ISI
DAFTAR ISI ..............................................................................1
BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK ................................2
21.1 Hukum Faraday dan Lenz...........................................2
21.2 Generator Listrik .........................................................6
21.3 Transformator .............................................................7
21.4 Indukstansi ..................................................................9
21.5 Energi dalam Medan Magnet ....................................12
21.6 Rangkaian Listrik AC ................................................14
21.7 Osilator......................................................................21
21.8 Quis 21......................................................................21
(1)
Tanda negatif pada hukum induksi Faraday berarti bahwa ggl induksi yang timbul akan
menyebabkan arus yang melawan penyebab timbulnya ggl induksi itu sendiri. Pernyataan ini dikenal
sebagai hukum Lenz. Hukum ini direduksi dari prinsip kekekalan energi oleh H.F. Lenz pada tahun
1834. Sebagai gambaran dari hukum Lenz ini, perhatikan Gambar 1 berikut. Arah arus pada gambar
tersebut dapat kita tentukan dengan menggunakan hukum Lenz
Gambar 1
Bila magnet digerakkan ke bawah, fluks induksi yang menembus simpal kawat berkurang.
Menurut hukum Lenz, arah arus induksi haruslah melawan penyebabnya, yaitu melawan
berkurangnya fluks dengan memperkuat fluks yang sudah ada. Jadi medan magnet yang dihasilkan
kawat harus berarah ke atas sehingga arah arus mengarah ke kanan.
Tinjaulah Gambar 2 yang memperlihatkan sebuah simpal kawat segiempat siku-siku yang
v
lebarnya l, dengan salah satu ujungnya berada dalam medan magnet uniform B . Simpal tersebut
ditarik ke kanan dengan laju konstan v. Anggap bahwa batas medan magnet diberikan oleh garis
putus-putus, di luar garis tersebut medan magnet sama dengan nol.
Gambar 2
(2)
di mana lx adalah luas bagian simpal yang berada di dalam medan magnet. Dari hukum
Faraday, didapatkan ggl induksi
d
d
dx
(Blx) = Bl
=
=
=
Blv
dt
dt
(3)
dt
Dari hukum Lenz, arus tersebut (dengan demikian ) harus searah dengan arah perputaran
jarum jam. Arah tersebut menentang perubahan (pengurangan) dengan menghasilkan sebuah
medan yang searah dengan medan luar di dalam simpal tersebut. Dengan kata lain harga positif
jika arus yang terjadi menghasilkan induksi magnet yang searah dengan induksi magnet luar yang
sudah
ada. Jadi karena positif maka arus yang timbul
adalah
=
i=
R Blv
(4)
2
R
B l2
2 2
(5)
v
v
Arus di dalam simpal menimbulkan gaya-gaya F1 , F2 dan F3 yang bekerja pada ketiga
(6)
v
v
Karena F2 dan F3 mempunyai besar sama dan arah berlawanan maka kedua gaya tersebut
saling meniadakan. Satu-satunya gaya yang menentang usaha kita untuk menggerakkan simpal
v
adalah F1 yang besarnya
F 1 = ilB sin 90 =
B2 l 2 v
R
(7)
(8)
B2 l 2 v2
Blv 2
PT =i R =
R=
R
R
(9)
berarti arus bertambah, maka pada kumparan 2 akan terjadi arus induksi. Ke manakah arah arus
pada R2.
Gambar 3
Jawab
v
Dengan bertambahnya arus pada kumparan 1 maka induksi magnet B1 yang berarah ke kanan
akan bertambah. Karena fluks berubah dengan waktu maka pada kumparan 2 akan timbul arus
induksi. Menurut hukum Lenz arah arus harus melawan penyebabnya yaitu bertambahnya fluks. Agar
v
ini terjadi maka arus pada kumparan 2 harus menghasilkan medan magnet arah ke kiri yaitu B2 .
Dengan demikian arah arus pada kumparan 2 adalah dari d ke c.
Contoh 2
Gambar 4 melukiskan sebuah logam PQ sepanjang l = 90 cm yang digerakkan dengan
kecepatan tetap v = 2 m/s sejajar dengan kawat lurus berarus i = 40 A. Batang tersebut berjarak x =
10 cm dari kawat. Hitunglah ggl induksi pada batang serta tentukanlah ujung batang yang
berpotensial tinggi.
Gambar 4
Jawab
Jika batang PQ digerakkan, elektron bebas pada batang akan bergerak yang akan
menimbulkan pengumpulan muatan pada kedua ujung batang. Akibatnya pada kedua ujung batang
terjadi perbedaan potensial. Karena tak ada simpal kawat, arus tak dapat mengalir terus. Karena itu
untuk menghitung ggl, kita bayangkan ada kawat berbentuk U seperti dilukiskan dengan garis putusputus pada Gambar 4.
Kita tidak dapat menggunakan persamaan = Blv karena fluks tidak homogen. Akan tetapi
untuk elemen dy maka perubahan B dalam dy dapat diabaikan dan persamaan di atas dapat
digunakan.
d = B(y) v dy
dengan B(y) dari hukum Ampere adalah
B( y) =
(10)
i0
(11)
2 y
vdy =
=
y
batang
2iv y
dy
iv
0,1
0iv
(4 x 10-7 )(40)(2)
-5
ln10
=
=
x 10
2
2
ln 1
ln
iv
0,1
0,1
Arah dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Lenz. Sebab timbulnya ggl induksi karena
batang PQ didorong ke kanan. Ggl induksi melawan ini dengan menimbulkan arus pada batang PQ
sehingga timbul gaya ke kiri, melawan dorongan kita. Dengan kaidah tangan kanan didapatkan bahwa
arus bergerak dari bawah ke atas. Jadi ujung yang berpotensial tinggi adalah ujung Q.Gauss
Fluks magnatik yang melalui kumparan adalah m = NBA cos , dimana adalah sudut yang
dibentuk bidang kumparan dengan medan magnetik seragam B, N merupakan banyaknya lilitan dan
A luas kumparan.
maks
sin(t +
)
= NBA
maks
21.3 Transformator
Dengan pertimbangan efisiensi maka transmisi daya listrik dilakukan pada tegangan tinggi dan
arus kecil. Sebaliknya faktor keamanan dan alasan keselamatan menganjurkan pemakaian tegangan
yang rendah. Untuk menyatukan dua kepentingan yang berbeda ini maka diperlukan alat yang dapat
menaikkan atau menurunkan tegangan di dalam sebuah rangkaian dengan mempertahankan hasil
perkalian iV tetap konstan. Alat tersebut adalah transformator. Lambang untuk transformator dengan
inti besi adalah
Pada dasarnya transformator terdiri dari dua kumparan yang secara elektris tersekat satu sama
lain dan sama-sama terlilit pada satu inti dari besi seperti ditunjukkan oleh Gambar 14. Kumparan
yang menerima daya disebut kumparan primer dan yang mengeluarkan daya disebut kumparan
sekunder. Kumparan yang mana saja dapat dijadikan kumparan primer.
Gambar 14
Gaya gerak listrik imbas yang timbul dalam kumparan primer dan sekunder masing-masing
adalah
d
1 = N1
dt
dan
d
=N2
dt
(36)
2
1
N2
atau
N1
(37)
N2
1
N1
Jika N2 > N1 maka transformator tersebut disebut penaik tegangan(step-up). Jika N2 < N1
disebut penurun tegangan (step-down).
Bila arus yang ditarik dari sumber adalah i1 dan arus yang ditarik dari kumparan sekunder i2,
maka dengan asumsi daya hilang diabaikan didapat
P1 = P2
atau
1 i1 =
i2
(38)
(39)
N1
i
N2
Yang dibicarakan di atas adalah transformator ideal, padahal pada prakteknya terjadi
kerugian daya. Daya yang hilang ini disebabkan oleh rugi panas i2R pada kedua kumparan (rugi
tembaga) dan rugi akibat histerisis dan arus pusar dalam inti transformator (rugi inti). Perbandingan
daya masukan dengan daya keluaran disebut efisiensi atau daya guna dari transformator, yaitu
Efisiensi =
hilang
daya keluaran
daya masukan
(40)
daya masukan
Contoh 5
Pada sebuah transformator tertulis : tegangan primer 110 V, tegangan sekunder 6 V dan arus
maksimum yang dapat diambil dari transformator 300 mA. Hitunglah (a) perbandingan jumlah lilitan
kumparan sekunder dan primer, (b) arus maksimum yang dapat mengalir pada kumparan primer, dan
(c) daya maksimum yang dapat ditarik oleh beban.
