Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME

REAKSI KIMIA
Kemolekuleran Reaksi
Banyak reaksi tidak berlangsung dalam satu
tahap, tetapi melalui serangkaian tahap.
Setiap tahap disebut reaksi elementer yang
diakibatkan oleh tumbukan atom, ion, atau
molekul.
Hukum laju untuk keseluruhan tidak dapat
diturunkan dari stoikiometri reaksi, melainkan
harus melalui eksperimen.
Sebaliknya laju reaksi elementer berbanding
langsung dengan hasil kali konsentrasi spesi-spesi
yang bereaksi, masing-masing dipangkatkan
dengan koefisiennya dalam persamaan reaksi
elementer.
Reaksi elementer unimolekuler hanya melibatkan
satu molekul reaktan saja. Contoh : disosiasi
molekul N2O5 yang berenergi (melalui pemanasan
atau penyerapan cahaya) dalam fasa gas
N2O5* NO2 + NO3
Tahap ini tergolong unimolekuler dan mempunyai
hukum laju :
laju = k [N2O5*]
Reaksi elementer yang umum adalah
bimolekuler yang melibatkan tumbukan dua
atom, ion, atau molekul.
Contoh :
NO (g) + O3 (g) NO2 (g) + O2 (g)
Hukum lajunya : laju = k [NO] [O3]

Reaksi elementer termolekuler melibatkan


tumbukan tiga molekul secara serentak.
Contoh : rekombinasi atom iodin dalam fasa
gas membentuk molekul iodin.
Apabila kejadiannya merupakan tumbukan biner,
akan banyak sekali energi yang dibebaskan dalam
pembentukan ikatan I-I, sehingga molekul I2 akan
beterbangan segera setelah molekul itu terbentuk.
Oleh karena itu, diperlukan atom atau molekul
ketiga untuk menyerap energi yang berlebih ini.
Misalnya ditambahkan gas inert dengan konsentrasi
cukup tinggi.
Reaksinya : I + I + Ar I2 + Ar
Hukum laju untuk reaksi elementer termolekuler ini
adalah :
laju = k [I]2 [Ar]
Kinetika dan Kesetimbangan Kimia
Ada hubungan langsung laju tahap elementer
dalam mekanisme reaksi dengan tetapan
kesetimbangan keseluruhan, K.
Misalnya, reaksi kesetimbangan berikut :
2NO (g) + 2H2 (g) N2 (g) + 2H2O (g)
Reaksi ini terjadi dalam tiga tahap yang
melibatkan N2O2 dan N2O sebagai zat antara
(intermediate).
Nilai tetapan kesetimbangan reaksi keseluruhan
adalah :
Mekanisme dan Laju Reaksi
Mekanisme reaksi adalah perincian
serangkaian reaksi elementer dengan laku
yang digabungkan untuk menghasilkan reaksi
keseluruhan
Salah satu tujuan kinetika kimia adalah
menggunakan laju reaksi hasil pengamatan
(eksperimen) untuk memilih berbagai
mekanisme yang dapat diterima
Zat Antara (Intermediate)

Zat antara adalah spesi yang


terbentuk dan dikonsumsi dalam
reaksi, tetapi tidak muncul dalam
persamaan reaksi keseluruhan.
Tahap Penentu Laju Reaksi

Dalam mekanisme reaksi, salah satu tahap


secara signifikan lebih lambat dari yang
lainnya. Tahap ini dinamakan tahap penentu
laju. Karena laju reaksi keseluruhan
bergantung pada tahap yang paling lambat,
maka tahap inilah yang paling menentukan
laju reaksi.
Untuk reaksi: AB + CD AC + BD
AB dan CD adalah pereaksi (keadaan awal), sedangkan
AC dan BD adalah hasil reaksi (keadaan akhir). Dalam
reaksi ini terjadi pemutusan ikatan A B dan C D
dan diikuti dengan pembentukan ikatan A C dan
B D. Proses ini berlangsung tidak serentak, tetapi
melalui beberapa tahap dengan laju reaksi yang tidak
sama, misalnya:
Tahap ke-1: AB A + B (cepat)
Tahap ke-2: A + CD ACD (lambat)
Tahap ke-3: ACD AC + D (cepat)
Tahap ke-4: B + D BD (cepat)
Tahap yang paling lambat, yaitu tahap ke-2, disebut sebagai tahap
penentu laju reaksi, karena tahap ini merupakan penghalang untuk
laju reaksi secara keseluruhan. Artinya, tidak ada pengaruh kenaikan
laju reaksi tahap ke-1, 3 dan 4 terhadap reaksi total. Misalkan reaksi
2NO + O2 2NO2 berlangsung dengan mekanisme berikut:
K
Langkah pertama : 2NO N2O2
k2
Langkah kedua: N2O2 + O2 2NO2
Pada reaksi total, orde reaksi tidak berhubungan dengan koefisien
reaksi. Namun, pada reaksi elementer koefisien reaksi merupakan
orde dari senyawa yang bersangkutan. Persamaan laju reaksi pada
langkah kedua adalah:
d [NO ] = 2k [N O ][O ] (2.24)
2 2 2 2 2
dt
N2O2 merupakan senyawa intermediet yang harus dihilangkan
dari persamaan laju reaksi. Pada reaksi keseimbangan langkah
pertama berlaku:
[N2O2]
K = [NO]2 [N2O2] = K [NO]2 (2.25)

