Anda di halaman 1dari 9

2.

5 Patofisiologi
Lilitan tali
pusat

persalinan
lama,prematur

Menekan Saluran
pernafasan

Hipoksia

Factor Obatobatan,anastesi

Hipoventilasi selama anastesi

Asfiksia

Kekurangan O2
&CO2
Nafas
cepat
DJJ &TD

Paru berisi cairan

Suplai O2 dlm
darah
Suplai O2 ke
paru

Ketidakseimban
gan suhu tubuh

Bersihan
jalan
nafas
tidak

G3
metabolisme
& perubahan
asam basa

Asidosis
respiratorik

O2 ke otak
terganggu

Hipoterm

Pola nafas
tdk efektif

G3 perfisi
ventilasi
Kematian bayi

Resiko

Gangguan
perfusi
jaringan

G3
pertukaran

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga
dapat menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal
istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi.
Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


KEPERAWATAN ANAK I
ASKEP BAYI BARU LAHIR DENGAN RESIKO TINGGI
ASPHYKSIA
Dosen Pembimbing : Reni Ilmiasih,M.Kep,Sp.An

Oleh:
Reni Cahya Nugraha

201210300511008

Lusi Nur Milasari

201210300511039

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER........................................................................ i
HALAMAN JUDUL......................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................ iii
DAFTAR ISI...................................................................................... iv

1.1
1.2
1.3
1.4

PENYAKIT ASPHYKSIA
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang.................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................
Tujuan Penulisan..............................................................................
Manfaat Penulusan...........................................................................

BAB II Pembahasan
2.1 Definisi Penyakit Asphyksia................................................
2.2 Klasifikasi............................................................................
2.3 Etiologi
2.4 Faktor Resiko..............................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................
2.6 Patofisiologi
2.7 Komplikasi
2.8 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................
2.9 Penatalaksanaan..........................................................................................
2.10
Pencegahan.............................................................................
BAB III Asuhan Keperawatan
3.1 Asuhan Keperawatan..................................................................
PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................
Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian
pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,
sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara
berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan
pengobatan yang tepat.
Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi
pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu,
asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan
morbiditas. Survei atas 127 institusi pada 16 negarabaik negara maju ataupun berkembang
menunjukkan bahwa sarana resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan
kurang terampil dalam resusitasi bayi. Sebuah penelitian di 8 negara.
1.2 Rumusan Masalah
Karena masih tingginya angka kejadian dan kematian bayi akibat asfiksia pada bayi
baru lahir.
1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu memahami kejadian keperawatan dengan asfiksia neonaturum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami definnisi dari asfiksia neonaturum
b. Dapat memahami klasifikasi dari asfiksi.
c. Dapat memahami Etiologi dan factor resiko dari asfiksia
d. Dapat memahami manifestasi klinis asfiksia
e. Dapat memahami patofisiologi dan komplikasi asfiksia
f. Dapat memahami penatalaksanaan penderita asfiksia neonaturum
g. Dapat memahani cara pencegahan asfiksia neonaturum
h. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien asfiksia neonaturum.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Asphyksia


Afiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 dab kesulitan pengeluaran CO2. (Aplikasi Nanda NICNOC 2012 )
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2001).

2.2 Klasifikasi
Jenis asfiksia ada dua macam, yaitu :
1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Randa dan gejala yg muncul pada
asfiksia beray adalahh :
1. Frekwensi jantung kecil, yaitu <40 kali per menit
2. Tidak ada usaha nafas
3. Tonus otot lemah, bahkan hampir tidak ada
4. Bayi tidak memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
5. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjt sebelum atau sesudah persalinan.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
Pada asfiksiia sedang , tanda dan gejala yang muncul :
1. Frekwensi jantung menurun sampai 60 kalli permenit
2. Usaha nafas lambat
3. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4. Bayi masih bias bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5. Tampak sianosis pada bayi
6. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna dalam proses persalinan
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah :
1. Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali permenit

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tampak sianosis
Adanya retaksi sela iga
Bayi merintih ( grunting )
Adanya pernafasan cuping hidung
Bayi kurangaktifitas
Saat auskultasi diperoleh hasil Ronchi,Rales, dan Wheezing positif.

Penilaian secara APGAR (Regina, 2011)


TANDA
0
Denyut jantung
Pernafasan

Tonus otot
Reaksi rangsangan
Warna

Lemas
Biru/pucat

ANGKA PENILAIAN
1
Lambat (<100x/mnt)
Lemah,
menangis
lemah
Fleksi dr anggota
Menyeringai
Badan
merah/ekstremitas
pucat

2
>100x/mnt
Baik, menangis
Pergerakan aktif
Menangis kuat
Seluruh badan merah

*penghitungan dilakukan 1 menit pertama dan 5 menit kedua.

f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan yang
cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan termoregulasi
B. Analisa Data
NO
1.

Ds : ----

Data

Masalah
Bersiahan jalan nafas

Do :

tidak efektif

-Dispneu, penurunan suara nafas

Etiologi
Obstruksi lendir

-Sianosis
-Kelainan suara nafas
-Kesulitan berbicara, menangis
-Gelisah
-Perubahan frekwensi dan irama nafas
-Orthopneu
-produksi sputum
2.

Ds : ----

Gangguan Pertukaran

Kelemahan otot

Do :

Gas

pernafasan

Hipotermia

Paparan lingkungan

- penurunan tekanan aspirasi/ekspirasi


-penggunaan otot bantu pernafasan
-dyspnea
-orthopneu
-nafas pendek
-perubahan penyimpangan dada
- tahap ekspirasi beelangsung lama
- peningkatan diameter anterior-posterior
-penurunan kapasitas vital

3.

Ds : --Do :

dingin(BBL)

- suhu tubuh dibawah normal


-kulit dingin
-dasar kuku sianotik
-hipertensi
-pucat
-menggigil
-takikardi

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada Asfiksia :
1. Gangguan pertukaran gas b/d kelemahan otot pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/dobstruksi lendir
3. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin, BBL

D. Prioritas Diagnosa :
1. Gangguan pertukaran gas b/d kelemahan otot pernafasan
2. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin, BBL
E. Penatalaksanaan/ Intervensi
NO

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
1

Gangguan

Setelah dilakukan

1. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

pertukaran gas

tindakan selama 1x24

2. buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw

b/d kelemahan

jam px diharapkan

otot pernafasan

menunjukkan

3. lakukan fisioterapi dada bila diperlukan

peningkatan pernafas,

4.pasang orofaringeal airway mayo bila prlu

dengan kriteria hasil :

5. monitor respirasi dan status Oksigen.

a.mendemonstrasikan
batuk/menangis secara
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
b.menunjukkan jalan
nafas yang paten
c. mendemonstrasikan

thrust bila perlu

6. aturintake untuk cairan mengoktimalkan


keseimbangan
7. identifikasi pasiren perlunya pemasangan alat bantu
jalan nafas /bantuan nafas
8. pantau TTV px
9. monitor rata-rata,kedalaman,irama dan usaha
respirasi
10.monitor IV line

peningkatan ventilasi

11. perthankan nafas paten

dan oksigenasi yang

12. monitor status hemodinamika ( CVP,MAP,PAP)

adekuat dengan TTV

13. monitor terapi neurologi

dalam rentang normal

2.

Hipotermi b/d

Setelah dilakukan

1. monitor suhu tiap 2 jam

paparan

tindakan selama 1x24

2. rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

lingkungan

jam px diharapkan akan

3. monitor nadi, TD, dan RR

dingin, BBL

menunjukkan

4. monitor warna kulit, suhu kulit dan kelembapan

termoregulasi yang baik,

kulit

dengan kriteria hasil :

5. monitor tanda-tanda hipotermia dan hipertermia

a. suhu tubuh dalam

6. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

rentang normal (36,5-

7. selimuti px untuk mencegah hilangnya kehangatan

37,5oC)
b. nadi dan RR dalam

tubuh
8. berikan antipiretik bila perlu

rentang normal

9. catat perkembangan TTV


10. monitor frekwensi pernafasan
11. monitor sianosis perifer

F. Kriteria Evaluasi
Adapun penjelasan untuk evaluasi hasil berdasarkan SOAP, sebagai berikut :
a. S (subyektif), yaitu keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan klien,
keluarga klien dan orang terdekat klien).
b. O (obyektif), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dan diukur
oleh perawat.
c. A (analisis), yaitu suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat tentang
kondisi klien.
d. P (planning), yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
klien selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai