Anda di halaman 1dari 28

REAKTOR

Oleh: Bintoro,ST
bkusumoh@yahoo.com

Topik Pembahasan
Pengertian Dasar Reaktor
Tinjauan Kinetik
Tinjauan Thermodinamik
Pemilihan reaktor
Teknik perancangan Reaktor
Mecahnical design

Pengertian Dasar Reaktor


1. Reaksi kimia
Reaksi kimia adalah interaksi antara suatu molekul sejenis atau tidak
sejenis yang membentuk satu atau lebih melekul yang berbeda sifat fisis
dan kimianya.
Misalnya :
A

2A

B+ C, dst.

2. Konversi
Konversi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk atau
mengukur sejumlah massa yang bereaksi. Jadi Konversi dapat
didifinisikan : Sejumlah massa yang bereaksi terhadap massa mula-mula.

Xa =

CAo CA
CAo

3. Yield
Adalah perbandingan jumlah massa produk terhadap massa mula-mula
dikalikan faktor stoikiometri.

Yi =

N ( produk )
N ( mula mula )

Fs 100%

Apa perbedaan Yield dengan konversi ?


Yield dengan konversi pada prinsipnya adalah sama hanya saja sudut
pandangnya yang berbeda. Pada Yield lebih dilihat dari perbandingan massa
produk terhadap massa umpan dan sebaliknya pada Konversi lebih dilihat
pada massa yang bereaksi terhadap massa umpan. Dalam perkembangan lebih
lanjut yield lebih dikhususkan pada produk akhir proses terhadap umpan
proses.

Difinisi Reaktor
Reaktor adalah tempat berlangsungnya suatu reaksi kimia. Jadi lebih
kearah tempatnya, apakah itu berupa tangki, pipa, menara distilasi, menara
bahan isian, dll. Tempat berlangsungnya suatu reaksi harus memenuhi syaratsyarat tertentu diantaranya :
-

Memungkinkan adanya turbulensi massa

Memungkinkan terjadinya transfer panas dan massa.

Jenis jenis Reaksi


Reaksi dapat dibedakan berdasarkan kompleksitas reaktannya yaitu:
-

Reaksi sederhana (Elementer)

Reaksi tidak sederhana (Non Elementer)

Reaksi Elementer
Reaksi Elementer adalah reaksi yang koeffisien persamaan reaksinya
merupakan bilangan bulat dan sederhana. Pada reaksi ini biasanya orde reaksi
merupakan jumlah dari pangkat konsentrasinya, yang merupakan bilangan
koeffisien persamaan reaksi.
Contoh :
A + B C

rA = kCACB
Reaksi Non Elementer
Reaksi non elementer adalah reaksi yang koeffisien persamaan reaksinya
bukan merupakan bilangan bulat dan sederhana. Dan penentuan oerde reaksi
hanya bisa didasarkan pada suatu penelitian.
Contoh :
1

A + 34 B 54 C + 34 D

rA = kCAa CB b
Jenis reaksi berdasarkan kecepatan reaksinya :

- Reaksi Katalitik
- Reaksi non katalitik
Dalam hal ini katalis berfungsi sebagai akselerator reaksi lebih khusus lagi
bahwa katalis ini bersifat menurunkan energi (E) aktivasi suatu reaksi non
katalitik

Kapan suatu reaksi tidak membutuhkan katalis ????

Suatu reaksi tidak membutuhkan katalis apabila kecepatan reaksi suatu


bahan sudah cepat ditinjau dari segi ekonomis. Artinya bila suatu bahan yang
bereaksi tanpa menggunakan katalis untuk

menghasilkan suatu bahan

tertentu itu lebih murah investasi dan biaya operasionalnya dibandingkan


menggunakan katalis maka penggunaan katalis itu menjadi tidak penting.

Bagaimana terjadinya reaksi katalitik ????


Reaksi katalitik dapat berlangsung dalam beberapa alternatif. Misalnya :

Alternatif I :

katalis(s)
A + B
C
A + s As
As + B AsB
AsB C + s
Alternatif II :
katalis(s)
A + B
C
B + s Bs
Bs + A BsA
BsA C + s

Alternatif III :
katalis(s)
A + B
C
B + A + s BAs
BAs Cs
Cs C + s

dst.

Jenis reaksi menurut mekanisme reaksinya


Jenis reaksi menurut mekanisme reaksinya banyak ragamnya diantarnya :

* Reaksi addisi

* Reaksi esterifikasi

* Reaksi hidrolisis

* Reaksi alkilasi

* Reaksi fermantasi

* Reaksi polimerisasi, dll

Tinjauan Kinetik Reaksi Kimia


Suatu reaksi kimia dapat berlangsung bila mencapai keadaan yang optimum,
baik ditinjau dari kondisi operasi (suhu dan tekanan) dan energi aktivasi.
Pengetahuan tentang mekanisme reaksi akan sangat membantu dalam
penentuan kecepatan reaksi.

Difinisi Kinetika reaksi


Kecepatan reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi suatu bahan yang
bereaksi persatuan waktu. Kecepatan perubahan ini dapat ditinjau dari bahan
yang bereaksi (Reaktan) atau dari bahan yang terbentuk (Produk).

Ditunjau dari reaktan


Kecepatan reaksibila ditinjau dari Reaktan : adalah perubahan penurunan
konsentrasi bahan yang bereaksi (Reaktan) persatuan waktu.

rA = 1 dNA = kCACB
V dt

Ditinjau dari Produk reaksi


Kecepatan reaksi ditinjau dari Produk reaksi :
Adalah perubahan penambahan massa produk reaksi persatuan waktu

rC = 1 dNC = kCc
V dt

Penentuan konstanta kecepatan reaksi


Penentuan konstanta kecepatan reaksi dapat dibagi menjadi dua bagian :
- Reaksi Homogen

Reaksi yang berupa homogen satu fase saja misalnya : Gas-gas, Cair-cair,
Padat-padat.
- Reaksi Heterogen.
Reaksi yang berupa campuran bahan yang berbeda fasenya. Misalnya : Gascair, Cair-padat, Gas-padat, dll

Penentuan konstanta kecepatan reaksi


untuk reaksi homogen.
Penentuan kecepatan reaksi homogen dapat ditentukan dengan dua cara :
- Dengan menggunakan data Primer
Yaitu penentuan harga k dengan penelitian,observasi atau experimen yang
berupa waktu tinggal () dan konversi (x)
- Dengan menggunakan data Sekunder
Yaitu dengan pendekatan teori tumbukan Arhenius.

Penentuan harga k dengan data Primer


Penentuan harga konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan data
primer dilakukan dengan penelitian langsung sehingga diperoleh data teknis
berupa waktu reaksi () dan konversi (x).
Selajutnya dari data teknis ini kita olah sehingga diperoleh harga konstanta
kecepatan reaksi yang disesuaikan dengan kasus masing-masing. Misalnya
pada proses Batch atau proses kontinyu.

Persamaan matematis
1.

Proses Batch.
Input output disappearance = Accumulation

0 - 0 - (-rA)V =

dNA
dt

- (-rA)V = NAo

dXA
dt

Sehingga diperoleh :
xA

t = CAo

2.

dXA
(rA)

Proses Continue.
Input output disappearance = Accumulation
FAo - FAo (1 - XA) - (-rA)V = 0
FAo XA = (-rA)V
CAoXA
Fv Ct Ao
= XA = (-rA)V

(rA)

Sehingga diperoleh :
Sehingga diperoleh nilai rA yang selanjutnya dapat dihitung bersarnya
harga k

Bagaimana menentukan harga k dari Reaktor Alir Pipa ?