Dengan subtitusi persamaan 2.25 pada persamaan 2.24


didapatkan persamaan:
d
2
dt [NO2] = 2k2K[NO] [O2] (2.26)

Terlihat bahwa reaksi tersebut mempunyai orde total sama


dengan tiga.
Pendekatan Keadaan Tetap (Steady-
state Approximation)
Dalam beberapa mekanisme reaksi, tidak ada
satu tahap yang jauh lebih lambat daripada yang
lainnya, sehingga metode tahap penentu laju
yang telah djelaskan tidak dapat digunakan untuk
meramalkan hukum laju suatu reaksi.
Sebagai alternatif digunakan pendekatan keadaan
tetap dengan asumsi bahwa konsentrasi zat
antara yang reaktif adalah tetap selama reaksi
berlangsung.
Pendekatan Keadaan Mantap (Steady State)
Pendekatan ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa
konsentrasi intermediet bernilai konstan atau laju intermediet
adalah nol. Misalkan reaksi: 2NO2 + F2 2NO2F berlangsung
dengan mekanisme berikut:
k1
NO2 + F2 NO2F + F
k2
NO2 + F NO2F
NO2 dan F2 adalah reaktan, NO2F adalah produk, dan F adalah
intermediet.
d
[F] = k1[NO2][F2] k2[NO2][F] = 0 k1[NO2][F2] = k2[NO2][F]
dt
d [NO F] = k [NO ][F ] + k [NO ][F] = 2k [NO ][F ]
2 1 2 2 2 2 1 2 2
dt
Jadi reaksi antara NO2 dengan F2 merupakan reaksi orde dua.
Reaksi Kompleks
A. Reaksi Rantai
Tahapan-tahapan reaksi rantai :
1. Tahap inisiasi berupa pembentukan radikal dari molekul biasa.
2. Tahap propagasi (perambatan) rantai, dimana radikal yg
terbentuk menyerang molekul biasa dan umumnya
menghasilkan radikal baru.
3. Tahap inhibisi (penghambat) rantai, dimana radikal dapat
menyerang molekul produk. Meskipun tidak memutuskan
rantai karena pada tahap ini tetap dihasilkan kembali radikal
lain, tetapi tahap ini jelas mengurangi jumlah produk yang
sudah terbentuk.
4. Tahap terminasi (pengakhir), berupa proses penghilang radikal
yg berarti pemutusan rantai. Dapat disebabkan oleh reaksi
penggabungan radikal atau karena bereaksi dengan bejana
tempat reaksi
5. Reaksi pemadaman atau penyapuan radikal oleh molekul yang
mempunyai elektron tunggal seperti NO.
Contoh :
Reaksi :
Laju yg teramati untuk rx di atas : (2.27)

Mekanisme reaksi rantai yg dpt memberikan laju di atas :


(a) Inisiasi :
(b) Perambatan :

(c) Inhibisi :
(d) Terminasi :
Laju pembentukan HBr :

(2.28)

[Br] dan [H] dieliminasi dgn pendekatan steady state :

Penyelesaian kedua pers. di atas untuk [H] dan [Br] dan sustitusi ke dlm pers. (2.33)
memberikan :

(2.29)
Contoh : reaksi dehidrogenasi etana

dgn laju :

Telah diajukan mekanisme Rice-Herzfeld untuk mengungkapkan


hukum laju ini :
(a) Inisiasi :
(b) Perambatan :

(c) Terminasi :
Dgn menggunakan pendekatan steady state utk radikal-radikal dpt
diturunkan pers.laju :
(2.30)
B. Reaksi Ledakan
Dua jenis reaksi ledakan :
1. Ledakan termal, disebabkan oleh kenaikan tajam dari laju
karena naiknya suhu.
2. Ledakan percabangan rantai, terjadi jika terdapat tahap
percabangan rantai yaitu jika satu radikal bereaksi dgn molekul
stabil dan menghasilkan lebih dr satu radikal.
Contoh reaksi ledakan percabangan rantai :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g)
diduga mekanisme reaksinya sangat kompleks dan melibatkan
reaksi rantai dgn pembawa rantainya radikal-radikal H, O, HO,
dan HO2. Beberapa tahapannya adalah sebagai berikut :
Inisiasi : H2 + O2 O2H + H
Perambatan : H2 + O2H OH + H2O
H2 + OH H + H2O
H + O2 O + OH
percabangan
O + H2 OH + H

Adanya 2 tahap percabangan mampu melipatgandakan laju


reaksi perambatan yang eksoterm hingga mencapai ledakan.

Anda mungkin juga menyukai