Anda di halaman 1dari 16

Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang

terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.
Struktur Sebuah Esai
Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf:
1.

Paragraf pertama
Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini
harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama.
Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis
tersebut dalam beberapa sub topik.

2.

Paragraf kedua sampai kelima


Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat
pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan
relasinya dengan masing-masing sub topik.

3.

Paragraf kelima (terakhir)


Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah
dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca

Langkah-langkah membuat Esai


1.

Tentukan topik

2.

Buatlah outline atau garis besar ide-ide anda

3.

Tuliskan tesis anda dalam kalimat yang singkat dan jelas

4.

Tuliskan tubuh tesis anda:

5.

Mulailah dengan poin-poin penting

kemudian buatlah beberapa sub topik

Kembangkan sub topik yang telah anda buat

Buatlah paragraf pertama (pendahuluan)

6.

Tuliskan kesimpulan

7.

Berikan sentuhan terakhir

Memilih Topik
Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian,
bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.
Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis
topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah
berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika
topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang
Indonesia adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran
umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda
dapat mempersempit topik ini menjadi Kekayaan Budaya Indonesia atau Situasi Politik di Indonesia.
Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki
kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan
berkarakter.

Tentukan Tujuan

Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar
mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik
pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai
dengan tujuannya.

Tuliskan Minat Anda

Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda.
Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam
menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di
sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk
dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas
di kepala.

Evaluasi Potensial Topik

Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya
mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka

topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda
miliki untuk topik yang anda pilih.
Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama
halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah
yang anda tulis.
Membuat Outline

Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam
sebuah format yang terorganisir.

1. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas


2. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar
diantaranya

3. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
o

Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik

Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat


dipahami pembaca

Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi
tersebut

4. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan
fakta atau informasi yang mendukung ide utama
Menuliskan Tesis
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh
pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali
outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis
anda terdiri dari dua bagian:

Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia

Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa,
memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.

Menuliskan Tubuh Esai

Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat
menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah
anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari
tubuh tesis anda.
Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:

1. Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah:
Pemberantasan korupsi di Indonesia, anda dapat menuliskan: Pemberantasan korupsi di
Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama

2. Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai
lima baris.

3. Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa
deskripsi atau penjelasan atau diskusi

4. Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.
Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan
kesimpulan.
Menulis Paragraf Pertama

1. Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.


o

Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benarbenar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda
buat.

Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda
maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk
membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hatihati.

Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk
menyampaikan poin anda.

2. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.
3. Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.
Menuliskan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan
perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis
ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda
tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda.
Memberikah Sentuhan Akhir

1. Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama,
dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda
menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.

2. Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan
sebagainya

3. Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan
baca kembali naskah anda.

4. Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali.
Apakah masih masuk akal?

5. Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan
bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan
dengan kalimat sebelumnya

6. Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.

Tipe Esai
Esai Deskriptif: esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau
benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah
subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas ke bawah, dekat ke jauh,
arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan rincian yang dirasakan melalui
penginderaan.
Esai ekspositori: esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan
tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan
contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi,
tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat
kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-contoh;
esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak
penting, atau sebaliknya); esai sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan
akibat, atau sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya.

Esai naratif: menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya
disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif bersuaha mengubah perilaku pembaca atau memotivasi
pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak
emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan kepentingannya.
Esai dokumentatif: memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau
otoritas tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau panduan Turabian.
Panduan dasar menulis artikel

Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Itu sebabnya, jika Anda tertarik untuk terjun ke
dunia kepenulisan, syarat utamanya adalah harus merajinkan dan membiasakan diri untuk
membaca. Membaca apa saja yang bisa dibaca. Insya Allah, dengan banyak membaca akan
sangat menumpuk ide yang bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Khusus dalam pembahasan ini
(dan yang paling sering ditulis) adalah menulis artikel.
Artikel sendiri bisa berarti karya tulis seperti berita atau esai. Esai adalah karangan prosa (bukan
menggunakan kaidah puisi) yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut
pandang pribadi penulisnya. Itu sebabnya, artikel di media massa itu bertaburan data-data teknis,
tapi lebih ke arah pemaparan sepintas lalu dan itu murni pendapat pribadi penulisnya setelah
membaca pendapat lain dari begitu banyak karya yang telah dibacanya. Nah, bagaimana
memulainya? Ada beberapa tips sederhana yang bisa dicoba:
Memilih topik
Memilih topik sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Hanya saja, bagi penulis pemula memilih topik
sama beratnya dengan membuat judul atau isi tulisan. Padahal, tema atau topik yang bisa
diangkat menjadi tulisan begitu banyak dan mudah kita dapatnya. Coba cari yang dekat dengan
kita deh. Tanya teman kanan-kiri, nguping dari sana-sini. Atau bisa juga baca koran pagi ini, cari
berita yang menarik. Setelah dapat, Anda bisa menulis ulang dengan sudut pandang Anda.
Misalnya, judul berita yang Anda ambil adalah perilaku seks bebas remaja. Setelah baca berita
itu, dari mulai fakta dan arahnya ke mana, Anda bisa bikin ulang dengan pengembangan yang
Anda suka, dengan cara Anda sendiri. Anggap saja misalnya Anda sebagai wartawan yang
menyelidiki kasus itu. Andi bisa ubah dengan versi baru tentang penyelidikan kasus seks bebas
di kalangan remaja. Sebagai latihan aja kan? Mungkin kok. Coba deh!
Meski demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih topik:

Cari yang sedang menjadi tren.

Atau bisa juga kita menciptakan tren.

Pilih yang dekat dengan kebanyakan sasaran pembaca kita.

Hindari topik yang tidak kita kuasai atau menimbulkan polemik yang tak perlu.

Biasakan berlatih mengikuti peristiwa yang berkembang untuk bahan tulisan.

Membuat kerangka tulisan


Ada baiknya memang membuat kerangka tulisan. Dalam bahasa kerennya, Anda perlu membuat
outline. Alasannya, kerangka tulisan berguna untuk membatasi apa yang harus kita tulis. Ibarat
Pak Tani yang akan menggarap sawah, ia harus menentukan batas garapannya. Supaya tak
melebar kemana-mana, apalagi sampe ngambil jatah orang.
Dengan membuat kerangka tulisan, kita akan mudah untuk menentukan maksud dan arah tulisan.
Bahkan kita juga bisa berhemat dengan kata-kata, termasuk pandai memilih kosa kata yang pas
untuk alur tulisan kita. Beberapa panduan untuk membuat kerangka tulisan:

Paparkan fakta-fakta seputar tema yang akan kita bahas.

Lakukan penilaian atas fakta-fakta itu. Sudut pandang rasional dan syariat.

Kumpulkan bahan-bahan pendukung argumentasi kita.

Kesimpulan.

Menabung kosa kata


Untuk menjadi penulis, bolehlah kita mencoba untuk menabung kosa kata. Mengumpulkan
setiap hari lima saja. Maka dalam sebulan kita punya tabungan kosa kata sekitar 150 buah.
Banyak bukan? Kosa kata itu cukup untuk memoles tulisan yang kita buat. Sebab, menulis
adalah keterampilan mengolah data-data dalam suatu rangkaian kata. Ibarat kita mau
membangun rumah, batu-bata sudah siap, semen dan pasir udah banyak, batu untuk pondasi udah
menumpuk. Begitupun dengan kayu, bambu, cat, keramik dan genteng, sampe yang pernikpernik seperti paku dan instalasi listrik semua udah lengkap.
Perlu keahlian khusus tentunya untuk merangkai semua itu jadi sebuah rumah. Menata batu
untuk pondasi, memasang batu-bata dan merekatkannya dengan campuran semen, kapur, dan
pasir. Memasang kayu-kayu untuk jendela dan pintu. Tembok yang sudah jadi, perlu dilapisi
dempul sebelum akhirnya dicat dengan warna kesukaan kita. Menyusun genteng untuk menutupi
atap rumah kita. Sampe rumah itu jadi dan enak dipandang mata. Mengasyikan tentunya.
Buatlah judul yang menarik
Pembaca akan mudah tertarik untuk membaca sebuah tulisan, jika judulnya juga menarik.
Anggap saja judul itu sebagai pancingan. Itu sebabnya, boleh dibilang membuat judul perlu
keterampilan khusus. Tapi jangan kaget dulu, kita bisa belajar untuk membuatnya. Hanya perlu
waktu dan sedikit kerja keras dan kerja cerdas untuk terus berlatih. Yakin bisa deh.
Sebagai latihan awal, cobalah Anda sering membaca tulisan orang lain. Kalau Anda mau, coba
baca majalah-majalah ibu kota yang oke mengolah kata dalam membuat judul (misalnya
TEMPO, GATRA, GAMMA, dan KONTAN). Perhatikan judul-judul tulisannya. Makin banyak
Anda membaca judul tulisan-tulisan tersebut, kian terasah imajinasi Anda untuk membuat judul

yang menarik hasil kreasi Anda sendiri. Terus terang saya juga banyak menggali ide untuk
membuat judul dari majalah-majalah tersebut (selain banyak juga dari buku-buku dan majalah
lainnya).
Untuk jenis tulisan yang ngepop, buatlah judul yang pendek. Paling tidak dua sampai empat kata.
Jangan sampe panjang seperti rangkaian kereta api (ini cocoknya untuk skripsi). Sebab, jika
judul yang kita buat panjangpadahal tulisan ngepopmembuat orang tak tertarik untuk
membacanya. Mungkin akan dilewati aja tulisan Anda tersebut. Padahal, boleh jadi isinya sangat
menarik.
Judul yang menarik, tidak saja membuat orang penasaran untuk membaca tulisan Anda, tapi juga
menunjukkan kelihaian kamu dalam mengolah kata-kata.
Pastikan membuat subjudul
Subjudul amat menolong kita untuk menggolongkan dan membatasi pembahasan dalam sebuah
tulisan jenis artikel dan berita. Pembaca pun dibuat mudah membaca alur tulisan yang kita
rangkai. Sehingga mereka terus bertahan untuk mengikuti tulisan kita sampai habis. Mereka juga
akan sangat terbantu memahami apa yang kita tulis. Itu sebabnya, sub-judul menjadi begitu
penting dalam sebuah tulisan.
Subjudul dalam sebuah tulisan, juga berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam membaca.
Kita juga jadi ada nafas baru untuk menyegarkan kembali tulisan yang akan kita buat. Jadi,
berlatihlah untuk membagi alur dengan tanpa memenggal rangkaian dari inti tulisan kita. Itu
sebabnya, membuat subjudul adalah solusi paling jitu untuk membagi alur.
Lead menggoda
Lead, alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik penting bagi pembaca.
Lead yang menarik, sangat boleh jadi akan merangsang pembaca untuk terus membaca isi berita
atau artikel yang kita buat. Jika lead-nya kurang menarik, pembaca akan mengucapkan
wassalam saja. Mereka merasa cukup membaca sebatas judul, atau satu kalimat atau alinea di
depan yang tak menarik itu. Jadi, perlu mendapat perhatian juga supaya tulisan yang kita buat
mampu menggoda pembaca untuk melanjutkan bacaannya. Boleh dibilang selain judul, lead
adalah jajanan yang wajib memikat hati pembaca. Itu sebabnya, lead menjadi begitu penting,
meski tidak pokok tentunya.
Banyak rekan yang ingin belajar menulis kolom. Hingga kini saya belum bisa menulis kolom
yang baik. Berikut panduan menulis kolom dari Farid Gaban, Direktur Pena Indonesia dan
MediaLab Paramadina.

Kolom: Esai dengan Gaya


Farid Gaban | Pena Indonesia Learning Center
PENGANTAR
Dalam dunia sastra, esai dimasukkan dalam kategori non-fiksi, untuk membedakannya
dengan puisi, cerpen, novel dan drama yang dikategorikan sebagai fiksi.

Membuka halaman-halaman koran atau majalah, kita akan menemukan banyak esai
atau opini. Tulisan-tulisan itu punya karakteristik sebagai berikut:
- OPINI: mewakili opini si penulis tentang sesuatu hal atau peristiwa.
- SUBYEKTIFITAS: memiliki lebih banyak unsur subyektifitas, bahkan jika tulisan
itu dimaksudkan sebagai analisis maupun pengamatan yang obyektif.
- PERSUASIF: memiliki lebih banyak unsur imbauan si penulis ketimbang sekadar
paparan apa adanya. Dia dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca agar
mengadopsi sikap dan pemikiran penulis, atau bahkan bertindak sesuai yang
diharapkan penulis.
Meskipun banyak, sayang sekali, tulisan-tulisan itu jarang dibaca. Dalam berbagai survai
media, rubrik opini dan editorial (OP-ED) umumnya adalah rubrik yang paling sedikit
pembacanya. Ada beberapa alasan:
- SERIUS dan PANJANG: orang mengganggap tulisan rubrik opini terlampau
serius dan berat. Para penulis sendiri juga sering terjebak pada pandangan keliru
bahwa makin sulit tulisan dibaca (makin teknis, makin panjang dan makin banyak
jargon, khususnya jargon bahasa Inggris) makin tinggi nilainya, bahkan makin
bergengsi. Keliru! Tulisan seperti itu takkan dibaca orang banyak.
- KERING: banyak tulisan dalam rubrik opini cenderung kering, tidak berjiwa,
karena penulis lagi-lagi punya pandangan keliru bahwa tulisan analisis haruslah
bersifat dingin: obyektif, berjarak, anti-humor dan tanpa bumbu.
- MENGGURUI: banyak tulisan opini terlalu menggurui (berpidato, berceramah,
berkhotbah), sepertinya penulis adalah dewa yang paling tahu.
- SEMPIT: tema spesifik umumnya ditulis oleh penulis yang ahli dalam bidangnya
(mungkin seorang doktor dalam bidang yang bersangkutan). Tapi, seberapa pun
pintarnya, seringkali para penulis ahli ini terlalu asik dengan bidangnya, terlalu
banyak menggunakan istilah teknis, sehingga tidak mampu menarik pembaca
lebih luas untuk menikmatinya.
Meskipun banyak, sayang sekali, tulisan-tulisan itu jarang dibaca. Dalam berbagai survai
KOLOM: ESSAY WITH STYLE
Berbeda dengan menulis untuk jurnal ilmiah, menulis untuk koran atau majalah adalah
menulis untuk hampir semua orang. Tulisan harus lebih renyah, mudah dikunyah,
ringkas, dan menghibur (jika perlu), tanpa kehilangan kedalamantanpa terjatuh
menjadi tulisan murahan.
Bagaimana itu bisa dilakukan? Kreatifitas. Dalam era kebebasan seperti sekarang,
seorang penulis dituntut memiliki kreatifitas lebih tinggi untuk memikat pembaca.
Pembaca memiliki demikian banyak pilihan bacaan. Lebih dari itu, sebuah tulisan di
koran dan majalah tak hanya bersaing dengan tulisan lain di koran/majalah lain, tapi
juga dengan berbagai kesibukan yang menyita waktu pembaca: pekerjaan di kantor,
menonton televisi, mendengar musik di radio, mengasuh anak dan sebagainya.

Mengingat reputasi esai sebagai bacaan serius, panjang dan melelahkan, tantangan
para penulis esai lebih besar lagi. Dari situlah kenapa belakangan ini muncul genre
baru dalam esai, yakni creative non-fiction, atau non-fiksi yang ditulis secara kreatif.
Dalam creative non-fiction, penulis esai mengadopsi teknik penulisan fiksi (dialog,
narasi, anekdot, klimaks dan anti klimaks, serta ironi) ke dalam non-fiksi. Berbeda
dengan penulisan esai yang kering dan berlagak obyektif, creative non-fiction juga
memungkinkan penulis lebih menonjolkan subyektifitas serta keterlibatan terhadap tema
yang ditulisnya. Karena memberi kemungkinan subyektifitas lebih banyak, esai seperti
itu juga umumnya menawarkan kekhasan gaya (style) serta personalitas si penulis.
Di samping kreatif, kekuatan tulisan esai di koran atau majalah adalah pada
keringkasannya. Tulisan itu umumnya pendek (satu halaman majalah, atau dua kolom
koran), sehingga bisa ditelan sekali lahap (sekali baca tanpa interupsi).
PENULISAN KOLOM INDONESIA
Creative non-fiction bukan genre yang sama sekali baru sebenarnya. Pada
dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an kita memiliki banyak penulis esai/kolom yang
handal, mereka yang sukses mengembangkan style dan personalitas dalam
tulisannya. Tulisan mereka dikangeni karena memiliki sudut pandang orisinal dan ditulis
secara kreatif, populer serta stylist.
Para penulis itu adalah: Mahbub Junaedi, Goenawan Mohamad, Umar Kayam, YB
Mangunwijaya, MAW Brower, Syubah Asa, Dawam Rahardjo, Abdurrahman Wahid,
Arief Budiman, Mochtar Pabottingi, Rosihan Anwar, dan Emha Ainun Nadjib.
Untuk menunjukkan keluasan tema, perlu juga disebut beberapa penulis esai/kolom lain
yang menonjol pada era itu: Faisal Baraas (kedokteran-psikologi), Bondan Winarno
(manajemen-bisnis), Sanento Juliman (seni-budaya), Ahmad Tohari (agama), serta
Jalaluddin Rakhmat (media dan agama).
Bukan kebetulan jika sebagian besar penulis esai-esai yang menarik itu adalah juga
sastrawanpenyair dan cerpenis/novelis. Dalam creative non-fiction batas antara fiksi
dan non-fiksi memang cenderung kabur. Bahkan Bondan (ahli manajemen) dan Baraas
(seorang dokter) memiliki kumpulan cerpen sendiri. Dawam juga sesekali menulis
cerpen di koran.
Namun, pada dasawarsa 1990-an kita kian kehilangan penulis seperti itu. Kecuali
Goenawan (Catatan Pinggir), Bondan (Asal-Usul di Kompas) dan Kayam (Sketsa di
Harian Kedaulatan Rakyat), para penulis di era 1980-an sudah berhenti menulis
(Mahbub, Romo Mangun, Sanento dan Brower sudah almarhum).
Pada era 1990-an ini, kita memang menemukan banyak penulis esai barunamun
inilah era yang didominasi oleh penulis pakar ketimbang sastrawan. Faisal dan Chatib
Basri (ekonomi), Reza Sihbudi, Smith Alhadar (luar negeri, dunia Islam), Wimar Witoelar
(bisnis-poilik), Imam Prasodjo, Rizal dan Andi Malarangeng, Denny JA, Eep Saefulloh
Fatah (politik) untuk menyebut beberapa. Namun, tanpa mengecilkan substansi isinya,

banyak tulisan mereka umumnya terlalu serius dan kering. Eep barangkali adalah
salah satu pengecualian; tak lain karena dia juga sesekali menulis cerpen.
Sementara itu, kita juga melihat kian jarang para sastrawan muda sekarang menulis
esai, apalagi esai yang kreatif. Arswendo Atmowiloto, Ayu Utami dan Seno Gumiro
Adjidarma adalah pengecualian.
Padahal, sekali lagi, mengingat reputasi esai sebagai bacaan serius (panjang dan
melelahkan), tantangan kreatifitas para penulis esai lebih besar lagi.
TUNTUTAN BAGI SEORANG PENULIS KOLOM
Kenapa esai astronomi Stephen Hawking (A Brief History of Time), observasi
antropologis Oscar Lewis (Children of Sanchez) dan skripsi Soe Hok Gie tentang
Pemberontakan Madiun (Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan) bisa kita nikmati
seperti sebuah novel? Kenapa tulisan manajemen Bondan Winarno (Kiat) dan artikel
kedokteran-psikologi Faisal Baraas (Beranda Kita) bisa dinikmati seperti cerpen?
Hawking, Lewis, Hok Gie, Bondan dan Baraas adalah beberapa penulis pakar yang
mampu mentrandensikan tema-tema spesifik menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang
lebih luas. Tak hanya mengadopsi teknik penulisan populer, mereka juga menerapkan
teknik penulisan fiksi secara kreatif dalam esai-esai mereka.
Untuk mencapai ketrampilan penulis semacam itu diperlukan sejumlah prasyarat dan
sikap mental tertentu:
Keingintahuan dan Ketekunan:
Sebelum memikat keingintahuan pembaca, mereka harus terlebih dulu memelihara
keingintahuannya sendiri akan sesuatu masalah. Mereka melakukan riset, membaca
referensidi perpustakaan, mengamati di lapangan bahkan jika perlu melakukan
eksperimen di laboratorium untuk bisa benar-benar menguasai tema yang akan mereka
tulis. Mereka tak puas hanya mengetahui hal-hal di permukaan, mereka tekun menggali.
Sebab, jika mereka tidak benar-benar paham tentang tema yang ditulis, bagaimana
mereka bisa membaginya kepada pembaca?
Kesediaan untuk berbagi:
Mereka tak puas hanya menulis untuk kalangan sendiri yang terbatas atau hanya untuk
pembaca tertentu saja. Mereka akan sesedikit mungkin memakai istilah teknis atau
jargon yang khas pada bidangnya; mereka menggantikannnya dengan anekdot, narasi,
metafora yang bersifat lebih universal sehingga tulisannya bisa dinikmati khalayak lebih
luas. Mereka tidak percaya bahwa tulisan yang rumit dan sulit dibaca adalah tulisan
yang lebih bergengsi. Mereka cenderung memanfaatkan struktur tulisan sederhana,
seringkas mungkin, untuk memudahkan pembaca menelan tulisan.
Kepekaan dan Keterlibatan:

Bagaimana bisa menulis masalah kemiskinan jika Anda tak pernah bergaul lebih intens
dengan kehidupan gelandangan, pengamen jalanan, nelayan dan penjual sayur di
pasar?
Seorang Soe Hok Gie mungkin takkan bisa menulis skripsi yang sastrawi jika dia
bukan seorang pendaki gunung yang akrab dengan alam dan suka merenungkan
berbagai kejadian (dia meninggal di Gunung Semeru).
Menulis catatan harian serta membuat sketsa dengan gambar tangan maupun tulisan
seraya kita bergaul dengan alam dan lingkungan sosial yang beragam mengasah
kepekaan kita. Kepekaan terhadap ironi, terhadap tragedi, humor dan berbagai aspek
kemanusiaan pada umumnya.
Sastra (novel dan cerpen) kita baca bukan karena susunan katanya yang indah
melainkan karena dia mengusung nilai-nilai kemanusiaan.
Kekayaan Bahan (resourcefulness):
Meski meminati bidang yang spesifik, penulis esai yang piawai umumnya bukan penulis
yang berkacamata kuda. Dia membaca dan melihat apasaja. Hanya dengan itu dia
bisa membawa tema tulisannya kepada pembaca yang lebih luas. Dia membaca apa
saja (dari komik sampai filsafat), menonton film (dari India sampai Hollywood),
mendengar musik (dari dangdut sampai klasik). Dia bukan orang yang tahu semua hal,
tapi dia tak sulit harus mencari bahan yang diperlukannya: di perpustakaan mana, di
buku apa, di situs internet mana.
Kemampuan Sang Pendongeng (storyteller):
Cara berkhotbah yang baik adalah tidak berkhotbah. Persuasi yang berhasil umumnya
disampaikan tanpa pretensi menggurui. Pesan disampaikan melalui anekdot, alegori,
metafora, narasi, dialog seperti layaknya dalam pertunjukan wayang kulit.
APA SAJA YANG BISA DIJADIKAN TEMA ESAI?
Kebanyakan penulis pemula mengira hanya tema-tema sosial-politik yang bisa laku
dijual di koran. Mereka juga keliru jika menganggap tema-tema seperti itu saja yang
membuat penulis menjadi memiliki gengsi.
Semua hal, semua aspek kehidupan, bisa ditulis dalam bentuk esai yang populer dan
diminati pembaca. Beranda Kita-nya Faisal Baraas menunjukkan bahwa tema
kedokteran dan psikologi bisa disajikan untuk khalayak pembaca awam sekalipun.
Ada banyak penulis yang cenderung bersifat generalis, mereka menulis apa saja.
Namun, segmentasi dalam media dan kehidupan masyarakat sekarang ini menuntut
penulis-penulis spesialis.
- Politik lokal (bersama maraknya otonomi daerah)
- Bisnis (industri, manajemen dan pemasaran)
- Keuangan (perbankan, asuransi, pajak, bursa saham, personal finance)
- Teknologi Informasi (internet, komputer, e-commerce)