Penentuan harga k pada reaktor ailr pipa dapat dihutng sebagai berikut :
FA
XA

FA + dFA
XA + dXA

input - output - disappearance = accumulation


FA - FA + dFA = - (-rA)dV
FAo dXA = (-rA)dV
Fv CAo dXA = (-rA)dV
Sehingga diperoleh :
XA

dXA
0 ( rA)

t = CAo

Penentuan Kinetika reaksi untuk reaksi Heterogen


Untuk menentukan kinetika reaksi pada reaksi Heterogen maka kita harus
tahu lebih dahulu mekanisme reaksi pada reaksi heterogen tersebut. Antara
lain meliputi transfer massa dan kecepatan reaksi kimia.

Mekanisme Reaksi Heterogen


1. Fase Cair-gas (Reaksi kimia lambat)
Mekanisme reaksi fase cair-gas meliputi :
- Difusi solut A dalam fase gas
- Transfer massa dari fase gas menuju interface fase gas.
- Transfer massa dari interface fase gas menuju interface fase cair
- Difusi solut A dalam fase cair
- Reaksi dalam fase cair dibadan cairan
2. Fase cair-gas (Reaksi kimia berjalan cepat)
- Diffusi Solut A dalam fase gas
- Transfer massa dari fase gas menuju interface fase gas.
- Transfer massa dari interface fase gas menuju interface faase cair.
- Reaksi kimia terjadi pada interface fase cair.
- Difusi hasail reaksi kedalam fase cair
3. Fase Cair gas (Reaksi kimia berjalan sangat cepat)
- Diffusi Solut A dalam fase gas
- Transfer massa solut A dari fase gas menuju lapisan interface fase gas.
- Reaksi berlangsung dipermukaan fase cair
- Diffusi hasil reaksi menuju badan cairan

Teori Dasar Transfer Massa

Transfer massa fase gas :


Transfer massa fase cair :

Skema mekanisme reaksi Heterogen


Fase Gas

Fase Cair

PA
PAi
CA

CA

Tinjauan Thermodinamika
Termodinamika dalam reaksi kimia lebih cenderung membahas tentang
kesetimbangan reaksi. Dan reaksi dialam ini sebagian besar pasti merupakan
reaksi setimbang.

aA + bB cC + dD
Apa urgensi kita mengetahui kesetimbangan reaksi ?
Tujuan kita mengetahui kesetimbangan reaksi adalah untuk menentukan
kondisi operasi dalam reaktor yang seoptimal mungkin. Artinya pada suhu
berapa reaktor kita beroperasi sehingga diperoleh konversi setinggi-tingginya.

Apa yang dimaksud dengan kesetimbang reaksi ?


Kesetimbangan reaksi adalah keadaan dimana kecepatan reaksi kekanan
dan kecepatan reaksi kekiri sama.

Misal : Reaksi : A menjadi B, kecepatan pembentukan A = 0,5 gmol/lt jam


dan kecepatan pembentukan B = 0,5 gmol/lt/jam

Bagimana kita dapat mengukur besarnya


kesetimbangan massa ?
Kesetimbangan reaksi dapat diukur dengan mengetahui berapa besarnya
konstanta kesetimbangan reaksi (K) yang merupakan fungsi dari koeffisien
aktivitas bahan-bahan yang bereaksi.

Penentuan Harga Konstanta kesetimbangan reaksi (K)


Konstanta kesetimbangan reaksi dapat ditentukan dengan cara :
1. Dihitung langsung dengan persamaan :

K = ai vi
2. Bila diketahui panas reaksi dapat dihitung:

ln K =

Ho

2
+
ln T +
T+
T +I
RT
R
2R
6R

3. Bila diketahui Go dan ho

G o = Gp o Gr o
H o = Hfp o Hfr o
= ap ar
= bp br
= cp cr
Kemudian Dihitung Ho

T 2 T 3
H = Ho + T +
+
2
3
o

10

Kemudian dihitung harga I

G o = Ho T ln T

2 3
T T IRT
2
6

Selanjutnya dihitung harga K dengan pers.

ln K =

Ho

2
+
ln T +
T+
T +I
RT
R
2R
6R

Bagaimana pengaruh suhu terhadap konversi setimbang ?


Pada reaksi kesetimbangan untuk reaksi endotermis maka semakin tinggi
suhu konversi setimbang semakin besar.

Pada reaksi kesetimbangan untuk reaksi Eksotermis maka semakin tinggi


suhu, konversi setimbang semakin kecil.

Grafik hubungan antara Suhu dan Konversi Setimbang


1
Eksotermis
Xe
Endotermis
T (Suhu)

Kesimpulan Tinjauan Thermodinamika


1. Konstanta kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh tekanan tetapi
dipengaruhi oleh suhu reaksi.

11

2. Walaupun kesetimbangan reaksi tidak dipengaruhi oleh tekanan tetapi


konsentrasi setimbang atau konversi setimbang.
3. Bila Harga K>>1 maka praktis konversi maksimum (100%) bisa tercapai
dan reaksi dapat dianggap berjalan secara Irreversible. Bila harga K << 1
maka reaksi merupakan reaksi bolak-balik.
4. Bila suhu naik pada reaksi endotermis maka konversi setimbang akan naik
(T >>> ; Xe >>> (endotermis)).
Dan bila suhu naik pada reaksi eksothermis maka konversi setimbang
akan turun ( T >>>; Xe <<< (eksotermis)).
5. Pada reaksi yang mengalami penambahan jumlah molekul, semakin besar
tekanan maka konversi setimbang akan semakin besar. Sebliknya pada
reaksi yang mengalami penurunan jumlah molekul maka konversi
setimbang akan semakin kecil.
6. Pengaruh penambahan inert dalam reaktor akan mengurangi tekanan gas
yang bereaksi.

Pemilihan Reaktor
(Faktor-faktor yang berpengaruh)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan reaktor :
Type Reaksi
Konsentrasi
Tekanan
Fase
Katalis

Type Reaksi

12

Reaksi single
A
B

Reaksi parallel
A
B
A
C

Reaksi seri
A
B
B
C

Reaksi Seri Paralel


A
B
A
C
B
D

Reaksi Polimerisasi

Inisiasi
I + A AI
propagasi
AI + nA
( A)nI
Terminasi
(A)nI + T Polimer

Konsentrasi
1. Reaksi Irreversible tunggal
Pada reaksi tunggal tidak dapat balik maka memperbesar konsentrasi
salah satu reaktan akan memperbesar konversi. Maka dipilih salah satu
reaktan dibuat berlebih dan yang lain sebagai limiting reaktan sehingga
reaksi mendekati sempurna.
2. Reaksi reversible tunggal
Konversi maksimum yang dapat dicapai pada reaksi dapat balik sangat
dipengaruhi oleh kesetimbangan reaksi , atau konversi setimbang.

13

a. Rasio Umpan.
Perbandingan umpan reaktor sedemikian dapat mencapai konversi
setimbangan yang maksimum. Konversi maksimum ini dapat dicapai
bila produk reaksi dikurangi.
b. Pengaruh penambahan inert.
Penambahan

inert

dalam

reaksi

bertujuan

mempengaruhi

kesetimbangan reaksi sedemikian dapat diperoleh konversi yang


maksimum. Bila melekularitas reaksi bernilai (-) maka sebaiknya tidak
ada penambahan inert tetapi sebaliknya nilai molekuritas bernilai (+)
maka disarankan adanya penambahan inert.
c. Pengambilan produk selama reaksi
Pada reaksi setimbangan sebaiknya produk diambil secara kontinyu
supaya diperoleh konversi yang maksimum. Begitu pula sebaliknya.
3. Reaksi paralel
Pada prinsipnya untuk memperbesar selektivitas reaksi.
Jika reaksi berjalan sbb :
feed1 + feed 2 Produk
feed1 + feed 2 Produk samping

r2 k 2 ( a 2 a1) ( b 2 b1)
= C feed 1 C feed 2
r1 k1
Jika :
(a 2a1)>(b2b1) maka feed2 berlebih
(a 2 a1) < (b2 b1) maka feed berlebih
1

4. Reaksi Seri

14

Pada reaksi seri maka bila produk merupakan produk tengahan maka
konversi rendah pada reaksi utama akan memperbesar selektivitas. Dan
bila reaksi samping merupakan produk tengahan maka konversi besar
akan memperbesar selektivitas.

Suhu Reaksi
1. Reaksi Tunggal
a. Endotermis : Semakin tinggi suhu maka konversi akan semakin besar
dan kecepatan reaksi juga semakin tinggi, sehingga sebaiknya reaktor
dioperasikan pada suhu setinggi-tingginya dengan memperhatikan
faktor keamanan, batas material construction dan umur katalis.
b. Eksotermis : Pada reaksi Irreversible maka sebaiknya reaktor
dioperasikan pada suhu setinggi-tingginya, sehingga kecepatan reaksi
akan besar sihingga volume reaktor akan kecil. Pada reaksi Reversibel
sebaiknya suhu reaktor dioperasikan pada suhu rendah supaya
diperoleh konversi maksimum yang tinggi. Tetapi suhu rendah akan
mengakibatkan kecepatan reaksi menjadi kecil sehingga volume
reaktor akan menjadi besar. Maka diperlukan kondisi operasi yang
optimum.
2. Multiple Reactions
Pada reaksi yang bersifat multi reaksi maka pemilihan suhu ditujukan
untuk memaksimumkan selektivitas dan meminimumkan volume rekator.

k1
B

A
k2
-

bila k1 > k2 Suhu operasi harus tinggi

bila k2 > k1 suhu operasi harus rendah

15

3. Kontrol suhu pada reaktor


Pada prinsipnya perancangan reaktor adiabatis adalah reaktor yang paling
sederhana dan paling murah. Tetapi bila ternyata panas reaksi cukup besar
maka reaktor tidak dapat dilaksanakan secara adiabatis. Maka pengaturan
suhu dapat dengan beberapa cara :
a. Indirect heat transfer.
Yaitu pemanasan/pendinginan secara tidak langsung.
b. Cold and hot shot
Yaitu dengan injeksi fresh feed dingin atau panas.
c. Heat carrier
Yaitu dengan memasukkan umpan inert yang suhunya lebih tinggi
(untuk proses endotermis) atau lebih rendah (untuk proses eksotermis).

Beberapa Pertimbangan Direct Heat Transfer


Reaksi berlangsung sangat cepat sehingga sangat mungkin menimbulkan
reaksi samping.
Produk reaksi bersuhu tinggi atau sangat korosiv sehingga membutuhkan
material construction yang sangat mahal.
Produk reaksi sangat bersifat fouling.

Pengaruh Tekanan
1. Single reaction
a. Penurunan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penurunan jumlah mol maka Tekanan reaktor
harus besar. Sehingga reaksi akan bergeser kearah kanan
b. Penambahan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penambahan jumlah mol maka tekanan reaksi
harus kecil.

16

2. Multi reaksi
Pengambilan tekanan operasi pada reaksi yang lebih dari satu maka harus
mempertimbangkan masalah selektivitas, konversi dan Volume rekator.

Penentuan Fase Reaksi


Penentuan fase reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan reaksi.
Sehingga pengetahuan fase bahan pada suhu reaksi sangat penting, apakah
dalam fase padat, fase cair, fase uap atau fase gas.

Pemilihan katalis
Sifat Katalis
Katalis bersifat mempercepat reaksi secara spesifik tetapi tidak mengalami
perubahan kimia diakhir reaksi.
Cara kerja katalis
Katalis bekerja dan terlibat dalam reaksi sedemikian rupa sehingga dapat
menurunkan energi aktivasi
Jenis Katalis
Katalis Homogen
Jenis katalis ini mempunyai fase yang sama dengan bahan yang bereaksi.
Biasanya katalis ini tidak begitu disukai karena akan menimbulkan
problem pada proses pemisahan katalis dan sering menimbulkan dampak
lingkungan.
Katalis Heterogen
Katalis Heterogen adalah katalis yang mempunyai fase yang berbeds
dengan fase bahan yang bereaksi. Rata-rata fase katalis heterogen ini
adalah fase padat, sehingga dalam proses pemisahannya akan lebih mudah.
Sehingga katalis dapat di daur ulang maka dampak lingkungan dapat
dikurangi.

17

Bentuk katalis heterogen


Bentuk katalis heterogen dapat berupa :
- Bulk catalytic material, yaitu berupa katalis yang terdiri dari beberapa
campuran bahan
- Supported catalysts, yaitu berupa katalis yang didukung oleh bahan yang
lebih murah yang bersifat inert dab berpori.
Degradasi katalis
Degradasi katalis dapat dilihat dari beberapa cara :
a. Physical loss, Yaitu degradasi katalis karena berkurangnya katalis
ketika rekasi terjadi. Terjadi pada katalis yang bersifat homogen atau
pada katalis heterogen pada reaktor fluidized bed.
b. Surface deposite, Yaitu degradasi katalis karena pembentukan deposit
pada permukaan katalis.
c. Sintering, yaitu degradasi katalis karena adanya restrukturisasi molekul
yang terjadi pada suhu tinggi. Proses sintering ini biasanya terjadi bila
suhu berada separoh dari suhu melting point katalis.
d. Poisoning, yaitu terjadinya keracunan pada katalis. Hal ini terjadi bila
bahan yang bereaksi mengadung bahan yang bersifat racun katalis, baik
pada hasil samping reaksi, maupun pada inert.
e. Chemical change, yaitu degradasi karena adanya peubahan yang
bersifat kimiawi pada katalis. Secara teoritis pada katalis tidak terjadi
perubahan kimia tetapi pada proses reduksi kimia perubahan secara
poerlahan akan mungkin terjadi.

Perancangan Reaktor
1. RTB ( Reaktor Tangki Berpengaduk )
Biasa diaplikasikan pada :
- Reaktor homogen fase cair

18

- Reaktor heterogen gas-cair


- Reaktor heterogen cair-cair
- Reaktor heterogen padat-cair
- Reaktor heterogen gas-padat-cair
Reaktor Tangki berpengaduk dapat dioperasikan secara :
- Batch
- Semi Batch
- Continuous
Operasi reaktor secara Batch :
- Lebih fleksibel pengoperasiannya
- Biaya operasi cenderung lebih mahal
Operasi reaktor secara Continuous : Pengoperasian reaktor secara kontinyu
yang lebih dikenal sebagai Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB)
lebih cenderung menungungkan dan sering ditujukan untuk mengurangi
Biaya operasi dan pemasangan alat kontrol menjadi faktor yang
dipentingkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan RTB


Viskositas rendah : Supaya terjadi pengadukan yang sempurna (Well
stirred).
Tekanan rendah : Pada reaktor dengan diameter besar lebih baik dengan
tekanan operasi rendah supaya tebal dinding juga rendah.
Proses transfer panas : Dapat dipasang Jacket, Coil atau External HE
Untuk mendapatkanVolume yang ekonomis perlu dioptimasi.

Persamaan Yang Dibutuhkan


1. Data kinetika reaksi

rA =

1 dNA
= kCA a CB b
V dt
19

2. Volume Reaktor

FV (CAo CA)
V
l =
Over design = 20a % b
kCA CB

Vr = (1 + 0,2)Vl

Diambil : H/D = 1,5


Dengan Volume 1/2 Head :
Vh = (1 / 2)(4 / 3)abc
Vh = (2 / 3) (1 / 2 D)(1 / 2 D)(1 / 4 D)
Vh = 1 / 24D 3

Vr
D=

( / 4)( H / D) + 1 / 24
H = 1,5 D

1/ 3

3. Dimensi reactor

4. Daya Pengaduk
Perhitungan daya pengaduk dapat dilihat dari fig. 477 Brown.
- ditentukan dulu jenisnya (disarankan dengan menggunakan pengaduk
type marine karena mempunyai daya yang paling rendah
- Hitung bilangan Reynold (Re)

nDi 2
Re =

- Kemudian hitung Power Number (po) dengan grafik 477 Brown.


- Selanjutnya hitung Daya motor penggerak yang dibutuhkan. Dengan
persamaan :

( Po)n 3 Di 5
P=
gc

20

5. Transfer panas
Koeffisien transfer panas yang dipakai pada proses pengadukan adalah :

0,36k L2 N
hj =

Dj

2/3

C p
k w

1/ 3

0 ,14

6. Faktor perancangan lain


- Untuk mempermudah perancangan dapat juga dengan bantuan grafik fig.
20.2
Koeffisien Transfer Panas pada pipa coil sesuai dengan persamaan :
0,8

0,027 k DG Cp
hi =
D k w
1/ 3

0 ,14

hio = hi (1 + Dpipa / Dcoil )

- Koeefisien transfer panas dalam RTB dengan Coil


0,87 k L2 N
hc =

Dj

2/3

Cp
k w


1/ 3

0 ,14

2. Tubular Reaktor
Bentuk Teknis
- Dapat berupa satu pipa
- Dapat berupa banyak pipa dalam shell (Shell & tube)
- Dengan pendinginan atau pemanasan secara external terhadap pipa
- Pada pemanasan suhu tinggi maka pipa dimasukkan dalam furnace.

21

Karakteristik Tubular Reaktor


Aliran dalam pipa terjadi secara plug flow
Waktu tinggal atau waktu reaksi sangat menentukan parancangan.
Rasio Surface area terhadap Voume sangat tinggi.
Sangat bagus untuk proses reaksi tekanan tinggi.

Prinsip dasar perancangan


Mengumpulkan data sifat fisis damkimia bahan.
Memprediksi data perancangan yang tidak tersedia
Menyusun persamaan matematis untuk perhitungan dimensi.
Merancang mechanical design

System perhitungan dimensi Reaktor


Perhitungan secara integral
- Mengumpulkan semua data perancangan.
- Menentukan diameter pipa dan jumlah pipa.
- Menyusun persamaan matematis dan menyelesaikannya dengan cara
integrasi dengan metode Simpsons Rule.
Perhitungan secara Defferensial simultan
- Mengumpulkan semua data perancangan.
- Menentukan diameter pipa dan jumlah pipa.
- Menyusun persamaan matematis dan menyelesaikan Defferensial
simultan dengan metode Runge-Kutta atau dengan metode Modified
Euler.

22

Penyelesaian persamaan integral


dengan metode Simpsons Rule
Menentukan batas-batas integrasi
Xo = 0
Xf = 0,9
Menentukan jumlah Increment perhitungan (bilangan genap) n = 10
Menentukan besar Increment. dX = (Xf Xo)/n
Membuat tabel simpson Rule
Menghitung berat katalis yang digunakan.
Hasil akhir berupa :
- Panjang Katalis (L)
- Suhu Keluar Reaktor (T)
- Suhu pendingin/pemanans keluar atau masuk reaktor. (Ts)
- Tekanan keluar Reaktor.(P)

Penyelesaian PD Simultan Dengan Metode Modified Euler


1. Dari Data literatur ditentukan dulu keadaan awal :
XA
T
Ts
P

= XAo
= To
= Tso
= Po

2. Selanjutnya dari keadaan awal diatas dimasukkan dalam PD Simultan.


Sehingga diperoleh :

23

dXA
= K1
dZ

dTs
= M1
dZ

dT
= L1
dZ

dP
= N1
dZ

Selanjutnya dihitung nilai :


XA11 = XAo + K 1.dZ
T 11 = To + L1.dZ
Ts11 = Tso + M 1.dZ

dXA
P11 == KP2o + N 1.dZ
dZ

dTs
= M2
dZ

dT
= L2
dZ

dP
= N2
dZ

3. Dari hasil perhitungan diatas selanjutnya disubstitusikan kembali kedalam


PD Simultan, sehingga diperoleh :
4. Selanjutnya dihitung nilai rata-rata :
K1 + K 2
dXA

