Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April

HIDROLOGI PANTAI
DAN KEBUTUHAN AIR MASYARAKAT PESISIR
Muhammad Hamzah S.
Abstract-Precipitation is a big enough freshwater source from natural process result. Rain represent
the naturalresource water which require to be managed by like other experienced resource
management. Management naturalresource water have to totally, above ( atmosfir) and under
(groundwater) as integral part of management naturalresource water in the long term. Management
naturalresurce water in absolute at coastal needed because many people which live in the coastal area
.People in coastal area of generally to use groundwater and irrigate ( river and lake) to fulfill its
requirement
Keywords- Precipitation, groundwater, people in coastal
Abstrak-Hujan adalah sumber air tawar yang cukup besar dari hasil proses alamiah dan merupakan
sumberdaya air yang perlu dikelola dengan cara seperti pengelolaan sumber daya alam lainnya, harus
mulai menjadi pola pikir baru bagi pengelolaan sumberdaya air. Pengelolaan harus menyeluruh, di
atas (atmosfir) dan dibawah (airtanah) sebagai bagian integral pengelolaan sumberdaya air untuk
jangka panjang. Pengelolaan sumberdaya air di daerah pesisir mutlak diperlukan karena jumlah
masayarakat yang tinggal di daerah pantai cukup besar yang pada umumnya memanfatkan airtanah
dan air permukaa (sungai dan danau) untuk memenuhi kebutuhannya.
1. Pendahuluan
Bangsa Indonesia saat ini sedang
melaksanakan proses pembangunan yang
berdasarkan GBHN 1993 dan UU No.4 Tahun
1982, disebut pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan. Artinya,
pembangunan ini harus dapat memenuhi
kebutuhan hidup penduduk masa kini tanpa
mengabaikan keperluan dan kemampuan
generasi
mendatang
dalam
memenuhi
kebutuhannya, melalui upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola
sumberdaya
secara
bijaksana
dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup.
Air adalah salah satu sumberdaya
alam yang merupakan sumber kehidupan
manusia. Sumberdaya air ini harus dapat
dikelola secara profesional agar ketersediaan
air tawar sepanjang tahun tetap tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih. Hujan
yang merupakan hasil dari proses-proses
alamiah dari suatu mesin besar yang dinamaka
cuaca yang dapat menyediakan air tawar dalam
jumlah yang sangat besar di daratan seperti
sungai, danau dan airtanah.
Airtanah sebagai salah satu sumber
pasokan akan kebutuhan air umumnya
masyarakat pesisir untuk berbagai keperluan,
telah berabad lampau, mungkin seumur dengan
peradaban manusia, dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan akan air.
Pemanfaatan airtanah dangkal (shallow
groundwater) di Indonesia tidak ada catatan

kapan dimulainya, tetapi airtanah dalam (deep


groundwater) mulai dimanfaatkan pada 1948
dengan suksesnya pengeboran artesis di
benteng Prins Hendrik, Batavia (sekarang
Jakarta) (Soetrisno: 1993).
Makalah ini memberikan informasi
tentang petingnya pengelolaan air kaitannya
dengan ketersediaan air (curah hujan),
masyarakat pesisir, penguapan(evaporasi), dan
laju rembesan(infiltrasi) airtanah untuk
menjaga keseimbangan dan kelestarian
lingkungan pada umumnya dan pantai pada
khususnya.
2. Perspektif Hidrologi
Hidrologi
adalah
ilmu
yang
mempelajari tentang terjadinya, pergerakan
dan distribusi air di bumi, baik di atas, maupun
di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisika,
kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan
dan
hubungannya
dengan
kehidupan.
(Internasional Glossary of Hidrology, 1974).
Karena perkembangannya yang begitu cepat,
hidrologi telah menjadi ilmu dasar pengelolaan
sumberdaya air (kebutuhan rumah tangga)
yang merupakan pengembangan, agihan
(distribusi) dan penggunaan sumberdaya air
secara terencana. Banyak proyek di dunia
(rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir,
drainase, tenaga air dll) dilakukan dengan
terlebih dahulu melaksanakan survei kondisikondisi hidrologi yang cukup. Survei-survei
tersebut
meliputi
prosedur-prosedur