- Media dan Telekomunikasi


- Seni-Budaya (film, TV, musik, VCD, pentas)
- Kimia dan Fisika Terapan
- Elektronika
- Otomotif
- Perilaku dan gaya hidup
- Keluarga dan parenting
- Psikologi dan kesehatan
- Arsitektur, interior, gardening
- Pertanian dan lingkungan
Pilihlah tema apa saja yang menjadi minta Anda dan kuasai serta ikuti
perkembangannya dengan baik. Fokus, tapi jangan gunakan kacamata kuda.
TEKNIK PENULISAN KOLOM
Mencari ide tulisan
Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita hanya bisa menemukannya jika
memiliki kepekaan. Jika kita banyak melihat dan mengamati lingkungan, lalu
menuliskannya dalam catatan harian, ide tulisan sebenarnya sudah ada di situ tanpa
kita perlu mencarinya.
Tema itu bahkan terlalu banyak sehingga kita kesulitan memilihnya. Untuk
mempersempti pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa pentingnya buat
pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak terlampau basi).
Merumuskan masalah
Esai yang baik umumnya ringkas (Less is more kata Ernest Hemingway) dan fokus.
Untuk bisa menjamin esai itu ditulis secara sederhana, ringkas tapi padat, pertama-tama
kita harus bisa merumuskan apa yang akan kita tulis dalam sebuah kalimat pendek.
Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah bangunan
arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah (kata-kata yang mendayudayu) tapi keropos dasarnya.
Mengumpulkan Bahan
Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa bersumber pada
catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus diperkaya lagi dengan bahan-bahan lain:
pengamatan, wawancara, reportase, riset kepustakaan dan sebagainya.
Menentukan bentuk penuturan
Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Tapi, tema yang
lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta deskripsi yang
diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk penuturan yang ajeg untuk
setiap tema yang ditulisnya:

- Dialog (Umar Kayam)


