Anda di halaman 1dari 18

Teknik Reaksi Kimia I

• H. Scott Fogler, Elements of Chemical Reaction Engineering,


Prentice-Hall, 4th Edition, 2006.
• O. Levenspiel, Chemical Reaction Engineering, 3rd Edition, John
Wiley & Sons, New York, 1999.
• S.H., Fogler, and LeBlanc, Strategies for Creative Problem Solving,
Prentice-Hall, 1995.
KONSEP DASAR
KINETIKA KIMIA
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Pendahuluan
◦ Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan material terjadi tidak
hanya melalui proses fisik, namun juga melalui reaksi kimia.
◦ Reaksi kimia dapat berlangsung secara cepat (seperti reaksi
pembakaran) maupun lambat (seperti reaksi pembentukan
minyak bumi dan batu bara).
◦ Kinetika kimia secara khusus mempelajari laju dari sebuah reaksi
kimia yang terjadi baik dalam dunia industri maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
◦ Dengan mempelajari kinetika kimia, dapat diperkirakan waktu
berlangsungnya sebuah reaksi hingga terbentuk produk yang
diinginkan
Tujuan pembelajaran
◦ Kinetika kimia menjadi inti dari keilmuan teknik kimia seperti
rekayasa reaksi kimia dan perancangan reaktor
◦ Dalam suatu proses produksi atau proses-proses lain yang terkait
dalam industri kimia, pemahaman kinetika kimia sangat penting
dalam menentukan pilihan sistem reaksi yang dapat beroperasi
secara efisien dan aman
◦ Kinetika kimia tidak hanya memberikan informasi awal (reaktan)
dan akhir (produk) tetapi juga informasi keadaan antara selama
terjadinya proses reaksi tersebut
Laju Reaksi
◦ Laju reaksi menggambarkan seberapa cepat reaktan dikonsumsi
atau produk dihasilkan
◦ Berdasarkan satuan volume fluida atau volume reaktor :

◦ Berdasarkan satuan berat katalis :

◦ Berdasarkan satuan luas kontak antarfasa :


◦ Dengan V, W, dan S masing-masing adalah volume reaktor,
massa katalis dan luas kontak antarfasa.
◦ Persamaan laju reaksi adalah persamaan yang menghubungkan laju reaksi dengan
konsentrasi molar atau tekanan parsial pereaksi dengan pangkat yang sesuai.
◦ Secara umum, persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut:

−r = k(T) f(C , C , … )
dengan : –rA = laju reaksi
k = laju reaksi spesifik atau konstanta laju reaksi
C = konsentrasi
• Banyak variabel yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia, diantaranya adalah
suhu, tekanan, konsentrasi dan katalis.
• Untuk sistem reaksi homogen, suhu, tekanan, dan konsentrasi merupakan variabel
yang sangat berperan
• Dalam sistem yang heterogen (lebih dari satu fasa), permasalahannya menjadi lebih
kompleks dimana zat dapat bergerak dari satu fasa ke fasa yang lain selama reaksi.
Misalnya, pada pembakaran batu bara, transfer panas dan massa akan sangat
berpengaruh pada laju reaksi heterogen
Orde Reaksi
 Orde reaksi merupakan jumlah pangkat konsentrasi dalam
hukum laju bentuk diferensial.
 Secara teoritis, orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil,
namun dari hasil eksperimen, untuk hal tertentu orde reaksi
dapat merupakan pecahan atau nol.
 Orde reaksi dituliskan dengan simbol “n”
Tetapan laju reaksi
◦ Tetapan laju disebut juga sebagai koefisien laju atau laju reaksi
jenis, dengan simbol “kC” atau “kP”
◦ Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi
dan hasil kali konsentrasi unsur yang mempengaruhi laju reaksi
◦ Satuan tetapan laju merupakan perubahan konsentrasi atau
produk reaksi pangkat (1-orde reaksi) per satuan waktu.
( )
Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi merupakan deret tahap-tahap dalam suatu reaksi kimia yang
merupakan perubahan keseluruhan reaksi.
Contoh :
Reaksi penguraian N2O5 : 2N2O5 → 4NO2 + O2
Mekanisme reaksi :
N2O5 → NO2 + NO3 (a)
NO2 + NO3 → NO2 + O2 + NO (b)
NO + NO3 → 2NO2 (c)
Reaksi (b) adalah reaksi lambat sehingga disebut sebagai penentu laju reaksi.
Hubungan laju reaksi dari reaktan-reaktan
pada reaksi campuran
Pada reaksi : aA + bB → cC + dD
Hubungan antara laju peruraian komponen A dan B dengan laju pembentukan produk C dan D
dapat dituliskan sebagai berikut :
−rA = k′C CaA CbB

−rB = k′′C CaA CbB

rC = k′′′ a b
C CA CB

rD = k′′′′ a b
C CA CB

Tanda negatif (-) menunjukkan konsentrasi A dan B dalam campuran reaksi selalu berkurang
dengan waktu reaksi sedangkan tanda positif (+) menunjukkan konsentrasi C dan D sebagai
produk selalu bertambah dalam campuran reaksi
Contoh soal : Menghitung laju reaksi
Reaksi penguraian amonia dapat terjadi dengan mereaksikan
amonia dengan oksigen menghasilkan nitrogen oksida dan uap
air seperti pada reaksi berikut:
4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g)
Pada suatu titik pada saat reaksi, laju amonia yang bereaksi
adalah 0,36 mol/L.s
a. Berapakah laju reaksi pembentukan nitrogen oksida (NO)?
b. Berapakah laju reaksi penguraian oksigen (O2)?
Jawaban
Laju reaksi penguraian amonia adalah laju pengurangan konsentrasi amonia selama
waktu reaksi. Tanda negatif (-) dituliskan untuk menunjukkan bahwa konsentrasi NH3
berkurang sepanjang waktu reaksi.
m
−r =k C C = 0,36 . s
L
a. Laju pembentukan nitrogen oksida (NO)
m
r =k C C = 0,36 . s
L
b. Laju penguraian oksigen (O2)
m
r =k C C = 0,36 . s
L
= 0,45 .s
Jenis Reaksi
Terdapat banyak faktor yang menjadi dasar pengklasifikasian suatu reaksi, misalnya didasarkan
pada jumlah fasa yang terlibat dalam reaksi atau didasarkan pada penggunaan katalis.
Klasifikasi jenis reaksi secara umum sebagai berikut :
1. Reaksi homogen dan heterogen
Reaksi dikatakan homogen jika fasa reaktan dan produknya sama (satu fasa). Jika lebih
dari satu fasa disebut reaksi heterogen.
Contoh:
Reaksi homogen : reaksi pembentukan amonia pada industri pupuk
N2(g) + H2(g) → NH3(g)
Reaksi heterogen : Reaksi penguraian kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon
dioksida
CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
2. Reaksi katalitik dan nonkatalitik
Reaksi katalitik adalah reaksi yang menggunakan katalis dalam reaksinya. Sebaliknya,
jika reaksi tidak menggunakan katalis disebut reaksi nonkatalitik.
Contoh:
Reksi katalitik : reaksi hidrogenasi minyak bumi
Reaksi nonkatalitik : reaksi pembakaran, reaksi klorinasi Ti menjadi TiCl4 pada tahap produksi TiO2

3. Reaksi reversibel dan irreversibel


Reaksi yang berjalan dua arah ke kanan dan ke kiri disebut reaksi reversibel, sedangkan
reaksi yang berjalan searah disebut reaksi irreversibel. Pada reaksi reversibel, reaktan dapat
kembali terbentuk pada kondisi tertentu.
Contoh:
Reaksi reversibel : reaksi pemanasan air pada sistem tertutup menghasilkan uap air
H2O(l) ═══ H2O(g)
Pada suhu dan tekanan tertentu, uap air akan mudah membentuk air kembali
Reaksi irreversibel : Reaksi pembakaran bahan bakar padat
CxHy(s) + O2(g) → CO2(g) + H2O(l)
Pembakaran bahan bakar padat menghasilkan abu sebagai hasil reaksi. Abu hasil
pembakaran tidak akan dapat kembali menjadi reaktan meskipun dilakukan rekayasa kondisi
operasi.

4. Reaksi tunggal dan jamak


Reaksi tunggal merupakan reaksi dengan satu jalur pembentukan produk, dan dapat
dikatakan memiliki satu persamaan laju reaksi. Pada reaksi tunggal, hal yang menjadi fokus
utama adalah derajat konversi reaktan menjadi produk dan stabilitas reaktor. Sedangkan
reaksi jamak merupakan reaksi yang memiliki lebih dari satu jalur pembentukan produk atau
memiliki persamaan stoikiometri dan persamaan laju reaksi lebih dari satu. Pada reaksi jamak,
produk yang terbentuk dapat berupa produk yang diinginkan (desired product) dan produk
yang tidak diinginkan (undesired product).
Contoh:
Reaksi tunggal : Reaksi pembentukan air dari gas hidrogen dan oksigen
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g)
Reaksi jamak : Reaksi oksidasi etilen menjadi etilen oksida
CH3 – CH - CHO
CH3 – CH =CH2 + CO + H2 CH4
CH3 – CH2 – CH2 – CHO
Selain terjadi reaksi pembentukan etilen oksida, reaksi pembakaran juga menjadi reaksi samping
yang mungkin terjadi, namun tidak diinginkan.

5. Reaksi elementer dan nonelementer


Reaksi elementer adalah reaksi sederhana yang hanya berlangsung dalam satu tahap.
Biasanya laju reaksinya merupakan fungsi konsentrasi reaktan pangkat koefisien stoikiometrinya.
Contoh :
Reaksi elementer : CO + NO3 → CO2 + NO2
−rA = kCCO CNO3
Reaksi nonelementer adalah reaksi kompleks yang membutuhkan lebih dari satu
tahapan reaksi elementer. Reaksi nonelementer memiliki mekanisme reaksi yang terdiri
dari beberapa urutan reaksi elementer yang mengarah pada pembentukan produk.
Dalam reaksi ini terdapat suatu zat antara, yaitu spesi yang muncul dalam mekanisme,
tetapi tidak muncul pada reaksi keseluruhan.
Contoh : Reaksi A2 + B2 → 2AB
Postulat tahapan elementer untuk reaksi di atas :
A2 <==> 2A*
A* + B2 <==> AB + B*
A* + B* <==> AB
Keterangan : tanda (*) merupakan zat antara yang tidak terdeteksi
Zat Antara (Intermediate)
Zat antara (intermediate) pada reaksi elementer memiliki beberapa macam bentuk :
a. Radikal bebas, yaitu atom bebas atau fragmen molekul yang tidak stabil yang mengandung
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Contoh : ●CH3, ●H
b. Ion dan zat polar : atom yang bermuatan listrik, molekul, fragmen molekul. Contoh : Na+, OH-,
NH4+, I-
c. Molekul : pada reaksi konsekutif berupa produk yang sanat reaktif, Contoh : A → R → S

Ada dua jenis skema reaksi yang melibatkan zat antara, yaitu:
1. Reaksi tak berantai : Reaktan → (zat antara)*
(zat antara)* → produk
2. Reaksi berantai : Reaktan → (zat antara)* (inisiasi)
(zat antara)* + reaktan → (zat antara)* + produk (propagasi)
(zat antara)* → produk (terminasi)
Laju reaksi total merupakan penjumlahan laju reaksi setiap tahap : r = Ʃr (semua reaksi elementer)

Anda mungkin juga menyukai