68

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


pengumpulan data di lapangan, sampai
pemrosesan data dan karena itu menghasilkan
data sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan.
Manusia, dari semula telah menyadari
pentingya air bagi dia dan lingkungannya. Ahli
filsafat dahulu memandang air sebagai salah
satu dari empat unsur dasar (api, tanah, udara
dan air). Sampai abad ke-16 teka-teki besar
adalah mengenai asal muasal air. Konsep
hidrologi belum disadari, oleh karena itu,
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan infiltrasi
belum dapat dikaitkan satu sama lain.
Pada
zaman
1960-an,
zaman
keemasan hidrologi dimulai (Eagleson, 1970).
Dengan bantuan analisis sistem dan teknik
modeling, kemajuan-kemajuan pesat dimulai
dalam mengkaji problem-problem prosesproses hidrologi secara terinci. Kini, ilmu
hidrologi telah berkembang dalam banyak
bidang studi yang berlainan yang terpenting
diantaranya adalah Meteorologi, rekayasa air,
rekayasa pertanian, Ilmu tanah, Kehutanan,
Geologi, Geofisika, rekayasa penyehatan,
Statistik, Geografi Fisika dll.
Bumi merupakan suatu planet yang
basah. Massanya, jaraknya dari matahari dan
gerakan-gerakannya yang berputar
dan
beredar menjamin bahwa air dunia akan
terdapat dalam tiga fase dan bergerak tidak
putus-putusnya, melarutkan, menghanyutkan,
dan mengagihkan kembali bahan-bahan bumi
dalam proses perubahan dan pengalihan energi
matahari.
Air di bumi seluruhnya terdapat di
dalam suatu lapisan tipis, hidrosfer, yang
meliputi kira-kira seperseribu diameter bumi di
atas dan di bawah permukaan. Hidrosfer
mengandung sekitar 1,4 x 109 metrik ton
(Baumgartner dan Reichel, 1975) air dalam
fase cair akan cukup meliputi bola bumi
hingga jeluk (kedalaman) 2,7 km. Perkiraan
agihan air diantara fase-fase padat, cair dan gas
adalah 98% cair, dan 2,6% dari total adalah air
tawar.
Air tawar bumi, sekitar 3,6 x 107
metrik ton terutama terdapat dalam bentuk
padat. Es kutub dan glester mencakup 77,2%
dari total, 22,4% terdapat sebagai airtanah dan
kelengasan tanah, sisanya hanya 0,4% terdapat
dalam danau, sungai, dan atmosfir. Air
atmosfir yang berupa cairan akan cukup
meliputi bumi hingga jeluk 2,55 cm (air yang
dapat dipresipitasikan), diikat oleh gaya
gravitasi. Air tersebut secara terus menerus
diisi oleh evaporasi dari permukaan, dan
berkurang dengan presipitasi yang merupakan
satu-satunya sumber air tawar yang dapat
diperbaharui kembali secara alami di bumi.

Gerakan air pada skala global dapat


dilukiskan atas dasar pertukaran-pertukaran
yang terjadi antara daratan, laut, dan atmosfer.
Presipitasi dan evaporasi untuk bumi
berjumlah sampai sekitar 5 x 105 km3/tahun,
atau cukup untuk meliputi permukaan bumi
hingga jeluk 973 mm. Volume presipitasi laut
adalah 3,5 kali di daratan, dan volume
evaporasi adalah 6,0 kali besarnya. Di atas
daratan, presipitasi melebihi evaporasi sebesar
4 x 104 km3/tahun dari total uap air dari laut ke
daratan.
Pertukaran-pertukaran air dalam skala
dunia, daratan, laut, dan atmosfer dapat
dilukiskan dengan menggunakan gerakangerakan energi yang setara. Evaporasi
memerlukan penyerapan energi, diukur dengan
panas penguapan laten (Lv =590 kal/gram
pada suhu permukaan rata-rata), yang
dilepaskan bila kondensasi berlansung. Ini
berarti bahwa apabila air dialihkan ke dalam
fase uap, ia membawa suatu gerakan energi
yang setara dalam bentuk panas yang laten.
Sebagai rata-rata 57,4 kly/tahun diserap dalam
evaporasi permukaan dan dilepaskan dalam
kondensasi atmosferik. Angka ini merupakan
80% dari energi yang tersedia di permukaan
(Budyko, 1974). Di atas laut energi yang
diserap dalam evaporasi lebih besar daripada
yang dilepaskan dalam kondensasi, sehingga
terdapat suatu kehilangan karena pengaruh
pendinginan. Di atas daratan terdapat suatu
pengaruh penghangatan bersih yang sama
dengan sekitar sepertiga dari radiasi bersih.
3. Musim di Indonesia
Di Indonesia hanya dikenal dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan
arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada
bulan Juni sampai dengan September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air (Gambar 1), sehingga
mengakibatkan musim kemarau di Indonesia.

Gambar 1. Pola Angin Bulan Agustus


Sumber: Wyrtki dalam Nontji: 2002.

69

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


Sebaliknya pada bulan Desember
sampai dengan Maret arus angin banyak
mengandung uap air yang berasal dari Asia
dan Samudera Pasifik (Gambar 2) setelah
melewati beberapa lautan, dan pada bulanbulan tersebut di Indonesia biasanya terjadi
musim hujan. Keadaan seperti ini berganti
setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulan April-Mei dan OktoberNopember.

yang nyata melalui kedalamannya dan ini


akan tersedia untuk evaporasi kemudian.
Dengan,
demikian,
evaporasi
dapat
berlangsung
sepanjang
malam.
Evapotranspirasi yang akan berlangsung,
hanya bila pasokan air tidak terbatas bagi
stomata tanaman dan permukaan tanah karena
sedikit panas disimpan oleh tanaman dan
stomata menutup selama malam hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi adalah (Ward, 1967) adalah
faktor meteorologi, geografi dan faktor lain
seperti lengas tanah, kapiler tanah, muka
airtanah, dunia tumbuhan(vegetasi) dll.
transpirasi
hujan
evaporasi

kapilaritas

Gambar 2.
Pola Angin Bulan Februari (Musim Barat)
Sumber: Wikryt dalam Nontji 2002.
Keadaan yang berlawanan dari
keadaan tersebut terjadi di daerah Maluku
bagian tengan. Di daerah tersebut musim
kemarau terjadi pada bulan Desember-Maret,
sedangkan musim penghujan pada bulan JuniSeptember.
Pada tahun 1995, suhu udara di
Indonesia, rata-rata siang hari berkisar antara
23,2oC sampai 35,2oC, sedangkan suhu udara
pada malam hari berkisar antara 15,0oC
sampai 25,9oC.
4. Penguapan
Perkiraan evaporasi dan transpirasi
adalah sangat penting dalam pengkajianpengkajian hidrometeorologi. Pengukuran
langsung evaporasi ataupun evapotranspirasi
dari air ataupun permukaan lahan yang besar
adalah tidak mungkin pada saat ini(Wartena
dalam Seyhan,1990). Akan tetapi beberapa
metode
yang
tidak
langsung
telah
dikembangkan yang akan memberikan hasilhasil yang dapat diterima. Jika keragaman
waktu evaporasi permukaan air bebas
berbanding langsung dengan radiasi bersih,
kita dapat mengharapkan nilai-nilai maksimum
pada tengah hari. Namun, ini hanya benar
untuk tubuh-tubuh air yang kecil. Tubuh-tubuh
air yang besar, menyimpan sejumlah panas

Gambar 3
Evaporasi dan Transpirasi
Di daerah beriklim sedang dan
lembab, kehilangan air lewat evaporasi air
bebas dapat mencapai 600 mm per tahun dan
kira-kira 450 mm per tahun lewat evaporasi
permukaan tanah. Di daerah beriklim kering
seperti Irak dan Saudi Arabia angka tersebut
dapat menjadi 2000 mm dan 100 mm.
Perbedaan itu disebabkan oleh karena tidak
adanya curah hujan dalam waktu lama
(Soemarto, 1987).
5. Curah Hujan
Hujan merupakan hasil dari prosesproses alamiah dari suatu mesin besar yang
dinamakan cuaca. Sebagai hasil dari suatu
proses, laju produksinya saangat ditentukan
oleh ketersedian bahan baku dan efesiensi
prosesnya. Bahan baku untuk produksi ini
adalah uap air yang berada dalam udara.
Kecilnya jumlah curah hujan pada musim
kemarau berkaitan dengan sedikitnya uap air
yang disuplai oleh massa udara yang datang ke
daerah tertentu.
Curah hujan (presipitasi) adalah
peristiwa jatuhnya cairan dari atmosfer ke
permukaan
bumi.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi terjadinya presipitasi adalah
adanya uap air di atmosfer, faktor meteorologis
dan keadaan daerah, sehubungan dengan
sistem sirkulasi secara umum. Pengkajian
mekanisme gerakan ini dan distribusi (agihan)

70

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


uap air di udara merupakan wewenang para
ahli meteorologi dan klimatologi. Para ahli
hidrologi hanya tertarik pada agihan dari
jumlah (berapa banyak), waktu (kapan) dan
ruang ( di mana) dari presipitasi.
Presipitasi dari daerah terhadap
daerah
lain,
dari
tahun
ke
tahun
berbeda(martha, 1983). Sebagai ilustrasi,
berikut ini dicantumkan nilai presipitasi ratarata tahunan untuk beberapa tempat di dunia
(mm/tahun), India (Madras) 1279, Jepang
(Tokyo) 1538, Indonesia 2250, Teheran 220
dll. Atau dapat disimpulkan bahwa distribusi
hujan di dunia adalah sebagai berikut:
- Pada daerah Equator (dari 0 s.d 20o) hujan
rata-rata bulanan berkisar antara 1500 dan
3000 mm/tahun.
- Untuk daerah antara 30o dan 40o LT, hujan di
dataran berkisar antara 400 dan 800 mm.
- Untuk daerah bukan tropis (kering) yang
termasuk negara berhujan, hujannya < 200
mm bahkan sampai 10 mm.
- Daerah dengan garis lintang > 70o, hujan
tidak akan lebih dari 200 mm.
Catatan curah hujan di Indonesia
selama tahun 1994 (Statistik Indonesia 1996)
berkisar antara 0,2 mm sampai 328 mm.
Stasion Eltari-Kupang merupakan daerah
curah hujan tertinggi yaitu sebesar 328 mm
pada bulan Maret. Sementara curah hujan
terendah terdapat di stasion SelaparangMataram yaitu berkisar 0,2 mm pada bulan
Agustus. Data curah hujan di beberapa wilayah
di Indonesia (Tabel 1).
Tabel 1
Curah Hujan (mm) di Beberapa Wilayah di
Indonesia
Stasion
Aceh
Sul-Sel
IrJaya
Ju
13
3
31

Jul
1
0
40

Ja
36
213
51

Feb
133
179
103

Ag
7

Se
15
0
52

Mar
86
164
50

Ap
25
30

Me
33
32

Ok
75
04
29

No
89
15

Des
07
84
-

Sumber : BPS 1996


Indonesia
merupakan
negara
kepulauan yang memiliki banyak gunung dan
pegunungan. Hal ini menyebabkan daerah
aliran sungai kecil yang kemampuan daya
tampung airnya juga kecil. Dilain pihak,
Indonesia terletak membujur di kawasan
khatulistiwa hal mana memungkinkan
menerima radiasi matahari yang cukup tinggi

sepanjang tahun, dan diapit dua samudera,


Hindia dan Pasifik, serta dua benua, Asia dan
Australia, yang memungkinkan Indonesia
menjadi zona convergensi pada sirkulasi zonal
(Hastenrath, op cit Karmini 1997). Kondisi
seperti ini menyebabkan adanya fenomena
monsoon yang sangat mempengaruhi keadaan
cuaca di wilayah Indonesia.
Sebagai
akibatnya, Indonesia memiliki dua musim
yang sangat berbeda, yaitu musim kemarau,
yang berkaitan dengan monsoon tenggara dan
musim hujan yang berkaitan dengan monsoon
barat. Karena daerah Indonesia merupakan
daerah konvergensi dalam sirkulasi zonal,
maka pada musim hujan wilayah Indonesia
akan menerima jumlah curah hujan yang
sangat besar. Kemampuan menampung air
yang terbatas, pertambahan penduduk serta
pertumbuhan
ekonomi
menyebabkan
perubahan tata guna lahan mengakibatkan
genangan air tidak dapat terelakkan setiap
musim hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
Banjir selalu menimbulkan kerugian.
Nilai kerugian sangat bervariasi selain
tergantung pada intensitas curah hujannya juga
sangat bergantung pada kondisi daerah yang
dilanda banjir. Kota besar seperti Makassar,
dimana penduduknya padat, sebagai pusat
perekonomian Sulawesi-Selatan, dan sebagai
pusat pemerintahan mengalami kerugian
hampir setiap tahun karena genangan air.
Melihat kerugian yang ditimbulkan
dari intensitas curah hujan yang tinggi yang
menyebabkan banjir maka perlu mempelajari
dan melihat kemungkinan memanfaatkan
teknologi modifikasi cuaca untuk menekan
kerugian akibat banjir dengan jalan
mengurangi intensitas curah hujan di daerah
rawan banjir dan hujan buatan untuk daerah
kering (Karmini, 1997).
6. Hujan Buatan dan Penurunan Intensitas
Curah Hujan
Hujan buatan ditujukan untuk daerah
yang curah hujannya rendah. Atau untuk
kepentingan lain, yang membutuhkan air
dalam jumlah yang banyak. Tapi ada syarat
untuk merangsang sang awan menurunkan
hujan. Awannya yang dimaksud adalah bukan
jenis sembarang, tapi awan yang menyerupai
kapas, atau biasa disebut awan kumulus.
Dalam memodifikasi cuaca, yang
dilakukan adalah mempercepat turunnya hujan
dan membuyarkan awan-awan hujan. Teknik
yang terakhir dapat dilakukan untuk mencegah
banjir, yaitu mengusir awan ke tempat yang
curah hujannya tidak kritis.

71

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


Untuk menjatuhkannya sebagian
hujan, bahan yang disemai di awan adalah
tepung garam dapur (NaCl). Bahan ini dipilih
karena amat cocok sebagai inti kondensasi,
tempat uap air mengembun atau atau menjadi
titik air. Sedangkan untuk membuyarkan awan,
bahan yang cocok adalah tepung kapur (CaO).
Bahan ini dipilih karena sifatnya yang
menyerap panas. Dengan sifat seperti ini, uap
air akan dicegah menjadi air karena panas
untuk berkondensasi akan diserap.
Teknologi
memodifikasi
cuaca
melalui penyemaian awan merupakan salah
satu kegiatan alternatif dalam pengelolaan air
bagi beberapa negara di dunia, seperti Italia,
spanyol, Amerika serikat, Afrika Selatan,
Israel, Thailand, Korea, dan India.
(Tajuk harian Fajar, 15 Januari 2004)
7. Desa Pantai
Indonesia merupakan negara maritim
yang luas. Banyak kota besar di Indonesia
yang terletak di daerah pantai/dataran dan
merupakan daerah dimana populasi penduduk
cukup padat kira-kira sekitar 70%(Tabel 2).
Segala aktivitas terkonsentrasi di sana.
Diperkirakan bahwa pada akhir abad ke-21
lebih dari tiga perempat penduduk dunia akan
tinggal di daerah pantai. Jelas bahwa ini akan
meningkatkan eksploitasi airtanah di daerah
pantai.

Tabel 2
Banyaknya Desa serta Letak Topografi
Propinsi Pantai/Datar
Aceh
4,682
Sul-Sel
2,012
Irja
1,487
Sumber : BPS 2000.

Bukit
913
1,110
1,359

Total
5,595
3,122
2,848

Indonesia terdiri atas 17.508 pulau


tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah
mempunyai
nama,
sedangkan
yang
berpenghuni sekitar 1000 pulau. Jumlah garis
pantainya sekitar 81.000 km yang merupakan
garis pantai yang amat panjang yang dimiliki
suatu negara di dunia.
Air merupakan kebutuhan utama bagi
kehidupan manusia. Pada zaman dahulu
kehidupan berada dekat air, sungai, mata air
atau danau. Namun bertambahnya populasi
dan
kemajuan
industri
menyebabkan
kebutuhan air bersih sangat meningkat. Bagi
yang jauh dari sumber air seperti masyarakat
daerah pesisir, memerlukan banyak biaya

untuk mengalirkan dari sumber ke tempatnya.


Oleh karena itu dicari sumber air lain yang
dekat, yaitu air yang ada dibawah permukaan
tanah atau airtanah. Sebagian besar masyarakat
pesisir di Indonesia memanfaatkan airtanah
untuk memenuhi kebutuhan akan air dalam
rumahtangganya.
8. Airtanah
Yang dimaksud airtanah adalah semua
air yang terdapat dalam ruang batuan dasar
atau regolith. Jumlahnya kurang dari 1% dari
air di bumi, tetapi 40 kali lebih besar
dibandingkan
dengan
air
bersih
di
permukaan(sungai dan danau). Kebanyakan
airtanah berasal dari hujan (disebut juga air
meteoric atau vadose). Air hujan yang
merembes ke dalam tanah menjadi bagian dari
airtanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau
mengalir langsung dalam tanah atau
dipermukaan dan bergabung dengan aliran
sungai.
Banyaknya
air yang merembes
ketanah bergantung pada selain ruang dan
waktu, juga dipengaruhi kecuraman lereng,
kondisi material permukaan tanah dan jenis
serta banyaknya vegetasi dan tentunya curah
hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi
lerengnya
curam,
ditutupi
material
impermiabel,
persentasi
air
mengalir
dipermukaan (run off) lebih banyak dari pada
merembes ke bawah. Sedangkan pada curah
hujan sedang, pada lereng landai dan
permukaan permeabel, persentasi air yang
merembes lebih banyak.
Sebagian air yang merembes tidak
bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik
molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran
tanah. Sebagian lagi menguap ke atmosfir dan
sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan
selama belum ada hujan. Air yang tidak
tertahan dekat permukaan menerobos ke
bawah sampai zona dimana seluruh ruang
terbuka pada sedimen atau batuan terisi air
(jenuh air). Air dalam zona saturasi (zone of
saturation) ini dinamakan airtanah(ground
water). Batas atas zona ini disebut muka
airtanah(water table). Lapisan tanah sedimen
atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air
disebut zona aerasi(zone of aeration), Gambar
3.

72

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April

Soil mosture

akar

Zona transisi
Kapiler

tak jenuh
hampir jenuh

akifer
jenuh

hidraulik (hydraulic gradient). Menurut hukum


Darcy kecepatan aliran air dalam tanah
sebanding dengan gradien hidrolik.
Sebagai contoh pasir halus yang
mempunyai kefisien rembesan 10-3 cm/s yang
dihitung dengan persamaan Hukum Darcy
mempunyai tekanan dan kecepatan rembesan
seperti Gambar 5.

kedap air

Gambar 4
Zona Airtanah (Martha, 1983)
Muka airtanah umumnya tidak
horisontal seperti permukaan laut atau danau,
tetapi lebih kurang mengikuti permukaan
topografi diatasnya. Di bawah bukit lebih
tinggi dan menurun ke arah lembah. Perbedaan
elevasi antara bagian-bagian muka airtanah
disebut hydraulic head. Di daerah rawa-rawa,
muka airtanah sama dengan permukaan,
sedangkan
aliran
sungai
dan
danau
permukaannya lebih rendah. Muka airtanah
yang tidak mengikuti hukum fisika ini
disebabkan oleh aliran airtanah sangat
lambat(percolation) Gambar 4, seperti spons
yang jenuh air ditekan perlahan-lahan.
Apabila tidak ada hujan muka air
dibawah bukit akan menurun perlahan-lahan
sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini
tidak pernah terjadi, karena hujan akan
mengisi(recharge) lagi. Daerah dimana air
hujan merembes ke bawah sampai zona
saturasi
dinamakan
daerah
rembesan(Permeability and Seepage).
Semua macam tanah terdiri dari butirbutir dengan ruangan-ruangan yang disebut
pori (voids) antara butir-butir tersebut. Poripori ini saling berhubungan dengan yang lain
sehingga air dapat mengalir melalui ruangan
pori tersebut. Proses ini disebut rembesan
(seepage) dan kemampuan tanah untuk untuk
dapat dirembesi air disebut daya rembesan
(permeability). Sebenarnya bukan hanya tanah
yang mempunyai daya rembesan, banyak
bahan bangunan lain seperti beton dan batu
juga mengandung pori-pori sehingga dapat
dirembesi oleh air (Wesley 1977).
Rembesan air dalam tanah hampir
selalu berjalan secara linear, yaitu jalan atau
garis yang ditempuh air merupakan garis
dengan bentuk yang teratur (smooth curva).
Dalam hal ini kecepatan merembes adalah
menurut suatu hukum yang disebut hukum
Darcy (Darcys law). Prinsip hukum ini adalah
jika ada selisih ketinggian air yang disebut
hydraulic head maka air akan mengalir dari
tinggi ke rendah. Perbandingan beda tinggi air
dengan jarak rembesan disebut gradien

Series 1 adalah Tekanan (x102) dan


Series 2 adalah Kecepatan (x10-2)
Gambar 5
Tekanan dan Kecepatan Rembesan pada Pasir
Halus (Hamzah , 1994)
Jumlah air maksimum yang dapat
disimpan dalam tanah, ditentukan oleh
porositas (persentasi volume tanah yang
berupa pori-pori terhadap volume totlnya).
Dalam kondisi kandungan maksimum ini,
tanah disebut dalam keadaan jenuh, sehingga
kadar kelembaman air jenuh ini sama dengan
porositas. Apabila air keluar dari profil tanah,
maka pori-pori tanah sedikit demi sedikit
mulai kosong, tetapi terdapat sejumlah air
yang tak dapat keluar, sebab butir-butir air
dipengaruhi oleh adanya gaya kapiler dari
pori-pori yang terdekat.
9. Aktivitas Geologi Airtanah
Daerah yang batuannya sangat mudah
dipengaruhi pelapukan kimia, airtanah
menciptakan bentang alam yang menakjubkan.
Misalnya gua-gua dengan stalagtit dan
stalagmit yang indah.
Air hujan yang merembes ke dalam
tanah segera bereaksi dengan mineral dalam
regolith dan batuan dasar dan melapukkannya
secara kimia. Salah satu proses pelapukan
kimia yang utama adalah pelarutan mineral
dan material batuan.
Diantara batuan di kerak bumi, batuan
karbonat yang paling mudah larut. Airtanah di
daerah batu gamping melarutkan dinding
disekitarnya, sehingga lama kelamaan menjadi
gua yang luas. Air yang merembes di atas gua

73

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


akan jenuh larutan karbonat dan menetes di
langit-langit gua. Karena kejenuhan larutan
dan penguapan, sebagian larutan terendapkan
di langit-langit. Perlahan-lahan endapan ini
memanjang ke bawah, mengarah ke lantai
berbentuk kerucut ramping, dinamakan
stalagtit. Tetesan larutan yang jatuh ke lantai
gua membentuk kerucut ramping endapan ke
atas yang dinamakan stalagmit. Bila stalagtit
dan stalagmit berkembang terus keduaya akan
bertemu dan menjadi tiang.
Perubahan dari sedimen menjadi
batuan sedimen, adalah merupakan pekerjaan
airtanah. Tubuh sedimen yang terhampar di
bawah laut jenuh akan air, demikian pula yang
terdapat di zona saturasi di bawah permukaan
tanah. Zat atau bahan yang terlarut dalam air
yang merembes ke bawah menjadi semen
dalam rongga-rongga antar partikel-partikel
batuan atau mineral dalam sedimen. Proses
diagenesa mengubah sedimen yang urai
menjadi batuan yang keras dan kompak.
Kalsit, silika dan senyawa besi (terutama
hidroksida dan limonite) merupakan bahan
utama sementasi.
Secara tidak langsung airtanah dapat
menimbulkan masalah karena ulah manusia.
Pengambilan airtanah yang berlebihan
menyebabkan rongga-rongga yang semula
terisi air menjadi kosong. Kekosongan ini
mendorong
lapisan
batuan
untuk
menyesuaikan keseimbangan baru akibat
tekanan dari beban diatasnya, dengan
pemadatan (settlement). Pemadatan tersebut
dapat mengakibatkan amblesan (subsidence)
pada permukaan tanah. Contohnya adalah
miringnya menara Pisa di Italia dan beberapa
bangunan bangunan besar di Jakarta turun.
10. Interaksi Airtanah dengan Air Laut
Terjadinya suatu kegaraman(salinitas)
pada airtanah maupun air permukaan
merupakan suatu fenomena alam untuk daerah
yang terletak berbatasan dengan pantai. Hal ini
dapat terjadi karena adanya proses pasang
surut dari air laut serta berat jenis kandungan
air laut yang lebih besar dari pada air tawar
sehingga mampu mendesak air tawar. Semakin
tinggi fluktuasi pasang surut dan semakin
landai daerah daratan kegaraman air ke daerah
daratan pantai maka akan semakin jauh
pengaruh kegaraman air kearah daratan
sehingga zona transisi air laut dan air tawar
juga semakin luas.
Secara umum lapisan pembawa air di
daerah pantai dikenal dengan istila akifer
pantai. Pada akifer pantai, airtanah mempunyai
gradien hidrolika ke arah laut sehingga terjadi

aliran airtanah dari darat ke laut secara


kontinu, sedangkan dari laut terjadi tekanan air
laut ke darat. Pertemuan airtanah dan air laut
membentuk bidang kontak yang dikenal
dengan istilah interface. Airtanah mempunyai
densitas lebih kecil daripada air laut, sehingga
pada bidang kontak airtanah selalu berada di
atas air laut.
Airtanah dan air laut adalah dua
fluida yang dapat bercampur, sehingga pada
kontak keduanya terbentuk zona transisi,
densitas air bervariasi dari air laut ke airtanah
menurut variasi kedalaman dan jarak titik amat
ke garis pantai. Di alam lebar zona dispersi
lebih kecil daripada tebal akifer, sehingga
banyak ahli hidrogeologi mengasumsikan
kontak tersebut sebagai bidang tegas (Bear,
1979).
Pada kondisi alam tidak terganggu,
kedudukan bidang interface tidak berubah.
Elevasi dan kemiringan bidang interface
dibentuk oleh tinggi potensial dan gradien
hidrolika airtanah. Pemompaan airtanah akan
mengakibatkan penurunan tinggi potensial dan
gradien hidrolika airtanah, sehingga bidang
interface mengalami gangguan kesetimbangan
dan akan bergerak ke kondisi kesetimbangan
baru. Penomena ini dikenal dengan intrusi air
laut.

Muka airtanah
Air tawar
Air asin

interface

Gambar 6
Hubungan antara airtanah dan air laut pada
kondisi normal (Todd, 1974)
11. Intrusi Air Laut
Berat jenis air laut yang lebih besar
dari pada airtanah dapat menyebabkan
pengaruh kegaraman airtanah yang sudah
masuk kedaratan yang sulit tergeser mundur
kearah laut. Keadaan tersebut akan menjadi
semakin kompleks dengan adanya aktifitas
penyedotan airtanah dalam jumlah besar tanpa
memperhatikan kemampuan pemulihannya.
Penyedotan airtanah seperti itu akan

74

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


membentuk pusat depresi airtanah yang
apabila hal ini terjadi pada daerah pantai akan
memicu semakin meluasnya proses kegaraman
airtanah. Keadaan seperti ini banyak terjadi di
kota-kota besar yang pada umumnya terletak
di daerah pantai.
Pada kondisi di mana pengambilan
airtanah ke permukaan (sumur bor misalnya)
keseimbangan antara air laut dan air tawar
akan terganggu dalam arti intrusi air laut akan
terjadi tergantung dari berapa besar airtanah
diambil. Pengambilan airtanah melebihi
kapasitas infiltrasi menyebabkan terjadi
penurunan piezometric head air tawar. karena
penurunan piezometrc head sehingga terjadi
proses intrusi air laut akibat dari pengambilan
airtanah
melalui
sumur
pemompaan.
Pengambilan air tawar dari sumur pemompaan
menyebabkan air laut akan mendesak air tawar
lebih ke hulu.
Aliran airtanah sangat mempengaruhi
kondisi daerah pantai, karena aliran ini
menjaga keseimbangan antara air laut dan
airtanah. Pengambilan airtanah (terutama
dengan sumur baik dangkal maupun dalam)
secara tidak teratur akan meyebabkan jumlah
air bersih yang mengalir ke laut(salinitas
rendah)
akan
berkurang,
sehingga
keseimbangan antara air laut dan air tawar
terganggu. Hasilnya adalah bahwa intrusi air
laut akan lebih berkembang ke hilir.
Masyarakat yang tinggal di pantai baru akan
menyadari ketika penggunaan air bersih (dari
sumur) yang tadinya merupakan air tawar
menjadi air asin.
Sebagai akibat dari proses kegaraman
atau meningkatnya kandungan konsentrasi
chlor pada lapisan airtanah, maka hal ini tidak
saja menyebabkan berkurangnya sumber air
minum yang berasal dari airtanah tetapi juga
dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan
terutama yang menyerang beton dan sistim
tulangan didalamnya. Kerusakan tersebut
berarti akan mengurangi umur kekuatan
struktur
bangunan
dari
perhitungan
semula(Adi 1997).

12. Perlindungan Airtanah


Pemanfaatan
airtanah
telah
menunjukkan dampak negatif berupa degradasi
kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut
serta lingkungan sekitar, seperti teramati di
beberapa kota besar di Indonesia. Oleh sebab
itu
perlindungan
sumberdaya
airtanah
merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan di
Indonesia aga sumberdaya tersebut tetap
berkelanjutan dalam menunjang ketersediaan
air artinya asas kemanfaatan, keseimbangan,
kelestarian dalam pengelolaan sumberdaya
airtanah tetap dapat dipenuhi.
Di masa lampau perlindungan
terhadap
sumberdaya
airtanah
sering
diabaikan. Alasan penting pengabaian ini
adalah airtanah bukanlah sumberdaya yang
langsung kasat mata dan respon airtanah
terhadap pencemaran tidak berlangsung
seketika. Selain itu mutu dan jumlah airtanah
tidak dapat seketika ditengarai karena tiadanya
sistem dan jaringan pemantauan.
Pengetahuan
hidrogeologi
akan
memberikan informasi mengenai keterdapatan,
penyebaran, pergerakan serta mutu airtanah di
suatu daerah, sehingga perlindungan airtanah
akan
dapat
ditetapkan
berdasarkan
hidrogeologi setiap daerah. Kebijaksanaan dan
strategi perlindungan airtanah, selain didasari
oleh pengetahuan hidrogeologi tersebut, juga
harus didasari oleh kesadaran bahwa
pencegahan terhadap degradasi sumberdaya
airtanah selalu lebih muda dari pada upaya
pemulihan sumberdaya tersebut yang telah
mengalami degradasi.
Berdasarkan
pengetahuan
hidrogeologi dan kebijaksanaan serta strategi
di atas, upaya-upaya perlindungan airtanah
dapat ditetapkan antara lain:
1. Pembatasan pengambilan airtanah dalam
2. Pengaturan kedalam akuifer yang disadap
3. Pengimbuhan buatan(artificial recharge)
4. Penetapan kawasan lindung airtanah

13. Ringkasan
Muka airtanah turun
Air tawar

Air asin

interface

Gambar 7
Kondisi dimana Intrusi Air Laut terjadi karena
Pengambilan Air Tawar

Air tawar bumi tersedia cukup untuk


keperluan ekosistim daratan, sekitar 3,6 x 10 16
metrik ton terutama terdapat dalam bentuk
padat. Es kutub dan glester mencakup 77,2%
dari total, 22,4% terdapat sebagai airtanah dan
kelengasan tanah, sisanya hanya 0,4% terdapat
dalam danau, sungai, dan atmosfir.
Di atas daratan, presipitasi melebihi
evaporasi sebesar 4 x 104 km3/tahun dari total

75

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


uap air dari laut ke daratan. Kira-kira 450 mm
per tahun lewat evaporasi permukaan tanah.
Karena tingginya evaporasi permukaan tanah
ditambah lagi dengan evapotranspirasi
sehingga airtanah yang telah terangkat ke
permukaan sangat kecil kemungkinannya
untuk kembali kedalam tanah menjadi
airtanah. Ini perlu kearifan dan kesadaran
pengguna airtanah untuk melakukan pengisian
kembali akuifer yang kosong pada saat hujan
baik secara langsung melalui lubang
pengambilan maupun secara tidak langsung
melalui pengimbuhan buatan.
Di Indonesia hanya dikenal dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau terjadi pada bulan
Desember-Maret, sedangkan musim penghujan
pada bulan Juni-September. Curah hujan ratarata tahunan di Indonesia adalah 2250 mm.
Curah hujan yang besar tersebut memerlukan
pengaturan yang benar sehingga dapat
memperkecil resiko banjir di musim penghujan
dan ketersedian air untuk memenuhi kebutuhan
akan air tawar di musim kemarau.
Indonesia
merupakan
daerah
konvergensi dalam sirkulasi zonal, maka pada
musim hujan wilayah Indonesia akan
menerima jumlah curah hujan yang sangat
besar. Kemampuan menampung air yang
terbatas,
pertambahan
penduduk
serta
pertumbuhan
ekonomi
menyebabkan
perubahan tata guna lahan sehingga genangan
air tidak dapat terelakkan setiap musim hujan
di beberapa wilayah di Indonesia.
Indonesia merupakan negara maritim
yang luas. Banyak kota besar di Indonesia
yang terletak di daerah pantai/dataran dan
merupakan daerah dimana populasi penduduk
cukup padat kira-kira sekitar 70%. Sebagian
besar masyarakat pesisir di Indonesia
memanfaatkan airtanah untuk memenuhi
kebutuhan akan air dalam rumahtangganya.
Muka airtanah yang tidak mengikuti
hukum fisika ini disebabkan oleh aliran
airtanah sangat lambat(percolation). Laju
eksploitasi airtanah di daerah pantai, jauh lebih
besar dibandingkan dengan laju infiltrasi air
ke dalam tanah.
Pengambilan airtanah yang berlebihan
menyebabkan rongga-rongga yang semula
terisi air menjadi kosong. Kekosongan ini
mendorong
lapisan
batuan
untuk
menyesuaikan keseimbangan baru akibat
tekanan dari beban diatasnya, dengan
pemadatan (settlement). Pemadatan tersebut
dapat mengakibatkan amblesan (subsidence)
pada permukaa tanah.
Pengambilan
airtanah
melebihi
kapasitas infiltrasi menyebabkan terjadi

penurunan piezometric head air tawar.


Penurunan piezometrc head mengakibatkan
air laut semakin kehulu yang dikenal dengan
intrusi air laut.

14. Penutup
1.

Melihat akibat banjir besar dan sulitnya


memperoleh air, yang terjadi hampir
setiap
tahun,
dapat
meresahkan
masyarakat luas serta kerugian yang
ditimbulkan sangat tinggi, maka
teknologi modifikasi cuaca dapat
dijadikan
alternatif
dalam
menanggulangi bahaya banjir besar dan
kekeringan di Indonesia. Alternatif ini
memang masih perlu pengujian dan
pengkajian yang lebih dalam agar
hasilnya
dapat
dimanfaatkan
semaksimal mungkin.

2. Mengingat airtanah telah menjadi komoditi


ekonomi masyarakat pesisir yang
mempunyai peran vital, bahkan strategi
di beberapa daerah, perlindungan
airtanah merupakan tindakan mutlak
yang harus dilakukan agar pemanfaatan
airtanah tetap berkelanjutan dalam
menunjang pembangaunan, bahkan
dibeberapa daerah peran tersebut dapat
digolongkan strategis.
3.

Untuk menghindari turunnya permukaan


tanah karena beban yang ada diatasnya
sehingga terjadi pemadatan (settlement),
yang dapat menyebabkab amblesan
maka dalam hal ini diperlukan zona
imbuh(recharge
area)
untuk
menggantikan kembali air yang terambil
dan harus tetap seimbang (input sama
dengan output).

4.

Upaya yang sulit dalam pemulihan


sumberdaya airtanah yang telah
mengalami degradasi baik mutu
maupun
jumlahnya,
hendaknya
menyadarkan semua pihak akan
pentingnya
pertimbangan
dalam
eksploitasi terhadap airtanah.

Pustaka
Adi, S. 1997.Intrusi Air Asin dan
Pengaruhnya Terhadap
Bangunan Prosiding, BPPT.

76

Jurnal Fisika FUSI ISSN : 1412-0429 Vol 9 No 1, Januari - April


Baumgartner, A. dan E. Reichel, 1975. The
World Water Balance.
Munich: R. Oldenborg.
Bear, J., 1979, Hydraulics of Groundwater,
Mc. Graw-Hill Book
Company, New York.
BPS, 2000,Statistik Potensi Desa, Jakarta
Budyko, M.I.1974.Climate and life. New
York: Academic Press.
Eagleson, P.S., 1970. Dinamyc Hidrology
New York, McGraw Hill.
Hamzah, M., 1994,Penentuan Kecepatan dan
Tekanan Air Dalam Medium
Rembesan Dengan Metode
Elemen Batas ,Ujung
Pandang.
Harian Fajar, Edisi Januari 2004
Internasional Glossary of Hidrology, 1974
Karmini, M., 1997,Teknologi Modifikasi
Cuaca Untuk Menekan
Kerugian Banjir Besar di
Daerah Rawan Banjir, BPPT,
Jakarta.
Kodoatie, R.J., 1996,Pengantar
Hidrogeologi, Andi,
Yokyakarta.
Magetsari,N.A., C.J., Abdullah, dan B.
Brahmantyo, 2000,Geologi
Fisik , ITB, Bandung.
Martha, J., 1983, Mengenal Dasar-dasar
Hidrologi, Nova, Bandung.
Nontji, A., 2002, Laut Nusantara,
Djambatan, Jakarta.
Republik Indonesia, GBHN, 1993
Seyhan, E. 1990,Dasar-dasar
HidrologiUGM, Yogyakarta.
Soemarto, CD. 1987.Hidrologi Teknik.
Usaha Nasional, Surabaya.
soetrisno S., dan Juanda D.,1993,Kontribusi
Hidrogeologi dalam Kawasan Lindung
Airtanah,PIT IAGI ke 22, Bandung.
Todd, D.K., 1974,Ground Water Hydrology,
John Wiley and Son, Inc.
Wesley, D.L., 1977,Mekanika Tanah,PU,
Jakarta Selatan.
Ward, R.C.1967. Principles of Hydrology.
London McGraw-Hill.

77

Anda mungkin juga menyukai