Jawab
N2 2
6
=
=
N 1 1 110
6
2 =
(300) = 18 mA
i1 =
110
2
i
Bila arus sekunder yang ditarik lebih besar daripada 300 mA maka tegangan sekunder akan turun dari
6 V, karena adanya hambatan dalam atau hambatan keluaran dari transformator. Jika berhubungan
dengan arus yang besar, beban arus yang melebihi rating arus akan menyebabkan kawat lilitan
terbakar.
P2 = 2 i2 = (6)(0,3) = watt m2
1,8
21.4
Indukstansi
Untuk memperlihatkan efek induksi/imbas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu efek induksi
yang disebabkan oleh sebuah koil/kumparan yang dialiri arus dan dua buah koil berdekatan di mana
salah satu koil dialiri arus. Untuk membedakan nama kedua efek tersebut maka untuk satu koil
disebut induksi diri (self-induction) dan untuk dua koil disebut mutual induksi (mutual induction).
Induktansi Diri
Tinjau sebuah koil yang terbungkus rapat (close-packed) atau sebuah toroida atau bagian
tengah sebuah solenoida panjang dengan jumlah lilitan N. Di dalam ketiga jenis kumparan itu, fluks
yang ditimbulkan dalam setiap lilitan oleh arus i adalah sama. Dari hukum Faraday, ggl induksinya
adalah
=
N )
d(
dt
(12)
dengan N adalah banyaknya tautan fluks (flux linkages) yang merupakan kuantitas
karakteristik yang penting untuk induksi.
Jika tidak ada bahan-bahan magnetik seperti besi di dekatnya, maka kuantitas tersebut
sebanding dengan arus i.
N = Li
(13)
d ( N )
= L
dt
(14)
di
dt
Atau ditulis
(15)
L=
di / dt
Satuan induktansi adalah Vs/A = henry (H)
Sebuah rangkaian atau bagian dari rangkaian yang mempunyai induktansi disebut induktor.
Lambang induktor adalah
Contoh 3
Sebuah toroida yang intinya udara mempunyai 100 lilitan. Jika luas penampangnya 10 cm2 dan
kelilingnya 0,5 m, hitunglah induktansi diri dari toroida tersebut.
Jawab
Fluks dalam toroida
NiA
= BA = 0
l
Karena seluruh fluks mencakup tiap lilitan maka induktansi diri
L=
-5
10
N
l
0 N A
l
-7
-3
(4 x 10 )(100) (10 )
= 2,5 x
H = 25 H
0,5
Induktansi Bersama
Perhatikan Gambar 5 yang memperlihatkan dua buah kumparan yang lilitannya sangat rapat.
Gambar 5
Arus dalam kumparan 1 menimbulkan medan magnet yang sebagian lewat kumparan 2.
Misalkan fluks yang melewati kumparan 2 yang disebabkan oleh kumparan 1 adalah 21, maka
induktansi bersama dari kumparan 2 oleh kumparan 1 adalah
N 2
M 21 =
i1
atau
21
M21i1 = N221
(16)
di1 = N 2 21
dt
dt
(17)
Ruas kanan persamaan (17) adalah harga negatif dari ggl induksi 2 yang timbul dalam
kumparan 2, sehingga
(18)
2 = M di1
dt
21
Sekarang keadaanya kita balik, yaitu mengalirkan arus i2 pada kumparan 2. Dengan cara yang
sama seperti di atas, kita dapatkan
(19)
1 = M di2
dt
12
Jadi dapat disimpulkan bahwa ggl induksi yang timbul di dalam kumparan yang manapun
adalah sebanding dengan kecepatan perubahan arus di dalam kumparan yang lainnya. Sehingga
walaupun konstanta M21 dan M12 kelihatan berbeda tapi, tanpa bukti, kita nyatakan konstanta tersebut
sama.