- Reflektif (Goenawan Mohamad)
- Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
- Humor/Satir (Mahbub Junaedi)
Menulis
Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar. Apakah
ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan tanda hubung? Apakah koma
ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip (jika ragu cek kebuku rujukan Ejaan
Yang Disempurnakan).
Akurasi Fakta: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada fakta. Apakah
peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita tulisa secara benar? Apakah
rujukan yang kita tulis sama dengan di buku atau kutipan aslinya? Apakah kita
menyebutkan nama kota, tahun dan angka-angka secara benar?
Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah teknis yang
hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi atau anekdot
atau metafora untuk menggantikannya. Hindari sebisa mungkin bahasa Inggris atau
bahasa daerah.
Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai, baca kembali.
Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua kalimat. Hilangkan repetisi. Pilih
frase kata yang lebih pendek: melakukan pembunuhan bisa diringkas menjadi
membunuh. Tidak sering bisa diringkas menjadi tak, meskipun menjadi meski dan
sebagainya.
Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat, dia mendorong
pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja pasif menghambat proses
membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak terhindarkan.
Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai persoalan
(otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap menggurui. Jika mungkin hindari
kata seharusnya, semestinya dan sejenisnya. Gunakan kreatifitas dan ketrampilan
mendongeng seraya menyampaikan pesan. Dont tell it, show it.
Tampilkan anekdot: jika mungkin perkaya tulisan Anda dengan anekdot, ironi dan
tragedi yang membuat tulisan Anda lebih basah dan berjiwa.
Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh. Hormati
keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya sepenuh hati, hanya
satu saja kebenaran. Ada banyak kebenaran di luar sana.
Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk membaca tulisan yang
sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik mereka yang paling tajam

sekalipun. Mereka juga seringkali bisa membantu kita menemukan kalimat atau fakta
bodoh yang perlu kita koreksi sebelum diluncurkan ke media.
MENJUAL KOLOM KE MEDIA
Apa yang umumnya dipertimbangkan oleh redaktur esai/opini untuk memuat tulisan
Anda?
Nama penulis: para redaktur tak mau ambil pusing, mereka umumnya akan cepat
memilih penulis yang sudah punya namaketimbang penulis baru. Jika Anda penulis
baru, ini merupakan tantangan terbesar. Tapi, bukankah tak pernah ada penulis yang
punya nama tanpa pernah menjadi penulis pemula? Jangan segan mencoba dan
mencoba jika tulisan ditolak. Tidak ada pula penulis yang langsung berada di puncak;
mereka melewati tangga yang panjang dan terjal. Anda bisa melakukannya dengan
menulis di media mahasiswa, lalu menguji keberanian di koran lokal sebelum menulis
untuk koran seperti Kompas atau majalah Tempo.
Otoritas: redaktur umumnya juga lebih senang menerima tulisan dari penulis yang bisa
menunjukkan bahwa dia menguasai masalah. Tidak selalu ini berarti sang penulis
adalah master atau doktor dalam bidang tersebut.
Style dan Personalitas: tema tulisan barangkali biasa saja, tapi jika Anda
menuliskannya dengan gaya style yang orisinal dan istimewa serta sudut pandang
yang unik, kemungkinan besar sang redaktur akan memuatnya.
Populer: koran dan majalah dibaca oleh khalayak yang luas. Tema tulisan harus cukup
populer bagi pembaca awam, tanpa kehilangan kedalaman. Bahkan seorang doktor
dalam antropologi adalah pembaca awam dalam fisika. Kuncinya: tidak nampak bodoh
dibaca oleh orang yang paham bidang itu, tapi tidak terlalu rumit bagi yang tidak banyak
mendalaminya.
BAHAN BACAAN LANJUTAN
Teknik Penulisan
- Argumentasi dan Narasi (Gorys Keraf)
- Yuk, Menulis Cerpen, yuk (Mohammad Diponegoro)
Catatan Harian dan Korespondensi
- Catatan Harian Soe Hok Gie
- Surat-surat Iwan Simatupang
- Catatan Harian Ahmad Wahib
Kumpulan Esai
- Catatan Pinggir dan Kata, Waktu (Goenawan Mohamad)
- Mangan Ora Mangan Kumpul dan Sugih tanpa Banda (Umar Kayam)
- Faisal Baraas (Beranda Kita)
- Puntung-Puntung Roro Mendut (YB Mangunwijaya)
Kumpulan Cerpen
- Orang-orang Bloomington (Budidarma)
- Lukisan Perkawinan (Hamsad Rangkuti)
- Odah (Mohamad Diponegoro)

- Leak (Faisal Baraas)


- Tegak Lurus Dengan Langit (Iwan Simatupang)
- Bromocorah (Mochtar Lubis)
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai