengambil tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien.
- Perbedaan pendapat dalam suatu seminar
- Kurangnya komunikasi antara sesama dokter, para medis maupun non
medis sehingga menimbulkan konflik.
Acuan yang diberikan dapat berguna dalam memecahkan konflik tersebut:
Konflik harus diselesaikan seinformal mungkin seperti melalui negosiasi
langsung antar orang yang tidak setuju. Penyelesaian melalui jalur yang lebih
formal hanya dilakukan jika cara informal memang sudah tidak bisa lagi.
Pendapat dari orang-orang yang terlibat langsung harus diperoleh dan dihargai.
Pilihan pasien yang berdasarkan pemahaman, atau dari wakil pasien yang sah
untuk mengambil keputusan terhadap perawatan harus menjadi pertimbangan
utama.
Jika memang pilihan harus ditawarkan kepada pasien maka lebih baik
menawarkan pilihan dengan lingkup yang lebih luas dari pada yang sempit. Jika

98

terapi yang dipilih tidak tersedia karena keterbatasan sumber maka pasien harus
diberi tahu mengenai hal tersebut.
Jika memang setelah usaha yang maksimal persetujuan atau kompromi tidak
dapat dicapai melalui dialog, keputusan dari orang yang mempunyai hak atau
bertanggung jawab dalam membuat keputusan harus diterima. Jika tidak jelas
siapa yang bertanggung jawab membuat keputusan, maka harus dicari mediasi,
arbitrasi atau ejudikasi.

SKENARIO 5
TIDAK BERMORAL
Pak Husen sangat terkejut setelah membaca berita sebuah harian kota yang
menyebutkan seorang dokter tertangkap setelah melakukan puluhan kali upaya
abortus terhadap pasiennya dan juga dokter yang melakukan operasi tanpa
meminta izin pada keluarga pasien serta dokter yang melakukan operasi sampai
meninggalkan kain kasa dalam perut pasien.
Dia teringat akan anaknya yang juga seorang dokter dan bertugas di rumah sakit
umum. Dokter tersebut jelas telah melanggar etika kedokteran, sumpah dokter,
ajaran agama, sosial budaya dan secara nyata melakukan suatu tindakan
malpraktek. Pak Husen sangat memperhatikan isu-isu yang terkait dunia
kedokteran, kesalahan dokter seperti apakah yang dikatakan sebagai malpraktek
atau hanya kesalahan prosedur. Sebab banyak kasus kedokteran jika dibawa
kepengadilan nantinya dianggap kesalahan prosedur.

99

Pak Husen binggung membedakan

dokter yang melakukan malpraktek atau

dokter yang tidak memperhatikan aturan hukum, moral dan agama serta sosial
budaya. Dapat dikatakan sebagai dokter yang sudah tidak bermoral dan
berbudaya. Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan diatas....??
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang sumpah dokter
2. Menjelaskan tentang etika kedokteran
3. Menjelaskan tentang pengaruh ajaran agama dan sosial budaya dalam
praktek kedokteran
4. Menjelaskan tentang malpraktek dan hukum yang mengatur nya
5. Menjelaskan tentang perbedaan antara malpraktek dengan kesalahan
prosedur
PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 5
Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

Abortus ( keguguran ) Merupakan terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu

Etika kedokteran Merupakan norma-norma, nilai-nilai, tingkah laku yang


harus diterapkan oleh para dokter dalam menjalankan tugas nya terhadap
pasien, teman sejawat dan masyarakat.

Malpraktek Merupakan praktek profesional yang dilakukan secara tidak tepat


dan melanggar undang-undang atau kode etik.

Sumpah dokter Merupakan janji janji luhur yang diucapkan oleh setiap
dokter yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya.

Langkah 2 (identifikasi masalah)

100

Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan


mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang

ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut.


Langkah 3 (Analisa Masalah)
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :
Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari
pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja
yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.
Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang

101

telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan


oleh mahasiswa adalah sbb :
9. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
10. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

MALPRAKTEK MEDIK
Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan
malpraktek makin menimngkat dimana-mana, termasuk dinegara kita. Ini
menunjukan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana
masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para dokter dituntut untuk
melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan lebih hati-hati dan penuh
tanggyung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnisis dengan
benar sesuaia prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai
standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan.
Pengertian malpraktek
Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati
pasien atau orang lain yan terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Yang
dimaksud kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati yaitu melakukan apa yang
seseoarang dengn sikap hati-hati melakukanya dengan wajar, atau sebaliknya

102

melakukan apa yang seseorang dengn sikap hati-hati tidak akan melakukan nya
dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan
kedokteran dibawah standar pelayanan medik.
Walaupun UU No.6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan sudah dicabut oleh UU
No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, namun perumusan malpraktek/kelalaian
medik yang tercantum pada pasal 11b masih dapat dipergunakan, yaitu :
1.

dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam KUHP


dan pereturan perundang-undangan lain, mak terhadap tenaga kesehatan
dapat dilakukan tindakan-tindakan administratif dalam hal sebagai
berikut :
a.
melalaikan kewajiban
b.
melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh
diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah
jabatannya, maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan
`
Dari 2 butir pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada butir (a)
melalaikan kewajiban, yang berarti tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan sedangkn pada butir (b) berarti melakukan sesuatu
tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.
Kelalaian bukanlauh suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada oranga
lain dan orang lain itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum
De minimis noncurat lex yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal
yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugaian
materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini di
klasifikasikan sebagai kelalaian berat ( culpa lata ), serius dan kriminal.
Tolak ukur culpa lata adalah :
1.
bertentangan dengan hukum
2.
akibatnya dapat dibayangkan
3.
akibatnya dapat dihindarkan
4.
perbuatan dapat dipersalahkan
jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran
dibawah standar.Malpraktek murni ( criminal malpractice ) asebenarnya tidak
banyak dijumpai. Misalnya pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau
adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pasiennya tanpa indikasi
medik, yang sebenarnya tidak perlu dilakukan jadi semata-mata untuk mengeruk
kuntungan pribadi.
Jika dokter melakukan tindakan medik yag bertentangan dengan etik kedokteran,
maka ia hanay telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut
penggantian kerugian karena kelalaian, maka penggugat harus dapat
membuktikan 4 unsur berikut :
1.

adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien

103

2.

dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim


digunakan

3.

penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti


ruginya

4.

secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah


standar.

PENANGANAN MALPRAKTEK
Walaupun dalam KODEKI telah tercantum tindakan-tindakan yang selayaknya
tidak dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya akan tetapi
sanksi bila terjadi pelanggaran etik tidak dapat diterapkan dengan seksama.Dalam
etik sebenarnya tidak ada batasan-batasan yang jelas antara boleh dan tidak, oleh
karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksi nya.
Dinegara kita IDI telah mempunyai Mejelis Kehormatan Etik Kedokteran
(MKEK ), baik di tingkat pusat maupun dicabang. Walaupun demikian, MKEK
ini belum lagi dimanfaatkan dengan baik oleh para dokter ataupun
masyarakat.Masih banyak kasus yang keburu diajukan kepengadilan sebelum
ditangani oleh MKEK. Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka
pada tahun 1982 Departemen Kesehatan membentuk Panitia Pertimbangan dan
Pembinaan Etik Kedokteran ( P3EK ) yang terdapat pula ditingkat pusat dan
provinsi.
Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat
ditangani oleh MKEK, dan memberikan pertimbangan serta usul-usul kepada
pejabat yang berwenang. Tentulah jika suatu pelanggaran merupakan malpraktek
hukum pidana atau perdata, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam
hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena kurangna pengetahuan pihak penegak
hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan dokter yang ditindak
menerima hukuman yang tidak adil.
UU yang mengatur tentang praktek Dokter (Malpraktek & abortus)
Pasal 1365 KUH Perdata : Tiap tiap perbuatan melanggar hokum yang
membawa kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya, menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366 KUH Perdata : Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati hatinya
Pasal 1367 KUH Perdata : Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang orang yang menjadi

104

tanggungannya,atau disebabkan oleh barang barang yang berda di bawah


pengawasannya.
Pasal 48 KUHP : Siapa pun tak terpidana, jika melakukan perbuatan
karena terdorong oleh keadaan yang terpaksa.
Pasal 338 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang
lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama
lamanya lima belas tahun
Pasal 340 KUHP : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah melakukan
pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur
hidup atau penjara sementara selama lamnya dua puluh tahun
Pasal 344 KUHP : Barang siapa yang menghilangkan nyawa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan
dengan sungguh sungguh , dihukum penjara selama lamanya dua belas
tahun
Pasal 345 KUHP : Barang siapa dengan sengaja membujuk orang lain
untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana
kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri
Pasal 359 KUHP : Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau
kelalaian, dipidana dengan pidana penjara selama lamanya lima tahun
atau pidana kurungan selama lamanya satu tahun
KUHAP Pasal 184 ayat 2 : Hal yang secara umum sudah diketahui tidak
perlu dibuktikan lagi.
KODEKI Bab I Pasal 1 : Seorang dokter hendaknya senantiasa melakukan
profesinya menurut ukuran tertinggi
KODEKI Bab I Pasal 2 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi

Perbedaan malpraktek dengan kesalahan prosedur


Malpraktek
Definisi Malpraktek :

Dalam kasus valentine di California, 1956 dirumuskan :


Malpraktek adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk
menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya didalam
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang
pasien.

Stedmans Medical Dictionary

105

Malpraktek adalah salah cara mengobati suatu penyakit atau luka, karena
disebabkan sikap yang acuh, sembarangan atau berdasarkan motivasi
kriminal.

Coughlins Dictionary of Law


Malpraktek adalah sikap profesional yang salah dari seorang yang
berprofesi, seperti dokter, ahli hukum, akuntan, dokter gigi, dokter hewan.

Blacks Law Dictionary


Malpraktek adalah sikap yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar.

The Oxford Illustrated Dictionary, 1975


Malpraktek adalah sikap yang salah, pemberian pelayanan terhadap pasien
yang tidak benar oleh profesi medis.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan , malpraktek adalah :


1. melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang
tenaga kesehatan.
2. tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan
kewajiban.
3. melanggar suatu ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Malpraktek adalah suatu istilah yang mempunyai konotasi buruk, bersifat
menyalahkan dan merupakan praktek buruk dari seseorang yang memegang suatu
profesi dalam arti umum. Malpraktek tidak sama dengan kelalaian. Kelalaian
memang termasuk dalam malpraktek, tetapi didalam malpraktek tidak selalu harus
terdapat unsur kelalaian.
Malpraktek mempunyai pengertian yang lebih luas daripada kelalaian karena
selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktek pun mencakup tindakantindakan yang dilakukan dengan sengaja dan melanggar UU. Sedangkan arti
kelalaian lebih pada ketidaksengajaan (culpa), kurang teliti, kurang hati-hati,
acuh, sembrono, sembarangan, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain
namun akibat yang ditimbulkan bukanlah menjadi tujuannya.
Kasus malpraktek murni itu yang berintikan ketidaksengajaan ( criminal
malpractice) dan yang sampai terungkap dalam pengadilan pidana tidaklah
banyak. Namun perbedaannya dengan kelalaian tetap ada, maka malpraktek
dalam arti luas dapat dibedakan antara tindakan yang dilakukan :
a.

b.

Dengan sengaja yang dilarang oleh Peraturan perundang-undangan.


Misalnya seorang dokter melakukan aborsi dengan sengaja tanpa adanya
indikasi medis, melakukan euthanasia, memberi surat keterangan medis yang
isi tidak benar dan sebagainya.
Tidak dengan sengaja atau karena kelalaian.

106

Misalnya seorang dokter menelantarkan pengobatan pasien, karena lupa atau


sembarangan sehingga penyakit pasien bertambah berat dan kemudian
meninggal ( abandonment ).
Perbedaan yang terlihat pada motif yang dilakukan, misalnya :
a. pada malpraktek (dalam arti sempit) :
- tindakannya dilakukan secara sadar
- tujuan dari tindakannya sudah terarah dan tidak peduli terhadap
akibat yang akan ditimbulkan.
- Mengetahui tindakan yang dilakukan bertentangan dengan
hukum yang berlaku.
b. pada kelalaian :
-

Tidak ada motif atau tujuan untuk menimbulkan akibat yang


akan terjadi.
Terjadi diluar kehendak

Abortus
Perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan abortus selama puluhan tahun yang
terakhir merupakan suatu contoh yang meminta perhatian terhadap perubahan
dalam definisi kesehatan dan peranan profesi kedokteran. Dapat dikatakan bahwa
abotrtus dilakukan karen asecara langsung hal itu menyelamatkan jiwa si ibu.
Abortus provokatus dapat dianggap euthanasia bagi sijanin untuk menyalamatkan
nyawa si ibu.
Di Amrika Serikat,seperti yang telah dianjurkan di Indonesia tiap rumah sakit atau
lembaga kesehatan dianjurkan untuk mempunyai sebuah panitia yang diminta
persetujuannya untuk melakukan tindakan terminasi kehamilan atas indikasi yang
telah ditetapkan oleh panitia tersebut. Indikasi yang umum adalah untuk
menyelmatkan hidup wanita hamil atau mempertahankan kehidupan wanita hamil,
tetapi kemudian keadaan si janin juga dapat indikasi untuk terminasi yang dapat
mengakhiri atau membahayakan kehidupannya.
Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu.
Definisi ini sekarang telah berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah abortus
adalah kurang dari 20 minggu. Dari segi mediko-legal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang sama dan menunjukan
pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang cukup.
Penyebab abortus secara umum :
a.

Infeksi akut

virus, misalnya cacar, hepatitis infeksi

infeksi bakteri

parasit misalnya malaria

107

b.

Infeksi kronis

Sifilis,

biasanya

menyebabkan

abortus

trimester kedua
-

Tuberkulosis

c.

Keracunan, misalnya keracunan air raksa

d.

Penyakit kronis. Misalnya hipertensi, nefritis, diabetes,


anemia berat, penyakit jantung.

e.
f.

Gangguan fisiologis, syok, ketakutan dll


Trauma fisik
Penyebab yang bersifat lokal
Fibroid
Radang pelvis kronis
Retroversi kronis
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi janin :

Kematian janin akibat kelainan bawaan


Ketidak seimbangan hormon
Mola hidotidosa
Penyakit plasenta misalnya inflamasi dan degenarasi
Ada 2 macam abortus, yaitu :
1.

abortus spontan
merupkan suatu mekanisme alamiah untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang abnormal.abortus ini terjadi tanpa disengaja, biasanya disebabkan
karena pengaruh kesehatan ibu maupun kelainan pada janin.

2.

abortus buatan
abortus ini sengaja dilakukan oleh manusia, dibedakan menjadi 2 :

abortus terapeutik yaitu abortus yang dilakukan demi menyelamatkan jiwa ibu dan
bukan dilakukan untuk mempertahankan nama baik atau kehormatan keluarga.
Hal yang harus diperhatikan :
-

setiap
usaha
untuk
mempertahankan
kehamilan harus dicoba terlebih dahulu jika tidak membahayakan ibu.
Melakukan konsultasi dengan dokter ahli
Tanda persetujuan harus diperoleh baik dari
wanita maupun dari suaminya

108

Indikasi melakukan abortus harus dinyatakan


dengan jelas.

Abortus kriminalis Merupakan suatu tindakan abortus yang dilakukan bukan


untuk menyelamatkan jiwa ibu, tetapi untuk maksud-maksud lain seperti untuk
mencederai ibu atau membunuh janin. Indikasi obortus kriminalis sulit diketahui
karena tindakan ini dilakukan secara diam-diam oleh wanita itu sendiri atau
dengan bantuan orang lain.

Hukum yang mengatur tentang abortus : Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan yang berkaitan dengan abortus yang legal.
Pasal 15
1. dalam kaeadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.
2. tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
dapat dilakukan :
a. bersdasarkan indikasi medis yang mengharuskan
diambilnya tindakan tersebut
b. oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau
suami atau keluarganya
d. pada sarana kesehatan tertentu
3. ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Secara rinci KUHP mengancam perilaku-perilaku abortus buatan ilegal sebagai
berikut :
1. wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh
orang lain melakukannya ( KUHP pasal 346, hukuman maksimal 4
tahun )
2. seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya
( KUHP pasal 347, hukuman maksimal 12 tahun, dan bila wanita
tersebut meninggal hukuman maksimal 15 tahun )
3. seorang yang menggugurkan kandungan wanita seizin wanita
tersebut ( KUHP 348, hukuman maksimal 5tahun 6 bulan dan bila
bila wanita tersebut meninggal, maksimal hukuman 7 tahun )
4. dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan diatas
( KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan
pencabutan hak pekerjaannya )