M21 = M12 = M
(20)
= M
di1
2
dt
dan
1 = M
di2
dt
(21)
Contoh 4
Seperti diperlihatkan oleh Gambar 6, sebuah solenoida berarus i1 yang panjangnya 0,5 m terdiri dari
1000 lilitan kawat rapat. Sebuah kumparan kecil dengan 10 lilitan dililitkan di atas solenoida. Berapa
induktansi bersama untuk kedua lilitan tersebut.
Gambar 6
Jawab
Fluksi dalam solenoida
21
NiA
= BA = 0 1 1
l
Fluks 21 ini setara dengan , yaitu fluks bersama total di dalam kumparan 1 dan 2, sehingga
AN N
(4 x 10 -7 )(10 -3 )(10 3 )(10)
N
2
21
0
1 2
M=
=
=
i1
l
0,5
= 2,5 x 10 H = 25
-5
H
i = i R + Li
di
dt
(26)
Tafsiran fisis dari persamaan (26) adalah : Suku pertama menyatakan laju ggl mengantarkan
energi kepada rangkaian tersebut, Suku kedua menyatakan laju perubahan energi listrik menjadi
energi termal dalam hambatan., Suku ketiga, karena energi kekal, haruslah menyatakan penyimpanan
energi dalam medan magnet, yaitu
dU B
= Li
di
dt
atau dU = Li
di
(27)
dt
UB
0
dU B = Li di =
0
Li
(28)
yang menyatakan energi magnet total yang tersimpan dalam sebuah induktansi L yang
mengangkut arus i.
Selanjutnya kerapatan energi dapat dituliskan
1
Li
UB
2
uB =
=
Al
Al
(30)
1B
2
Contoh 6
Sebuah koil mempunyai induktansi sebesar 5 H dan hambatan 20 . Jika dipakaikan sebuah sumber
tegangan 100 V, berapakah energi yang tersimpan dalam medan magnet setelah arus mencapai nilai
maksimumnya.
Jawab
Arus maksimum diberikan oleh
= 100 = 5 A
i=
R 20
Energi yang tersimpan
U B = 2 1 Li =2
(5)(5) = 62,5 J
Contoh 7
Bandingkanlah energi yang diperlukan untuk menghasilkan (a) medan listrik uniform sebesar 10 5 V/m
dan (b) medan magnet uniform sebesar 1 T (= 104 gauss), didalam sebuah volume kubus yang
sisinya 10 cm.
Jawab
a. U E
2
3
B2
V0 = (1) (0,1) -7 = 400
(2)(4 x 10 )
2 0
J
Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah energi yang dapat disimpan dalam sebuah medan magnet jauh
lebih besar daripada dalam medan magnet, dari contoh di atas, sekitar 107. Sebaliknya, energi yang
diperlukan untuk menghasilkan medan magnet jauh lebih besar dibanding medan listrik untuk volume
yang sama.
b. U B = u BV0=
21.6
Rangkaian
Listrik AC
Perhatikan bahwa untuk kondisi di mana R, C dan L dapat dilokalisir pada Gambar 1, maka
arus di dalam bagian simpal adalah sama.
Gambar 1
(2)
dengan im adalah amplitudo arus dan adalah sudut fasa antara dan i.
Untuk menyatakan im dan dalam m, , R, C dan L, maka terlebih dahulu kita tinjau masingmasing elemen RLC dalam rangkaian terpisah.
Rangkaian Resistif
Gambar 2 memperlihatkan rangkaian resistor yang dihubungkan dengan sumber AC.
Gambar 2
sin
(3)
VR = i R
R
(4)
i = m sin
t
R
(5)
Persamaan (3) dan (5) memperlihatkan bahwa kuantitas VR dan iR adalah sefasa, yaitu
kuantitas-kuantitas tersebut mencapai nilai maksimumnya dalam waktu yang sama. Secara grafik
diperlihatkan dalam Gambar 3.
Gambar 3
Cara lain memeprlihatkan situasi di atas adalah dengan diagram fasor seperti diperlihatkan
dalam
Gambar 4
Fasor yang dinyatakan dengan panah hitam, berotasi berlawanan dengan arah perputaran
jarum jam dengan frekuensi sudut mengelilingi titik asal. Bahwa VR dan iR adalah sefasa
disimpulkan dari kenyataan bahwa fasor-fasornya terletak sepanjang garis yang sama.