=
2
dZ avg

M1+ M 2
dTs

=
2
dZ avg

L1 + L 2
dT

=
2
dZ avg

N1 + N 2
dP

=
2
dZ avg

Kemudian dihitung nilai :


dXA
XAavg = XAo +
.dZ
dZ avg

dTs
Ts avg = Tso +
.dZ
dZ avg

dT
Tavg = To +
.dZ
dZ avg

dP
Pavg = Po +
.dZ
dZ avg

24

5. Kemudian dari perhitungan rata-rata diatas dimasukkan lagi kedalam PD


Simultan sehingga diperoleh :

dXA
= K3
dZ

dTs
= M3
dZ

dT
= L3
dZ

dP
= N3
dZ

Maka dihitung kembali nilai :

XA12 = XAo + K 3.dZ


T 12 = To + L3.dZ

Ts12 = Tso + M 3.dZ


P12 = Po + N 3.dZ

6. Bila :

XA12 XA11 1

= bilangan kecil

T 12 T 11 2
Ts12 Ts11 3
P12 P11 4
Maka perhitungan diulangi lagi dari langkah 3. Dimana : XA11=XA12;
T11=T12; Ts11=Ts12 dan P11=P12.
7. Bila :

XA12 XA11 1

= bilangan kecil

T 12 T 11 2
Ts12 Ts11 3
P12 P11 4
Maka diperoleh suatu keadaan baru dimana :
X1 = XA12
T1

= T12

25

Ts1 = Ts12
P1

= P12

Z1

= Zo + dZ

Selanjutnya peerhitungan diulangi lagi dari langkah 1. dimana :


Xo

= Xa1

To

= Ts1

Tso

= Ts1

Po

= P1

Zo

= Z1

Demikian seterusnya hingga diperoleh konversi yang dikehendaki.


Algoritma penyelesaian PD simultan dengan metode RUNGE & KUTTA
1. Keadaan awal
x = xo;

P = Po

T = To;

Ts = Tso

z = zo;

increment = 1

2. Dari keadaan awal dimasukkan ke dalam PD simultan sehingga diperoleh :


K1 =

dX
. z ;
dz

M1 =

dTs
. z
dz

L1 =

dT
. z ;
dz

N1 =

dp
. z
dz

Selanjutnya dihitung :
x = xo

+ K1/2

T = To + L1/2
Ts = Tso + M1/2
P = Po

+ N1/2

3. Hasil perhitungan di atas dimasukkan ke dalam PD simultan :

26

K2 =

dX
. z ;
dz

M2 =

dTs
. z
dz

L2 =

dT
. z ;
dz

N2 =

dp
. z
dz

Selanjutnya dihitung :
x = xo

+ K2/2

T = To + L2/2
Ts = Tso + M2/2
P = Po

+ N2/2

4. Hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam PD simultan :


K3 =

dX
. z ;
dz

M3 =

dTs
. z
dz

L3 =

dT
. z ;
dz

N3 =

dp
. z
dz

Selanjutnya dihitung :
x = xo + K3
T = To + L3
Ts = Tso + M3
P = Po + N3
5. Hasil perhitungan di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam PD simultan :
K4 =

dX
. z ;
dz

M4 =

dTs
. z
dz

L4 =

dT
. z ;
dz

N4 =

dp
. z
dz

Kemudian dihitung keadaan baru :


x1

= xo

+ 1/6 . (K1 + 2 K2 + 2 K3 + K4)

T1

= To + 1/6 . (L1 + 2 L2 + 2 L3 + L4)

Ts1

= Tso + 1/6 . (M1 + 2 M2 + 2 M3 + M4)

P1

= Po + 1/6 . (N1 + 2 N2 + 2 N3 + N4)

27

z1

= zo

+ z

selanjutnya perhitungan dimulai lagi dari langkah 1 dimana :


xo = x1
To = T1
Tso = Ts1
Po = P1
zo = z1
demikian selanjutnya/seterusnya hingga diperoleh konversi = 0,8, maka
perhitungan selesai.
Surakarta, 2 juli 2004

28

Anda mungkin juga menyukai