109

5. barangsiapa mempertunjukan alat/cara menggugurkan kandungan


kepada anakdibawah usia 17 tahun/dibawah umur ( KUHP pasal
283, hukuman maksimal 9 bulan )
6. barangsiapa menganjurkan/merawat/membari obat kepada
seoarang wanita dengan memberi harapan agar gugur
kendungannya ( KUHP pasal 299, hukuman maksimal 4 tahun)
Sumpah Dokter Indonesia
Lafal Sumpah Dokter Indonesia
Lafal sumpah dokter sesuai dengan Deklarasi Geneva ( 1948 ) telah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Majelis Pertimbangan Kesehatan
Indonesia dan Syara Departemen Kesehatan RI dan Panitia Dewan Guru Besar
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lafal sumpah ini pertama kali
diucapkan oleh lulusan Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1959. lafal sumpah ini
kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1960. lulusan
pertama Fakultas Kedokteran USU Medan sebanyak 6 orang telah mengucapkan
sumpah dokter sesuai dengan PP tersebut pada tanggal 25 februari 1961.
Pada Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran ke-2 yang diselenggarakan
diJakarta pada tanggal 14-16 desember 1981 oleh Departemen Kesetan RI telah
disepakati beberapa perubahan dan menyempurnakan lafal sumpah dokter,
sehubungan dengan berkembangnya bidang kesehatan masyarakat. Lafal sumpah
dokter tersebut berbunyi sebagai berikut :
Demi Allah saya bersumpah/berjanji, bahwa :
1. saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
2. saya akn memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
jabatan kedokteran
3. saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat,
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai seorang dokter
4. saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat
5. saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter
6. saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusian, sekalipun diancam
7. saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita
8. saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan agama, kesukuan, perbedaan kelamin,
politik kepartaian, atau keduduka sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita.
9. saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan
10. saya akan memberikan kepada guru-guru dan bekas guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya

110

11. saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan
12. saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
13. saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri sendiri
Sumpah Dokter Indonesia diucapkan pada suatu upacara di Fakultas Kedokteran
setelah Sarjana Kedokteran ( S.Ked ) lulus ujian profesinya. Acara ini dihadiri
oleh pimpinan fakultas, senat fakultas, pemuka agama, para dokter baru beserta
keluarganya. Sebelum para dokter baru mengucapkan butir-butir lafal sumpah
tersebut, bagi yang beragama islam mengucapkan wallahi, wabillahi, wathallahi,
Demi Allah saya bersumpah ,bagi yang beragama khatolik mengucapkan juga
Demi Allah saya bersumpah, bagi yang beragama kristen protestan saya
berjanji, bagi yang beragama budha Om Atah Parama Wisesa Om Shanti Om
dan bagi yang beragama hindu Mai Kasm Khasahan. Setelah para dokter baru
mengucapkan lafal sumpahnya, mereka menandatangani berita acara sumpah
dokter beserta saksi-saksi.
Jika dibandingkan lafal sumpah Hippokrates dengan lafal Sumpah Dokter
Indonesia, maka dapat dilihat bahwa Lafal Sumpah Dokter Indonesia ini
mengandung intisari yang berakar dari lafal Sumpah Hippokrates.
Lafal sumpah Hippokrates ini mengandung butir-butir yang berkaitan dangan
larangan melakukan euthanasia aktif, abortus provokatus dan melakukan
pelecehan seksual. Juga mengandung kewajiban melakukan rujukan jika tidak
mampu dan memelihara rahasia jabatan dokter. Secara lebih terperinci Lafal
Sumpah Hippokrates mengandung perlakuan yang selayaknya terhadap guru-guru
beserta anak-anaknya, bahkan jika perlu membagikan harta kepada gurunya, yang
tentunya disaat guru membutuhkan.
Butir-butir lain dalam Sumpah Hippokrates juga terdapat dalam bentuk yang
sedikit berbeda, namun prinsipnya sama. Hanya sesuai perkembangan ilmu
kedokteran pada masa Hippokrates, pengobatan ditujukan pada individu, kerena
belum diketahuinya tentang penyakit menular dan belumberkembangnya ilmu
kesehatan masyarakat. Juga karena belum diketahuinya tentang fisiologi
reproduksi manusia, maka butir khusus tentang hidup insani sejak saat pembuahan
tidak tercantum.

Kode Etik Kedokteran Indonesia


Pola pikir manusia dari tahun ketahun terus berkembang. Hal ini terwujud dalam
berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang pada dasarnya bertujuan
meningkatkan taraf dan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Kemajuan IPTEK selain menyebabkan peningkatan kualitas profesi kedokteran,
juga menyebabkan timbulnya aneka ragam permasalahan, antara lain mahalnya

111

pelayanan medik. Dengan berkembangnya IPTEK terjaid perubahan tata nilai


dalam masyarakat, misalnya hal-hal yang dahulu dianggap wajar atau mungkin
pula sebaliknya.
Masyarakat pun semakin kritis dalam memandang masalah yang ada, termasuk
pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan. Masyarakat kini menuntut
agar seorang dokter atau instansi kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
yang lebih baik.
Untuk menghindari tuntutan dari masyarakat karena pelayanan yang kurang
memuaskan, jelaslah bahwa profesi membutuhkan pedoman sikap dan perilaku
yang harus dimiliki seorang dokter. Ini disebut dengan Kode Etik Kedokteran.
Untuk menjalankan dan mengamalkan kode etik tersebut seorng dokter juga harus
dibekali dengan wawasan keagamaan yang kuat karena dalam ilmu agama sudah
tercakup ulmi pengetahuan mengenai moral dan akhlak yang baik antara sesama
manusia.
Seorang dokter harus menghayati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran dalam
menjalankan profesinya. Dengan berpedoman pada etik tersebut diharapkan
seorang dokter dapat menjalankan profesinya dengan baik sehingga martabat
profesi kedokteran dapat lebih terjaga.
DEFINISI
Kata etik atau etika berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu kata mores dan ethos.
Umumnya sebagai rangkaian mores of community ( kesopanan masyarakat ) dan
ethos of the people ( akhlak manusia ). Mengenai etik kedokteran ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu :

Etik jabatan kedokteran ( medical ethics )


Etik ini menyangkut masalah yang berhubungan dengan sikap para dokter
terhadap sejawat, para pembantunya serta terhadap masyarakat dan
pemerintah.

Etik asuahan kedokteran ( ethics of the medical care )


Yang merupakan etik asuhan kedokeran dalam kehidupan sehari-hari adalah
peraturan tentang sikap dan tindakan seorang dokter terhadap penderita yang
menjadi tanggung jawabnya.

Dapat dikatakan bahwa etik jabatan termasuk mores,sedangkan etik asuhan


termasuk ethos.Landasan Etika Kedokteran adalah:
1.

Sumpah Hippocrates.

2.

Deklarasi Geneva.

3.

International code of medical ethics.

4.

Lafal sumpah dokter Indonesia.

112

5.

Kode etik kedokteran indonesia

6.

Pernyataan-pernyataan (Deklarasi) Ikatan Dokter Sedunia

i. (World Medical Association,WMA),antara lain:

Deklarasi Geneva (1948) tentang Lafal Sumpah Dokter.


Deklarasi Helsinki (1964) tentang Riset Klinik.
Deklarasi Sydney (1968) tentang saat Kematian.
Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan atas indikasi
medik.
Deklarasi Tokyo (1975) Tentang Penyiksaan.

Kode Etik Kedokteran Indonesia


Kode etik indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah
Kerja Susila Kedokteran yang dilaksanakan diJakarta. Bahan rujukan yang
digunakan adalah Kode Etik Kedokteran Internasional yang telah disempurnahkan
pada tahun 1968 melalui Muktamar ke-22 Ikatan Dokter Sedunia.
Seperti halnya dengan Kode Etik Internasional yang mengalami berbagai
penyempurnaan, Kode Etik Kedokteran Indonesia pun mengalami perubahanperubahan, yaitu melalui Musyawarah Kerja Etik Kedokteran ke-2 yang
dilaksanakan di Jakarta, untuk kemudian pada tahun 1983 dinyatakan berlaku bagi
semua dokter di Indonesia melalui surat keputusan No.434/MENKES/SK/X/1983
tanggal 28 Oktober 1983. Pada Musyawarah Kerja Nasional IDI XIII 1993 Kode
Etik Kedokteran Indonesia ini telah diubah menjadi 20 pasal.
Sebagai pedoman dalam berperilaku, Kode Etik Kedokteran Indonesia
mengandung beberapa ketentuan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan
kedua puluh pasalnya.
Pengaruh ajaran agama dan social budaya dalam praktek kedokteran
Dalam melakukan praktek kedokteran atau suatu tindakan harus sesuai standar
profesi. Dokter juga harus memegang teguh Sumpah Dokter Indonesia, dalam
sumpah tersebut disebutkan bahwa saya akan berikhtiar dengan sungguhsungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan agama, kesukuan,
perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita.
Dari sumpah tersebut bahwa dokter tidak boleh terpengaruh oleh pertimbangan
keagamaan,kesukuan, perbedaan kelamin, politik atau sosial dalam melakukan
tindakan media terhadap pasien demi keselamatan dan selama tindakan tersebut
tidak bertentangan dan melanggar ajaran agama maupun melanggar norma yang
berlaku dimasyarakat.

113

Malpraktek ( aborsi ) dari pandangan Islam


Dr. Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah
Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan
sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah
ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua
ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih
berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin
Masud berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40
hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula,
kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh
kepadanya. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena
berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam
kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil
syari berikut. Firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami
akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (Qs. al-Anaam [6]:
151).
Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga
problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban Barat.
Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-fundamentalradikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada peradaban
Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi peradaban Barat yang
bertentangan dengan Islam, untuk kemudian digantikan dengan peradaban Islam
yang manusiawi dan adil.
Hukum aborsi dalam pandangan Islam menegaskan keharaman aborsi jika umur
kehamilannya sudah 4 (empat) bulan, yakni sudah ditiupkan ruh pada janin.
Untuk janin yang berumur di bawah 4 bulan, para ulama telah berbeda pendapat.
Jadi ini memang masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman kami, pendapat

114

yang rajih (kuat) adalah jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau
42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan
pembentukan janin, maka hukumnya haram. Sedangkan pengguguran kandungan
yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (jaiz) dan tidak
apa-apa. Wallahu alam [M. Shiddiq al-Jawi]
Sosial Budaya
Sosiologi Kedokteran: Mengamati Sehat dan Sakit dari sudut pandang sosial,
budaya, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan masih berlaku di dalam
masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan atau perilaku individu untuk memelihara,
meningkatkan, atau mengisi kesehatan atau menanggulangi keadaan sakit,
penyakit, atau kecacatan.
Kesehatan Etnis
Kebudayaan (culture) artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kebudayaan juga berarti
meliputi semua hasil cipta, karsa dan karya manusia baik yang material maupun
nonmaterial (baik kebendaan maupun kerohanian), segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah atau mengubah alam.
Etnis: Masyarakat yang membentuk (terbentuk) dan berpegang pada
presumsi bahwa kehidupan sosial yang turun-temurun merupakan suatu ciri yang
nyata.

Manusia cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu.


Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun dianggap menjadi
suatu rutinitas atau suatu hal yang biasa.
Kebiasaan ini mempunyai kekuatan mengikat karena kebiasaan ini
dilakukan berulang-ulang yang berarti banyak orang yang menerimanya.
Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama ini menjadi perilaku
individu atau kelompok dan diterima sebagai aturan-aturan yang
mengikat individu dalam kelompoknya.
Pelanggaran atau penyimpangan dari kebiasaan ini akan mengakibatkan
seseorang dianggap menyimpang dari kebiasaan umum atau masyarakat.
Hubungan Kedokteran Dan Kebudayaan (Etnis)
Manusia cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun dianggap menjadi
suatu rutinitas atau suatu hal yang biasa
Kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama ini menjadi perilaku individu
atau kelompok
Perilaku berdampak pada derajat kesehatan
Peran Sakit

115

Peran sakit juga merupakan peran sosial,


Ada beberapa pembebasan, segi hukum, dan tuntutan gantirugi, yang
terbentuk oleh masyarakat, kelompok dan tradisi-tradisi etnis budaya
dimana individu berada
Perilaku sakit ( Illnes behaviour )
Lebih berhubungan dengan gejala-gejala yang dirasakan, tingkat sakit,
reaksi individu, atau akibat disfungsi organ.
Reaksi sangat individual atau tergantung berat ringannya gejala atau rasa
sakit.
Sering gejala yang muncul tidak sama reaksinya pada setiap individu,
dapat saja kondisi sakit disadari setelah pemeriksaan atau ditolong oleh
tenaga medis.

SKENARIO 6
MAFIA ASURANSI

116

19 Juni 2012 jaringan mafia asuransi yang melibatkan dua orang warga Aceh
Besar yaitu seorang perwira Polisi dan seorang dokter ahli forensik terbongkar.
Komplotan tersebut menurut Jaksa Penuntut Umum telah membunuh dua orang
korban untuk mengambil santunan asuransi jiwa yang bernilai ratusan juta.
Pada 4 Januari 2010 pelaku membawa korban dengan speed boat ke tengah laut
lalu membunuhnya, mayatnya di drowning dengan batu pemberat di Laut. Polisi
yang menangani kasus tersebut sebelum menguburkan jenazah polisi terlebih
dahulu mengambil paru-paru korban untuk dikirim ke Laboratorium Kriminologi.
Pada pemeriksaan di temukan wajah mengalami sianosis, adanya Ptechie
haemorrage, Tangan bisa dijumpai cadaveric spasme, adanya bintik-bintik
perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan Tardeou's spot, menurut dugaan
dr. Nandes bahwa sebelumnya pasien mengalami dispneu yang ditandai adanya
gerakan klonik pada kuat pada otot tubuh korban sehingga korban Apneu, besar
kemungkinan korban di smothering tetapi tidak dtertutup kemungkinan gagging
dan choking.
Learning Objectives
Mahasiswa Mampu
1. Menjelaskan tentang definisi asfiksia mekanik.
2. Menjelaskan tentang Etiologi Asfiksia Mekanik.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi Asfiksia Mekanik.
4. Menjelaskan tentang gejala-gejala Asfiksia Mekanik
5. Menjelaskan tentang tanda tanda post mortem pada asfiksia mekanik ?

PANDUAN TUTOR GUIDE SKENARIO 5


Langkah 1 (identifikasi Istilah)
Istilah-istilah dalam skenario ini mencakup :

117

Drowning

Sianosis

Ptechiae Hemorage

Cadaveric spasme

Tardeu Spot

Apneu

Choking

Langkah 2 (identifikasi masalah)


Beragam masalah dapat dikemukanan mahasiswa. Tutor sebaiknya mengarahkan
mahasiswa untuk mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang telah
dikemukakan pada langkah 1. Bila ada masalah baru yang relevan namun tidak
berdasarkan konsep yang

ada, mahasiswa sebaiknya diarahkan untuk

mengemukakan konsep yang relevan yang berdasarkan masalah tersebut.


Langkah 3 (Analisa Masalah)
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang
dikemukakan pada langkah 2. Barbagai pernyataan yang dikemukakan oleh
mahasiswa. Bila ada pernyataan yang tidak relevan dengan jalannya diskusi, tutor
dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut :
Membiarkan diskusi terus mengalir sehigga mahasiswa menyadari kekeliruan dari
pernyataanya.
Mengarahkan diskusi sehingga mahasiswa menyadari sendiri kekeliruan
pernyataanya, tanpa menyatakan bahwa mahasiswa tersebut salah.
Harus diingat, bahwa langkah 3 tidak harus menghasilkan suatu jawaban yang
benar. Berbagai pernyataan yang dikemukakan mahasiswa adalah berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya, dan diskusi ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui, hal-hal apa yang telah mereka kuasai dan hal-hal apa saja
yang belum dikuasai. Denga mengetahui hal-hal tersebut, mahasiswa dapat
memperoleh gambaran tentang hal-hal apa saja yang masih harus dipelajari.

118

Langkah 4 ( Strukturisasi )
Dalam langkah ini mahasiswa akan membuat sebuah struktur berdasarkan diskusi
di langkah 3. Struktur harus relevan dengan konsep-konsep di langkah 1, masalahmasalah dilangkah 2 dan diskusi di langkah 3.
Langkah 5 ( Identifikasi Tujuan Belajar )
Dalam langkah ini mahasiswa akan menyusun learning objective (LO), yang
mencakup hal-hal yang ingin dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan diskusi yang
telah dilakukan. Adapun beberapa learning objective yang mungkin dikemukakan
oleh mahasiswa adalah sbb :
11. Hal-hal yang belum tuntas ketika di langkah 3
12. Dan LO yang terdapat di bawah skenario 1 pada buku tutor
Perlu diingat, bahwa yang dikemukakan diatas adalah beberapa LO dasar yang
diharapkan akan dikemukakan oleh mahasiswa. Bila ada LO tambahan yang
mencerminkan rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa, maka hal tersebut
sangat dapat diterima.
Langkah 6 (Belajar Mandiri)
Dalam hal ini mahasiswa melakukan kegiatan akademik secara mandiri
Langkah 7 ( Presentasi hasil belajar mahasiswa )
Dalam langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah
dipelajari dalam masa belajar mandiri ( yang mencakup kehadiran di kuliah pakar,
konsultasi pakar, studi literature, dsb ).

ASFIKSIA
1.

Pendahuluan

119

Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Sebenarnya


pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari bahasa
Yunani, menyebutkan bahwa asfiksia berarti absence of pulse ( tidak
berdenyut), sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih
dapat berdenyut untuk beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang
tepat secara terminologi kedokteran ialah anoksia atau hipoksia.
Asfiksia adalah kegagalan masuknya udara ke dalam alveoli paru atau sebabsebab lain yang mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau
keduanya berkurang sampai suatu tingkat tertentu di mana kehidupan tidak
mungkin berlanjut. Biasanya asfiksia akan menyebabkan gagalnya kedua pilar
kehidupan lain.
Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena asfiksia termasuk salah
satu pemeriksaan yang sering dihadapi dokter seperti mati tergantung, penjeratan,
tengggelam, dibekap dan lain-lain.
2.

Etiologi

a.

Alamiah Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan


seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.

b.

Mekanik Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging,


drowning, strangulation dan sufocation.

Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia yaitu :


1.
Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru- paru karena:
a.
Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup,
kepala ditutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara
lembab, bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang tinggi.
Ini dikenal sebagai asfiksia murni atau sufokasi (suffocation) .
b.
Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti
pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus
alienum dalam tenggorokan. Ini dikenal sebagai asfiksia mekanik
(mechanical asphyxia).
Kedua keadaan di atas dapat diibaratkan dengan tidak atau kurang pemasokan
oksigen untuk kebutuhan pabrik.
2.

Anoksia Anemia (Anaemic anoxia)

120

Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada
anemi berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan
sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.
3.

Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)

Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal
jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet
tersendat jalannya.
4.

Anoksia Jaringan (Hystotoxic Anoxia)

Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat rnenggunakan oksigen secara efektif.
T'ipe ini dibedakan atas :
a. Ekstra Sekuler
Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan sianida
terjadi perusakan pada enzim sitokhrom oksidase, yang dapat
menyebabkan kematian segera. Pada keracunan barbiturat dan hipnotik
lainnya, sitokhrom dihambat secara partial sehingga kematian berlangsung
perlahan.
b. Intra selular
Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan
permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang
larut dalam lemak seperti kloroform, eter dan sebagainya.
c. Metabolik
Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu
pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia.
d. Subtrat
Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien,
misalnya pada hipoglikemia.
2.
Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2 golongan:
2.1

Primer (akibat langsung dari asfiksia)

Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari
asfiksia. Sel- sel otak sangat sensitif tehadap kekurangan O 2. bagian bagian otak
tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian tersebut lebih

121

rentan terhadap kekurangan O2. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel
serebrum, serebellum dan basal ganglia.
Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
2.2

Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi


dari tubuh).

Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan


mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena
oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung maka
terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat.
Keadaan ini didapati Pada :
a. Penutupan mulut dan hidung (Pembekapan).
b. Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan
dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena
cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru.
c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan
(Traumatic asphyxia).
d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat
pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
3.
Gejala-gejala Asfiksia
Gejala-gejala asfiksia dapat dibagi atas beberapa stadium yaitu:
3.1
Stadium dispnoe.
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan merangsang
pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) bertambah dalam
dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir
mulai kebruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Bila
keadaan ini berlanjut maka masuk ke stadium kejang.
3.2
Stadium kejang.
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran
hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga faeces dan urine
dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin
jelas. Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke
stadium apnoe.
3.3
Stadium apnoe.
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot-otot menjadi lemah,
hilangnya reflek, dilatasi pupil, tekanan darah turun, pernafasan dangkal dan
semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan dengan lumpuhnya
pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti denyut nadi hampir tidak
teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi.
Ketiga stadium ini berakhir dalam 3-5 menit atau lebih lama sampai 5-8 menit.

122

4.

Tanda-tanda post-mortem

Wajah bengkak dan biru (sianose), bibir kebiruan dan mata menonjol lidah sering
bengkak dan menjulur, dan kadang-kadang tergigit, terlihat buih di rongga mulut
dan hidung, bintik perdarahan (Ptechie haemorrage) di muka, kelopak mata dan
konjungtiva. Tangan bisa dijumpai mencekam/mengepal (kejang mayat, cadaveric
spasme). Lebam mayat berwarna rnerah kebiruan jelas terlihat dan distribusi luas
karena kadar CO2 tinggi dan darah rnenjadi lebih encer, sukar membeku akibat
kerja fibrinolysin.
Mukosa trakhea dan bronkhus merah karena kongesti dan sering dijumpai buih
bercampur darah. Paru-paru bengkak (congested) dan berwarna gelap, adanya
bintik-bintik perdarahan dipermukaan paru, jantung, otak dan selaput otak yang
dikenal dengan Tardeou's spot. Bintik-bintik perdarahan ini terjadi karena
permeabilitas kapiler meningkat dan kapiler rnudah pecah. Selain dipermukaan
organ, sering didapati konjuntiva palpebra dan konjuntiva bulbi serta di kulit
wajah. Organ-organ mengalami perbendungan, sering didapati jantung kanan
masih terisi darah dan janntung kiri kosong. Tanda-tanda lain didapati sesuai
dengan penyebab asfiksia, seperti di paru-paru pada tenggelam, leher pada
penjeratan, pencekikan dan mati gantung, luka di mulut dan hidung pada
pernbekapan dan cedera dada pada traumatic asphyxia. Pada mati gantung proses
hambatan terjadi serentak pada pembuluh darah arteri dan vena, maka wajah
korban tampak pucat.
Dalam bidang forensik ada beberapa keadaan atau jenis asfiksia yang sering
dijumpai. Biasanya berkaitan dengan hambatan saluran nafas secara mekanik atau
disebut juga asfiksia mekanik.
Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai:
1. Pembekapan (smothering), yaitu saluran nafas bagian luar, mulut dan
hidung ditutup serentak.
2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
3. Tekanan di daerah leher:
a. Pengaruh berat badan (mati gantung, hanging)
b. Tenaga dari luar
- Penjeratan (strangulation)
- Pencekikan (throttling, manual stragulation)
- Gantung (hanging)
4. Tersumbat oleh cairan (tenggelam, drowning)
5. Gangguan gerakan pernafasan (dada ditekan, traumatic asphyxia)
1.
Pembekapan
Pembekapan (smoothering) adalah asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran
nafas bagian luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus. Biasanya dilalukan
terhadap korban yang lemah atau tidak berdaya. Bisa dilakukan dengan telapak
tangan atau benda lain seperti kain, handuk, bantal, plester lebar, menekan muka
korban ke kasur dan lain-lain. Pembunuhan anak atau pembunuhan pada orang tua
dan orang lemah lainnya sering menggunakan cara ini. Bila daerah mulut dan
hidung kecil maka pemakaian telapak tangan cukup untuk itu, tetapi bila lebih

123

luas dan kemungkinan tidak dapat ditutup sekaligus maka dipergunakan bantal,
selimut atau bahan yang lain.
Dapat juga terjadi karena kecelakaan pada anak karena tertindih bantal atau
tertindih buah dada karena ketiduran waktu menyusukan bayi. Walaupun jarang,
dapat juga terjadi bunuh diri dengan cara rnengikatkan gulungan kain atau bantal
menutup muka.
1.1
Tanda post mortem
Dijumpai tanda-tanda perbendungan, muka bengkak (congested), bintik
perdarahan pada bola dan kelopak mata (Tardeau's spot), mata melotot dan
sianose pada bagian akral tubuh seperti kuku, bibir, hidung dan kuping, luka lecet
dan hematom karena tekanan di bagian dalam bibir.
Pada pembunuhan, bila digunakan tenaga lebih dari seperlunya, didapati luka
lecet di sekitar mulut dan hidung.Tetapi bila dipakai bahan yang halus atau muka
korban dibalikkan ke kasur tanda-tanda kekerasan seperti lecet mungkin sedikit
atau tidak didapati sama sekali. Sebab kematian, murni karena kekurangan
oksigen.
2.
Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing. Pada gagging sumbatan
pada orofaring, mulut disumpal dengan kain, sedangkan pada choking sumbatan
pada laringofaring. Ini sering pada anak-anak karena tertelan bonbon, kacang dan
lain-lain. Jenis asfiksia ini jarang ditemukan, kecuali pada pembungkaman korban
dengan penyumpalan mulut dengan kain, begitu juga pada pembunuhan anak.
2.1 Tanda post mortem
Tanda post mortem yang penting adalah tanda-tanda asfiksia dan adanya benda
asing di dalam mulut. Benda asing bisa berupa potongan kain, kertas koran, tisu,
sapu-tangan, gigi palsu dan sebagainya.
3.
Mati gantung(hanging)
Mati gantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri
dengan cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan di mana dan kapan saja
dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher.
Demikiaa pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan
yang sudah digunakan sejak zaman dahulu.
3.1
Jenis mati gantung
Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan 2 tipe :
1. Tergantung total (complete), tubuh tergantung di atas lantai.
2. Setengah tergantung (partial), bagian dari tubuh masih menyentuh lantai.
Sisa berat badan 10-15 kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan
tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan 5 kg untuk
rnenyumbat arteri karotis. Partial hanging hampir selamanya karena bunuh
diri.
Dari letak jeratan dibedakan:

124

1. Tipikal (Typical hanging) di mana letak simpul di belakang leher, jeratan


berjalan simetris di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun.
Tekanan pada saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini.
2. Atipikal, letak simpul bisa di mana saja selain tipikal.
3.2
Simpul
Ada 2 jenis simpul yaitu simpul hidup (running noose) dan simpul mati (satu atau
lebih). Pemeriksaan jenis dan panjang bahan yang dipakai, serta jenis simpul
dapat membantu menentukan cara kematian. Pada waktu rnembebas liiitan dari
leher korban, tidak boleh membuka simpul, tetapi lilitan dipotong di luar simpul,
karena bentuk simpul bisa membantu penentuan kematian secara medikolegal.
3.3
Sebab kematian
Walaupun sebab kematian mati gantung adalah karena asfiksia, tetapi sering
disertai sebab yang lain yaitu tekanan pada pembuluh darah (arteri maupun vena)
di leher dan reflek inhibisi vagal. Yang paling sering adalah campuran asfiksia
dengan sumbatan pada pembuluh darah.
Dengan demikian sebab kematian bisa terjadi karena:
1. Asfiksia karena tersumbatnya saluran pernafasan
2. Kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak
3. Iskerni serebral karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis
4. Syok vagal, karena tekanan pada sinus carotis menyebabkan jantung
berhenti berdenyut
5. Fraktur atau dislokasi tulang vertebral cervicalis 2 dan 3. Ini didapati pada
hukuman gantung (judicial hanging), karena korban dijatuhkan terhentak.
3.4
Periode fatal
Pada judicial hanging kematian berlangsung sangat cepat karena fraktur di
vertebra cervicalis yang mengakibatkan perdarahan di medula oblongata. Sering
didapati jantung masih berdenyut untuk beberapa saat kemudian. Bila kernatian
karena penutupan arteri juga berlangsung cepat karena iskerni otak, sedangkan
kematian berlangsung lebih lambat pada peryumbatan vena. Bila yang tersumbat
adalah saluran pernafasan, maka kematian bisa berlangsung di bawah 5 menit.
3.5
Tanda post mortem
Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau tekanan
di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan rnaka
dijumpai tanda-tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan fase akhir konvulsi
lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering
didapati tanda-tanda perbendungan dan perdarahan (Ptechial) di konjuntiva bulbi,
okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga
dapat menutup arteri, rnaka tanda-tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol
(iskemi otak), yang nnenyebabken gangguan pada sentral respirasi, dan berakibat
gagal nafas. Tekanan pada sinus karotis menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti
dengan tanda-tanda post-mortern yang rninimal. Tanda-tanda di atas jarang berdiri
sendiri, tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan.
3.5.1

Pemeriksaan luar

125

Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher yaitu:


1. Bekas jeratan (ligarature mark) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik,
tidak bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan,
kering seperti kertas perkamen, kadang - kadang disertai luka lecet dan
vesikel kecit di pinggir jeratan. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan
warna kulit lebih gelap karena adanya lebam mayat.
2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri bekas jeratan.
Simpul terletak di bagian yang tidak ada berkas jeratan kadang-kadang
didapati juga bekas tekanan simpul di kulit. Bila bahan penggantung kecil
dan keras (seperti kawat) maka, bekas jeratan tampak dalam sebaliknya
bila bahan lembut dan lebar seperti selendang, maka bekas jeratan tidak
begitu jelas. Bekas jeratan juga dipengaruhi oleh lamanya korban
tergantung, berat badan korban (komplit atau inkomplit) dan ketatnya
jeratan. Pada keadaan lain bisa didapati leher dibeliti beberapa kali secara
horizontal baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa
bekas jeratan yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang
tidak tersambung yang menunjukkan letak simpul.
3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera
diturunkan tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa bengkak,
bintik perdarahan Tardeou's spot tidak begitu jelas, konjuntiva bulbi dan
palpebra, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva di pinggir salah
satu sudut sianose, kadang-kadang ada tetesan urine, faeses dan sperma.
4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki
dan tangan bagian bawah. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa
didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh
sesudah diturunkan. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya
darah.
3.5.2
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan:
1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematorn, pernafasan kongested,
demikian juga paru-paru dan orgain dalam lainnya. Terdapat Tardeou's
spot di permukaan paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan
encer.
2. Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati. Sedangkan tulang rawan
yang lain jarang.
3. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwana merah (red line)
pada tunica intima dari arteri carotis interna.
Medikolegal
Biasanya perbuatan bunuh diri dilakukan sama banyaknya oleh kedua jenis
kelarnin dan sepertinya tidak tergantung umur, artinya dilakukan dari remaja
sampai orang tua. Pemeriksaan di TKP penting untuk menjelaskan bila ada luka di
tubuh korban. Bila tergantung dekat dinding mungkin ada tonjolan yang dapat
melukai korban menjelang kematian.

126

Pembunuhan dengan cara hanging jarang terjadi kecuali orang tidak berdaya atau
dilemahkan terlebih dahulu dengan kekerasan atau racun. Tidak jarang korban
yang telah mati, kemudian digantung untuk menghilangkan jejak pembunuhan.
Bila demikian dokter perlu mencari dan memastikan sebab kematian korban. Ini
merupakan bagian penting dari pemeriksaan dokter untuk rnengarahkan adanya
unsur pembunuhan.
Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya berhubungan dengan
pekerjaan yang sering menggunakan tali atau pada anak-anak. Bisa terjadi
accidental hanging yang berhubungan dengan sexual asphyxia, di mana korban
secara masochistik sengaja membuat partial asfiksia untuk mencapai derajat
orgasme lebih tinggi. Dengan menyetel tali yang dapat menjerat leher lebih
kencang maka ia dapat mencapai orgasme dan setelah itu tali dilonggarkan
kembali tetapi perbuatan melonggarkan ikatan ini kadang-kadang tidak sempat
dilakukan karena korban kehilangan kesadaran akibat asfiksia dan akhirnya mati.
Dalam hal ini, di dekat korban sering didapati gambar-gambar porno, korban
telanjang atau pakai baju wanita dan ada eyakulat.
4. Penjeratan (strangulation)
Penjeratan adalah terhalangnya udara pernafasan akibat adanya tenaga dari luar.
Terdapat beberapa tipe:
1. Penjeratan dengan tali
2. Dicekik (manual strangulation)
3. Ditekan leher dengan bahan selain tali (misalnya potongan kayu,lengan)
4. Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku.
Dua jenis pertama sering didapati, sementara yang lain jarang.
4.1
Penjeratan dengan tali
Sama dengan mati gantung, bahan apa saja dapat dipakai untuk maksud ini.
Biasanya penjeratan dilakukan dalam pembunuhan, apalagi korban perkosaan.
Walaupun sama-sama ada bekas jeratan di leher seperti hanging, tetapi strangulasi
mempunyai ciri khusus pula. Karena dokter tidak datang ke TKP, maka
pemeriksaan pada mayat harus hati-hati, karena yang didapati dokter di meja
autopsi hanya bekas jeratan di leher. Bentuk, jenis tali dan simpul sering tidak
disertakan pada mayat (telah dilepas), bila masih ada, tali diputuskan di luar
simpul supaya bisa di rekonstruksi kembali.
4.2
Sebab kematian.
Kematian sering terjadi karena kombinasi beberapa sebab berikut:
1. Asfiksia, karena saluran nafas tertutup.
2. Venous congestion, aliran arteri masih masuk ke otak, sementara aliran
vena tertutup.
3. Iskerni otak, darah arteri tidak rnengalir lagi ke otak.
4. Refleks vagal (Vagal reflex).

4.3

Pemeriksaan post-mortem

127

4.3.1
Pemeriksaan luar
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan, bersambung (continous) di
bawah atau setentang cartilago thyroid, lecet di sekitar jeratan karena perlawanan
korban, kadang-kadang ada vesikel halus. lni menunjukkan korban masih hidup
waktu dijerat. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan karena tali segera dilepas
atau longgar setelah korban dijerat. Bila tetap terjerat dalam waktu lama, bisa
didapati warna bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen. Kematian
biasanya berlangsung lebih lama dari hanging, karena korban memberi
perlawanan dengan menegangkan leher, sehingga proses kematian berlangsung
lama. Itu sebabnya tanda-tanda asfiksia pada penjeratan lebih jelas terlihat. Muka
terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga lidah menjulur. Bintik
perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih jelas. Bisa
didapati keluar faeces dan urine. Karena strangulasi umumnya karena
pembunuhan maka sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang
mayat, maka perhatikan apakah ada benda yang digenggam seperti rambut,
kancing atau robekan baju pelaku, hal ini penting untuk mengetahui siapa pelaku
kejahatan.
4.3.2
Pemeriksaan dalam
Paling penting pemeriksaan daerah leher di mana terdapat lebam di setentang dan
sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang rawan trachea
lainnya. Mucosa laring dan trachea menebal dan berwarna merah, kadang disertai
perdarahan kecil. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan,
Tardieu's spot, begitu juga tanda perbendungan pada organ lain.
4.4
Medikolegal
Umumnya karena pembunuhan. Dapat juga terjadi karena bunuh diri dengan
rnelilitkan tali beberapa kali sampai ia kehilangan kesadaran dan akhirnya mati
karena ia tidak bisa lagi melepaskan ikatan. Atau pakai kawat waja yang tetap
terbentuk seperti waktu dililitkan atau setelah dililit dengan tali beberapa kali
kemudian diperketat dengan mengunci dengan sepotong kayu.
Kecelakaan sering pula terjadi karena leher terbelit oleh dasi yang terjerat oleh
mesin yang berputar. Bayi terbelit leher oleh tali pusat waktu dilahirkan bukanlah
hal yang jarang. Demikian juga usaha mencapai kepuasan seks dengan membuat
partial asfiksia.
Tabel Perbedaan Mati Gantung dan Penjeratan
OBSERVASI
Motif
Tanda asfiksia
Tanda jeratan dileher
Letak jeratan
Bekas tali
Lecet setentang tali

MATI GANTUNG
PENJERATAN
Bunuh diri
Pembunuhan
Kurang jelas
Jelas
Miring, tidak kontinu
Horizontal dan kontinu
Antar dagu dan laring
Dibawah tyroid
Keras, kering, coklat tua Lunak dan kemerahan
seperti kulit disamak
Jarang dijumpai
Umumnya ada

128

Tanda perlawanan
Fraktur laring dan trachea
Fraktur os hyoid
Dislokasi vertebra
Perdarah
pada
saluran
pernafasan
Air ludah
Tardieus spot
Muka

Tidak ada
Jarang
Sering
Ada pada juridicial hanging
Sangat jarang

Sering ada
Sering
Jarang
Jarang
Ada, bersama buih dari mulut
dan hidung
Mengalir dari salah satu Tidak ada
sudut mulut
Jarang
Sering
Pucat
Sianose dan kongesti

5. Pencekikan
Pencekikan sering terjadi pada perkelahian, sebab leher merupakan salah satu
sasaran yang dapat melumpuhkan dan mematikan. Sebab kematian dan
mekanisme kematian sedikit berbeda pada strangulasi dengan tali, karena di sini
penyebab kematian lebih sering karena asfiksia. Kongesti otak atau iskemi otak
jarang terjadi karena aliran darah tidak tertutup total. Tanda post mortem yang
khas adalah didapati adanya bekas kuku jari tangan pada banyak tempat di leher
korban.
Dari letak cengkrarnan jari-jari, bisa diperkirakan penyerang memakai satu atau
kedua tangan, pakai tangan kanan atau kiri, menyerang dari depan atau belakang.
Yang sering juga sebagai penyebab kematian adalah reflex vagal, di mana tekanan
pada sinus karotis dapat menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.
Pernah dilaporkan sebuah kasus di mana pelaku menyatakan dalam sidang
pengadilan bahwa ia mencekik korban tidak dengan niat mernbunuh, tetapi hanya
untuk menakuti dengan rnemegang leher korban, tetapi akibatnya korban
rneninggal juga. Ini bisa terjadi karena vagal refieks.
6. Sufokasi (suffocation)
Sufokasi terjadi karena kekurangan atau ketiadaan O2. Bisa terjadi karena korban
berada dalam ruangan kecil tertutup atau kepala dimasukkan dalam kantong
plastik tertutup yang diikat dibagian leher. Kasus sufokasi sering terjadi pada anak
anak yang tidak sengaja bersembunyi dalam lemari es atau korban masuk
kedalam selokan yang pengat atau sumur yang kering. Bisa juga terjadi bila
berada dipegunungan dimana tekanan O2 sangat rendah. Sufokasi adalah bentuk
asfiksia murni.
7. Tenggelam (drowning)
Korban mati tenggelam hamper selalu didapati dari waktu kewaktu. Ini tidak
mengherankan karena sekeliling kita ada selokan, sumur, kolam, sungai, danau
atau laut, bahkan ember berisi air atau bak kamar mandi. Banjir bukan hal yang
jarang terjadi.baru saja kita menghadapi korban mati tenggelam dalam jumlah
ratusan ribu orang akibat gelombang tsunami. Bila itu yang berkaitan dengan
kecelakaan tidaklah merupakan peristiwa kriminal yang memerlukan bantuan
dokter untuk menentukan sebab dan cara kematian. Pemeriksaan korban yang

129

diangkat dari air diluar musim banjir atau bencana, adalah kematian yang
diragukan sebagi peristiwa pembunuhan. Penting sekali penentuan apakah korban
masih hidup waktu masuk keair atau sudah mati baru ditenggelamkan.
Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara
masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh cairan.
Terhalangnya udara masuk ke paru-paru tidak perlu orang harus terbenam ke air,
tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati
tenggelam.
1.1

Proses tenggelam

Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai
berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain).
Proses tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau
kelelahan, maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan
menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi
dengan berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air
yang masuk menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban
tenggelam.
Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari korban terapung kembali karena
gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada maka korban akan
muncul permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau di makan
binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, korban kembali
tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam.
Kematian karena tenggelam bisa melalui berbagai proses maka tenggelam
dibedakan atas berbagai tipe:
1. Dry drowning, mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan.
Mungkin karena spasme laring atau inhibisi vagal yang mengakibatkan
jantung berhenti berdenyut sebelum korban tenggelam. Ini dikenal sebagai
Drowning type l.
2. Wet drowning, tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar
(Drowing type 2a) maupun air asin (Drowing type 2b).
3. Immersion syndrome, mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang
menyebabkan inhibisi vagal.
4. Secondary drowning, tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati
sesudah dirawat akibat tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan
kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau oedem).
1.1.1
Tenggelam basah (Wet drowning)
Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian seharihari :
1.1.1.1

Air tawar.

130

Air masuk ke panr-paru sarnpai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih tinggi
dari air, maka cairan di paru-paru rnasuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi
hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum
darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah,
beban jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel,
berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati
penambahan volume darah bisa sampai 72%. kadar ion Chlor di jantung kiri
turun sampai 50%.
1.1.1.2
Air laut.
Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik air
dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi
hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg
dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah
tampak mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.
1.2

Sebab kematian

Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian tenggelam
juga terjadi karena berbagai bentuk:
1. Asfiksia, karena spasme laring.
2. Fibrilasi, ventikuler karena tenggelam di air tawar.
3. Oedem paru, karena tenggelam di air asin.
4. Inhibisi vagal, karena reflex.
1.3
1.3.1

Tanda post-mortem
Pemeriksaan luar

Tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku, bibir. Mata merah karena
perdarahan sub conjuctiva, dari mulut dan hidung terdapat buih halus yang sukar
pecah, kadang menjulur sepeti lidah. Lebam mayat lebih banyak di bagian kepaia,
muka, dan leher (karena posisi kepala di air lebih rendah). Bila didapati kejang
mayat (cadaveric spasme) tangan menggenggam rumput atau kayu merupakan
bukti kuat korban masih hidup waktu masuk ke air. Bila korban lama di dalam air
bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti tukang cuci (washer
woman's hand). Kadang didapati kulit kasar seperti kulit bebek (cutis anserine),
tapi tidak patognomonis karena itu terbentuk akibat kontraksi m. erector pilli
karena dingin atau proses kaku mayat. Adanya lumpur di badan, tangan korban, di
bawah kuku atau pakaian penting diperhatikan. Pastikan juga adanya luka-luka
post mortem apalagi bila korban terseret arus di sungai atau gigitan ikan dan
binatang lainnya. Luka post mortem oleh batu-batuan di sungai didapati di tubuh
bagian luar.
1.3.2

Periksa dalam

131

Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing lainnya dalam
mulut dan saluran nafas, lumen laring, trachea dan bronchus sampai ke cabangcabangnva. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan berisi buih halus yang
mungkin bercampur dengan lumpur. Paru-paru tampak lebih besar voluminous
dan oedematous apalagi tenggelam di air laut, dengan cetakan iga di permukaan
paru. Pada perabaan kenyal ada pitting oedem, bila dipotong dan diperas tampak
banyak buih. Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di
bagian kiri kosong. Oesofagus dan lambung bias terisi cairan sesuai dengan
tempat di mana korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur, pasir dan lainlain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apa
lagi bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus.
Harus di ingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di paru
maupun di lambung.
Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat dilakukaa
dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk rnendapatkan adanya pasir atau
telur cacing bila air kontaminasi dengan faeses, ini dilakukan bila pembuktian
secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan kimia darah dapat dilakukan tetapi
memerlukan fasilitas dan biaya.
2.
Medikolegal
Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena kecelakaan
apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam bukan hal yang
jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk meloncat dan
biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting sekali menentukan apakah
korban mati karena tenggelam atau sudah mati baru ditenggelamkan. Pemeriksaan
menjadi sulit bila korban telah mengalami pembusukan atau pembusukan lanjut.
Perlu diperhatikan bahwa korban yang diangkat dari air, mengalami pembusukan
lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit
pemeriksaan, selain bau yang akan dihadapi pemeriksa.

DAFTAR PUSTAKA

132

Amir, amri, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik , Medan : USU, 2008.


A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC
Dr. Hendra T. Laksman.2005. Kamus Kedokteran. PT. Penerbit Djambatan
Depkes RI. Undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran.
J. Suwandi, S.H. 2006. Dugaan Malpraktek Medik & Draft RPP

Perjanjian Terapeutik antara Dokter dan Pasien . FKUI.


J.Guwandi S.H.2005. Hukum Medik ( Medical Law ). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Leonardo. Asfiksia Forensik. Bagian Ilmu Forensik RSU Dr. Pirngadi Medan.
M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan Edisi 3.
EGC
Prof. dr. Ratna Suprapti Samil.2001. Etika Kedokteran Indonesia. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

133

SEVEN JUMP
No
1

Langkah

Uraian

Identifikasi istilah / konsep

Agar dapat memahami, mahasiswa perlu berusaha


mencari istilah dan konsep yang belum jelas atau
asing, dari scenario kemudian menjelaskannya untuk

2
3

Identifikasi masalah

menyamakan persepsi.
Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan

Analisa masalah

masalah tambahan dalam scenario.


Brainstorming/curah pendapat dengan menggali
masalah dan berusaha menjelaskan konsep dengan
menjelaskan pengetahuan yang mereka kuasai
sebelumnya (walaupun konsep dan penjelasannya

masih salah, tutor tidak perlu segera berkomentar).


Berdasarkan langkah 2 dan 3, mahasiswa

Strukturisasi

mengelompokkan

masalah

dan

konsep

lalu

membentuk pola / skema yang sistematis dan


Identifikasi tujuan belajar

terangkai secara logis.


Merumuskan hal-hal yang perlu dipelajari lebih

Belajar Mandiri

lanjut secara mandiri.


perpustakaan, diskusi

Presentasi

mandiri

hasil

kelompok

kecil

kuliah,

internet, konsultasi pakar, dll.


belajar Melaporkan hasil belajar mandiri / temuan informasi
terkait dengan tujuan belajar yang dirumuskan
bersama langkah ke-5.
Menyimpulkan pengetahuan yang telah diperoleh.

134

MINGGU I (11 16 Juni 2012)


JAM

08.00 - 10.00

Modul XXII : Medikolegal


KEGIATAN

SENIN/11 Juni

SELASA/12 Juni

RABU/13 Juni

KAMIS/14 Juni

Diskusi Tutorial 1

Kuliah Pakar 2
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Kuliah Pakar 4
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Diskusi Tutorial II

Skenario 1 Lantai 2

10.00 12.00

Belajar Mandiri

12.00 14.00

Kuliah Pakar 1
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

JUMAT/15 Juni

SABTU/16 Juni

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Skenario 1 Lantai 2

Kuliah Pakar 3
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri
14.00 16.00
Belajar Mandiri
16.00 18.00

MINGGU II (18 - 23 Juni 2012)

Modul XXII : Medikolegal

JAM

KEGIATAN

135

08.00 - 10.00

SENIN/18 Juni

SELASA/19 Juni

RABU/20 Juni

KAMIS/21 Juni

Diskusi Tutorial I

Kuliah Pakar 6
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Kuliah Pakar 7
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Diskusi Tutorial II

Skenario 2 Lantai 2

Kelompok I-V

12.00 14.00

Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Skill Lab I/E

Belajar Mandiri

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab I/Demo

SABTU/23 Juni

Skenario 2 Lantai 2

Skill Lab I/Demo


10.00 12.00

JUMAT/22 Juni

Ruang Skill lab Lt.1


Skill Lab I/E
Skill Lab I/BM

Kelompok VI-X

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Skill Lab I/BM


14.00 16.00

16.00 18.00

Kuliah Pakar 5
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Belajar Mandiri

Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

MINGGU III (25 - 30 Juni 2012)

Modul XXII : Medikolegal

JAM

KEGIATAN

136

08.00 - 10.00

SENIN/25 Juni

SELASA/26 Juni

RABU/27 Juni

KAMIS/28 Juni

Diskusi Tutorial I

Kuliah Pakar 8
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Kuliah Pakar 9
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Diskusi Tutorial II

Skenario 3 Lantai 2

Kelompok I-V

12.00 14.00

Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Skill Lab II/E

Belajar Mandiri

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab II/Demo

SABTU/30 Juni

Skenario 3 Lantai 2

Skill Lab II/Demo


10.00 12.00

JUMAT/29 Juni

Ruang Skill lab Lt.1


Skill Lab II/E
Skill Lab II/BM

Kelompok VI-X

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Skill Lab II/BM


Kelompok VI-X

14.00 16.00
Belajar Mandiri

16.00 18.00

Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

MINGGU IV (02 - 07 Juli 2012)


JAM

Modul XXII : Medikolegal


KEGIATAN

SENIN/02 Juli

SELASA/03 Juli

RABU/04 Juli

137

KAMIS/05 Juli

JUMAT/06 Juli

SABTU/07 Juli

08.00 - 10.00

Diskusi Tutorial I
Skenario 4 Lantai 2

Kuliah Pakar 10
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Kuliah Pakar 11
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Diskusi Tutorial II
Skenario 4 Lantai 2

Skill Lab III/Demo


10.00 12.00

Kelompok I-V

Skill Lab III/E

Belajar Mandiri

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab III/Demo


12.00 14.00

Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1

Ruang Skill lab Lt.1


Skill Lab III/E
Skill Lab III/BM
Kelompok I-V
Ruang Skill lab Lt.1

Kelompok VI-X
Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab III/BM


Kelompok VI-X

14.00 16.00
Belajar Mandiri

16.00 18.00

Ruang Skill lab Lt.1

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

MINGGU V (09 - 14 Juli 2012)


JAM
08.00 - 10.00

Modul XXII : Medikolegal


KEGIATAN

SENIN/09 Juli

SELASA/10 Juli

RABU/11 Juli

Diskusi Tutorial I

Kuliah Pakar 12
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Kuliah Pakar 13
Ruang Kuliah Umum A

Skenario 5 Lantai 2

138

KAMIS/12 Juli

JUMAT/13 Juli

SABTU/14 Juli

Diskusi Tutorial II

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Skenario 5 Lantai 2

Lantai 1
Skill Lab IV/Demo
10.00 12.00

Kelompok I-V

Skill Lab IV/E

Belajar Mandiri

Kelompok I-V

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab IV/Demo


12.00 14.00

Kelompok VI-X
Ruang Skill lab Lt.1

Ruang Skill lab Lt.1


Skill Lab IV/E
Skill Lab IV/BM
Kelompok I-V

Kelompok VI-X
Belajar Mandiri

Ruang Skill lab Lt.1

Ruang Skill lab Lt.1

Skill Lab IV/BM

14.00 16.00
Belajar Mandiri

Kelompok VI-X

Belajar Mandiri

Ruang Skill lab Lt.1


16.00 18.00

Belajar Mandiri

MINGGU VI (23 - 28 Juli 2012)


JAM
08.00 - 10.00

Modul XXII : Medikolegal


KEGIATAN

SENIN/23 Juli

SELASA/24 Juli

RABU/25 Juli

Diskusi Tutorial I

Kuliah Pakar 14
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

Belajar Mandiri

Skenario 6 Lantai 2

139

KAMIS/26 Juli

JUMAT/27 Juli

SABTU/28 Juli

Diskusi Tutorial II

Kuliah Pakar 15
PLENO
Ruang Kuliah Umum A
Lantai 1

UJIAN

Skenario 6 Lantai 2

MODUL XX

10.00 12.00
12.00 14.00
14.00 16.00

Belajar Mandiri
Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

Belajar Mandiri

16.00 18.00

Lampoh Keudee, 01 Juni 2012


Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh-

Dr. H. Arif Fadillah, SpPD FINASIM

140

Anda mungkin juga menyukai