Fasor-fasor tersebut mempunyai sifat : Panjang fasor sebanding dengan nilai maksimum dari
kuantitas yang terlibat, yaitu kuantitas m untuk VR (persamaan (3)) dan kuantitas (m/R) untuk iR
(persamaan (5)). Proyeksi fasor-fasor ke sumbu vertikal memberikan nilai sesaat (instantaneus value)
dari kuantitas-kuantitas yang terlibat.
Rangkaian Kapasitif
Gambar 5 memperlihatkan rangkaian sebuah elemen kapasitif yang dihubungkan dengan
sumber AC.
Gambar 5
sin
(6)
VC = q /
C
(7)
atau
iC = dq
dt = C
t
cos
(8)
Gambar 6
Gambar 7
Karena alasan simetri dan notasi maka persamaan (8) kita tuliskan kembali dalam bentuk
iC =
(9)
cos t
XC
dengan
XC =
1
C
(10)
(11)
Rangkaian Induktif
Gambar 8 memperlihatkan rangkaian sebuah elemen induktif yang dihubungkan dengan
sumber AC.
Gambar 8
sin
(12)
VL = L (di /
dt)
(13)
/ L) sin t
atau
i L = di = (
t
/ L) cos
(14)
Gambar 9
Gambar 10
Sekali lagi karena alasan kekompakan notasi maka persamaan (14) kita tuliskan kembali dalam
bentuk
iL =
t
cos
XL
(15)
dengan
XL =
L
(16)
(17)
= VR + VC + VL
(18)
(19)
Walaupun persamaan (18) benar pada sebarang waktu, tapi tidak mudah untuk menentukan im
dan karena perbedaan-perbedaan fasa yang terdapat dalam suku-suku yang terpisah tersebut.
Karena itu kita gunakan diagram fasor seperti diperlihatkan pada Gambar 11.
Gambar 11
= VR2,m + (VL ,m VC ,m 2
)
+ (i m X L im X C 2
= (im R)2
)
(20)
= im Z
dengan Z = R 2 + ( XL X ) 2 disebut impedansi. Satuan impedansi adalah ohm.
C
m
R2 + (L 1/ C
)
im =
V
L ,m
i (X X )
C ,m
V R ,m
X
L
im R
(22)
yang tidak tergantung pada m. Dengan menaikkan m, maka im akan semakin besar, tetapi
tidak akan mengubah . Dengan kata lain, skala operasi berubah tetapi sifat operasinya tetap.
Contoh 1
Di dalam Gambar 1, misalkan R = 4 , C = 150 F, L= 60 mH, f = 60 Hz, dan m = 300 V. Carilah (a)
XC, (b) XL, (c) Z, (d) im dan (e) .
Jawab
a. X =
C
1
2fC
= 18
-6
(2 )(60)(150 x 10 )
b. XL = L = (2)(60)(60 x 10-3) = 23
c. Z = R 2 + ( XL X C ) = (4) 2 + (23 18) = 6,4
2
2
Perhatikan bahwa rangkaian tersebut lebih bersifat induktif karena XL > XC.
d. i m =
m
300
=
= 47 A
Z
6,4
C X X
e. = arctg
=
arctg
R
23 18
= 51
Karena XL > XC, maka positif dan m mendahului im seperti yang disarankan Gambar 11, tetapi
seperti yang diharapkan, nilainya kurang dari 90.
21.7 Osilator
Dalam sebuah rangkaian seri RCL, impedansi induktor dan kapasitor tergantung pada frekuensi
f sumber, maka arus pada rangkaian RLC juga tergantung pada frekuensi. Arus akan maksimum pada
suatu frekuensi jika :
2 fl
0
2 fC
Hasilnya akan didapatkan :
f0 =
1
2
1
LC
21.8 Quis 21
1.
Um
50 c
2.
3.
Induktansi sebuah kumparan yang terbungkus rapat yang terdiri 500 lilitan adalah 28
mH. Berapakah fluks magnet yang melalui kumparan tersebut bila arus 2,5 A ?